Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOARTRITIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif sendi), adalah
kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung
tulang penyusun sendi. Osteoartritis (OA) adalah bentuk dari arthritis yang berhubungan dengan
degenerasi tulang dan kartilago yang paling sering terjadi pada usia lanjut.

Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif,
osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering
terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada
orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas
jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan
usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan
sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai kelumpuhan
anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat deformitas dan
ketidakstabilan sendi.

Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi
tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi
kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia. Pada sendi, suatu jaringan
tulang rawan yang biasa disebut dengan nama kartilago biasanya menutup ujung-ujung tulang
penyusun sendi. Suatu lapisan cairan yang disebut cairan sinovial terletak di antara tulang-tulang
tersebut dan bertindak sebagai bahan pelumas yang mencegah ujung-ujung tulang tersebut
bergesekan dan saling mengikis satu sama lain.

B. Rumusan masalah

1. Apa Definisi dari Osteoartritis?

2. Apa saja Etiologi dari Osteoartritis?

3. Bagaiaman Patofisiologi Osteoartritis?

4. Apa saja Manifestasi klinis Osteoartritis?

5. Bagaiaman Penatalaksanaan dari Osteartritis?

6. Bagaimana Asuhan Keperawatan gangguan muskuloskletal dengan Osteoartritis?

C. Tujuan

1. Mengetahui Definisi dari Osteoartritis.


2. Mengetahui Etiologi dari Osteoartritis.

3. Mengetahui Patofiologi dari Osteoartritis.

4. Mengetahui Manifestasi dari Osteoartritis.

5. Mengetahui Penatalaksanaan dari Osteoartritis.

6. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Osteoartritis.

BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi Osteoastritis

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat
inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer, C Suzanne, 2002 hal .1087). Osteoartritis merupakan
golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan
meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun
tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan
adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi
non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan
gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya
tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir
terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan
hialin rawan, jaringan sub kondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian. (R. Boedhi
Darmojo & Martono Hadi ,1999).

Osteoarthritis (OA) atau penyakit degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan
sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa
factor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi
tangan dan sendi besar yang mananggung beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas,
pembesaran sendi dan hambatan gerak.

B. Etiologi Osteoastritis

1. Umur

Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan
jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.

2. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis
paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis
kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak
pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis.

3. Pengausan (wear and tear)

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme
yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.

4. Kegemukan

Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau
cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat
menambah kegemukan.

5. Trauma

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan
pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.

6. Keturunan

Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria
yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang
tuanya yang terkena.

7. Akibat penyakit radang sendi lain

Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan
pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.

8. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan
menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.

9. Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada
seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan
kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

10. Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan


hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam
rawan sendi.

C. Patofisiologi Osteoartritis

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat,
yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi
disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan
oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut
diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan
dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus
menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal
dan proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan
oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi
yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi
tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).

PATHWAYS

Reaksi antibodi, faktor metabolik, infeksi dengan kecenderungan virus


Reaksi peradangan

Kurangnya informasi Sinovial menebal Nyeri

akut

tentang proses penyakit

Difisiensi pengetahuan Devormitas sendi Gangguan citra

tubuh

Infiltrasi kedalam os subcondria

Kerusakan kartilago dan tulang Hambatan nutrisi pada kartilago

artikularis

Tendon dan ligamen melemah Kartilago nekrosis

Hilangnya kekuatan Mudah luksasi Adhesi pada permukaan sendi

otot & subluksasi Ankilosis fibroa ankilosis tulang

Resiko cedra Kekakuan sendi Terbatasnya gerakan sendi

Hambatan Difisit perawatan diri

mobilitas fisik

D. Manifestasi Osteoartritis

1. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan
sesuatu kegiatan fisik.

2. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan
fisik.

3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan
menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa
nyeri.

4. Mekanik

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada
waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana
rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat
menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril,
dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui
penyebabnya.

5. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi
biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

6. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

7. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

E. Penatalaksanaan Osteoartritis

1. Tindakan preventif

a. Penurunan berat badan

b. Pencegahan cedera

c. Screening sendi paha

d. Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja

2. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul

3. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk
menyangga sendi yang mengalami inflamasi.

4. Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,

5. Pembedahan; artroplasti

6. Operasi, perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata
dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi,

7. Fisioterapi, berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian


panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.

8. Dukungan psikososial, diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan
ketidakmampuannya yang ditimbulkannya.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat

Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress dengan sendi,
kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris.

Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan pada sendi dan
otot.

2. Kardiovaskur

Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik kemudian kemerahan
pada jari sebelum warna kembali normal.

3. Integritas ego

Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor


hubungan social, keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.

4. Makanan / cairan

Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau cairan adekuat :
mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.

5. Hygiene

Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri,
ketergantungan pada orang lain.

6. Neurosensory

Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Tanda : pembengkakan sendi simetri.

7. Nyeri/kenyamanan

Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada sendi ), rasa
nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ).

8. Keamanan

Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane
mukosa.

9. Interaksi social

Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.

B. Diagnosa

1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan musculoskletal.

3. Difisit perawatan diri berhubungan dengan terbatasnya gerakan sendi

4. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik.

6. Difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan


sehubungan dengan kurangnya informasi.

C. Intrvensi

1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi

Tujuan & Kriteria Hasil

Intervensi

Pasien akan :
ü Menunjukkan tingkat kenyamanan.

ü Dapat mengendalikan nyeri

ü Dapat melaporkan karakteristik nyeri.

Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10).

Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan

Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan
istirahat di tempat tidur sesuai indikasi

Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi
yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak

Anjurkan pasien untuk mandi air hangat . Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi
yang sakit beberapa kali sehari.

Berikan masase yang lembut

Kolaborasi

ü Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan musculoskletal.

Tujuan & Kriteria Hasil

Intervensi

Pasien akan :

ü Melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dengan alat bantu

ü Memperlihatkan mobilitas

berikan terapi latihan fisik : ambulasi, keseimbangan, mobilitas sendi, pengendalian otot

Bantu dan dorong perawatan diri

3. Difisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan moskuluskeletal

Tujuan & kriteria hasil

Intervensi

Pasien akan :
ü Menunjukkan perawaan diri dan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

Bantu perawatan diri pasien : mandi/higiene

Bantu pemenuhan eliminasi pasien

4. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang

Tujuan & kriteria hasil

Intervensi

Pasien akan :

ü Pasien dan keluarga dapat mempersiapkan lingkungan yang aman.

ü Pasien dan keluarga dapat menghindari cidera fisik.

ü Dapat memodofikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko

Menejemen lingkungan: pantau lingkungan fisik untuk memfasilitasi keamanan.

Berikan bimbingan dan pengalaman belajar tentang kesehatan individu yang kondusif.

Identifikasi faktor resiko potensial terjadinya cidera.

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik.

Tujuan & kriteria hasil

Intervensi

Pasien akan :

ü Menunjukkan adaptasi dengan ketunadayaan fisik, penyesuaian psikososial.

ü Menunjukkan citra tubuh positif dan harga diri positif.

ü Menunjukkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

ü Menunjukkan keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan

Diskusikan persepsi pasien tentang keadaan tubuh pasien


Dorong pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stresor atau ancaman yang menghambat peran
hidup.

Diskusikan dengan pasien tentang faktor resiko potensial dan memprioritaskan strategi
menurunkan resiko.

Dorong pasien terhadap peningkatkan penilaian personal terhadap harga diri.

Kolaborasi

Rujuk pada konseling psikiatri

Berikan obat-obatan sesuai petunjuk

6. Difisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurang familiar dengan
sumber-sumber informasi

Tujuan & kriteria hasil

intervensi

Pasien akan :

ü Memperlihatkan pengetahuan tentang penyakitnya

ü Dapat mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang program terapi

Edukasi kesehatan : berikan bimbingan dan pengalaman belajar tentang perilaku kesehatan yang
kondusif

Penyuluhan prosedur terapi : berikan pemahaman kepada pasien secara mental tentang prosedur
dan penanganan
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry
Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC, Jakarta,
EGC

Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC,
Jakarta.

2.1 Definisi

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau


osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan
sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal
1087).

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab


kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat
dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di
bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60
tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya
perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis


disertai kerusakan tulang dan sendi berupa disentegrasi dan
pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan pertumbuhan
pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan
fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme
abnormal proses penuaan, trauma atau kelainan lain yang
menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak
berkaitan dengan faktor sistemik atau infeksi. Osteoartritis
merupakan penyakit sendi degenaritif yang berkaitan dengan
kerusakan kartiloago sendi. Lutut, punggung, tangan, dan
pergelangan kaki paling sering terkena.

2.2 Etiologi

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang


disebut dengan osteoartritis idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang,
osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau
variasi herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan
neurologik., yang disebut dengan osteoartritis sekunder. Onset usia
pada osteoartritis sekunder tergantung pada penyebabnya; maka
dari itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan
bahkan anak-anak, seperti halnya pada orang tua. Sebaliknya,
terdapat hubungan yang kuat antara osteoartritis primer dengan
umur

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:

1. Usia/Umur

Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50tahun). Karena


pada lansia pembentukkan kondrotin sulfat (substansi dasar tulang
rawan) berkurang dan terjadi fibrosis tulang rawan.

2. Jenis Kelamin

Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering


ditemukan lebih banyak pada wanita pascamenopause (osteoartritis
primer). Osteoartritis sekunder lebih banyak ditemukan pada pria.
3. Ras

Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan
Amerika daripada kulit hitam.

4. Faktor Keturunan

Faktor genetik juga berperang timbulnya OA. Bila ibu menderita OA


sendi interfalang distal, anak perempuannya mempunyai
kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih sering.

5. Faktor Metabolik/Endokrin

Klien hipertensi, hiperurisemia, dan diabetes lebih rentan terhadap


OA. Berat badan berlebihan akan meningkatkan resiko OA, baik
pada pria maupun wanita.

6. Faktor Mekanis

 Trauma dan Faktor Predisposisi

Trauma yang hebat terutama fraktur intraartikular atau dislokasi


sendi merupaan predisposisi OA. Cedera sendi, pekerjaan dan
olahraga yang menggunakan sendi berlebihan, dan gangguan
kongruensi sendi akan meningkatkan OA.

 Cuaca dan Iklim

OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau


lembab.

2.3 Patofisiologi

Selama ini OA sering di pandang sebagai proses penuaan yang tidak


dapat dihindari. Ternyata OA merupakan penyakit gangguan
hemeostasis metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur
proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui.
Jelas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi terjadi
multifokal,antara lain faktor usia, strees mekanis, atau penggunaan
sendi yang berlebihan, defek anatomis, obesitas, genetik, humoral,
dan faktor kebudayaan. Pemeriksaan biopsi sinovial klien OA
menunjukan adanya sinovitis. Pada level seluler, terjadi peningkatan
aktivitas sitokin yang menyebabkan dikeluarkannya mediator
inflamasi dan matriks metelloproteinase(MMP). Akibatnaya, ada
gangguan sintesis proteoglikan. Selain itu ditemukan nitrogen
monoksida yang berhubungan dengan transmisi neurogenik dari
mediator inflamsi yang menyebabkan kerusakan kartilago jauh dari
lokasi peradangan.

Proses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi kondrosit.


Kondrosit merupakan satu-satunya sel hidup dalam tulang rawan
sendi. Kondrosit akan dipengaruhi oleh faktor anabolik dan
katabolik dalam mempertahankan keseimbangan sintesis dan
degradasi.

Secara anatomi fisiologi, sel tulang terdiri atas osteoblas, osteosit,


dan osteoklas yang dalam aktivitasnya mengatur hemeostasis
kalsium yang tidak berdiri sendiri, melainkan saling berinteraksi.
Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului penyerapan
tulang oleh osteoklas yang memerlukan waktu 40 hari, disusul fase
istiraahat, dan kemudian disusul fase pembentukkan tulang kembali
oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari. Dalam
penyerapannya, osteoklas melepaskantransforming growth
factor yang merangsang aktivitas awal osteoklas. Dalam keadaan
normal, kuantitas dan kualitas pembentukan tulang baru osteoblas.
Pada osteoporosis, penyerapan tulang lebih banyak dari pada
pembentukkan baru.

2.4 Klasifikasi

Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:


1. Osteoartritis Primer

OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat


mengenai satu atau beberapa sendi. OA jenis ini terutama ditemukan
pada pada wanita kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-
articular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian distal
interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus
heberden).

2. Osteoartritis Sekunder

OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan


kerusakan pada sinovia sehingga menimbulkan osteoartritis
sekunder. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan osteoartritis
sekunder sebagai berikut:

 Trauma /instabilitas.

OA sekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi,


setelah menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama panjang,
adanya hipermobilitas, instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan
ketidakserasian permukaan sendi.

 Faktor Genetik/Perkembangan

Adanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh


(displasia epifisial, displasia asetabular, penyakit Legg-Calve-
Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan, tergelincirnya epifisis)
dapat menyebabkan OA.

 Penyakit Metabolik/Endokrin

OA sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit metabolik/sendi


(penyakit okronosis, akromegali, mukopolisakarida, deposisi kristal,
atau setelah inflamasi pada sendi. (misalnya, OA atau artropati
karena inflamasi).
Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di
klasifikasikan menjelaskan :

1. Grade 0 : Normal
2. Grade 1 : Meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat
osteofit minim
3. Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan
permukaan sendi

menyempit asimetris.

4. Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat,


permukaan sendi

menyepit, dan tampak sklerosis subkondral.

5. Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi


menyempit secara

komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan


sendi.

2.5 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis Askep Osteoarthritis lainnya :

1. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan


bertambah apabila sedang

melakukan sesuatu kegiatan fisik.

2. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah


istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.

3. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan


cairan dalam ruang sendi

akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai


sendi yang semua ini

akan menimbulkan rasa nyeri.

4. Mekanik

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan


aktivitas lama dan akan

berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya


dengan keadaan

penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak


berat. Nyeri biasanya

berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar,


misalnya pada osteoartritis

coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril,


dan tungkai atas. Nyeri

dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum
dapat diketahui

penyebabnya.

5. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena


pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya
pemerahan.

6. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

7. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk


sendi.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis


osteoartritis ialah:

1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada


bagian sendi yang menanggung beban).
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
3. Kista tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi

 Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago


sendi sebagai penyempitan rongga sendi

2.7 Penatalaksanaan/ perawatan Osteoartritis,


antara lain;

1. Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya


bersifat simtomatik.
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan

mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses


patologis.

2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan


pada sendi yang

sakit.

3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri


4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program
latihan yang tepat
7. Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya
keluhan
8. Diet rendah purin: Tujuan pemberian diet ini adalah untuk
mengurangi

pembentukan asam urat dan menurunkan berat badan, bila


terlalu gemuk dan

mempertahankannya dalam batas normal.

Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada
penderita osteoartritis:

Golongan
Makanan yang boleh Makanan yang tidak
bahan
diberikan boleh diberikan
makanan

Karbohidrat
Semua —
Protein hewani
Daging atau ayam, ikan Sardin, kerang, jantung,
Protein nabati tongkol, bandeng 50 gr/hari, hati, usus, limpa, paru-
telur, susu, keju paru, otak, ekstrak daging/
Lemak
kaldu, bebek, angsa,
Kacang-kacangan kering 25
Sayuran burung.
gr atau tahu, tempe, oncom
Buah-buahan —
Minyak dalam jumlah
Minuman terbatas. —

Bumbu, dll Semua sayuran sekehendak Asparagus, kacang polong,


kecuali: asparagus, kacang kacang buncis, kembang
polong, kacang buncis, kol, bayam, jamur
kembang kol, bayam, jamur maksimum 50 gr sehari
maksimum 50 gr sehari

Semua macam buah
Alkohol
Teh, kopi, minuman yang
Ragi
mengandung soda

Semua macam bumbu

2.8 Pencegahan osteoarthritis

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kita terhindar dari
osteoarthritis:

1. Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka


2. mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi
ringan
3. minum obat untuk mencegah osteoarthritis

2.9 Proses Asuhan Keperawatan gangguan muskuloskletal


dengan Osteoartritis:
1. Tinjauan Kasus

Pengkajian

Tanggal : 10 Desember 2014

Jam : 11.21 WIB

Oleh : Ahmad Razi Umami dan Sitti Afiqah

Sumber : I. Laporan Keperawatan dan Catatan Rekam Medik

1. Informasi dari pasien dan keluarga pasien

III. Informasi tim kesehatan yang menangani pasien

1. Observasi langsung
2. Biodata
3. Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Umur : 65 tahun

Jenis Kelamin :P

Agama : Islam

Alamat : Jl. Muktisari Rt.01 / Rw.03 Kec. Cingambul

Kab. Majalengka

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Status Perkawinan : Nikah

Diagnosa Medis : Osteoartritis (OA)


No.Register : 07108329

Tanggal Masuk : 10 November 2014

No.RM : 17302

1. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Umur : 58 tahun

Jenis Kelamin :L

Agama : Islam

Alamat : Jl. Muktisari Rt.01 / Rw.03 Kec.


Cingambul Kab. Majalengka

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Status Perkawinan : Nikah

Hubungan dengan pasien : Suami

1. Keluhan Utama

Lima hari sebelum pasien masuk ke Rs. Klien merasakan Keluhan


Rasa nyeri pada sendi,

Kekakuan dan keterbatasan gerak, ketidaknyamanan, dan


Kelelahan.

1. Riwayat Kesehatan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang

 Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
 Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum
pasien

mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

1. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan pernah merasakan radang sendi sejak lama akibat


kelelahan

pada saat melakukan aktivitas.

III. Riwayat Psiko – Sosial

Pasien dengan OA mungkin merasakan adanya kecemasan yang


cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada
sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan
pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.
Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.

1. Pemeriksaan Fisik
2. Penampilan Umum

Kesadaran : Somnolen

Tanda-tanda Vital

 Tekanan Darah : 110/80 mmHg


 Pulse/nadi : 80x/menit
 Suhu : 37,9 celcius
 Respirasi : 20x/menit

1. Pemeriksaan Fisik :
 Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan
pembengkakan.
 Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi
sinovial

o Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

o Catat bila ada krepitasi

o Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

 Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral :


 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
 Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
 Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

1. Tabel Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

Do : Klien tampak lemas

Ds : – Klien mengeluh
Distensi jaringan
Nyeri
akibat akumulasi
1
– Klien menyatakan cairan/proses Nyeri Akut
sangat terganggu inflamasi, destruksi
aktivitasnya sendi

– Klien merasakan
lelah di seluruh tubuh.
– Klien
merasakan Perilaku
distraksi/ respons
autonomic

Do : Klien tampak

meringis

Ds : Klien mengeluh
Gangguan
distensi jaringan deformitas skeletal,
mobilitas fisik
2 nyeri, penurunan
akibat akumulasi berhubungan
kekuatan otot
dengan.
cairan/proses

inflamasi,

destruksi sendi

Do : Klien merasakan

Perubahan fungsi deformitas skeletal,


dari bagian-bagian Nyeri, Gangguan Citra

yang sakit. Tubuh


3
Ds : ekspresi wajah penurunan kekuatan otot

klien menunjukan

rasa nyeri
Do : Klien tampak

lelah

Ds : – Klien merasa
kerusakan
lelah dan lemas di muskuloskeletal,
seluruh tubuh penurunan kekuatan, Defisit perawatan
4
daya tahan, nyeri diri
– Ketidakmampuan pada waktu bergerak,
depresi
untuk mengatur

kegiatan sehari-

hari.

1. Diagnosa Keperawatan

 Nyeri akut / kronisberhubungan dengan distensi jaringan oleh


akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
 Kerusakan Mobilitas Fisikberhubungan dengan Deformitas skeletal,
Nyeri, ketidaknyamanan , Penurunan kekuatan otot
 Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum,
Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
 Kurang Perawatan Diriberhubungan dengan Kerusakan
Auskuloskeletal antara lain Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri
pada waktu bergerak, Depresi.
 Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan
berhubungan dengan Proses penyakit degeneratif jangka panjang,
Sistem pendukung tidak adekuat.
 Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit,
Prognosis dan Kebutuhan Perawatan dan Pengobatanberhubungan
dengan Kurangnya pemahaman / mengingat kesalahan interpretasi
informasi.

1. Asuhan Keperawatan Tahap Intervensi

Diagnosa Keperawatan I : Nyeri akut / kronis berhubungan dengan


distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi
sendi.

Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi :

 Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol


 Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai kemampuan.
 Mengikuti program terapi.
 Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam
program kontrol nyeri.

Intervensi :

 Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10).
Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri
non verbal

 Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai


kebutuhan saat klien beristirahat/tidur.

 Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau
duduk di kursi. Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.

 Pantau penggunaan bantal.


 Dorong klien untuk sering mengubah posisi.
 Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.
 Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari.
 Pantau suhu kompres.
 Berikan masase yang lembut.
 Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi
progresif sentuhan terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman
imajinasi hipnotis diri dan pengendalian nafas.
 Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
 Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai
petunjuk.

Diagnosa Keperawatan II : Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan


dengan deformitas skeletal, Nyeri, ketidaknyamanan , Penurunan
kekuatan otot

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :

 Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan


kontraktor
 Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari
kompensasi bagian tubuh
 Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas

Intervensi:

 Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi


 Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan
 Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-
menerus dan tidur malam hari tidak terganggu.
 Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan
isometric jika memungkinkan.
 Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan.
 Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset,
menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat
bantu mobilitas/kursi roda penyelamat
 Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.

Diagnosa Keperawatan III : Gangguan Citra Tubuh / Perubahan


Penampilan Peran berhubungan dengan Perubahan kemampuan
melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:

 Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan


untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan
kemungkinan keterbatasan.
 Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.

Intervensi:

 Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses


penyakit, harapan masa depan.
 Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang.
Memastikan bagaimana pandangan pribadi klien dalam
memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual
 Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
 Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau
terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.
 Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
 Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.
 Ikutsertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal
aktivitas.
Diagnosa Keperawatan IV : Kurang Perawatan Diri berhubungan
dengan Kerusakan Auskuloskeletal antara lain Penurunan Kekuatan,
Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:

 Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten


pada kemampuan klien.
 Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
 Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan.

Intervensi:

 Diskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi


penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
 Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
 Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi rencana untuk memodifikasi lingkungan.
 Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.

Diagnosa Keperawatan V : Resiko Tinggi terhadap Kerusakan


Penatalaksanaan Lingkungan berhubungan dengan Proses penyakit
degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak adekuat.

Hasil yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi :

 Mempertahankan keamanan lingkungan yang meningkatkan


perkembangan.
 Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan
tepat.

Intervensi:

 Kaji tingkat fungsi fisik


 Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan
untuk diri sendiri.
 Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan
situasi individual.
 Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu
mobilisasi.

Diagnosa Keperawatan VI : Kurang Pengetahuan (Kebutuhan


Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan Perawatan
dan Pengobatan berhubungan dengan Kurangnya pemahaman /
mengingat kesalahan interpretasi informasi.

Hasil yang diharapkan/Kriteria Evaluasi:

 Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/pragnosis dan


perawatan.
 Mengembangkan rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi
gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan
aktivitas.

Intervensi :

 Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan


 Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit
melalui diet, obat-obatan dan program diet seimbang, latihan dan
istirahat.

1. Asuhan Keperawatan Tahap Implementasi

Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di


rencanakan dan di lakukan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien
tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien meliputi
peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pemahaman dan penerimaan
penanganan, pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk
pemberian obat, pencegahan isolasi sosial, dan upaya komplikasi.
1. Asuhan Keperawatan Tahap Evaluasi

Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua


tindakan yang telah dilakukan dapat memberikan perbaikan status
kesehatan terhadap klien. Hasil yang di harapkan :

 Mengalami peredaan nyeri


 Tampak tenang dan bebas dari ansietas
 Memperhatikan aktifitas perawatan diri secara efektif

1. Pembahasan Evaluasi :

Evaluasi pada kasus ini :

1. S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang

O : Klien terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi


dalam aktivitas

sesuai kemampuan.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

1. S : Klien menyatakan dapat mempertahankan ataupun


meningkatkan kekuatan

dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.

O : Klien dapat berjalan secara perlahan-lahan

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

Anjurkan klien untuk bergerak aktif / pasif

 S : Klien mengatakan rasa cemas berkurang


O : Klien merasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit,

perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

Anjurkan perawat memotivasi kepada klien mengenai


masalah penyakit.

1. S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang

O : Klien tampak tenang dan dapat istirahat

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program


latihan.

1. S : Klien mengatakan mulai bisa beraktivitas tanpa kesulitan dan


paham akan

cara evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam


perawatan

untuk diri sendiri.

O : Klien tampak mengerjakan aktivitas sehari-hari

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

berikan support kepada klien agar terus melakukan anjuran


petugas.
1. S : Klien mengatakan paham dengan Osteoartritis atau rematik dan
dapat

menyebutkan mulai dari pengertian sampai diitnya.

O : Klien tampak menjawab pertanyaan petugas dan antusias


dalam pemberian

pendidikan kesehatan.

A : Masalah teratasi

P : Lanjtukan Intervensi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis


disertai kerusakan tulang dan sendi berupa disentegrasi dan
pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan pertumbuhan
pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan
fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme
abnormal proses penuaan, trauma atau kelainan lain yang
menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak
berkaitan dengan faktor sistemik atau infeksi.

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:


Usia/Umur, Jenis Kelamin, Ras, Faktor Keturunan, Faktor
Metabolik/Endokrin, Faktor Mekanik, Diet.

3.2 Saran

– Mahasiswa harus mengerti tentang pengertian Osteoartritis


beserta etiologi dan
patofisiologinya secara lengkap.

– Mahasiswa keperawatan harus mampu melaksanakan asuhan


keperawatan pada klien

dengan penyakit osteoarthritis secara langsung dan


komprehensif meliputi aspek bio-

psiko-sosio-spiritual dengan pendekatan proses Keperawatan


(pengkajian, diagnosa

keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi).

– Mahasiswa sebaiknya menggunakan makalah ini sebagai


sumber ilmu untuk

mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan


penyakit osteoarthritis

lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

 Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,Alih
Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
 Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of
Disease Process,Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi
Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC.
 Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Maskuloskeletal,Jakarta, Pusdiknakes.
 Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Mukulosketal. Jakarta: EGC.
 Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media
Aesculaapius FKUI, Jakarta.

 Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit.,

 Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah,Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai