I. KASUS
Kasus diambil dari Bed Site Teaching Yun Khaeriyah tentang “Ulkus Manus Diabetik” pada
penderita diabetes mellitus tipe II non-obes dengan ikhtisar pasien sebagai berikut:
Pasien datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan bengkak pada telapak tangan sebelah
kanan yang sudah dideritanya selama + 11 hari. Pasien menderita diabetes melitus sejak 6 bulan
yang lalu dan pasien mengaku mendapatkan pengobatan oral secara rutin dari puskesmas.
Sampai dipoli gula darah sewaktu pasien diperiksa dan didapatkan GDS 511 mg%, kemudian
pasien dianjurkan untuk mondok di rumah sakit, setelah mondok abses pecah dan menjadi
ulkus manus.
Isue penting:
1. Diabetes Mellitus Tipe II dengan Ulkus Manus (Riwayat DM + 6 bulan)
2. Subfebris (Suhu = 37,9oC)
3. Leukositosis (AL = 37,59)
4. Anemia (Hb = 7,1 g/dl)
5. Hipoalbumin (Protein Albumin = 2,76 gr/dl)
Deskripsi Ulkus:
Ulkus terletak di manus, pada thenar dextra berlanjut menuju ventral pollex dextra hingga
phalanx distalis pollex dextra. Kedalaman ulkus + 3 mm menembus otot dan tampak os phalanx
proximalis pollex dextra. Selulitis terlihat pada regio thenar dextra, tampak abses dan dicurigai
adanya osteomielitis (positive predictive value: 90%). Gangren (-).
Kesan Ulkus Ulkus Manus Diabetik Grade III
II. PERMASALAHAN
Ulkus manus diabetik grade III dengan leukositosis, anemia dan hipoalbumin
III. PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
Ulkus diabetik merupakan penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas dan penyebab
dua pertiga dari semua kasus amputasi pada nontraumatik di Amerika Serikat. Suatu review
pada 80 orang penderita yang menjalani amputasi ekstremitas di Pusat Kesehatan Veteran
di Seattle tahun 1984-1987, terdapat masalah yang mendasari perlunya dilakukan amputasi
pada penderita tersebut yaitu: iskemia, neuropati, penyembuhan luka yang buruk, trauma
minor, ulserasi kulit dan gangren.
Suatu klasifikasi lain yang sangat praktis dan sangat erat dengan pengeloaan adalah
klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah gangren diabetes (Edmonds 2004 – 2005)
1. Stage 1 : Normal foot
2. Stage 2 : Hight risk foot
3. Stage 3 : Ulcerated foot
4. Stage 4 : Infected foot
5. Stage 5 : Necrotic foot
6. Stage 6 : Unsavable foot
4. Debridemen
Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting pada kasus ulkus
diabetika. Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya pembersihkan benda asing dan
jaringan nekrotik pada luka. Luka tidak akan sembuh apabila masih didapatkan jaringan
nekrotik, debris, calus, fistula/rongga yang memungkinkan kuman berkembang. Setelah
dilakukan debridemen luka harus diirigasi dengan larutan garam fisiologis atau
pembersih lain dan dilakukan dressing (kompres). Ada beberapa pilihan dalam tindakan
debridemen, yaitu:
a. Debridemen mekanik, enzimatik, autolitik, biologik, debridement bedah.
b. Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka cairan fisiolofis, ultrasonic
laser, dan sebagainya, dalam rangka untuk membersihkan jaringan nekrotik.
Arief darmawan – dokter.one@gmail.com
c. Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian enzim eksogen secara
topikal pada permukaan lesi. Enzim tersebut akan menghancurkan residu residu
protein. Contohnya, kolagenasi akan melisikan kolagen dan elastin. Beberapa jenis
debridement yang sering dipakai adalah papin, DNAse dan fibrinolisin.
Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila seseorang terkena luka. Proses ini
melibatkan makrofag dan enzim proteolitik endogen yang secara alami akan melisiskan
jaringan nekrotik. Secara sintetis preparat hidrogel dan hydrocolloid dapat menciptakan
kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan bertindak sebagai agent yang
melisiskan jaringan nekrotik serta memacu proses granulasi. Belatung (Lucilla serricata)
yang disterilkan sering digunakan untuk debridemen biologi. Belatung menghasilkan
enzim yang dapat menghancurkan jaringan nekrotik.
Debridemen bedah merupakan jenis debridemen yang paling cepat dan efisien. Tujuan
debridemen bedah adalah untuk :
a. Mengevakuasi bakteri kontaminasi,
b. Mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat penyembuhan,
c. Menghilangkan jaringan kalus,
d. Mengurangi risiko infeksi lokal.
Catatan: Ingat, antibiotika tidak dapat menggantikan debridement luka yang baik.
Pada pasien ini debridemen belum dapat dilakukan dikarenakan anemia (Hb = 7,1 gr/dl)
dan hipoalbuminemia (Albumin = 2,76 gr/dl). Jika dilakukan maka akan mempersulit
penyembuhan luka.
6. Obat-Obatan
Pencegahan infeksi sistemik karena luka lama yang sukar sembuh dan penanganan
pengobatan DM merupakan faktor utama keberhasilan pengobatan secara keseluruhan.
Pemberian obat untuk sirkulasi darah perifer dengan pendekatan multidisiplin
(rheologi/prostaglandin – vasodilator perifer/naftidrofuril oksalat – neurotropik/vitamin
IV. KESIMPULAN
Penatalaksanaan ulkus diabetika grade III terutama difokuskan untuk mencegah dan
menghindari amputasi ekstremitas bawah. Sebelum dilakukan terapi, seorang dokter yang akan
menangani pasien dengan ulkus diabetik sebaiknya dapat melakukan penilaian ulkus diabetik
secara menyeluruh, melakukan identifikasi derajat ulkus, penyebab terjadinya ulkus dan faktor
penyulit penyembuhan luka serta menilai ada tidaknya infeksi. Apakah ada keterlibatan
penyakit arteri perifer sangatlah penting karena revaskularisasi perlu dilakukan bila terdapat
gangguan arteri perifer. Berikut kesimpulan faktor yang harus dikendalikan:
1. Mechanical Control-Pressure Control
2. Metabolic Control
3. Vaskular Control
4. Educational Control
5. Wound Control
6. Mikrobiological Control-Infection Control
DITJEN PP & PL. (2008). Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Resiko Diabetes Mellitus. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Fitra, Nanang. (2008). Pola Kuman Aerob dan Sensitifitas Pada Gangren Diabetik. Tesis Fakultas
Kedokeran Sumatera Utara.
Informatorium Obat Nasional Indonesia. (2008). Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. KOPERKOM: Sagung Seto.
Jude, Edward. (2010). Debridement of diabetic foot ulcers. Diakses 2 Desember 2010 dari
http://www.library.nhs.uk/diabetes/ViewResource.aspx?resID=238076.
Karmila, Nina. (2009). Pengaruh Pemberian Warfarin Selama 7 Hari Terhadap Status
Hiperkoagulasi Penderita Ulkus Kaki Diabetik. Tesis Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Universitas Sumatera Utara RSUP H. Adam malik, Medan
Novita, Liza. (2009). Ulkus Kruris. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Diakses 2 Desember
2010 dari www.doctors-filez.tk
Scheffler NM, 2004 Nov-Dec, Innovative treatment of a diabetic ulcer: a case study. ): 111-2
(journal article - case )
Suhartono. (2009). Hiperkoagulasi Pada Penderita Ulkus Kaki Diabetik. Tesis Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara RSUP H. Adam malik, Medan
Trihastuti, Rini. (2008). Faktor-faktor Resiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes Mellitus.
RSUD dr. Moewardi Surakarta. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Semarang
Waspadji, Sarwono. (2006). Kaki Diabetes. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hal: 1933-1936.