Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA AGREGAT PENYAKIT KRONIS (DIABETES MELITUS)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK IV

MELITHICIA M. J. SEAY LISWANDA M. KAIHENA

MODESTER TURLELY MARIA HELNIA

MARSELA Y. REYAAN ERICK F. JONAS

ADRIANA A. PELAMONIA ROFIANA SOLISA

SAUL B. MASELLA YUFENKA LINANSERA

ONAVINA MAKAWERU VALENSYA LESIOLO

ISABELA L. DAENGTUTU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya saya diberikan kesehatan dan kesempatan
sehingga kami bisa menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Komunitas II,
dengan judul “Asuhan Keperawatan Komunitas pada Agregat Penyakit Kronis
(Diabetes Melitus)”.

Di dalam laporan ini kami menyadari terdapat banyak kekurangan. Oleh


karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
pengembangan laporan ini sehingga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Ambon, 14 Oktober 2021

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
A. Definisi..........................................................................................................3
B. Klasifikasi Diabetes Mellitus........................................................................3
C. Penyebab Diabetes Mellitus..........................................................................4
D. Patofisiologi..................................................................................................5
E. Penatalaksaan DM.........................................................................................7
F. Komplikasi diabetes mellitus........................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................11
A. Pengkajian...................................................................................................11
B. Analisa Data................................................................................................21
C. Diagnosa Keperawatan...............................................................................21
D. Intervensi keperawatan...............................................................................24
BAB III PENUTUP...............................................................................................27
A. Kesimpulan.................................................................................................27
B. Saran............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar guladarah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagaiakibat insufisiensi fungsi insulin.
Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan olehgangguan atau defisiensi
produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau
disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin(WHO,
1999).
Pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 150 juta orang di dunia
mengidapdiabetes mellitus. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat
menjadi dua kali lipat pada tahun 2005, dan sebagian besar peningkatan itu
akan terjadi di negara-negarayang sedang berkembang seperti Indonesia.
Populasi penderita diabetes di Indonesiadiperkirakan berkisar antara 1,5
sampai 2,5% kecuali di Manado 6%. Dengan jumlah penduduk sekitar 200
juta jiwa, berarti lebih kurang 3-5 juta penduduk Indonesia menderita
diabetes. Tercatat pada tahun 1995, jumlah penderita diabetes di Indonesia
mencapai 5 juta jiwa. Pada tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta
penderita(Promosi Kesehatan Online, Juli 2005).
Diabetes mellitus juga merupakan masalah komunitas di RT 002
kelurahan Kudamati, dari seluruh masyarakat yang ada disana terdata
pasien DM sebanyak 21 orang. Dengan pembagian pada anak-anak 9,5%.
19% pada dewasa awal, 42,9% pada dewasa pertengahan, dan lansia
sebanyak 28,6%. Disertai dengan perilaku hidup sehat yang kurang
dimana 66,7% selalu makan manis, 14,3% sering, dan 9,5% kadang-
kadang makan makanan manis. Sehingga perlu adanya tindakan lebih
lanjut melalui Asuhan Keperawatan Komunitas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dari penyakit Diabetes Mellitus ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan komunitas dari penyakit
Diabetes Mellitus?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana konsep dasar dari penyakit Diabetes
Mellitus ?

1
2. Untuk mengetahui Bagaimana konsep asuhan keperawatan komunitas
dari penyakit Diabetes Mellitus?

2
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diabetes mellitus(DM) adalah gangguan metabolism yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
penurunnan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasikronis mikrovaskuler,
makrovaskular,dan neuropati. ( Yuliana elin,2009).
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit yang mengakibatkan
tidak seimbangya kemampuan tubuh menggunakan makanan efisien yang
disebabkan oleh pancreas gagal memproduksi insulin atau terjadi
misfungsi tubuh yang tidak bisa ,menggunakan insulin secara tepat.
(D’Adamo,2008).

B. Klasifikasi Diabetes Mellitus


1. Diabetes Mellitus mencakup 3 sub kelompok diagnostik, yaitu :
a. Diabetes Mellitus tipe I (Insulin dependent)
DM jenis ini paling sering terdapat pada anak-anak dan
dewasa muda, namun demikian dapat juga ditemukan pada setiap
umur. Destruksi sel-sel pembuat insulin melalui mekanisme
imunologik menyebabkan hilangnya hampir seluruh insulin
endogen. Pemberian insulin eksogen terutama tidak hanya untuk
menurunkan kadar glukosa plasma melainkan juga untuk
menghindari ketoasidosis diabetika (KAD) dan mempertahankan
kehidupan.
b. Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin dependent)
DM jenis ini biasanya timbul pada umur lebih 40 tahun.
Kebanyakan pasien DM jenis ini bertubuh gemuk, dan resistensi
terhadap kerja insulin dapat ditemukan pada banyak kasus.
Produksi insulin biasanya memadai untuk mencegah KAD, namun
KAD dapat timbul bila ada stress berat. Insulin eksogen dapat
digunakan untuk mengobati hiperglikemia yang membandel pada
para pasien jenis ini.
c. Diabetes Mellitus lain (sekunder)
Pada DM jenis ini hiperglikemia berkaitan dengan
penyebab lain yang jelas, meliputi penyakit-penyakit pankreas,

3
pankreatektomi, sindroma cushing, acromegaly dan sejumlah
kelainan genetik yang tak lazim.
2. Toleransi Glukosa yang terganggu merupakan klasifikasi yang cocok
untuk para penderita yang mempunyai kadar glukosa plasma yang
abnormal namun tidak memenuhi kriteria diagnostik.
3. Diabetes Mellitus Gestasional : istilah ini dipakai terhadap pasien yang
menderita hiperglikemia selama kehamilan. Ini meliputi 2-5% dari
seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya
pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar (Suyono,
2006). Pada pasien-pasien ini toleransi glukosa dapat kembali normal
setelah persalinan (Anonim, 1995).

C. Penyebab Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus diklasifikasikan, baik sebagai insuline-dependent
diabetes mellitus (IDDM) maupun non-insulin-dependent diabetes
mellitus (NIDDM). Dengan penggunaan terapi insulin yang sudah biasa
dengan kedua tipe DM, IDDM sekarang disebut sebagai DM tipe 1
(juvenile onset) dan NIDDM sebagai DM tipe 2 (maturity onset) (Black,
M. Joyce, 2014).

1. Diabetes Mellitus Tipe 1 yang disebabkan oleh destruktur sel beta


autoimun biasanya memicu terjadinya defisiensi insulin absolut.
Faktor di sini berupa antibodi sel islet, insiden HLA tipe DR3 dan DR
4. Faktor lingkungan berupa virus infeksi (Virus Coxsackie,
enterovirus, retrovirus, mumps), defisiensi vitamin D, toksin
lingkungan, menyusui jangka pendek, paparan dini terhadap protein
kompleks. Berbagai modifikasi epigenetik ekspresi gen juga
terobsesi sebagai penyebab genetik berkembangnya Diabetes
Mellitus Tipe 1. Individu dengan Diabetes mellitus Tipe 1 mengalami
defisiensi insulin absolut (Dito Anugroho, 2018).

2. Diabetes Mellitus Tipe 2 akibat resistensi insulin perifer, peningkatan


glukoneogenesis. Diabetes Mellitus Tipe 2 dipengaruhi faktor
lingkungan berupa obesitas, gaya hidup tidak, defek progresif sekresi
insulin, diet tinggi karbohidrat. Diabetes Mellitus tipe 2 memiliki
presimtomatis yang panjang yang menyebabkan penegakan Diabetes
Mellitus tipe 2 dapat dipertahankan 4-7 tahun (Dito Anugroho, 2018).

3. Diabetes Mellitus Gestasional. Diabetes Mellitus gestasional (2%-


5% dari semua kehamilan). DM yang didiagnosis selama hamil. DM
gestasional merupakan diagnosis DM yang menerapkan untuk
perempuan dengan toleransi glukosa atau ditemukan pertama kali

4
selama kehamilan. DM gestasional terjadi pada 2-5% perempuan
hamil namun menghilang ketika kehamilannya berakhir. DM ini lebih
sering terjadi pada keturunan Amerika-Afrika, Amerika Hispanik,
Amerika pribumi, dan perempuan dengan riwayat keluarga DM atau
lebih dari 4 kg saat lahir, obesitas juga merupakan faktor risiko (Black,
M. Joyce, 2014). Riwayat DM gestasional, sindrom ovarium
polikistik. atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg
(LeMone, Priscilla, 2016).

4. Diabetes Mellitus tipe lainnya. DM tipe spesifik lain ( 1% - 2% kasus


terdiagnosis). mungkin sebagai akibat dari defek genetik fungsi sel
beta, penyakit pankreas (misal kistik fibrosis), atau penyakit yang
diinduksi oleh obat-obatan. DM mungkin juga akibat gangguan-
gangguan lain atau pengobatan. Defek genetik pada sel beta dapat
mengarah perkembangan DM. Beberapa hormon seperti hormon
pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin merupakan antagonis
atau penghambatan insulin. Jumlah yang berlebihan dari hormon-
hormon ini (seperti pada akromegali, sindrom Cushing, glukagonoma,
dan feokromositoma) menyebabkan DM. Selain itu, obat-obat tertentu
(glukokortikoid dan tiazid) mungkin menyebabkan DM. Tipe DM
sekunder tersebut terhitung 1-2% dari semua kasus terdiagnosis DM
(Black, M. Joyce, 2014)

D. Patofisiologi

5
Kerusakan sel beta Ketidakkeseimbangan produksi Gula dalam darah tidak dapat
Faktor genetic
insulin di bawah dalam sel
Inveksi virus
Pengrusakan imunologik

glukosaria Batas melebihi ambang hiperglikemia Anabolisme protein menurun


ginjal

Dieresis osmotik Vikositas darah Sel hiperglikemik Kerusakan pada antibodi


meningkat

Polluri Retensi urine Aliran darah lambat Koma diabetik Kekbalan tubuh menurun

Kehilangan elektrolit dalam Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati sensori perifer
sel

dehidrasi Ketidak efektifan Nekrosis luka Klien tidak merasa sakit


perfusi jaringan perifer

Resiko syok Kehilangan kalori gangrene Kerusakan integritas jaringan

Merangsang hipotalamus Sel kekuranagan bahan Protein dan lemak di bakar BB menurun
untuk metabolisme

Pusat lapar dan haus


Katobolisme lemak Pemecahan protein keletihan

polidipsia
Asam lemak
keton ureum
Ketidakseimbanagan nutrisi
kurang dari kebutuhan 6
tubuh
kateasidosis
E. Penatalaksaan DM
Tujuan umum pada penatalaksanaan DM adalah menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Pengobatan primer dari
diabetes 1 adalah insulin sedangkan untuk pengobatan utama DM tips 2
adalah penurunan berat badan (Brunner & sudtart 2002). Beberapa prinsip
pengolahan DM yaitu:
1. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku
yang sehat. Tujuan DM adalah mendukung usaha pasien menyandang
DM untuk mengerti perjalanan alami penyakit dan penggolahan data.
2. Terapi gizi medis
Prinsip pengaturan pada peyandang di akibatkan baik itu makanan
yang seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing
individua. Dengan memperhatikan jadwal makan jenis dan jumlah
makanan. Komposisi makanan yang di anjurka terdiri dari karbohidrat
45/65%, lemak 20- 25% , protein 10-20% , natrium kurang dari 39 dan
sedikit cukup serat.
3. Latihan jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu masing-masing
selamat kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani di anjurkan yang
bersifat aerobik seperti berjalan santai, jogging, dan berenang Latihan
jasmani selamat ini untuk menjaga kebugaaran agar juga dapat
menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitifitas /insulin.
4. Intervensi farmakologis
Intervensi farmakologis di berikan bersamaan dengan peningkatan
pengetahuan makanan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri
obat oral dan bentuk suntikan.

F. Komplikasi diabetes mellitus


Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik
akut maupun komplikasi vaskuler kronik, baik mikrovaskuler maupun
makrovaskuler. Di Amerika Serikat, DM merupakan penyebab utama dari
end-stage renal disease (ESRD)/chronic kidney disease (CKD), amputasi
non trauma dan kebutaan (Powers, 2008). Meskipun demikian, sejak
ditemukan banyak obat untuk menurunkan glukosa darah, terutama setelah
ditemukannya insulin, angka kematian penderita diabetes akibat
komplikasi akut bisa menurun drastis. Kelangsungan hidup penderita
diabetes lebih panjang dan diabetes dapat dikontrol lebih lama.
Komplikasi kronis yang dapat terjadi akibat diabetes yang tidak terkendali

7
adalah kerusakan mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati (Tapp et
al., 2003;Waspadji, 2006).

Pada diabetes tipe 2, selain pembentukan atheroma, terdapat bukti


yang mendukung adanya peningkatan adhesi trombosit dan
hiperkoagulabilitas. Gangguan oksidasi nitrat dan peningkatan
pembentukan radikal bebas pada trombosit, serta perubahan regulasi
kalsium dapat memicu agregasi platelet. Peningkatan kadar plasminogen
activator inhibitor tipe 1 juga dapat mengganggu proses fibrinolisis pada
pasien dengan diabetes. Kombinasi dari peningkatan koagulabilitas dan
gangguan fibrinolisis dapat meningkatkan risiko oklusi pembuluh darah
dan kejadian kardiovaskular. (JA Beckman, 2002)

1. Komplikasi mikrovaskular
a. Nefropati
Nefropati diabetes merupakan penyebab utama gagal ginjal
di Amerika Serikat. Nefropati didefinisikan sebagai proteinuria
>500 mg dalam 24 jam pada kondisi diabetes. Biasanya kondisi ini
diawali dengan adanya mikroalbuminuria, yakni eksresi albumin
30-299 mg/24 jam yang tidak segera dilakukan intervensi dan
diterapi. Diperkirakan 7% dari pasien yang baru didiagnosis
dengan DM telah memiliki mikroalbuminuria (Fowler, 2008).
Pada kondisi DM kronis, terjadi nefropati yang ditandai
dengan penebalan glomerulal basement membrane, pembentukan
mikroaneurisma, dan terbentuknya nodul mesangial. Apabila telah
terjadi nefropati atau gagal ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan,
sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor
keluar. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan racun
seperti ureum dan kreatinin pada tubuh sekaligus terjadinya
kondisi hipoalbumin pada pasien (Fowler, 2008).
b. Retinopati
Pada kondisi diabetes, terdapat tiga penyakit utama pada
mata yang utamanya disebabkan oleh diabetes, yaitu: 1) retinopati,
kadar gula darah yang tinggi dalam jangka panjang bisa merusak
pembuluh darah retina; 2) katarak, lensa yang biasanya jernih dan
transparan menjadi keruh akibat reaksi glikasi sehingga
menghambat masuknya sinar; dan 3) glaukoma, terjadi
peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga merusak saraf
mata (Fowler, 2008).
DM merupakan penyebab utama kebutaan pada usia 20- 74
di Amerika Serikat, dimana individu dengan DM 25 kali lebih

8
mudah menjadi buta dibandingkan dengan individu non DM.
Kebutaan pada DM disebabkan karena adanya proses retinopati
progresif dan edema makular. Retinopati pada DM
diklasifikasikan menjadi stadium proliferatif dan non proliferatif.
Stadium non proliferatif terjadi pada decade pertama, ditandai
dengan adanya mikroaneurisma, perdarahan blot atau munculnya
tanda cotton wool spots. Selanjutnya stadium ini akan berkembang
dan ditandai dengan adanya abnormalitas mikrovaskuler
intrarenal, munculnya lebih banyak mikroaneurisma dan
perdarahan. Pada stadium akhir akan terjadi hilangnya pericyte
renal, kegagalan vaskularisasi retina yang pada akhirnya
mengakibatkan kebutaan akibat iskemi retina. Stadium proliferatif
ditandai dengan adanya neovakularisasi sebagai akibat adanya
hipoksia dari retina. Pembuluh darah baru yang terbentuk biasanya
muncul di dekat saraf optik dan makula, dimana pembuluh darah
baru ini lebih mudah untuk mengalami ruptur sehingga
mengakibatkan perdarahan vitreous, fibrosis dan detachment dari
retina (Fowler, 2008). Bila tidak dilakukan intervensi, pasien bisa
mengalami kehilangan penglihatan. Bedah laser mata (laser
photocoagulation) bisa mencegah retinopati proliferatif
berkembang menjadi kebutaan. Oleh karena itu sangat penting
melakukan pengawasan ketat terhadap erkembangan retinopati
pada pasien dengan diabetes. (Peter JW, 2003).
3. Komplikasi makrovaskular
Komplikasi makrovaskular diabetik adalah penyulit yang timbul
akibat diabetes yang terjadi pada pembuluh darah besar yang terdapat
di seluruh bagian tubuh. Komplikasi yang sering dijumpai adalah
penyakit jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer dan
nefro-sklerosis. Pada umumnya komplikasi makrovaskular tersebut
sering dipahami sebagai proses aterosklerosis atau dikenal pula dengan
sebutan penyakit vascular arterioskleroti. Komplikasi makrovaskular
pada dasarnya disebabkan hiperglikemia persisten yang dapat
memperparah stress oksidatif, kemudian berlanjut menekan
bioavailabilitas NO ( Nitric Oxide) yang secara fungsional berperan
sebagai mediator vasodilatatif dan bertugas menjaga homeostatis
permukaan endotel. Pada kondisi penuaan, diabetes, serta
meningkatnya stress oksidatif fungsi NO menjadi terganggu, sehingga
cenderung berkembang menimbulkan komplikasi makrovaskular
diabetik. ( Effendi AT et al., 2015 )

9
Secara patologik, komplikasi makrovaskular sering dipahami
sebagai proses penuaan yang dipercepat, yang berkembang akibat
interaksi antara komponen genetik dan gaya hidup yang salah. Sejauh
ini diketahui ada 6 faktor potensial yang berperan menimbulkan
komplikasi makrovaskular, yaitu (1) Hiperglikemia, (2) Resistensi
insulin, (3) Dislipidemia, (4) Hipertensi, (5) Merokok, dan (6) Sitokin
proinflamasi serta yang terkait dengan proses pembekuan darah.
( Effendi AT et al., 2015).
A.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan pengukuran objek, atau
individu yang dikaji (Harinaldi, 2005). Populasi dalam penelitian ini
adalah masyarakat yang berada di RT 002, kelurahan, Kecamatan
Nusaniwe, Kota Ambon.
Sampel adalah adalah sebagian atau subset (himpunan bagian), dari
suatu populasi(Harinaldi, 2005). Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah masyarakat di RT 002, kelurahan Kudamati yang mengidap
penyakit Diabetes Melitus.
Data dikumpulkan dengan metode pemabgian kusioner dan
wawancara secara langsung dengan masyarakat

1. Demografi
Berdasarkan hasil pengkjian di RT 002 kelurahan Kudamati,
terdapat beberapa warga yang mengidap penyakit Diabetes Melitus.

Tabel 1.1
Distribusi usia penderita DM
di RT 002 kelurahan Kudamati

Usia Frequency Percent


Remaja dan Anak- 2 9.5
anak
Dewasa awal 4 19.0
Dewasa pertengahan 9 42.9
Lansia 6 28.6
Total 21 100%

Berdasarkan tabel di atas, menjelaskan DM dapat terjadi pada


anak-anak 9,5%. Dan lebih banyak terjadi pada orang dewasa, dengan
pembagian berdasarkan teori Hurloc (2000). 19% pada dewasa awal,
42,9% pada dewasa pertengahan, dan lansia sebanyak 28,6%.

11
Tabel 1.2
Distribusi penderita DM di RT 002 kelurahn Kudamati
Berdasarkan agama yang dianut

Agama Frequency Percent


Kristen Protestan 15 71.4
Katolik 6 28.6
Total 21 100%

Berdasarkan tabel diatas, penderita DM yang menganut agama


Kristen protestan 71,4% dan Katolik 28,6%.

Tabel 1.3
Distribusi penderita DM di RT 002 kelurahan Kudamati
Berdasarkan status perkawinan

Status Frequency Percent


Kawin 14 66.7
Tidak kawin 2 9.5
Duda 1 4.8
Janda 4 19.0
Total 21 100%

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa berdasarkan status


perkawinan, yang sudah kawin 66.7%, belum kawin 9,5%, duda 4,8% dan
Janda 19%.

Tabel 1.4
Distribusi penderita DM di RT 002 kelurahan kudamati
Berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frequency Percent


Laki-laki 8 38.1
Perempuan 13 61.9
Total 21 100%

Berdasarkan tabel diatas, lebih banyak wanita yang mengalami


DM yaitu sebanyak 61.9% sedangkan laki-laki 38.1%.

12
2. Subsistem
a. Ekonomi
Pekerjaan tentu memengaruhi perekonomian keluarga,
berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan pekerjaan penderita DM
pada RT 002 kelurahan Kudamati tertera pada tabel berikut:

Tabel 2.1
Distribusi karakteristik pekerjaan penderita DM
Di RT 002, kelurahan Kudamati

Karakteristik
Pekerjaan Frequency Percent
Tidak bekerja 14 66.7
Swasta 4 19.0
PNS 3 14.3
Total 21 100%

Berdasarkan tabel diatas, penderita DM yang tidak bekerja


sebanyak 66,7%, bekerja sebagai swasta 19%, dan PNS sebanyak
14,3%.
Tabel 2.2
Distribusi pendapatan perbulan penderita DM
Di RT 002, kelurahan Kudamati

Pendapatan Frequency Percent


<2.300.000 15 71.4
>2.300.000 6 28.6
Total 21 100.0
Berdasarkan tabel diatas, menunjukan pendapatan penderita
DM di bawah UMR atau <2.300.000 sebanyak 71.4%, sedangkan
28,6% >2.300.000
Berdasarkan hasil wawancara, 8 keluarga menyatakan tidak
memiliki tabungan, dan 13 keluarga lainnya memiliki tabungan.
Selain itu ada keluarga yang memiliki usaha tambahan sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan.

3. Lingkungan fisik
1) Perumahan

13
Berdasarkan hasil wawancara, kepemilikan rumah rata-rata adalah
milik sendiri. Dengan 17 keluarga tipe rumah permanen, dan 4 keluarga
memiliki tipe rumah semi permanen. Rata-rata terdapat jendela setiap
rumah dan kamar masing-masing. Dan dibuka setiap hari serta
penerangan cukup baik.
Tabel 3.1
Distribusi pemanfaatan pekarangan rumah pasien DM
Di RT 002, kelurahan Kudamati.

Pemanfaatan
halaman Frequency Percent
Kebun 2 9.5
Kandang 7 33.3
Tidak ada 12 57.1
Total 21 100.0

Berdasarkan tabel Distribusi pemanfaatan pekarangan rumah


pasien DM, 57.1% tidak dianfaatkan, 33.3% dimanfaatkan untuk
kandang dan 9,5% dijadikan untuk kebun.

2) Sumber Air
Berdasarkan hasil pengkajian sumber air untuk masak dan
minum, bahkan untuk mandi dan mencuci dijelaskan dalam tabel
berikut:
Tabel 3.2
Distribusi sumber air untuk kebutuhan sehari-hari
Pada pasien DM di RT 002, Kelurahan Kudamati

Sumber Frequency Percent


PAM 12 57.1
Sumur 9 42.9
Total 21 100.0

Berdasarkan tabel diatas, dijelaskan bahwa 57,1% sumber air untuk


kehidupan sehari-hari adalah dari PAM dan 42.9% dari sumur.
Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan rata-rata pengolahan air
minum dimasak.7 keluarga memiliki tempat penampungan sementara
dengan menggunakan profil tank, sedangkan 14 lainnya menggunakan
Bak sebagai tempat penampungan sementara.

14
3) Pembuangan sampah
Kebiasaan keluarga membuang sampah dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 3.3
Distribusi kebiasaan membuang sampah
Pada keluarga di RT 002, kelurahan Kudamati.

Kebiasaan Frequency Percent


Bakar 7 33.3
Tempat Sampah 10 47.6
Timbun 4 19.0
Total 21 100%

Berdasarkan tabel diatas, kebiasaan keluarga membuang sampah


dengan cara dibakar 33.3%, 47.6% pada tempat sampah, dan 19%
ditimbun.
Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata setiap keluarga memiliki
tempat penampungan sampah sementara dengan keadaan terbuka, dan
jaraknya <5 M dari rumah.

4) Pembuangan limbah
Berdasarkan hasil pengkajian, rata-rata keluarga memiliki jamban,
dengan 13 keluarga menggunakan jamban cemplung dan 8 keluarga
menggunakan leher angsa. Untuk pembuangan air limbah perhatikan
tabel berikut:
Tabel 3.4
Distribusi pembuangan air limbah keluarga
Di RT 002, kelurahan Kudamati

Pembuangan Frequency Percent


Got 16 76.2
Resapan 5 23.8
Total 21 100%

Berdasarkan tabel distribusi pembuangan air limbah keluarga di


RT 002, kelurahan Kudamati, 76,2% keluarga membuang air limbah
pada Got, dengan kedaan got lancer, sedangkan 23,8% membuang air
limbah dengan resapan.

15
4. Pelayanan kesehatan dan sosial
1) Pelayanan kesehatan
Pada kelurahan Kudamati merupakan area pelayanan dari
puskesmas Air Salobar yang jaraknya dari RT 002, kelurahan Kudamati
± 2 KM. untuk menuju puskesmas ini dapat dijangkau dengan
kendaraan, sepeda motor maupun angkutan kota. Berdasarkan hasil
wawancara keluarga, selain penyakit DM rata-rata bila sakit hanya
batuk pilek dan demam. Keluarga juga mengatakan jika ada yang
merasakan gejala sakit, biasanya juga membeli obat bebas.

Tabel 4.1
Distribusi pemanfaat pelayanan kesehatan
Keluarga di RT 002, kelurahan Kudamati

Fasilitas Frequency Percent


Puskesmas 8 38.1
Dokter praktek 9 42.9
Perawat 4 19.0
Total 21 100%

Tabel diatas, kebiasaan keluarga minta tolong bila sakit 42,9%


pada dokter praktek, 38,1% dan ke perawat 19%.

Tabel 4.2
Distribusi kebiasaan check up kesehatan pasien DM
Di RT 002, kelurahan Kudamati.

Check Up Frequency Percent


Rutin 7 33.3
Kadang-kadang 7 33.3
Tidak pernah 7 33.3
Total 21 100%

Berdasarkan tabel diatas, kebiasaan check up kesehatan pasien DM


di RT 002, kelurahan Kudamati per bulan. 33,3% hanya kadang-
kadang, 33,3% Tidak pernah melakukan check up.

16
Tabel 4.3
Distribusi sumber pendanaan kesehatan keluarga
Di RT 002, Kelurahan Kudamati.
Sumber Frequency Percent
BPJS 9 42.9
Tidak ada 4 19.0
Askeskin 4 19.0
Tabungan 4 19.0
Total 21 100%
Berdasarkan tabel distribusi sumber pendanaan kesehatan keluarga
di RT 002, Kelurahan Kudamati, 42,9% menggunakan BPJS, 19%
Askeskin, dan yang tidak memiliki sumber pendanaan 19%.

2) Pelayanan sosial
Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata pasien dan keluarga terlibat
aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat, tidak terlibat jika sedang
sakit, atau sedang bekerja.

5. Politik dan Pemrintahan


Berdasarkan hasil wawancara rata-rata keluarga juga ikut serta
dalam kegiatan politik dalam masyarakat, terlibat dalam pemilihaan
kepala desa maupun RT/RW dengan cara pemungutan suara.
Berdasarkan hasil wawancara pemerintah memfasilitasi tempat
pemeriksaan yaitu puskesmas, namun belum ada kebijakan khusus
untuk penyakit DM.
6. Transportasi dan kemanan
a. Transportasi

Tabel 6.1
Distribusi sarana transportasi yang digunakan oleh
Pasien DM di RT 002,Kelurahan Kudamati
Sarana transportasi Frequency Percent
Kendaraan pribadi 13 61.9
Angkutan umum 8 38.1
Total 21 100%

Berdasarkan tabel diatas, sarana transportasi yang digunakan oleh


pasien DM. 61,9% merupakan kendaraan pribadi, 38,1% merupakan
angkutan umum.

17
b. Kemanan

Tabel 6.2
Distribusi kebiasaan makan manis pasien DM
Di RT 002, Kelurahan Kudamati

Kebiasaan makan manis Frequency Percent


Selalu 14 66.7
Sering 3 14.3
Kadang-kadang 2 9.5
Tidak pernah 2 9.5
Total 21 100%

Berdasarkan tabel diatas 66,7% selalu makan manis, 14,3% sering,


dan 9,5% kadang-kadang makan makanan manis.

Tabel 6.3
Distribusi kebiasaan makan berlemak pasien DM
Di RT 002, Kelurahan Kudamati

Kebiasaan makan
berlemak Frequency Percent
Selalu 6 28.6
Sering 8 38.1
Kadang-kadang 6 28.6
Tidak pernah 1 4.8
Total 21 100%

Berdasarkan tabel Distribusi kebiasaan makan berlemak pasien


DM di RT 002, Kelurahan Kudamati, 28,6% selalu makan makanan
berlemak, 38,1% sering, dan 28,6% kadang-kadang makan makanan
berlemak.
Tabel 6.4
Distribusi kepatuhan diet pasien DM
Di RT 002, kelurahan Kudamati

Kepatuhan diet Frequency Percent


Patuh 3 14.3
Kadang-kadang 6 28.6
Tidak patuh 12 57.1
Total 21 100%

18
Berasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa 57,1% pasien DM di
RT 002, Kelurahan Kudamati tidak patuh diet, 28,6% dietnya hanya
kadang-kadang.

Tabel 6.5
Distribusi kebiasaan olahraga pasien DM
Di RT 002, kelurahan Kudamati

Kebiasaan olahraga Frequency Percent


Sering 2 9.5
Kadang-kadang 4 19.0
Tidak pernah 15 71.4
Total 21 100%

Berdasarkan tabel diatas, kebiasaan olahraga pasien DM di RT


002, Kelurahan Kudamati 71.4% tidak pernah olahraga, 19% hanya
kadang-kadang.
Tabel 6.6
Distribusi penderita Dm berdasarkan tingkat pendidikan
di RT 002, Kelurahan Kudamati

Pendidikan Frequency Percent


Tidak sekolah 1 4.8
SD 2 9.5
SMP 5 23.8
SMA 8 38.1
S1 5 23.8
Total 21 100%

Berdasarkan tabel diatas, pendidikan pasien DM 38,1% SMA,


23.8% SMP, dan S1 23,8%.
Berdasarkan hasil wawancara rata-rata pasien tidak menjalankan
perawatan dengan baik adalah karena kurang memahami terkait
masalah kesehatan. Keluarga pasien mengatakan kurang memahami
cara perawatan dan pemeliharaan kesehatan pasien yang benar.
7. Komunikasi
Hasil pengamatan menunjukan bahwa bahasa yang digunakan oleh
masyarakat Seilale adalah Melayu Ambon. Alat komunikasi yang
sering digunakan adalah Hp.

19
Tabel 7.1
Distribusi pemanfaat media sebagai sarana mendapatkan
informasi kesehatandi RT 002, Kelurahan Kudamati

Media Frequency Percent


Hp 7 33.3
TV 9 42.9
Penyuluhan 5 23.8
Total 21 100%

Berdasarkan tabel diatas, 42,9% keluarga mendapatkan informasi


tentang kesehatan melalui TV, 33,3% melalui Hp, dan 23,8 % melalui
penyeluhan.
Berdasarkan hasil wawancara, penyuluhan dari petugas kesehatan
terkait dengan masalah kesehatan jarang dilakukan.
8. Rekreasi
Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata keluarga sering melakukan
rekreasi ke pantai dan puncak. Terdapat tempat rekreasi di tempat
masyarakat seperti Namalatu Beach, Pantai Pintu Kota Ambon, Santai
Beach dan Bukit Paralayang, dll.
9. Persepsi
a. Tempat tinggal
Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata keluarga
menyatakan bahwa dalam kehidupannya gereja memiliki peranan
besar yang cukup membantu, terlebih khusus penguatan bagi
masyarakat disana. Kehidupan antar keluarga satu dengan keluarga
yang lain cukup baik.
b. Persepsi umum
Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata keluarga
mengungkapm selain masalah kesehatan DM, ada juga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat disana, seperti stroke,
hipertensi, masalah kolestrol, merupakan yang paling umum di RT
002, kelurahan Kudamati. Namun kurang sekali sentuhan tenaga
kesehatan secara langsung di sana, sehingga masalah-masalah
kesehatan ini tidak teratasi dengan baik.

20
B. Analisa Data
No Data Masalah
1 Hasil Angket: Ketidakpatuhan
- 57,1% pasien DM di RT 002, Kelurahan Kudamati (D.0114)
tidak patuh diet, 28,6% dietnya hanya kadang-
kadang.
- 71.4% tidak pernah olahraga
- Data menyebutkan bahwa 66,7% selalu makan
manis,
- 28,6% selalu makan makanan berlemak, 38,1%
sering, dan 28,6% kadang-kadang makan makanan
berlemak

Hasil Wawancara:
- Berdasarkan hasil wawancara, penyuluhan dari
petugas kesehatan terkait dengan masalah
kesehatan jarang dilakukan.
2 Hasil Angket: Pemeliharaan
- 33,3% hanya kadang-kadang pergi check up, 33,3% Kesehatan tidak
Tidak pernah melakukan check up. efektif
- Penderita DM yang tidak bekerja sebanyak 66,7% (D.0003).
- Pendapatan penderita DM di bawah UMR atau
<2.300.000 sebanyak 71.4%,
Hasil Wawancara:
- Keluarga pasien mengatakan kurang memahami
cara perawatan dan pemeliharaan kesehatan pasien
yang benar.
- Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata keluarga
mengungkapm selain masalah kesehatan DM, ada
juga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat disana, seperti stroke, hipertensi,
masalah kolestrol.

C. Diagnosa Keperawatan
Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan Diagnosis
Meningkatnya Perilaku Penyuluhan D.0114 Ketidakpatuhan pasien
kepatuhan dan DM di RT 002,
pasien DM di pembelajaran Kelurahan Kudamati
RT 002, b.d ketidak adekuatan
Kelurhan pemahaman
Kudamati
Meningkatkan Perilaku Penyuluhan D.0003 Pemeliharaan
pengetahuan dan Kesehatan tidak efektif
masyarakat pembelajaran pasien DM di RT 002,
tentang Kelurahan Kudamati

21
pentingnya b.d ketidakmampuan
kesehatan. mengatasi masalah

D. Skoring masalah keperawatan

N0 KRITERIA SKOR SKOR YANG


DIDAPAT
1 Kesadaran masyarakat akan 1 = Rendah 1
masalah 2 = Sedang
3 = Tinggi
2 Motivasi masyarakat untuk 1 = Rendah 1
menyelesaikan masalah 2 = Sedang
3 = Tinggi
3 Kemampuan perawat dalam 1 = Rendah 3
menyelesaikan masalah 2 = Sedang
3 = Tinggi
4 Ketersediaan ahli/ pihak 1 = Rendah 1
terkait terhadap 2 = Sedang
penyelesaian masalah 3 = Tinggi
5 Dampak terhadap 1 = Rendah 3
masyarakat jika masalah 2 = Sedang
tidak terselesaikan 3 = Tinggi
6 Mempercepat penyelesaian 1 = Rendah 2
masalah dengan solusi 2 = Sedang
penyelesaian masalah 3 = Tinggi
Total 11
1. Ketidakpatuhan (D.0114)

2. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif (D.0003).

N0 KRITERIA SKOR SKOR YANG


DIDAPAT
1 Kesadaran masyarakat akan 1 = Rendah 1
masalah 2 = Sedang
3 = Tinggi
2 Motivasi masyarakat untuk 1 = Rendah 1
menyelesaikan masalah 2 = Sedang
3 = Tinggi
3 Kemampuan perawat dalam 1 = Rendah 3
menyelesaikan masalah 2 = Sedang
3 = Tinggi
4 Ketersediaan ahli/ pihak 1 = Rendah 1
terkait terhadap 2 = Sedang

22
penyelesaian masalah 3 = Tinggi
5 Dampak terhadap 1 = Rendah 3
masyarakat jika masalah 2 = Sedang
tidak terselesaikan 3 = Tinggi
6 Mempercepat penyelesaian 1 = Rendah 1
masalah dengan solusi 2 = Sedang
penyelesaian masalah 3 = Tinggi
Total 10

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah

Berdasarkan hasil skoring masalah tersebut maka diagnosa yang muncul

adalah :

1. Ketidakpatuhan (D.0114)
2. Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif (D.0003).

23
D. Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Data Pendukung
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Hasil Angket: (D.0114) Ketidakpatu L.12110 Tingkat Kepatuhan I.12362 Dukungan kepatuhan
- 57,1% pasien DM di RT han - Meningkatnya kemauan program pengobatan
002, Kelurahan mematuhi program - Buat daftar atau
Kudamati tidak patuh perawatan atau program pengobatan
diet, 28,6% dietnya pengobatan - Buat daftar diet
hanya kadang-kadang. - Meningkatnya perilaku pasien DM
- 71.4% tidak pernah mengikuti anjuran - Edukasi masyarakat
olahraga - Menurunya resiko terkait manfaat dan
- Data menyebutkan komplikasi/masalah dan masalah yang
bahwa 66,7% selalu kesehatan dapat terjadi jika
makan manis, - Membaiknya tanda dan tidak menjalankan
- 28,6% selalu makan gejala penyakit. program pengobatan
makanan berlemak, melalui penyuluhan
38,1% sering, dan di RT setempat
28,6% kadang-kadang - Edukasikan keluarga
makan makanan dan libatkan keluarga
berlemak dalam program
Hasil Wawancara: pengobatan pasien.
- Berdasarkan hasil
wawancara, penyuluhan
dari petugas kesehatan
terkait dengan masalah
kesehatan jarang
dilakukan.

24
Hasil Angket: D.0003 Pemeliharaa L.12106 Pemeliharaan kesehatan I.12383 Edukasi kesehatan
- 33,3% hanya kadang- n Kesehatan - Meningkatnya perilaku - Lakukan
kadang pergi check up, tidak adaptif penyuluhan terkait
33,3% Tidak pernah efektif. - Meningkatnya dengan pentingnya
melakukan check up. pemahaman perilaku kesehatan
- Penderita DM yang sehat - Edukasikan
tidak bekerja sebanyak - Meningkatnya perilaku manfaat check up,
66,7% mencari bantuan - Edukasi makanan
- Pendapatan penderita - Meningkatnya minta sederhana namun
DM di bawah UMR atau meningkatkan perilaku bergizi dan baik
<2.300.000 sebanyak sehat. untuk kesehatan
71.4%, pasien DM
Hasil Wawancara:
- Keluarga pasien
mengatakan kurang
memahami cara
perawatan dan
pemeliharaan kesehatan
pasien yang benar.
- Berdasarkan hasil
wawancara, rata-rata
keluarga mengungkapm
selain masalah
kesehatan DM, ada juga
masalah kesehatan yang
dihadapi oleh
masyarakat disana,

25
seperti stroke,
hipertensi, masalah
kolestrol.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar guladarah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagaiakibat insufisiensi fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah komunitas di RT
002 kelurahan Kudamati, dari seluruh masyarakat yang ada disana terdata
pasien DM sebanyak 21 orang. Dengan pembagian pada anak-anak 9,5%.
19% pada dewasa awal, 42,9% pada dewasa pertengahan, dan lansia
sebanyak 28,6%. Disertai dengan perilaku hidup sehat yang kurang
dimana 66,7% selalu makan manis, 14,3% sering, dan 9,5% kadang-
kadang makan makanan manis. 57,1% pasien DM di RT 002, Kelurahan
Kudamati tidak patuh diet, 28,6% dietnya hanya kadang-kadang.

B. Saran
Pengetahuan masyarakat masih sangat kurang oleh karena itu perlu
ada sentuhan tenaga kesehatan di RT 002 kelurahan Kudamati. Oleh
karena itu diharapkan kedepannya ada program pengembangan kesehatan
yang dijalankan di RT 002 kelurahan Kudamati. Selain itu perlu dilakukan
pengkajian dalam jumlah yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat tentang status kesehatan masyarakat di RT 002 kelurahan
Kudamati

27
DAFTAR PUSTAKA

Harinaldi. 2005. Prinsip- Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains. Jakarata:
Penerbit Erlangga.
Nurarif. A. H., & Kusuma. H., 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
Mediaaction Jogja.

PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Widiyawati, W. 2020. Keperawatan Komunitas 2. Malang : Literasi Nusantara


Abadi.

28

Anda mungkin juga menyukai