Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN SPONTAN DENGAN LETAK SUNGSANG


DI RUANG VK
RUMAH SAKIT KUNINGAN MEDICAL CENTER LURAGUNG

Nama : Dhina Ainun K.K


Nim : JNR0200011

PROGRAM PROFESI NERS NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2021
A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi Penyakit
a. Pengertian kelahiran
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar
melalui jalan lahir (Prawiroraharjo, 2010).
Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur
yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasinya semakin meningkat serta
dilatasi dan pembukaan serviks secara progresif (Nortwitz, 2007).
b. Pengertian letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
(Prawiroraharjo, 2013).
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri. Pada letak sungsang, berturut-turut
lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar di mulai dari lahirnya bokong,
bahu , kemudian kepala (Sukarni,2013).
Letak sungsan merupakan letak menbujur dengan kepala janin di fundus
uteri sedangkan bokong merupakan bagian terendah janin (Manuaba, 2008).

2. Etiologi
Adapun penyebab presentasi bokong (letak sungsang) antara lain :
a. Faktor dari ibu dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, yaitu :
1) Plasenta previa
2) Bentuk Rahim yang abnormal
3) Panggul sempit
4) Multiparitas
5) Adanya tumor pada Rahim
6) Implantasi plasenta di fundus yang memicu terjadinya letak bokong.
b. Factor dari janin dapat disebabkan oleh keadaan seperti :
1) Hidrosefalus atau anasefhalus
2) Kehamilan kembar
3) Hidramnion
4) Prematuritas
(Winkjosastro, 2008).

3. Manifestasi klinis
a. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu
sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
b. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
c. Punggung anak dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil
pada arah yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang bubar dan
lunak.
d. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
(Hidayat, 2009).
4. Penatalaksanaan
a. Mekanisme
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung dengan persalinan
bokong, persalinan bahu, dan persalinan kepala. Bokong masuk pintu atas
panggul dapat melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan melakukan putar
paksa dalam sehingga trochanter depan berada di bawah simpisis. Dengan
trochanter depan sebagai hipomoklion, akan lahir trochanter belakang, dan
selanjutnya seluruh bokong lahir. Sementara itu bahu memasuki jalan lahir dan
mengikuti jalan lahir untuk melakukan putar paksi dalam sehingga bahu depan
berada di bawah simpisis. Dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir
bahu belakang bersama dengan tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan dan
tangan depan. Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan
lahir dapat melintang atau miring, serta melakukan putar paksi dalam sehingga
suboksiput berada di bawah simpisis. Suboksiput menjadi hipomoklion, berturut-
turut akan lahir dagu, mulut, hidung, muka, dan kepala seluruhnya (Manuaba,
2010: h. 492).
Menurut Wiknjosastro (2005) prosedur pertolongan persalinan spontan
pada presentasi bokong dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu :
1) Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusar
(scapula depan). Disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan
bokong, yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.
2) Tahap kedua : fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya
mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk pintu
atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena itu fase ini
harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan. Bila mulut sudah
lahir, janin dapat bernafas lewat mulut.
3) Tahap ketiga : fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala
lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang
bertekanan tinggi (uterus), kedunia luar yang tekanannya lebih rendah,
sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menhindari
terjadinya perdarahan intracranial.
b. Jenis persalinan
Menurut oxom dan wiliam (2010) penanganan presentasi bokong yaitu
dengan persalinan pervaginaan dan persalinan per abdominal (section caesarea).
1) Persalinan pervaginam
a) Spontan yaitu persalinan yang terjadi sepenuhnya merupakan hal yang
terjadi secara spontan dengan tenaga ibu dan kontraksi uterus tanpa
dilakukan tarikan atau manipulasi sedikitpun selain memegang janin yang
dilahirkan. Jenis persalinan ini disebut persalinan dengan cara bracht.
b) Ekstraksi parsial yaitu persalinan yang terjadi secara spontan sampai
imbulikus, tetapi selanjutnya dilakukan ekstraksi. Jadi janin lahir dengan
kekuatan ibu, his, dan tenaga penolong, misalnya dengan cara klasik,
muller, mouritceau.
c) Ekstraksi total yaitu persalinan yang terjadi dengan cara seluruh tubuh
janin di ekstraksi oleh tenaga penolong persalinan atau dokter kebidanan.
2) Persalinan perabdominal : section caesarea.
Insidensinya sekitar 10 persen. Menurut Wiknjosastro (2005) ada beberapa
kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus dilahirkan
per abdominam, misalnya :
a) Primigravida tua
b) Nilai social janin tinggi (high social value baby)
c) Riwayat persalinan yang buruk (bad obstetric history)
d) Janin besar, lebih dari 3,5 kg-4 kg
e) Dicurigai adanya kesempitan panggul
f) Prematuritas
c. Tindakan pertolongan persalinan partus sungsang :
1) Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan, selaput ketuban,
dan penurunan bokong serta kemungkinan adanya penyulit.
2) Instruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama ada his. Mengedan
dengan benar mulai dengan menarik nafas dalam, katupkan mulut, upayakan
tenaga mendorong ke abdomen dan anus. Kedua tangan menarik lipat lutut,
angka kepala dan lihat ke pusar.
3) Pimpin berulang hingga bokong turun kedasar panggul. Lakukan episiotomy
saat bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis.
4) Melahirkan bayi dengan cara brach :
a) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara brach yaitu kedua ibu
jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang
daerah panggul.
b) Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin.
c) Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.
d) Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus scapula inferior tampak di
bawah sisfisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung
janin didekatkan kea rah perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan
lahirnya badan bayi.
e) Gerakan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.
5) Apabila terjadi hambatan perngeluaran saat tubuh janin mencapai daerah
scapula inferior, segera lakukan pertolongan dengan cara klasik atau muller
dan lovset (manual aid).
6) Jika dengan cara brach bahu dan tangan tidak bisa lahir maka bahu dan tangan
dilahirkan secara klasik yaitu :
a) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga
bokong dan kaki lahir.
b) Kemudian mengendorkan tali pusat
c) Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik keatas.
Dengan tangan kiri dan menariknya kearah kanan atas ibu, untuk
melahirkan bahu kiri bayi yang berada di belakang. Dengan tangan kanan
dan menariknya kearah kiri atas ibu, untuk melahirkan bahu kanan bayi
yang berada di belakang.
d) Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu belakang).
Sejajar dengan lengan bayi, untuk mlahirkan lengan belakang bayi.
e) Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik kea rah bawah
kontra lateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan
bayi depan dengan cara yang sama.
7) Apabila sulit untuk melahirkan bahu belakang maka lakukan cara muller
yaitu:
a) Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki
dengan cara yang sama seperti klasi, kea rah belakang kontra lateral dari
bahu depan.
b) Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama unuk
melahirkan bahu dan lengan belakang.
8) Cara lovset (dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang
kepala/nuchal arm) :
a) Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang dengan kedua tangan. Tarik
kebawah sampai scapula berada di bawah simpisis.
b) Kemudian bayi diputar 180 derajat sampai bahu belakang berubah
menjadi bahu depan dan lahir.
c) Dengan arah yang berlainan dengan putaran pertama, bayi diulangi diputar
18 derajat sampai kedua bahu lahir.
9) Melahirkan kepala bayi dengan cara Mauriceau, dilakukan bila bayi dilahirkan
secara manual aid atau bila dengan bracht kepala belum lahir yaitu dengan
cara :
a) Letakkan bayi diatas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah
menunggang kuda (untuk penolong kidal meletakkan badan bayi di atas
tangan kanan).
b) Satu jari di masukkan di mulut dan dua jari di maksila.
c) Tangan kanan memegang atau mencengkam bahu tengkuk bayi.
d) Meminta seorang asisten menekan fundus uteri.
e) Bersamaan dengan adanya his, asisten menekan funduk uteri, penolong
persalinan melakukan tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir di
bombing jari yang dimasukkan untuk menekan dagu atau mulut.
10) Ekstraksi kaki dilakukan bila kala II tak maju atau tampak gejala kegawatan
ibu dan bayi.
a) Tangan kanan masuk secara obstetric menelusuri bokong, pangkal pah
sampai lutut, kemiduan melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi, tangan yang lain mendorong fundus
ke bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki di pegang dengan dua jari
dan dituntun ke luar dari vagina sampai batas lutut.
b) Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari
diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain
di depan betis, kaki ditarik curam ke bawah sampai pangkal paha lahir.
c) Pegangan di pindah ke pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu
jari di belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan
paha.
d) Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trochanter depan lahir.
Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas
hingga trochanter belakang lahir. Bila kedua trochanter telah lahir berarti
bokong lahir.
e) Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dahulu, maka yang
akan lahir lebih dahulu adalah trochanter depan maka pangkal paha ditarik
terus curam ke bawah.
f) Setelah bokong lahir maka dilanjutkan dengan manual aid.
11) Teknik ekstraksi bokong dikerjakan jika presentasi bokong murni dan bokong
sudah turun di dasar panggul, bila kala II tidak maju ata tampak keadaan
janin/ibu yang mengharuskan bayi segera dilahirkan , caranya yaitu :
a) Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan
kedalam jalan lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian depan. Dengan
jari ini lipat/krista dikaitkan dan ditarik curam kebawah. Untuk
memperkuat tenaga tarikan ini, maka tangan penolong yang lain
mencekam pergelangan tadi dan turut menarik curam ke bawah.
b) Bila dengan tarikan ini trochanter depan mulai tampak di bawah simpisis,
maka jari telunjuk penolong yang lain mengkait lipatan paha ditarik curam
ke bawah sampai bokong lahir.
c) Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan dengan manual aid..
12) Curam piper digunakan kalau pengeluaran kepala bayi dengan bracht atau
mauticeu gagal. Caranya : tangan dan badan bayi dibungkus kain steril,
diangkat ke atas, curam piper di pasang melintang terhadap panggul dan
kepala kemudian ditarik.

5. Komplikasi
a. Komplikasi pada ibu
1) Perdarahan
2) Robekan jalan lahir
3) Infeksi
b. Komplikasi pada bayi
1) Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh :
a) Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban - lendir)
b) Perdarahan atau edem jaringan otak
c) Kerusakan medulla oblongata
d) Kerusakan persendian tulang leher
e) Kematian bayi karena asfiksia berat
2) Trauma persalinan
a) Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas.
b) Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
c) Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar kepala;
fraktur tulang kepala; kerusakan pada mata, hidung atau telinga; kerusakan
pada jaringan otak.
3) Infeksi, dapat terjadi karena :
a) Persalinan berlangsung lama
b) Ketuban pecah pada pembukaan kecil
c) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam
6. Diagnosa banding
a. Kelahiran dengan bayi henti nafas.
b. Kecemasan dengan ibu melakukan proses SC.

B. PENGKAJIAN
1. Wawancara
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk
mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi pasien (Nursalam, 2001). Data subjektif adalah informasi yang
diceritakan ibu-ibu tentang apa yang dirasakannya, apa yang dikumpulkan
berdasarkan pemeriksaan atau pengamatan terhadap ibu (Depkes RI, 2008).

2. Pemeriksaan Fisik
a. Bentuk kepala : untuk mengetahui bentuk kepala dan benjolan dikepala.
b. Rambut : untuk mengetahui apakah rambut ibu rontok atau tidak.
c. Muka : oedema atau tidak.
d. Mata : untuk mengetahui adanya anemi/ hepatitis dengan menilai sclera dan
konjungtiva.
e. Mulut : untuk mengetahui apakah terdapat stomatitis atau tidak, jika terjadi
radang pada gusi / caries pada gusinya bisa menjadi jalan masuk kuman.
f. Telinga : untuk mengetahui apakah simetris dan terdapat serumen atau tidak.
g. Hidung : untuk mengetahui apakah terdapat polip atau tidak.
h. Leher : untuk mengetahui apakah terdapat kelainan seperti terapat pembesaran
kelenjar tyroid dan limfe atau tidak.
i. Dada dan axila : untuk menilai adanya gangguan pada pernafasan.
j. Abdomen : untuk mengetahui bentuk abdomen, luka bekas operasi, pembesaran
kelenjar limfe/hati dan nyeri tekan. Untuk mengetahui apakah ada linea nigra,
striae gravidarum, dan abdomen membesar sesuai umur kehamilan atau tidak.
k. Genetalia : untuk mengetahui terdapat oedema, varices, lecet, memar atau tidak.
l. Ekstremitas : untuk mengetahui apakah terdapat oedema, varices da nada reflek
patella. (Priharjo Robert, 2007).

3. Pemeriksaan Diagnostic
a. Tes prenatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple.
b. Ultrasound atau pelvimetri sinar X : mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi
janin, posis dan formasi.

4. Analisa data
Data subjektif :
1. Ibu mengatakan bernama Ny….
2. Ibu mengatakan berusia ….
3. Ibu mengatakan nyeri pada bagian kemaluan karena episiotomy
4. Ibu mengatakan merasa lemas
Data objektif :
1. Tanda-tanda vital.
2. Terdapat jahitan pada kemaluan klien.
3. Klien tampak lemas.
4. Klien tampak menahan nyeri.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan pada perineum dan di laserasi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan proses persalinan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post partum.

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Tingkat nyeri (L.08006) Manajemen nyeri (I.08238)
Kriteria hasil : Observasi :
1. Keluhan nyeri menurun. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
2. Meringis menurun. durasi, frekuensi, kualitas,
3. Sikap protektif menurun. intensitas nyeri.
4. Gelisah menurun. 2. Identifikasi skala nyeri.
5. Menarik diri menurun. 3. Identifikasi nyeri non verbal.
6. Kesulitan tidur menurun. 4. Identifikasi yang memperberat
dan memperingan nyeri.
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri.
6. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri.
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup.
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetic.
Terapeutik :
1. Berikan teknik non farmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
4. Pertimbangan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode,
pemicu, nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetic,
bila perlu.
2 Intoleransi Toleransi aktivitas Manajemen energi (I.05178)
aktifvitas Kriteria hasil ; Observasi :
Toleransi aktivitas Kriteria 1. Identifkasi gangguan
hasil : fungsi tubuh yang
1. Frekuensi nadi meningkat Aktivitas sehari hari bisa di
2. Saturasi oksigen lakukan dengan aman
meningkat mengakibatkan kelelahan.
3. Kemudahan dalam 2. Monitor kelelahan fisik
melakukan aktivitas sehari- dan emosional.
hari meningkat. 3. Monitor pola dan jam
4. Kecepatan berjalan tidur.
meningkat 4. Monitor lokasi dan
5. Jarak berjalan meningkat. ketidaknyamanan selama
6. Kekuatan tubuh bagian melakukan aktivitas.
atas meningkat. Terapeutik :
7. Kekuatan tubuh bagian 1. Sediakan lingkungan
bawah meningkat nyaman dan rendah
8. Toleransi dalam menaiki stimulus.
tangga meningkat. 2. Lakukan Latihan rentang
gerak pasif dan atau aktif.
3. Berikan aktivitas distraksi
yang memenangkan.
4. Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan.
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring.
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap.
3. Anjurkan untuk
menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tetang cara meningkatkan
asupan makanan.
Resiko infeksi Integritas kulit dan jaringan Perawatan persalinan (I. 07227)
D.0142 (L. 14125) Observasi :
Kriteria hasil : 1. Identifikasi kondisi proses
1. Elastisitas meningkat. persalinan.
2. Nyeri menurun. 2. Monitor kondisi fisik dan
3. Perdarahan menurun. psikologis pasien.
4. Kerusakan jaringan 3. Monitor kesejahteraan ibu (mis.
menurun. Tanda vital, kontraksi : lama,
5. Kerusakan lapisan kulit frekuensi dan kekuatan).
menurun. 4. Monitor kesejahteraan janin
(gerak janin 10 x dalam 12 jam)
secara berkelanjutan (DJJ dan
volume air ketuban).
5. Monitor kemajuan persalinan.
6. Monitor tanda-tanda persalinan
(dorong meneran, tekanan pada
anus, perineum menonjol,
vulva membuka).
7. Monitor kemajuan pembukaan
menggunakan partograf saat
fase aktif.
8. Monitor tingkat nyeri selama
persalinan.
9. Lakukan pemeriksaan leopold.
Terapeutik :
1. Berikan metode alternative
penghilang rasa sakit (mis.
Pijat, aromaterapi, hipnosis).
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur pertolongan
persalinan.
2. Informasikan kemajuan
persalinan.
3. Ajarkan teknik relaksasi.
4. Anjurkan ibu mengosongkan
kandung kemih.
5. Anjurkan ibu cukup nutrisi.
6. Ajarkan ibu cara mengenali
tanda-tanda persalinan.
7. Ajarkan ibu mengenali tanda
bahaya persalinan.
E. DAFTAR PUSTAKA
http://pustaka.poltekes-
pdg.ac.id/repository/KTI_PERSALINAN_DENGAN_SUNGSANG_
Tim SDKI DPP PPNI. (2018). Standar diagnose keperawatan Indonesia : definisi dan
indikatordiagnostik edisi I. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim SLKI DPP PPNI . (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia : edisi I. Jakarta :
Dewan Pengurus PPNI.
Tim SIKI DPP PPNI . (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia : edisi I.
Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai