Penyusun :
201801118
2C S1 Keperawatan
PRODI S1 KEPERAWATAN
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Icterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena adanya bilirubin
pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (Brooker, 2001)
Icterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat penumpukan
bilirubin. Sedangkan hiperbilirubinemia adalah icterus dengan konsentrasi bilirubin
serum yang menjurus kearah terjadinya kernicterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar
bilirubin yang tidak dikendalikan (Markum A.H 1991)
Icterus adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke 2-3 setelah lahir,
yang tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari
ke-10 (Nursalam, 2005)
2. Etiologi
a. Peningkatan produksi bilirubin dapat menyebabkan :
Hemolysis, missal pada inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketudak sesuaian
golongan darah ibu dan anaj pada penggolongan Rhesus dan ABO
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran
Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang terdapat
pada bayi Hipoksia atau Asidosis
Defisiensi G6PD/Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase
Icterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta), diol
(steroid)
Kurangnya enzim glukoronil transeferase, sehingga kadar bilirubin indirek meningkat
misalnya pada berat lahir rendah
Kelainan kongenital (Rotor Syndrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia
b. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine
c. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
toksoplasmosis, syphilis
d. Gangguan eksresi yang terjadi intra atau ekstra hepatic
e. Peningkatan sirkulasi enterohepatik misalnya pada ileus obstruktif
3. Pathway
4. Manifestasi Klinik
Gejala utamanya adalah kuning dikulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat
pula disertai dengan gejala-gejala :
a. Dehidrasi : asupan kalori tidak adekuat misalnya kurang minum, muntah-muntah
b. Pucat : sering berkaitan dengan anemia hemolitik (misalnya : ketidak cocokan
golongan darah ABO, Rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular
c. Trauma lahir : Bruising, selfahematom (perdarahan kepala), perdarahan tertutup
lainnya
d. Pletorik (penumpukan darah) : Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan
memotong tali pusat, bayi KMK
e. Letargik daan gejala sepsis lainnya
f. Ptkiae (bintik merah dikulit), sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis, atau
eritoblastosis
g. Mikrosefall (ukuran kepala lebih kecil dari normal), sering berkaitan dengan anemia
hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati
h. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
i. Omfalitis (peradangan umbilicus)
j. Hipotiroidisme (difisiensi aktifitas tiroid)
k. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)
l. Feses dempul disertai urin coklat. Pikirkan kearah icterus obstruktif, selanjutnya
konsultasikan kebagian hepatologi
5. Klasifikasi
Icterus pada neonatorum dapat dibagi dua :
a. Icterus fisiologis :
Icterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga serta tidak mempunyai potensi untuk
menjadi kern icterus. Kern icterus yaitu kerusakan otak karena pelengketan bilirubin
indirek pada otak yang ditandai dengan mata berputar, letargi, tak mau menghisap,
tonus otot meningkat, leher kaku, opstotomus.
Tanda-tanda icterus fisiologis :
Warna kuning timbul pada hari kedua dan ketiga, menghilang pada 10 hari pertama
Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonates cukup bulan dan 12,5
mg% pada premature
Kadar bilirubin tidak melebihi 1mg%
Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari
Bayi tampak sehat dan minum baik
b. Icterus patologis :
Yaitu icterus yang mempunyai dasar patologi atau kadar bilirubin mencapai lebih dari
normal (hiperbilirubinemia)
Tanda-tanda icterus patologis :
Icterus timbul 24 jam pertama kehidupan
Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam
Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan dan 12,5 mg%
pada bayi cukup bulan
Disertai hemolysis
Bilirubin direc >1 mg/dl
Icterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari pada bayi cukup bulan dan 14 hari
pada premature
6. Komplikasi
Komplikasi terjadi kern icterus yaitu kerusakan otak akibat pelengketan bilirubin indirek
pada otak dengan gambaran klinik :
a. Latergi/lemas
b. Kejang
c. Tak mau menghisap
d. Tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus
e. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat terjadi spasme otot, epistotonus, kejang
f. Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN IKTERUS NEONATORUM
I. PENGKAJIAN
A. Biodata
Nama : By. W
Tgl lahir : 20 Desember 2001 (9 hari)
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : Satu
Tgl masuk RS : 5 Juni 2020
Tgl dikaji : 5 Juni 2020
Diagnosa medis : Icterus neonatorum
No Reg : 0021/D/01/02
Penanggung jawab
Nama Bapak : Tn. Ade
Umur : 27 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : TNI AD
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Sangkuriang No.38 Rt: 06/02 Cimahi
Nama Ibu : Ny. Mira
Umur : 24 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
B. Alasan Masuk Rumah Sakit
Ibu membawa bayinya ke rumah sakit karena bayinya terlihat kuning sejak usia 10 hari, dan
bayinya tampak lemah.
Sejak usia 10 hari bayi terlihat kuning dan lemah, hingga bayi tidak mau menetek, warna kuning
terlihat jelas terutama di daerah wajah dan sklera.
Ibu mengatakan dalam keluarga belum pernah ada yang menderita penyakit menular baik
pernafasan ataupun pencernaan, tidak ada riwayat gangguan kardiovaskuler, tidak riwayat
penyakit keturunan dan tidak ada riwayat hepatitis.
2 Eliminasi :
a. a. BAB a. 1 – 2 x/hari a. 1 – 2 x/hari
-Frekuensi lembek lembek
-Konsistensi b. Kuning tengguli b. Kuning tengguli
-Warna c. Tidak berbau c. Tidak berbau
-Bau
b. b. BAK a. 8 – 9 x/hari a. 10 – 11 x/hari
-Frekuensi b. Jernih b. Jernih
-Warna c. Tidak berbau c. Tidak berbau
-Bau
3 Istirahat dan tidur :
a. a. Tidur malam a. 9-10 jam a. 9-10 jam
b. b. Gangguan tidur b. Tidak ada b. Tidak ada
c. c. Tidur siang c. 8-10 jam c. 8-10 jam
d. d. Tidur dengan siapa d. Ibunya d. Dalam inkubator
e. e. Kebiasaan sebelum tidur e. Menetek e. Menetek
2. Antropometri :
a. BB : 3050 gr
b. TB : 52 cm
c. LK : 35 cm
d. LLA : 10 cm
e. LD : 31 cm
f. LP : 34 cm
a. Kepala
Bentuk tampak simetris, rambut hitam, tidak nampak cephal haematoma, LK 35 cm, tidak
tampak hydrocephalus, fontanel belum menutup, caput cecudanum ada.
b. Mata
- Bentuk dan gerak mata : bentuk simetris, reflek mengedip dan melirik masih kurang.
- Kelopak mata : tampak simetris, dapat menutup rapat, reflek mengedip ada
c. Hidung
d. Mulut
- Lidah : tampak simetris, warna merah muda, tidak nampak lesi, massa atau beslag
- Bibir : Tampak simetris, warna merah muda, tidak tampak lesi atau massa
e. Telinga
- Letak : kanan dan kiri, spina sejajar dengan ujung mata
- Gerakan leher : menengok ke kanan atau ke kiri, reflek tonick neck ada
g. Dada
Gerak dan bentuk simetris, tidak tampak retraksi dinding dada, tidak tampak lesi/massa
Pola nafas teratur, bunyi nafas vesikuler, frekuensi nafas 45 x/mnt, tidak terdengar wheezing,
ronchi, krepitasi/stridor.
h. Perut
- Inspeksi : warna kulit sama dengan permukaan tubuh yang lain, tampak ikterik, kelembaban
baik, tampak cembung, simetris, tali pusat sudah lepas, tidak tampak lesi.
i. Kulit
j. Ekstremitas
Atas : Gerak aktif, jumlah jari dan kuku lengkap, tidak tampak sianosis, reflek grasping baik.
Bawah : Gerak aktif, jumlah jari dan kuku lengkap, tidak tampak sianosis, reflek Babinski
baik, tidak tampak lesi.
O. Therapi
- ASI
- Fototerapi
DS :
BB turun
-Ibu mengatakan bayi
nya malas minum
1. Gangguan metabolisme bilirubin berhubungan dengan belum sempurnanya fungsi hati
2. Resiko tinggi terjadinya penurunan BB berhubungan dengan bayi malas minum.
3. Resiko tinggi kerusakan mata dan genetalia berhubungan dengan fototherapi