Anda di halaman 1dari 15

APLIKASI KEPERAWATAN TRANSCULTURAL DALAM BERBAGAI

MASALAH KESEHATAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : MELITHICIA M. J. SEAY

NPM : 12114201190276

KELAS :F

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya saya diberikan kesehatan dan kesempatan
sehingga bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Psikososial

Dan Ilmu Sosial Budaya Dasar Dalam Keperawatan, dengan judul “Aplikasi

Keperawatan Transtcultural Dalam Berbagai Masalah Kesehatan”

Di dalam makalah ini saya menyadari terdapat banyak kekurangan. Oleh


karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk
pengembangan makalah ini sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Ambon, 7 Agustus 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Definisi Keperawatan Transkultural.............................................................2

B. Tujuan Penggunaan Keperawatan Transkultural..........................................3

C. Aplikasi Keperawatan Transcultural Dalam Berbagai Masalah Kesehatan. 3

BAB III PENUTUP...............................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11

B. Saran............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia memiliki kebudayaannya masing-masing yang


saling berbeda. Kebudayaan ini sangat berpengaruh dalam tindakan
keperawatan yang dibahas dalam transkultural keperwatan. Keperawatan
transkultural didefinisikan oleh Leininger (2002) sebagai penelitian
perbandingan budaya untuk memahami persamaan (budaya universal) dan
perbedaan (budaya tertentu) di antara kelompok manusia.
Perawat dalam memberikan tindakan keperawatan diharapkan
menggunakan transkultural keperawatan untuk mengatasi perbedaan
budaya antara klien maupun menyesuaikan pola aktivitas sehari-hari klien
yang dipengaruhi budayanya dengan tindakan keperawatan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:


1. Bagaimana definisi keperawatan transtruktural
2. Apa tujuan keperawatan transtruktural
3. Bagaimana aplikasi keperawatan transtruktural dalam berbagai
masalah kesehatan.

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana definisi keperawatan transtruktural


2. Untuk mengetahui apa tujuan keperawatan transtruktural
3. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi keperawatan transtruktural
dalam berbagai masalah kesehatan.
4.

1
BAB II
PEMBASAHAN

A. Definisi Keperawatan Transkultural

Pengertian Transkultural bila ditinjau dari makna kata ,


transkultural berasal dari kata trans dan culture, trans berarti alur
perpindahan, jalan lintas atau penghubung. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui. Culture
berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti;
-kebudayaan , cara pemeliharaan , pembudidayaan. - Kepercayaan , nilai –
nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan
diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan cultural berarti; sesuatu
yang berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti : akal budi ,
hasil dan adat istiadat. Dan kebudayaan berarti hasil kegiatan dan
penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti kepercayaan , kesenian dan
adat istiadat atau keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya. Jadi ,
transkultural dapat diartikan sebagai lintas budaya yang mempunyai efek
bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain atau juga
pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses
interaksi sosial.
Transcultural Nursing merupakan suatu area yang berkaitan
dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien ) menurut Leininger
( 1991 ). Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien. Transkultural Nursing adalah suatu
area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek

2
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002)

B. Tujuan Penggunaan Keperawatan Transkultural

Menurut Leniger tujuan penggunaan keperawatan transkultural


adalah dalam pengembangan sains dan ilmu yang humanis sehingga
tercipta praktek keperawatan pada kebudayaan yang spesifik. Kebudayaan
yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik
yang tidak dimiliki oleh kelompok lain contohnya suku Osing, Tengger
dan Dayak. Sedangkan, kebudayaan yang universal adalah kebudayaan
dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua
kebudayaan seperti budaya olahraga untuk mempertahankan kesehatan.
Dengan adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya. Perawat juga dapat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status
kesehatan. Misalnya, jika klien yang sedang hamil mempunyai pantangan
untuk makan makanan yang berbau amis seperti akan, maka klien tersebut
dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang lain. Seluruh
perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar
belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang
lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

C. Aplikasi Keperawatan Transculktural Dalam Berbagai Masalah


Kesehatan
1. Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik

3
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-
tiba, melainkan akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya
menyebabkan penyakit itu sendiri. Penyakit kronik ditandai banyak
penyebab. Contoh penyakit kronis adalah diabetes, penyakit jantung,
asma, hipertensi dan masih banyak lainnya. Ada hubungan antara
penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis yang
mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit
untuk mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih
tinggi menderita penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung
atau asma. Penyebab depresi itu sendiri kompleks, terkait dengan
lingkungan interaksi seseorang maupun kepribadiaannya sendiri.
Beberapa faktor penyebab umum adalah:
a. Faktor herediter
b. Trauma
c. Isolasi atau kesepian
d. Pengangguran
e. konflik Keluarga
f. Kesulitan penyelesaian
g. Stres
h. Nyeri
Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis
pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah,
dianjurkan untuk mengkonsumsi obat dan psikoterapi. Salah satu
pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk segala bentuk
depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi
orang menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana
seseorang melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil

4
atau membuat keputusan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan.
Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di
masyarakat saat ini amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa
sistem pengobatan tradisional juga merupakan sub unsur kebudayaan
masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai salah satu cara
pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan
tradisional ini dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan
turun-temurun. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan
ramuan dukun untuk menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun
waru yang diremas dan airnya dimasak sebanyak setengah
gelas.
b. Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat
disembuhkan dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan
lalu memetik daun untuk dibuat ramuan untuk diminum dan
dioleskan ke seluruh tubuh.
c. Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan
kutu kepala (Jawa: tuma) tiga kali sehari untuk pengobatan
penyakit kuning.

Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan


bahanbahan herbal. Herba sambiloto menjadi sebuah contoh yang
khasiatnya dipercaya oleh masyarakat dapat mengobati penyakit-
penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru (pneumonia), radang
saluran nafas (bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang
telinga tengah (OMA), radang usus buntu, kencing nanah (gonore),
kencing manis (diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman
pare juga dijadikan sebagai pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut
berkhasiat menyebuhkan diabetes melitus.

5
Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara
yang meyakini bahwa pengobatan medis bukan satu-satunya cara
mengobati penyakit kronik. Misalnya, di Afrika, penduduk Afrika
masih memiliki keyakinan tradisional tentang kesehatan dan
penyakit. Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional
sudah cukup untuk mengganti produk yag akan dibeli, bahkan
mereka menggunakan dukun sebagai penyembuh tradisional. Hal
seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan Asia.

2. Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau
potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan
perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri menurut keperawatan
adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang
mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Peraturan
utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah
nyata, meskipun penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri
adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien bahwa nyeri itu ada.
Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan
oleh pasien berdasarkan apa yang dipercaya olehnya atau yang
dilakukan oleh perawat setelah melakukan pengkajian tentang latar
belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:
a. Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang
mengalami nyeri diharuskan untuk tidak banyak bergerak
karena jika banyak bergerak dapat memperparah dan
menyebabkan nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan
umat Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk mengurangi
tau meredakannya dengan posisi istirahat atau tidur yang benar
yaitu badan lurus dan dimiringkan ke sebelah kanan. Hal ini
menurut sunah rasul. Dengan posisi tersebut diharapkan dapat
meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat

6
jantung yang tidak tertindih badan sehingga dapat bekerja
maksimal.
b. Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang
mempercayai bahwa ada beberapa obat tradisional yang dapat
meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat yang diberikan
oleh dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’
dari burung siburuk yang digunakan oleh masyarakat Batak.
c. Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang
mempercayai dengan dipijat atau semacamnya dapat
meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus
diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan
bertambah nyeri atau hal-hal lain yang merugikan penderita.
Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun pijat yang sering
didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri
misalnya kaki terkilir.

Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus


tetap mempertahankan baik buruknya bagi si pasien. Semua
aplikasi transkultural sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak
medis agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan.

3. Aplikasi transcultural pada gangguan kesehatan mental


Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat
sebagai penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat
nonbarat. Adanya variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-
nama untuk menyebutkannya dalam berbagai masyarakat dunia, Barat
maupun non-Barat, telah mendorong para ilmuwan mengenai
tingkahlaku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu
‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari angota-anggota
masyarakat yang ‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan
sarana untuk menjelaskan, memberi sanksi dan mengendalikan
tingkahlaku sesama mereka yang menyimpang atau yang berbahaya,

7
tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan tingkahlaku
mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga
bukan sematasemata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-
benar ada gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang
membutuhkan pengaturan pengobatan. Nampaknya, sejumlah besar
penyakit jiwa non-barat lebih dijelaskan secara personalistik daripada
naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang
tidak dapat dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut.
Kepercayaan yang tersebar luas bahwa pengalaman-pengalaman
emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih, malu, dapat
mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam
salah satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin dapat dikatakan
bahwa tergantung situasi dan kondisi, kepercayaankepercayaan
tersebut boleh dikatakan cocok untuk dikelompokkan ke dalam salah
satu kategori. Misalnya, susto, penyakit yang disebabkan oleh
ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-angan.
Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh,
setan, atau karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air sehingga
takut akan mati tenggelam. Apabila agen-nya berniat jahat, etiologinya
sudah tentu bersifat personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut
sering merupakan suatu kebetulan atau kecelakaan belaka bukan
karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan kematian
karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas
menimbulkan pemikiran-pemikiran untuk melakukan berbagai
pengobatan jika sudah terkena agen. Kebanyakan pengobatan yang
dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-tabib yang sudah
dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental,
hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-dukun karena
mereka percaya bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh

8
gangguan ruh jahat. Dukun-dukun biasanya melakukan pengobatan
dengan cara mengambil dedaunan yang dianggap sakral, lalu
menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada juga yang melakukan
pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk
membawa sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.
Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis
shaman. Shaman adalah seorang yang tidak stabil dan sering
mengalami delusi, dan mungkin ia adalah seorang wadam atau
homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya secara budaya
diarahkan pada bentuk-bentuk konstruktif, maka individu tersebut
dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin menunjukkan
tingkahlaku serupa, namun digolongkan sebagai abnormal oleh para
warga masyarakatnya dan merupakan subyek dari upacaraupacara
penyembuhan.
Dalam pengobatan, shaman biasanya berada dalam keadaan
kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan dengan roh
pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham
kebudayaan relativisme yang ekstrim menggunakan contoh
shamanisme sebagai hambatan utama dalam arguentasi mereka bahwa
apa yang disebut penyakit jiwa adalah sesuatu yang bersifat
kebudayaan. Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang
menunjukkan tingkahlaku abnormal tetapi tidak bersifat galak maka
sering diberi kebebasan gerak dalam masyarakat mereka, kebutuhan
mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka. Namun, jika mereka
mengganggu, mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-semak
untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam
rumah, cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka dan
sebuah pintu keluar untuk keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara
lintasbudaya umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh
kesulitan-kesulitan pada tahapan penelitian untuk membongkar apa

9
yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala sekunder.
Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi.
Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari gangguan. Gejalagejala
sekunder dilihat sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-
gejala tersebut berkembang karena ia berusaha untuk menyesuaikan
diri dengan tingkahlakunya yang berubah.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Transcultural Nursing merupakan suatu area yang berkaitan
dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien ) menurut Leininger
( 1991 ). Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien.
Asuhan keperawatan harus terus dilakukan bagaimana caranya
menagani klien dalam berbagai masalah kesehatan tanpa menyinggung
perasaan klien dan mengkritik tradisi yang telah ada yang mungkin sulit
untuk kita tentang dan ubah. Karena tujuan kita bukanlah untuk mengubah
atau mengkritik tradisi tersebut, namun bagaimana perawat mampu
melakukan semua tugasnya dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Aplikasi Transkultural dalam masalah penyakit kronik, ganguan
nyeri dan ganguan mental dalam masyarakat adalah pengobatan tradisional
yang diajarkan secara turun temurun yang dipercaya oleh masing-masing
penganut dan tidak ada juga yang menggunakan tanaman sebagai obat
herbal.

B. Saran
Saya menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk
pengembangan makalah ini kedepan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Putri, D, M, P. 2017. Keperawatan Transtruktural Pengetahuan dan Praktik
Berdsarkan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

12

Anda mungkin juga menyukai