Dosen Pengampu
Nurul Isnaini F. S.Kep., MPH
Disusun Oleh :
Bagas Alfin Saputro : 25201087
Femin Yulia Setia P : 25201093
Lia Oktafiani : 25201098
Putri Azkiyatil Fitri : 25201103
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN
SISTEM SENSORI VISUAL: PRE DAN POST OPERASI KATARAK DI BANGSAL
CEMPAKA RS ISLAM YOGYAKARTA.”
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan penulisan ............................................................................................ 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi ........................................................................................................... 5
2.2 Etiologi ........................................................................................................... 5
2.3 patofisiologi .................................................................................................... 6
2.4 Clinical Pathway........................................................................................... 10
2.5 Manifestasi Klinis......................................................................................... 10
2.6 Komplikasi ................................................................................................... 12
2.7 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................... 14
2.8 Penatalaksanaan ............................................................................................ 15
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian .................................................................................................... 18
3.2 Diagnosa ....................................................................................................... 22
3.3 Perencanaan .................................................................................................. 22
3.4 Discharge Planning....................................................................................... 24
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. (Perkeni, 2015)
Menurut American Diabetes Association (2015), diabetes merupakan suatu
penyakit kronis kompleks yang membutuhkan perawatan medis yang lama atau
terus menerus dengan cara mengendalikan kadar gula darah untuk mengurangi
risiko multifaktoral.
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan defisiensi
atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2011)
2.2 Etiologi
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel
beta pancreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu
predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1.
Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA (
Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-
olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
2.3 Klasifikasi
Penyakit diabetes melitus yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kencing
manis terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa)
dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi baik.
Tipe diabetes mellitus terbagi menjadi 2, yaitu:
1) DM Tipe 1
Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau
Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM). Sedang diabetes karena
insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Insulin adalah hormon yang
diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang terletak di belakang
lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi
serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam
hati dan otot. Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM
tipe 1 bisa disebabkan oleh reaksi autoimun berupa serangan antibodi
terhadap sel beta pankreas.
2) DM Tipe 2
Diabetes Melitus tipe tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung pada insulin)
.Diabetes Melitus tipe 2 ini disebabkan insulin yang berada didalam tubuh
tidak bekerja dengan baik, bisa meningkat bahkan menurun, Diabetes tipe
ini umum terjadi dikarenakan oleh faktor resikonya yaitu malas olahraga dan
obesitas, faktor yang mempengaruhi Diabetes yaitu riwayat keluarga
obesitas, gaya hidup dan usia yang lebih 65 tahun memiliki resiko tinggi
(Muhlisin, 2015).
2.4 Patofisiologi
Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin,
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam
amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Defisiensi insulin
Penurunan
pemakaian
GANGGUAN Terjadi ulkus glukosa oleh sel
INTEGRITAS
KULIT
Hiperglikemia
Luka sukar sembuh
Mikrovaskuler
Jaringan terjauh
tubuh
Penyempitan
pembuluh darah
Suplay darah &
oksigen ke jaringan
perifer menurun Gangguan
sirkulasi
2.6 Komplikasi
1) Komplikasi akut :
a) Hipoglikemia
Adalah penurunan kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg/dl dan
akan menimbukan gejala yaitu takhicardi, mual, muntah, lapar, dan
bisa mengakibatkan penurunan kesadaran (Tjokroprawiro, 2012).
b) Diabetes Ketoasidosis
Merupakan gejala yang paling buruk dari Diabetes yang timbul secara
tiba-tiba karena adanya stres fisik seperti kehamilan atau mengalami
penyakit akut dan trauma (Lemone, 2016).
c) Hiperglikemia Adalah sebuah perburukan dari Diabetes Melitus dapat
memperburuk suatu penyakit tetapi tidak rentan mengalami ketosis,
tetapi akan mengalami hiperglikemia berat dengan kadar glukosa
darah lebih dari 300mg/100 ml bagi penderita yang mengalaminya
(Boedisantoso, 2011).
2) Komplikasi Kronik
a) Komplikasi makrovaskuler
Sebuah komplikasi yang menyerang pembuluh darah besar akibat
aterosklerotik (Hotma, 2014)
b) Komplikasi mikrovaskuler
1) Retinopati Diabetikum
Penyebabnya adalah perubahan dalam pembuluh darah kecil yang
berda diretina mata yang banyak mengandung pembuluh darah
kecil sehingga dapat memicu kebutaan jika tidak segera di
tangani.
2) Nefropati diabetikum
Adalah penyakit ginjal yang ditandai adanya albumin didalam
urine, hipertensi, edema, dan insufiensi ginjal progresif.
(Tjokroprawiro, 2012).
3) Neuropati Diabetikum
Disebabkan karena hiperglikemia yang mengakibatkan darah
menjadi kental sehingga aliran darah kepembuluh darah perifer
tidak lancar. Terdapat 2 tipe neuropati diabetikum yang sering
dijumpai yaitu polineuropati sensori dan neuropati otonom
(Hotma, 2014)
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium untuk Diabetes Melitus adalah sebagai
berikut :
Gula darah puasa
Pada pemeriksaan ini pasien harus berpuasa 8-10 jam sebelum pemeriksaan
dilakukan. Spesimen darah yang digunakan dapat berupa serum atau plasma
vena atau juga darah kapiler. Pemeriksaan gula darah puasa dapat digunakan
untuk pemeriksaan penyaringan, memastikan diagnostik atau memantau
pengendalian DM. Nilai normal 70-110 mg/dl.
Gula darah sewaktu
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada pasien tanpa perlu diperhatikan
waktu terakhir pasien pasien. Spesimen darah dapat berupa serum atau
plasma yang berasal dari darah vena. Pemeriksaan gula darah sewaktu
plasma vena dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaringan dan
memastikan diagnosa Diabetes Melitus. Nilai normal <200 mg/dl.
Gula darah 2 jam PP (Post Prandial)
Pemeriksaan ini sukar di standarisasi, karena makanan yang dimakan baik
jenis maupun jumlah yang sukar disamakan dan juga sukar diawasi pasien
selama 2 jam untuk tidak makan dan minum lagi, juga selama menunggu
pasien perlu duduk, istirahat yang tenang, dan tidak melakukan kegiatan
jasmani yang berat serta tidak merokok. Untuk pasien yang sama,
pemeriksaan ini bermanfaat untuk memantau DM. Nilai normal <140 mg/dl.
Glukosa jam ke-2 TTGO
TTGO tidak diperlukan lagi bagi pasien yang menunjukan gejala klinis khas
DM dengan kadar gula darah atau glukosa sewaktu yang tinggi melampaui
nilai batas sehinggasudah memenuhi kriteria diagnosa DM. (Gandasoebrata,
2007 : 90-92).
Nilai normal :
o Puasa : 70 – 110 mg/dl
o ½ jam : 110 – 170 mg/dl
o 1 jam : 120 – 170 mg/dl
o 1½ jam : 100 – 140 mg/dl
o 2 jam : 70 – 120 mg/dl
Kriteria Diabetes Melitus di tegakkan bila (Riskesdas, 2013):
a. Nilai gula darah sewaktu (GDS) >200mg/dl, disertai dengan gejala khas
diabetes melitus (banyak makan, sering buang air kecil, sering minum,
dan berat badan turun)
b. Nilai gula darah puasa (GDP) >126 mg/dl, disertai dengan gejala khas
diabetes melitus
c. Nilai Gula darah 2 jam PP (Post Prandial) >200mg/dl, meskipun nilai
GDP <126 mg/dl dan atau gejala khas diabetes tidak mengikuti
d. TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) ditegakkan bila nilai gula darah 2
jam PP 140-199 mg/dl
e. Gula Darah Puasa (GDP) menurut ADA (American Diabetes
Association) (2011) ditegakkan bila nilai GDP 100-125 mg/dl
2.8 Penatalaksanaan
Terapi Diabetes Melitus merupakan terapi yang bertujuan untuk menormalkan
aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya mengurangi komplikasi
vaskuler dan neuropatik, Dengan tujuan kadar gula dalam darah menjadi
normal tanpa adanya gangguan yang serius pada pola aktivitas klien (Perkeni,
2015).
Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum :diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin, mineral
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan
kadar glikosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan
akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan
tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga.
3. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan
pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia.
4. Terapi
a. Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
b. Obat oral anti diabetik
a) Sulfonaria
b) Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
c) Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
d) Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
e) Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
f) Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
g) Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
h) Biguanid
i) Metformin 500 mg
5. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
a. Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat,
pengenalan dan pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
b. Tindakan preventif(perawatan kaki, perawatan mata , hygiene umum )
c. Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat
(Smeltzer and Bare, 2000)
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian
perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data
tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap
berikutnya, meliputi nama pasien,umur, keluhan utama
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan
seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi,
koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit
jantung seperti Infark miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
2. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan
tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
dampak gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan
persepsi negatif terhadap diri dan kecendurangan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari
6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko
kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra
Clair,Jounal Februari 201)
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak
minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme
yang dapat mempengarui status kesehatan penderita. Nausea,
vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek , mual muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik
yang menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran
glukosa pada urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada
gangguan.
d. Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan
istirahat dan tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan
aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan
kelemahanotot otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita
tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari secara maksimal,
penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang
luka,sehingga klien mengalami kesulitan tidur
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa
pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan
mengalami penurunan, gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang
sukar sembuh , lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan
dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem)
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek,gangguan kualitas
maupun ereksi seta memberi dampak dalam proses ejakulasi serta
orgasme. Adanya perdangan 58 pada vagina, serta orgasme
menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko lebih tinggi terkena
kanker prostat berhubungan dengan nefropatai.
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis
yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme
koping yang kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengarui pola ibadah penderita.
3. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan
darah dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau
normal, Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami
perubahan jika terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah
terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous
Pressure) normal 5-2 cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic
pernafasan cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa
kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa
terasa baal
j. Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)
3.2 Diagnosa
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kerusakan
pangkreas
2. Defisit Nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism
3. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit b.d ketidakseimbangan cairan
(dehidrasi)
4. Deficit pengetahuan tentang terapi insulin b.d kurang terpapar informasi
3.3 Perencanaan
No.
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
Dx
1 Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia
glukosa b.d disfungsi tindakan keperawatan Observasi
pancreas (D.0027) selama 3x 24 jam 1. Identifikasi
diharapkan kestabilan kemungkinan penyebab
kadar glukosa darah hiperglikemia
meningkat, dengan 2. Monitor kadar glukosa
kriteria hasil : darah
1. Lelah/lesu menurun 3. Monitor tanda dan
2. Rasa haus menurun gejala hiperglikemia
3. Kadar glukosa (poliura, polydipsia,
dalam darah polifagia, kelemahan)
membaik 4. Monitor intake dan
4. Jumlah urin output cairan
membaik 5. Monitor keton urin,
kadar analisa gas darah
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan
oral
2. Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
Edukasi
1. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari
250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
3. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
4. Ajarkan pengelolaaan
diabetes
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insulin
2. Kolaborasi pemberian
cairan
2 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
tindakan keperawatan
peningkatan 1. Monitor asupan
selama 3 x 24 jam
kebutuhan metabolism diharapkan status nutrisi makanan
membaik, dengan kriteria
2. Monitor berat badan
hasil :
3. Ajarkan diet yang
1. Porsi makanan
diprogramkan
yang dihabiskan
4. Kolaborasi pemberian
meningkat
medikasi sebelum
2. Serum albumin
makan (antlemetik)
meningkat
5. Kolaborasi dengan ahli
3. Frekuensi makan
gizi untuk menentukan
membaik
jumlah kalori dan jenis
4. Nafsu makan
nutrien yang dibutuhkan
membaik
4 Deficit pengetahuan
TINJAUAN KASUS
Seorang anak perempuan berumur 9 tahun datang ke rumah sakit
dengan keluhan lemas. Selama empat bulan terakhir terjadi peningkatan nafsu
makan,penurunan berat badan, sering minum, sering kencing terutama malam
hari. Pasien sementara terapi insulin, namun tidak teratur. Nenek dan kakek
mempunyai riwayat diabetes. Status gizi pasien adalah gizi kurang dengan
pemeriksaan GDS 450 mg/dL. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
I. Identifikasi
A. Klien
Nama :
Jenis kelamin :
Agama : Islam
Umur : Thn
Pendidikan terakhir :-
Pekerjaan :-
Alamat : Srandakan, Bantul
Tanggal masuk RS : 08 November 2021
Tanggal Pengkajian : 09 November 2021
No. Register : 12345678
Ruang/Kamar : Melati/03
Golongan Darah :A
Diagnosa Medis : DM Tipe 1
B. Penanggung Jawab
Nama : Joko Santoso
Umur : 38 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PNS
Alamat : Srandakan, Bantul
Hub. dengan pasien : Ayah Kandung
II. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama : lemas
a. Saat masuk : lemas, pusing
RS
b. Saat : ……
Pengkajian
2. Riwayat Keperawatan : Pasien datang dibawa oleh orangtuanya ke
Sekarang
Rumah Sakit dengan keluhan lemas seluruh tubuh
(loyo). Disertai panas dan nyeri kepala, Tidak
ada kejang, tidak ada mual muntah. Ada keluhan
nyeri menelan.
Selama empat bulan terakhir nafsu makan
mengalami peningkatan. Dalam sehari bisa
sampai 4-5 kali makan. Namun berat badan tidak
mengalami peningkatan. Tetapi mengalami
penurunan berat badan sekitar 4 kg selama empat
bulan terakhir. Selain itu penderita selalu merasa
haus dalam empat bulan terakhir, sehingga pasien
banyak minum. selama sakit penderita sering
merasa cepat lelah. Sering buang air kecil
terutama pada malam hari. BAB lancar. Pada
bulan September 2017 pasien di diagnosis
diabetes dan mendapat terapi insulin, namun
tidak teratur.
3. Riwayat Keperawatan : Tidak pernah mengalami sakit berat
Dahulu sebelumnya.
4. Riwayat Keperawatan : Nenek dan kakek dari keluarga ibu pasien
Keluarga
mengidap diabetes .
5. Genogram :-
Data Objektif :
- Kadar glukosa darah
tinggi
GDS 450 mg/dl
- Pasien mengalami
penurunan BB dari 20
kg menjadi 16 kg
- Hasil ttv
TD:
RR:
N:
S:
2 Data Subyektif : Gangguan pola Hambatan
- Pasien mengatakan tidur lingkungan
sering BAK terutama
malam hari
Data Obyektif :
-
3 Data Subyektif : Intoleransi aktivitas kelemahan
- Pasien mengatakan
cepat lelah
- Pasien merasa lemah
Data Obyektif :
4 Data subyektif : Deficit nutrisi Ketidakmampuan
- Pasien mengatakan menelan
nyeri saat menelan makanan
Data Obyektif :
- BB menurun
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d kerusakan pangkreas d.d lemas, sering
haus (polydipsia), sering BAK (polyuria)
2. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d nyeri saat menelan
3. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d sering BAK malam hari
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah dan lemas
RENCANA KEPERAWATAN
Terapeutik
1. Timbang BB
Edukasi
1. Informasikan hasil pemantauan
CATATAN PERKEMBANGAN
Dx. Keperawatan No. 1
No Tgl/ Jam Tindakan Evaluasi SOAP TTD
1 Hari, selasa 1. Monitor vital sign S : lemas seluruh tubuh (loyo),
tanggal 09 2. Pemeriksaan GDS
tidak panas, nyeri kepala,
Nov 2021 3. Monitor intake dan
output cairan sering minum, Sering
4. Pemberian obat
kencing. Belum buang air
PCT syrp 3x 1½ cth
Ivfd RL 16 tpm besar.
Actrapid 2x 8 unit
O : N 102x/Menit, RR 24x/mnt,
TD 90/60 mmHg,
Suhu 36,5 0C.
GDS : 450 mg/dl
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Ivfd RL 16 tpm
Actrapid 2x 8 unit
Hari, Rabu 1. Monitor vital sign S : lemas seluruh tubuh (loyo),
tanggal 10 2. Pemeriksaan GDS
sering minum, Sering kencing.
Nov 2021 3. Monitor intake dan
output cairan Belum buang air besar.
4. Pemberian obat
O : Nadi 98 x/Menit, RR 24x/mnt,
Ivfd RL 16 tpm
Actrapid 2x 8 unit Tekanan darah 90/60 mmHg,
Suhu 36,2 0C.
GDS : 390 mg/dl
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Ivfd RL
Actrapid 2x 8 unit
2521
4330
Stikespw
13 muthia