K DENGAN
HIPERTENSI
DISUSUN OLEH :
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas. Masalah yang biasa
dialami lansia adalah hidup sendiri, depresi, fungsi organ tubuh menurun dan mengalami
menopause. Status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan karena berpengaruh dalam
penilaian kebutuhan akan zat gizi. Ada lansia yang tergolong sehat, dan ada pula yang
mengidap penyakit kronis. Di samping itu, sebagian lansia masih mampu mengurus diri
sendiri, sementara sebagian lansia sangat bergantung pada “belas kasihan” orang lain.
Kebutuhan zat gizi mereka yang tergolong aktif biasanya tidak berbeda dengan orang
dewasa sehat. Namun penuaan sangat berpengaruh terhadap kesehatan jika asupan gizi
tidak dijaga
Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat sebanyak 7,2% dari
estimasi tahun 2010. Data tahun 2007-2010 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5%
menerima pengobatan dengan 52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol (tekanan
darah sistolik). Sekitar 69% pasien serangan jantung, 77% pasien stroke, dan 74% pasien
congestive heart failure (CHF) menderita hipertensi dengan tekanan darah >140/90
mmHg. Hipertensi menyebabkan kematian pada 45% penderita penyakit jantung dan 51%
kematian pada penderita penyakit stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Istimewa Yogyakarta merupakan penyebab kematian tertinggi (Dinkes DIY, 2013). Hasil
riset kesehatan dasar tahun 2013 menempatkan D.I Yogyakarta sebagai urutan ketiga
jumlah kasus hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis 3 dan/atau riwayat minum
obat. Hal ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dari hasil riset kesehatan dasar pada
tahun 2007, dimana D.I Yogyakarta menempati urutan kesepuluh dalam jumlah kasus
hipertensi berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan penyakit hipertensi.
2. Tujuan Khusus
mengalami insomnia.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
3. Bagi lansia
Dapat meningkatkan kualitas tidur sebagai upaya untuk melakukan kontrol untuk
TINJAUAN TEORI
A. Lanjut Usia
1. Pengertian lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum,
seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
2. Batasan lansia
sebagai berikut:
yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama
(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga
(fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup
usia. d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric
age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi
menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan
Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi
a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke semua organ
1) Keseluruhan
Berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya fat-to-lean body
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang elastis
karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat dan
menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki
menjadi tebal dan rapuh, pada wanita usia > 60 tahun rambut wajah meningkat,
rambut menipis atau botak dan warna rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang
1) Temperatur tubuh
2) Sistem muskular
akibat menurunnya serabut otot, pada otot polos tidak begitu terpengaruh.
3) Sistem kardiovaskuler
4) Sistem perkemiha
5) Sistem pernafasan
6) Sistem gastrointestinal
8) Sistem penglihatan
Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
9) Sistem pendengaran
parathormon.
Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarie dan uterus,
70 tahun, asal kondisi kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat
menopause.
sensitivitas terhadap empat rasa menurun yaitu gula, garam, mentega, asam,
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan
tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut diterlantarkan karena tidak berguna lagi.
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
d. Perubahan psikososial
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja
pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan
adalah merasakan atau sadar akan kematian, kesepian akibat pengasingan diri
kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri dan kematian pasangan
hidup.
e. Perubahan kognitif
f. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan
B. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian dalam
arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah. Tekanan darah tidak
pernah konstan. Tekanan darah dapat berubah drastis dalam hitungan detik dan
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah penyakit
kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri.
berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada arterial sistemik baik diastolik maupun
2. Klasifikasi Hipertensi
3. Jenis Hipertensi
dua, yaitu:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi yang tidak
jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja jantung
akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Lebih dari 90% kasus hipertensi
sistemik lain
yaitu, seperti renal arteri stenosis, hyperldosteronism, hyperthyroidism,
pheochromocytoma, gangguan hormon dan penyakit sistemik lainnya (Herbert
4. Gejala Hipertensi
debar, sering buang air kecil di malam hari, sulit bernafas, mudah lelah, wajah
5. Patofisiologi Hipertensi
jantung.
6. Pathway Hipertensi
Perubahan struktur
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
otak
Nyeri tengkuk/kepala
7. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena tekanan darah.
b. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak
c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
c. Olahraga
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
hipokoagulabilitas, anemia.
adanya DM.
C. Insomnia
1. Pengertian
kualitas maupun kuantitas.Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau
tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur
atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat
2. Penyebab Insomnia
a. Suara atau bunyi : Biasanya orang dapat menyesuaikan dengan suara atau bunyi
atau dirampok, pada malam hari terbangun berkali-kali hanya suara yang halus
sekalipun.
b. Suhu udara : Kebanyakan orang akan berusaha tidur pada suhu udara yang
menyenangkan bagi dirinya. Bila suhu udara rendah memakai selimut dan bila
suhu tinggi memakai pakaian tipis, insomnia ini sering dijumpai didaerah tropic.
c. Tinggi suatu daerah ; Insomnia merupakan gejala yang sering dijumpai pada
mountain sickness (mabuk udara tipis), terjadi pada pendaki gunung yang lebih
2006).
3. Tipe-tipe insomnia
a. Tidak bisa masuk atau sulit masuk tidur yang disebut juga insomniainisial
1-3 jam dan kemudian karena kelelahan iabias tertidur juga. Tipe insomnia ini
b. Terbangun tengah malam beberapa kali, tipe insomnia ini dapat masuktidur
dengan mudah, tetapi setelah 2-3 jam akan terbangun dan tertidurkembali,
kejadian ini dapat terjadi berulang kali. Tipe insomnia inidisebut jaga intermitent
insomnia.
c. Terbangun pada waktu pagi yang sangat dini disebut juga insomniaterminal,
dimana pada tipe ini dapat tidur dengan mudah dan cukupnyenyak, tetapi pada
saat dini hari sudah terbangun dan tidak dapat tidur lagi (Erry 2000)
4. Dampak Insomnia
sebagainya.
d. Efek sosial : Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan
keluarga.
e. Kematian orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan
hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam.
Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang mengindiksi insomnia yang
memperpendek angka harapan hidup atau karena higharousal state yang terdapat
2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan
D. Resiko Jatuh
1. Definisi
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di
dalamnya, baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizzines,
serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda,
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben,
1996 ).
2. Prevalensi
Berdasar survai di masyarakat AS, Tinetti ( 1992 ) mendapatkan sekitar 30%
lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut
lebih dari 65 tahun berkisar ⅓ populasi lansia setiap tahun, dengan rata-rata jatuh
0,6/orang. Insiden di rumah – rumah perawatan (nursing home) 3 kali lebih banyak
( Tinetti, 1992 ). 5 % dari penderita jatuh ini mengalami patah tulang atau
lebih dari 65 tahun menderita jatuh setiap tahunnya dan sekitar 1/40 memerlukan
3. Morbiditas
1992, dan no.5 pada 1994 untuk penderita lansia, 2/3 nya akibat jatuh. Kematian
akibat jatuh sangat sulit diidentifikasi karena sering tidak disadari oleh keluarga atau
dokter pemeriksanya, sebaliknya jatuh juga bisa merupakan akibat penyakit lain
pada lansia, diderita oleh 200.000 lebih lansia di AS pertahun, sebagian besar wanita.
akan mengalami fraktur tulang lain seperti iga, humerus, pelvis dan lain-lain, 5%
akan mengalami perlukaan jaringan lunak. Perlukaan jaringan lunak yang serius
seperti subdural hematom, hemarthroses, memar dan keseleo otot juga sering
menua dan osteoporosis. Wanita mempunyai risiko tinggi dibanding laki – laki untuk
terjadinya fraktur dan perlukaan akibat jatuh.Risiko untuk terjadinya perlukaan akibat
jatuh merupakan efek gabungan dari penurunan respon perlindungan diri ketika jatuh
4. Faktor Resiko
Untuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa
a. Sistem sensori
vestibuler, dan proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan
gangguan pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang
sepertiga penderita lansia mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji
klinik.
c. Kognitif
jatuh.
Brocklehurs, 1987 ).
e. Faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan faktor yang benar –
benar murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh.Gangguan
berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan gait yang terjadi
5) Kerusakan proprioseptif
bawah
tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah.
antara lain: ( Kane, 1994; Reuben , 1996; Tinetti, 1992; campbell, 1987; Brocklehurs,
1987 ).
b. Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan – kelainan akibat proses
menua misalnya karena mata kurang awas, benda – benda yang ada di rumah
tertabrak, lalu jatuh, nyeri kepala dan atau vertigo, hipotensi orthostatic,
c. Obat – obatan
1) Diuretik / antihipertensi
2) Antidepresen trisiklik
3) Sedativa
4) Antipsikotik
6) Alkohol
1) Kardiovaskuler : – aritmia
2) stenosis aorta
4) Neurologi : – TIA
5) Stroke
6) Serangan kejang
7) Parkinson
9) Penyakit serebelum
c) Terbakar matahari
a. Alat – alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau
tergeletak di bawah
e. Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal / menekuk pinggirnya,
h. Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.
a. Aktivitas
Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti
berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit sekali ( 5% ),
jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki
gunung atau olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan banyak
kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau terpapar bahaya
yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi pada lansia yang imobil ( jarang
bergerak ) ketika tiba – tiba dia ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu
tanpa pertolongan.
b. Lingkungan
Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan
kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya
c. Penyakit Akut
Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari penyakit
kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas
akut pada penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba – tiba pada
8. Komplikasi
a. Perlukaan ( injury )
1) Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau
3) Hematom subdural
c. Disabilitas
pembatasan gerak
4) Kematian
9. Pencegahan
Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila
sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan, antara lain : ( Tinetti, 1992; Van – der –
menyebabkan jatuh.
menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda – benda kecil
yang susah dilihat. Peralatan rumah tangga yangsudah tidak aman ( lapuk, dapat
Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya,
pintu yang mudah dibuka.WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi
pegangan di dinding.
yang komprehensif pada lansia dan keluargannya tentang risiko terjadinya jatuh
atau walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman tidak mudah
pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh
rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan ( gait ) juga harus dilakukan dengan
cermat apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan,
apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa
penyakit yang dideriata lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan
situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi
jauh yang aman bagi penderita, aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan
sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik, maka dianjurkan lansia tidak
melakukan aktifitas fisik sangat melelahkan atau beresiko tinggi untuk terjadinya
jatuh.
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a. Nama : Ny. K
b. Umur : 77 Tahun
d. Pendidikan : SD
g. Suku : Jawa
h. Agama : Islam
c. Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari jika ingin BAK sampai 3 kali.
d. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak bisa tidur pada saat siang
hari.
g. Klien mengatakan sering pusing, masuk angin dan merasa sakit pada bagian
tengkuknya.
i. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak melakukan aktivitas (P)
a. Penyakit : Masa kanak-kanak Ny. K tidak pernah dirawat di rumah sakit dan jika
sakit panas hanya di rawat jalan, dan pada masa tua pasien mengalami tekanan darah
tinggi sejak usia 55 tahun, dan pernah mengalami tetanus pada usia 67 tahun.
b. Alergi : Ny. K mengatakan alergi dengan udang, jika makan udang seluruh badannya
c. Kebiasaan : Ny. K tidak merokok, tidak minum kopi, dan tidak minum alcohol.
hipertensi atau darah tinggi dan strok yaitu adiknya yang bungsu.
5. Tinjauan sistem
keputihan.
Anemis.
f. Mulut & tenggorokan : Mulut bersih, gigi sudah banyak yang tanggal tersisa
k. Sistem gastrointestinal : Tidak ada masalah, terdengar suara bising usus, makan
sehari.
a. Psikososial
Kemampuan bersosialisasi saat ini baik kadang saling ngobrol dengan teman satu
b. Masalah emosional
Klien mengatakan mengalami susah tidur, gelisah, tetapi tidak banyak pikiran.
c. Spiritual
Klien beragama islam dan melakukan sholat lima waktu sehari di panti. Klien
a. KATZ Indeks
Klien termasuk dalam kategori A karena semuanya masih bisa dilakukan secara
mandiri tanpa pengawasan , pengarahan atau bantuan dari orang lain di antaranya
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
Jumlah: secukupnya
sehari
Jumlah: secangkir
kecil
susu
ketempat lain
tubuh, meyiram)
sebelum Ashar.
melakukan sesuatu
misalnya mengambil
mandi.
pelan
Warna: kuning
bpstw/hanya duduk
saja kadang
mengobrol dengan
teman.
Keterangan:
a. 130 : mandiri
c. 60 : ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk dalam kategori mandiri
Interpretasi hasil:
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah 1 sehingga disimpulkan Ny. K
a. Tahun : 2016
b. Musim : Hujan
c. Tanggal: 07
d. Hari : Senin
e. Bulan : November
a. Negara : Indonesia
b. Provinsi: DIY
c. Kota : Yogyakarta
e. Wisma : Anggrek
semuanya.
masing-masing obyek.
b. Missal pensil
tetapi
taruh dilantai”
b. Lipat dua
c. Taruh dilantai
c. Menyalin gambar
Total 29
Nilai
YA/ TIDAK
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Tidak 0
anda?
menyenangkan?
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak 0
Apakah anda pikir orang lain lebih baik keadaanya daripada Tidak 0
anda?
Jumlah 3
Penilaian:
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya
Skor :3
Persepsi 1 2 3 4
konstan Lembab
Terbatas
cubitan Masalah
Total skor = 22
Keterangan :
Mengukur tekanan darah lanisa dalam tiga Diperoleh hasil pengukuran dalam tiga
KESIMPULAN
Dari hasil skoring pada Ny. K diperoleh hasil skoring total = 20 mmHg maka dapat
dikatakan bahwa Tn. S memiliki resiko jatuh mengingat usia Ny. K juga sudah
semakin tua dan kemunduruan fungsi organ karena usia tua serta penyakit yang di
derita.
kakiknya.
selama 1 – 2 menit.
KESIMPULAN
Dari hasil skoring pada Ny. K diperoleh hasil skoring total = 5,5 inchi, maka
dapat dikatakan bahwa Ny. K memiliki resiko jatuh.
Do :
2. TD 150/80 mmHg
penyakit
1. Klien mengatakan sering pusing, masuk angin
Do :
nyeri.
saat berjalan.
Do:
kembali duduk.
berhubungan dengan selama 3x 12 jam nyeri dapat berkurang dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
proses penyakit kriteria hasil : 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidak
berkurang.
3. TTD dalam batas normal TD sekitar
R:20-24x/menit, S:36,5-37°C.
dengan ansietas 3x12 jam, diharapkan masalah insomnia Ny. K 2. Lakukan penyuluhan tentang tekhnik relaksasi
1. Klien tampak bergairah saat mengikuti 3. Latih klien untuk melakukan tekhnik relaksasi
2. Mata klien tidak nampak merah 4. Evaluasi tekhnik relaksasi otot progresif yang
berkurang
3 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Berikan penyuluhan tentang apa saja bahaya
3x12 jam Ny. K tidak mengalami jatuh, dengan lingkungan yang ada disekitar wisma yang dapat
cedera
3. Ajarkan gerakan latihan keseimbangan
2. Mampu menggunakan alat bantu untuk
menghindari cidera
keseimbangan
tanggal
berhubungan November 2. Melatih relaksasi napas dalam P: klien mengatakan masih nyeri
penyakit
S: skala 5
T: hilang timbul
RR: 22x/menit.
P:
R: nyeri di tengkuk
S: skala 4
T: hilang timbul
RR: 20x/menit.
P:
senam ergonomis
(Cindy PS. H.J)
R: nyeri di tengkuk
S: skala 2
T: hilang timbul
RR: 22x/menit.
tepat.
TD : 140/90 mmHg
A:
sebagian.
P:
sebelum.bangun tidur.
(Cindy PS. H.J)
kuasai.
sering lupa.
TD : 140/70 mmHg
A:
sebagian
P:
tidur.
O:
TD : 140/70 mmHg
A:
sebagian
P:
O:
latihan keseimbangan.
A:
teratasi sebagian.
P:
A:
teratasi sebagian.
P:
Motivasi klien untuk latihan
keseimbangan.
A:
Masalah keperawatan resiko jatuh
teratasi sebagian.
P:
keseimbangan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
insonsomnia dan risiko jatuh di Wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur selama
1. Nyeri kronis pada Ny. K di Wisma A BPSTW Kasongan Yogyakarta masalah teratasi
sebagian, ditunjukkan dengan klien mengatakan nyeri sudah berkurang dengan skala
2.
karena pipis.
3. Resiko jatuh pada Ny. K di wisma A BPSTW Kasongan Yogyakarta masalah teratasi
sebagian, ditunjukkan dengan klien mengatakan belum perlu menggunakan alat bantu
untuk berjalan.
B. Saran
sehari-hari.
2) Petugas PSTW memperhatikan lingkungan kelayan sehingga dapat mengurangi
resiko jatuh
b. Bagi lansia
1) Bagi lansia relaksasi otot progresif ini di harapkan dapat menjadi terapi mandiri
Delta Agustin. 2015. Pemberian Massage Punggung Terhadap Kualitas Tidur Pada
Kusuma Husada.
Huda Nurarif & Kusuma H,. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jogja: Medi
Action.
Herdman, Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011.Jakarta : EGC
Hidayat. 2009. Konsep Personal Hygiene diakses dalam http://
PPNP-SIK STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2012. Buku Evaluasi Mahasiswa
KeperawatanGerontik. Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah
Wilkinson, Judith M. 2007,Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC