Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN BIOLOGIS;


MENOPAUSE
Dosen Pengampu :
Husnul Khatimah. S.Kep.,Ns., MPH

Disusun Oleh :
1. Bagas Alfin Saputro
2. Alfita Maryanti
3. Meilia Delta
4. Dyah Ayu Safalas
5. Erni Agustina
6. Femin Setia Putri
7. Indah Pratiwi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL ISLAM YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

2022
Daftar Isi

BAB I ...................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................... 22
ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................... 22
BAB III ................................................................................................................. 28
PENUTUP ............................................................................................................. 28
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Lansia dan Proses Menua


1.1.1 Definisi Lansia dan Proses Menua
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih,
karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik
secara jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2012).
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler
dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran
kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruhpada
activity of daily living (Fatimah, 2010).
1.1.2 Teori Proses Menua
Menurut Depkes RI (2016) tentang proses menua yaitu:
1. Teori – teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara
genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi
sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul – molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi sehingga terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel.
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel
tubuh lelah (rusak).
c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit.
d. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus
theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya
usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan
kerusakanorgan tubuh.
e. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usahadan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat
dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi.
g. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan
hilangnya fungsi.
h. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelahsel-sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang
dapat dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari lansia berupa
mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil.
b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah
pada lansia. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi
oleh tipe personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya
usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan
diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan
ganda (triple loss), yakni: (1) Kehilangan peran; (2)
Hambatan kontak sosial; (3) Berkurangnya kontak
komitmen.
1.1.3 Batasan Lanjut Usia
Menurut Nugroho (2008) ada beberapa pendapat para ahli mengenai
batasan lanjut usia diantaranya :
1. Menurut World Health Organization (WHO), ada empat tahapan
lanjut usia yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
2. Menurut Koesoemanto Setyonegoro, lanjut usia
dikelompokkansebagai berikut:
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) yaitu usia 18/20-25 tahun
b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas
(usia 25-60/65tahun)
c. Lanjut usia (geriatric age) yaitu usia lebih dari
65/70 tahun,terbagi:
i. Usia 70-75 tahun (young old)
ii. Usia 75-80 tahun (old)
iii. Usia lebih dari 80 tahun (very old)
3. Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia terbagi dalm dua tahap yaitu:
a. Early old age (usia 60-70 tahun)
b. Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)
1.1.4 Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik yang berusia lebih dari 60 tahun, kebutuhan
dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, kebutuhan
biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif
(Maryam, 2012).
1.1.5 Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:
1. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih
dengan masalah kesehata
4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat mengahasilkan barang atau
jasa
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah,sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain
1.1.6 Ciri-ciri Lansia
Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik
dan faktor psikologis sehingga motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansiayang
memilikimotivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka
akanmempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga
lansia yang memilikimotivasi yang tinggi, maka kemunduran
fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansiadan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senangmempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif,
tetapiada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada
orang lain sehingga sikap sosialmasyarakat menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas
dasarkeinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansiamenduduki jabatan sosial di
masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakattidak
memberhentikan lansia sebagai ketuaRW karena usianya.
3. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkankonsep diri yang buruk sehingga
dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.Akibat dari
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia
menjadi buruk pula. Contoh: lansia yang tinggal bersama
keluarga sering tidak dilibatkan untukpengambilan keputusan
karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah
yangmenyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat
tersinggung dan bahkanmemiliki harga diri yang rendah.
1.1.7 Perubahan-perubahan Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan


secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada
diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan,
sosial dan seksual (Azizah dan Lilik M, 2011).
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran:Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karenahilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutamaterhadap bunyi
suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulitdimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60
tahun.
b. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastiskering
dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi
tipis danberbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropiglandula
sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna
coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.

c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan
penghubung (kolagendan elastin), kartilago, tulang, otot dan
sendi. Kolagen sebagai pendukungutama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalamiperubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur.
1) Kartilago: jaringan kartilagopada persendian menjadi
lunak danmengalami granulasi, sehingga permukaansendi
menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi
berkurang dandegenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif,konsekuensinya kartilagopada persendiaan
menjadi rentan terhadap gesekan.
2) Tulang: berkurangnyakepadatan tulang setelah diamati
adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehinggaakan
mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan
mengakibatkan nyeri,deformitas dan fraktur.
3) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan
sangatbervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut
otot, peningkatan jaringanpenghubung dan jaringan lemak
pada otot mengakibatkan efek negatif.
4) Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti
tendon, ligamen dan fasiamengalami penuaan elastisitas.
d. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia
adalah massa jantungbertambah, ventrikel kiri mengalami
hipertropi sehingga peregangan jantungberkurang, kondisi ini
terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan inidisebabkan
oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan
jaringankonduksi berubah menjadi jaringan ikat.
e. Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat
paru, kapasitas total parutetap tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengkompensasi kenaikanruang paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,kartilago
dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu
dankemampuan peregangan toraks berkurang.
f. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksisebagai kemunduran fungsi yang nyata
karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar
menurun
(kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makinmengecil
danmenurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran
darah.
b. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yangmengalami kemunduran,
contohnyalaju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi olehginjal.
c. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi
dan atropi yang progresifpada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dankemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
d. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary danuterus. Terjadi atropi payudara. Pada
laki- laki testis masih dapat memproduksispermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
2. Perubahan kognitif
Perubahan Kognitif: (1) Daya Ingat (Memory); (2) IQ (Intellegent
Quotient); (3) Kemampuan Belajar (Learning); (4) Kemampuan
Pemahaman (Comprehension); (5)Pemecahan Masalah (Problem
Solving); (6) Pengambilan Keputusan (Decision Making);
(7)Kebijaksanaan (Wisdom); (8)Kinerja (Performance); (9)Motivasi
(Motivation)
3. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan
dengan teman dan keluarga.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri,perubahan konsep diri. Perubahan spiritual
agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya. Lansia semakinmatang (mature) dalam
kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir
danbertindak sehari-hari.
4. Perubahan Psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jikalansia mengalami penurunan
kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan
hewan kesayangandapat meruntuhkan pertahanan jiwa
yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebutdapat memicu
terjadinya gangguanfisik dan kesehatan.
e. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan
kosong, lalu diikuti dengankeinginan untuk menangis yang
berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresijuga dapat
disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya
kemampuanadaptasi.
f. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik,
gangguan cemas umum,gangguan stress setelah trauma dan
gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguantersebut
merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungandengan sekunder akibat penyakit medis, depresi,
efek samping obat, atau gejalapenghentian mendadak dari
suatu obat.
g. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan
waham (curiga), lansiasering merasa tetangganya mencuri
barang- barangnya atau berniatmembunuhnya. Biasanya
terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi ataumenarik diri
dari kegiatan sosial.
h. Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan
perilaku sangatmengganggu. Rumah atau kamar kotor dan
bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urinnya,
sering menumpuk barang dengan tidak teratur.Walaupun telah
dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
1.1.8 Tujuan Pelayanan Pada Lansia

Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia menurut Depkes RI (2016) terdiri


dari :
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang
setinggi-tingginya,sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan
mental.
3. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang
menderita suatupenyakit atau gangguan, masih dapat
mempertahankan kemandirian yangoptimal.
4. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada
lansia yang beradadalam fase terminal sehingga lansia dapat
mengadapi kematian dengan tenang danbermartabat.Fungsi
pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia,
pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan
pelayanan sosial lansiadan pusat pemberdayaan lansia.
Konsep Menopause
1.1.9 Pengertian
Kata menopause berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata ‘men’
yang artinya bulan dan kata ‘peuseis’ yang artinya penghentian
sementara. Secara linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang
berarti masa berhentinya haid. Menopause merupakan tahap dalam
kehidupan wanita ketika menstruasi berhenti, dengan demikian tahun –
tahun melahirkan anak juga berhenti. Wanita dikatakan telah menopause
jika sudah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan sejak menstruasi
terakhir yang disebabkan oleh penurunan fungsi ovarium (Suryoprajogo,
2019).
Untuk lebih memastikan akan dilakukan pemeriksaan Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan hormon estrogen. Seorang wanita
dikatakan mengalami menopause apabila kadar FSH meningkat,
sedangkan kadar estrogennya rendah. Selain itu dilakukan juga
pemeriksaan Tyroid Stimulating Hormone (TSH) dan hormon tiroid.
Pemeriksaan ini untuk memastikan penderita tidak mengalami
hipotiroidisme atau penurunan hormon tiroid yang bisa menimbulkan
gejala serupa dengan menopause (Jalilah & Prapitasari, 2020).
1.1.10 Etiologi
Menurut Baziad (2003) dalam Lubis (2016), oogenesis pada wanita
akan berakhir pada saat fetus berusia 5 bulan dan yang tinggal hanya
tujuh juta oosit. Mulai usia lima bulan sampai saat lahir terjadi
pengurangan jumlah primordial folikel hingga menyisakan 500.000
sampai 1.000.000 dan dalam perjalanan waktu akan terus berkurang
jumlahnya. Jumlah folikel yang masih tersedia pada setiap wanita
berbeda - beda. Sebagian wanita pada usia 35 tahun memiliki sebanyak
100.000 folikel, sedangkan wanita lainnya pada usia yang sama hanya
memiliki 10.000 folikel. Berkurangnya jumlah folikel disebabkan oleh
folikel itu sendiri yang mana seperti sel tubuh yang lain oosit yang
terkandung dalam folikel primordial juga dipengaruhi oleh stress
biologik, kerusakan DNA yang permanen, dan bertumpuknya bahan
kimia akibat proses metabolisme tubuh
Husniawati (2010) dalam Suparni & Astutik (2016), menjelaskan
bahwa pada tiap siklus haid, 20 – 30 folikel primordial dalam proses
perkembangan dan sebagian besar diantaranya mengalami atresia atau
kerusakan. Selama masa reproduksi kurang lebih 400 oosit mengalami
proses pematangan dan sebagian lagi hilang spontan akibat usia yang
bertambah. Pada waktu menopause tinggal beberapa ribu buah. Produksi
estrogen pun berkurang. Folikel yang tersisa lebih resistan terhadap
rangsangan gonadotropin. Sehingga siklus ovarium yang terdiri dari
pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum lama -
kelamaan berhenti. Hilangnya folikel secara terus menerus setelah
kelahiran, hanya menyisakan kurang lebih beberapa ratus folikel pada
saat menopause yang menimbulkan gejala amenore dan ketidakteraturan
haid.
1.1.11 Patofisiologi
Seiring dengan pertambahan usia, sistem neurohormonal tidak
mampu untuk berstimulasi berstimulasi periodik periodik pada sistem
endokrin endokrin yang menyebabkan menyebabkan ovarium ovarium
tidak memproduksi progesterone dalam jumlah yang bermakna.
Estrogen hanya dibentuk dalam jumlah kecil melalui aromatisasi
androsteredion dalam sirkulasi. penurunan fungsi ovarium menyebabkan
ovarium mengecil dan akhirnya folikel juga menghilang. Tidak adanya
estrogen ovarium merupakan penyebab timbulnya
perubahan- perubahan pasca menopause, perubahan pasca menopause,
misalnya: kekeringan va misalnya: kekeringan vagina, yang dapat
menimbulkan gina, yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman sewaktu
berhubungan seks, dan atrofi gradual organ-organ genetalia,
serta perubahan perubahan fisik lainnya. lainnya. Namun wanita pasca
menopause menopause tetap memiliki memiliki dorongan dorongan seks
karena androgen adrenal mereka. Masih tidak jelas apakah gejala-gejala
emosional yang berkaitan berkaitan dengan fungsi ovarium, ovarium,
misalnya misalnya depresi depresi dan iritabilitas, iritabilitas, disebabkan
disebabkan oleh penurunan estrogen akan merupakan reaksi psikologis
terhadap dampak menopause.
1.1.12 Tahapan Menopause
Empat tahapan menopause yang terdapat dalam Riyadina (2019) adalah
sebagai berikut.
a. Pramenopause
Pramenopause adalah masa selama 4 – 5 tahun sebelum terjadi
menopause. Singkatnya, pramenopause adalah seluruh periode
masa subur sebelum menopause yaitu periode dari menarche
sampai menopause. Pada fase ini menstruasi mulai tidak teratur,
namun belum muncul tanda klasik gejala menopause, seperti hot
flashes atau semburan panas, kekeringan vagina, dan lain
sebagainya. Pramenopause biasanya dialami wanita pada usia 40-
an. Wanita pada fase ini masih subur yang artinya masih bisa hamil.
b. Perimenopause
Perimenopause disebut juga fase peralihan. Perimenopause terjadi
sekitar dua tahun sebelum menopause sampai sekitar dua tahun
setelahnya. Pada fase ini terdapat gejala khas yakni penurunan
fungsi ovarium yang ditandai dengan defisiensi progesterom dan
estrogen sehingga tanda klasik gejala menopause mulai muncul.
Perimenopause dialami oleh wanita pada usia 50-an.
c. Menopause
Menopause adalah keadaan di mana wanita sudah tidak lagi haid
yang dihitung dari 12 bulan sejak haid terakhir. Pada awal
menopause terkadang kadar estrogen rendah, namun bisa
sebaliknya pada wanita gemuk. Pada fase ini sudah muncul tanda
klasik gejala masa menopause. Penting untuk mencatat tanggal
terakhir menstruasi karena jika terjadi perdarahan vagina dalam
jangka waktu satu tahun sejak tanggal tersebut, dianggap tidak
normal. Oleh karena itu, harus memeriksakan diri ke dokter.
d. Pascamenopause
Pascamenopause adalah fase setelah menopause sampai senium.
Fase ini merupakan masa lima tahun setelah menopause. Di fase
ini tanda klasik gejala menopause sudah mulai menghilang akibat
keseimbangan hormon yang telah dicapai tubuh.
1.1.13 Manifestasi klinis
Sekitar 40-85% dari semua wanita dalam usia klimakterik
mempunyai keluhan. Gejala yang tetap dan tersering adalah gejolak
panas dan keringat banyak. Gejolak panas merupakan sensasi seperti
gelombang panas yang meliputi bagian atas dada, leher, dan muka.
Keluhan ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala psikologik berupa rasa
takut, tegang, depresi, lekas marah, mudah tersinggung, gugup dan jiwa
yang kurang mantap. Keluhan lain dapat berupa sakit kepala, sukar tidur,
berdebar-debar, rasa kesemutan di tangan dan kaki, serta nyeri tulang dan
otot. Keringat malam hari merupakan keluhan yang sangat mengganggu,
sehingga menimbulkan lelah dan kesukaran bangun pagi. Semua keluhan
ini kurang menggembirakan bagi seorang wanita, dan mendorong
penderita mencari pengobatan. Atrofi epitel genital dapat mengakibatkan
vaginitis senilis. Gejala-gejalanya mencakup: iritasi, rasa terbakar, rasa
terbakar, pruritus, leukorea, dispareunia, perdarahan vaginal,
penurunan penurunan sekresi sekresi vaginal, vaginal, penipisan
penipisan epitel dan mudah kena trauma, trauma, pemendekan
pemendekan dan pengurangan pengurangan kelenturan kelenturan
vagina. vagina. Kebanyakan Kebanyakan masalah masalah seksual
seksual dialami dialami oleh wanita pascamenopause pascamenopause
adalah karena status fisis dari mukosa vagina, vagina, yang harus
memelihara memelihara kelembaban protektif yang cukup dan
memberikan pelumas selama sanggama. Setelah menopause, perubahan
atrofik dapat menyebabkan dispareunia, vaginitis, vaginismus,
taknyaman fisis, dan hilang minat seksual. Kulit wanita banyak
dipengaruhi oleh estrogen sehingga menimbulkan kulit kehilangan
elastisitasnya, berkerut, kering dan menjadi lebih tipis. Hal tersebut
mengurangi kecantikan seorang wanita, sehingga wanita merasa kurang
percaya diri lagi (dan dapat menambah ketidakseimbangan emosi wanita
tersebut).
Gangguan psikogenik, ini mencakup : peningkatan rasa gelisah,
depresi, mudah cemas, insomnia, dan sakit kepala. Keadaan lain yang
dapat diperberat oleh gejala menopause mencakup : masalah
psikosomatik yang telah ada yang diperkuat oleh gejolak panas, panas,
pola tidur y tidur yang diganggu diganggu oleh keringat keringat malam,
penurunan penurunan libido ka libido karena vaginitis vaginitis
atrofikans yang mengakibatkan dispareunia.
Osteoporosis adalah gangguan tulang yang terutama menyerang
tulang trabekular, menyebabkan pengurangan kuantitas tulang sehingga
mengakibatkan tulang keropos. Meskipun kedua jenis kelamin
mengalami kehilangan massa tulang dengan proses menua, jarang bagi
pria mengalami gejala osteoporosis sebelum usia 70.
1.2 Jenis-jenis Menopause
1.2.1 Menopause Alamiah
Menopause ini terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45-55
tahun. Menopause alamiah terjadi pada wanita yang masih mempunyai
indung telur. Durasinya sekitar 5-10 nya sekitar 5-10 tahun. Meskip
tahun. Meskipun seluruh proses itu kadang- proses itu kadangkadang
memerlukan waktu tiga belas tahun. Selama itu menstruasi mungkin akan
berhenti beberapa bulan kemudian akan kembali lagi. Menstruasi datang
secara fluktuatif. Lamanya, intensitasnya, dan alirannya mungkin
bertambah atau berkurang. Wanita yang atau berkurang. Wanita yang
mengalami menopause alamiah mungkin membutuhkan perawatan atau
mungkin tidak membutuhkan perawatan apapun. Hal ini karena
kesehatan mereka secara menyeluruh cukup baik. Selain itu proses
menopause berjalan sangat lambat sehingga tubuhny tubuhnya dapat
menyesuaik dapat menyesuaikan diri dengan diri dengan
perubahan- perubahan yang terjadi pada saat menopause.
1.2.2 Menopause Dini
Menurut dr. ali Baziad, Sp.O.G KFFR, staf pada Bagian Obstetri dan
Ginekologi, FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta “menopause
dini adalah berhentinya haid di bawah usia 40 tahun”. Kalau wanita itu
sudah berusia di atas 40 tahun, misalnya pada usia di atas 40 tahun,
misalnya usia 42 dan 43, ia tidak dikategorikan sebagai wanita yang
mengalami menopause dini. Demikian juga pada wanita usia
produktif yang tidak lagi haid karena pengangkatan rahim, ia tidak dapat
disebut sebagai penderita menopause dini. Ini disebabkan indung
telurnya masih ada dan masih memproduksi sel-sel telur serta
mengeluarkan hormon estrogen. Sementara itu, jika kedua indung
telurnya di angkat, otomatis produksi produksi hormon estrogen
estrogen terhenti terhenti pula. Otomatis Otomatis tidak akan mengalami
mengalami haid lagi untuk seterusnya sehingga dapat disebut telah
mengalami menopause dini.
Menopause ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, bisa karena indung telurnya telurnya diangkat, diangkat,
misalnya misalnya karena menderita menderita kanker kanker indung
telur. Kedua, diduga karena gaya hidup, seperti merokok, kebiasaan
minum minuman beralkohol, makanan yang tidak sehat, dan kurang
berolah raga. Ketiga bisa karena pengaruh obat-obatan seperti
obat pelangsing dan pelangsing dan jamu-jamu yang jamu-jamu yang
tidak jelas tidak jelas zat kimianya. Pad imianya. Pada umumnya, a
umumnya, obat-obatan pelangsing memang mengandung zat kimia yang
dapat menghambat produksi hormon. Gejala menopause dini dengan
menopause biasa tidak ada bedanya, bedanya, walaupun walaupun
setiap orang mengalami mengalami gejala dalam waktu yang sama.
Tetapi dari segi perubahan fisik penderita menopause biasanya tampak
lebih parah. Ini terlihat dari keluhan –keluhan yang mereka alami, yaitu
osteoporosis dan penyakit jantung koroner yang datang lebih cepat. Oleh
karena itu datangnya menopause dini perlu diwaspadai.
1.3 Tanda awal Menopause
1.3.1 Perubahan Kejiwaan
Perubahan yang dialami oleh wanita dengan menjelang menopause
adalah : merasa tua, mudah tersinggunga, mudah kaget sehingga jantung
berdebar, takut tidak bisa memenuhi kebutuhan seksual suami, rasa takut
bahwa suami akan menyeleweng. Keinginan seksual menurun dan
Keinginan seksual menurun dan sulit mencapai kepuas sulit mencapai
kepuasan (orgasme), an (orgasme), dan juga merasa dan juga merasa
tidak berguna dan tidak menghasilkan sesuatu, merasa memberatkan
keluarga dan orang lain.
1.3.2 Perubahan Fisik
Pada perubahan fisik seorang wanita mengalami perubahan kulit. Lemak
bawah kulit menghilang sehingga kulit mengendor, sehingga jatuh dan
lembek. Kulit mudah terbakar sinar matahari dan menimbulkan
pigmentasi dan menjadi hitam.pada kulit tumbuh bintik hitam, kelenjar
kulit kurang berfungsi sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Karena
ut. Karena menurunnya estrogen dapat unnya estrogen dapat
menimbulkan perubahan kerja bulkan perubahan kerja usus menjadi
lambat, dan mereabsorbsi sari makanan makin berkurang. Kerja usus
halus yang semakin berkurang maka akan yang semakin berkurang maka
akan menimbulkan gangguan buang bulkan gangguan buang air besar
berupa air besar berupa obstipasi. Perubahan yang terjadi pada alat
genetalia meliputi liang senggama terasa kering, lapisan sel liang
senggama menipis yang menyebabkan mudah terjadi (infeksi kandung
kemih dan liang senggama). Daerah sensitive makin sulit untuk
dirangsang. Saat berhubungan seksual dapat menjadi nyeri.Perubahan
pada tulang terjadi oleh karena kombinasi rendahnya hormon paratiroid.
Tulang mengalami pengapuran, artinya kalium menurun sehingga tulang
keropos dan mudah terjadi patah tulang terutama terjadi pada persendian
paha.
1.4 Penatalaksanaan
1.4.1 Penatalaksanaan umum
Merupakan pendapat umum yang salah bahwa semua masalah
klimakterik dan menopause dapat dihilangkan dengan hanya pemberian
estrogen saja. Tujuan pengobatan dengan estrogen bukanlah
memperlambat terjadinya menopau menopause, melainkan memudahkan
wanita-wanita tersebut memasuki masa klimakterium. Hubungan pribadi
yang baik, saling percaya antara suami-istri, maupun antara dokter-
penderita akan memberikan harapan yang besar akan kesembuhan.
Pemberian obat-obat penenang bukanlah cara pengobatan yang terbaik.
Psikoterapi superfisial oleh dokter keluarga sering sekali menolong.
1.4.2 Pengobatan hormonal
Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis dari keadaan defisiensi
estrogen. Sindrom klimakterik pada umumnya terjadi akibat kekurangan
estrogen, sehingga dengan sendirinya pengobatan yang tepat adalah
pemberian estrogen, meski bukan tanpa risiko. Pada masa lalu, estrogen
diberikan untuk selang waktu yang singkat dan kemudian berangsur-
angsur dikurangi sehingga gejolak panas sirna. Konsep ini tidak berlaku
lagi. Seorang wanita yang mengalami gejala-gejala menopause telah
mengidap defisiensi estrogen dan akan tetap begitu sepanjang hayatnya.
Defisiensi estrogen jangka panjang dapat menyebabkan berkembangnya
osteoporosis, penyaki penyakit jantung aterosklerotik, dan mungkin
perwujudan psikogenik. Program yang seimbang dari pengobatan
estrogen-pengganti yang dikombinasikan dengan progestogen siklik
merupakan pengobatan terbaik, karena tujuan nyata dari estrogen-pe
ogen-pengganti adalah ngganti adalah tidak hanya untuk meredakan
gejala-gejal a-gejala vasomotor melainkan juga untuk mencegah akibat
metabolik seperti osteoporosis dan ateroskletosis.
1.5 Pencegahan
1) Mengonsumsi makanan-makanan bergizi yang secara alami bersifat
anti-inflamasi, seperti whole grain, buah-buahan, ikan, sayuran
berdaun hijau tua, kacang-kacangan, dan memasak dengan dan
memasak dengan minyak zaitun. Hindari konsumsi makanan yang ri
konsumsi makanan yang mengandung trans fat, seperti margarin.
2) Berolahraga yang teratur, sebab olahraga teratur akan mengurangi
jumlah deposit lemak.
3) Merokok, minum alkohol, dan obat-obatnan harus dihindari karena
bersifat proinflamasi dan merusak jaringan yang sehat.
4) Hindari stres, karena stres dapat merusak sistem pertahanan tubuh.
5) Tidur yang cukup akan sangat bermanfaat untuk mencegah proses
inflamasi kronik
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat, kahan,
pendidikan, pekerjaan, alamat, no register, Tanggal ter, Tanggal
MRS, Tanggal Pengkajian, Diagnosa medis Identitas Penanggung
jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga,
pekerjaan, alamat.
b. Keluhan Utama : alasan kenapa pasien memutuskan untuk datang
ke RS
c. Riwayat penyakit sekarang:
1) Provocatif atau paliatif:
Apa yang menyebabkan gejala dan apa yang menguranginya.
2) Quality/quantity:
Bagaimana rasanya, tampilannya, atau suaranya? Bagaimana
anda merasakan sekarang?
3) R e g i o / R a d i a s i :
Di bagian mana bagian mana gejala dirasakan?Ba
akan?Bagian kepala, bercak diseluru bercak diseluruh tubuh,
edema pada kelopak mata Apakah menyebar?
4) S a v e r u t y / K e p a r a h a n ( s c a l a )
Bagaimana intensitasnya (skala)?Bagaimana pengaruhnya
terhadap aktivitas?
5) T i m e / W a k t u
Kapan hal itu mulai timbul dan bagaimana terjadinya?Berapa
lama terjadinya?Frekwensi?Durasi
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah dialami dan tindakan pengobatan yang
dilakukan? Penggunaan obat?Pernah dirawat/dioperasi? Lamanya
dirawat? Alergi? Status imunisasi?Riwayat kehamilan dan
persalinan
e. Riwayat Riwayat Psikososial
Psikososial Meliputi bahasa yang sering digunakan, persepsi
pasien tentang penyakitnya penyakitnya konsep diri : Body
image, ideal diri, harga diri, peran diri, personal personal identity,
identity, keadaan keadaan emosi, perhatian perhatian terhadap
terhadap orang lain/lawan lain/lawan bicara, bicara, hubungan
hubungan dengan saudara, saudara, kegemaran/hobby,
kegemaran/hobby, mekanisme mekanisme pertahanan diri, danj
interaksi sosial.
f. Pola Kebias Pola Kebiasaan sehari-hari aan sehari-hari meliputi:
meliputi:
1) Pola nutrisi sebelum dan sedah sakit disini yang harus
dikaji adalah frekuensi,jumlah,jenis nafsu makan
sebelum dan setelah sakit harus di kaji apakah ada
perubaha
2) Pola eliminasi
Sebelum sakit Yang harus dikaji adalah
frekuensi,waktu,konsitensi, waarna, BAB terakhir.
Sedangk Sedangkan pada BAK yang harus di kaji
sebelum sakit adalah frekuensi, warna dan bau.
Saat Sakit: yang harus dikaji pada BAB adalah
frekwensi,waktu, konsistensi, warna, BAB terakhir,
penggunaan pencahar, riwayat perdarahan, perdarahan,
terdapat terdapat ada tidaknya tidaknya diare, sedangkan
sedangkan pada BAK yang harus dikaji adalah
frekwensi,warna, bau, jumlahj, nyeri/rasa terbakar,
riwayat penyakit ginjal/kandung kemih,penggunaan
deuretika,penggunaan alat bantu, adanya penyakit
saluran kemih dll.
3) Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Sebelum sakit : Kegiatan dalam pekerjaan, jenis
olahraga dan frekwensinya
Saat Sakit: kegiatan perawatan seperti mandi,
berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi,
ambulasi, dilakukan secara mandiri , di bantu sebagian,
perlu bantuan o bantu sebagian, perlu bantuan orang
lain, mengguna rang lain, menggunakan alat atau
tidak kan alat atau tidak mampu sama sekali.
4) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit: harus dikaji waktu tidur, waktu bangun,
masalah tidur, hal-hal yang mempermudah tidur, hal-hal
yang mempermudah bangun.
Saat sakit: harus dikaji waktu tidur, waktu bangun,
masalah tidur, halhal yang mempermudah tidur, masalah
tidur.
5) Pola Kebersihan
Sebelum sakit: Mandi (x/hari),keramas (x/minggu),
ganti pakaian (x/hari), sikat gigi (x/hari), memotong
kuku( x/minggu).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda vital : Tensi, RR, nadi,suhu, BB, TB
c. Pemeriksaan ABC Head to toes
1) Kepala dan rambut
2) Mata
3) Hidung
4) Telinga
5) Mulut, Gigi, Lidah, tonsil, dan Pharing
6) Leher dan tenggorokan
7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi,
jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, payudara dan
ketiak, abdomen
8) Ekstremitas/ muskoluskletal
9) Genetalia dan anus
10) Integumen
11) Neurologi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan tentang perubahan tubuh yang normal
berhubungan dengan perimenopause, menopause, dan gaya hidup.
2. Ketidak mampuan mempertahankan berhubungan dengan tuntutan
pekerjaan, pertambahan berat badan dan pola hidup yang monoton.
3. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi
seksual
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan syndrome menopause
5. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh,
penuruan sekresi vagina.
6. Inkontinensia urine berhubungan dengan proses penuaan degenerative
pada oto pelvic, prolap uteri, vaginitis.
C. Rencana Keperawatan

Dx Tujuan Intervensi
1 Klien mengungkapkan disfungsi seksual - Ciptakan lingkung an
teratasi setelah diberi tindakan keperawatan saling percaya dan beri kesempat
a. klien tidak menolah bila an kepada klien untuk mengga
diajak berhubungan mbarkan masalahn ya dalam kata-
b. vagina lembab dan elastic kata sendiri.
c. nyeri hilang bila berhubungan - Beri informasi tentang kondisi
individu.
- Anjurkan klien
untuk berbagi pikiran atau
masalah dengan pasangan /orang
terdekat
- Diskusik an dengan klien
tentang penggun aan pelumas.
- Kolabora si dengan dokter. Beri
obat sesuai indikasi
estrogen pengganti
2 Tujuan: Dalam waktu 40 menit klien - Kaji tingkat pengetah uan klien
mengungkapkan pengetahuannya bertambah tentang keadaany a/proses
Kriteria hasil; menopau se.
a. klien tahu penyebab keadan saat ini - Beri penjelasa n tentang proses
b. Klien dapat menyesuaikan diri dengan menopau se, penyebab gejala
keadaannya. menopaus
c. klien tidak bertanya-tanya tentang - Beri penjelasa n pada klien
keadaannya tentang pada klien
d. klien Nampak ceria tentang proses pengobat an
- Diskusik an
tentang perlunya pengatur an/diet
makanan, penggun aan suplemen
3 Klien mengungkapkan disfungsi seksual - Ciptakan lingkung an
teratasi setelah diberi tindakan keperawatan saling percaya dan beri
dengan kriteria: kesempatan kepada klien untuk
a. Nyeri hilang bila berhubun gan mengga mbarkan masalahn ya
b. Klien tidak menolak bila dalam kata-kata sendiri.
diajak berhubun gan - Beri informasi tentang kondisi
individu.
- Anjurkan klien
untuk berbagi pikiran/masalah
dengan pasangan /orang dekat.
- Diskusik an dengan klien
tentang penggun aan cara/teknik
khusus saat berhubun gan
Kolabora si dengan dokter
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada - Anjurkan klien untuk
klien, pola tidur klien normal. Dengan kriteria memakai pakaian yang menyerap
hasil : keringatAnjurkan klien untuk
a. Klien tidaksering terbangu n saat tidur menghin dari makanan berbumbu,
b. Palpebra tidak hitam pedas, dan gorenggorengan ,
alkohol
- Anjurkan klien untuk menghin
dari beraktivitas di cuaca
yang panas
- Anjurkan klien untuk mencuci
muka saat hotflashes terjadi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menopau Menopause sebagai bagian dari bagian dari proses kehidupan
memang tidak dapat memang tidak dapat dihindari. Menopause bukanlah
suatu penyakit, namun merupakan tahap yang tidak dapat dihindari pada
kehidupan kehidupan wanita. wanita. Beberapa Beberapa gejala dari
menopause menopause tersebut tersebut yaitu: Penurunan
Penurunan jumlah jumlah dan lama siklus menstruasi, menstruasi,
Frekuensi Frekuensi menstruasi menstruasi abnormal, abnormal,
Ketidakteraturan Ketidakteraturan tersebut dapat berakhir dalam beberapa
bulan atau beberapa tahun sebelum siklus menstruasi berhenti sama sekali.
Mengatasi gangguan menopause dengan cara modifikasi gaya hidup
menjadi lebih sehat dan selalu berpikiran positif.
B. Saran
Untuk menghadapi agar tidak timbul gangguan emosional yang pada diri
maupun lingkungan, wanita perlu mengembangkan pikiran yang positif
agar dapat mempersiapkan diri dengan menjaga kesehatan fisik dan mental
secara menyeluruh sejak masih muda, juga memperluas wawasan
pengetahuan tentang masalah menopause. Pada saat sudah masuk pada
masa menopause, tetaplah aktif mempergunakan waktu luang yang ada
dengan menjalin komunikasi yang terbuka dengan anggota keluarga
ataupun lingkungan sosialnya, ikut dalam kegiatan positif dilingkungan
sosialnya, menyalurkan hobi yang kemungkinan bisa menghasilkan sesuatu
hasil karya ataupun mendatangkan uang sehingga para wanita menopause
tetap bisa merasa bahwa dirinya berarti, ia merasa diperhatikan, dibutuhkan
dan dihargai dengan demikian masa menopause justru merupakan awal
kehidupan yang membahagiakan apabila ia bisa mensyukuri hikmah yang
diperolehnya dalam kehidupan ini.

Anda mungkin juga menyukai