MASALAH KESEHATAN
DISUSUN OLEH:
NPM : 12114201190276
KELAS :F
FAKULTAS KESEHATAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya saya diberikan kesehatan dan kesempatan
sehingga bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Psikososial
Dan Ilmu Sosial Budaya Dasar Dalam Keperawatan, dengan judul “Aplikasi
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBASAHAN
2
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002)
3
Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-
tiba, melainkan akumulasi dari sesuatu penyakit hingga akhirnya
menyebabkan penyakit itu sendiri. Penyakit kronik ditandai banyak
penyebab. Contoh penyakit kronis adalah diabetes, penyakit jantung,
asma, hipertensi dan masih banyak lainnya. Ada hubungan antara
penyakit kronis dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis yang
mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan perilaku sehingga sulit
untuk mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih
tinggi menderita penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung
atau asma. Penyebab depresi itu sendiri kompleks, terkait dengan
lingkungan interaksi seseorang maupun kepribadiaannya sendiri.
Beberapa faktor penyebab umum adalah:
a. Faktor herediter
b. Trauma
c. Isolasi atau kesepian
d. Pengangguran
e. konflik Keluarga
f. Kesulitan penyelesaian
g. Stres
h. Nyeri
Berbagai jenis depresi memerlukan cara yang berbeda dalam jenis
pengobatannya. Untuk depresi ringan, dapat dianjurkan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Dalam kasus depresi parah,
dianjurkan untuk mengkonsumsi obat dan psikoterapi. Salah satu
pendekatan yang muncul menjadi lebih umum untuk segala bentuk
depresi adalah manajemen diri. Manajemen diri mengacu pada strategi
orang menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka. Dimana
seseorang melibatkan tindakan, sikap atau tujuan dalam mengambil
4
atau membuat keputusan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan.
Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di
masyarakat saat ini amat beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa
sistem pengobatan tradisional juga merupakan sub unsur kebudayaan
masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai salah satu cara
pengobatan. Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari
transkultural dalam mengobati suatu penyakit kronik. Pengobatan
tradisional ini dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan
turun-temurun. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan
ramuan dukun untuk menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun
waru yang diremas dan airnya dimasak sebanyak setengah
gelas.
b. Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat
disembuhkan dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan
lalu memetik daun untuk dibuat ramuan untuk diminum dan
dioleskan ke seluruh tubuh.
c. Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan
kutu kepala (Jawa: tuma) tiga kali sehari untuk pengobatan
penyakit kuning.
5
Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara
yang meyakini bahwa pengobatan medis bukan satu-satunya cara
mengobati penyakit kronik. Misalnya, di Afrika, penduduk Afrika
masih memiliki keyakinan tradisional tentang kesehatan dan
penyakit. Mereka menganggap bahwa obat-obatan tradisional
sudah cukup untuk mengganti produk yag akan dibeli, bahkan
mereka menggunakan dukun sebagai penyembuh tradisional. Hal
seperti ini juga terjadi di Amerika, Eropa, dan Asia.
6
jantung yang tidak tertindih badan sehingga dapat bekerja
maksimal.
b. Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang
mempercayai bahwa ada beberapa obat tradisional yang dapat
meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat yang diberikan
oleh dokter. Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’
dari burung siburuk yang digunakan oleh masyarakat Batak.
c. Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang
mempercayai dengan dipijat atau semacamnya dapat
meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus
diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan
bertambah nyeri atau hal-hal lain yang merugikan penderita.
Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun pijat yang sering
didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri
misalnya kaki terkilir.
7
tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan tingkahlaku
mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga
bukan sematasemata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-
benar ada gangguan dalam pikiran, erasaan dan tingkahlaku yang
membutuhkan pengaturan pengobatan. Nampaknya, sejumlah besar
penyakit jiwa non-barat lebih dijelaskan secara personalistik daripada
naturalistik.
Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang
tidak dapat dimasukkan secara tepat ke dalam skema besar tersebut.
Kepercayaan yang tersebar luas bahwa pengalaman-pengalaman
emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih, malu, dapat
mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam
salah satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin dapat dikatakan
bahwa tergantung situasi dan kondisi, kepercayaankepercayaan
tersebut boleh dikatakan cocok untuk dikelompokkan ke dalam salah
satu kategori. Misalnya, susto, penyakit yang disebabkan oleh
ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-angan.
Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh,
setan, atau karena hal-hal yang sepele, seperti jatuh di air sehingga
takut akan mati tenggelam. Apabila agen-nya berniat jahat, etiologinya
sudah tentu bersifat personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut
sering merupakan suatu kebetulan atau kecelakaan belaka bukan
karena tindakan yang disengaja. Dalam ketakutan akan kematian
karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.
Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas
menimbulkan pemikiran-pemikiran untuk melakukan berbagai
pengobatan jika sudah terkena agen. Kebanyakan pengobatan yang
dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-tabib yang sudah
dipercaya penuh. Terlebih lagi untuk pengobatan gangguan mental,
hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-dukun karena
mereka percaya bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh
8
gangguan ruh jahat. Dukun-dukun biasanya melakukan pengobatan
dengan cara mengambil dedaunan yang dianggap sakral, lalu
menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada juga yang melakukan
pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk
membawa sesajen seperti, berbagai macam bunga atau binatang ternak.
Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis
shaman. Shaman adalah seorang yang tidak stabil dan sering
mengalami delusi, dan mungkin ia adalah seorang wadam atau
homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya secara budaya
diarahkan pada bentuk-bentuk konstruktif, maka individu tersebut
dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin menunjukkan
tingkahlaku serupa, namun digolongkan sebagai abnormal oleh para
warga masyarakatnya dan merupakan subyek dari upacaraupacara
penyembuhan.
Dalam pengobatan, shaman biasanya berada dalam keadaan
kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan dengan roh
pembinanya untuk mendiagnosis penyakit. para penganut paham
kebudayaan relativisme yang ekstrim menggunakan contoh
shamanisme sebagai hambatan utama dalam arguentasi mereka bahwa
apa yang disebut penyakit jiwa adalah sesuatu yang bersifat
kebudayaan. Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang
menunjukkan tingkahlaku abnormal tetapi tidak bersifat galak maka
sering diberi kebebasan gerak dalam masyarakat mereka, kebutuhan
mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka. Namun, jika mereka
mengganggu, mereka akan dibawa ke sutu temapt di semak-semak
untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu khusus (2 x 2 kaki) dibuat dalam
rumah, cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka dan
sebuah pintu keluar untuk keluar masuk komunitinya.
Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara
lintasbudaya umumnya tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh
kesulitan-kesulitan pada tahapan penelitian untuk membongkar apa
9
yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala sekunder.
Misalnya, gejala-gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi.
Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari gangguan. Gejalagejala
sekunder dilihat sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-
gejala tersebut berkembang karena ia berusaha untuk menyesuaikan
diri dengan tingkahlakunya yang berubah.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transcultural Nursing merupakan suatu area yang berkaitan
dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien ) menurut Leininger
( 1991 ). Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien.
Asuhan keperawatan harus terus dilakukan bagaimana caranya
menagani klien dalam berbagai masalah kesehatan tanpa menyinggung
perasaan klien dan mengkritik tradisi yang telah ada yang mungkin sulit
untuk kita tentang dan ubah. Karena tujuan kita bukanlah untuk mengubah
atau mengkritik tradisi tersebut, namun bagaimana perawat mampu
melakukan semua tugasnya dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Aplikasi Transkultural dalam masalah penyakit kronik, ganguan
nyeri dan ganguan mental dalam masyarakat adalah pengobatan tradisional
yang diajarkan secara turun temurun yang dipercaya oleh masing-masing
penganut dan tidak ada juga yang menggunakan tanaman sebagai obat
herbal.
B. Saran
Saya menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk
pengembangan makalah ini kedepan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Putri, D, M, P. 2017. Keperawatan Transtruktural Pengetahuan dan Praktik
Berdsarkan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
12