Anda di halaman 1dari 7

A.

Definisi
Luka merupakan suatu bentuk kerusakan jaringan pada kulit yang disebabkan
kontak dengan sumber panas (seperti bahan kimia, air panas, api, radiasi, dan listrik),
hasil tindakan medis, maupun perubahan kondisi fisiologis. Luka menyebabkan
gangguan pada fungsi dan struktur anatomi tubuh. , Berdasarkan waktu dan proses
penyembuhannya, luka dapat diklasifikasikan menjadi luka akut dan kronik. Luka akut
merupakan cedera jaringan yang dapat pulih kembali seperti keadaan normal dengan
bekas luka yang minimal dalam rentang waktu 8-12 minggu. Penyebab utama dari luka
akut adalah cedera mekanikal karena faktor eksternal, dimana terjadi kontak antara kulit
dengan permukaan yang keras atau tajam, luka tembak, dan luka pasca operasi,
sedangkan luka kronik merupakan luka dengan proses pemulihan yang lambat, dengan
waktu penyembuhan lebih dari 12 minggu dan terkadang dapat menyebabkan kecacatan.
Ketika terjadi luka yang bersifat kronik, neutrofil dilepaskan dan secara signifikan
meningkatkan ezim kolagenase yang bertnggung jawab terhadap destruksi dari matriks
penghubung jaringan. Salah satu penyebab terjadinya luka kronik adalah kegagalan
pemulihan karena kondisi fisiologis (seperti diabetes melitus (DM) dan kanker), infeksi
terus-menerus, dan rendahnya tindakan pengobatan yang diberikan.
B. Etiologi/patofisiologi/faktor risiko
Faktor Risiko: usia penderita, berat badan, jenis pekerjaan, penderita gizi buruk,
mempunyai higiene yang buruk, penyakit penyerta yang bisa menimbulkan kerusakan
pembuluh darah.
Neuropati perifer merupakan penyebab ulserasi yang susah dikontrol pada kaki
penderita DM. Hilangnya sensasi mengakibatkan hilangnya nyeri dan dapat disertai oleh
kerusakan kulit baik karena trauma maupun tekanan sandal dan sepatu yang sempit yang
dipakai penderita sehingga dapat berkembang menjadi lesi dan infeksi.7 Orang yang
menderita DM ≥ 5 tahun berkemungkinan hampir dua kali untuk menderita ulkus
dibandingkan dengan orang yang menderita DM kurang dari 5 tahun. Semakin lama
seseorang menderita DM maka semakin besar peluang untuk menderita hiperglikemia
kronik yang pada akhirnya akan menyebabkan komplikasi DM berupa retinopati,
nefropati, PJK, dan ulkus diabetikum.9 Meskipun gambaran klinis DM tipe 1 dan tipe 2
memiliki perbedaan, misalnya pada DM tipe 1 dapat mengancam hidup penderitanya,
memiliki gejala yang berat dan membutuhkan insulin namun pada DM tipe 2 sedikit
memberi gejala bahkan diabaikan oleh pasien. Namun komplikasi diantara keduanya
sama untuk menimbulkan kelainan profil lipid dalam darah yang dapat memicu penyakit
kardio vaskular, nefropati dan hipertensi. Selain itu juga ditemukan komplikasi lain
berupa, retinopati dan neuropati.
Luka yang timbul secara spontan maupun karena trauma dapat menyebabkan luka
terbuka yang mampu menghasilkan gas gangren berakibat terjadinya osteomielitis.
Gangren kaki merupakan penyebab utama dilakukan amputasi kaki kaki nontraumatik.7
Penderita DM sangat rentan mengalami amputasi disebabkan kondisi penyakit yang
kronik dan risiko komplikasi yang lebih besar.
C. Tanda dan Gejala
Pasien datang dengan luka pada tungkai bawah. Luka bisa disertai dengan nyeri atau
tanpa nyeri. Terdapat penyakit penyerta lainnya yang mendukung kerusakan pembuluh
darah dan jaringan saraf perifer. Anamnesa:
1. Dapat ditanyakan kapan luka pertama kali terjadi. Apakah pernah mengalami hal yang
sama di daerah yang lain.
2. Perlu diketahui apakah pernah mengalami fraktur tungkai atau kaki. Pada tungkai perlu
diperhatikan apakah ada vena tungkai superfisial yang menonjol dengan tanda
inkompetensi katup.
3. Perlu diketahui apakah penderita mempunyai indikator adanya penyakit yang dapat
memperberat kerusakan pada pembuluh darah.
D. Diagnosis dan Diagnosis Banding
1. Tukak varikosum
Biasa pada tungkai bawah dan betis. Terdapat ulkus di kelilingi eritema dan
hiperpigmentasi. Ulkus soliter dan bisa multipel. Pada umumnya tidak terasa nyeri,
namun dengan adanya selulitis dan infeksi sekunder, nyeri akan terasa lebih hebat.
2. Tukak arteriosum
Biasa pada tungkai bawah. Ulkus yang timbul berbentuk plong (punched out) adalah
ciri khas ulkus ini. Nyeri yang terutama muncul pada malam hari juga ciri penting
lainnya. Tepi ulkus yang jelas dan kotor. Bagian distal terasa dingin dibandingkan
bagian proksimal atau kaki yang sehat.
3. Tukak diabetik
Evaluasi penderita diabetes dengan luka pada kaki terbagi tiga, yakni: 1. Keadaan
umum secara keseluruhan (misalnya: fungsi kognitif, metabolik, status hidrasi, dll); 2.
Ekstremitas atau kaki yang terluka (misalnya: adanya neuropati atau insufisiensi
vaskuler); dan 3. Daerah luka yang terinfeksi.
Diagnosis klinis dapat ditegakkan dengan ditemukannya minimal 2 tanda lokal
inflamasi, yaitu eritema, kalor, nyeri, edema, dan sekret purulen. Tanda lain (sekunder)
infeksi meliputi adanya jaringan nekrosis, granulasi, sekret non-purulen, bau busuk,
atau luka yang gagal sembuh dengan perawatan adekuat. Tanda-tanda ini berguna jika
tanda lokal ataupun sistemik tidak ditemukan akibat neuropati perifer atau iskemi.
Semua luka harus diteliti melalui inspeksi, palpasi, dan pemeriksaan lainnya baik saat
awal maupun follow up (Gambar 1). Berbagai pemeriksaan pencitraan dan
laboratorium berguna untuk menilai derajat infeksi.
Pemeriksaan laju endap darah (LED) terbukti berguna mendukung diagnosis.
Peningkatan kadar LED yang tinggi (LED > 70 mm/jam) menunjukkan kemungkinan
osteomielitis yang menyertai infeksi kaki diabetik. Peningkatan kadar C-Reactive
Protein, prokalsitonin, dan jumlah leukosit dapat menentukan derajat infeksi sistemik.
Foto polos juga merupakan modaitas unutk menenutkan derajat atau luas tukak
diabetik. Pemeriksaan ini untuk menilai adanya osteomielitis atau tidak. Pemeriksaan
bilogi juga dilakukan unruk mengidentifikasi patogen serta menentukan antibiotik yang
paling sesuai untuk tatalaksana definitid.
4. Tukak dekubitus
Anamnesis lengkap dilakukan baik autoanamnesis atau aloanamnesis, terutama
sehubungan untuk mencari faktor faktor resiko (primer dan skunder ) misalnya lama
terjadi imobilisasi, komorbid penyakit (DM, stroke , penyakit pembuluh darah perifer,
penurunan fungsi perifer, penurunan fungsi kognitif ) dan riwayat ulkus decubitus
sebelumnya. Pemeriksaan fisik pada kulit dilakukan dengan teliti, terutama pada daerah
predileksi (bagian yang menonjol) terjadi decubitus (sacrum, tumit, belikat,
siku).Inspeksi pada kulit melihat adanya daerah yang eritem/lesi, luka lecet, luka
dalam.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Urinalisa
3. Pemeriksaan kadar gula dan kolesterol
4. Biakan kuman
F. Tatalaksana
1. Non medikamentosa
a. Perbaiki keadaan gizi dengan makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi,
serta vitamin dan mineral.
b. Hindari suhu yang dingin
c. Hindari rokok
d. Menjaga berat badan
e. Jangan berdiri terlalu lama dalam melakukan pekerjaan.
2. Medikamentosa
Pengobatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan tipe dari ulkus tersebut.
a. Pada ulkus varikosum lakukan terapi dengan meninggikan letak tungkai saat
berbaring untuk mengurangi hambatan aliran pada vena, sementara untuk varises
yang terletak di proksimal dari ulkus diberi bebat elastin agar dapat membantu kerja
otot tungkai bawah memompa darah ke jantung.
- Terapi sistemik : seng sulfat 2x200 mg/hari
- Terapi topikal : Kompres Permanganas Kalikus 1:5000 atau larutan perak nitrat
0,5% atau 0,25%.
b. Pada ulkus arteriosum, pengobatan untuk penyebabnya dilakukan konsul ke bagian
bedah.
- Terapi sistemik : Jika terdapat infeksi dapat di berikan antibotik. Untuk kuman
anaerob diberikan metronidazol. Pemberian analgetik dapat diberikan untuk
mengurangi nyeri.
- Terapi topikal : Permanganas Kalikus 1:5000, Benzoin peroksida 10% - 20%
untuk merangsang granulasi, baktersidal, dan melepaskan oksigen ke dalam
jaringan. Penggunaan vasilen boleh diberikan di sekitar ulkus yang tidak terkena
iritasi. Seng oksida akan membantu absorbsi eksudat dan bakteri.
c. Ulkus diabetik
1) Penanganan iskemik
Perfusi arteri merupakan hal penting dalam proses penyembuhan dan harus
dinilai awal pada pasien UKD. Penilaian kompetensi vaskular pedis pada UKD
seringkali memerlukan bantuan pemeriksaan penunjang seperti MRI angiogram,
doppler maupun angiografi. Pemeriksaan sederhana seperti perabaan pulsasi
arteri poplitea, tibialis posterior dan dorsalis pedis dapat dilakukan pada kasus
UKD kecil yang tidak disertai edema ataupun selulitis yang luas. Ulkus atau
gangren kaki tidak akan sembuh bahkan dapat menyerang tempat lain di
kemudian hari bila penyempitan pembuluh darah kaki tidak diatasi.
Bila pemeriksaan kompetensi vaskular menunjukkan adanya penyumbatan,
bedah vaskular rekonstruktif dapat meningkatkan prognosis dan selayaknya
diperlukan sebelum dilakukan debridemen luas atau amputasi parsial. Beberapa
tindakan bedah vaskular yang dapat dilakukan antara lain angioplasti
transluminal perkutaneus (ATP), tromboarterektomi dan bedah pintas terbuka (by
pass).
2) Debridement
Debridemen merupakan upaya untuk membersihkan semua jaringan nekrotik,
karena luka tidak akan sembuh bila masih terdapat jaringan nonviable, debris dan
fistula. Tindakan debridemen juga dapat menghilangkan koloni bakteri pada luka.
Saat ini terdapat beberapa jenis debridemen yaitu autolitik, enzimatik, mekanik,
biologik dan tajam.
Debridemen dilakukan terhadap semua jaringan lunak dan tulang yang
nonviable. Tujuan debridemen yaitu untuk mengevakuasi jaringan yang
terkontaminasi bakteri, mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat
mempercepat penyembuhan, menghilangkan jaringan kalus serta mengurangi
risiko infeksi lokal.Debridemen yang teratur dan dilakukan secara terjadwal akan
memelihara ulkus tetap bersih dan merangsang terbentuknya jaringan granulasi
sehat sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan ulkus.
3) Perawatan luka
Prinsip perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound healing
atau menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab. Bila ulkus
memroduksi sekret banyak maka untuk pembalut (dressing) digunakan yang
bersifat absorben. Sebaliknya bila ulkus kering maka digunakan pembalut yang
mampu melembabkan ulkus. Bila ulkus cukup lembab, maka dipilih pembalut
ulkus yang dapat mempertahankan kelembaban.
Disamping bertujuan untuk menjaga kelembaban, penggunaan pembalut juga
selayaknya mempertimbangkan ukuran, kedalaman dan lokasi ulkus. Untuk
pembalut ulkus dapat digunakan pembalut konvensional yaitu kasa steril yang
dilembabkan dengan NaCl 0,9% maupun pembalut modern yang tersedia saat ini.
Beberapa jenis pembalut modern yang sering dipakai dalam perawatan luka,
seperti: hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate, foam dan sebagainya.
Pemilihan pembalut yang akan digunakan hendaknya senantiasa
mempertimbangkan cost effective dan kemampuan ekonomi pasien.
4) Ulkus dekubitus
Pendekatan sistematik merupakan hal penting dalam penatalaksanaan pasien
dengan ulkus dekubitus.Faktor nutrisi dan hidrasi secara khusus harus
diperhatikan dan ditangani dengan baik.Asupan nutrisi yang adekuat harus
disediakan untuk mencegah malnutrisi, dan defisiensi harus dikoreksi. Pada
pasien malnutrisi yang mengalami ulkus dekubitus, protein yang diberikan
setidaknya 1,25 sampai 1,5 g/kgBB/hari untuk mencapai keseimbangan nitrogen
yang positif. Kebutuhan akan mineral dan vitamin juga harus diperhatikan.
G. Edukasi
1. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal
2. Edukasi perawatan luka
3. Menghindaritraumaberulang,traumadapatberupafisik,kimiadan panas yang biasanya
berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.
4. Menghentikan kebiasaan merokok.
5. Merawat luka secara teratur setiap hari, dengan cara :
- Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.
- Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air mengeringkan dengan
sempurna dan hati-hati terutama diantara jari-jari kaki.
- Memakai krim kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang retak-retak.
Tidak memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kering dan retak-retak.
- Menggunting kuku, lebih mudah dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.
- Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.
- Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.
DAFTAR PUSTAKA

Hutagalung, M., Eljatin, D., Sarie, V., Sianturi, G., Santika, G. 2019. Diabetic Foot Infection
(Infeksi Kaki Diabetik): Diagnosis dan Tatalaksana. Cermin Dunia Kedokteran.
46(6):414-8.

Kartika, R. 2015. Perawatan luka kronis dengan modern dressing. Cermin Dunia Kedokteran.
42(7):546-50.

Langi, Y. 2011. Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu. Jurnal Biomedik:
JBM.3(2).

Mamoto, N. dan Gessal, J. 2018. Rehabilitasi Medik Pada Pasien Geriatri Ulkus Decubitus.
Jurnal Medik Dan Rehabilitasi. 17:(1).

Zainuddin, A., Faqih, D., Trisna, D.V., Waluyo, D., Ekayanti, F., Herqutanto. 2014. Panduan
Praktis Klinis Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta : IDI.

Anda mungkin juga menyukai