Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN LANSIA

STASE KEPERAWATAN GERONTIK

DI PANTI PNIEL PONDOK JAYA

KOTA TANGERANG SELATAN

Disusun oleh :

Mutia Isma Priselin, S.Kep

201740138

STIKes IMC Bintaro


Komplek RS. IMC Bintaro Jaya No.9 Jl. Jombang Raya No. 56, Jombang,
Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 15414
Periode 2020/2021
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
kemurahan-Nya laporan kegiatan praktik stase keperawatan keluarga ini dapat saya
selesaikan sesuai yang diharapkan.

Dalam laporan makalah ini saya membahas “Laporan pendahuluan tentang lansia dan asuhan
keperawatan teoritis”, laporan ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman
mahasiswa/i dalam pengkajian asuhan keperawatan yang dapat diterapkan secara langsung
kepada klien.

Dalam hal ini, tentunya kami mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan arahan. Untuk itu
rasa terimakasih yang dalam-dalamnya saya sampaikan kepada:

Ns. Royani, M.Kep selaku pembimbing stase gerontik.

Demikian laporan ini saya buat sebaik-baiknya, semoga bermanfaat, dan dapat terus
diaplikasikan kepada klien.

Tangerang Selatan, 15 September 2021

Penyusun,

Mutia Isma Priselin


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep lansia
1. Definisi lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam
Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang–undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi
sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat,
sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih
produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya
merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi
tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho dalam Kholifah, 2016:3).

2. Klasifikasi lansia
Lestari (2020) mengatakan klasifikasi menurut WHO yaitu sebagai berikut :
1) Bayi (infants) : 0-1 tahun
2) Anak – anak (children) : 2-10 tahun
3) Remaja (adolescents) : 11-19 tahun
4) Dewasa (adult) : 20-60 tahun
5) Lanjut usia (elderly) : diatas 60 tahun
Sedangkan klasifikasi menurut Depkes RI (2009) yaitu sebagai berikut :
1) Balita : 0-5 tahun
2) Anak – anak : 5-11 tahun
3) Remaja awal : 12-16 tahun
4) Remaja akhir : 17-25 tahun
5) Dewasa awal : 26-35 tahun
6) Dewasa akhir : 36-45 tahun
7) Lansia awal : 46-55 tahun
8) Lansia akhir : 56-65 tahun
9) Manula : diatas 65 tahun
3. Ciri – ciri lansia
1) Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan
kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada
juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada
lansia akan lebih lama terjadi.
2) Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia
yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di
masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang
rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3) Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai
Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua
RW karena usianya.
4) Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal
bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena
dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik
diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang
rendah (kholifah, 2016:4).

B. Konsep proses menua


1. Definisi proses menua
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penurunan fungsi tubuh.
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan
regeneratif pada lansia terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit
(Kholifah, 2016:14).

2. Teori proses penuaan


1) Teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
– spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul – molekul atau DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi
dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
b. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
c. Radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

2) Teori kejiwaan sosial


a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimiliki (Kholifah, 2016:14).

3. Faktor yang mempengaruhi penuaan


1) Hereditas atau ketuaan genetic
2) Nutrisi atau makanan
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stress (Kholifah, 2016:17)

4. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia


1) Perubahan fisik
a. Sistem indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60
tahun.
b. Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan
glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal
dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago:
jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago
untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan
terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati
adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan
osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan
fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan
fasia mengalami penuaan elastisitas.
d. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan
jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat.
Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node
dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
e. Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi
kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan
pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
f. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi,
indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar
menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
g. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan
reabsorpsi oleh ginjal.
h. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
i. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-
angsur.

2) Perubahan kognitif
a. Memory (Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quotient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi

3) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.

4) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari.

5) Perubahan psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama
jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit
fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama
pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada
lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode
depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan
menurunnya kemampuan adaptasi.
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga),
lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau
menarik diri dari kegiatan sosial.
f. Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-
main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak
teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang
kembali (Kholifah, 2016:17-22).

C. Konsep asuhan keperawatan lansia


1. Pengkajian keperawatan lansia
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan situasi
lansia untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosis
masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang
dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko,
sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lansia seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada. Pengkajian keperawatan
lansia terdiri dari :
1) Identitas klien
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
3) Pengkajian status fungsional menggunakan Katz indeks
Pengkajian status fungsional adalah suatu bentuk pengukuran kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas
kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau
bergantung dari klien dalam hal : Makan, Kontinen (BAB dan BAK),
Berpindah, Ke kamar kecil, Mandi dan Berpakaian

Katz Keterangan
indek
s
A Kemandirian dalam semua hal
B Kemandirian dalam semua hal kecuali salah satu dari fungsi
tersebut
C Kemandirian dalam semua hal kecuali MANDI dan salah satu
fungsi lain
D Kemandirian dalam semua hal kecuali MANDI,
BERPAKAIAN dan salah satu fungsi lain
E Kemandirian dalam semua hal kecuali MANDI,
BERPAKAIAN, KE KAMAR KECIL dan salah satu fungsi
lain

F Kemandirian dalam semua hal kecuali MANDI,


BERPAKAIAN, KE KAMAR KECIL, BERPINDAH dan
salah satu fungsi lain
G Ketergaantungan pada keenam fungsi

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi aktif,


pengkajian ini didasarkan pada kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan.
Artinya jika klien menolak untuk melakukaan suatu fungsi, dianggap sebagai
tidak melakukan fungsi meskipun ia sebenaarnya mampu
1) Mandi
Mandiri : bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau
ekstermitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya
Bergantung : bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dari bak mandi serta tidak mandi sendiri
2) Berpakaian
Mandiri : mengambil baju dari lemari,memakai pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat pakaian
Bergantung : tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian
3) Ke kamar kecil
Mandiri : masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan
genitalia sendiri
Bergantung : menerima bantuan untuk mmasuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4) Berpindah
Mandiri : berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi
sendiri
Bergantung : bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu atau lebih perpindahan
5) Kontinen
Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri
Bergantung : inkontinensia parsial atau total; penggunaan katteter, pispot,
enema dan pembalut (pampers)
6) Makan
Mandiri : mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri
Bergantung : bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT)

Modifikasi Indeks Kemandirian Katz


Mandiri Tergantung
No Aktivitas
(1) (0)
1 Mandi di kamar mandi
(menggosok, membersihkan dan
mengeringkan badan)
2 Menyiapkan pakaian, membuka
dan mengenakannya
3 Memakan makaanan yang telah
disiapkan
4 Memelihara kebersihan diri untuk
penampilan diri (menyisir rambut,
mencuci rambut, menggosok gigi,
mencukur kumis)
5 BAB di WC
(membersihkan dan mengeringkan
daerah bokong)
Mandiri Tergantung
No Aktivitas
(1) (0)
6 Dapat mengontrol pengeluaran
feses
7 BAK di kamar mandi
(membersihkan dan mengeringkan
daerah kemaluan)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air
kemih
9 Berjalan di lingkungan tempat
tinggal atau ke luar ruangan tanpa
alat bantu, seperti : tongkat
10 Menjalankan ibadah sesuai agama
dan kepercayaan yang dianut
11 Melakukan pekerjaan rumah,
seperti : merapikan tempat tidur,
mencuci pakaian, memasak dan
membersihkan ruangan
12 Berbelanja untuk kebutuhan
sendiri atau kebutuhan keluarga
13 Mengelola keuangan (menyimpan
dan menggunakan uang sendiri)
14 Menggunakan sarana transportasi
umum untuk bepergian
15 Menyiapkan obat dan minum obat
sesuai aturan (takaran obat dan
waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan dan mengambil
keputusan untuk kepentingan
keluarga dalam hl penggunaan
uang, aktivitas sosial yang
dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan
17 Melakukan aktivitas di waktu
luang (kegiatan keagamaan, sosial,
rekreasi, olahraga dan
menyalurkan hobi)
Score …….. ……….
Mandiri Tergantung
No Aktivitas
(1) (0)
………………….

Analisis hasil
Score 13-17 :Mandiri
Score 0-12 : Ketergantungan

Barthel indeks
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
bantuan
1 Makan 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
2 Minum 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
3 Berpindah dari 5-10 15
kursi roda ke
tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet 0 5 Frekuensi :
(cuci muka,
menyisir
rambut, gosok
gigi)
5 Keluar masuk 5 10
toilet (mencuci
pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15 Frekuensi
7 Jalan di 0 5
permukaan
datar
8 Naik turun 5 10
tangga
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
bantuan
9 Mengenakan 5 10
pakaian
10 Control bowel 5 10 Frekuensi :
(BAB) Konsistensi :
11 Control bladder 5 10 Frekuensi :
(BAK) Warna :
12 Olahraga atau 5 10 Frekuensi :
latihan Jenis :
13 Rekreasi atau 5 10 Frekuensi :
pemantapan Jenis :
waktu luang
Score

Analisis hasil :
Score 126 - 130 : Mandiri
Score 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
Score < 65 : Ketergantungan Pengkajian status mental

Pengkajian Status Mental


a. Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
No Item pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ?
Jawab :
…………………………………………….
2 Hari apa sekarang ?
Jawab :
……………………………………………
3 Apa nama tempat ini?
Jawab :
……………………………………………
4 Dimana alamat anda?
Jawab :
…………………………………………..
5 Berapa umur anda ?
Jawab :
…………………………………………..
6 Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir)
Jawab :
……………………………………………
7 siapa presiden RI sekarang?
Jawab :
……………………………………………
8 Siapa presiden RI sebelumnya ?
Jawab :
…………………………………………….
9 siapa nama ibu anda ?
Jawab :
…………………………………………..
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun
Jawab :
……………………………………..

Analisis hasil :
Score benar 8-10 : Tidak ada gangguan
Score benar 0-7 : Ada gangguan

b. MMSE (Mini Mental Status Exame) untuk mengidentifikasi aspek


kognitif dari fungsi mental :Orientasi, Registrasi, Perhatian dan
Kalkulasi, Mengingat kembali dan Bahasa
No Aspek kognitif Nilai Nilai Kriteria
maks klien
1. Orientasi 5 Menyebutkan dengan
benar :
a. Tahun
No Aspek kognitif Nilai Nilai Kriteria
maks klien
b. Musim
c. bulan
d. tanggal
e. hari
Orientasi Dimana kita sekarang
berada :
a. Negara ……....
b. Propinsi ………
5 c. Kota ……..
d. Bangunan (panti)
……..
e. Lantai bangunan
(kamar) …….
Registrasi Sebutkan nama 3
objek (oleh
pemeriksa) 1 detik
untuk mengatakan
masing-masing objek,
kemudian tanyakan
2. 3
kembali kepada klien
ketiga objek tadi (
untuk disebutkan)
a. Objek ………….
b. Objek ………….
c. Objek …………..
3. Perhatian dan 5 Minta klien untuk
kalkulasi memulai dari angka
100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat
a. 93
b. 86
c. 79
No Aspek kognitif Nilai Nilai Kriteria
maks klien
d. 72
e. 65
4. Mengingat 3 Minta klien untuk
kembali mengulangi ketiga
objek pada no. 2
(registrasi) tadi, bila
benar 1 point untuk
masing-masing objek
5. Bahasa 2 Tunjukan pada klien
suatu benda dan
tanyakan namanya
pada klien :
a. Misalnya :
jam tangan
b. Misalnya
pensil
Minta klien untuk
mengulangi kata
berikut :
1 “Tak ada jika, dan,
atau, tetapi “
Bila benar nilai 1
point
Dengarkan kemudian
lakukan :
1. Ambil kertas ini
oleh tangan
3
anda
2. Lipat menjadi dua
3. Dan simpan di
lantai
1 Baca tulisan di bawah
ini dan lakukan tanpa
No Aspek kognitif Nilai Nilai Kriteria
maks klien
mengatakannya
1 Tulis sebuah kalimat
1 Gambarlah desain ini

Interpretasi hasil :
Skor Benar 22 - 30 : Tak ada kerusakan kognitif
Benar 0 – 21 : Indikasi Kerusakan kognitif

Pengkajian Status Psikologis


Skala Depresi
Jawaban
No Pertanyaan Jawaban
Klien
1 Apakah anda pada dasarnya puas TIDAK
akan hidup anda?
2 Apakah anda banyak membatalkan YA
aktivitas dan minat anda?
3 Apakah anda merasa bahwa hidup YA
anda ini hampa?
4 Apakah anda sering merasa bosan? YA
5 Apakah anda penuh harapan akan TIDAK
masa depan
6 Apakah anda dipusingkan dengan YA
pikiran-pikiran yang tidak bisa
anda curahkan?
7 Apakah anda selalu dalam TIDAK
semangat yang prima setiap
waktu?
8 Apakah anda takut akan terjadi YA
sesuatu yang buruk terhadap anda?
9 Apakah anda merasa bahagia TIDAK
sepanjang waktu?
10 Apakah anda merasa tidak YA
berdaya?
11 Apakah anda sering merasa YA
gelisah dan tidak tenang?
Jawaban
No Pertanyaan Jawaban
Klien
12 Apakah anda lebih suka tinggal di YA
rumah dari pada keluar dan
melakukan sesuatu yang baru?
13 Apakah anda sering mencemaskan YA
masa depan?
14 Apakah anda merasa bahwa anda YA
mempunyai masalah ingatan yang
lebih parah daripada orang lain?
15 Apakah anda merasa beruntung TIDAK
bahwa anda hidup saat ini?
16 Apakah anda sering merasa YA
kecewa dan sedih?
17 Apakah anda merasa tidak YA
berharga dengan keadaan anda
saat ini?
18 Apakah anda cemas akan masa YA
lampau anda?
19 Apakah anda merasa hidup ini TIDAK
sangat menarik?
20 Apakah sulit bagi anda untuk YA
memulai suatu projek baru?
21 Apakah anda merasa penuh TIDAK
energi?
22 Apakah anda merasa bahwa situasi YA
anda tidak banyak menolong?
23 Apakah anda merasa bahwa orang YA
lain lebih baik dari anda?
24 Apakah anda sering merasa kesal YA
terhadap hal-hal yang kecil?
25 Apakah anda sering merasa ingin YA
menangis?
26 Apakah anda mempunyai masalah YA
konsentrasi?
27 Apakah anda senang saat bangun TIDAK
pagi?
28 Apakah anda lebih suka YA
menghindari perkumpulan sosial?
Jawaban
No Pertanyaan Jawaban
Klien
29 Apakah mudah bagi anda TIDAK
membuat keputusan?
30 Apakah pikiran anda sejernih TIDAK
seperti biasanya?
Score

Pengkajian Keseimbangan
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Hasil observasi
No Perubahan posisi atau gerakan Ya Tidak
(1) (0)
1. Bangun dari tempat tidur
Tidak bangun dari tempat tidur
dengan sekali gerakan, akan tetapi
lansia mendorong tubuhnya ke atas
dengan tangan atau bergerak ke
bagian depan kursi terlebih dahulu,
tidak stabil pada saat berdiri pertama
kali
2. Duduk di kursi
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak
duduk di tengah kursi.
Catatan : kursi harus yang keras
tanpa lengan
3. Menahan dorongan pada sternum
(pemeriksa mendorong sternum
sebanyak 3 kali dengan hati-hati),
klien menggerakan kakinya ,
memegang objek untuk dukungan,
kaki tidak menyentuh sisi-sisinya
Catatan : lakukan dalam keadaan
mata klien terbuka
4. Menahan dorongan pada sternum
(pemeriksa mendorong sternum
Hasil observasi
No Perubahan posisi atau gerakan Ya Tidak
(1) (0)
sebanyak 3 kali dengan hati-hati),
klien menggerakan kakinya ,
memegang objek untuk dukungan,
kaki tidak menyentuh sisi-sisinya
Catatan : lakukan dalam keadaan
mata klien tertutp
5. Perputaran leher
Klien lansia menggerakan kaki,
menggenggam objek untuk
dukungan kaki, keluhan vertigo,
pusing atau keadaan tidak stabil

6. Gerakan menggapai sesuatu


Tidak mampu untuk menggapai
sesuatu dengan bahu fleksi
sepenuhnya sementara berdiri pada
ujung-ujung kaki, tidak stabil
memegang sesuatu untuk dukungan
7. Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk
mengambil objek-objek kecil (missal
: pulpen) dari lantai, memegang
objek untuk bisa berdiri lagi, dan
memerlukan usaha-usaha yang keras
untuk bangun

b. Komponen gaya berjalan atau pergerakan


Hasil
observasi
No Gaya berjalan atau pergerakan
Ya Tidak
(1) (0)
Minta klien lansia untuk berjalan ke tempat yang
ditentukan
1. Ragu-ragu, tersandung, memegang objek
untuk dukungan
2. Ketinggian langkah kaki
(mengangkat kaki saat melangkah), kski
tidak naik dari lanatai secara konsisten
(menggeser atau menyeret kaki,
mengangkat kaki terlalu tinggi > 5 cm)
3. Kontinuitas langkah kaki
Setelah langkah-langkah awal menjadi
tidak konsisten, mulai mengangkat satu
kaki sementara kaki yang lain
menyentuh lantai
Catatan : sebaiknya diobservasi dari
samping klien
4. Kesimetrisan langkah
Langkah kaki tidak simetris terutama
pada bagian yang sakit
Catatan : sebaiknya diobservasi dari
samping klien
5. Penyimpangan jalur pada saat berjalan
Tidak berjalan dalam garis lurus,
bergelombang dari sisi ke sisi
Catatan : sebaiknya diobservasi dari
samping kiri klien
6. Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan
sempoyongan, bergoyang, memegang
objek untuk dukungan

Interpretasi Hasil:
0-5 resiko jatuh rendah
6-10 Resiko jatuh sedang
11.15esiko jatuh tinggi

2. Diagnosis keperawatan gerontik


Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun pontensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2016:5).

3. Perencanaan keperawatan gerontik


Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (SDKI, 2018:8).

4. Pelaksanaan keperawatan gerontik


Implementasi keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (SDKI,
2018:8).

5. Evaluasi keperawatan gerontik


Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefinisikan sebagai keputusan
dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan dengan respon perilaku lansia yang tampilkan. Penilaian dalam
keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana tindakan yang
telah ditentukan, kegiatan ini untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Penilaian
keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana, dan pelaksanaan
tindakan keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lansia (Kholifah,
2016:98).

DAFTAR PUSTAKA

Kholifah, Siti Nur. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan:
Kementerian Kesehatan Rebuplik Indonesia.
Lestari, Karlina. (2020). Risiko penyakit berdasarkan klasifikasi umur menurut WHO.
https://www.sehatq.com/artikel/risiko-penyakit-berdasarkan-klasifikasi-umur-menurut-
who (diunduh pada tanggal 14 September 2021, pukul 22:54).
PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan keperawatan.
Edisi 1 cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia: definisi dan indikator diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai