Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“DIABETES MELLITUS”

OLEH:

KELOMPOK VI (ENAM)

BARSAN

EMI NURJANA 18.010

NUR AINI

RAHMA TULSIA

VITRIANI SUCI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN PPNI KENDARI

TAHUN AJARAN

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memeberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan ssyafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik, maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai salah satu tugas mata kuliah
“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH” dengan judul “DIABETES MELLITUS”
penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Kendari, 06 November 2019

penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................


B. Rumusan Masalah .........................................................................
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Diabetes Mellitus


B. Konsep Keperawatan Diabetes Mellitus
C. Penutup
1. Kesimpulan ...............................................................................
2. Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan


metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(WHO, 1999).
Pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 150 juta orang di dunia mengidap
diabetes mellitus. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi dua kali lipat
pada tahun 2005, dan sebagian besar peningkatan itu akan terjadi di negara-negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia. Populasi penderita diabetes di Indonesia
diperkirakan berkisar antara 1,5 sampai 2,5% kecuali di Manado 6%. Dengan jumlah
penduduk sekitar 200 juta jiwa, berarti lebih kurang 3-5 juta penduduk Indonesia
menderita diabetes. Tercatat pada tahun 1995, jumlah penderita diabetes di Indonesia
mencapai 5 juta jiwa. Pada tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta penderita
(Promosi Kesehatan Online, Juli 2005).
Walaupun Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak
menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila
pengelolaannya tidak tepat. Pengelolaan DM memerlukan penanganan secara
multidisiplin yang mencakup terapi non-obat dan terapi obat.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana konsep dasar dari penyakit Diabetes Mellitus ?
2) Bagaimana konsep keperawatan dari penyakit Diabetes Mellitus?
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui konsep
dasar dan konsep keperawatan dari penyakit Diabetes Mellitus
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS

1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan


gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1995).

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan


multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi
insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).

Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh


faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik
hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh


dunia dengan prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF Adam).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2015, klasifikasi


Diabetes Melitus atau DM yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, dan DM tipe
lain. Namun jenis DM yang paling umum yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.

1. Diabetes Mellitus Tipe 1

DM tipe 1 disebut juga dengan Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM),


yaitu DM yang muncul pada masa anak-anak sampai dewasa muda. DM tipe 1
disebabkan karena berkurangnya sekresi insulin akibat kerusakan sel β pankreas yang
didasari oleh proses autoimun (Bustan, 2007).
Diabetes Mellitus tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat terjadinya
gangguan metabolik glukosa yang ditandai dengan hiperglikemia kronik. Keadaan ini
disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas baik oleh proses autoimun maupun
idiopatik. Proses autoimun ini menyebabkan tubuh kehilangan kemampuan untuk
memproduksi insulin karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel yang
bertugas memproduksi insulin sehingga produksi insulin berkurang atau terhenti
(Rustama dkk, 2010).
2. Diabetes Mellitus Tipe 2

DM tipe 2 disebut juga dengan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus


(NIDDM), yaitu DM yang ditandai dengan defisiensi dan resistensi insulin. DM tipe
2 disebabkan karena gaya hidup yang salah, yaitu “Diabetogenic Lifestyle”. Yang
dimaksud diabetogenik lifestyle adalah konsumsi kalori berlebih, kurang olahraga,
dan obesitas. Selain itu, dipengaruhi juga oleh faktor genetik. DM tipe 2 ditandai
dengan defisiensi dan resisten insulin. Diabetes Mellitus tipe ini lebih sering terjadi
pada usiadiatas40 tahun, tetapi dapat pula terjadi pada orang dewasa muda dan anak-
anak (Greenstein dan Wood, 2010).

Pada tipe ini, pada awalnya kelainan terletak pada jaringan perifer (resistensi
insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi sel beta pankreas (defek sekresi
insulin) (Tjokroprawiro, 2007).

3. Diabetes Mellitus Gestasional


Intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan. Terapi DM gestasional
bertujuan untuk menurunkan kecacatan dan kematian pada ibu dan janin.
4. Etiologi

Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes
Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-
beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya. Menurut Smeltzer dan Bare
(2001: 1224), penyebab dari diabetes mellitus adalah:
a) Dibetes melitus tipe I

Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas yang
merupakan kombinasi dari beberapa faktor:

1) Faktor genetic
Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi
kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan ditmukannya tipe antigen HLA
(Human Leucolyte antoge) teertentu pada individu tertentu.
2) Faktor imunologi
Pada diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibody terarah
pada sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya jaringan tersebut seolah-olah
sebagai jeringan abnormal
3) Faktor lingkungan
Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor ekternal yang dapat
memicu destruksi sel beta, contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa
virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
b) Diabetas Melitus Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan


sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin dan juga
terspat beberap faktor resiko teetentu yang berhubngan dengan proses terjadinya
diabetea tipe II yaitu:

a) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65 tahun)


b) Obesitas
Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi terhadap
hormon insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak untuk
menyerap insulin. Akibatnya organ pankreas akan dipacu untuk memproduksi
insulin sebanyak-banyaknya sehingga menjadikan organ ini menjadi kelelahan
dan akhirnya rusak.
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik tertentu
5. Patofisiologi

Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin itu sendiri, antara lain: resisten insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin terikat pada reseptor khususdi permukaan sel. Akibat dari
terikatny ainsulin tersebut maka, akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolism glukosa dalam sel tersebut. Resisstensi glukosa pada diabetes mellitus
tipe II ini dapat disertai adanya penurunan reaksi intra sel atau dalam sel. Dengan hal
– hal tersebut insulin menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa oleh jaringan
tersebut. Dalam mengatasai resistensi insulin atau untuk pencegahan terbentuknya
glukosa dalam darah, maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin dalam sel
untuk disekresikan . Pada pasien atau penderita yang toleransi glukosa yang
terganggu, keadaan ini diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan tersebut,
serta kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan dalam angka normal atau sedikit
meningkat. Akan tetapi hal-hal berikut jika sel-sel tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan terhadap insulin maka, kadar glukosa dalam darah akan
otomatis meningkat dan terjadilah Diabetes Melitus Tipe II ini.

Walaupun sudah terjadi adanya gangguan sekresi insulin yang merupakan


cirri khas dari diabetes mellitus tipe II ini, namun masih terdapat insulin dalam sel
yang adekuat untuk mencegah terjadinya pemecahan lemak dan produksi pada badan
keton yang menyertainya. Dan kejadian tersebut disebut ketoadosis diabetikum, akan
tetapi hal initidak terjadi pada penderita diabetes melitus tipe II.
6. Pathway

7. Kompilkasi

Komplikasi Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang


terjadi pada penderita Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain :

a. Komplikasi Akut.
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dari glukosa darah. Hipoglikemik dan ketoadosis diabetik masuk ke dalam
komplikasi akut.
b. Komplikasi kronik.
Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah makrovaskuler dimana
komplikasi ini menyerang pembuluh darah besar, kemudian mikrovaskuler yang
menyerang ke pembuuluh darah kecil bisa menyerang mata (retinopati), dan
ginjal. Komplikasi kronik yang ketiga yaitu neuropati yang mengenai saraf. Dan
yang terakhir menimbulkan gangren.
c. Komplikasi jangka panjang
Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan penyakit
jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan penglihatan (mata
kabur bahkan kebutaan), luka infesi dalam , penyembuhan luka yang jelek.
d. Komplikasi pembedahan
Dalam perawatan pasien post debridement komplikasi dapat terjadi seperti infeksi
jika perawatan luka tidak ditangani dengan prinsip steril.
8. Manifestasi klinis

Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :Pada tahap
awal sering ditemukan :

a) Poliuri (banyak kencing)


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita
mengeluh banyak kencing.
b) Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
c) Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar).
e) Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu
lemak dan protein.
f) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol
dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
9. Pemerikaan Penunjang

Menurut Smelzer dan Bare (2008), adapun pemeriksaan penunjang untuk


penderita diabetes melitus antara lain :

a) Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi keringatnya
(menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).
2) Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah - -pecah , pucat, kering yang tidak
normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa jugaterapa lembek.
3) Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk mencegah terjadinya ulkus
b) Pemeriksaan Vaskuler
1) Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya benda asing,
osteomelietus.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP
(Gula Darah Puasa),
b. Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau tidaknya kandungan
glukosa pada urine tersebut. Biasanya pemeriksaan dilakukan
menggunakan cara Benedict (reduksi). Setelah pemeriksaan selesai hasil
dapat dilihat dari perubahan warna yang ada : hijau (+), kuning (++),
merah (+++), dan merah bata (++++).
c. Pemeriksaan kultur pus Bertujuan untuk mengetahui jenis kuman yang
terdapat pada luka dan untuk observasi dilakukan rencana tindakan
selanjutnya.
d. Pemeriksaan Jantung meliputi EKG sebelum dilakukan tindakan
pembedahan
10. Penatalaksanaan Medis

Untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya penderita setelah


menjalani tindakan operasi debridement yaitu termasuk tindakan perawatan dalam
jangka panjang.

a. Medis

Menurut Sugondo (2009 ) penatalaksaan penyakit diabetes mellitus secara


medis sebagai berikut :

1) Obat hiperglikemik Oral

2) Insulin

a) Ada penurunan BB dengan drastis

b) Hiperglikemi berat

c) Munculnya ketoadosis diabetikum

d) Gangguan pada organ ginjal atau hati.

3) Pembedahan

Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang bertujuan untuk
mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih sehat, tindakannya antara
lain :

a) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus diabetikum.

b) Neucrotomi

c) Amputasi

b. Keperawatan

Menurut Sugondo (2009), dalam penatalaksaan medis secara keperawatan


yaitu :

a) Diet
Diet harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa.
b) Latihan
Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan – jalan sore,
senam diabetik untuk mencegah adanya ulkus.
c) Pemantauan
Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara mandiri dan
optimal.
d) Terapi insulin
Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali sesudah makan dan
pada malamhari.
e) Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi bagi penderita ulkus
dm supaya penderita mampu mengetahui tanda gejala komplikasi pada dirinya
dan mampu menghindarinya.
f) Nutrisi
Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka debridement, karena
asupan nutrisi yang cukup mampu mengontrol energy yang dikeluarkan.
g) Stress Mekanik
Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya adalah seperti bedrest,
dimana semua pasin beraktifitas di tempat tidur jika diperlukan. Dan setiap hari
tumit kaki harus selalu dilakukan pemeriksaan dan perawatan (medikasi) untuk
mengetahui perkembangan luka dan mencegah infeksi luka setelah dilakukan
operasi debridement tersebut. (Smelzer & Bare, 2005)
h) Tindakan pembedahan
Fase pembedahan menurut Wagner ada dua klasifikasi antara lain :
 Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak dilakukan atau tidak ada.
 Derajad I – IV : dilakukan bedah minor serta pengelolaan medis, dan
dilakukan perawatan dalam jangka panjang sampai dengan luka terkontrol
dengan baik. (Smelzer & Bare, 2005)

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah komponen
utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data, mengorganisasikan
data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data antara lain meliputi :

a. Biodata

1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,


agama, suku, alamat,status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose
medis)
2) Identitas penanggung jawab (nama,umur,pekerjaan, alamat, hubungan dengan
pasien)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama, biasanya keluhan utama yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian. Pada pasien post debridement ulkus kaki diabetik yaitu nyeri 5 –
6 (skala 0 - 10)
2) Riwayat kesehatan sekarang Data diambil saat pengkajian berisi tentang
perjalanan penyakit pasien dari sebelum dibawa ke IGD sampai dengan
mendapatkan perawatan di bangsal.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh pasien tersebut,
seperti pernah menjalani operasi berapa kali, dan dirawat di RS berapa kali.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga, adakah anggota keluarga dari pasien yang
menderita penyakit Diabetes Mellitus karena DM ini termasuk penyakit yang
menurun.
c. Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi sebelumnya,persepsi pasien
dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan bagi anggota keluarganya.
2) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari, jumlah
makanan dan minuman yang dikonsumsi, jeni makanan dan minuman, waktu
berapa kali sehari, nafsu makan menurun / tidak, jenis makanan yang disukai,
penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama sakit,
mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa kali sehari, konstipasi, beser.
4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul keringat dingin,
kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas setelah aktifitas, kemampuan
pasien dalam aktivitas secara mandiri.
5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang, gangguan
selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.
6) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan mengetahui
tentang penyakitnya
7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri atau perasaan
tidak percaya diri karena sakitnya.
8) Pola reproduksi dan seksual
9) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap penyakitnya,
kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.
10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis, interaksi , komunikasi,
car berkomunikasi
11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan beribadah selama
sakit, ketaatan dalam berdo’a dan beribadah.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum
Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri akibat
pembedahanskala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan rembes pada balutan.
Tanda-tanda vital pasien (peningkatan suhu, takikardi), kelemahan akibat sisa
reaksi obat anestesi.
2) Sistem pernapasan
Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada pasien post
pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu akibat pengaruh obat
anesthesia yang diberikan di ruang bedah dan pasien diposisikan semi fowler
untuk mengurangi atau menghilangkan sesak napas.
3) Sistem kardiovaskuler
Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi pada permukaan jantung, tekanan darah dan nadi meningkat.
4) Sistem pencernaan
Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat sisa bius,
setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang nafsu makan, bising
usus, berat badan.
5) Sistem musculoskeletal
Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada sistem ini karena
pada bagian kaki biasannya jika sudah mencapai stadium 3 – 4 dapat
menyerang sampai otot. Dan adanya penurunan aktivitas pada bagian kaki
yang terkena ulkus karena nyeri post pembedahan.
6) Sistem intregumen
Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan output yang tidak
seimbang. Pada luka post debridement kulit dikelupas untuk membuka
jaringan mati yang tersembunyi di bawah kulit tersebut.
e. Analisis Data
f. Klasifikasi Data

2. Diagnosa keperawatan
a) Nyeri Akut, berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, aktivitas
fisik yang berlebihan), yang di tandai dengan:
 Data Subjektif ( klien mengeluh nyeri)
 Data Objektif ( tampak meringis, bersikap proktetif misalnya waspada
posisi menghindari nyeri, gelisa, frekuensi nadi meningkat dan susah
tidur).
Definisi: Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan keusakan jaringan actual atau fungsional, dengan omset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
b) Perfusi Perifer Tidak Efektif, berhubungn dengan hiperglikemia yang ditandai
dengan:
 Data Subjektif (parastesia,nyeri eksternitas).
 Data objektif (adanya edema,penyembuhan luka lambat,indeks,ankle-
brakial <0,90,bruit femoralis).

Definisi: Perfusi Perifer adalah penurunan sirkulasi darah pada level kapiler
yang dapat mengganggu metabolism tubuh.

c) Deficit Nutrisi, berhubungan kurangnya asupan makanan dan peningkatan


kebutuhan metabolisme yang ditandai dengan:
 Data Objektif (bearat badan menurun minimal 10% dibawah rentang
ideal.
Definisi deficit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnose Luaran/kriteria hasil Intervensi

1. Nyeri 1.Tingkat Nyeri 1. Manajemen Nyeri


akut a. Keluhan nyeri  Observasi
menurun (5) a. Identifikasi
b. Wajah meringis lokasi,karateristik,dura
menurun (5) si,frekuensi,kualitas
c. Sikap protektif intensitas nyeri
menurun (5) b. Identifikasi skala nyeri
d. Gelisah menurun c. Identifikasi non verbal
(5) d. Identifikasi faktor yang
2. Kontrol Nyeri memperberat dan
a. Melaporkan nyeri memperingan nyeri
terkontrol e. Identifikasi
meningkat (5) pengetahuan dan
b. Kemampuan keyakinan tentang
mengenali onset nyeri
nyeri meningkat (5) f. Identifikasi pengaruh
c. Kemampuan budaya Terhadap
mengenali respon nyeri
penyebab nyeri  Terapiutik
meningkat (5) a. Berikan tehnik non
d. Kemampuan farmakologis untuk
menggunakan mengurangi rasa nyeri
teknik misalnya
nonfarmakologis TENS,hypnosis,
meningkat (5) akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat
b. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
misalnya suhu ruangan,
pengcahyaan,
kebisingan,
c. Fasilitasi istrahat tidur
d. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredahkan nyeri
 Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
c. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgesic secara tepat
e. Anjurkan tehnik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
a. kolaborasi pemberian
analgesic
2. Pemberian Anagelsik
 Observasi
a. Identifikasi riwayat
alergi obat
b. Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik
c. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic
d. Monitor efektifitas
analgesik
 Terapiutik
a. Diskusikan jenis
analgesic yang disukai
untuk mencapai
analgesic optimal
b. Tetapakan target
efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan
respon pasien
 Edukasi
a. Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
 Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesic
sesuai indikasi
2. Perfusi 1. Perfusi perifer 1. Perawatan Sirkulasi
perifer a. Denyut nadi  Observasi)
tidak perifer a. Periksa sirkulasi perifer
efektif meningkat (5) mis. Nadi perifer,
b. Nyeri edema, pengisian
ekstremitas kapiler, warna, suhu,
menurun (5) ankle-brackhial indeks
2. Mobilitas fisik b. Identifikasi faktor resiko
a. Pergerakan gangguan sirkulasi mis.
ekstremitas Diabetes, perokok,
meningkat (5) orang tua, hipertensi,
b. Nyeri menurun dan kadar kolestrol
(5) tinggi.
c. Kelemahan fisik c. Monitor panas
menurun (5) kemerahan, nyeri,
bengkak pada
ekstermitas
 Terapiutik
a. Hindari pemasangan
inpus atau pengambilan
darah dia area
keterbatasan perfusi
b. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
eksternitas dengan
keterbatasan perfusi
c. Hindari penekanan dan
pemasangan tourniket
pada area yang cedera
d. Lakukan pencegahan
infeksi
e. Lakukan perawatan kaki
dan kuku
 Edukasi
a. Anjurkan berhenti
merokok
b. Anjurkan berolahraga
rutin
c. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
2. Manajemen Sensasi Perifer
 Observasi
a. Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
b. Identifikasi penggunaan
alat pengikat, prosthesis,
sepatu,dan pakayan
c. Periksa perbedaan
sensasi panas atau
dingin
d. Monitor perubahan kulit
e. Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena
 Terapiutik
a. Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan
suhunya(terlalu panas
atau dingin)
 Edukasi)
a. Anjurkan penggunan
termoter untuk menguji
suhu air
b. Anjurkan penggunaan
sarung tangan saat
memasak
 Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
analgesic jika perlu
b. Kolaborsi pemberian
kortikosteroit jika perlu
3. Defisit 1. Status Nutrisi 1. Manajemen nutisi
nutrisi a. Porsi makan  Observasi
yang dihabiskan a. Identifikasi status nutrisi
meningkat (5) b. Identifikasi alergi dan
b. Pengetahuan intoleran makanan
tentang pilihan c. Identifikasi kebutuhan
makanan yang kalori dan jenis nutrient
sehat meningkat d. Monitor asupan
(5) makanan
c. Berat badan e. Monitor berat badan
membaik (5) f. Monitor hasil
d. Frekuensi pemeriksaan
makan membaik laboratorium
(5)  Terapiutik
2. a. Fasilitas menentuka
pedoman diet (mis,
piramida makanan)
b. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
c. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
 Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk
jika mampu
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan
 Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. pereda
nyeri, antiemetic), jika
perlu
b. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
2. Manajemen hiperglikemia
 Observasi
a. Identifikasi
kemungkinan penyebab
hiperglikemia
b. Identifikasi situasi yang
menyebabkan kebutuhan
insulin meningkat (mis.
penyakit kambuhan)
c. Monitor kadar glukosa
darah
d. Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia (mis.
polluria, polydipsia,
polifagia, kelemahan,
malaise, pandangan
kabur, sakit kepala)
 Terapiutik
a. Konsultasi dengan
medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
b. Fasilitasi ambulasi jika
ada hipotensi ortostatik
 Edukasi
a. Wbb Anjurkan monitor
kadar gula darah secara
mandiri
b. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
c. Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.
penggunaan insulin, obat
oral ,monitor asupan
cairan, penggantian
karbohidrat dan bantuan
profesionalkesehatan)
 Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu

3. Implementasi
Implementasi merupakan pengaplikasian tindakan dari intervensi keperawatan.
4. Evaluasi

D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia dan kelainan (abnormalitas) dalam metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Gangguan metabolik ini disebabkan oleh adanya kerusakan
sekresi insulin, sensitivitas insulin, atau keduanya. Diabetes Mellitus dapat
digolongkan menjadi Diabetes Mellitus tipe 1, Diabetes Mellitus tipe 2, dan Diabetes
Gestasional. Pengobatan Diabetes Mellitus bertujuan untuk menghilangkan gejala
dan tanda Diabetes Mellitus, tercapainya pengendalian kadar glukosa dalam darah
dan mencegah terjadinya progresivitas penyulit seperti mikroangiopati dan neuropati.
2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
makalah yang telah penulis buat
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes. 2005.


Pharmaceutical Care untuk Diabetes Mellitus. Jakarta.

Dr. Rubby, Billous.2008.Bimbingan Dokter pada Diabetes.Jakarta: Dian Rakyat.

Long, C. Barbara, (1996), Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan


Padjajaran Bandung.
Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, (1995), Patofisiologi, Edisi IV, EGC.
Jakarta.
Tjokronegoro, Arjatmo, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,(1999), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai