Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN PERAWATAN LUKA KRONIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Wound Care
Dosen Pengampu: Islaeli, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Di Susun Oleh:
Kelompok IV
Fenty Fatmayani P201902048
Iin Lestari P201902041
Isakus Jonathan P201902049
Baso Maulana P201902050
Andi Muhamad I. P201902044
Eka Melinda P201902039
Robin Asmara P201902043
Waode Rusfitrianti P201902046
Kadek Sunada P201902045
Ila Fitriani Basri P201902047
Muhaimin M. P201902042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
MANAJEMEN PERAWATAN LUKA KRONIS

A. Konsep Dasar Luka Kronis


1. Definisi
luka kronis didefinisikan sebagai luka yang belum sembuh setelah 3
bulan. Sering disebabkan oleh luka bakar luas, gangguan sirkulasi, tekanan
yang berlangsung lama (pressure ulcers/ ulkus dekubitus), ulkus diabetik
dan keganasan. Waktu penyembuhan cenderung lebih lama, risiko
terinfeksi lebih besar. Semua jenis luka berpotensi menjadi kronis jika
pemilihan regimen terapi tidak adekuat (Ariningrum & Jarot, 2018).
Luka kronis juga sering disebut kegagalan dalam penyembuhan luka.
Penyebab luka kronis biasanya akibat ulkus, luka gesekan, sekresi dan
tekan. Contoh luka kronis adalah luka diabetes militus ,luka kanker, dan
luka tekan, ulkus pada pembuluh darah vena, ulkus pada pembuluh arteri
(iskemia), luka abses dan luka infeksi. Luka kronis umumnya sembuh atau
menutup dengan tipe penyembuhan sekunder. Akan tetapi , tidak semua
luka dengan tipe penyembuhan sekunder disebut luka kronis, misalnya
luka bakar dengan deep full-thickness yang terjadi dua hari yang lalu
disebut luka dengan tipe penyembuhan sekunder (Arisanty, 2013).
2. Jenis Luka Kronis
a. Luka Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetes adalah suatu luka terbuka pada lapisan kulit
sampai ke dalam dermis, yang biasanya terjadi di telapak kaki.(Hariani
& David, 2015). Ulkus diabetik merupakan suatu komplikasi yang
umum bagi pasien dengan diabetes melitus.
b. Luka Kanker
Luka kanker merupakan luka kronik yang berhubungan dengan
kanker stadium lanjut. Hoplamazian 2006 dalam Yani 2017,
menyebutkan definisi luka kanker sebagai kerusakan integritas kulit
yang disebabkan infiltrasi sel kanker.
1) Luka Kanker Payudara
2) Luka Melanoma Maligna

B. Manajemen Luka Kronis


Menurut Ariningrum & Jarot tahun 2018, jenis luka kronis dan prinsip
manajemennya sebagai berikut.
1. Ulkus Tekan (Pressure Ulcer, Pressure Sore, Decubitus Ulcer)
Adalah ulkus yang biasanya berlokasi di area tonjolan tulang,
disebabkan oleh gaya eksternal berupa gesekan atau tekanan.
Faktor predisposisi : malnutrisi, kelembaban, imobilisasi,inkontinensia,
usia tua, gangguan mental, diabetes, neuropati, penyakit vaskuler perifer,
penyakit kronis lain.
Predileksi : penonjolan-penojolan tulang (bony prominence),
misalnya daerah sacral, tumit, skapula dll.
Prinsip manajemen :
 Deteksi awal : berikan tekanan ringan selama 10 detik dengan
ujung jari telunjuk di area yang dicurigai – lepaskan – jika area
tersebut memutih dan kembali ke warna semula, berarti area
tersebut masih mempunyai vaskularisasi yang adekuat.
 Jika setelah tekanan dilepas, warna kulit tidak segera kembali ke
warna semula (nonblanching erythema), menunjukkan
vaskularisasi tidak adekuat dan berisiko tinggi berkembang
menjadi dekubitus.
 Jika secara visual tampak perubahan warna kulit, kemerahan/
keunguan/ kehitaman, teraba hangat dan oedema atau indurasi,
menunjukkan sudah terjadi kerusakan jaringan yang akan
berkembang menjadi ulkus.
 Ulkus tipe I : kerusakan superficial, ditandai dengannon blanching
erythema, kerusakan epidermis dan sebagian dermis.
 Ulkus tipe II : melibatkan jaringan subkutan atau struktur di
bawahnya (fascia, tendo, otot, tulang).
 Ulkus sakral tipe I :
- Faktor predisposisi adalah kelembaban tinggi dan iritasi.
Biasanya pada pasien dengan inkontinensia.
- Patogenesis : kelembaban tinggi meningkatkan koefisien
gesekan di permukaan kulit; reaksi kimia dari enzim-enzim
dalam material inkontinensia (urine et alvi) mengakibatkan
rusaknya epidermis.
- Penatalaksanaan : Mengatasi problem inkontinensia. Menjaga
hygiene dan mengurangi tingkat kelembaban : pemakaian
diaper pad, sabun yang tidak iritatif, aplikasi krim atau hidrogel
sebagai barier kulit. Memperbaiki kondisi fisik untuk
mendukung penyembuhan luka : nutrisi, hidrasi, mobilisasi.
 Ulkus sakral tipe II :
- Penatalaksanaan : Debridement luka, meski setelah
debridement akan terbentuk ruangan yang dalam dan luka yang
menggaung (undermining). Alas duduk atau kasur anti
dekubitus, mobilisasi & mengubah posisi pasien setiap 2 jam.
Perbaikan nutrisi.
 Ulkus kalkaneus tipe I :
- Daerah kalkaneus merupakan area yang sempit dan hanya
mempunyai lapisan lemak subkutan yang tipis yang menutupi
os calcaneus.
- Faktor predisposisi : tekanan kronis.
- Patogenesis : tekanan kronis yang terpusat di area yang sempit
mengakibatkan rusaknya epidermis dengan pembentukan bula.
- Penatalaksanaan : De-roofing bula secara aseptik. Aplikasi
krim atau salep untuk mengurangi koefisien gesekan.
Penggunaan heel protector.
 Ulkus kalkaneus tipe II :
- Penatalaksanaan : Debridement luka. Setelah debridement, os
calcaneus mungkin akan terpapar. Tebal balutan seharusnya
minimal supaya tidak mengganggu mobilitas pasien. Balutan
oklusif (occlusive dressing) akan mengurangi nyeri meski tidak
dapat menghilangkannya sama sekali, sehingga saat rehabilitasi
dan mobilisasi sering harus diberikan analgetika. Penggunaan
heel protector.
2. Ulkus Di Kaki
 Ulkus kaki kronis didefinisikan sebagai luka terbuka pada ekstremitas
inferior di antara lutut dan tumit, tidak sembuh dalam 4 minggu.
 Penyebab : penyakit vaskuler, infeksi, tekanan, keganasan, penyakit
jaringan ikat, penyakit metabolik, obat-obatan, gigitan serangga,
trauma dan penyakit autoimun.
 Ulkus Venosa :
- Patogenesis : gangguan drainase vena akibat tingginya tekanan
hidrostatis.
- Predileksi : di atas maleolus medialis dan maleolus lateralis.
- Pada inspeksi : Ulkus cenderung dangkal tanpa batas ulkus
(punched out). Lipodermatosclerosis: deposisi jaringan ikat
secara progresif di dalam dermis dan lemak subkutan
mengakibatkan indurasi yang keras dengan perubahan warna
kaki bagian bawah menjadi kecoklatan. Atrofi kulit yang
tampak sebagai area berwarna putih dengan kulit yang lebih
tipis. Eczema atau dermatitis stasis.
- Penatalaksanaan : balutan non-adheren sederhana dengan
kompresi menggunakan beberapa lapis perban elastis.
 Ulkus arterial
- Jarang, tapi bila terdapat insufisiensi arterial, akan mengganggu
penyembuhan luka. I
- Faktor risiko : merokok, hiperlipidemia, diabetes, hipertensi,
obesitas, usia lanjut, trauma, sickle cell disease, dan penyakit
kardiovaskuler.
- Inspeksi : Jika pasien berbaring mendatar di tempat tidur kaki
terlihat pucat, mengindikasikan iskemia. Pada beberapa kasus,
kulit dapat terlihat kemerahan atau kebiruan sianotik karena
gangguan perfusi akibat stagnasi darah di dalam arteriole yang
mengalami dilatasi. Predileksi : Ulkus arterial sering terjadi di
dorsum pedis, ventral ibu jari, di atas maleolus dan di bawah
tumit.
 Kombinasi ulkus venosus dan ulkus arterial.
Ulkus arterial dan Kombinasi ulkus venosus dan ulkus arterial harus
dirujuk ke spesialis yang kompeten.

3. Ulkus Diabetikum
 Penderita diabetes mempunyai problem neuropati dan angiopati
(arterial dan venosa).
 Diabetes tipe II mempunyai risiko 3-5 kali lebih tinggi untuk
terjadinya penyakit arteri perifer dibandingkan non-diabetes. Pada
pasien dengan penyakit arteri perifer dan diabetes, risiko terjadinya
infark miokardium dan stroke lebih tinggi, dan kejadian amputasi
meningkat hampir 7 kali lipat.
 Hilangnya sensasi meningkatkan risiko trauma di kaki yang tidak
disadari, berkembang menjadi ulkus dan terinfeksi.
 Predileksi : kaki, terutama pada area tonjolan tulang dan tempat-tempat
yang sering terkena tekanan, gesekan atau trauma.
 Manajemen ulkus diabetikum cukup kompleks dengan angka amputasi
cukup tinggi, sehingga manajemen ulkus diabetikum harus dirujuk ke
spesialis yang terkait.
Kesimpulan

1. Dalam melakukan manajemen luka, sangat penting untuk memahami faktor-


faktor yang menghambat dan mempercepat penyembuhan luka.
2. Perhatikan status kesehatan umum dan adanya penyakit-penyakit tertentu pada
pasien yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
3. Lakukan identifikasi penyebab luka, jenis luka, tahapan penyembuhan luka,
keadaan dasar luka dan jaringan di sekitar luka.
4. Diperlukan penilaian luka secara menyeluruh meliputi penilaian terhadap
faktor predisposisi, faktor prognosis dan penampilan luka.
5. Dokumentasikan hasil penilaian luka secara sistematis.
6. Manajemen luka berbeda untuk tiap jenis luka dan tahapan penyembuhan
luka. Lakukan penilaian kembali (re-assessment) secara periodik untuk
menyesuaikan penatalaksanaan yang akan diberikan.
7. Sangat penting untuk menyadari batas kemampuan diri dan sumber daya yang
tersedia. Dokter harus dapat mengidentifikasi indikasi rujukan dan melakukan
rujukan pasien ke spesialis yang kompeten pada saat yang tepat untuk
mencegah perburukan luka yang berakibat fatal (kecacatan, infeksi meluas,
septicemia dan kematian).
Daftar Pustaka

Ariningrum & Jarot. 2018. Laboratorium Keterampilan Klinis : Buku Pedoman


Keterampilan Klinis Manajemen Luka Untuk Semester 7. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Arianty, I. P. 2013. Manajemen Perawatan Luka : Konsep Dasar. Jakarta : EGC

Hariani, Lydya & david Perdanakusuma. 2015. Perawatan Ulkus diabetes. Media
jurnal Rekonstruksi & Estetik, Volume : 1- No 1 Terbit : 07-2012

Yani, N. Indah. 2017. Uji Instrument Time Modifikasi Bates-Jensen Metode


Checklist Di RSUD. Fakultas Ilmu Kesehatan : UMP 2017, 1-14

Anda mungkin juga menyukai