Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK PROFESI NERS TENTANG

KONSEP LANSIA

OLEH :

SHINTA SELVIA

180210041

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN

PROGRAM STUDI NERS

TANGERANG SELATAN

TAHUN 2022
LEMBAR PENGSESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG KONSEP LANSIA PRAKTEK PROFESI


NERS DI WILAYAH PUSKESMAS SERPONG 1 TAHUN 2022

Laporan ini telah di setujui untuk dipertanggung jawabkan dihadapan pembimbing materi dan
pembimbing lapangan Program Studi Ners (Profesi) Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Banten

Tangerang Selatan, Mei 2022

Pembimbing Materi Pembimbing Lapangan

(Ns. Royani S.Kep, M.Kep ) ( Eva Nurul F, A.Md. Kep )


A. DEFINISI LANSIA
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No
13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UndangUndang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin
membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin
bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai
keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak,
dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
B. KLASIFIKASI LANSIA
1. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
b. Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
c. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
2. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori,
yaitu:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
C. CIRI-CIRI LANSIA
1. Lansia merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia sebagian datang
dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi
ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada
lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas. Kondisi ini sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka
sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan karena
lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua
RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena
usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat
mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu
membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal
bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena
dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri
dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
D. PERMASALAHAN LANSIA DI INDONESIA

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, upaya


pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup
sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis. Selain itu, Pemerintah wajib
menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lansia untuk
dapat tetap hidup mandiri dan produktif, hal ini merupakan upaya peningkatan
kesejahteraan lansia khususnya dalam bidang kesehatan. Upaya promotif dan preventif
merupakan faktor penting yang harus dilakukan untuk mengurangi angka kesakitan pada
lansia. Untuk mencapai tujuan tresebut, harus ada koordinasi yang efektif antara lintas
program terkait di lingkungan Kementerian Kesehatan dan organisasi profesi.
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam pelayanan kesehatan melalui
penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang ramah bag lansia bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan lansia supaya lebih berkualitas dan berdaya guna bagi
keluarga dan masyarakat. Upaya yang dikembangkan untuk mendukung kebijakan
tersebut antara lain pada pelayanan kesehatan dasar dengan pendekatan Pelayanan Santun
Lansia, meningkatkan upaya rujukan kesehatan melalui pengembangan Poliklinik
Geriatri Terpadu di Rumah Sakit, dan menyediakan sarana dan prasarana yang ramah
bagi lansia.Kesadaran setiap lansia untuk menjaga kesehatan dan menyiapkan hari tua
dengan sebaik dan sedini mungkin merupakan hal yang sangat penting. Semua pelayanan
kesehatan harus didasarkan pada konsep pendekatan siklus hidup dengan tujuan jangka
panjang, yaitu sehat sampai memasuki lanjut usia.
E. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah dan Lilik M,
2011, 2011).
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen
sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan
kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga
permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang
dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya
kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang:
berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan
fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan
mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada
penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,
peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan
efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
d. Sistem kardiovaskuler Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah
massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat.
Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan
jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
e. Sistem respirasi Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang.
Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
f. Pencernaan dan Metabolisme Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan,
seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena
kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa
lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
g. Sistem perkemihan Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi,
dan reabsorpsi oleh ginjal.
h. Sistem saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
i. Sistem reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih
dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-
angsur.
b. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
c. Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
d. Perubahan spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama
jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik
berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement) Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau
bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh
pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3) Depresi Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode
depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya
kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan
cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat,
atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga),
lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik
diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan
perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia
bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak
teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
F. PATHWAY LANSIA

LANSIA

Perubahan
biologis/fisik

Perubahan mental
Penurunan nafsu Penurunan sel dan
makan fungsi sistem tubuh

Perubahan prilaku

Ketidakmampuan Penurunan fungsi


neurologis/tonus otot Perubahan
menelan makanan
orientasi afektif

Resiko cedera
Penurunan Penurunan Gangguan
pemasukan nutrisi kendali otot muskuloskeletal

Defisit Nutrisi Penurunan Penurunan


kekuatan otot motivasi diri

Gangguan Kerusakan
Kondisi muskeleskeletal
mobilitas fisik integritas kulit
kronis

Resiko infeksi Nyeri kronis


G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteksi dini
gangguan kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia yang belum diketahui
adanya gangguan atau penyakit tertentu yaitu
1. Pemeriksaan hematologi rutin
2. Urin rutin
3. Glukosa
4. Profil lipid
5. Alkalin pospat
6. Fungsi hati
7. Fungsi ginjal
8. Fungsi tiroid
9. Pemeriksaan feses rutin
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

A. PENGKAJIAN

Hari/ Tgl :

Jam :

Nama Mhs :

1. Identitas

a. Nama :

b. Tempat /tgl lahir :

c. Jenis Kelamin :

d. Status Perkawinan :

e. Agama :

f. Suku :

2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

a. Pekerjaan saat ini :

b. Pekerjaan sebelumnya :

c. Sumber pendapatan :

d. Kecukupan pendapatan :

3. Lingkungan tempat tinggal

Kebersihan dan kerapihan ruangan ?,Penerangan?, Sirkulasi udara?, Keadaan kamar


mandi & WC?, Pembuangan air kotor?, Sumber air minum?, pembuangan sampah ?,
sumber pencemaran?, Privasi?, Risiko injuri?
4. Riwayat Kesehatan

a. Status Kesehatan saat ini

1. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir :

2. Gejala yang dirasakan :

3. Faktor pencetus :
4. Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( )

Bertahap
5. Upaya mengatasi :
6. Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat ?

7. Mengkomsumsi obat-obatan sendiri ?, obat tradisional ?

8. Lain-lain…..

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit yang pernah diderita:

2. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) :

3. Riwayat kecelakaan :

4. Riwayat pernah dirawat di RS : 5. Riwayat pemakaian obat :

5. Pola Fungsional

a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan

Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan misal merokok, minuman keras,


ketergantungan terhadap obat ( jenis/frekuensi/jumlah/ lama pakai )
b. Nutrisi metabolik

Frekuensi makan ?, nafsu makan?, jenis makanan?, makanan yg tdk disukai ?,


alergi thdp makanan?, pantangan makanan?, keluhan yg berhubungan dengan
makan?
c. Eliminasi
BAK : Frekuensi & waktu?, kebiasaan BAK pada malam hari?, keluhan yang
berhubungan dengan BAK?
BAB : Frekuensi & waktu?, konsistensi?,keluhan yang berhubungan dg BAB?,
pengalaman memakai pencahar?

d. Aktifitas Pola Latihan

Rutinitas mandi?, kebersihan sehari-hari?, aktifitas seharihari?,apakah ada masalah


dengan aktifitas?, kemampuan kemandirian?
e. Pola istirahat tidur

Lama tidur malam?, tidur siang?,keluhan yang berhubungan dengan tidur?


f. Pola Kognitif Persepsi

Masalah dengan penglihatan (Normal?,


terganggu ( ka/ki)?,kabur?,pakai kacamata?.Masalah pendengaran
normal?,terganggu (ka/ki)?memakai alat bantu dengar ?, tuli ( ka/ki ) ? dsbnya.
Kesulitan membuat keputusan ?

g. Persepsi diri-Pola konsep diri

Bagaimana klien memandang dirinya ( Persepsi diri sebagai lansia?), bagaimana


persepsi klien tentang orang lain mengenai dirinya?
h. Pola Peran-Hubungan

Peran ikatan?, kepuasan?,pekerjaan/ sosial/hubungan perkawinan ?

i. Sexualitas

Riwayat reproduksi, kepuasan sexual, masalah ?

j. Koping-Pola Toleransi Stress

Apa yang menyebabkan stress pada lansia, bagaimana penanganan terhadap


masalah ?
k. Nilai-Pola Keyakinan
Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality : menganut suatu agama,
bagaimana manusia dengan penciptanya ), keyakinan akan kesehatan, keyakinan
agama

6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum :

b. TTV :

c. BB/TB

d. Kepala

Rambut :

Mata :

Telinga :

Mulut, gigi dan bibir :

e. Dada :

f. Abdomen :

g. Kulit :

h. Ekstremitas Atas :

i. Ekstremitas bawah :

7. Pengkajian Khusus ( Format Terlampir )

a. Fungsi kognitif SPMSQ :

b. Status fungsional (Katz Indeks ) :

c. MMSE :

d. APGAR keluarga :

e. Skala Depresi :

f. Screening Fall :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Defisit nutrisi berhubungan dengan asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolism D.0019

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan sendi
D.0054

c. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit D.0142

d. Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis D.0078

e. Resiko cedera berhubungan dengan perubahan orientasi afektif D.0136


C. INTERVENSI

No Diagonsa Keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


(SDKI)

1 Defisit nutrisi berhubungan Luaran Utama Status Nutrisi L.03030 Manajemen Nutrisi : I.03119
dengan asupan nutrisi tidak Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi
cukup untuk memenuhi keperawatan diharapkan status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
kebutuhan metabolisme membaik dengan kriteria : 2. Identifikasi alergi dan intoleransi

1. Porsi makan yang dihabiskan makanan

meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai

2. Kekuatan otot mengunyah 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis

meningkat nutrien

3. Kekuatan otot mengunyah 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang

meningkat nasogastric

4. Pengetahuan tentang pilihan 6. Monitor asupan makanan

makanan meningkat 7. Monitor berat badan

5. Pengetahuan tentang standar 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

asupan nutrisi yang tepat Terapeutik


meningkat
9. Lakukan oral Hygiene sebelum makan,
6. Berat badan membaik
jika perlu
7. Nafsu makan membaik
10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
12. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
15. Hentikan pemberian makanan melalui
selang nasogastik jika asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi

16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu


17. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum


makan(mis. Pereda nyeri, antimietik), jika
perlu
19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan jika perlu
2 Gangguan mobilitas fisik Luaran Utama : Mobilitas Fisik L.05042 Tehnik latihan penguatan sendi I.05184
berhubungan dengan Kemampuan dalam gerakan fisik dari Observasi
penurunan kekuatan otot dan satu atau lebih ekstremitas secara mandiri 1. Identifikasi keterbatasan funsi dan gerak
sendi meningkat dengan kriteria hasil : sendi
1. Pergerakan ekstremitas dari 1 2. Monitor lokasi dan sifat ketidaknyamanan
menjadi 3 atau rasa sakit selama gerakan atau
2. Keluhan nyeri berkurang dari 1 aktifitas
menjadi 4 Terapeutik
3. Kaku sendi menurun dari 1
3. Lakukan pengendalian nyeri sebelum
menjadi 3
memulai latihan
4. Gerakan terbatas menurun dari 1
4. Berikan posisi tubuh optimal untuk
menjadi 3
gerakan sendi pasif atau aktif
5. Kelemahan fisik menurun dari 1
5. Fasilitasi menyusun jadwal latihan
menjadi 3
rentang gerak aktif maupun pasif
6. Fasilitasi gerak sendi teratur dalam batas
batas rasa sakit, ketahanan dan mobilitas
sendi
7. Berikan penguatan positif untuk
melakukan latihan bersama

Edukasi
8. Jelaskan kepada pasien atau keluarga
tujuan direncanakan latihan bersama
anjurkan duduk ditempat tidue, disisi
tempat tidur atau sesuai toleransi
9. Ajarkan melakukan latihan rentang gerak
aktif dan pasif secara sistematis
10. Anjurkan memvisualisasikan gerak tubuh
sebelum memulai gerakan
11. Anjurkan ambulasi sesuai toleransi

Kolaborasi

12. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam


mengembangkan dan melaksanakan
program latihan

3 Resiko infeksi berhubungan Luaran Utama : Tingkat infeksi L.14137 Intervensi : Pencegahan Infeksi I.14539
dengan kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :
kulit keperawatan diharapkan risiko infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
tidak terjadi dengan kriteria : sistemik

1. Kebersihan tangan dan badan Terapeutik


meningkat
2. Batasi jumlah pengunjung
2. Demam, nyeri, bengkak,
3. Berikan perawatan kulit pada area edema
kemerahan menurun
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
3. Vesikel menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Kadar sel darah putih membaik 5. Pertahankan tehnik aseptic pada pasien
5. Kultur darah membaik beresikon tinggi

Edukasi

6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi


7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
8. Ajarkan etika batuk
9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
10. Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi
11. Ajarkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

12. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika


perlu

4 Nyeri Kronis berhubungan Luaran utama : Nyeri kronis (L.08066) Intervensi : Manajemen nyeri (I.08238)
dengan kondisi
Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi
muskuloskeletal kronis
keperawatan diharapkan klien mampu
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
mengatasi nyeri dengan kriteria :
frekuensi, intensitas nyeri
1. Kemampuan menuntaskan
aktivitas meningkat 2. Identifikasi skala nyeri
2. Keluhan nyeri meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Tekanan darah membaik memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi respon nyeripada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik

Terapeutik

10. Berikan tehnik non farmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (mis: TENS,
hypnosis, terapi music dll.)
11. Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.)
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

14. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu


nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
18. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

19. Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu

5 Resiko cedera berhubungan Luaran Utama : Tingkat Cidera L.14136 Manajemen keselamatan lingkungan I.14514
dengan perubahan orientasi Tingkat cedera menurun dengan kriteria Observasi
afektif hasil : 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis.
1. Kejadian cedera menurun dari 1 Kondisi fisik, fungsi kognitif dan riwayat
menjadi 3 perilaku)
2. Ketegangan otot menurun dari 1 2. Monitor perubahan status keselamatan
menjadi 3 lingkungan

Teraputik

3. Hilangkan bahaya keselamatan


lingkungan (mis. Fisik, biologi dan kimia)
jika memungkinkan
4. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya resiko
5. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
6. Gunakan perangkat pelindung
7. Hubungi pihak berwenang sesuai masalah
komunitas (mis. Puskesmas)
8. Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang
aman
9. Lakukan program skrining bahaya
lingkungan

Edukasi

10. Ajarkan individu, keluarga dan kelompok


resiko tinggi bahaya lingkungan
DAFTAR PUSTAKA

1. Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan LanjutUsia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu
2. Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Depkes RI (2005). Pedoman pembinaan Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta
4. Kemenkes RI (2014).Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI. Jakarta
5. Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
6. Reni Yuli Aspiani. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Aplikasi : NANDA, NIC,
NOC, Jilid 1, Jakarta
7. Sarif La Ode (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC, NOC,
Dilengkapi dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta: Nuha Medika
8. Stanley, M &Beare, P.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed.2.Jakarta: EGC
9. SDKI DPP PPNI. (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
indicator diagnostic, Edisi 1 : Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
10. SLKI DPP PPNI. (2017) Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil, Edisi 1 : Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
11. SIKI DPP PPNI. (2017) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1 : Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai