PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Death conceptus adalah kematian hasil konsepsi dengan usia kehamilan
kurang dari 20 minggu ditandai dengan tidak adanya denyut jantung pada janin.
Prinsip dasar dari kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, kegawatdaruratan janin, atau akibat infeksi yang tidak
terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati.
2.2 Etiologi
Lebih dari 50% kasus, etiologi kematian janin dalam kandungan tidak
ditemukan atau belum diketahui penyebabnya dengan pasti. Beberapa penyebab
yang bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, antara lain:
a. Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta
b. Preeklampsi dan eklampsia
c. Penyakit-penyakit kelainan darah
d. Penyakit infeksi dan penyakit menular
e. Penyakit saluran kencing
f. Penyakit endokrin: diabetes melitus
g. Malnutrisi
reproduksi dan emosi belum cukup matang, hal ini disebabkan adanya
kemunduran organ reproduksi secara umum (Wiknjosastro, 2005).
2. Paritas
Paritas yang baik adalah 2-3 anak, merupakan paritas yang aman terhadap
ancaman mortalitas dan morbiditas baik pada ibu maupun pada janin. Ibu
hamil yang telah melahirkan lebih dari 5 kali atau grandemultipara,
mempunyai risiko tinggi dalam kehamilan seperti hipertensi, plasenta
previa, dan lain-lain yang akan dapat mengakibatkan kematian janin.
3. Pemeriksaan Antenatal
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang mengancam jiwa,
oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan
selama periode antenatal.
a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (umur kehamilan 1-3
bulan)
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (umur kehamilan 4-6
bulan).
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (umur kehamilan 7-9
bulan). Pemeriksaan antenatal yang teratur dan sedini mungkin pada
seorang wanita hamil penting sekali sehingga kelainan-kelainan yang
mungkin terdapat pada ibu hamil dapat diobati dan ditangani dengan
segera. Pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama
kehamilan dapat mencegah terjadinya kematian janin dalam kandungan
berguna untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim,
hal ini dapat dilihat melalui tinggi fungus uteri dan terdengar atau
tidaknya denyut jantung janin.
4. Penyulit / Penyakit
a. Anemia
Hasil konsepsi seperti janin, plasenta dan darah membutuhkan zat
besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah
pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat zat besi. Jumlah ini merupakan
1/10 dari seluruh zat besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam
kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi dalam hati, limpa
4
dan sumsum tulang. Selama masih mempunyai cukup persediaan zat besi,
Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini
terjadi pada bulan kelima sampai bulan keenam kehamilan, pada waktu
janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya
terhadap hasil konsepsi salah satunya adalah kematian janin dalam
kandungan. Menurut Manuaba (2003), pemeriksaan dan pengawasan Hb
dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli, dapat digolongkan
sebagai berikut: normal : 11 gr%, anemia ringan : 9-10 gr%, anemia
sedang : 7-8 gr%, anemia berat : <7gr%.
b. Pre-eklampsi dan eklampsi
Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi
kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Maka
aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin.
c. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya
normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Solusio plasenta
dapat terjadi akibat turunnya darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri
yang menuju ke ruang intervirale maka terjadilah anoksemia dari jaringan
bagian distalnya. Sebelum ini terjadi nekrotis, spasme hilang darah
kembali mengalir ke dalam intervilli, namun pembuluh darah distal tadi
sudah demikian rapuh, mudah pecah terjadinya hematoma yang lambat
laun melepaskan plasenta dari rahim. Sehingga aliran darah ke janin
melalui plasenta tidak ada dan terjadilah kematian janin (Wiknjosastro,
2005).
d. Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit keturunan dengan ciri-
ciri kekurangan atau tidak terbentuknya insulin, akibat kadar gula dalam
darah yang tinggi dan mempengaruhi metabolisme tubuh secara
menyeluruh dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
5
hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga
memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah
melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim
sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten,
makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas
dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan
kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2003).
h. Letak lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada
sisi yang lain. Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan cukup
bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan
tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian janin. Bahu masuk ke
dalam panggul sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan
bagian-bagian tubuh lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan
terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk mengeluarkan janin,
segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua
bagian ini makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik
sehingga dapat mengakibatkan kematian janin (Wiknjosastro, 2005).
i. Antiphospolipid Syndrome
Ada dua macam antibodi antifosfolipid yang telah dikenal yaitu :
Lupus Antikoagulan ( LA ), dan Antikardiolipin Antibodi ( ACA ).
Sedangkan klasifikasi APS terdiri dari APS tanpa penyebab lain disebut
sebagai APS primer, sedangkan APS karena penyakit lain seperti SLE
dinamakan APS sekunder5.
j. Perangsangan pada ibu
Perangsangan yang menyebabkan uterus berkontraksi misalnya
terkejut, obat uterotonika, ketakutan, dan dapat juga trauma langsung
terhadap fetus, selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda dan
obat-obatan.
7
2.4 Epidemiologi
Secara epidemiologi, angka death conceptus biasanya dimasukkan ke
dalam angka bayi lahir mati (stillbirth rate). Angka bayi lahir mati masih cukup
tinggi di dunia, yaitu sekitar 2,6 juta per tahun, terutama di negara-negara
9
berkembang. Di Indonesia, diperkirakan angka bayi lahir mati sekitar 13 per 1.000
total kelahiran.
WHO memperkirakan angka bayi lahir mati (stillbirth rate) secara global
sekitar 2,6 juta per tahun. Sekitar 98% angka bayi lahir mati diperkirakan terjadi
di negara berkembang. Sekitar 50% dari angka bayi lahir mati (1,3 juta) terjadi
pada saat proses persalinan dan disebabkan oleh kondisi yang sebenarnya dapat
dicegah. Pada tahun 2014, data dari Badan Pusat Statistik Nasional Amerika
Serikat (National Vital Statistic Report) melaporkan terdapat 15.840 kematian
janin pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih di Amerika Serikat. Penyebab
kematian janin dari data tersebut adalah sebagai berikut6:
Nonspesifik: 30%
Gangguan pada plasenta dan membran: 28%
Kematian janin akibat komplikasi maternal: 14%
Kematian janin akibat kelainan kongenital: 10%
Kematian janin karena kondisi maternal yang tidak berkaitan dengan
kehamilan: 8%7
Berdasarkan data dari UNICEF (United Nations Children’s Fund) pada
tahun 2015, diperkirakan 5.000.000 bayi lahir di Indonesia atau sekitar 13.800 per
harinya. Sekitar 203 bayi meninggal setiap harinya sebelum mencapai usia 1
bulan dan diperkirakan sekitar 201 bayi lahir mati terjadi per harinya. Perkiraan
angka bayi lahir mati di Indonesia pada tahun 2015 adalah 13 per 1.000 total
kelahiran8.
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi death conceptus berupa kegagalan mekanisme unit
fetomaternal yang dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, misalnya sindrom
antifosfolipid, insufisiensi plasenta, solusio plasenta, atau villitis kronik berat.
Sindrom antibody antifosfolipid (APS) adalah salah satu diantara banyak
penyebab kematian hasil konseptus yang ditandai antibodi multiple yang berbeda
yang timbul bersama antibody antifosfolipid dengan thrombosis arteri dan vena.
APS dikenal juga sebagai sindrom Hughes. Trombosis telah diketahui secara luas
sebagai salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas kehamilan. APS adalah
penyebab utama trombosis dalam kehamilan yang bertanggung jawab atas
10
morbiditas dan mortalitas janin serta ibu seperti preeklampsia, pertumbuhan janin
terhambat, kematian janin dalam rahim, persalinan preterm dan bahkan gangguan
proses implantasi mudigah ke dalam endometrium. Jika terjadi kematian janin
maka selanjutnya terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing oleh
uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan hasil konsepsi tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi khorialis belum menembus desidua
secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8-
12 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
secara sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari
14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi
keluar dalam berbagai bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi atau fetus papiraseus9 .
2.7 Diagnosis
11
2.7.1 Anamnesis
1. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan
janin sangat berkurang
2. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil
atau kehamilan tidak seperti biasa
3. Ibu merasakan belakangan ini perutnya sering menjadi keras dan merasa
sakit-sakit seperti mau melahirkan
4. Jika kematian janin terjadi di awal kehamilan, mungkin tidak akan
ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan yang biasa
dialami (mual, sering berkemih, kepekaan pada payudara)
2.7.2 Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat
terutama pada ibu yang kurus
2. Palpasi
a. Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak
teraba gerakan-gerakan janin
b. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada
tulang kepala janin
3. Auskultasi
Baik memakai stetoskop, monoral maupun dengan doptone tidak terdengar
denyut jantung janin (DJJ)
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar gonadotropin
korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin atau HCG) mungkin
dapat membantu diagnosis dini selama kehamilan, namun kadar HCG
masih dapat tetap tinggi setelah beberapa hari setelah kematian hasil
konsepsi
2. Ultrasonografi Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun
gerakan janin, seringkali tulang-tulang letaknya tidak teratur, khususnya
tulang tengkorak sering dijumpai overlapping. USG saat ini merupakan
baku emas untuk mengkonfirmasi kematian janin dengan
12
Gejala dan tanda selalu Gejala dan tanda selalu ada Diagnosa kemungkinan
ada
Gerakan janin berkurang Syok Solusio placenta
atau hilang Uterus tegang atau kaku
Abdomen nyeri
berkurang
Pembesaran uteri
berkurang
Tabel 2.1 Diagnosis banding IUFD
6. Diagnosis IUFD
Diagnosis kematian janin dalam rahim meliputi:
a. Gejala jika kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan,
mungkin tidak akan ditemukan gejala kecuali berhentinya
gejala-gejala kehamilan yang biasa dialami (mual, sering
berkemih, kepekaan pada payudara). Di usia kehamilan
selanjutnya, kematian janin harus dicurigai jika janin tidak
bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama
b. Tanda-tanda ketidakmampuan mengidentifikasi denyut
jantung janin pada kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia
gestasi 12 minggu atau tidak adanya pertumbuhan uterus dapat
menjadi dasar diagnosis
c. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar
gonadotropin korionik manusia (Human Chorionic
Gonadotropin atau HCH) mungkin dapat membantu diagnosis
dini selama kehamilan
d. Pada pemeriksaan radiologis. Secara historis, foto rontgen
abdominal digunakan untuk mengkonfirmasi IUFD. Tiga
temuan sinar X yang dapat menunjukkan adanya kematian
janin meliputi penumpukan tulang tengkorak janin (tanda
spalding), tulang punggung janin melengkung secara
berlebihan dan adanya gas didalam janin. Meskipun demikian,
foto rontgen sudah tidak digunakan lagi. USG saat ini
merupakan baku emas untuk mengkonfirmasi IUFD dengan
mendokumentasikan tidak adanya aktifitas jantung janin
setelah usia gestasi 6 minggu. Temuan sonografi lain
mencakup edema kulit kepala dan maserasi janin
7. Penatalaksanaan IUFD
16
2.8.2 Abortus
1. Definisi
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang
sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin
sekitar 500 gram. Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara
apapun, spontan maupun buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup.
Batasan ini berdasar umur kehamilan dan berat badan. Dengan kata lain
abortus adalah terminasi kehamilan sebelum 20 minggu atau dengan berat
kurang dari 500 gr. Berdasarkan beberapa definisi tentang abortus di atas
maka disimpulkan bahwa abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan pada umur kehamilan < 20 minggu
dengan berat badan janin < 500 gr.
2. Klasifikasi Abortus
a. Abortus spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis
untuk mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai
abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran
(Miscarriage). Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan
antara abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkompletus,
abortus kompletus. Selanjutnya, dikenal pula missed abortion,
abortus habitualis, abortus infeksiosus dan abortus septik.
- Abortus imminens (keguguran mengancam)
Abortus imminens adalah perdarahan bercak yang
menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu
kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan. Diagnosis abortus
imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules
sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar
18
b. Abortus provokatus
Abortus buatan adalah tindakan abortus yang sengaja
dilakukan untuk menghilangkan kehamilan sebelum umur 28
minggu atau berat janin 500 gram. Abortus ini terbagi lagi
menjadi:
- Abortus therapeutic (Abortus medisinalis)
Pengakhiran kehamilan sebelum saatnya janin mampu
hidup dengan maksud melindungi kesehatan ibu. Indikasi untuk
melakukan abortus therapeutic adalah apabila kelangsungan
kehamilan dapat membahayakan nyawa wanita tersebut seperti
pada penyakit vaskular hipertensif tahap lanjut dan invasive
karsinoma pada serviks. Selain itu, abortus therapeutic juga boleh
dilakukan pada kehamilan akibat perkosaan atau akibat hubungan
saudara (incest) dan sebagai pencegahan untuk kelahiran fetus
dengan deformitas fisik yang berat atau retardasi mental.
- Abortus provokatus kriminalis
Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau
oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum atau
dilakukan oleh yang tidak berwenang. Kemungkinan adanya
abortus provokatus kriminalis harus dipertimbangkan bila
ditemukan abortus febrilis.
- Unsafe Abortion
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana
tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur
standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan
jiwa pasien.
21
3. Etiologi
a. Hal yang dapat menyebabkan abortus, antara lain :
- Infeksi akut virus, misalnya :
(1). Rubella
Infeksi rubella merupakan penyakit infeksi ringan pada
anak dan dewasa muda, tetapi memberi nuansa istimewa
seandainya infeksinya mengenai ibu hamil, dimana virus dapat
menembus barier plasenta dan langsung patogenik terhadap
janin yang dikandung. Infeksi rubella dapat menyebabkan
abortus spontan, lahir mati, malformasi janin, kelainan bayi,
sindrom rubella pada anak di kemudian hari.
(2) Parasit, misalnya malaria
Terdapat empat spesies plasmodium yang menyebabkan
malaria pada manusia, yaitu vivax, ovale, malariae, dan
falsiparum. Organisme ini ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina. Serangan-serangan malaria secara bermakna
meningkat tiga sampai empat kali lipat pada dua trimester
22
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Antikoagulan Theraphy
Di antara wanita yang mengalami dead conceptus berulang dan positif
terdapat antibodi antifosfolipid tes, dua uji klinis menunjukkan perbaikan tingkat
kelahiran hidup dengan penggunaan dosis profilaksis unfractionated heparin
(misalnya, 5000 U subkutandua kali sehari) dan aspirin dosis rendah,
dibandingkan dengan aspirin alone. Strategi ini menjadi pengobatan standar
karena sindrom antifosfolipid, namun percobaan yang lebih baru yang melibatkan
beberapa wanita dengan sindrom ini tidak menunjukkan peningkatan angka
kelahiran hidup secara signifikan dengan penggunaan dosis profilaksis rendah
heparin dan aspirin dosis rendah. Dengan demikian, peran perawatan ini khusus
untuk pencegahan keguguran berulang masih kontroversial1,10.
27
Kuretase
Kuret sebenarnya adalah nama sebuah alat operasi untuk mengeluarkan
jaringan dari dalam rahim. Prosedurnya disebut kuretase.
Fungsi kuret
Dilatasi
Kuretase
Pengangkatan lapisan dan isi rahim dengan alat tipis serupa sendok
bernama kuret. Sebuah alat bernama kanula juga bisa digunakan untuk
mengisap jaringan yang tersisa di dalam rahim. Namun, jika kuret
dilakukan untuk tujuan pemeriksaan, dokter hanya akan mengambil sedikit
jaringan sebagai sampel, untuk kemudian diuji di laboratorium.
Setelah prosedur, kondisi pasien akan dimonitor selama beberapa jam
untuk memastikan pasien sudah pulih sepenuhnya dari obat bius dan untuk
mendeteksi apakah terjadi komplikasi, seperti perdarahan hebat.
Mengantuk, mual, dan muntah adalah efek yang mungkin terasa apabila
pasien menjalani bius total.
Umumnya pasien dapat langsung pulang dalam beberapa jam setelah
prosedur, namun disarankan untuk ditemani dan diantar oleh keluarga.
30
Risiko Kuret
Meski relatif aman, namun tiap prosedur operasi pasti memiliki risiko. Kuret
mengandung risiko sebagai berikut:
Selain itu, risiko kuret yang lebih jarang terjadi termasuk kerusakan atau
terbentuknya lubang pada leher rahim, rahim, kandung kemih, atau pembuluh
darah. Lubang dapat terbentuk karena cedera akibat alat operasi.
Terbentuknya lubang pada rahim akibat cedera lebih berisiko terjadi pada wanita
yang telah memasuki masa menopause atau baru saja melahirkan. Meski
umumnya lubang ini dapat menutup dengan sendirinya, namun kadang perlu
dilakukan tindakan lanjutan berupa pemberian obat atau operasi jika terjadi
kerusakan pada organ atau pembuluh darah.
2.10 Komplikasi
Sekitar 20-25% dari ibu yang mempertahankan janin yang telah mati
selama lebih dari 3 minggu maka akan mengalami koagulopati intravaskuler
diseminata (Disseminated Intravascular Coagulopathy atau DIC) akibat adanya
konsumsi factor faktor pembekuan darah secara berlebihan. Selain itu juga dapat
31
menimbulkan infeksi di dalam rahim akibat pembusukan hasil konsepsi yang telah
mati.
2.11 Pencegahan
Meskipun tidak semua kasus kematian hasil konsepsi bisa dicegah, namun ibu
hamil bisa melakukan beberapa hal untuk mengurangi risiko fetal death, antara
lain:
1. Tidak merokok selama masa kehamilan.
2. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan berbahaya
selama masa kehamilan. Hal itu dapat memengaruhi perkembangan janin, dan
meningkatkan risiko keguguran, serta lahir mati.
3. Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan atau bidan
untuk memantau tumbuh kembang janin dan memastikan kondisi kesehatan
ibu dan janin selama kehamilan.
32
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Keputihan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan keputihan sejak 1 minggu yang lalu. Keputihan dikatakan
keluar terus menerus terutama jika sedang beraktifitas dan berkeringat. Keputihan
berwarna putih kekuningan, sedikit berbau amis namun tidak gatal. Tidak
ditemukan adanya darah yang keluar dan juga kontraksi pada perut.
Status General
Kepala :
34
o Normochepal
o Tidak tampak adanya deformitas
Mata :
o Tidak terdapat ptosis pada palpebra dan tidak terdapat oedem
o Conjunctiva tidak anemis
o Sklera tidak tampak ikterik
o Pupil isokor
o Hidung
o Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
o Septum : terletak ditengah dan simetris
o Mukosa hidung : tidak hiperemis
o Cavum nasi : tidak ada tanda perdarahan
o Telinga
o Daun telinga : normal
o Liang telinga : lapang
o Membrana timpani : intake
o Nyeri tekan mastoid : tidak ada
o Sekret : tidak ada
o Mulut dan tenggorokan
o Bibir : pucat
o Palatum : tidak ditemukan torus
o Lidah : normoglosia
o Tonsil : T1/T1 tenang
o Faring : tidak hiperemis
o Leher JVP : (5+2) cm H2O
o Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar
o Trakea : letak di tengah
o Thorax
o Paru-Paru
o Inspeksi : pergerakan nafas statis dan dinamis
35
3.5 Diagnosis
- G1P0000 UK 8 minggu 4 hari + Death Conceptus
3.6 Penatalaksanaan
- Invitec 2 tablet / oral
- Invitec 1 tablet / vagina
- DC dengan GA
- Cek DL BT CT
- Konsul TS. Anastesi
- Pasien dipuasakan
Hasil Laboratorium
PARAMETER RESULT MIN MAX
LED mm/jam 0 15
FAAL HEMOSTASIS
Golongan darah : B Rh +
HIV : Non Reactive
HBsAg : Non Reactive
SYPHILIS : Non Reactive
3.7 Monitoring
Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi), keluhan, tanda-tanda
perdarahan
3.8 Follow Up
TANGGAL/ S O A P
JAM
- Kontrol poliklinik
Obgyn tanggal
24/02/2020
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Branch Ware, Gibson Mark, Robbert Silver. Reccurent Miscarriage. The New
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp1005330
at: http://www.intechopen.com/books/antiphospholipid-
yndrome/antiphospholipidsyndrome-in-pregnancy
https://www.who.int/reproductivehealth/topics/maternal_perinatal/stillbirth/en/
7. National Vital Statistics Report (NVVS). Cause of fetal death: Data from the
fetal death report, 2014. National Vital Statistics Reports vol 65 no 7. October 31
8. Lawn JE, Blencowe H, Waiswa P, et al, for The Lancet Ending Preventable
investigator group. Stillbirths: rates, risk factors, and acceleration towards 2030.
Lancet 2016.
44
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ. In: William’s Obstetrics. Ed 23. The Mc