PENDAHULUAN
Tanpa ada proses perencanaan, tidak akan ada kejelasan kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh staff untuk mencapai tujuan organisasi. Melalui
perencanaan akan dapat ditetapkan tugas-tugas staff dan dengan tugas-tugas
ini seorang pimpinan akan mempunyai pedoman untuk melaksanakan
supervisi dan menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staff untuk
menjalankan tugas-tugasnya. Suatu rencana yang baik harus berdasarkan pada
sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standart, fleksibel, seimbang dan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia lebih dulu. Dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa
pasien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka ingini dan
butuhkan dengan memuaskan (Setiadi, 2012). Sehingga dibeberapa Rumah
Sakit pemerintah dan Rumah sakit swasta di seluruh Indonesia telah
menerapkan model praktik keperawatan professional.
1
Berkaitan dengan penerapan model praktik keperawatan profesional,
Rumah Sakit PGI Cikini Jakarta, khususnya di ruang H, telah menerapkan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang memiliki visi, misi,
filosofi dan tujuan keperawatan yang berisi tentang penerapan nilai-nilai
professional dalam setiap segi pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien sebagai penerima pelayanan. Dengan sistem penugasan
menggunakan metode tim dan primary nursing. Dengan struktur organisasi
terdiri dari: kepala ruangan, CCM, Ketua Tim 1, Ketua Tim 2, dan Perawat
Anggota Tim, menjalankan peran dan fungsinya masing-masing berdasarkan
tugas dan tanggungjawab yang telah ditetapkan dalam buku standar model
praktik keperawatan professional yang ditetapkan oleh komite keperawatan
rumah sakit, mulai dari fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan.
2
Dari hasil observasi pada tanggal 7 januari 2015 sampai 10 januari 2015
untuk perawat asosiet didapat 1 dari 3 perawat (33,3 %) yang dinas pagi
membuat rencana kerja harian, 2 dari 3 perawat (66.7%) dinas pagi tidak
membuat rencana kerja harian, 0 dari 5 perawat (0%) dinas sore yang
membuat rencana kerja harian, dan 0 dari 3 perawat (0%) yang dinas malam
membuat rencana kegiatan harian. Untuk perawat ketua tim, didapat 62,5%
membuat, 37,5% tidak membuat.
3
Berdasarkan hasil tersebut, kelompok menyimpulkan bahwa sebagian
besar perencanaan kerja harian perawat selama dinas berlangsung di ruangan
H belum sepenuhnya dituliskan dalam kegiatan harian perawat sesuai shift.
Perawat hanya menuliskan rencana kerja harian untuk pasien selama dinas
berlangsung dengan menggunakan buku tugas dan buku saku. Oleh karena itu,
kelompok mengangkat masalah tentang belum efektifnya penulisan rencana
kerja harian perawat dalam model praktek keperawatan profesioal di ruangan
H RS PGI Cikini Jakarta.
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
5
b) Jenis-jenis perencanaan terdiri dari:
Rencana jangka pendek
- Rencana Harian Kepala Ruangan
Rencana harian kepala ruangan kegitannya meliputi:
Operan, pre conference dan post conference, mengecek
SDM dan sarana prasarana, melakukan interaksi dengan
pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian
khusus, melakukan supervisi pada ketua tim/perawat
pelaksana, hubungan dengan bagian lain terkait rapat-
rapat terstruktur/insidentil, mengecek ulang keadaan
pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi,
mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan
keperawatan untuk sore, malam, dan besok sesuai
tingkat ketergantungan pasien.
- Rencana Harian Ketua Tim (Perawat primer)
Rencana harian ketua tim meliputi: operan, pre
conference dan post conference, penyelenggaraan
asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi
tanggung jawabnya, melakukan supervisi perawat
pelaksana, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lain, menulis dokumentasi, alokasi pasien sesuai
perawat yang dinas.
- Rencana Harian Perawat Pelaksana (Perawat asosiete)
Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan
keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada
shift dinasnya. Kegiatan tersebut meliputi: operan, pre
conference dan post conference, melaksanakan tindakan
asuhan keperawatan, mendokumentasikan asuhan
keperawatan. Penilaian rencana harian perawat, untuk
menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan
melalui observasi menggunakan instrumen dan
mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim
6
Presentasi RH = Jlh RH yang dibuat x100%
7
khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini
bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai
MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
- Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi
peningkatan jenjang karier perawat (pelaksana menjadi
katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk
melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk
mengikuti pelatihan-pelatihan.
2) Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk
mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan,
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik
vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian di ruang MPKP
terdiri dari:
a) Struktur organisasi
Tugas dan tanggung jawab kepala ruang
- Mengatur pembagian tugas jaga perawat
- mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban
ruangan
- mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan
masalah diruangan
- membimbing siswa/mahasiswa (bekerjasama dengan
pembimbing klinik) dalam pemberian asuhan
keperawatan diruangan, dengan mengikuti system
MPKP yang sudah ada.
- Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
- Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa
kedokteran dan mahasiswa keperawatan yang akan
melakukan praktik di ruangan (disepakati dengan
CCM) dengan menggunakan format orientasi
(Lampiran 10)
8
- Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang
harmonis dengan klien/keluarga dan tim kesehatan lain,
antara lain kepala ruang rawat mengingatkan kembali
klien/keluarga tentang perawat/tim yang bertanggung
jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan.
- Memeriksa perlengkapan persediaan status keperawatan
minimal lima set setiap hari.
- Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam
hal implementasi MPKP termasuk sikap dan tingkah
laku profesional.
- Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat
didelegasikan kepada PA senior (wakil PP pemula yang
ditunjuk) tetapi tetap dibawah pengawasan kepala ruang
rawat dan CCM.
- Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas
yang dibutuhkan di ruangan.
- Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua
tenaga yang ada di ruangan, membuat DP3, dan usulan
kenaikan pangkat.
- Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat
setiap bulan untuk membahas kebutuhan di ruangan.
- Merencakan dan melaksakan evaluasi mutu asuhan
keperawatan (bersama dengan CCM)
- Membuat peta risiko di ruang rawat.
Tugas dan tanggung jawab CCM
- Bersama dengan PP memvalidasi setiap diagnosis
keperawatan yang sudah ditetapkan oleh PP. CCM
menganalisis data klien berdasarkan dokumentasi, bila
perlu CCM melakukan pemeriksaan langsung kepada
klien atau bertemu dengan keluarga klien.
- Berdasarkan validasi, berikan masukan kepada PP,
termasuk pemberian penguatan misalnya, pujian.
9
- Bila pada dokumentasi klien, belum ada renpra yang
sudah dievaluasi PP, maka bersama-sama PP
menetapkan diagnosis keperawatan yang sesuai kondisi
klien, dengan menggunakan standar renpra yang telah
disepakati.
- membahas dengan PP, tentang pembagian tugas dengan
PA. Apakah penetapan seudah sesuai dengan panduan?
Bila belum, berikan masukan!
- Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP
terkait dengan bimbingan yang diberikan PP kepada
PA. Apakah sudah baik? Beri masukan.
- Memberi masukan pada diskusi kasus yang dilakukan
PP dan PA.
- Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan
keperawatan.
- Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan
pembuktian.
- Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan
dan melakukan penelitian.
- Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberi
asuhan keperawatan.
- Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal:
melakukan evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan,
mengoordinasi, mengarahkan dan mengevaluasi
mahasiswa praktek, serta membahas dan mengevaluasi
tentang implensi MPKP.
- Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP
dan memberi masukan untuk perbaikan.
- Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil
evaluasi/penelitian tentang asuhan keperawatan.
10
- Mengevaluasi implementasi MPKP dengan
menggunakan instrumen evaluasi implementasi MPKP
oleh CCM
Tugas dan tanggung jawab perawat primer
- Melakukan kontrak dengan klien/keluarga pada awal
masuk ruangan (lampiran 12) sehingga tercipta
hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus-
menerus pada saat melakukan pengkajian/tindakan
kepada klien/keluarga. panduan orientasi ini sebaiknya
di laminating dan digantung di kamar klien sehingga
setiap saat klien/keluarga dapat membaca kembali.
- Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau
melengkapi yang sudah dilakukan PP pada sore, malam,
atau hari libur.
- Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan
analisis standar renpra sesuai dengan hasil pengkajian.
- Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA
dibawah tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat
(preconference)
- Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap
klien, setiap kali giliran jaga (shift). pembagian klien
berdasarkan pada jumlah klien, tingkat ketergantungan
klien, dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada satu
tugas jaga (shift) PP didampingi oleh dua orang PA,
maka semua klien dibagi pada kedua PA sebagai
penanggungjawabnya. PP akan membimbing dan
membimbing dan membantu PA dalam memberikan
asuhan keperawatan. Bila PP hanya didampingi oleh
satu orang PA pada satu tugas jaga maka jumlah klien
yang menjadi tanggung jawab PP adalah sebanyak 20%
dank lien tersebut termasuk klien dengan tingkat
ketergantungan minimal serta klien lainnya menjadi
11
tanggung jawab PA. Penetapan ini dimaksudkan agar
PP memiliki waktu untuk membimbing dan membantu
PA dibawah tanggung jawabnya dalam memberikan
asuhan keperawatan.
- Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA
dalam melakukan tindakan keperawatan, apakah sesuai
dengan SOP
- Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA.
- Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan
PA.
- Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi
keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak
dapat dilakukan oleh PA.
- Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan
laboratorium.
- Melakukan kegiatan serah terima klien di bawah
tanggung jawabnya bersama dengan PA.
- Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung
jawabnya. Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh PA
sesuai timnya.
- Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat
catatan perkembangan klien setiap hari.
- Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal
setiap 2 hari untuk membahas kondisi keperawatan
klien (bergantung pada kondisi klien)
- Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepeda
PA yang telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan
kepala ruang rawat atau CCM.
- Memberikan pendidikan kesehatan kepada
klien/keluarga.
- Membuat perencanaan pulang.
12
- Bekerjasama dengan Clinical Care Manager (CCM)
dalam mengidentifikasi isu yang memerlukan
pembuktian sehingga tercipta evidence based practice
(EBP).
Tugas dan tanggung jawab perawat asosiete
- Membaca renpra yang telah ditetapkan oleh PP.
- Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga,
sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP.
- Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan
informasi berdasarkan format orientasi klien/keluarga
jika PP tidak ada ditempat.
- Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya
berdasarkan renpra.
- Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan dan mendokumentasikan pada format yang
tersedia.
- Mengikuti visite dokter bila PP tidak ditempat.
- Memerikasa kerapihan dan kelengkapan status
keperawatan.
- Membuat laporan pergantian dinas dan setalah selesai
diparaf.
- Mengkomunikasikan pada PP/Pj dinas bila menemukan
masalah yang perlu diselesaikan.
- Menyiapkan klien untk pemeriksaan diagnostik,
laboratorium, pengobatan, dan tindakan.
- Berperan serta dalam memberikan pendidikan
kesehatan pada klien/keluarga yang dilakukan oleh PP.
- Melakukan infentarisasi fasilitas yang terkait dengan
timnya.
- Membantu tim lain yang membutuhkan.
13
- Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga
klien yang menjadi tanggung jawabnya dan
berkoordinasi dengan PP.
3) Pengarahan
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk
tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Pengarahan diterapkan dalam bentuk kegitan-kegiatan
sebagai berikut:
a) Menciptakan iklim motivasi
b) Komunikasi efektif pada operan antar-shift
c) Komunikasi efektif pada pre conference
d) Komunikasi efektif pada post conference
e) Manajemen konflik
f) Supervisi
g) Pendelegasian
4) Pengendalian
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu
atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar
memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian
difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan
pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga,
perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah
BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah
keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pengendalian/ pengontrolan meliputi:
a) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur
prestasi kerja
b) Melakukan pengukuran prestasi kerja
c) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
d) Mengambil tindakan korektif
14
b. Pilar II: Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan
manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia
(SDM) keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah
pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi
dan tujuan organisasi dapat tercapai. Manajemen SDM di ruang MPKP
berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi,
penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat.
c. Pilar III: Hubungan Profesional
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata
(tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan
keluarga). Pada pelaksanaannya hubungan professional secara interal
artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan
misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan dan lain–lain. Sedangkan hubungan professional secara
eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan.
d. Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP
adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.
4. Komponen-komponen MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan
professional, yaitu sebagai berikut:
a. Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional,
jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan
derajat ketergantungan pasien.
Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori, yaitu:
1) Perawatan minimal: memerlukan waktu 1–2 jam/24 jam yang
terdiri atas: Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri. Makan dan minum dilakukan sendiri, ambulasi dengan
pengawasan, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift,
15
pengobatan minimal, status psikologis stabil, persiapan prosedur
memerlukan pengobatan.
2) Perawatan intermediet: memerlukan waktu 3–4 jam/24 jam yang
terdiri atas: Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu,
observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam, ambulasi dibantu,
pengobatan lebih dari sekali, voley kateter/intake output dicatat,
klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan,
memerlukan prosedur
3) Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5–6 jam/24 jam,
terdiri atas: segala diberikan/dibantu, posisi yang diatur, observasi
tanda-tanda vital setiap 2 jam, makan memerlukan NGT,
menggunakan terapi intravena, pemakaian suction,
gelisah/disorientasi.
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat
yang dibutuhkan perpasien untuk setiap stift.
16
BAB III
ANALISA SITUASI
17
4) Filosofi
Kasih Kristus menjadi dasar pemberian Pelayanan
Keperawatan Penyakit Dalam yang Profesional dan Holistik
5) Tujuan
a) Tercapainya MPKP ruang pelayanan Penyakit Dalam yang
Profesional melalui Pendekatan manajemen
b) Tercapainya MPKP ruang pelayanan Penyakit Dalam yang
Profesional melalui Sistem Penghargaan
c) Tercapainya MPKP ruang pelayanan Penyakit Dalam yang
Profesional melalui Hubungan Profesionalisme
d) Tercapainya MPKP ruang pelayanan Penyakit Dalam yang
Profesional melalui Pemberian Asuhan Keperawatan yang
bersifat Holistik
e) Tersedianya sarana dan prasarana yang optimal untuk ruang
perawatan Penyakit Dalam
6) Strategi
a) Menyusun perencanaan meliputi rencana kegiatan harian,
bulanan, tahunan.
b) Melakukan pengorganisasian perawat dan pasien.
c) Melakukan pengarahan melalui supervisi berjenjang.
d) Melakukan pengendalian untuk mengukur keberhasilan
pelayanan.
e) Melaksanakan program compensatory reward.
f) Melaksanakan hubungan profesional antara sejawat perawat
dan tenaga kesehatan lain.
g) Melaksanakan asuhan keperawatan dengan
mengintegrasikan aspek psikososial yang bersifat holistik.
b. Metode Pelayanan Keperawatan
Pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan di RS PGI
Cikini khususnya di ruang H menggunakan Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP), dengan metode tim. Metode ini
terdiri dari kepala ruangan, CCM, Ketua Tim 1, Ketua Tim 2, dan
18
Perawat Anggota Tim. Metode tim ini merupakan metode pemberian
asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin
asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1992). Jika dilakukan dengan
benar, metode ini merupakan metode pemberian asuhan yang tepat
untuk meningkatkan pemanfaatan tenaga keperawatan yang
bervariasi kemampuannya dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Pengumpulan Data
19
Struktur Organisasi Ruangan H
KEPALA RUANGAN
Ns. Hermani Saragih, S.Kep
CCM
Ns. Agustina Harefa, S.Kep
20
2) Ketenagaan
a) Tenaga Keperawatan
Pendidikan Jumlah
1. S1 Keperawatan 7
2. D3 Keperawatan 12
Jumlah
Tenaga yang
Dibutuhkan /
Ketergantung
Hari, Jumlah
BOR an
Tanggal Tenaga
Tersedia per
Shift
SC IC TC P S M
Rabu, 7
80,9 % (17 pasien) 0 15 2 7/6 4/5 3/3
Januari 2015
Kamis, 8
80,9 % (17 pasien) 0 15 2 7/6 4/5
Januari 2015 3/3
Jumat, 9
76,1 % (16 pasien) 1 13 2 6/6 4/5 3/3
Januari 2015
Sabtu, 10
61,9 % (13 pasien) 3 8 2 6/6 3/5 2/3
Januari 2015
Minggu, 11
61,9 % (13 pasien) 1 9 3 6/5 3/5 3/3
Januari 2015
Senin, 12
66,6 % (14 pasien) 2 10 2 6/6 3/5 3/3
Januari 2015
Rata-rata 71,38 % (15 pasien) 1 12 2 6/6 3/5 3/3
21
Untuk kebutuhan tenaga perawat sesuai observasi selama 6 hari,
jumlah rata-rata perawat yang dibutuhkan adalah 12 perawat dan jumlah
rata-rata perawat yang tersedia diruangan H adalah 14 perawat. Jadi,
terdapat masalah kelebihan tenaga keperawatan yang tersedia diruangan H
selama 6 hari sebanyak 2 perawat pada perawat dinas sore. Dan untuk
kelebihan tenaga yang ada di ruang H ini, diperbantukan ke ruangan K dan
M3.
b. Sarana dan Prasarana (Material)
1) Sarana
a) Fasilitas Kesehatan
Jumlah Jumlah
No Nama Barang sesuai yang Kondisi
standart tersedia
1. Thermometer Digital 3/ruangan 2 Baik
2. Tensi Meter 5/ruangan 4 Baik
22
16. Gunting Biasa 2/ruangan 2 Baik
23
b) Fasilitas Ruangan
Dari hasil observasi, fasilitas ruangan diruangan H, semuanya
sudah tersedia sesuai dengan standart dan tidak ditemukan masalah.
Jumlah Jumlah
No Nama Barang sesuai yang Kondisi
standart tersedia
1. Tempat Tidur 21 21 Baik
2. Meja Pasien 21 21 Baik
3. Kursi Pasien 21 21 Baik
4. Lemari Pakaian 21 21 Baik
5. Emergency Kit 1/ruangan 1 Baik
6. Trolly Status 2/ruangan 2 Baik
7. Trolly Balutan 1/ruangan 1 Baik
8. Trolly Makanan/Minuman 1/ruangan 1 Baik
9. Trolly Linen Bersih 2/ruangan 1 Baik
10. Trolly Linen Kotor 2/ruangan 2 Baik
11. Lemari Dokumen 1/ruangan 1 Baik
12. Lemari Obat 1/ruangan 2 Baik
13. Lemari Bahan Perawatan 1/ruangan 1 Baik
14. Lemari Linen 1/ruangan 1 Baik
15. Rak Pot & Urine 1/ruangan 1 Baik
16. Rak Status/Lemari Status 1/ruangan 1 Baik
17. Light Cast/Box 1/ruangan 1 Baik
18. Standart infus Portable 20/ruangan 20 Baik
19. Bel Listrik 21/pasien 21 Baik
20. Jam Dinding 6/kamar 6 Baik
21. Lampu Emergency 1/ruangan 1 Baik
22. Lampu Baca 1/pasien 21 Baik
23. Interkom 1/kamar 1 Baik
24. Kursi dan Meja teras 1/kamar 4 set
25. Kulkas obat 1/ruangan 1 Baik
26. Standart Com 12/ruangan 12 Baik
28. Kotak saran 1/ruangan 1 Baik
29. Emergency Kit 1/ruangan 1 Baik
2) Pra sarana
24
3 Kamar Mandi 5 Kamar mandi pasien
6
1 kamar mandi perawat
4 Dapur Sekaligus ruang ganti dan
1
ruang snack
5 Gudang 2
6 Spoelhoek 1
7 Wastafel 3 di kamar pasien, masing-
masing dikamar 1, 2 dan 5
8 1 didepan kamar 4
1 disamping ruang tunggu
1 di depan dapur
8 Teras 1 Menghadap taman
25
tidak membuat rencana kerja harian, 0 dari 5 perawat (0%) dinas sore yang
membuat rencana kerja harian, dan 0 dari 3 perawat (0%) yang dinas
malam membuat rencana kegiatan harian. Untuk perawat ketua tim,
didapat 62,5% membuat, 37,5% tidak membuat.
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan pada 15 perawat
asosiet di ruang H tentang pembuatan rencana kerja harian yang
penilaiannya dibuat berdasarkan 4 fungsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam perencanaan, 9 atau
59,8% perawat menjawab selalu membuat rencana kerja harian, 5 atau
36% perawat menjawab kadang-kadang, 7,5% menjawab jarang dan 1,4%
yang menjawab tidak pernah.Dalam fungsi pengorganisasian yang berisi
tentang penghayatan akan visi misi, pembagian system penugasan dan
pengaturan waktu istirahat oleh ketua tim, 8 atau 53,3% perawat
menjawab selalu, 6 atau 41,3% perawat menjawab kadang-kadang, 9,3%
perawat menjawab jarang dan sisanya 1,3% perawat menjawab tidak
pernah.Berdasarkan fungsi ketiga tentang Pelaksanaan tindakan sesuai
dengan perencanaan yang dibuat, 11 atau 71,8% perawat menjawab selalu,
3 atau 25,2% perawat menjawab kadang-kadang dan sisanya 8%
menjawab jarang.Dalam fungsi keempat tentang evaluasi yang dilakukan
oleh PKR atau KT, 7 atau 47% perawat menjawab selalu, 6 atau 45%
perawat menjawab kadang-kadang dan sisanya 8% menjawab jarang.
Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan pada 2 perawat ketua
tim didapatkan data untuk fungsi perencanaan, 80% PKT membuat
rencana kerja harian, dan 20% PKT kadang-kadang membuat rencana
kerja harian. Dalam fungsi pengorganisasian, 40% PKT menjawab selalu
dan 60% PKT menjawab kadang-kadang.Dalam fungsi pelaksanaan dan
pengarahan, 80% PKT menjawab selalu dan 10% PKT menjawab kadang-
kadang. Dari fungsi yang keempat tentang evaluasi atau pengawasan, 30%
PKT menjawab selalu, 40% PKT menjawab kadang-kadang dan 20%
menjawab jarang.
26
3) Pengisian format pendidikan kesehatan yang tidak lengkap
Hasil observasi pada tanggal 7 januari 2015 sampai 10 januari 2015,
didapatkan dari 16 status pasien, 5 status tidak diisi (31%), 7 status diisi
tapi tidak lengkap (46%) dan 4 status diisi lengkap (23%).
Ketidaklengkapan pengisian meliputi, waktu pemberian edukasi, tingkat
pengetahuan awal pasien, metode dalam pemberian edukasi, evaluasi hasil
emberian edukasi, dan paraf dari pemberi edukasi dan pasien/keluarga
penerima materi edukasi.
e. Machine
1) Alur Pasien Masuk
Ke Ruangan H
RS PGI CIKINI
Dari Ruangan H
RS PGI CIKINI
27
a) Belum efektifnya pengaplikasian perencanaan kerja harian dalam
model praktek keperawatan professional
b) Ketidaksesuaian struktur organisasi yang ada di ruangan dengan yang
terpajang di ruangan.
c) Papan data ketenagaan di ruangan tidak ada
d) Pengisian format pendidikan kesehatan yang tidak lengkap
e) Tidak tersedianya handrub di setiap kamar pasien
c. Opportunity
- Memudahkan membuat perencanaan pada pasien kelolaan
28
- Membantu pengevaluasian rencana kerja harian perawat oleh
PKR
d. Threat
- Tidak terorganisir apa yang akan dilakukan
- Tidak tercapainya pelaksanaan pilar 1 dalam MPKP
- Tidak optimalnya pelayanan karena tidak ada rencana
- Tidak optimal dalam mengevaluasi pelaksanaan asuhan
keperawatan sesuai dengan rencana yang dibuat
29
c. Opportunity
- Tersedianya data ketenagaan dalam database
- Adanya bagian sarana dan prasarana RS yang dapat membantu
perbaikan pembuatan struktur organisasi.
d. Threat
Dalam penilaian akreditasi RS data ketenagaan harus terpajang
disetiap ruangan.
30
5. Tidak tersedianya handrub di setiap kamar pasien
a. Strength
- Terbebas dari kuman dan mencegah kontaminasi
- Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
- Memudahkan pasien, keluarga, dan tenaga medis mencuci tangan
b. Weakness
- Harga handrub yang mahal
- BOR ruangan yang rendah sehingga pengadaan handrub tidak
lagi ditanggung oleh RS
c. Opportunity
- Pengadaan handrub ditambahkan dalam biaya perawatan
tambahan
d. Threat
- Resiko tinggi terjadinya infeksi
- Pasien, keluarga, dan tenaga medis menjadi tidak patuh dalam
melakukan tindakan mencuci tangan.
3.3. Perumusan Masalah
1. Pembobotan dan prioritas masalah
Proses untuk mendapatkan masalah prioritas dengan menggunakan
metode pembobotan yang memperhatikan aspek:
- Magnitude (Mg)
Kecenderungan besar dan masalah sering terjadi
- Severity (Sv)
Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini.
- Manageability (Mn)
Berfokus kepada keperawatan sehingga dapat diatur untuk
perubahannya
- Nursing Consent (Nc)
Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
- Affordability (Af)
Ketersediaan sumber daya
Rentang nilai yang digunakan 1-3 dengan rincian
3: Besar
31
2: Sedang
1: Kecil
Untuk mendapatkan nilai prioritas masalahnya,
Mg×Sv×Mn×Ne×Af
No Daftar Masalah Mg Sv Mn Ne Af Skor Prioritas
Belum efektifnya
pengaplikasian perencanaan
1 kerja harian dalam model 2 2 1 2 3 24 I
praktek keperawatan
professional
Ketidaksesuaian struktur
2 organisasi yang ada di 1 1 1 1 2 2 IV
ruangan dengan yang
terpajang di ruangan
3 Papan data ketenagaan di 1 1 1 1 1 1 V
ruangan tidak ada
Pengisian format
4 pendidikan kesehatan yang 1 2 1 2 3 12 II
tidak lengkap
5 Tidak tersedianya Handrub 1 2 1 1 2 4 III
di tiap kamar pasien
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil pembobotan dan prioritas masalah, masalah
ketidakefektifan perawat dalam pembuatan rencana kerja harian memiliki
point tertinggi dibandingkan dengan masalah yang lainnya. Setelah
dikonsulkan dan didiskusikan dengan pembimbing, kelompok sepakat akan
mengatasi masalah ini.
32
3. POA (Plan of Action)
Indikator Alat dan
Uraian kegiatan Waktu Prosedur/ Strategi Sasaran
keberhasilan Metode
Mengefektifk 1. Perawat 1. Mengobservasi 7-10 Januari 1. Mengobservasi perawat yang Perawat
an mengetahui pembuatan rencana 2015 membuat rencana kerja harian yang
penggunaan rencana kerja kerja harian perawat di setiap hari bertugas di
yang akan ruangan H
lembaran ruangan H
dilakukannya
rencana kerja setiap hari
2. Mengevaluasi Perawat
harian 2. Perawat 12-15 Januari 2. Membagikan kuisioner (pre Lembar
yang
perawat menggunakan pendapat perawat 2015 pelaksanaan) kuisioner
bertugas di
format tentang pembuatan
ruangan H
perencanaan rencana kerja harian
kerja harian melalui kuesioner
setiap hari
sesuai shift 3. Merevisi rencana kerja 3. Mahasiswa merevisi format
12-13 Januari rencana kegiatan harian dan
harian yang ada di 2015 membuat juknis agar bisa
ruangan dan membuat lebih mudah dan efisien
juknis dalam pengisiannya
12- 13 Januari
4. Mengkonsultasikan 4. Mahasiswa menunjukkan
tentang revisi rencana 2015
format hasil revisi
kerja harian kepada
pembimbing
Format rencana
14-17 Januari Mahasiswa kerja harian
5. Melakukan uji coba 2015 5. Mahasiswa melakukan uji
yang sudah di
pembuatan rencana coba pembuatan rencana kerja
revisi
kerja harian harian menggunakan format
33
menggunakan format yang sudah direvisi
yang sudah di revisi
17 Januari Mahasiswa Format rencana
6. Presentasi awal 6. Mahasiswa mempresentasikan kerja harian
2015 dan
tentang pembuatan rencana yang sudah di
kerja harian dengan format Perawat
revisi
yang baru Ruang H
34
yang baru 2015 diperbanyak dan ditempatkan Format rencana
di tempat yang telah tersedia kerja harian
yang sudah di
revisi
35
3.4. Rencana Penyelesaian Masalah
Setelah menemukan prioritas masalah, mahasiswa memberikan kuisioner (pre
pelaksanaan) untuk menilai pembuatan rencana kerja harian perawat. Isi kuesioner
mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan/pengarahan, dan evaluasi.
Kemudian mahasiswa membuat revisi format perencanaan kerja harian perawat di
ruangan H dengan menambahkan tabel proses keperawatan pada rencana kerja harian
perawat asosiet dan tabel kegiatan sesuai dengan 4 fungsi manajemen pada rencana
kerja harian perawat primer, ccm dan perawat kepala ruang, hal ini dimaksudkan agar
penggunaan buku saku yang biasa digunakan oleh perawat asosiet bisa ditiadakan.
Setelah itu, mahasiswa menguji coba penggunaan format perencanaan kerja harian yang
telah direvisi. Lalu setelah itu mahasiswa melakukan implementasi tentang pembuatan
rencana kerja harian perawat di ruang H. Setelah dilakukan implementasi, mahasiswa
mengevaluasi pembuatan rencana kerja harian perawat di ruangan H. Setelah itu,
mahasiswa mengedarkan kuisioner (post pelaksanaan) yang sama mencakup
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan/pengarahan, dan evaluasi untuk melihat
perbandingan sebelum dan sesudah implementasi apakah ada perubahan dalam
pembuatan rencana kerja harian perawat ruang H.
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengumpulan data atas empat masalah yang ditemukan dilakukan pada tanggal 7
sampai 10 Januari 2015. Setelah data terkumpul, data dianalisa dengan menggunakan
metode analisa SWOT, kemudian dibuat pembobotan sehingga diperoleh prioritas
masalah yang akan diselesaikan oleh kelompok, yaitu belum efektifnya penulisan rencana
kerja harian perawat dalam model praktek keperawatan professional di ruang H.
Dari hasil observasi pada tanggal 7 januari 2015 sampai 10 januari 2015 untuk
perawat asosiet didapat 1 dari 3 perawat (33,3 %) yang dinas pagi membuat rencana kerja
harian, 2 dari 3 perawat (66.7%) dinas pagi tidak membuat rencana kerja harian, 0 dari 5
perawat (0%) dinas sore yang membuat rencana kerja harian, dan 0 dari 3 perawat (0%)
yang dinas malam membuat rencana kegiatan harian. Untuk perawat ketua tim, didapat
62,5% membuat, 37,5% tidak membuat.
37
Data Observasi Penulisan Rencana Kerja Harian Perawat
Primer Pre Implementasi
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00% Yang Membuat
40.00% Yang tdak membuat
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Ketua Tim
38
Hasil Kuesioner Pre Pelaksanaan pada Perawat Asosiet
71.80%
59%
53.30%
47%45%
41.30%
36%
25.20%
7.50% 9.30% 8% 8%
1.40% 1.30%
Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan pada 2 perawat ketua tim didapatkan
data untuk fungsi perencanaan, 80% PKT membuat rencana kerja harian, dan 20% PKT
kadang-kadang membuat rencana kerja harian. Dalam fungsi pengorganisasian, 40%
PKT menjawab selalu dan 60% PKT menjawab kadang-kadang.Dalam fungsi
pelaksanaan dan pengarahan, 80% PKT menjawab selalu dan 10% PKT menjawab
kadang-kadang sisanya 10% menjawab jarang. Dari fungsi yang keempat tentang
evaluasi atau pengawasan, 30% PKT menjawab selalu, 40% PKT menjawab kadang-
kadang dan 20% menjawab jarang.
39
Setelah diberikan kuesioner, kami melakukan implementasi pembuatan rencana
kerja harian di ruang H. dan berdasarkan hasil observasi didapatkan, untuk pembuatan
rencana kerja harian perawat asosiet, dari 15 perawat asosiet semuanya membuat rencana
kerja harian dengan total nilai rata-rata kelengkapan 100%. Sedangkan untuk 2 perawat
ketua tim keduanya membuat rencana kerja harian dengan total rata-rata kelengkapan
79% dan untuk ccm total rata-rata kelengkapan 81,4 %.
40
selalu, 7 atau 50% perawat menjawab kadang-kadang dan tidak ada yang menjawab
jarang maupun tidak pernah.
100%
80%
Selalu
60%
Kadang-kadang
40%
Jarang
20%
Tidak Pernah
0%
Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Evaluasi
Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan pada 2 perawat ketua tim didapatkan
data untuk fungsi perencanaan, 80% PKT membuat rencana kerja harian, dan 20% PKT
kadang-kadang membuat rencana kerja harian. Dalam fungsi pengorganisasian, 100%
PKT menjawab selalu. Dalam fungsi pelaksanaan dan pengarahan, 90% PKT menjawab
selalu dan 10% PKT menjawab kadang-kadang. Dari fungsi yang keempat tentang
evaluasi atau pengawasan, 40% PKT menjawab selalu, 40% PKT menjawab kadang-
kadang dan 10% menjawab jarang dan 10% menjawab tidak pernah.
41
Data Hasil Kuesioner Post Implementasi tanggal 26-27 Januari 2015
pada Perawat Primer
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40% Selalu
30%
20% Kadang-kadang
10%
0% Jarang
Tidak Pernah
` Perbandingan hasil observasi pre dan post penulisan rencana kerja harian pada perawat
asosiet
66.70%
33.30%
0%
pre post
yang membuat yang tidak membuat
42
Perbandingan hasil observasi pre dan post penulisan rencana kerja harian pada perawat
primer
79%
62.50%
37.50%
21%
Pre Post
Perbandingan Hasil Kuesioner Pre Implementasi dan Post Implementasi pada perawat Asosiet
43
Perbandingan Hasil Kuesioner Pre Implementasi dan Post Implementasi pada Perawat Primer
Tidak
Pre Implementasi Post Implementasi Pernah
3%
Jarang Kadang- Jarang
4% kadang 3%
17%
Kadang- Selalu
kadang 53%
Selalu
43% 77%
Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa, berdasarkan hasil observasi yang awalnya
hanya 33,3% perawat asosiet dan 62,5% perawat primer yang membuat rencana kerja harian
setelah diberikan implementasi pembuatan rencana kerja harian menggunakan format yang baru,
100% perawat asosiet melakukan pembuatan rencana kerja harian, perawat primer 79% dan ccm
81,4%. Hasil implementasi didapatkan berdasarkan jumlah perhitungan kelengkapan kegiatan
yang diisi dalam format rencana kerja harian.
Dari data hasil kuesioner pada perawat asosiet diatas dapat dilihat bahwa ada perubahan
hasil kuesioner dari yang menjawab selalu membuat hanya 56% naik menjadi 68%, yang
menjawab kadang-kadang turun dari yang 36% menjadi 25%, yang menjawab jarang mengalami
penurunan dari 8% menjadi 6%, sedangkan untuk yang menjawab tidak pernah terjadi
peningkatan dar 0% menjadi 1%. Begitu juga dengan data hasil kuesioner pada perawat primer
terjadi peningkatan dari yang menjawab selalu membuat hanya 53% menjadi 77%, yang
menjawab kadang-kadang terjadi penurunan dari 43% menjadi 17%, yang menjawab jarang dari
4% menjadi 3 % dan yang menjawab tidak pernah menjadi 3%. Peningkatan yang terjadi pada
jawaban tidak pernah itu berasal dari kuesioner bagian evaluasi PKR terhadap penulisan rencana
kerja harian ini dimana memang saat ini pengevaluasian penulisan rencana kerja harian belum
optimal dilakukan oleh PKR karena baru dimulai pembuatan rencana kerja harian.
Dari hasil observasi dan kuesioner ini dapat dilihat adanya peningkatan pembuatan rencana
kerja harian perawat ruang H, setelah diberikan format rencana kerja harian yang sudah direvisi.
44
Untuk masalah struktur organisasi, bekerjasama dengan pembimbing dan bagian sarana
prasarana RS telah diperbaiki tanggal 15 Januari 2015. Untuk masalah tentang pengisian format
pendidikan kesehatan yang tidak lengkap, ini diselesaikan oleh masing-masing anggota
kelompok sebagai salah satu change agent waktu berperan sebagai perawat ketua tim dan
perawat kepala ruang. Dan untuk masalah tidak tersedianya handrub ditiap kamar pasien, tanggal
23 Januari 2015 sudah dipasang handrub ditiap kamar pasien.
45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesinal
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang
pemberian asuhan tersebut (Ratna Sitorus, 2006).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan (Siagian, 1990).
Dengan pembuatan rencana kegiatan harian perawat asosiet, perawat primer,
CCM dan kepala ruangan secara teratur dan konsisten di ruang H, maka penerapan model
praktek keperawatan professional akan terlaksana sesuai dengan yang diharapkan,
dimana pilar pertama MPKP adalah fungsi perencanaan yang menjadi dasar dalam
penerapan fungsi-fungsi manajemen selanjutnya.
Dalam pelaksanaan praktek manajemen keperawatan di ruang H, kelompok
melakukan pendekatan dengan seluruh staf yang ada, sehingga tahapan kegiatan mulai
dari pengumpulan data, pengidentifikasian masalah, presentasi awal diruangan,
implementasi kegiatan sampai dengan evaluasi, kelompok mendapatkan dukungan dan
kerjasama dari seluruh staf.
Pembuatan rencana kerja harian perlu di supervisi dan dievaluasi secara terus
menerus oleh kepala ruang, penilaiannya dihitung setiap bulan berdasarkan rumus yang
telah ditetapkan, sehingga manfaatnya sungguh-sungguh dapat dirasakan oleh seluruh
staf yang ada diruangan, pemberian reward perlu diberikan sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
5.2. Saran
1. Bagi Ruangan H
a. Diharapkan penerapan pembuatan rencana kegiatan harian dapat terlaksana
secara terus menerus dan berkesinambungan baik oleh kepala ruang, CCM,
46
ketua tim/perawat primer dan perawat asosiet di ruang H, sehingga selalu
menjadi ruangan MPKP terbaik di RS PGI Cikini Jakarta.
b. Diharapkan pendokumentasian perencanaan penugasan dalam buku saku
masing-masing perawat ditiadakan, diganti dengan pengisian lembar
perencanaan kegiatan harian secara lengkap.
2. Bagi Mahasiswa
a. Setelah menyelesaikan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa diharapkan
mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen (perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan) dan ketrampilan kepemimpinan.
b. Menjadi change agent dan role model dalam menerapkan fungsi perencanaan
pembuatan rencana kegiatan harian.
47
DAFTAR PUSTAKA
Gillies D A. 2006. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem Edisi Kedua. Terjemahan
Illiois W. B. Saunders Company
Komite Keperawatan, 2014. Panduan Model Praktek Keperawatan Profesional Rumah Sakit
PGI Cikini.
Sitorus, R, Yulia. 2006. Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta: EGC
http://www.indonesian-publichealth.com.keperawatan-profesional-indonesia.html
http://www.scribd.com/doc/43864371/Model-Praktek-Keperawatan-Profesional#scribd
48