Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

H DENGAN GANGGUAN SISTEM


SENSORI VISUAL: PRE DAN POST OPERASI KATARAK DI BANGSAL
CEMPAKA RS ISLAM YOGYAKARTA

Dosen Pengampu
Nurul Isnaini F. S.Kep., MPH

Disusun Oleh :
Bagas Alfin Saputro : 25201087
Femin Yulia Setia P : 25201093
Lia Oktafiani : 25201098
Putri Azkiyatil Fitri : 25201103

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL ISLAM YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN
SISTEM SENSORI VISUAL: PRE DAN POST OPERASI KATARAK DI BANGSAL
CEMPAKA RS ISLAM YOGYAKARTA.”
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Yogyakarta, 07 Oktober 2021

Penyusun
Daftar Isi

KATA PENGANTAR
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan penulisan ............................................................................................ 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi ........................................................................................................... 5
2.2 Etiologi ........................................................................................................... 5
2.3 patofisiologi .................................................................................................... 6
2.4 Clinical Pathway........................................................................................... 10
2.5 Manifestasi Klinis......................................................................................... 10
2.6 Komplikasi ................................................................................................... 12
2.7 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................... 14
2.8 Penatalaksanaan ............................................................................................ 15
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian .................................................................................................... 18
3.2 Diagnosa ....................................................................................................... 22
3.3 Perencanaan .................................................................................................. 22
3.4 Discharge Planning....................................................................................... 24
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik kronik yang paling
sering ditemukan dengan karakteristik berupa peningkatan kadar glukosa darah
karena abnormalitas produksi insulin (DM tipe 1) atau abnormalitas kerja
insulin (DM tipe 2) yang berperan terhadap ganguan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein.

Diabetes mellitus tipe I sering dikenal dengan nama Insulin-dependent


diabetes mellitus (IDDM) atau diabetes juvenile. DM Tipe 1 terjadi karena
adanya proses autoimmune yang menyebabkan terjadinya destruksi dari sel β
pankreas. Baik kerentanan genetik dan faktor lingkungan berkontribusi dalam
patogenesisnya. Onset terjadinya lebih banyak terjadi pada anak-anak sekitar
umur 7 -15 tahun, tapi sebenarnya dapat terkena pada semua umur. Dilaporkan
juga bahwa 50% dari pasien dengan tipe baru-DM tipe 1 lebih tua dari 20 tahun.

Data dari studi epidemiologi di seluruh dunia menunjukkan bahwa


kejadian DM tipe 1 telah meningkat sebesar 2% menjadi 5 % di seluruh dunia
dan bahwa prevalensi DM tipe 1 adalah sekitar 1 dari 300 di Amerika Serikat
pada anak berumur kurang dari 18 tahun pada tahun 2010.

Prevalensi DM tipe 1 adalah tertinggi di Skandinavia (yaitu, sekitar


20% dari total jumlah orang dengan DM) dan terendah di Asia seperti Cina
dan Jepang dan indonesia (yaitu, kurang dari 1% dari semua orang dengan
diabetes). Hal ini mungkin berhubungan dengan isu kurangnya kelengkapan
pelaporan kasus

1.2 Rumusan masalah


1.3 Tujuan penulisan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. (Perkeni, 2015)
Menurut American Diabetes Association (2015), diabetes merupakan suatu
penyakit kronis kompleks yang membutuhkan perawatan medis yang lama atau
terus menerus dengan cara mengendalikan kadar gula darah untuk mengurangi
risiko multifaktoral.
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan defisiensi
atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2011)

2.2 Etiologi
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel
beta pancreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu
predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1.
Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA (
Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-
olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.

2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )


Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui .

Faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya


resistensi insulin . Selain itu terdapat faktor-faktor resiko tertentu yang
berhubungan yaitu :
a. Usia
b. Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
c. Obesitas
d. Riwayat Keluarga
e. Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk asli amerika tertentu
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II
disbanding dengan golongan Afro-Amerika

( Smeltzer and Bare, 2000 )

2.3 Klasifikasi
Penyakit diabetes melitus yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kencing
manis terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa)
dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi baik.
Tipe diabetes mellitus terbagi menjadi 2, yaitu:
1) DM Tipe 1
Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM). Sedang diabetes karena
insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Insulin adalah hormon yang
diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang terletak di belakang
lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi
serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam
hati dan otot. Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM
tipe 1 bisa disebabkan oleh reaksi autoimun berupa serangan antibodi
terhadap sel beta pankreas.
2) DM Tipe 2
Diabetes Melitus tipe tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung pada insulin)
.Diabetes Melitus tipe 2 ini disebabkan insulin yang berada didalam tubuh
tidak bekerja dengan baik, bisa meningkat bahkan menurun, Diabetes tipe
ini umum terjadi dikarenakan oleh faktor resikonya yaitu malas olahraga dan
obesitas, faktor yang mempengaruhi Diabetes yaitu riwayat keluarga
obesitas, gaya hidup dan usia yang lebih 65 tahun memiliki resiko tinggi
(Muhlisin, 2015).

2.4 Patofisiologi
Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin,
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam
amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.

DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama


adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pula pewarisannya belum
jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam
munculnya DM tipe II. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan faktor faktor
lingkungan seperti gaya hidup, obesitas,rendah aktivitas fisik,diet, dan tingginya
kadar asam lemak bebas (Smeltzer 2015 dan Bare,2015)
Mekanisme terjadinya DM tipe II umunya disebabkan karena resistensi insulin
dan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada
permukaan sel.sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi
insulin DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah,harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
(Smeltzer 2015 dan Bare,2015). Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel sel B tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadinya DM tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang berupakan ciri khas DM tipe II,
namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe II, meskipun demikian, DM tipe
II yang tidak terkontrol akan menimbulkan masalah akut lainya seperti sindrom
Hiperglikemik Hiporosmolar Non-Ketotik(HHNK). (Smeltzer 2015 dan
Bare,2015) Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat(selama bertahun
tahun) dan progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalannya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti:
kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh,
infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi.).
(Smeltzer 2015 dan Bare,2015).
2.5ClinicalPathway
DM Tipe I DM Tipe II

Genetik, Reaksi auto Ideopatik,Usia, Gaya hidup


imun

Kerusakan sel beta Resistensi insulin,


pankreas gangguan sekresi
insulin

Defisiensi insulin

Penurunan
pemakaian
GANGGUAN Terjadi ulkus glukosa oleh sel
INTEGRITAS
KULIT
Hiperglikemia
Luka sukar sembuh

Trauma infeksi Glycosuria

Mikrovaskuler
Jaringan terjauh
tubuh
Penyempitan
pembuluh darah
Suplay darah &
oksigen ke jaringan
perifer menurun Gangguan
sirkulasi

(Sumber: Fady, 2015)

2.6 Manifestasi Klinis


Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya
seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat
diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat
langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar
gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose),sehingga urine sering dilebung
atau dikerubuti semut.

Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi 2


yaitu:

1) Gejala akut penyakit DM


Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak
menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala yang
ditunjukan meliputi:
a) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi)
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan gula
kedalam sel sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun
kurang itun sebabnya orang menjadi lemas. Oleh karena itu,
tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan
menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah perasaan selalu ingin
makan
b) Sering merasa haus (polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau
dehidrasi.untu mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus
sehingga orang ingin selalu minum dan ingin minum manis,
minuman manis akan sangat merugikan karena membuat kadar
gula semakin tinggi.
c) Jumlah urin yang dikeluarkan banyak(poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan
keluar bersama urin,untu menjaga agar urin yang keluar, yang
mengandung gula,tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air
sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga volume urin yang
keluar banyak dan kencing pun sering.Jika tidak diobati maka
28 akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu
makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat
(turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila
tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI, 2015).
2) Gejala kronik penyekit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI,
2015) adalah:
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
c. Rasa tebal dikulit
d. Kram
e. Mudah mengantuk
f. Mata kabur
g. Biasanya sering ganti kaca mata
h. Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j. Kemampuan seksual menurun
k. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian
janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari
4kg

2.6 Komplikasi
1) Komplikasi akut :
a) Hipoglikemia
Adalah penurunan kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg/dl dan
akan menimbukan gejala yaitu takhicardi, mual, muntah, lapar, dan
bisa mengakibatkan penurunan kesadaran (Tjokroprawiro, 2012).
b) Diabetes Ketoasidosis
Merupakan gejala yang paling buruk dari Diabetes yang timbul secara
tiba-tiba karena adanya stres fisik seperti kehamilan atau mengalami
penyakit akut dan trauma (Lemone, 2016).
c) Hiperglikemia Adalah sebuah perburukan dari Diabetes Melitus dapat
memperburuk suatu penyakit tetapi tidak rentan mengalami ketosis,
tetapi akan mengalami hiperglikemia berat dengan kadar glukosa
darah lebih dari 300mg/100 ml bagi penderita yang mengalaminya
(Boedisantoso, 2011).
2) Komplikasi Kronik
a) Komplikasi makrovaskuler
Sebuah komplikasi yang menyerang pembuluh darah besar akibat
aterosklerotik (Hotma, 2014)
b) Komplikasi mikrovaskuler
1) Retinopati Diabetikum
Penyebabnya adalah perubahan dalam pembuluh darah kecil yang
berda diretina mata yang banyak mengandung pembuluh darah
kecil sehingga dapat memicu kebutaan jika tidak segera di
tangani.
2) Nefropati diabetikum
Adalah penyakit ginjal yang ditandai adanya albumin didalam
urine, hipertensi, edema, dan insufiensi ginjal progresif.
(Tjokroprawiro, 2012).
3) Neuropati Diabetikum
Disebabkan karena hiperglikemia yang mengakibatkan darah
menjadi kental sehingga aliran darah kepembuluh darah perifer
tidak lancar. Terdapat 2 tipe neuropati diabetikum yang sering
dijumpai yaitu polineuropati sensori dan neuropati otonom
(Hotma, 2014)
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium untuk Diabetes Melitus adalah sebagai
berikut :
 Gula darah puasa
Pada pemeriksaan ini pasien harus berpuasa 8-10 jam sebelum pemeriksaan
dilakukan. Spesimen darah yang digunakan dapat berupa serum atau plasma
vena atau juga darah kapiler. Pemeriksaan gula darah puasa dapat digunakan
untuk pemeriksaan penyaringan, memastikan diagnostik atau memantau
pengendalian DM. Nilai normal 70-110 mg/dl.
 Gula darah sewaktu
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada pasien tanpa perlu diperhatikan
waktu terakhir pasien pasien. Spesimen darah dapat berupa serum atau
plasma yang berasal dari darah vena. Pemeriksaan gula darah sewaktu
plasma vena dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaringan dan
memastikan diagnosa Diabetes Melitus. Nilai normal <200 mg/dl.
 Gula darah 2 jam PP (Post Prandial)
Pemeriksaan ini sukar di standarisasi, karena makanan yang dimakan baik
jenis maupun jumlah yang sukar disamakan dan juga sukar diawasi pasien
selama 2 jam untuk tidak makan dan minum lagi, juga selama menunggu
pasien perlu duduk, istirahat yang tenang, dan tidak melakukan kegiatan
jasmani yang berat serta tidak merokok. Untuk pasien yang sama,
pemeriksaan ini bermanfaat untuk memantau DM. Nilai normal <140 mg/dl.
 Glukosa jam ke-2 TTGO
TTGO tidak diperlukan lagi bagi pasien yang menunjukan gejala klinis khas
DM dengan kadar gula darah atau glukosa sewaktu yang tinggi melampaui
nilai batas sehinggasudah memenuhi kriteria diagnosa DM. (Gandasoebrata,
2007 : 90-92).
Nilai normal :
o Puasa : 70 – 110 mg/dl
o ½ jam : 110 – 170 mg/dl
o 1 jam : 120 – 170 mg/dl
o 1½ jam : 100 – 140 mg/dl
o 2 jam : 70 – 120 mg/dl
Kriteria Diabetes Melitus di tegakkan bila (Riskesdas, 2013):
a. Nilai gula darah sewaktu (GDS) >200mg/dl, disertai dengan gejala khas
diabetes melitus (banyak makan, sering buang air kecil, sering minum,
dan berat badan turun)
b. Nilai gula darah puasa (GDP) >126 mg/dl, disertai dengan gejala khas
diabetes melitus
c. Nilai Gula darah 2 jam PP (Post Prandial) >200mg/dl, meskipun nilai
GDP <126 mg/dl dan atau gejala khas diabetes tidak mengikuti
d. TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) ditegakkan bila nilai gula darah 2
jam PP 140-199 mg/dl
e. Gula Darah Puasa (GDP) menurut ADA (American Diabetes
Association) (2011) ditegakkan bila nilai GDP 100-125 mg/dl
2.8 Penatalaksanaan
Terapi Diabetes Melitus merupakan terapi yang bertujuan untuk menormalkan
aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya mengurangi komplikasi
vaskuler dan neuropatik, Dengan tujuan kadar gula dalam darah menjadi
normal tanpa adanya gangguan yang serius pada pola aktivitas klien (Perkeni,
2015).
Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum :diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin, mineral
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan
kadar glikosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan
akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan
tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga.
3. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan
pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia.
4. Terapi
a. Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
b. Obat oral anti diabetik
a) Sulfonaria
b) Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
c) Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
d) Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
e) Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
f) Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
g) Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
h) Biguanid
i) Metformin 500 mg
5. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
a. Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat,
pengenalan dan pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
b. Tindakan preventif(perawatan kaki, perawatan mata , hygiene umum )
c. Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat
(Smeltzer and Bare, 2000)
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian
perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data
tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap
berikutnya, meliputi nama pasien,umur, keluhan utama

1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan
seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi,
koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit
jantung seperti Infark miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
2. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan
tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
dampak gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan
persepsi negatif terhadap diri dan kecendurangan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari
6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko
kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra
Clair,Jounal Februari 201)
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak
minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme
yang dapat mempengarui status kesehatan penderita. Nausea,
vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek , mual muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik
yang menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran
glukosa pada urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada
gangguan.
d. Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan
istirahat dan tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan
aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan
kelemahanotot otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita
tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari secara maksimal,
penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang
luka,sehingga klien mengalami kesulitan tidur
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa
pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan
mengalami penurunan, gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang
sukar sembuh , lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan
dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem)
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek,gangguan kualitas
maupun ereksi seta memberi dampak dalam proses ejakulasi serta
orgasme. Adanya perdangan 58 pada vagina, serta orgasme
menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko lebih tinggi terkena
kanker prostat berhubungan dengan nefropatai.
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis
yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme
koping yang kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengarui pola ibadah penderita.
3. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan
darah dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau
normal, Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami
perubahan jika terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah
terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous
Pressure) normal 5-2 cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic
pernafasan cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa
kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa
terasa baal
j. Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)
3.2 Diagnosa
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kerusakan
pangkreas
2. Defisit Nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism
3. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit b.d ketidakseimbangan cairan
(dehidrasi)
4. Deficit pengetahuan tentang terapi insulin b.d kurang terpapar informasi

3.3 Perencanaan
No.
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
Dx
1 Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia
glukosa b.d disfungsi tindakan keperawatan Observasi
pancreas (D.0027) selama 3x 24 jam 1. Identifikasi
diharapkan kestabilan kemungkinan penyebab
kadar glukosa darah hiperglikemia
meningkat, dengan 2. Monitor kadar glukosa
kriteria hasil : darah
1. Lelah/lesu menurun 3. Monitor tanda dan
2. Rasa haus menurun gejala hiperglikemia
3. Kadar glukosa (poliura, polydipsia,
dalam darah polifagia, kelemahan)
membaik 4. Monitor intake dan
4. Jumlah urin output cairan
membaik 5. Monitor keton urin,
kadar analisa gas darah
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan
oral
2. Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
Edukasi
1. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari
250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
3. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
4. Ajarkan pengelolaaan
diabetes
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insulin
2. Kolaborasi pemberian
cairan
2 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
tindakan keperawatan
peningkatan 1. Monitor asupan
selama 3 x 24 jam
kebutuhan metabolism diharapkan status nutrisi makanan
membaik, dengan kriteria
2. Monitor berat badan
hasil :
3. Ajarkan diet yang
1. Porsi makanan
diprogramkan
yang dihabiskan
4. Kolaborasi pemberian
meningkat
medikasi sebelum
2. Serum albumin
makan (antlemetik)
meningkat
5. Kolaborasi dengan ahli
3. Frekuensi makan
gizi untuk menentukan
membaik
jumlah kalori dan jenis
4. Nafsu makan
nutrien yang dibutuhkan
membaik

3 Risiko Setelah dilakukan Pemantauan Elektrolit


tindakan keperawatan
Ketidakseimbangan 1. Monitor kehilangan cairan
selama 3 x 24 jam
Elektrolit b.d diharapkan (dehidrasi)
keseimbangan elektrolit
ketidakseimbangan 2. Identifikasi tanda dan
meningkat, dengan
cairan (dehidrasi) kriteria hasil : gejala ketidakseimbangan
kadar elektrolit
1. Dehidrasi
3. Berikan diet yang tepat
menurun
2. Tekanan darah Edukasi tentang jenis,
penyebab, dan penanganan
membaik
ketidakseimbangan elektrolit
3. Serum natrium
membaik
4. Serum kalium
membaik
5. Serum klorida
membaik

4 Deficit pengetahuan

3.4 Discharge Planning


BAB IV

TINJAUAN KASUS
Seorang anak perempuan berumur 9 tahun datang ke rumah sakit
dengan keluhan lemas. Selama empat bulan terakhir terjadi peningkatan nafsu
makan,penurunan berat badan, sering minum, sering kencing terutama malam
hari. Pasien sementara terapi insulin, namun tidak teratur. Nenek dan kakek
mempunyai riwayat diabetes. Status gizi pasien adalah gizi kurang dengan
pemeriksaan GDS 450 mg/dL. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
I. Identifikasi
A. Klien
Nama :
Jenis kelamin :
Agama : Islam
Umur : Thn
Pendidikan terakhir :-
Pekerjaan :-
Alamat : Srandakan, Bantul
Tanggal masuk RS : 08 November 2021
Tanggal Pengkajian : 09 November 2021
No. Register : 12345678
Ruang/Kamar : Melati/03
Golongan Darah :A
Diagnosa Medis : DM Tipe 1
B. Penanggung Jawab
Nama : Joko Santoso
Umur : 38 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PNS
Alamat : Srandakan, Bantul
Hub. dengan pasien : Ayah Kandung
II. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama : lemas
a. Saat masuk : lemas, pusing
RS
b. Saat : ……
Pengkajian
2. Riwayat Keperawatan : Pasien datang dibawa oleh orangtuanya ke
Sekarang
Rumah Sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh
(loyo). Disertai panas dan nyeri kepala, Tidak
ada kejang, tidak ada mual muntah. Ada keluhan
nyeri menelan.
Selama empat bulan terakhir nafsu makan
mengalami peningkatan. Dalam sehari bisa
sampai 4-5 kali makan. Namun berat badan tidak
mengalami peningkatan. Tetapi mengalami
penurunan berat badan sekitar 4 kg selama empat
bulan terakhir. Selain itu penderita selalu merasa
haus dalam empat bulan terakhir, sehingga pasien
banyak minum. selama sakit penderita sering
merasa cepat lelah. Sering buang air kecil
terutama pada malam hari. BAB lancar. Pada
bulan September 2017 pasien di diagnosis
diabetes dan mendapat terapi insulin, namun
tidak teratur.
3. Riwayat Keperawatan : Tidak pernah mengalami sakit berat
Dahulu sebelumnya.
4. Riwayat Keperawatan : Nenek dan kakek dari keluarga ibu pasien
Keluarga
mengidap diabetes .

5. Genogram :-

III. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan Umum
1. Kesadaran :
2. status Gizi
a. TB : 1 cm
b. BB : kg
c. Penilaian Status :
Gizi
3. Tanda Vital : TD: 10/ 0 mmHg, Nadi: x/mnt, Suhu: oC,
RR: x/mnt
4. Kepala : Mesocepal, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan,
Rambut beruban, dan tidak ada pembengkakan.
5. Mata : Bentuk simetris, terlihat warna kehitaman di
sekitar kedua mata, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, pupil warna putih keruh.
6. Hidung : Simestris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan,
dan tidak ada polip pada hidung klien.
7. Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada lesi/luka
sariawan, tidak ada infeksi rongga mulut.
8. Telinga : Simetris kanan kiri, tidak ada lesi, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada serumen, tidak ada
pembengkakan,
9. Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada luka, dan tidak ada
nyeri telan.
10. Dada : Bentuk dada normochest, tidak ada luka, tidak
ada nyeri tekan, gerakan dinding dada sama,
suara dada sonor.
11. Jantung : Ictus cordis tidak terlihat, ictus cordic teraba
di intercostal 4, suara redup, dan bunyi jantung
1 dan 2 ritmis.
12. Paru : Irama nafas klien teratur dan tidak ada
ketinggalan nafas, retraksi dinding dada sama,
suara vesikuler, dan tidak ada suara tambahan.
13. Abdomen : Tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, tidak
ada nyeri tekan, terdengar suara timpani dan
peristaltik.
14. Genetalia :-
15. Ekstrimitas :-
16. Kulit :-
2. Sebelas Pola Kesehatan Fungsional Gordon
A. Pola Persepsi :
Kesehatan dan
manajemen kesehatan
Sebelum Sakit Selama Sakit
B. Pola Nutrisi dan : Lebih sering makan,
Metabolik cepat merasa haus
C. Pola Eliminasi BAB :
D. Pola Eliminasi BAK : Lebih sering kencing
8-10 x/hari
E. Pola Istirahat dan : Karena sering BAK
Tidur malam hari, sehingga
pola tidur terganggu
F. Pola Akitivitas dan Kemampuan 0 1 2 3 4
Latihan Perawatan Diri
Makan/minum +
Mandi +
Toileting +
Berpakaian +
Mobilitas ditempat tidur +
Berpindah +
Ambulasi ROM +
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Menggunakan Alat Bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total
G. Pola Persepsi dan
Kognitif
1. Penglihatan : Penglihatan pasien
2. Pendengaran terganggu.
3. Pengecapan :
4. Penciuman :
5. Sensasi :
H. Pola Konseep Diri
dan Persepsi Diri
1. Gambaran
Diri
2. Ideal Diri :
3. Harga Diri :
4. Peran Diri :
I. Pola Peran dan : kosongkan
Hubungan
J. Pola Reproduksi dan : kosongkan
Sosial

K. Pola Koping dan : kosongkan


Toleransi Stress

L. Pola Nilai dan : kosongkan


Kepercayaan
I. Program Terapi
No Hari/Tgl Therapy Dosis Rute Fungsi

Senin, Ivfd RL 16 Tpm IV Sbg Pengganti cairan yg hilang


08 Nov Actrapid 2 x 8 Unit IM Menggobati DM/kencing manis
2021 yg membutuhkan insulin
PCT syrp 3x 1½ cth Oral Meredakan sakit kepala

selasa, Ivfd RL 16 Tpm IV Sbg Pengganti cairan yg hilang


09 Nov Actrapid 2 x 8 Unit IM Menggobati DM/kencing manis
2021 yg membutuhkan insulin

Rabu, Ivfd RL 16 Tpm IV Sbg Pengganti cairan yg hilang


10 Nov Actrapid 2 x 8 Unit IM Menggobati DM/kencing manis
2021 yg membutuhkan insulin

Rabu, Ivfd RL 16 Tpm IV Sbg Pengganti cairan yg hilang


10 Nov Actrapid 2 x 8 Unit IM Menggobati DM/kencing manis
2021 yg membutuhkan insulin
II. Hasil Pemeriksaan dan Laboratorium
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Tanggal Periksa
08 Nov 2021
HEMATOLOGI
Leukosit 5-10 8,100
Eritrosit 3,09-5,05 4,58
Hemoglobin 12-16 13,9
Hematocrit 37-48 41
MCV 80-92 87,5
MCH 27-31 30
MCHC 32-36 34
Trombosit 150-450 328
FUNGSI GINJAL
Ureum 15-40
Kreatinin 0,6-40
DIABETES
GDS 80-200 450
HBAIC 4,0-7,0 13,6

Hasil Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik


No Hari/ Tgl Jenis PX Hasil

III. Analisa Data


No Data Masalah Etiologi
Keperawatan
1 Data Subyektif : Ketidakseimbangan Disfungsi
- Pasien mengatakan kadar glukosa pangkreas
cepat lelah darah
- Pasien mengatakan
sering haus
- Pasien mengatakan
sering BAK
- Pasien mengatankan
kepalanya sakit

Data Objektif :
- Kadar glukosa darah
tinggi
GDS 450 mg/dl
- Pasien mengalami
penurunan BB dari 20
kg menjadi 16 kg
- Hasil ttv
TD:
RR:
N:
S:
2 Data Subyektif : Gangguan pola Hambatan
- Pasien mengatakan tidur lingkungan
sering BAK terutama
malam hari

Data Obyektif :
-
3 Data Subyektif : Intoleransi aktivitas kelemahan
- Pasien mengatakan
cepat lelah
- Pasien merasa lemah
Data Obyektif :
4 Data subyektif : Deficit nutrisi Ketidakmampuan
- Pasien mengatakan menelan
nyeri saat menelan makanan

Data Obyektif :
- BB menurun

RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


(Urutan Berdasarkan Prioritas)

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d kerusakan pangkreas d.d lemas, sering
haus (polydipsia), sering BAK (polyuria)
2. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d nyeri saat menelan
3. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d sering BAK malam hari
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah dan lemas

RENCANA KEPERAWATAN

Dx. Keperawatan No. 1


No Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
keperawatan selama 3x 24 jam Observasi
diharapkan kestabilan kadar
1. Identifikasi kemungkinan
glukosa darah meningkat, dengan
penyebab hiperglikemia
kriteria hasil :
2. Monitor kadar glukosa darah
1. Keluhan lapar menurun
3. Monitor tanda dan gejala
2. Rasa haus menurun
hiperglikemia (poliura,
3. Kadar glukosa dalam
polydipsia, polifagia, kelemahan)
darah membaik
4. Monitor intake dan output cairan
4. Jumlah urin membaik
5. Monitor keton urin, kadar analisa
gas darah
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
Edukasi
1. Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
2. Ajarkan pengelolaaan diabetes
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
Pemantauan Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi perubhan BB
2. Identifikasi kelainan eliminasi
3. Monitor asupan oral

Terapeutik
1. Timbang BB
Edukasi
1. Informasikan hasil pemantauan

Dx. Keperawatan No. 2


No Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
keperawatan selama 3x 24 jam 1. Identifikasi status nutrisi
diharapkan status nutrisi membaik, 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan
dengan kriteria hasil : jenis nutrient
3. Monitor asupan makanan
1. Kekuatan otot menelan 4. Monitor BB
meningkat 5. Monitor hasil pemeriksaan LAB
2. Berat badan membaik 6. Berikan makanan tinggi serat
3. Indeks massa tubuh untuk mencegah konstipasi
membaik
4. Usaha menelan meningkat

Dx. Keperawatan No. 3


No Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur
keperawatan selama 3x 24 jam 1. Identifikasi pola aktifitas dan
diharapkan pola tidur membaik, tidur
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor penggangu
tidur (fisik/psikologis)
1. Keluhan sering terjaga
meningkat Dukungan Perawatan Diri : BAB/BAK
1. Identifikasi kebiasaan BAK
2. Dukung penggunaan toilet
3. Sediakan alat bantu (urinal)
4. Jaga privasi selama eliminasi
5. Bersihkan alat bantu BAK/BAB

Dx. Keperawatan No. 4


No Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
keperawatan selama 3x 24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi
diharapkan toleransi aktivitas tubuh yang mengakibatkan
meningkat, dengan kriteria hasil : kelelahan
2. Monitor pola dan jam tidur
1. Keluhan lelah menurun 3. Monitor kelelahan fisik dan
2. Perasaan lemah menurun emosional
4. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
5. Lakukan latihan rentang gerak
pasif/aktif
6. Anjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap

Dukungan perawatan diri


1. Identifikasi kebiasaan aktifitas
perawatan diri
2. Monitor tingkat kemandirian
3. Sediakan lingkungan yang
terapeutik
4. Identifikasi kebutuhan alat bantu
kebersihan diri, berpakaian, dan
makan
5. Damping dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
6. Fasilitasi kemandirian

CATATAN PERKEMBANGAN
Dx. Keperawatan No. 1
No Tgl/ Jam Tindakan Evaluasi SOAP TTD
1 Hari, selasa 1. Monitor vital sign S : lemas seluruh tubuh (loyo),
tanggal 09 2. Pemeriksaan GDS
tidak panas, nyeri kepala,
Nov 2021 3. Monitor intake dan
output cairan sering minum, Sering
4. Pemberian obat
kencing. Belum buang air
PCT syrp 3x 1½ cth
Ivfd RL 16 tpm besar.
Actrapid 2x 8 unit
O : N 102x/Menit, RR 24x/mnt,
TD 90/60 mmHg,
Suhu 36,5 0C.
GDS : 450 mg/dl
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Ivfd RL 16 tpm
Actrapid 2x 8 unit
Hari, Rabu 1. Monitor vital sign S : lemas seluruh tubuh (loyo),
tanggal 10 2. Pemeriksaan GDS
sering minum, Sering kencing.
Nov 2021 3. Monitor intake dan
output cairan Belum buang air besar.
4. Pemberian obat
O : Nadi 98 x/Menit, RR 24x/mnt,
Ivfd RL 16 tpm
Actrapid 2x 8 unit Tekanan darah 90/60 mmHg,
Suhu 36,2 0C.
GDS : 390 mg/dl
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Ivfd RL
Actrapid 2x 8 unit

Hari, 1. Monitor vital sign S : lemas seluruh tubuh (loyo),


Kamis 2. Pemeriksaan GDS
rasa haus berkurang, frekuensi
tanggal 11 3. Monitor intake dan output
Nov 2021 cairan BAK membaik 4-5 x/hari.,
4. Pemberian obat
sudah buang air besar.
Ivfd RL 16 tpm
Actrapid 2x 8 unit O : Nadi 100xmenit, RR 24x/mnt,
TD 90/60 mmHg,
Suhu 36,7 0C.
GDS : 340 mg/dl
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Ivfd RL
Actrapid 2x 8 unit

Dx. Keperawatan No. 2


No Tgl/ Jam Tindakan Evaluasi SOAP TTD
Hari,
tanggal

Dx. Keperawatan No. 3


No Tgl/ Jam Tindakan Evaluasi SOAP TTD
Hari,
tanggal

Dx. Keperawatan No. 4


No Tgl/ Jam Tindakan Evaluasi SOAP TTD
Hari,
tanggal
Daftar Pustaka

2521

4330

Stikespw

13 muthia

Kti pak muji

Anda mungkin juga menyukai