DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD YOGA PATHANAH
NPM: 2226050057
PENDAHULUAN
Lansia merupakan populasi paling berisiko dengan masalah kesehatan yang kemu-
ngkinan akan berkembang lebih buruk karena adanya faktor - faktor risiko yang memen-
garuhinya (Allender et al., 2014). Lansia merupakan populasi berisiko yang memiliki tiga
karakteristik risiko kesehatan yaitu risiko biologi termasuk risiko terkait usia, risiko sosial
dan lingkungan serta risiko perilaku atau gaya hidup (Kiik et al., 2018). Lansia juga sering
mengalami penyakit tidak menular seperti gastritis atau biasa orang awam menyebutnya se-
bagai magh. Masyarakat Indonesia banyak yang menganggap penyakit gastritis bukanlah
sesuatu hal yang serius, sehingga dianggap tidak memerlukan penanganan dengan segera.
Sehingga pada gastritis lanjut beresiko menimbulkan kanker, dan juga mengakibatkan
pengikisan lambung. Gastritis merupakan gangguan system pencernaan yang biasa disebut
(maag). Peradangan yang terjadi pada lambungindividu atau inflamasi yang terjadi pada
mukosa lambung, yang dikenal dimasyarakat sebagai pengertian gastritis (Nurjannah, 2018).
Usia lansia menyebabkan penurunan fungsi organ khususnya lapisan mukosa lambung
akan mengalami penipisan dan melemah, kondisi inilah yang menyebabkan gastritis lebih sering ter -
jadi pada lansia dibandingkan orang yang berusia muda, lebih parah dan beragam. Lansia dengan be-
berapa kondisi kronis memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit gastritis, peningkatan
berat badan yang sering terjadi pada lansia juga menjadi salah satu faktor lemak yang menumpuk
diperut dapat menekan lambung. Gangguan ini tidak hanya di Indonesia bahkan insiden ini terjadi di
dunia dari semua kalangan usia, hal ini disebabkan karena beberapa faktor. Antara lain: pengaruh
obat-obatan, jenis kelamin, jenis makanan, stress, usia, dan penyebab utama adalah pola makan yang
makanan pemicu asam lambung. Hindari mengomsumsi minuman yang mengandung kafein, usa-
hakan untuk mengomsumsi makanan dalam porsi kecil namun frekuensi sering, jangan langsung
tidur atau rebahan setelah makan, tidur yang cukup. Metode yang sering digunakan untuk mengatasi
masalah ini diantaranya adalah relaksasi, merupakan terapi psikologis untuk mengintervensi dan
mengontrol fungsi psikologis sehingga mampu mengurangi rasa nyeri pada lambung. Pembedahan,
hal ini sering dilakukan untuk pengobatan medis yang dilakukan untuk para ahli, metode ini memi -
liki efek samping yang lebih banyak dari jenis terapi yang lain untuk mengurangi sekresi asam lam -
bung sehingga menimbulkan pengosongan lambung ke usus 12 jari. Diet dan terapi obat biasa di-
lakukan untuk menghambat terjadinya sekresi asam lambung. Menurut penelitian terapi farmasi ini
1.3 Tujuan
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan mampu belajar tentang konsep penyakit gastritis pada lan-
sia.
3. Agar mahasiswa mampu mempelajari konsep asuhan keperawatan gerontik dengan penyakit
grastitis.
4. Agar mahasiswa mampu mempelajari dan memahami asuhan keperawatan gerontik dengan
penyakit gastritis.
1.4 Manfaat
1. Memberikan intervensi yang lebih luas pada pasien penyakit gastritis pada lansia .
4. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi klien maupun keluarga sehingga mampu
5. Dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit pada kasus penyakit gastritis pada lansia dan
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah seseorang yang telah mema-
suki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Seseorang dikatakan lansia ialah apabila
berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menu-
runnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap
berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardio-
vaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut
disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran ke-
sehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia.
Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatimah, 2010 ).
3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan ,
4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang da-
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya ter-
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang
akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik,
tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Azizah dan Lilik M, 2011) .
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%
b. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis danberbercak. Kekeringan kulit
disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna
c. Sistem Muskuloskeletal
dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai pendukungutama kulit,
2) Tulang: berkurangnyakepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fi-
3) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan
ukuran serabut otot, peningkatan jaringanpenghubung dan jaringan lemak pada otot
4) Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasiamen-
d. Sistem kardiovaskuler
ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan inidisebabkan oleh penumpukan
e. Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total parute-
tap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikanruang paru,
udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,kartilago dan sendi torak
rang.
gai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa
lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurun-
g. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang-
h. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif-
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dankemampuan dalam
i. Sistem reproduksi
2. Perubahan Kognitif:
(1) Daya Ingat (Memory); (2) IQ (Intellegent Quotient); (3) Kemampuan Belajar (Learning);
3. Perubahan mental
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.
konsep diri. Perubahan spiritual agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam ke-
hidupannya. Lansia semakinmatang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terli-
4. Perubahan Psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jikalansia
pat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebutdapat memicu
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti den-
gankeinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresijuga
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,gangguan
pakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungandengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat .
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga ), lansiaser-
terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi ataumenarik diri dari kegiatan sosial .
f. Sindroma Diogenes
ganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan
Gastritis adalah suatu peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung yang dise-
babkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan, minsalnya telat
makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu dan pedas
(Priyoto, 2015). Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung. Sakit maag atau gastritis
adalah peradangan (pembengkakan ) dari mukosa lambung, yang bisa disebabkan oleh faktor iri-
tasi dan infeksi. Seperti kita ketahui, lambung adalah organ pencernaan dalam tubuh manusia
yang berfungsi untuk menyimpan makanan, mencerna, dan kemudian mengalirkanya ke usus ke-
cil. Didalam lambung terdapat enzim-enzim pencernaan, seperti pepesin, asam lambung, dan mu-
cus, untuk melindungi dinding lambung sendiri. Bila terjadi ketidakseimbangan diantara faktor
tersebut, minsalnya asam berlebih atau mucus berkurang, dapat mengiritasi lambung sehinga ter-
a. Gastritis akut
Gastritis akut adalah penyakit lambung yang terjadi karena terdapat peradangan akut
pada dinding lambung, terutama pada lapisan lendir lambung dan pada umumnya dibagian
rongga lambung dekat pylorus (lubang antara lambung ke usus). Jenis gastritis ini dapat dik-
1) Gastritis Eksogenus
dari luar tubuh penderita. Jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh beberapa hal:
a) penyakit tersebut dapat disebabkan oleh bakteri atau virus yang dapat menyebabkan
terserang gastritis akut yaitu: staphylococcus. Gejala yang dialami oleh penderita
yaitu perasaan gelisah dan rasa terbakar, mual, muntah, diare, dan panas .
b) penyakit gastritis eksogenus dapat disebabkan oleh bahan yang bersifat racun atau
2) Gastritis Endogenus
rasal atau terbentuk didalam lambung. Penyakit gastritis endogen ini dapat disebabkan
b) Alergik gastritis
c) Peradangan akut yang bernanah, penderita mengalami peradangan akut akibat bakteri
pyogenik (streptococcus,staphylococcus).
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dalam periode waktu lama
disebabkan oleh stres dan pola makan yang kacau. Sementara itu, penyakit gastritis kronis da-
pat disebabkan oleh infeksi H.pylori, adanya tumor padalambung dan stres atau faktor keji-
a. Gastritis akut
Penyebab gastritis akut adalah mengosumsi makanan dan alkohol yang mengiritasi dalam
waktu yang lama. Obat-obatan, seperti aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid lain (dalam
dosis tinggi ), agens sitotosik, kafein, kortikosteroid, anti metabolit, fenilbutazon, dan in-
merkuri, karbon tetraklrorida, atau zat korosif. Endotoksik dilepaskan oleh bakteri yang
menginfeksi, seperti stafilokokus, Escherichia coli, dan salmonela dan komplikasi penyakit
b. Gastritis kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh pemajanan berulang terhadap zat iritan, seperti obat-
obatan, alkohol, rokok, dan agens lingkungan. Anemia pernisiosa, penyakit ginjal, atau dia-
betes militus dan infeksi helicobacter pylori (penyebab gastritis nonerosif paling sering)
(Kluwer, 2011).
Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul perdarahan saluran
cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi
gastritis akut dan kronik hampir sama, seperti anoreksia, rasa penuh, nyeri epigastrum, mual dan
muntah, sendawa, hematemesis (Suratun dan Lusiabah, 2010). Tanda dan gejala gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
a. Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung .
b. Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Hal ini
muntah.
c. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan melena, kemudian dis-
2. Gastritis Kronis
Pada pasien gastritis kronis umunya tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nause dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan ke-
lainan.
Pemicu atau penyebab gastritis yaitu obat-obat yang mengandung NSIAD, aspirin, sul-
fanomida steroid, dan digitalis yang dapat mengganggu pembentukan sawar mukosa lambung se-
bagai perlindungan lambung dan duodenum. Gastritis juga disebabkan oleh helikobakteri pilori
(H. Phylori) yang dapat tumbuh disaluran pencernaan manusia terutama dilambung sehingga
menimbulkan infeksi dengan cara menempel pada epitel lambung dan kemudian menghancurkan
lapisan mukosa sel lambung. Selain itu, gastritis disebabkan oleh kandungan kafein yang dapat
asam dan menyebabkan difusi kembali asam lambung dan pepsin. Obat-obatan dan helikobakteri
pilori tadi juga dapat menurunkan barrier lambung terhadap asam dan pepsin sehingga juga men-
Asam lambung dan pepsin yang mengalami difusi kembali mengakibatkan inflamasi dan
erosi mukosa lambung. Inflamasi atau peradangan dapat mengakibatkan nyeri epigastrium se-
hingga muncul masalah keperawatan nyeri akut. Nyeri epigastrum dapat menurunkan sensori un-
tuk makan kemudian terjadi anoreksia yang dapat membuat mual dan muntah disisi lain pada saat
terjadi erosi mukosa lambung dapat menurunkan tonus dan peristaltik lambung sehingga mere-
flekkan isi duodenum ke lambung yang akan mengakibatkan mual dan dorongan ekspulsi isi lam-
bung ke mulut sehingga menimbulkan muntah dan muncul masalah keperawatan defisit nutrisi.
Pada erosi mukosa lambung juga dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian perut yang dapat
mengakibatkan rasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi dan tampak gelisah sehingga muncul
Bila pasien didiagnosis terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan pe-
a. Pemeriksaan darah: Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya anti body H.Pylori dalam
darah. Hasilt tes yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena in-
feksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadiakibat pendara-
b. Pemeriksaan pernapasan: Tes ini dapat menetukan apakah pasien terinfeksi oleh bahteri
c. Pemeriksaan feses: Tes ini memeriksa apakah terdapat H.Pylori dalam feses atau tidak. Tes
hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi dengan. Dengan hasil pemeriksaan seperti
berikut warna feses merah kehitam- hitaman, bau sedukit amis, kosistensinya lembek tetapi
ada juga agak keras terdapat lendir. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
d. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas: Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan
pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar X
e. Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas: Tes ini akan melihat akan adanya tanda-tanda gastritis
atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih
dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya mungkin memerlukan pe-
rubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang pembedahan untuk mengo-
batinya.
a. Jika penyebabnya adalah infeksi oleh H.pylori, maka diberikan Bismuth, antibiotik (misalnya
b. Penderita gastritis karena stres akut banyak mengalami perubahan (penyakit berat, cidera atau
pendarahan) berasil diatasi. Tetapi sekitar 25 % penderita gastritis karena stres akut men -
galami pendarahan yang sering berakhir fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan
memberikan antalsit. (untuk menetralkan asam lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat (un-
tuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung). Pendarahan hebat karena
gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan menutup sumber pendarahan dengan tindakan
endoskopi. Jika pendarahan masih berlanjut mungkin seluruh lambang lambung harus di-
angkat.
c. Penderita gastritis erosif koronis bisa diobati dengan antasida. Penderita sebaiknya menghi-
dari obat tertentu (misalnya aspirin atau obat anti peradangan non – esteroit lainnya) dan
d. Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada gastritis eosinofilik, bisa
e. Penderita meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau seluruh lambung .
f. Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti kulkus yang menghalangi pelepasan asam
lambung.
g. Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit tapi sering .
h. Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan lemak seperti sambal, bumbu da-
i. Kadisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu pasien dengan gastri-
tis.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012). Data tersebut berasal dari
pasien (data primer), keluarga (data sekunder), dan catatan yang ada (data tersier).
observasi langsung, dan melihat catatan medis. Adapun data yang diperlukan pada
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
a) Umur
Lansia dengan beberapa kondisi kronis mempunyai resiko lebih tinggi terkena
gastritis.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama ditulis secara singkat dan jelas. Keluhan utama merupakan
utama dalah alasan klien masuk rumah sakit. Pada pasien gastritis, datang dengan
(Sukarmin, 2013).
merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke rumah sakit. Pada gastritis, pasien
mengeluh tidak dapat makan, mual dan muntah. Terjadinya gejala mual-muntah
sebelum makan dan sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas, obat-
obatan tertentu atau alkohol. Gejala yang berhubungan dengan ansietas, stress,
alergi, makan minum terlalu banyak atau makan terlalu cepat. Gejala yang
dirasakan berkurang atau hilang, terdapat muntah darah, terdapat nyeri tekan pada
berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat
dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini. Pada
beberapa keadaan apakah ada riwayat penyakit lambung sebelumnya, pola makan
akibat kontak langsung maupun tidak langsung. Pada pasien gastritis, dikaji
adakah keluarga yang mengalami gejala serupa, penyakit keluarga berkaitan erat
dengan penyakit yang diderita pasien. Apakah hal ini ada hubungannya dengan
6) Riwayat Psikososial
7) Genogram
kebutuhan.Bila klien adalah seorang nenek atau kakek, maka dibuat dua generasi
dibawah, bila klien adalah anak-anak maka dibuat generasi keatas (Sukarmin,
2013).
yaitu :
a. Pola Nutrisi
Nafsu makan pada pasien gastritis cenderung menurun akibat mual dan
abdomen, diare, dan melena. Konstipasi juga dapat terjadi (perubahan diet,
sering terbangun pada malam hari karena nyeri atau regurtisasi makanan.
d. Pola Aktivitas/Latihan
e. Pola Kognisi-Perceptual
dengan penyakit..
anggota keluarga.
Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama selama sakit serta
9) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki
a. Keadaan Umum
1) Tanda-tanda vital
lemah.
sirkulasi/oksigenasi)
2013).
2) Mata
pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan hidrasi bibir dan
4) Abdomen
bentuk abdomen rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut sampai dada
(Doengoes, 2014).
5) Integumen
1) Endoscopy
merupakan suatu alat yang berbentuk selang elastis dengan lampu dan kamera
optik di ujungnya. Kamera akan menangkap setiap objek yang dituju dan
letaknya tersebar.
2) Pemeriksaan Histopatologi
3) Pemeriksaan Laboratorium
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari pasien dalam
bentuk darah, sputum (dahak), urine (air kencing), kerokan kulit, dan cairan
penyakit. Pada klien dengan gastritis kronik, kadar serum vitamin B12 nilai
4) Analisa Gaster
menurun.
5) Gastrocopy
2. Diagnosa Keperawatan
menurun, kram atau nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif,
2) Nyeri akut b.d. inflamasi d.d. mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, frekuensi
menurun, kram atau nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif,
pasien status nutrisi membaik dengan kriteria hasil porsi makan yang dihabiskan
membaik.
Observasi
Terapeutik
dapat ditoleransi
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
Observasi
sesui indikasi)
dicapai
Edukasi
2) Nyeri akut b.d. inflamasi d.d. mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, frekuensi
tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan nyeri menurun, meringis
membaik.
Observasi
nyeri
Identifikasi skala nyeri
Terapeutik
terapi bermain)
pencahayaan, kebisingan)
meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
pasien
diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
3) Ansietas b.d. kurang terpapar informasi d.d. merasa khawatir dengan akibat dari
tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil verbalisasi khawatir akibat kondisi
yang dihadapi menurun, perilaku gelisah menurun, dan perilaku tegang menurun.
Observasi
stressor)
Terapeutik
Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
prognosis
Kolaborasi
2. Terapi Relaksasi
Observasi
sebelumnya
Terapeutik
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
relaksasi
Edukasi
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Lansia merupakan populasi paling berisiko dengan masalah kesehatan yang kemungkinan
akan berkembang lebih buruk karena adanya faktor - faktor risiko yang memengaruhinya
(Allender et al., 2014). Dalam keperawatan lanjut usia diperlukan pendekatan baik fisik,
psikis, social maupun spiritual. Keperawatan lanjut usia berfokus pada peningkatan
Gastritis merupakan gangguan system pencernaan yang biasa disebut (maag). Peradangan
yang terjadi pada lambungindividu atau inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung, yang
dari gastritis adalah kematian. Penanganan utama gastritis adalah pada mual muntah.
Diagnosa keperawatan utama dari gastritis adalah defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca, hendaknya dapat
menguasai konsep asuhan keperawatan lansia dan memberikan asuhan keperawatan lansia
dengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2015. Mengenal dan mengulangi penyakit Perut: Jakarta CV. Putra Setia.
Angkow, julia. 2014 . faktor –faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis
Aspiani, Reni Yudi. 2014. Buku ajar asuhan keperawatan gerontik, jilid 2. Trans
infamedia.
Hidayat, Alimul aziz. 2018. Pengatar konsep dasar keperawatan. Jakarta: selemba
medika.
Misnadiarly, 2018. Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta: Penerbit Pustaka Populer
Obor.
Rineka cipta
Kelapa Pustaka.