Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PRENATAL PADA NY.

B DENGAN OLIGOHIDRAMNION
DI PUSKESMAS BAHU

Oleh

Cindy A. L. Mamuaja

71440118019

2A

PRODI D3 KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MANADO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode kehamilan adalah periode persiapan, baik secara fisik yaitu pertumbuhan
janin dan adaptasi maternal, maupun secara psikologis yakni adaptasi menjadi
orangtua(Klien, 2000). Menjadi orangtua adalah salah satu krisis maturasi dalam
kehidupan sekaligus merupakan masa perkembangan tanggung jawab dan perhatian
terhadap orang lain. Periode ini juga merupakan masa intensif bagi orangtua dan orang
terdekat dengan mereka dan juga merupakan kesempatan untuk mengembangkan
persatuan keluarga(FIK, 2000).
Masa prenatal adalah masa konsepsi atau masa pertumbuhan, masa pembuahan
sampai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan individu. Yaitu pada saat
pembuatan telur pada ibu oleh spermatozoa pada ayah, bila spermatozoa pada laki-laki
memasuki ovum pada perempuan terjadilah konsepsi atau pembuahan, terjadinya
pembuahan semacam ini biasanya berlangsung selama 280 hari, perkembangan pokok
pada masa ini ialah perkembangan fisiologis berupa pembentukan struktur tubuh.
Setiap hari, 830 ibu di dunia ( di Indonesia 38 ibu berdasarkan AKI 305 )
meninggal akibat penyakit / komplikasi terkait kehamilan dan persalinan (Ending L.
Achadi, FKM UI, disampaikan pada Rakerkesnas 2019).
Salah satu kasus yang ditemukan pada masa kehamilan adalah oligohidramnion.
Ada sekitar 4% wanita hamil memiliki cairan ketuban yang jumlahnya kurang memadai
di beberapa titik, biasanya ini dialami pada trimester ketiga kehamilan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu prenatal?
2. Apa itu oligohidramnion?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya oligohidramnion?
4. Apa tanda dan gejala yang dialami oleh ibu hamil dengan oligohidramnion?
5. Bagaimana cara mengobati ibu hamil dengan oligohidramnion?
6. Apa saja komplikasi oligohidramnion?
7. Bagaimana tindakan keperawatan yang bias diberikan pada ibu hamil dengan
oligohidramnion?
8. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan oligohidramnion?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari prenatal
2. Mengetahui tentang penyakit oligohidramnion yang terjadi pada ibu hamil
3. Penerapan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan oligohidramnion
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal,
yaitu kurang dari 500cc.
Oligohidramnion adalah kondisi di mana cairan ketuban terlalu sedikit, yang
didefinisikan sebagai indeks cairan amnion (AFI) di bawah persentil 5. Volume cairan
ketuban meningkat selama masa kehamilan, dengan volume sekitar 30ml pada 10 minggu
kehamilan dan puncaknya sekitar 1L di 34 – 36 minggu kehamilan.

B. Klasifikasi
1. Oligohidramnion Dini
Yaitu suatu keadaan berkurangnya cairan amnion yang terjadi pada trimester
2.
2. Oligohidramnion tingkat lanjut
Yaitu suatu keadaan dimana volume cairan ketuban secara normal berkurang
setelah umur kehamilan 35 minggu dengan menggunakan index cairan
amnion kurang dari 5cm.

C. Etiologi
Penyebab oligohidramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas wanita
hamil yang mengalami tidak tahu pasti apa penyebabnya. Penyebab oligohidramnion
yang telah terdeteksi adalah :
1. Penyebab yang bersumber dari janin
Oligohidramnion bias dipicu karena adanya beberapa masalah pada janin.
 Kelainan pada saluran kemih janin
Janin di dalam rahim memiliki kemungkinan mengalami kelainan
congenital. Salah satu bentuk yang terkait dengan oligohidramnion
adalah kelainan congenital pada ginjal janin.
Kelainan congenital janin tersebut membuat saluran kemih janin
tersumbat. Hal tersebut mengakibatkan produksi urin janin menuruna
sehingga jumlah cairan amnion atau cairan ketuban pun berkurang.
 Kelainan kromosom
Kelainan kromosom yang terjadi pada janin biasanya mengakibatkan
cacat bawaan karena adanya pewarisan yang tidak normal sehingga
mempengaruhi jumlah cairan amnion.
 Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)
Pada beberapa kasus, pertumbuhan janin bisa terhambat karena
kelainan gen atau komplikasi kehamilan lainnya. Hambatan pada
pertumbuhan janin tersebut ternyata memiliki kontribusi terhadap
berkurangnya jumlah cairan ketuban.
 Janin menelan cairan amnion secara berlebih
Tidak hanya mengeluarkan urin ke dalam cairan ketuban, janin juga
menelan air ketuban dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk urin
sehingga nampak seperti siklus. Sejak usia kandungan mencapai 12
minggu, janin sudah bisa menelan cairan amnion.
Pada masa usia kandungan yang lebih tua, janin meminum air ketuban
lebih banyak bahkan berlebih. Pengonsumsian cairan amnion yang
berlebih oleh janin ini bisa mengakibatkan berkurangnya jumlah air
ketuban.
2. Penyebab yang bersumber dari kehamilan
Oligohidramnion juga bisa terjadi karena pengaruh dari kehamilan yang
bermasalah.
 Membrane amnion pecah
Kantung amnion atau ketuban yang pecah secara dini membuat cairan
amnion keluar. Dengan keluarnya air ketuban terus menerus, maka
ibu hamil pun mengalami oligohidramnion.
 Insufisiensi plasenta
Insufisiensi plasenta bisa menyebabkan terjadinya hipoksia pada janin.
Hipoksia pada janin ini mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal sehingga membuat produksi urin berkurang. Seperti yang
dibilang diatas bahwa penurunan produksi urin bisa membuahkan
kasus oligohidramnion.
 Kehamilan postterm
Kelahiran yang baik adalah ketika usia kandungan berada di sekitar
HPL, yaitu 38 – 41 minggu. Kehamilan itu disebut dengan istilah
kehamilan aterm atau kehamilan cukup bulan.
Namun ada pula ibu hamil yang mengalami kehamilan postterm atau
kehamilan lewat bulan. Ibu hamil tersebut masih mengandung janin
hingga usia kehamilan menginjak 42 minggu.
Ibu hamil yang masih mengandung hingga usia 42 minggu itu sangat
rentan mengalami oligohidramnion. Ini dikarenakan, janin semakin
kuat untuk menelan air ketuban tetapi produksi urin sudah mulai
berkurang.
 Terapi obat tertentu
Terapi obat-obatan tertentu juga bisa menyebabkan terjadinya
oligohidramnion. Ibu hamil yang menjalani terapi obat-obatan seperti
obat antiprostaglandin, obat antiinflamasi non steroid, dan penghambat
ACE bids mengalami kekurangan air ketuban.

D. Manifestasi Klinis
Ibu hamil yang mengalami oligohidramnion memiliki beberapa gejala klinis yang
bisa dilihat dan dirasakan.
1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
3. Sering berakhir dengan partus prematurus.
4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas.
5. Persalinan lebih lama dari biasanya.
6. Sewaktu his akan sakit sekali.
7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan :
1. USG ibu ( menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau
ginjal yang sangat abnormal).
Cara memeriksanya yaitu dengan memeriksa indeks cairan amnion, yakni
jumklah pengukuran kedalaman air ketuban di empat sisi kuadran perut ibu.
Nilai normal adalah antara 10 – 20 cm. bila kurang dari 10 cm disebut air
ketuban telah berkurang, jika kurang dari 5 cm maka inilah yang disebut
dengan oligohidramnion.
2. Rontgen perut bayi
3. Rontgen paru-paru bayi
4. Analisa gas darah.

F. Komplikasi
Kejadian oligohidramnion bisa mengakibatkan beberapa komplikasi.
1. Beberapa komplikasi oligohidramnion terhadap kehamilan (dari sudut
maternal)
 Kelahiran premature
 Proses persalinan yang kompleks dengan induksi atau operasi sesar
2. Beberapa komplikasi oligohidramnion terhadap janin
Oligohidramnion menyebabkan tekanan langsung pada janin
 Deformitas janin
- Leher telalu menekuk miring
- Bentuk tulang kepala janin tidak bulat
- Deformitas ekstremitas
- Talipes kaki terpelintir keluar
 Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan fetal
distress.
 Fetal distres menyebabkan makin terangsangnya nervus vagus dengan
dikeluarkannya mekonium semakin mengentalkan air ketuban.
- Oligohidramnion makin menekan dada sehingga saat lahir terjadi
kesulitan bernafas, karena paru mengalami hipoplasia sampai
atelektase paru.
- Sirkulus yang sulit diatasi ini akhirnya menyebabkan kematian
janin intrauteri.
 Amniotic band, karena sediktnya air ketuban, dapat menyebabkan
terjadi hubungan langsung antara membrane dengan janin sehingga
dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin intrauteri. Dapat
dijumpai ekstremitas terputus oleh karena hubungan atau ikatan
dengan membrannya.

G. Penatalaksanaan
Penanganan oligohidramnion yang dialami oleh ibu hamil tergantung pada status
usia kehamilannya, kehamilan sebelum aterm ( belum cukup bulan ) atau kehamilan
aterm ( cukup bulan ).
Ibu hamil yang mengalami oligohidramnion dengan usia kandungan kurang dari
38 minggu akan mendapatkan pengobatan dengan cara berikut :
 Banyak istirahat di tempat tidur
 Memperbanyak konsumsi cairan
 Perbaikan pola diet agar nutrisi tercukupi
 Pemantauan pergerakan dan volume air ketuban dengan USG
Namun, jika ibu hamil mengalami oligohidramnion pada usia kandungan 38 – 41
minggu akan mengalami cara pengobatan yang berbeda. Cara menangani kasus
oligohidramnion pada kehamilan aterm adalah dengan mempercepat proses persalinan.
Proses persalinan bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu induksi persalinan dan
operasi sesar. Kedua cara persalinan ini bisa mempercepat kelahiran bayi sehingga tidak
mengalami komplikasi.

H. Patofisiologi
Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat menekan organ-
organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-paru, tungkai, dan
lengan. Olygohidramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga meningkatkan
resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam kandungan. Jika
ologohidramnion terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin
berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat - saat akhir kehamialn,
oligohidramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan kelahiran,
termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin dan
menyebabkan kematian janin.
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion
(cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir,
dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan
bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim
menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di
dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami
kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru ( paru-
paru hipoplastik ), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana
mestinya.
Pada Sindrom Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik
karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit
lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi. Dalam keadaan normal, ginjal
membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban
menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
Pada kehamilan sangat muda, air ketuban merupakan ultrafiltrasi dari plasma
maternal dan dibentuk oleh sel amnionnya. Pada trimester II kehamilan, air ketuban
dibentuk oleh difusi ekstraselular melalui kulit janin sehingga komposisinya mirip
dengan plasma janin. Selanjutnya setelah trimester II, terjadi pembentukan zat tanduk
kulit janin dan menghalangi disfusi plasma janin sehingga sebagian besar air ketubannya
dibentuk oleh sel amnionnya dan air kencingnya.
Ginjal janin mengeluarkan urin sejak usia 12 minggu dan setelah mencapai usia
18 minggu sudah dapat mengeluarkan urin sebanyak 7-14 cc/hari. Janin aterm
mengeluarkan urin 27 cc/jam atau 250 cc dalam sehari.
Sirkulasi air ketuban sangat penting, sehingga jumlahnya dapat dipertahankan
dengan tetap. Pengaturannya dilakukan oleh tiga komponen penting berikut:
 Produksi yang dihasilkan oleh sel amnion.
 Jumlah produksi air kencing.
 Jumlah air ketuban yang ditelan janin.
Setelah trimester II sirkulasinya makin meningkat sesuai dengan tuanya
kehamilan sehingga mendekati aterm mencapai 500 cc/hari. Produksinya akan berkurang
jika terjadi insufisiensi plasenta, kehamilan post term, gangguan organ perkemihan, janin
terlalu banyak minum, sehingga dapat menimbulkan makin berkurangnya jumlah air
ketuban intrauteri “ologohidramnion” dengan kriteria:
 Jumlah kurang dari 200 cc
 Kental.
 Bercampur mekonium.
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau
minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2
kali Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek
kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari
1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan
preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau
bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya. (Kapita selekta, 2000 :
274)
I. Pathway

Oligohidraminion

Air ketuban < 500 cc

Bayi bergerak Air ketuban yang terlalu Resiko cedera


dengan susah sedikit indikasi SC

Nyeri akut Cemas


BAB III
TINJAUAN KASUS

A. DATA UMUM KLIEN


1. Initial klien : Ny. Z
2. Usia : 39 tahun
3. Status perkawinan : Menikah
4. Agama : Kristen
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Pendidikan terakhir : SMA
7. Alamat : Malalayang

B. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU


JENIS JENIS BERAT
NO TAHUN PENOLONG KET.
PERSALINAN KELAMIN BAYI
1 2007 Normal Bidan Laki-laki Normal Hidup
2 2014 Normal Bidan Laki-laki Normal Hidup
3 Hamil ini

Pengalaman menyusui : ya Berapa lama : 12 bulan


Masalah saat menyusui : tidak
Riwayat ginekologi : Menarche : 12 tahun Dismenorhea : -
Riwayat KB : Ibu menggunakan KB suntik 3 bulan selama 5 tahun
Riwayat Kehamilan Saat Ini
 HPHT : 11 April 2019
 Taksiran Partus : 18 Januari 2020
 BB sebelum hamil : 43 kg
 TB : 148 cm
 TD sebelum hamil :-
 Berapa kali periksa hamil: 10 kali
C. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
 Status Obstetric : G3 P2 A0
 Usia Kehamilan : 41 minggu
 Keadaan umum : Pasien tampak lemah, cemas dan kesakitan
 Kesadaran : composmentis
 BB/TB : 51 kg / 148 cm
 TTV
- TD : 130/80 mmHg
- Suhu : 36,60 C
- Nadi : 90 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
 Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada edema, tidak ada luka
- Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih
- Mulut : Lidah dan gusi berwarna merah muda. Gigi tidak carries
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
- Masalah khusus : Pasien mengeluh capek dan lemah
- Payudara : Kedua payudara simetris, puting susu menonjol, tidak ada
massa atau benjolan, tidak ada nyeri tekan.
- Pengeluaran ASI :-
- Abdomen : Inspeksi : Tidak ada bekas luka operasi, uterus tampak lebih
kecil dari usia kehamilan
Palpasi : Terdapat nyeri tekan saat di palpasi, pada saat palpasi
bagian janin mudah teraba.
Leopold I – Teraba bokong
Leopold II – Teraba punggung kanan dan ekstremitas kiri
Leopold III – Bagian terendah kepala dan sudah tidak dapat
digoyangkan
Leopold IV – Divergen
- Fungsi Pencernaan : Tidak ada gangguan
- Vagina varises : Tidak
- Dilatasi serviks : 4 cm
- Kebersihan : Tampak bersih
- Keputihan
Jenis/warna :-
Konsistensi :-
Bau :-
- Hemorrhoid
Derajat :-
Lokasi :-
Berapa lama :-
Nyeri :-
- Ekstremitas
Ekstremitas atas : Kedua kuku kemerahan dan tidak ada edema
Ekstremitas bawah : Kedua kuku kemerahan dan tidak ada edema dan tidak ada
varises. Refleks patella (+) (+)
 Eliminasi
Selama hamil, intensitas BAK meningkat ±7-9x sehari berwarna kuning jernih tidak ada
keluhan ketika BAK. Intensitas BAB tidak berubah, 1x sehari berwarna kuning kehitaman,
kadang terasa keras.
 Istirahat dan kenyamanan (normal)
Ibu tidur ±6 jam sehari dan ibu tidur siang 1 jam sehari. Ibu mengatakan kurang nyaman
untuk tidur karena bila janin bergerak maka akan terasa sakit. Ibu mengatakan sering capek
dan merasa lemah
 Mobilisasi dan latihan
Ibu mengatakan bahwa kegiatan ibu sehari-hari membantunya untuk tetap bergerak dengan
baik yaitu kegiatan rumah tangga seperti memasak, menyapu dan mengepel. Tidak
melakukan senam.
 Nutrisi dan cairan (normal)
Asupan nutrisi : 2x sehari dengan menu nasi, sayur, ikan. Nafsu makan : baik
Asupan cairan : ±4 gelas sehari
 Keadaan mental (normal)
Ibu merasa cemas karena ini merupakan kehamilan ketiganya
 Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan
-
 Persiapan persalinan
- Senam hamil : Ibu mengatakan tidak melakukan senam hamil
- Rencana tempat melahirkan : Rumah sakit
- Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu : sudah disiapkan
- Kesiapan mental ibu dan keluarga : Ibu merasa senang dengan kehamilannya. Suami
dan keluarga memberi dukungan dan respon yang baik.
- Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses persalinan :
kurang pengetahuan
- Perawatan payudara : -
 Obat-obatan yang dipakai saat ini : Misoprostol 200mcg
 Hasil pemeriksaan penunjang :
- USG pada tanggal 27-02-2020 : Gravida 40-41 minggu, janin tunggal, hidup
intrauterine. Air ketuban sedikt (350ml)
 Penatalaksanaan
Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB agar tidak mempengaruhi his dan
penurunan kepala. Menganjurkan ibu untuk makan dan memperbanyak konsumsi cairan
dengan teratur, istirahat di tempat tidur. Memberikan misoprostol 200mcg
 Rangkuman Hasil Pengkajian
Seorang ibu berusia 39 tahun, G3P2A0 hamil 41 minggu. Mengeluh sakit perut saat
ditekan dan saat janin bergerak yang mengindikasikan bahwa Ny.Z menderita Nyeri
akut. DJJ 138x/menit, TD 130/80mmHg, dilatasi serviks 4cm yang mengindikasikan
Ny.Z memiliki Resiko cedera terhadap janin. Ibu tampak gelisah dan khawatir hal ini
menyatakan bahwa Ny.Z mengalami Ansietas. Sering mengeluh nyeri diperut setiap
pergerakan janin, sewaktu his akan sakit sekali dan uterus tampak lebih kecil dari usia
kehamilan, berdasarkan hasil pemeriksaan USG air ketuban sedikit (350ml) merupakan
tanda dan gejala dari kondisi dimana cairan ketuban terlalu sedikit atau oligohidramnion
yang saat ini sedang dialami.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (pergerakan bayi)
2. Resiko cedera terhadap janin dengan faktor resiko berkurangnya cairan amnion
3. Ansietas berhubungan dengan resiko status kesehatan pasien dan janin (kelahiran posterm)

ANALISIS DATA
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DO: Iskemia plasenta Nyeri akut
 TD :130/80 mmHg ↓
 Suhu : 36,60 C Disfungsi endotel

 Nadi : 90 x/menit ↓

 Respirasi: 20 x/menit Vasospasme



 Wajah tampak
Peningkatan tekanan
meringis saat ditekan
vaskuler pada kepala
diperut

Penurunan suplai darah ke
DS:
otak
 Pasien mengatakan sakit

perut hebat sejak 1
Penurunan suplai O2 ke otak
minggu terakhir

- P : Nyeri abdomen
Metabolisme anaerob
karena pergerakan

bayi dan saat ditekan
Pembentukan asam laktat
- Q : Perut terasa mules

- R : Abdomen
Nyeri perut
- S:9

- T : Saat ditekan dan
Tubuh mengeluarkan
saat janin bergerak
prostaglandin

Merangsang kontraksi uterus

DO: Penurunan suplai O2 ke


 DJJ : 138x/mnt jaringan
 TD :130/80 mmHg ↓

 Suhu : 36,60 C Penurunan suplai darah ke

 Nadi : 90 x/menit ginjal



 Respirasi: 20 x/menit
Produksi urin berkurang Resiko cedera terhadap janin
 Dilatasi serviks 4 cm

Pengonsumsian cairan
DS:
amnion berlebih
Ibu mengatakan sering capek

dan kadang merasa lemah
Risk for disturbed
maternal/fetal dyad
DO: Pergerakan janin
 Ibu tampak gelisah ↓
Ibu khawatir akan janinnya
DS: ↓
 Ibu mengatakan khawatir Ibu tampak gelisah
akan janinnya ↓ Ansietas
 Ibu mengatakan merasa Cemas
nyeri saat pergerakan bayi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Dan Kriteria
No Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan  Identifikasi skala nyeri
dengan agen cedera tindakan keperawatan  Identifikasi faktor yang
biologis dibuktikan diharapkan nyeri dapat memperberat dan
dengan berkurang, dengan memperingan nyeri
TD :130/80 mmHg, criteria hasil  Berikan teknik
0
Suhu : 36,6 C, Nadi : Kriteria hasil : nonfarmakologis untuk
90 x/menit, Respirasi:  Meringis dapat mengurangi rasa nyeri
20 x/menit, Wajah menurun (teknik relaksasi napas
tampak meringis saat  Tekanan Darah dalam)
ditekan diperut. dapat membaik  Control lingkungan yang
Pasien mengatakan  Keluhan nyeri memperberat rasa nyeri
sakit perut hebat sejak 1 menurun ( membatasi jumlah
minggu terakhir kunjungan dan mengatur
- P : Nyeri tempat tidur agar lebih
abdomen karena nyaman)
pergerakan bayi  Kolaborasi pemberian
dan saat ditekan analgetik
- Q : Perut terasa
mules
- R : Abdomen
- S:9
- T : Saat ditekan
dan saat janin
bergerak

2 Resiko cedera terhadap Setelah dilakukan  Kaji DJJ, catat adanya


janin berhubungan tindakan keperawatan aktivitas uterus atau
dengan faktor resiko diharapkan resiko dilatasi serviks
berkurangnya cairan cedera janin dapat  Pertahankan posisi tempat
amnion dibuktikan menurun dengan tidur di posisi terendah
dengan criteria hasil : saat digunakan
DJJ : 138x/mnt, TD :  Toleransi  Diskusikan mengenai alat
130/80 mmHg, Suhu : aktivitas bantu mobilitas yang
0
36,6 C, Nadi : 90 meningkat sesuai ( misalnya tongkat)
x/menit, Respirasi: 20  Kejadian cedera
x/menit menurun
 Dilatasi serviks 4 cm  Gangguan
Ibu mengatakan sering mobilitas
capek dan kadang menurun
merasa lemah
3 Setelah dilakukan  Monitor tanda – tanda
Ansietas berhubungan
tindakan keperawatan ansietas
dengan resiko status
diharapkan tingkat  Anjurkan keluarga untuk
kesehatan janin
kecemasan dapat tetap bersama pasien
dibuktikam dengan
menurun dengan
 Ibu tampak gelisah
criteria hasil :
 Ibu mengatakan
 Verbalisasi
khawatir akan
khawatir akibat
janinnya
kondisi yang
 Ibu mengatakan
dihadapi
merasa nyeri saat
menurun
pergerakan bayi
 Perilaku gelisah
menurun
IMPLEMENTASI
No. Hari/Jam Dx Implementasi
1. 26-03-2020 1  Mengidentifikasi skala nyeri
08.00 Hasil : skala nyeri 9
 Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Hasil : faktor yang memperberat nyeri adalah
saat perut ditekan dan janin bergerak, nyeri akan
berkurang saat ibu mengatur nafasnya
 Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
08.40 mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi napas
dalam)
Hasil : Ibu melakukan teknik relaksasi nafas
dalam, rasa nyeri agak berkurang
 Memberikan lingkungan yang nyaman
09.05 Hasil : Jumlah pengunjung di batasi
 Kolaborasi pemberian analgetik
10.00 Hasil : Misoprostol 200mcg
10.30 2  Mengkaji DJJ, catat adanya aktivitas uterus atau
dilatasi serviks
Hasil : DJJ : 138x/menit, dilatasi serviks 4 cm
 Mempertahankan posisi tempat tidur di posisi
11.00 terendah saat digunakan
Hasil : Telah dilakukan
 Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang
11.10 sesuai ( misalnya tongkat)
Hasil : Ibu mengatakan masih bisa melakukan
aktivitas tanpa alat bantu
. 13.00 3  Memonitor tanda – tanda ansietas
Hasil : Ibu merasa khawatir
13.30  Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
Hasil : Telah dilakukan
2. 27-03-2020 1  Mengidentifikasi skala nyeri
08.05 Hasil : skala nyeri 8
 Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Hasil : faktor yang memperberat nyeri adalah
saat perut ditekan dan janin bergerak, nyeri akan
berkurang saat ibu mengatur nafasnya
 Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
08.55 mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi napas
dalam)
Hasil : Ibu melakukan teknik relaksasi nafas
dalam, rasa nyeri mulai bisa dikontrol
 Memberikan lingkungan yang nyaman
09.05 Hasil : Jumlah pengunjung di batasi
 Kolaborasi pemberian analgetik
10.00 Hasil : Misoprostol 200mcg
10.45 2  Mengkaji DJJ, catat adanya aktivitas uterus atau
dilatasi serviks
Hasil : DJJ : 133x/menit, dilatasi serviks 6 cm
 Mempertahankan posisi tempat tidur di posisi
11.00 terendah saat digunakan
Hasil : Telah dilakukan
13.20 3  Memonitor tanda – tanda ansietas
Hasil : Ibu mengatakan sudah mulai bisa
13.35 mengontrol rasa cemas
 Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
Hasil : Telah dilakukan
3 28-03-2020 1  Mengidentifikasi skala nyeri
14.10 Hasil : skala nyeri 7
 Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Hasil : faktor yang memperberat nyeri adalah
saat perut ditekan dan janin bergerak, nyeri akan
berkurang saat ibu mengatur nafasnya
 Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
14.55 mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi napas
dalam)
Hasil : Ibu melakukan teknik relaksasi nafas
dalam, rasa nyeri sudah bisa dikontrol
 Memberikan lingkungan yang nyaman
15.30 Hasil : Jumlah pengunjung di batasi
 Kolaborasi pemberian analgetik
18.00 Hasil : Misoprostol 200mcg
18.15 2  Mengkaji DJJ, catat adanya aktivitas uterus atau
dilatasi serviks
Hasil : DJJ : 141x/menit, dilatasi serviks 8 cm
 Mempertahankan posisi tempat tidur di posisi
18.30 terendah saat digunakan
Hasil : Telah dilakukan
18.35 3  Memonitor tanda – tanda ansietas
Hasil : Ibu mengatakan bisa mengatasi rasa
18.40 cemas
 Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
Hasil : Telah dilakukan

EVALUASI
Diagnosa
Tanggal Evaluasi
Keperawatan
26-03-2020 Nyeri akut S: Ibu mengatakan rasa nyeri sudah mulai terkontrol
O: Ibu sedikit tenang
Meringis (+)
TD: 120/80 mmHg
N: 88x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi

Resiko cedera S : Ibu mengatakan tidak memerlukan alat bantu


terhadap janin mobilitas
O: Pergerakan janin mulai aktif
 DJJ : 138x/menit
 Nadi ibu : 88x/menit
 RR : 22x/menit
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan Monitoring Janin
Ansietas S: Ibu merasa khawatir akan janinnya
O: - Ibu menanyakan keadaan janinnya berulang-ulang
- Keluarga tetap bersama pasien untuk menemani
pasien
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan monitor ansietas ibu
27-03-2020 Nyeri akut S: Ibu mengatakan rasa nyeri berkurang
O: Meringis (-)
TD: 130/80 mmHg
N: 89x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi

Resiko cedera S :-
terhadap janin O: Pergerakan janin aktif
 DJJ : 133x/menit
 Nadi ibu : 89x/menit
 RR : 22x/menit
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan Monitoring Janin
Ansietas S: Ibu mengatakan sudah mulai bisa mengontrol
kecemasannya
O: Pasien menanyakan keadaan janinnya
- Keluarga tetap bersama pasien untuk menemani
pasien
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan monitoring ansietas ibu
28-03-2020 Nyeri akut S: Ibu mengatakan sudah bisa mengontrol rasa nyeri
O: Meringis (-)
TD: 130/80 mmHg
N: 88x/menit
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

Resiko cedera S :-
terhadap janin O: Pergerakan janin aktif
 DJJ : 141x/menit
 Nadi ibu : 88x/menit
 RR : 20x/menit
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan Monitoring Janin
Ansietas S: Ibu mulai bisa mengatasi cemas
O: Keluarga tetap bersama pasien untuk menemani
pasien
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa prenatal adalah masa konsepsi atau masa pertumbuhan, masa
pembuahan sampai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan individu.
Salah satu kasus yang ditemukan pada masa kehamilan adalah oligohidramnion.
Ada sekitar 4% wanita hamil memiliki cairan ketuban yang jumlahnya kurang
memadai di beberapa titik, biasanya ini dialami pada trimester ketiga
kehamilan.
Beberapa kasus untuk masalah ibu hamil sebenarnya dapat dicegah dan
diselamatkan bila saat komplikasi muncul, segera mendapatkan pelayanan untuk
mengatasi kedaruratan situasi. Artinya setiap ibu yang mengalami komplikasi
harus mempuyai akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas, diperlukan
kesiapan pelayanan kesehatan dengan begitu angka kematian ibu bisa
berkurang.

B. Saran
Pembuatan asuhan keperawatan dengan tujuan untuk lebih memahami
perawatan pada ibu hamil prenatal dan membantu mahasiswa untuk lebih baik
dalam menangani kasus – kasus yang ada di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

https://doktersehatcom.cdn.ampproject.org/v/s/doktersehat.com/oligohidramnion/amp/?
amp_js_v=a3&amp_gsa=1&usqp=mq331AQIKAGwASDAAQE%3D

https://id.scribd.com/doc/106723744/Asuhan-Keperawatan-Ibu-Prenatal
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/rakerkesnas-2019/SESI
%20I/Kelompok%201/1-Kematian-Maternal-dan-Neonatal-di-Indonesia.pdf

https://health.grid.id/amp/351605542/oligohidramnion-cairan-ketuban-sedikit-yang-
menyebabkan-komplikasi?page=all

http://merry-creations.blogspot.com/2015/01/konsep-dasar-oligohidramnion.html?m=1

https://www.academia.edu/8402964/Oligo_hidramnion

Anda mungkin juga menyukai