Anda di halaman 1dari 98

Mata Kuliah : Keperawatan Bedah

ASUHAN KEPERAWATAN PRE DAN POST EKSISI TUMOR MAMMAE


PADA Ny. S. A DI RUANGAN RN6 KELAS II RS. SUMBER WARAS
JAKARTA BARAT
2017

DISUSUN OLEH:

Angelina M. Costa (16062136)


Reva Susanto (16062110)
Mira Amelia Tine (16062127)
Marta Lumettu (16062006)
Virginia N. Mawuntu (16062093)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................................... 3

1.1 ANATOMIDAN FISIOLOGI ................................... Error! Bookmark not defined.

1.1.1 Anatomi................................................................................................................ 3

1.1.2 Fisiologi ............................................................................................................... 3

1.2 DEFINISI .................................................................................................................... 3

1.3 ETIOLOGI .................................................................................................................. 4

1.4 KLASIFIKASI ............................................................................................................ 6

1.5 PATOFISIOLOGI ..................................................... Error! Bookmark not defined.

1.6 MANIFESTASI KLINIS ............................................................................................ 6

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG ................................................................................ 1

1.8 PENATALAKSANAAN MEDIS ............................. Error! Bookmark not defined.

1.9 KOMPLIKASI .......................................................... Error! Bookmark not defined.

1.10 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ..................................................................... 11

BAB III TINJAUAN KASUS ................................................. Error! Bookmark not defined.

A. PENGKAJIAN .......................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB V ..................................................................................................................................... 68

PENUTUP................................................................................................................................ 68

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 68

B. Saran ................................................................................................................................ 68

i
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal
dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker
terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD
menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data Kanker di Indonesia
Tahun 2010, menurut data Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Diperkirakan
angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah
sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari
kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan
frekuensi sekitar 1 %. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang
lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang
upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi
yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal. (Kemenkes RI,2013).

Pravelensi estimasi jumlah penderita kanker payudara pada perempuan menurut


provinsi DKI Jakarta menduduki peringkat kelima dengan estimasi 3.946 kejadian pada tahun
2013 setelah Jawa tengah (11.511), Jawa Timur (9.688), Jawa Barat (6.701) dan D.I
Yogyakarta (4.325) (Riskesdas,2013). Kanker payudara diperkiraan dari tahun ke tahun akan
meningkat angka kejadiannya.

Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker tersering yang diidap wanita. Sebagian
besar kanker diidap saat usia lanjut (>50 th) dan terdapat pada beberapa faktor resiko seperti.
Seperti kanker lainnya pedoman umum yang terbaik adalah menemuk an kanker pada
stadium yang dini sehingga kemungkinan untuk sembuh jauh lebih besar, pengobatan juga
lebih mudah dan murah. Periksa payudara sendiri (sadari) adalah sousi untuk deteksi dini
kanker payudara.
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Dan Fisiologis

2.1.1 Anatomi
Payudara pada wanita dewasa merupakan kelenjar untuk memproduksi susu yang
terletak pada bagian depan dinding dada. Payudara
terletak di atas lapisan otot pektoralis mayor dan
disokong oleh ligament Cooper. Payudara wanita
dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding
depan dada. Dasar dari payudara terbentang dari iga
kedua di sebelah atas sampai iga keenam atau ketujuh
di sebelah bawah, dan dari sternum batas medialnya
sampai ke garis midaksilrasis sebagai batas lateralnya.
Duapertiga dasar tersebut terletak di depan M.pectoralis major dan sebagian M.serratus
anterior. Sebagian kecil terletak di atas M.obliquus externus.
Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas sampai ke
aksila. Ekor ini (tail of Spence) dari jaringan mammae memasuki suatu hiatus (dari
Langer) dalam fascia sebelah dalam dari dinding medial aksilaI. Tiap payudara memiliki
15-20 lobus yang tersusun secara sirkular. Lapisan lemak yang membungkus lobus-lobus
tersebut memberikan payudara ukuran dan bentuk. Tiap lobus memiliki banyak lobulus
dimana produksi susu terjadi sebagai respon dari hormon.

2.1.2 Fisiologi
Fase perkembangan payudara timbul sebagai hasil efek mamotropik sekresi hormon
ovarium dan hipofisis anterior, dimana payudara mengalami tiga macam perubahan yang
dipengaruhi hormon. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilisasi, sampai ke klimakterium dan menopouse. Sejak pubertas pengaruh
hormon estrogen dan progesteron yang di produksi ovarium dan juga hormon hipofisa telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus .Perubahan kedua adalah perubahan
sesuai dengan daur menstruasi, sekitar hari ke-8 menstruasi payudara jadi lebih besar dan
pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang –
kadang timbul benjolan yang tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi
payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak
mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mamogram tidak berguna karena
kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.Perubahan
yang terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena
epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi
hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu di produksi oleh sel-sel
alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melaui duktus ke puting susu. Payudara
tersusun dari jaringan lemak yang mengandung kelenjar-kelenjar yang bertanggungjawab
terhadap produksi susu pada saat hamil dan setelah bersalin. Setiap payudara terdiri dari
sekitar 15-25 lobus berkelompok yang disebut lobulus, kelenjar susu, dan sebuah bentukan
seperti kantung-kantung yang menampung air susu (alveoli). Saluran untuk mengalirkan air
susu ke puting susu disebut duktus. Sekitar 15-20 saluran akan menuju bagian gelap yang
melingkar di sekitar puting susu (areola) membentuk bagian yang menyimpan air susu
(ampullae) sebelum keluar ke permukaan.

2.3 Definisi
Tumor merupakan satu sel liar yang berada dibagian tubuh dan terus membesar
dilokasi yang tetap atau tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain (Magan,2011).
Tumor payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan dipayudara (erick,
T. 2007). Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada suatu
sel / jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh secara liar dan tidak bias dikontol
(Iskandar,2007) sedangkan menurut kumar, dkk (2007) Tumor payudara adalah benjolan
tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi secara terus-menerus.

2.4 Etiologi
Menurut WHO (2008) Banyak yang menjadi faktor resiko seseorang mudah
menderita tumor payudara antara lain:
a. Jenis kelamin
Faktor resiko kejadian tumor payudara pada perempuan lebih besar dibandingkan
laki-laki kira-kira 1:100. Perempuan memiliki hormon estrogen yang meningkat
dalam tubuh. Wanita memiliki payudara yang menghasilkan susu (lobulus). Jaringan
payudara wanita yang padat mengandung sel-sel payudara yang lebih tinggi dan
memungkinkan terjadinya kanker payudara.
b. Usia >40
Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring
bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-
rata pada wanita usia 40 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause.
Kanker dapat didiagnosis pada wanita premenopause atau sebelum usia 35
tahun, tetapi kankernya cenderung lebih agresif, derajat tumor yang lebih tinggi,
dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival rates-nya lebih rendah.
c. Riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama dan Riwayat personal pernah
menderita tumor sebelumnya
Wanita yang memiliki keluarga yang menderita tumor payudara dan Wanita
dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara mempunyai risiko
untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang lainnya.
beresiko 3x lebih besar untuk menderita tumor payudara. Hal ini disebabkan oleh
mutasi gen p53. Gen p53 merupkan gen penekan tumor. Bila terjadi mutasi gen p53
ini dapat mempengaruhi protoonkogen dan sel akan berprolifersi secara terus
menerus tanpa ada batas kendali. Gen BRCA 2 80-90% merupakan resiko tertinggi
angka kejadian penderita tumor payudara karena riwayat keluarga dan dapat
menjurus pada kanker payudara herediter. Biasanya terjadi pada dua tau lebih tingkat
keluarga pertama (mis. Ibu, saudara perempuan, anak perempuan) (Sumardika dan
sumarsa, 2012)
d. Obesitas
Pada obesitas terjadi penumpukan lemak yang dapat meningkatkan sintesis estrogen.
etrogen yang terus bertambah dan menetap meningkatkan proliferasi sel pada
jaringan mamae. (Balasubramaniam, 2013)
e. Terpapar dengan estrogen
Pada hal ini dimaksud dengan terpapar dengan estrogen adalah penggunaan estrogen
dalam jumlah yang tinggi dan pada jangka waktu yang lama. Seperti penggunaan
kontrasepsi hormonal, Kehamilan, riwayat tidak menyusui ASI, Menarchae dini,
nulipara.
1) Penggunaan Kontrasepsi seperti Pil ataupun kombinasi yang dapat menggangu
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Sehinggan memberikan
apoptosis dan efek prolifeasi sel epitelium duktus payudara secara terus-
menerus.
2) Selama kehamilan plasenta akan memproduksi hormon estrogen dan
progesteron secara meningkat. Tingginya kadar estrogen mempengaruhi
proliferasi jaringan payudara sehingga terjadi hiperplasia sel-sel epitel payudara.
tetapi setelah melahirkan kadar estrogen juga akan menurun.
3) Riwayat Tidak menyusui ASI
Resiko wanita yang tidak menyususi akan lebih besar menderita tumor payudara
yang dikarenakan wanita yang menyusui akan mengeluarkan hormon yang
disebut prolaktin. Bila hormon prolaktin tidak dikeluarkan dapat menekan
paparan hormon estrogen dalam jumlah banyak dan dapat memicu terjadinya
proliferasi sel-sel sehingga terbentuknya suatu jaringan seperti tumor baru di
area payudara. yang makin lama akan berkembang secara terus-menerus.
4) Nulipara
Usia melahirkan anak pertama diatas 30 tahun dilaporkan dapat meningkatkan
resiko perkembangan tumor payudara hingga terjadinya kanker payudara. hal
ini dikarenakan periode antara usia kehamilan pertama yang lama dapat
merangsang proliferasi sel abnormal pad tumor payudara.
5) Menarchae dini
Umur menstruasi dibawah 12 tahun secara signifikan dapat meningkatkan resiko
terjadinya tumor payudara hingga kanker mamae. Hal ini berhubungan dengan
lamanya terpapar hormon estrogen dan progresteron pada wanita yang
berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara
(Maulina dkk, 2012)
f. Pola Hidup yang tidak sehat
Gaya hidup yang tidak sehat seperti makan-makanan tinggi lemak, minum-minuman
beralkohol.
1) Konsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar serum estradiol pada wanita yang
ikut meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh. Sehingga merang
2) Makan makanan tinggi lemak dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar
estrogen serum, sehingga akan meningkatkan risiko kanker.
3) Makan makanan yang megandung karsinogenik

2.4 Klasifikasi
1. Non invasive carcinoma
a) Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada
sel kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar.Saluran
menjadi tersumbat dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di
dalamnya.Kalsium cenderung terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat
dalam mamografi sebagai kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or
irregular calcifications) atau disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada
hasil mammogram seorang wanita tanpa gejala kanker. DCIS dapat menyebabkan
keluarnya cairan puting atau munculnya massa yang secara jelas terlihat atau
dirasakan, dan terlihat pada mammografi. DCIS kadang ditemukan dengan tidak
sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor jinak.Sekitar 20%-30% kejadian
kanker payudara ditemukan saat dilakukan mamografi.Jika diabaikan dan tidak
ditangani, DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi penyebaran ke
seluruh tubuh.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu sel
cenderung lebih invasif dari tipe satunya.Tipe pertama, dengan perkembangan
lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal.Sel ini disebut solid,
papillary atau cribiform.Tipe kedua, disebut comedeonecrosis, sering bersifat
progresif di awal perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar
dengan bentuk tak beraturan.
b) Lobular carcinoma in situ
Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang
digolongkan sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar
yang memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding
lobulus. Mengacu pada National Cancer Institute, Amerika Serikat, seorang wanita
dengan LCIS memiliki peluang 25% munculnya kanker invasive (lobular atau
lebih umum sebagai infiltrating ductal carcinoma) sepanjang hidupnya.
2. Invasive carcinoma
a) Paget’s disease dari papilla mammae
Paget’s disease dari papilla mammae pertama kali dikemukakan pada
tahun 1974. Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari papilla
mammae, dapat berupa lesi bertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's disease
biasanya berhubungan dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang luas dan
mungkin berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi papilla mammae akan
menunjukkan suatu populasi sel yang identik (gambaran atau perubahan pagetoid).
Patognomonis dari kanker ini adalah terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola
(Paget's cells) dalam deretan epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease
meliputi lumpectomy, mastectomy, atau modified radical mastectomy, tergantung
penyebaran tumor dan adanya kanker invasif.
b) Invasive ductal carcinoma
Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST) (80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60% kasus
kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun makroskopik)
ke KGB aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada wanita perimenopause or
postmenopause dekade kelima sampai keenam, sebagai massa soliter dan keras.
Batasnya kurang tegas dan pada potongan meilntang, tampak permukaannya
membentuk konfigurasi bintang di bagian tengah dengan garis berwarna putih
kapur atau kuning menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker
sering berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang
bervariasi.
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara, berkisar
4% dari seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan kanker payudara
herediter yang berhubungan dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat
dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus ditemukan
bilateral. Karakterisitik mikroskopik dari medullary carcinoma berupa (1) infiltrat
limforetikular yang padat terutama terdiri dari sel limfosit dan plasma; (2)
inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif; (3) pola
pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada diferensiasi duktus atau
alveolar. Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS dengan karakteristik
terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari 10% menunjukkan reseptor hormon.
Wanita dengan kanker ini mempunyai 5- year survival rate yang lebih baik
dibandingkan NST atau invasive lobular carcinoma.

Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe khusus lain dari


kanker payudara, sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif, biasanya
muncul sebagai massa tumor yang besar dan ditemukan pada wanita yang lebih
tua. Karena komponen musinnya, sel-sel kanker ini dapat tidak terlihat pada
pemeriksaan mikroskopik.
Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker payudara sekitar
2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita
dekade ketujuh dan sering menyerang wanita non kulit putih. Ukurannya kecil dan
jarang mencapai diameter 3 cm. McDivitt dan kawan-kawan menunjukkan
frekuensi metastasis ke KGB aksila yang rendah dan 5- and 10-year survival rate
mirip mucinous dan tubular carcinoma

Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara sekitar
2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita
perimenopause dan pada periode awal menopause. Long-term survival mendekati
100%.
c) Invasive lobular carcinoma (10%)
Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payudara.Gambaran
histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli tidak jelas, dan
sedikit sitoplasma.Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi adanya musin dalam
sitoplasma, yang dapat menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma).Seringnya
multifokal, multisentrik, dan bilateral.Karena pertumbuhannya yang tersembunyi
sehingga sulit untuk dideteksi.
d) Kanker yang jarang (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)
Tabel 2.1. Distribusi lokasi tumor menurut histologisnya pada semua pasien
Location Lobular (%) Ductal (%) Combination (%)
Nipple 2.2 1.7 1.9
Central 6.0 5.3 6.1
Upper inner 7.3 9.2 8.3
Lower inner 3.8 4.7 3.9
Upper outer 37.0 36.9 37.1
Lower outer 5.8 6.4 5.7
Axillary tail 0.8 0.8 0.6
Overlapping* 18.6 18.2 19.9
NOS (not otherwise specified) 18.6 16.8 16.5
*Lesions overlap between two quadrants within the breast.

Tabel 2.2. TNM Staging System untuk Breast Cancer

Tumor Primer (T)

TX Tumor primer tidak dapat dinilai


T0 Tidak ada bukti terdapat tumor primer
Tis Carcinoma in situ

Tis(DCIS) Ductal carcinoma in situ

Tis(LCIS) Lobular carcinoma in situ

Tis(Paget's) Paget's disease dari papilla mammae tanpa tumor (Catatan :


Paget's disease yang berhubungan dengan tumor diklasifikasikan
menurut ukuran tumor)
T1 Tumor ≤ 2 cm

T1mic Microinvasion ≤ 0.1

T1a Tumor > 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm

T1b Tumor > 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm

T1c Tumor > 1 tetapi tidak lebih dari 2 cm

T2 Tumor > 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm

T3 Tumor > 5 cm

T4 Tumor ukuran berapapun dengan perluasan langsung ke dinding


dada atau kulit, seperti yang diuraikan dibawah ini :
T4a Perluasan ke dinding dada, tidak melibatkan otot pectoralis

T4b Edema (termasuk peau d'orange), atau ulserasi kulit [ayudara, atau
ada nodul satelit terbatas di kulit payudara yang sama
T4c Kriteria T4a dan T4b

T4d Inflammatory carcinoma

Kelenjar Getah Bening—Klinis (N)

NX KGB regional tidak dapat dinilai (misalnya sebelumnya telah


diangkat)

N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional

N1 Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral tetapi dapat digerakkan

N2 Metastasis KGB aksilla ipsilateral tetapi tidak dapat digerakkan


atau terfiksasi, atau tampak secara klinis ke KGB internal
mammary ipsilateral tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat
metastasis ke KGB aksilla ipsilateral
N2a Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral dengan KGB saling melekat
atau melekat ke struktur lain sekitarnya.
N2b Metastasis hanya tampak secara klinis ke KGB internal mammary

ipsilateral dan tidak terbukti secara klinis terdapat metastasis ke


KGB aksilla ipsilateral

N3 Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa


keterlibatan KGB aksilla, atau secara klinis ke KGB internal
mammary ipsilateral tetapi secara klinis terbukti terdapat
metastasis ke KGB aksilla ipsilateral; atau metastasis ke KGB
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB
infraklavikula atau aksilla ipsilateral
N3a Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral

N3b Metastasis ke KGB internal mammary dan aksilla

N3c Metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral

Kelenjar Getah Bening Regional—Patologia anatomi (pN)

pNX KGB regional tidak dapat dinilai (sebelumnya telah diangkat atau
tidak dilakukan pemeriksaan patologi)
pN0b Secara histologis tidak terdapat metastasis ke KGB, tidak ada
pemeriksaan tambahan untuk isolated tumor cells (Catatan :
Isolated tumor cells (ITC) diartikan sebagai sekelompok tumor
kecil yang tidak lebih dari 0.2 mm, biasanya dideteksi hanya
dengan immunohistochemical (IHC) atau metode molekuler
pN0(i–) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (-)

pN0(i+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (+),
IHC cluster tidak lebih dari 0.2 mm
pN0(mol–) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis,
pemeriksaan molekuler (-) (RT-PCR)
pN0(mol+) Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis,
pemeriksaan molekuler (+) (RT-PCR)
pN1 Metastasis ke 1-3 KGB aksila, dan atau KGB internal mammary

terdeteksi secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB,


secara klinis tidak tampak
pN1mi Micrometastasis (> 0.2 mm, < 2.0 mm)
pN1a Metastasis ke 1-3 KGB aksila

pN1b Metastasis ke KGB internal mammary terdeteksi secara


mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara klinis tidak
tampak
pN1c Metastasis ke 1-3 KGB aksila dan ke KGB internal mammary
terdeteksi secara mikroskopis melalui diseksi sentinel KGB, secara
klinis tidak tampak (jika berhubungan dengan >3 (+) KGB aksila,
KGB internal mammary diklasifikasikan sebagai pN3b)
pN2 Metastasis ke 4-9 KGB aksila, atau tampak secara klinis ke KGB
internal mammary tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat
metastasis ke KGB aksilla
pN2a Metastasis ke 4-9 KGB aksila (sedikitnya 1 tumor > 2 mm)

pN2b tampak secara klinis ke KGB internal mammary tetapi secara


klinis tidak terbukti terdapat metastasis ke KGB aksilla
pN3 Metastasis ke 10 KGB aksila, atau KGB infraklavikula, atau secara
klinis ke KGB internal mammary ipsilateral dan terdapat 1 atau
lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3 metastasis ke KGB aksilla
tetapi secara klinis microscopic metastasis (-) ke KGB internal
mammary; atau ke KGB supraklavikular ipsilateral
pN3a Metastasis ke ≥10 KGB aksila (minimal 1 tumor > 2 mm), atau
metastasis ke KGB infraklavikula
pN3b Secara klinis metastasis ke KGB internal mammary ipsilateral dan
terdapat 1 atau lebih metastasis ke KGB aksilla atau > 3
metastasis ke KGB aksilla dan dalam KGB internal mammary
dengan kelainan mikroskopis yang terdeteksi melalui diseksi
KGB sentinel, tidak tampak secara klinis
pN3c Metastasis ke KGB supraklavikular ipsilateral
Metastasis Jauh (M)
MX Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
Tampak secara klinis didefinisikan bahwa dapat dideteksi melalui alat pencitraan
atau dengan pemeriksaan klinis atau kelainan patologis terlihat jelas.
Tidak tampak secara klinis berarti tidak terlihat melalui alat pencitraan (kecuali
dengan lymphoscintigraphy) atau dengan pemeriksaan klinis.
Klasifikasi berdasarkan diseksi KGB aksila dengan atau tanpa diseksi sentinel dari
KGB. Klasifikasi semata-mata berdasarkan diseksi sentinel KGB tanpa diseksi KGB
aksila yang selanjutnya direncanakan untuk "sentinel node", seperti pN-(l+) (sn).
RT-PCR = reverse transcriptase polymerase chain reaction.
SOURCE: Modified with permission from American Joint Committee on Cancer:
AJCC Cancer Staging Manual, 6th ed. New York: Springer, 2002, pp 227–228.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:

1. Fase induksi: 15-30 tahun. Sampai saat i9ni belum dipastikan sebab terjadinya kanker,
tapi bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker
pada manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi
bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat,
jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen,
lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan
jaringan dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna,
kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi. Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase
ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun. Bila tumor makin membesar maka kemungkinan
penyebaran ke tempat-tempat lain bertambah.

1
2.5 Patofisiologis dan Patoflow
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat
karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan
kanker payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi
pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel
atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi
massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira- kira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu,
kira- kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker
ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling
sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin
berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-benjolan pada
kulit ulserasi (Price, 2006)
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kira- kira
1-2% wanita dengan kanker payudara gejala -gejalanya mirip dengan infeksi payudara
akut. Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit
dan jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan
tulang ( Price, 2006 ).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat
mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa
seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut pengalaman operatif di bagi dalam
tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan pos operatif. Operasi ini merupakan stressor
kepada tubuh dan memicu respon neuron endokrine respon terdiri dari system saraf simpati
yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat
atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban
dan syock akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya syock.
Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolisme untuk
memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam amino yang di pakai
untuk membangun jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan
protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal.
Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang deket

maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi

2
benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo
mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal.

(Mansjoer , 2000)
Jalur Penyebaran

1. Invasi lokal
Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar.
Tumor pada mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus
dan ke sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis
hingga ke dinding toraks.
2. Metastasis kelenjar limfe regional
Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe
aksilar. Data di China menunjukkan: mendekati 60% pasien kanker mammae
pada konsultasi awal menderita metastasis kelenjar limfe aksilar. Semakin
lanjut stadiumnya, diferensiasi sel kanker makin buruk, angka metastasis
makin tinggi. Kelenjar limfe mammaria interna juga merupakan jalur
metastasis yang penting. Menurut observasi klinik patologik, bila tumor di sisi
medial dan kelenjar limfe aksilar positif, angka metastasis kelenjar limfe
mammaria interna adalah 50%; jika kelenjar limfe aksilar negative, angka
metastasis adalah 15%. Karena vasa limfatik dalam kelenjar mammae saling
beranastomosis, ada sebagian lesi walaupun terletak di sisi lateral, juga
mungkin bermetastasis ke kelenjar limfe mammaria interna. Metastasis di
kelenjar limfe aksilar maupun kelenjar limfe mammaria interna dapat lebih
lanjut bermetastasis ke kelenjar limfe supraklavikular.

3. Metastasis hematogen
Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh
darah, juga dapat langsung menginvasi masuk pembuluh darah (melalui vena
kava atau sistem vena interkostal-vertebral) hingga timbul metastasis
hematogen. Hasil autopsy menunjukkan lokasi tersering metastasis adalah
paru, tulang, hati, pleura, dan adrenal

3
1
2.6 Manifestasi KliniS
Kanker Payudara dapat berupa benjolan yang teraba pada payudara dan disertai dengan
gejala lain seperti nyeri payudara, nipple discharge, paeu d’orange.
a. Massa payudara yang teraba
Massa pada payudara umumnya dapat terpalpasi jika telah berukuran paling tidak 2 cm.
Lesi massa yang sering dapat terpalpasi antara lain adalah karsinoma invasif,
fibroadenoma dan kista. Massa atau benjolan pada payudara merupakan hal yang umum
pada wanita premenopause, namun kemungkinan massa tersebut memiliki sifat ganas
bertambah seiring bertambahnya usia.
b. Perubahan kulit sekitar
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, perlu dicari tahua pakah terdapat gangguan pada
kulit. Gejala dan tanda yang lazim ditemukan pada tumor payudara antara lain edema
dan ulkus.
c. Inversi puting susu
Adanya suatu massa atau keganasan pada payudara dapat mengganggu integritas
payudara sehingga dapat mengakibatkan inversi puting susu.
d. Nipple discharge
Nipple discharge merupakan tanda yang sangat jarang, namun paling mengkhawatirkan
jika terjadi secara spontan dan unilateral karena dapat diakibatkan oleh suatu
karsinoma.
e. Nyeri payudara (mastalgia / mastodinia)
Nyeri merupakan gejala yang dapat terikat dengan siklus haid (siklik) dan juga tidak
terikat (non-siklik). Nyeri non siklik umumnya terlokalisasi pada satu area payudara.
Penyebab munculnya mastalgia antara lain adalah rupturnya kista, cedera fisik, infeksi
dan yang paling banyak adalah lesi yang tidak spesifik. Walaupun sekitar 95% massa
payudara yang nyeri adalah jinak, sekitar 10% kanker payudara juga dapat muncul
gejala nyeri.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


A. Mamografi
Teknik mamografi merupakan teknik pemeriksaan yang paling populer yang
digunakan untuk memeriksa payudara. Dianjurkan agar para wanita melakukan

1
pemerikasaan mammografi setiap tahun, khususnya bagi wanita yang telah berumur 35
tahun keatas. Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan penekanan pada area payudara
kemudian menggunakan sinar X dengan radiasi yang sangat rendah untuk mendapatkan
gambaran dari payudara. Deteksi yang dilakukan adalah mencari adanya pengapuran
halus pada payudara yang dapat menjadi cikal bakal kanker payudara. Mammografi juga
dapat mendeteksi lesi dalam ukuran yang sangat kecil yang tidak teraba. Kelemahan
mammografi adalah kurang sensitif jika digunakan untuk memeriksa wanita muda dengan
payudara padat dan belum melahirkan. Selain itu, mammografi juga tidak bisa
membedakan anatara lesi padat dan lesi cair. Jika demikian, maka perlu pemeriksaan USG
untuk mendapatkan hasil yang tepat.

B. USG (Ultrasonografi)
Pada pemeriksaan dengan alat USG menggunakan gelombang suara untuk
mendeteksi kelainan pada payudara. USG dapat digunakan untuk memeriksa payudara
pada wanita dengan usia kurang dari 30 tahun, pada wanita hamil dan menyusui yang
tidak bisa dideteksi dengan tepat jika menggunakan Mammografi. Teknik ini juga dapat
digunakan untuk memeriksa wanita yang menggunakan breast implant. Salah satu
kelemahan USG adalah sangat bergantung pada operator (operator dependent) untuk
keakuratan hasilnya. Sedangkan, kelemahan lainnnya adalah tidak dapat mendeteksi
pengapuran halus juga tidak dapat mendeteksi dengan akurat pada payudara yang
didominasi lemak. Maka, pemeriksaan USG dan Mammografi dilakukan bersama untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.

C. MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Penggunaan MRI merupakan teknik pemeriksaan yang paling akurat karena
memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap benjolan kecil. MRI menggunakan medan
magnet kuat dan gelombang radio. Kelemahan dari pemeriksaan ini adalah biaya yang
mahal dan waktu pemeriksaan yang lama. Maka, MRI biasa direkomendasikan jika ada
kecurigaan adanya benjolan, benjolan tidak teraba data pada payudara implant.

D. PET-Scan
Pemeriksaan PET-Scan menggunakan zat radiofarmaka untuk mendapatkan
gambar 3 dimensi berwarna dan digunakan untuk mendeteksi perubahan sel di dalam
tubuh manusia. PET-Scan dapat memberikan informasi mengenai anatomi, metabolisme

2
dan penyebaran sel kanker dalam tubuh. Kelemahan PET-Scan adalah harga pengecekan
yang sangat mahal. Sehingga teknik pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk skrining
secara berkala. PET-Scan juga diperlukan penderita kanker untuk mengetahui bagaimana
penyebaran kanker sehingga bisa diketahui keberhasilan suatu terapi atau pengobatan
tertentu.

E. Biopsi
Metode biopsi adalah pemeriksaan dengan mengambil sampel jaringan dari
benjolan yang dicurigai kanker untuk kemudian diperiksa di bawah mikroskop apakah
terdapat sel kanker atau tidak. Kelemahannya, biopsi menimbulkan luka. Teknik ini
dilakukan jika ada suatu benjolan yang mencurigakan dan masih tidak dapat dideteksi
dengan pemeriksaan lain, karena keakuratannya cukup baik untuk mendeteksi kanker
payudara. Hal lainnya yang memerlukan biopsi adalah jika perlu dilakukan operasi
secepatnya karena adanya benjolan yang dicurigai sebagai kanker yang ganas.

F. Sadari
Selalu jaga kesehatan payudara Anda. Anda dapat juga melakukan pemeriksaan
payudara sendiri (teknik SADARI) setiap hari.

G. Skrining
Rekomendasi untuk deteksi kanker payudara dini menurut American Cancer
Society :
1. Wanita berumur≥ 40 tahun harus melakukan screening mammogram secara
terus-menerus selama mereka dalam keadaan sehat, dianjurkan setiap tahun.
2. Wanita berumur 20-30 tahun harus melakukan pemeriksaan klinis payudara
(termasuk mammogram) sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan yang
periodik oleh dokter, dianjurakan setiap 3 tahun.
3. Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri mulai
umur 20 tahun. untuk kemudian melakukan konsultasi ke dokter bila menemukan
kelainan.
4. Wanita yang berisiko tinggi (>20%) harus melakukan pemeriksaan MRI dan
mammogram setiap tahun.

3
5. Wanita yang risiko sedang (15-20%) harus melakukan mammogram setiap
tahun, dan konsultasi ke dokter apakah perlu disertai pemeriksaan MRI atau
tidak.
6. Wanita yang risiko rendah (<15%) tidak perlu pemeriksaan MRI periodik
tiap tahun.
7. Wanita termasuk risiko tinggi bila :
a. mempunyai gen mutasi dari BRCA1 atau BRCA2
b. mempunyai kerabat dekat tingkat pertama (orang tua, kakak-adik) yang
memiliki gen mutasi dari BRCA1 atau BRCA2 tetapi belum pernah
melakukan pemeriksaan genetik
c. mempunyai risiko kanker≥ 20 -25% menurut penilaian faktor risiko
terutama berdasarkan riwayat keluarga
d. pernah mendapat radioterapi pada dinding dada saat umur 10-30 tahun
e. mempunyai Li-Fraumeni syndrome, Cowden syndrome, atau Bannayan-
Riley-Ruvalcaba syndrome, atau ada kerabat dekat tingkat pertama memiliki
salah satu sindrom-sindrom ini.
8. Wanita dengan risiko sedang bila :
a. mempunyai risiko kanker 15-20% menurut penilaian faktor risiko terutama
berdasarkan riwayat keluarg
b. mempunyai riwayat kanker pada satu payudara, ductal carcinoma in situ
(DCIS), lobular carcinoma in situ (LCIS), atypical ductal hyperplasia
(ADH), atau atypical lobular hyperplasia (ALH)
c. mempunyai kepadatan yang tidak merata atau berlebihan terlihat pada
pemeriksaan mammogram

2.8 Penatalaksanaan Medis


Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk stadium
I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan inflammatory
carcinoma mungkin dapat disembuhkan dengan terapi multimodalitas, tetapi kebanyakan
hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk
pasien dengan metastasis jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.

4
2.1.3 Terapi secara pembedahan

A. Mastektomi partial (breast conservation)


Tindakan konservatif terhadap jaringan payudara terdiri dari reseksi
tumor primer hingga batas jaringan payudara normal, radioterapi dan
pemeriksaan status KGB (kelenjar getah bening) aksilla. Reseksi tumor
payudara primer disebut juga sebagai reseksi segmental, lumpectomy,
mastektomi partial dan tylectomy. Tindakan konservatif, saat ini merupakan
terapi standar untuk wanita dengan karsinoma mammae invasif stadium I atau
II.Wanita dengan DCIS hanya memerlukan reseksi tumor primer dan
radioterapi adjuvan. Ketika lumpectomy dilakukan, insisi dengan garis lengkung
konsentrik pada nipple-areola complex dibuat pada kulit diatas karsinoma
mammae. Jaringan karsinoma diangkat dengan diliputi oleh jaringan mammae
normal yang adekuat sejauh 2 mm dari tepi yang bebas dari jaringan
tumor.Dilakukan juga permintaan atas status reseptor hormonal dan ekspresi
HER-2/neu kepada patologis.
Setelah penutupan luka payudara, dilakukan diseksi KGB aksilla
ipsilateral untuk penentuan stadium dan mengetahui penyebaran regional.Saat
ini, sentinel node biopsy merupakan prosedur staging yang dipilih pada
aksilla yang tidak ditemukan adanya pembesaran KGB. Ketika sentinel node
biopsy menunjukkan hasil negatif, diseksi KGB akilla tidak dilakukan.
B. Modified Radical Mastectomy
Modified radical mastectomy mempertahankan baik M. pectoralis
mayor and M. pectoralis minor, dengan pengangkatan KGB aksilla level I
dan II tetapi tidak level III. Modifikasi Patey mengangkat M. pectoralis
minor dan diseksi KGB axilla level III. Batasan anatomis pada Modified
radical mastectomy adalah batas anterior M. latissimus dorsi pada bagian
lateral, garis tengah sternum pada bagian medial, bagian inferiornya 2-3 cm dari
lipatan infra-mammae dan bagian superiornya m. subcalvia.
Seroma dibawah kulit dan di aksilla merupakan komplikasi tersering
dari mastektomi dan diseksi KGB aksilla, sekitar 30% dari semua kasus.
Pemasangan closed-system suction drainage mengurangi insidensi dari
komplikasi ini. Kateter dipertahankan hingga cairan drainage kurang dari 30
ml/hari. Infeksi luka jarang terjadi setelah mastektomi dan kebanyakan terjadi

5
sekunder terhadap nekrosis skin-flap. Pendarahan sedang dan hebat jarang
terjadi setelah mastektomi dan sebaiknya dilakukan eksplorasi dini luka
untuk mengontrol pendarahan dan memasang ulang closed-system suction
drainage. Insidensi lymphedema fungsional setelah modified radical
mastectomy sekitar 10%. Diseksi KGB aksilla ekstensif, terapi radiasi, adanya
KGB patologis dan obesitas merupakan faktor- faktor predisposisi.

2.1.4 Terapi secara medikalis (non-pembedahan)


A. Radioterapi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma mammae.
Untuk wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy, radiasi adjuvan
diberikan untuk mengurangi resiko rekurensi lokal, juga dilakukan untuk
stadium I, IIa, atau IIb setelah lumpectomy. Radiasi juga diberikan pada
kasus resiko/kecurigaan metastasis yang tinggi.
Pada karsinoma mammae lanjut (Stadium IIIa atau IIIb), dimana resiko
rekurensi dan metastasis yang tinggi maka setelah tindakan pembedahan
dilanjutkan dengan terapi radiasi adjuvan.
B. Kemoterapi
1. Kemoterapi adjuvan
Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada karsinoma
mammae tanpa pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari
0,5 cm dan tidak dianjurkan. Jika ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm
tanpa pembesaran KGB dan dengan resiko rekurensi tinggi maka
kemoterapi dapat diberikan. Faktor prognostik yang tidak
menguntungkan termasuk invasi pembuluh darah atau limfe, tingkat
kelainan histologis yang tinggi, overekspresi HER-2/neu dan status
reseptor hormonal yang negatif sehingga direkomendasikan untuk
diberikan kemoterapi adjuvan. Contoh regimen kemoterapi yang
digunakan antara lain siklofosfamid, doxorubisin, 5-fluorourasil dan
methotrexate. Untuk wanita dengan karsinoma mammae yang reseptor
hormonalnya negatif dan lebih besar dari 1 cm, kemoterapi adjuvan
cocok untuk diberikan. Rekomendasi pengobatan saat ini, berdasarkan
NSABP B-15, untuk stadium IIIa yang operabel adalah modified radical

6
mastectomy diikuti kemoterapi adjuvan dengan doxorubisin diikuti
terapi radiasi.
2. Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang diberikan
sebelum dilakukan tindakan pembedahan, dimana dilakukan apabila
tumor terlalu besar untuk dilakukan lumpectomy. Rekomendasi saat ini
untuk karsinoma mammae stadium lanjut adalah kemoterapi neoadjuvan
dengan regimen adriamycin diikuti mastektomi atau lumpectomy dengan
diseksi KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi adjuvan,
dilanjutkan dengan terapi radiasi. Untuk Stadium IIIa inoperabel dan
IIIb, kemoterapi neoadjuvan digunakan untuk menurunkan beban atau
ukuran tumor tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan
modified radical mastectomy, diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.
3. Terapi anti-estrogen
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik
berupa reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron.
Reseptor hormon ini ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal
dan lobular invasif yang masih berdiferensiasi baik. Setelah berikatan
dengan reseptor estrogen dalam sitosol, tamoxifen menghambat
pengambilan estrogen pada jaringan payudara. Respon klinis terhadap
anti-estrogen sekitar 60% pada wanita dengan karsinoma mammae
dengan reseptor hormon yang positif, tetapi lebih rendah yaitu sekitar
10% pada reseptor hormonal yang negatif. Kelebihan tamoxifen dari
kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri tulang,
hot flushes, mual, muntah dan retensi cairan dapat terjadi pada
pengunaan tamoxifen. Resiko jangka panjang pengunaan tamoxifen
adalah karsinoma endometrium. Terapi dengan tamoxifen dihentikan
setelah 5 tahun. Beberapa ahli onkologi merekomendasikan tamoxifen
untuk ditambahkan pada terapi neoadjuvan pada karsinoma mammae
stadium lanjut terutama pada reseptor hormonal yang positif. Untuk
semua wanita dengan karsinoma mammae stadium IV, anti-estrogen
(tamoxifen), dipilih sebagai terapi awal.
4. Terapi antibodi anti-HER2/neu

7
Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae yang
baru didiagnosis, saat ini direkomendasi. Hal ini digunakan untuk tujuan
prognostik pada pasien tanpa pembesaran KGB, untuk membantu
pemilihan kemoterapi adjuvan karena dengan regimen adriamycin
menberikan respon yang lebih baik pada karsinoma mammae dengan
overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan overekspresi Her-2/neu
mungkin dapat diobati dengan trastuzumab yang ditambahkan pada
kemoterapi adjuvan.

2.9 Prognosis
Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae antara tahun
1983-1987 telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan, epidemiologi dan hasil
akhir program data, didapatkan bahwa angka 5-year survival untuk stadium I
adalah 94%, stadium IIa 85%, IIb 70%, dimana pada stadium IIIa sekitar 52%,
IIIb 48% dan untuk stasium IV adalah 18%.
2.10 Komplikasi
Komplikasi dari kanker payudara adalah metastase ke tulang, jika hal itu
terjadi di tulang belakang maka akan terjadi kompresi medula spinalis. Komplikasi
utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga melalui
saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk
metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang
kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia.
Metastase ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan
metastase ke otak mengalami gangguan persepsi sensori. (Iskandar, 2007 )

2.11 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Data fokus yang perlu dikaji menurut Doenges, (1999) adalah :
1. Demografi
Umur : Biasanya terjadi pada usia > 35 tahun
Jenis kelamin : wanita > laki-laki b. Riwayat kesehatan
2. Keluhan utama :Nyeri pada payudara/tidak, terdapat benjolan dan kesulitan
untuk bernafas.
3. Riwayat kesehatan sekarang

8
Sejak pasien mengeluh nyeri dan ada benjolan pada payudara sampai kerumah
sakit.
4. Riwayat kesehatan dahulu : Riwayat menarche, menopause.
5. Riwayat kesehatan keluarga : Adanya anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
6. Pola Kebutuhan Dasar
a) Aktivitas / istirahat
Gejala : kerja, aktivitas yang melibatkan banyak gerakan tangan.
b) Pola tidur: tidur tengkurap
c) Sirkulasi
Tanda : Kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).
d) Makanan / cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.
e) Integritas ego
Gejala : Stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stress akut tentang
diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.
f) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri pada penyakit yang luas. (nyeri lokal jarang terjadi pada
keganasan dini).
Beberapa pengalam an ketidaknyamanan pada jaringan payudara. Payudara
berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit
fibrokistik.
g) Keamanan
Tanda : massa Nodul aksila Edema, eritema pada kulit sekitar.
h) Seksualitas
Gejala : adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan kesimetrisan
payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu, raba puting, gatal,
rasa terbakar atau puting meregang. Riwayat menarke dini (lebih muda
dari usia 12 tahun). Menopause lambat (setelah 50 tahun). Kehamilan pertama
lambat (setelah usia 35 tahun).
Masalah tentang seksualitas atau keintiman.
Tanda : perubahan pada postur / massa payudara, asimetris. Kulit cekung,
berkerut, perubahan pada warna tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan atau
panas pada payudara
9
i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat kanker dalam keluarga (ibu,saudara wanita, bibi dari ibu, dan
nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau ovarium.
Pertimbangan DRC menunjukkan rata lama dirawat : 4,0 hari 1 rencana
pemulangan : membutuhkan bantuan dalam pengobatan, keputusan,
aktifitas perawatan diri, pemeliharaan rumah
7. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
b) Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
c) Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d) Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi
dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e) Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f) Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g) Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.
h) Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi atau
tanda-tanda radang.
i) Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j) Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
8. Data Penunjang
a) Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna untuk
klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
b) Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c) CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang
sulit diperiksa dengan mammografi
d) Ultrasonografi (USG)

10
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista
dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil komplemen dari
mammografi.
e) Mammografi
Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk mendeteksi
kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembedahan,
trauma jaringan traum a jarin gan, penek anan syara f, ditan dai dengan keluha
n ot ot. kel uha n kek aku an, beb as pad a are a dad a, nye ri bah u/ len
gan , perub ahan (tonu s otot , lokus pada diri sendi ri dan distr aksi/ melin
dungi bagian yang nyeri.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan ruang gerak
ditandai menolak upaya untuk bergerak
3. Gang guan harg a diri berh ubun gan den gan peru baha n bent uk dan fung
si payudara prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, psik osos ial; masa
lah tent ang kete rtar ika n seks ual dit anda i deng an perubahan aktual
pada struktur/ kontur tubuh, menyatakan ketakutan penolakan oleh orang
lain, perubahan dalam lingkungan sosial, perasaan negatif tentang tubuh, selalu
memikirkan perubahan atau kehilangan, tidak mau melihat tubuh, tidak
berpartisipasi dalam terapi
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan peningkatan
ketegangan, gemetar dan gelisah
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulas i adanya
edema, drainase, perubahan pada elastisitas kulit.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nutrisi yang
masuk ke tubuh tidak bisa digunakan secara optimal oleh tubuh ditandai dengan
mual( kemoterapi ).
7. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah,efek kemoterapi atau
radiologi misal, kehilangan rambut
8. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru, anestesi ditandai
dengan peningkatan jumlah lendir, kering, lengket

11
G .Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana


rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas
yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.Agar implementasi perencanaan
dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi
prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan
mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi
ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan
data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikutnya.

H. Evaluasi

Evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang


diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan
kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses
keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.

1. Jalur Penyebaran

2.2.7 Perumusan Diagnosa NANDA, NOC, dan NIC

NANDA NOC NIC


1. 1. Kontrol 1. 1. Manajemen
nyeri nyeri
1. Nyeri (kronik) b.d Definisi : Tindakan Definisi :
proses penyakit pribadi untuk mengontrol
(penekanan/kerusakannyeri.
Penanggulangan nyeri atau
jaringan syaraf,
penurunan nyeri sampai
infiltrasi sistem indikator:-Mengenali tingkat kenyamanan yang
suplay syaraf, faktor penyebab-
dapat diterima oleh pasien.
obstruksi jalur syaraf, Mengenali onset
(lamanya sakit)
inflamasi), -Menggunakan metode
Defenisi : Pengalaman pencegahan
emosional dan sensori yang
tidak menyenangkan yang -Menggunakan metode Aktivitas :
muncul dari kerusakan jaringan nonanalgetik
untuk mengurangi
secara aktual dan potensial atau – Lakukan pengkajian
nyeri
menunjukkan adanya nyeri secara komprehensif
kerusakan termasuk lokasi
karakteristik, durasi,

12
Batasan karakteristik -Menggunakan analgetik frekuensi, kualitas, dan
sesuai kebutuhan
factor presipitasi
 Anorexia -Mencari bantuan tenaga
 Perubahan pola tidur kesehatan – Observasi reaksi non
 Fatigue verbal dari ketidaknyamanan
 Gangguan interaksi -Melaporkan gejala pada
social tenaga kesehatan
– Gunakan teknik
 Ekspresi verbal komunikasi terapeutik untuk
tentang nyeri -Menggunakan sumber-
mengetahui pengalaman
sumber yang tersedia
nyeri pasien

-Mengenali gejala-gejala
nyeri – Kaji budaya yang
mempengaruhi respion nyeri
-Mencatat pengalaman
nyeri sebelumnya
1. 2. Pemberian
Analgesic
-Melaporkan nyeri sudah
terkontrol Defenisi: menggunakan agen
farmakologi untuk
mengurangi nyeri

Aktifitas:
1. 2. Tingkat
nyeri
Defenisi : Seberapa besar – Tentukan lokasi,
seseorang melaporan dan karakteristik, mutu, dan
mendemontrasian nyeri intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien
indikator:-melaporkan
adanya nyeri-luas bagian
– Periksa
tubuh yang terpengaruh
-frekuensi nyeri order/pesanan medis untuk
obat, dosis, dan frekuensi
-panjangnya episode yang ditentukan analgesic
nyeri
– Cek riwayat alergi
-pernyataan nyeri obat

-ekspresi nyeri pada


wajah – Tentukan analgesic
yang cocok, rute pemberian
dan dosis optimal.
-posisi tubuh protektif

– Utamakan pemberian
secara IV dibanding IM

13
sebagai lokasi penyuntikan,
jika mungkin

– Monitor TTV
sebelum dan sesudah
pemberian obat narkotik
dengan dosis pertama atau
jika ada catatan luar biasa.

– Cek pemberian
analgesic selama 24 jam
untuk mencegah terjadinya
puncak nyeri tanpa rasa
sakit, terutama dengan nyeri
yang menjengkelkan

– Evaluasi efektivitas
analgesic pada interval
tertentu, terutama setelah
dosis awal, pengamatan juga
diakukan melihat adanya
tanda dan gejala buruk atau
tidak menguntungkan (
berhubungan dengan
pernapasan, depresi, mual
muntah, mulut kering dan
konstipasi)

– Dokumentasikan
respon pasien tentang
analgesic, catat efek yang
merugikan

1. Pengetahuan
:Kontrol 1. 1. Pengontrolan
infeksi infeksi
2. Resiko tinggi terhadap
infeksi b.d jaringan trauma, Definisi : meminimalisir/ Definisi: meminimalkan
kulit rusak, prosedur invasif, mengurangi perpindahan mendapatkan infeksi dan
agen-agen penyebab transmisi agen infeksi.
lamanya penyembuhan luka
pada pasien DMDefinisi : infeksi (bakteri, mikroba
peningkatan resiko masuknya dan lain-lain)
orgaanisme patogen.

14
Indikator: Aktivitas :

– Mendeskripsikan – Ciptakan lingkungan


tanda-tanda dan gejala ( alat-alat, berbeden dan
lainnya) yang nyaman dan
– Mendeskripsikan bersih terutama setelah
tampilan prosedur- digunakan oleh pasien
prosedur
– Gunakan alat-alat
– Mendeskripsikan yang baru dan berbeda setiap
aktivitas-aktivitas akan melakukan tindakan
meningkatkan daya tahan keperawatan ke pasien
terhadap infeksi
– Tempatkan pasien
– Mendeskripsikan yang harus diisolasi yang
cara pengobatan untuk sesuai dengan kondisi pasien
diagnosa
1. 2. Proteksi
– Mendeskripsikan infeksi
tingkat keberhasilan Defenisi : menghindari dan
diagnose infeksi mendeteksi secara dini
adanya resiko infeksi pada
pasien.
1. 2. Kontrol
resiko
Indikator: Aktivitas :

– Mengetahui resiko – Monitor tanda-tanda


dan gejala sistemik dan local
dari infeksi.
– Memperhatikan
factor resiko lingkungan
– Monitor daerah yang
mudah terinfeksi.
– Perhatikan factor
resiko perilaku individu
– Monitor jumlah
granulosit, WBC, dan
– Kembangkan
perbedaan nilai.
strategi pengawasan
factor resiko yang efektif
– Ikuti kewaspadaan
neutropenic.
– Tentukan strategi
kontrol resiko yang
dibutuhkan – Batasi pengunjung.

15
– Menjalankan – Pertahankan teknik
strategi asepsis untuk pasien yang
berisiko.
– Mengikuti strategi
yang dipilih – Inspeksi kulit dan
membran mukosa yang
– Mengubah gaya memerah, panas, atau kering.
hidup untuk mengurangi
resiko – Inspeksi kondisi dari
luka operasi

– Tingkatkan intake
nutrisi yang cukup.

– Anjurkan intake
cairan.

– Anjurkan istirahat.

– Monitor perubahan
tingkat energi / malaise.

– Anjurkan
peningkatan mobilitas dan
latihan.

– Beri agen imun.

– Instruksi pasien
untuk mendapatkan
antibiotik sesuai resep.

3. Kurangnya 1.Pengetahuan : Proses


pengetahuan tentang penyakit, PenyakitDefenisi :
prognosis dan pengobatan b.d Pemahaman yang 1. Pendidikan : Proses
kurangnya informasi, mendalam tentang proses PenyakitDefenisi :
misinterpretasi, keterbatasan penyakit spesifikIndicator Membantu bantuan untuk
kognitif.Defenisi : : memahami informasi yang
Kehilangan atau defesiensi – Familiarnya berhubungan dengan proses
informasi kognitif b.d topic tentang nama penyakit penyakit yang
spesifik spesifikAktivitas :

16
Batasan Karakteristik : – Deskripsi proses – Hargai tingkat
penyakit pengetahuan pasien tentang
– Prilaku yang berlebihan proses penyakit
– Deskripsi factor
– Petunjuk yang diikuti yang berhubungan – Jelaskan patofisiologi
tidak akurat dengan penyakit penyakit dan bagaiman
hubungan denagn anatomy
– Deskripsi factor dan fisiologi
– Pengungkapan masalah
resiko
– Deskripsikan tanda
– Deskripsi effek dan gejala penyakit
dari penyakit
– Deskripsikan proses
– Deskripsi tanda penyakit
dan gejala
– Identifikasi factor
– Deskripsi penyebab
komplikasi
– Sediakan informasi
– Deskripsi sesuai dengan kondisi pasien
kewaspadaan untuk
mencegah komplikasi – Diskusikan
perubahan gaya hidup yang
2.Pengetahuan: dibutuhkan untuk mencegah
Perawatan Penyakit komplikasi lebih lanjut dan
atau konyrol dari proses
penyakit
Indikator:

– Diskusikan pilihan
– Diet
terapi/pengobatan

– Proses penyakit
– Deskripsikan
komplikasi kronik yang
– Mengontrol mungkin terjadi
infeksi

2. Pendidikan :
– Prosedur Prosedur/Pengobatan
pengobatan

Defenisi : mempersiapkan
– Cara pengobatan pemahaman dan mental
pasien untuk prosedur
pengobatan

17
Aktifitas:

– Tentukan harapan-
harapan pasien dari
pembedahan

– Perbaiki harapan
yang tidak terwujudkan dari
pembedahan, dengan tepat

– Sediakan waktu
kepada pasien untuk
bertanya dan mendiskusikan
masalah

– Ikutsertakan
keluarga/orang penting
lainnya, dengan tepat

– Informasikan pada
pasien bagaimana mereka
dapat membantu pada proses
penyembuhan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anggorowati, lindra, (2013). Faktor Resiko Kangker Payudara Wanita. Jurnal Kesehatan
Masyarakat 8 (2): 121-126

Balasa Bramaniam, S.M.RossiS,B, & Live kanan S, 1013. Resiko FaKtor of Femnele
Breast Carcinoma. A Case Control Study at Paduchenrry. (Indian ) Cancer. 50 (1) : 65-70

Tin Cancerhelp. 2010. Stop cancer. Jakarta : Agromdis . pibale

It Grace, PiereA ,tnei . Borley. At Glance ilmu Bedah ed 3. Ahli Bahasa, India man, Jakarta
: erlangga

Chlebowski , R.t (2009) Breast Cancer at use of estrogen plus progesteron in menopausal
women. The New England jornal of medicine. 360 (6)

Indriati, Rini, dkk (2009)

NANDA, (2015). NIC-NOC

Taylor ,chytia m & shelila Sparle Ralpli (2015). Diagnosa Keperawatan ed.10 Jakarta :
EGC Faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Kangker Payudara Wanita.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
Ny. S.A berumur 45 tahun beralamat di Jln. Amanal, RT IX/ RW X. Wijaya Kusuma.
Klien masuk Rumah Sakit Sumber Waras pada hari Jumat, tanggal 03 Maret 2017 pukul 17.00
WIB, dengan diagnosa medis saat masuk Tumor Mamae Sinistra. Pengkajian pra operasi
dilakukan pada tanggal 4 Maret 2017 pukul 09.00 WIB sedangkan pengkajian post bedah
dilakukan pada tanggal 5 Maret 2017.
Klien dikirim dari IGD dengan keluhan. Klien sudah mengikuti rawat jalan ke Poli Bedah
RS. Sumber Waras Jakarta Barat sejak Februari 2017 yan lalu dengan keluhan adanya benjolan
dan dianjurkan untuk operasi oleh dr bedah. Klien sempat menolak dengan alasan takut
terdapat masalah pada operasi dan cerita pengalaman dari tetangga yang pernah menderita hal
yang sama dengan klien. Klien memutuskan untuk dioperasi pada 28 februari 2017 dan
dioperasi pada 4 maret 2017.
Klien memiliki riwayat, klien pernah di rawat di RS. Cengkareng pada tahun 2006 dengan
keluhan benjolan kecil di payudara kanan dengan besar ±1-2 cm dan dilakukan tindakan
operasi dengan bius daerah payudara kanan. Klien mengatakan setelah itu klien menjalani
rawat jalan ± 1 minggu. Didalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti
klien. Suami klien menderita hipertensi dan diabetes melitus sudah ± 2 tahun dan kembali
normal dalam 3-4 bulan akhir-akhir ini. Klien juga tidak memiliki riwayat alergi pada makanan,
obat, atauapu sejenisnya dan tidak pernah memiliki gangguan pada psikologisnya. Klien
tinggal bersama suami dan kedua anaknya, orang tua dari klien dan suaminya sudah meninggal.
Dalam Pola Pemeliharaan kesehatan Klien mengatakan memiliki benjolan pada payudara
sebelah kirinya sudah kurang lebih setahun. Klien mengatakan mula-mulanya benjolan kecil
dan lama-kelamaan menjadi besar. Klien meyadari bahwa pentingya pengobatan setelah
diketahui benjolan sudah membesar. Klien juga sering mengkonsumsi obat-obat tradisional
cina yang ditawarkan oleh kerabatnya. Klien sudah 2 tahun tidak menggunakan kontrasepsi
tetapi klien mengatakan sebelumnya klien menggunakan kontrasepsi suntik sudah 4 tahun dan
Pil sudah ±6-7 tahun sejak umur 32 tahun. Klien tidak terlalu peduli soal berat badan dan klien
memiliki BB 71 kg dan TB 160 kg dengan IMT 27,3 kg/m2 dan klien termasuk dalam kategori
obesitas I.

20
Pola Makan klien 3x sehari dengan jenis Nasi + sayur + lauk pauk dengan seporsi piring
dihabisan dan klien sejak masuk RS makan bubur + sayur + lauk Pauk. Klien mengatakan
sering mengakonsumsi makanan yang tinggi lemak seperti rendang, goreangan dan yang cepat
saji seperti nasi goreng, bakso, mie ayam, ayam kentucty. Klien juga minum air putih kurang
lebih 1200 ml atau 5-6 gelas per harinya. Klien mengatakan suka minum kopi 3-4x per hari.
Pola Eliminasi BAK sering 4-5x dan bisa lebih dalam sehari terutama saat ruangannya
berAC. urin warna kuning kadang jernih atau keruh. Klien mengatakan BAB 1x sehari dengan
konsistensi lunak dan warna kecoklatan. Klien mengatakan agak sulit beradaptasi
menggunakan toilet RS.
Pola aktifitas klien sehari-hari adalah pekerjaan ibu rumah tangga. Klien mengatakan
aktifitas dapat dilakukan mandiri tanpa bantuan keluarga. Klien mengatakan jarang melakukan
olahraga atau sebagainya.
Pola Istirahat tidur 2 x sehari yakni siang dan malam. Klien mengatakan tidak memiliki
gangguan pada pola tidur. Klien mengatakan tidur malam pada pukul 22.00 dan bangun pukul
05.00 dan istirahat siang bisa dari pukul 13.00-14.00 dan bisa lebih. Saat klien dirawat di Inap
sehari sebelum operasi klien tidur 6-7 jam dan 2-3 jam dalam sehari.
Pola persepsi kognitif,. Klien mengatakan tidak mengerti mengapa sampai bisa menderita
penyakit ini. Klien mengatakan belum terlalu mengerti dengan penyakit yang dia derita. Klien
juga mengeluh tentang benjolannya dapat menjurus ke ganas atau tidak dan klien mengatakan
khawatir bila bermasalah saat dioperasi. Klien mengungkapkan khawatir bila selesai operasi
ada kemungkinan atau tidak benjolan dapat tumbuh kembali. Klien mengatakan tidak terjadi
gangguan pada pendengaran, penglihatan, pengecapan, penghiduan dan perabaan
Pada Pola Persepsi dan konsep diri, Klien mengatakan klien adalah seorang ibu yang
tinggal bersama kedua anaknya dan seorang suami. klien bersyukur dalam keluarga kecil terasa
bahagia dan tentram, bila ada masalah dalam keluarga, klien selalu membahas bersama suami
serta anak-anaknya. Klien mengatakan tidak ada masalah serius yang terjadi dalam
keluarganya, semua terasa harmonis.
Pola Peran dan Hubungan, Klien mengatakan mempunyai peran sebagai ibu rumah tangga,
mengurusi, merawat dan mencintai anak dan suaminya. Klien sangat senang bergaul dengan
tetangga. Bahkan klien sering dipanggil beberapa tetangga untuk memasak makanan tetangga,
karena tetangga mengatakan pada klien bahwa masakan klien enak. Klien mengatakan tidak
memiliki musuh.
Pola Reproduksi dan seksualitas, klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki masalah
pada organ seksualnya. klien juga mengatakan klien tidak pernah mengeluh apapun tentang
21
genitalianya. Klien mengatakan sudah jarang melakukan hubungan badan karena batasan usia,
dan klien agak acuh terhadap hubungan kasmaran antara suami dan istri. Klien sudah
melahirkan anak pertama saat usia 24 tahun dan kedua saat 27 tahun. Klien mengatakan sudah
2 tahun tidak menggunakan KB. Klien masih mengalami menstruasi dengan lama haid 4-5 hari
dengan jumlah darah yang keluar 3-4x ganti softex dan nyeri saat haid timbul kadang-kadang.
Klien mengatakan haid pertama kali pada usia 15 tahun dengan jumlah darah yang keluar bisa
±4-5x ganti softex.
Pola Mekanisme koping dan toleransi terhadap stress, Klien biasanya mengatasi stress
dengan berkumpul hingga jalan-jalan bersama keluarga atau teman-temannya. Klien
mengatakan bahwa sejak sakit klien hanya bisa tidur dan sering terpikirkan tentang prosedur
operasi. Klien mengatakan cara mengatasi stressnya saat ini hanya bisa berdoa dan bercanda
dengan keluarga atau kerabatnya.
Pada Pola sistem Nilai Kepercayaan, Klien mengatakan bahwa klien adalah seorang
muslim. Klien mengatakan suka mengikuti kegiatan kerohanian atau organisasi-organisasi
seperti PKK dan klien mengatakan klien selalu berdoa untuk kesehatannya, keluarga dan
kerabatnya.
Data Objectif yang didapat saat pengkajian, keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
klien Composmentis (R.Motorik 6, Respon Bicara 4, R. Membuka Mata 5), Tekanan Darah
120/70 mmHg (MAP 88 mmHg), nadi 88x/menit (teraba kuat dan regular), Respirasi 21x/menit
(pernapasan dada dan teratur), LLA 30 cm, Tinggi Badan 160 cm, Berat badan 71 kg, IMT
27,3 Kg/m2 (Obesitas tingkat 1), Riwayat operasi minor benjolan dipayudara kanan, Riwayat
menggunakan KB suntik 4 tahun dan Pil 6-7 tahun, peristaltik usus 8x/m, Klien tampak
bertanya-tanya tentang keadaan penyakitnya, Klien tampak takut dan cemas tentang operasi
yang akan dijalaninya, Klien tampak bertanya-tanya tentang kemungkinan benjolannya dapat
menjurus ke kanker atau tumor jinak, Klien tampak bertanya- tanya tentang kemungkinan
timbulnya benjolan sesudah operasi atau tidak, Klien tampak bertanya-tanya apakah ada
perawatan lain yang dapat mencegah timbulnya benjolan lagi, Klien tampak bertanya-tanya
tentang hal yang biasa menyebabkan terjadinya benjolan. Pada Pemeriksaan Fisik lokal
a. Payudara Kanan : Tampak ada bekas luka operasi yang sudah mengering ± 3cm,
aerola tampak kehitaman, putting menonjol, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kerutan
pada payudara, payudara simetris dengan yang kiri, tidak ada cairan/darah yang keluar
dari puting,
b. Payudara kiri : tampak simetris dengan kanan, tidak ada lesi, teraba benjolan sebesar
buah anggur dengan panjang ± 2-3 cm, benjolan teraba menetap dan agak keras, tidak
22
ada nyeri tekan, aerola kehitaman, putting menonjol, tidak ada cairan/darah yang keluar
dari puting, ketika tiduran tampak menonjol sedikit benjolannya.

Hasil Pemeriksaan laboratorium (1/3/2017) Hb 11.0 g/dl, leukosit 10.6 uL, eritrosit 4.30
juta/uL, Netrofil Segmen 68%, Limfosit 23%, trombosit 421 c/uL, Hematokrit 34,6%.
Pemeriksaan foto thoraks normal, pemeriksaan kultur dan resistensi tidak ada pertumbuhan
kuman pada darah, pemeriksaan USG ginjal kiri susp. Cys d.d Abses.
Tindakan yang dilakukan adalah pembedahan Eksisi Tumor sinistra pada 4 Maret 2017
untuk melihat hasil patologi dan terapi pra bedah yang diberikan IVFD 1000 mL/24 Jam, PCT
tab 500 mg 2x1 dan ceftriaxone 2x500 gr.
Laporan Operasi Eksisi Tumor Sinistra pada tanggal 4 maret 2017 pukul 16.35-17.20 WIB
yang dipimpin oleh dr M dan Asistensi + Perawat Instrumen Sr. E, Anastesi oleh dr L. Anastesi
Diberikan Umum dengan posisi terlentang. Dimulai dengan sayatan semi elips diatas tumor.
Tumor dibebaskan/diangkat berikut kulit diatasnya. Pendarahan ± 30 cc dan pendarahan
dirawat. Luka operasi ditutup kembali. Panjang luka ±10 cm dengan kedalaman luka ± 4 cm
dengan jahitan menggunakan polisoft 3.0. jumlah jahitan otot 1 jahitan, subcutan 4 jahitan,
epidermis 5 jahitan side. Panjang diameter jaringan/tumor ± 3 cm.
Dengan terapi Pct tab 500 mg, ceftriaxone inj 50 ml, metronidazol drips 100 ml,
ondansentron inj 5 ml.
Data Pengkajian Post op Eksisi Tumor sinistra, klien dengan keluhan utama post bedah
adalah klien mengeluh terdapat luka operasi pada payudara kiri atas dan terasa Nyeri pada
bagian luka operasi dengan skala nyeri 6 dan mengganggu aktifitas. Klien mengatakan nyeri
timbul ketika bergerak dan seperti berdenyut-denyut. Klien mengatakan khawatir bila selesai
operasi ada kemungkinan atau tidak benjolan dapat tumbuh kembali, klien bertanya tentang
makanan atau diet apa yang dilakukan setelah operasi, tindakan apa yang dapat dilakukan untuk
mencegah timbulnya benjolan kembali.
Data objectif, Keadaan umum klien tampak sakit sedang, kesadaran klien Composmentis
(R.Motorik 6, Respon Bicara 4, R. Membuka Mata 5), Tekanan Darah 120/70 mmHg (MAP
88 mmHg), nadi 90x/menit (teraba kuat dan regular), Respirasi 22x/menit (pernapasan dada
dan teratur), P: Luka Post Operasi, Q: berdenyut-denyut, R: Payudara kiri bagian atas, S: 6 (0-
10), T: Ketika menggerakkan tangan kirinya, Tampak klien bertanya-tanya tentang timbulnya
kembali benjolan atau tidak, klien tampak bertanya-tanya tentang makanan atau diet apa yang
dilakukan setelah operasi, klien tampak bingung ketika ditanya tentang perawatan luka, klien
tampak bertanya-tanya obat penyembuh luka operasi secara cepat. Dan pemeriksaan fisik yang

23
dilakukan, terdapat luka post op hari I pada payudara kiri atas, luka tampak tertutup dengan
perban bersih dan kering, Panjang luka ±10 cm dengan kedalaman luka ± 4 cm dan 5 jahitan
side, terdapat nyeri tekan pada area sekitar luka, area sekitar luka tampak bersih dan kering,
BU 10x/m, wajah meringis dan tampak menahan luka ketika menggerakkan tangan kiri,
menggerakkan tangan kiri secara perlahan-lahan.

24
KLASIFIKASI DATA Pre Operasi

Data Subjectif Data Objectif


- Klien mengeluh adanya benjolan pada - Keadaan umum tampak sakit ringan
payudara sebelah kiri, - kesadaran klien Composmentis (R.Motorik 6,
- Klien juga mengatakan khawatir tentang Respon Bicara 4, R. Membuka Mata 5),
operasi yang akan dijalaninya - Tekanan Darah 120/70 mmHg
- klien mengatakan belum terlalu mengerti - nadi 88x/menit
dengan penyakit yang dia derita - Respirasi 21x/menit
- Klien mengatakan tidak mengerti - LLA 30 cm,
mengapa sampai bisa menderita penyakit - Tinggi Badan 160 cm,
ini - Berat badan 71 kg,
- Klien mengatakan tidak mengerti - IMT 27,3 Kg/m2 (Obesitas tingkat 1),
mengapa sampai bisa menderita penyakit - Riwayat operasi minor benjolan dipayudara
ini. kanan,
- Klien mengatakan belum terlalu mengerti - Riwayat menggunakan KB suntik 4 tahun dan
dengan penyakit yang dia derita. Pil 6-7 tahun,
- Klien bertanya tentang benjolannya dapat - ada bekas luka operasi yang sudah mengering ±
menjurus ke ganas atau tidak 3cm
- klien mengatakan khawatir bila - Klien tampak bertanya-tanya tentang keadaan
bermasalah saat dioperasi. penyakitnya,
- Klien mengungkapkan khawatir bila - teraba benjolan sebesar buah anggur dengan
selesai operasi ada kemungkinan atau panjang ± 2-3 cm
tidak benjolan dapat tumbuh kembali - benjolan teraba menetap dan agak keras,
- Klien tampak takut dan cemas tentang operasi
yang akan dijalaninya,
- Klien tampak bertanya-tanya tentang
kemungkinan benjolannya dapat menjurus ke
kanker atau tumor jinak,
- Klien tampak bertanya- tanya tentang
kemungkinan timbulnya benjolan sesudah
operasi atau tidak,

25
- Klien tampak bertanya-tanya apakah ada
perawatan lain yang dapat mencegah timbulnya
benjolan lagi,
- Klien tampak bertanya-tanya tentang hal yang
biasa menyebabkan terjadinya benjolan
- Klien tampak bertanya-tanya tentang prosedur
operasi

26
ANALISA DATA Pre Operasi

Nama/umur : Ny. S.A (45 thn)

Ruangan/Kamar :RN6-II / 6205-5

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Ds : perubahan status kesehatan Ansietas
- Klien mengeluh adanya klien
benjolan pada payudara sebelah
klien bertanya tentang
kiri,
penyakit dan prosedur
- Klien juga mengatakan khawatir pembedahan
tentang operasi yang akan
informasi yang diberikan
dijalaninya
tidak adekuat
- klien mengatakan khawatir bila
bermasalah saat dioperasi. kurang pengetahuan tentang
prosedur pembedahan
- Klien mengungkapkan khawatir
bila selesai operasi ada ansietas
kemungkinan atau tidak
benjolan dapat tumbuh kembali
Do :
- Keadaan umum tampak sakit
ringan
- kesadaran klien
Composmentis (R.Motorik 6,
Respon Bicara 4, R. Membuka
Mata 5),
- Tekanan Darah 120/70 mmHg
- nadi 88x/menit
- Respirasi 21x/menit
- Riwayat operasi minor
benjolan dipayudara kanan,
- ada bekas luka operasi yang
sudah mengering ± 3cm

27
- teraba benjolan sebesar buah
anggur dengan panjang ± 2-3
cm
- benjolan teraba menetap dan
agak keras
- Klien tampak takut dan cemas
tentang operasi yang akan
dijalaninya
- Klien tampak bertanya-tanya
tentang prosedur operasi

2 Ds : perubahan status kesehatan defisiensi


- Klien mengeluh adanya klien pengetahuan
benjolan pada payudara sebelah klien bertanya tentang
kiri penyakit dan prosedur
- klien mengatakan belum terlalu pembedahan

mengerti dengan penyakit yang


informasi yang diberikan
dia derita tidak adekuat
- Klien mengatakan tidak
defisiensi pengetahuan
mengerti mengapa sampai bisa
menderita penyakit ini
- Klien mengatakan tidak
mengerti mengapa sampai bisa
menderita penyakit ini.
- Klien mengatakan belum terlalu
mengerti dengan penyakit yang
dia derita.
- Klien bertanya tentang
benjolannya dapat menjurus ke
ganas atau tidak
- Klien mengungkapkan khawatir
bila selesai operasi ada

28
kemungkinan atau tidak
benjolan dapat tumbuh kembali
Do :
- Keadaan umum tampak sakit
ringan
- kesadaran klien
Composmentis (R.Motorik 6,
Respon Bicara 4, R. Membuka
Mata 5),
- Tekanan Darah 120/70 mmHg
- nadi 88x/menit
- Respirasi 21x/menit
- LLA 30 cm,
- Tinggi Badan 160 cm,
- Berat badan 71 kg,
- IMT 27,3 Kg/m2 (Obesitas
tingkat 1),
- Riwayat operasi minor
benjolan dipayudara kanan,
- Riwayat menggunakan KB
suntik 4 tahun dan Pil 6-7
tahun,
- ada bekas luka operasi yang
sudah mengering ± 3cm
- Klien tampak bertanya-tanya
tentang keadaan penyakitnya,
- teraba benjolan sebesar buah
anggur dengan panjang ± 2-3
cm
- benjolan teraba menetap dan
agak keras,
- Klien tampak bertanya-tanya
tentang kemungkinan

29
benjolannya dapat menjurus
ke kanker atau tumor jinak,
- Klien tampak bertanya- tanya
tentang kemungkinan
timbulnya benjolan sesudah
operasi atau tidak,
- Klien tampak bertanya-tanya
apakah ada perawatan lain
yang dapat mencegah
timbulnya benjolan lagi,
- Klien tampak bertanya-tanya
tentang hal yang biasa
menyebabkan terjadinya
benjolan

30
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Pre Operasi

Nama klien/ umur : Ny. S.A (45 thn)

Ruangan / Kamar : RN6- II / 6205-5

Tujuan &
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional Jam Implementasi Evaluasi
Kriteria Hasil
1 Ansietas berhubungan Setelah 1. Kaji tingkat 1. Memudakan 08.0 Mengkaji tingkat Tgl. 04-03-2017
dengan tindakan operasi, dilakukan kecemasan klien penanganan atau 0 kecemasan klien dengn Pkl. 14.00
yang ditandai dengan : tindakan pemberian menilai prilaku, tutur kata,
S:
Ds : keperawatan asuhan pertanyaan yang diberikan
- Klien mengeluh adanya pre operatif keperawatan Hasil : klien tampak cemas, Klien mengatakan
benjolan pada payudara selama kurang selanjutnya klien tampak bertanya cemas berkurang
lebih 5 jam, menanyakan
sebelah kiri,
diharapkan tentang
- Klien juga mengatakan kecemasan penyakitnya. O:
khawatir tentang operasi klien teratasi, 2. Berikan - Klien tampak rileks
dengan kriteria kenyamanan 2. Agar klien tidak 08.1 Memberikan kenyamanan
yang akan dijalaninya - klien kooperatif
hasil : dan ketentraman terlalu 0 pada klien
- klien mengatakan - Klien hati memikirkan Hasil : klien tampak - TTV
khawatir bila bermasalah mengerti keadaannya nyaman saat berbicara TD : 110/70 mmHg
tentang dengan perawat.
saat dioperasi. N : 84 x/m
prosedur
- Klien mengungkapkan operasi Mengidentifikasi orang R : 20 x/m
khawatir bila selesai - Klien 3. Identifikasi orang 3. Memberikan 08.1 yang terdekat dengan klien SB : 36,70C
operasi ada kemungkinan tampak yang terdekat keyakinan pada 5 Hasil : klien mengatakan
rileks dengan klien diri klien bahwa orang yang paling dekat

31
atau tidak benjolan dapat klien tidak sendiri dengan klien adalah anak A : ansietas teratasi
tumbuh kembali dalam bungsunya, yang saat ini
menghadapi ada disampingnya
Do : P:
masalah yang
- Keadaan umum tampak
 dialaminya Meminta keluarga untuk Intervensi dihentikan
sakit ringan menemani klien sebelum
- kesadaran klien 4. Minta keluarga 4. Motivasi keluarga 08.2 dilakukan operasi
untuk selalu sangat 0 Hasil : klien selalu
Composmentis
menemani klien berpengaruh ditemani oleh keluarga
(R.Motorik 6, Respon
terhadap proses
Bicara 4, R. Membuka pemulihan klien Memberikan dukungan
spiritual pada klien
Mata 5),
Hasil : klien tampak
- Tekanan Darah 120/70 5. Beri dukungan 08.3 membaca doa sebelum
mmHg spiritual sesuai 5. Karena 0 operasi
keyakinan klien kesembuhan
- nadi 88x/menit
bukan hanya
- Respirasi 21x/menit diperoleh dari
- Riwayat operasi minor pengobatan atau
benjolan dipayudara perawatan, tapi
yang menentukan
kanan, adalah Allah.
- ada bekas luka operasi
yang sudah mengering ±
3cm

32
- teraba benjolan sebesar
buah anggur dengan
panjang ± 2-3 cm
- benjolan teraba menetap
dan agak keras
- Klien tampak takut dan
cemas tentang operasi
yang akan dijalaninya
- Klien tampak bertanya-
tanya tentang prosedur
operasi

33
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Jam Implementasi Evaluasi
2 Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan 1. Bina hubungan 1. Membangun 08.45 1. Membina hubungan Pkl. 14.00
berhubungan dengan tindakan saling percaya dengan kepercayaan dan saling percaya dengan
kurang pajanan keperawatan klien dan keluarga keterbukaan dalam klien dan keluarga S:
informasi selama 1 x 24 jam, komunikasi Hasil : Pasien dan - Klien
Ditandai dengan : diharapkan terjadi keluarga koperatif mengatakan
Ds : peningkatan sudah
- Klien mengeluh pengetahuan 2.Kaji pengetahuan 2. Megkaji tingkat 08.50 2. Mengkaji mengerti
adanya benjolan kepada klien pasien tentang pengetahuan pengetahuan pasien tentang
pada payudara Ditandai dengan : penyakitnya pasien tentang tentang penyakitnya penyakit yang
sebelah kiri - Klien mengerti penyakitnya Hasil : Paien dia derita
- klien mengatakan dengan penyakit mengatakan awalnya
belum terlalu yang dia derita hanya menganggap O :
mengerti dengan tumor itu benjolan biasa - Pasien tampak
penyakit yang dia dan membiarkannya dapat
derita karena tidak menjelaskan
- Klien mengatakan mengganggu kembali
tidak mengerti 1. Jelaskan tentang 3. Meningkatkan 09.00 tentang
mengapa sampai proses penyakit pengetahuan 3. Menjelaskan tentang penyakitnya
(tanda dan gejala), pasien terhadap proses penyakit (tanda

34
bisa menderita identifikasi penyakit yang dan gejala), identifikasi A :
penyakit ini kemungkinan dia derita kemungkinan penyebab. - Masalah
- Klien mengatakan penyebab. Jelaskan Jelaskan kondisi defisiensi
tidak mengerti kondisi tentangklien pengetahuan
mengapa sampai tentangklien Hasil : Pasien dan teratasi
bisa menderita keluarga mendengar
penyakit ini. penjelasan yang P :
- Klien mengatakan 4. Meningkatkan 09.10 diberikan - Intervensi
belum terlalu 2. Jelaskan tentang pengetahuan dihentikan
mengerti dengan program pasien terhadap 4. Menjelaskan 

penyakit yang dia pengobatan program tentang


derita. pengobatan program
- Klien bertanya yang di berikan pengobatan
tentang benjolannya Hasil : Pasien
dapat menjurus ke 5. Memberikan 09.20 mendengar
ganas atau tidak kesempatan penjelasan yang
- Klien 3. Berikan waktu npada pasien diberikan
mengungkapkan kepada pasien dan untuk
khawatir bila selesai keluarga untuk menanyakan hal 5. Memberikan waktu
operasi ada bertanya yang belum kepada pasien dan
keluarga untuk
kemungkinan atau dimengerti
bertanya

35
tidak benjolan dapat Hasil : Pasien
tumbuh kembali bertanya tentang
Do : 6. Memastikan dan 09.25 prosedur operasi
- Keadaan umum menilai
tampak sakit ringan 4. Evaluasi kembali keberhasilan
- kesadaran klien pemberian edukasi intervensi
Composmentis yang telah 6. Mengevaluai
(R.Motorik 6, Respon dilakukan kepada kembali pemberian
edukasi yang telah
Bicara 4, R. Membuka pasien
dilakukan kepada
Mata 5), pasien
- Tekanan Darah Hasil : Pasien dapat

120/70 mmHg menjelaskan tentang

- nadi 88x/menit penyakit yang dia derita

- Respirasi 21x/menit dan resiko dari prosedur

- LLA 30 cm, operasi

- Tinggi Badan 160 cm,


- Berat badan 71 kg,
- IMT 27,3 Kg/m2
(Obesitas tingkat 1),

36
- Riwayat operasi
minor benjolan
dipayudara kanan,
- Riwayat
menggunakan KB
suntik 4 tahun dan Pil
6-7 tahun,
- ada bekas luka operasi
yang sudah mengering
± 3cm
- Klien tampak
bertanya-tanya
tentang keadaan
penyakitnya,
- teraba benjolan
sebesar buah anggur
dengan panjang ± 2-3
cm
- benjolan teraba
menetap dan agak
keras,

37
- Klien tampak
bertanya-tanya
tentang kemungkinan
benjolannya dapat
menjurus ke kanker
atau tumor jinak,
- Klien tampak
bertanya- tanya
tentang kemungkinan
timbulnya benjolan
sesudah operasi atau
tidak,
- Klien tampak
bertanya-tanya apakah
ada perawatan lain
yang dapat mencegah
timbulnya benjolan
lagi,
- Klien tampak
bertanya-tanya
tentang hal yang biasa

38
menyebabkan
terjadinya benjolan

39
DATA FOKUS Post Operasi

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- klien mengeluh terdapat luka operasi - Keadaan umum klien tampak sakit sedang
pada payudara kiri atas - kesadaran klien Composmentis (R.Motorik 6,
- Klien mengatakan Nyeri pada bagian luka Respon Bicara 4, R. Membuka Mata 5)
operasi - Tekanan Darah 120/70 mmHg
- Klien mengatakan nyeri yang dirasakan - nadi 90x/menit
dalam skala nyeri 6 dan mengganggu - Respirasi 22x/menit
aktifitas. - P: Luka Post Operasi,
- Klien mengatakan nyeri timbul ketika - Q: berdenyut-denyut,
bergerak - R: Payudara kiri bagian atas,
- Klien mengatakan nyeri terasa seperti - S: 6 (0-10),
berdenyut-denyut. - T: Ketika menggerakkan tangan kirinya,
- Klien mengatakan khawatir bila selesai - Tampak klien bertanya-tanya tentang timbulnya
operasi ada kemungkinan atau tidak kembali benjolan atau tidak,
benjolan dapat tumbuh kembali, - tampak bertanya-tanya tentang makanan atau diet
- klien bertanya tentang makanan atau diet apa yang dilakukan setelah operasi,
apa yang dilakukan setelah operasi, - tampak bingung ketika ditanya tentang perawatan
- Klien bertanya tentang tindakan apa yang luka yang dapat dilakukan,
dapat dilakukan untuk mencegah - tampak bertanya-tanya obat penyembuh luka
timbulnya benjolan kembali operasi secara cepat.
- terdapat luka post op hari I pada payudara kiri
atas,
- luka tampak tertutup dengan perban bersih dan
kering,
- Panjang luka ±10 cm dengan kedalaman luka ± 4
cm dan 5 jahitan side,
- terdapat nyeri tekan pada area sekitar luka,
- area sekitar luka tampak bersih dan kering,
- wajah meringis dan tampak menahan luka ketika
menggerakkan tangan kiri,
- menggerakkan tangan kiri secara perlahan-lahan.

40
41
ANALISA DATA Post Operasi

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Terdapat luka insisi nyeri
- klien mengeluh terdapat luka operasi
pada payudara kiri atas Terputusnya
- Klien mengatakan Nyeri pada bagian kontinuitas jaringan
luka operasi
- Klien mengatakan nyeri yang Hilangnya efek
dirasakan dalam skala nyeri 6 dan anastesi
mengganggu aktifitas.
- Klien mengatakan nyeri timbul ketika Merangsang saraf
bergerak sensorik
- Klien mengatakan nyeri terasa seperti
berdenyut-denyut. Munculnya respon
DO: nyeri
- Keadaan umum klien tampak sakit
sedang nyeri
- kesadaran klien Composmentis
(R.Motorik 6, Respon Bicara 4, R.
Membuka Mata 5)
- Tekanan Darah 120/70 mmHg
- nadi 90x/menit
- Respirasi 22x/menit
- P: Luka Post Operasi,
- Q: berdenyut-denyut,
- R: Payudara kiri bagian atas,
- S: 6 (0-10),
- T: Ketika menggerakkan tangan kirinya,
- terdapat luka post op hari I pada
payudara kiri atas,
- luka tampak tertutup dengan perban
bersih dan kering,

42
- Panjang luka ±10 cm dengan kedalaman
luka ± 4 cm dan 5 jahitan side,
- terdapat nyeri tekan pada area sekitar
luka, area sekitar luka tampak bersih dan
kering,
- wajah meringis dan tampak menahan
luka
- ketika menggerakkan tangan kiri,
- tampak menggerakkan tangan kiri secara
perlahan-lahan

2 Ds : Tindakan Kerusakan
- klien mengeluh terdapat luka operasi pembedahan integritas kulit
pada payudara kiri atas
Do : Terdapat luka insisi
- Keadaan umum klien tampak sakit
sedang Terputusnya
- kesadaran klien Composmentis kontinuitas jaringan
(R.Motorik 6, Respon Bicara 4, R.
Membuka Mata 5) Kerusakan
- Tekanan Darah 120/70 mmHg integritas kulit
- nadi 90x/menit
- Respirasi 22x/menit
- luka tampak tertutup dengan perban
bersih dan kering,
- terdapat luka post op hari I pada
payudara kiri atas,
- area sekitar luka tampak bersih dan
kering,
- Panjang luka ±10 cm dengan kedalaman
luka ± 4 cm dan 5 jahitan side
3 Ds : Adaptasi post Defisiensi
operasi pengetahuan

43
- Klien mengatakan terdapat luka operasi
pada bagian atas payudara kiri Kurang informasi
- Klien mengatakan belum tahu tentang tentang perawatan
perawatan luka operasi pada luka post operasi
payudaranya
- Klien mengatakan masih bingung Defisiensi
dengan status kesehatannya setelah pengetahuan
operasi
Do :
- Keadaan umum klien tampak sakit
sedang
- kesadaran klien Composmentis
(R.Motorik 6, Respon Bicara 4, R.
Membuka Mata 5)
- Tekanan Darah 120/70 mmHg
- nadi 90x/menit
- Respirasi 22x/menit

44
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tujuan dan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional Waktu Implementasi Evaluasi
Kriteria Hasil
1. Nyeri berhubungan dengan Setelah Tgl. 05-03-2017
luka operasi, yang ditandai dilakukan 1. Kaji lokasi 1. Tingkat intensitas dan 14.20 1. Mengkaji lokasi Pkl. 20.00
dengan, tindakan nyeri, frekuensi nyeri dapat nyeri, intensitas dan S:
DS : keperawatan intensitas dan menunjukkan skala frekuensi nyeri Klien mengatakan
– klien mengeluh terdapat selama 2 x 24 frekuensi nyeri nyeri dan dapat Hasil : klien masih nyeri
luka operasi pada payudara jam diharapkan menentukan tindakan mengatakan nyeri
kiri atas nyeri selanjutnya didaerah luka operasi, O :
– Klien mengatakan Nyeri berkurang/meng nyeri terasa seperti - Klien tampak
pada bagian luka operasi hilang, dengan berdenyut dengan meringis
– Klien mengatakan nyeri kriteria hasil : skala nyeri 7 dari 0-10 - Skala nyeri 4
yang dirasakan dalam skala - Klien tampak 2. Observasi - Pasien mampu
nyeri 6 dan mengganggu rileks TTV 14.30 2. Mengobservasi TTV melakukan teknik
aktifitas. - Skala nyeri 0 2. Untuk mengetahui Hasil : relaksasi nafas
– Klien mengatakan nyeri - TTV dalam perkembangan klien TD : 110/70 mmHg dalam
timbul ketika bergerak batas normal N : 82 x/m - TTV
R : 20 x/m TD : 110/70 mmHg

45
– Klien mengatakan nyeri SB : 36,40C N : 84 x/m
terasa seperti berdenyut- R : 20 x/m
denyut. 3. Ajarkan teknik 14.40 3. Mengajarkan teknik SB : 36,70C
DO: relaksasi napas 3. Menambah suplai relaksasi napas dalam
– Keadaan umum klien dalam oksigen kejaringan dengan menarik napas A :
tampak sakit sedang sehingga mengurangi dalam melalui hidang Nyeri belum teratasi
– kesadaran klien ketegangan otot dan dan hembuskan
Composmentis (R.Motorik menurunkan ambang perlahan-lahan P:
6, Respon Bicara 4, R. nyeri melalui mulut Lanjutkan intervensi
Membuka Mata 5) Hasil : klien 1. Kaji lokasi nyeri,
– Tekanan Darah 120/70 kooperatif dan intensitas dan
mmHg mengikuti instruksi frekuensi
– nadi 90x/menit yang diberikan nyeri
– Respirasi 22x/menit 4. Berikan 16.40 2. Observasi TTV
– P: Luka Post Operasi, lingkungan 4. Agar klien dapat 4. memberikan 3. Ajarkan teknik
– Q: berdenyut-denyut, yang nyaman beristirahat dengan lingkungan yang relaksasi
– R: Payudara kiri bagian dengan baik nyaman dengan 4 .berikan
atas, membatasi membatasi lingkungan yang
– S: 6 (0-10), pengunjung pengunjung nyaman

46
– T: Ketika menggerakkan 17.00 Hasil : klien 5.lanjutkan
tangan kirinya, 5. Penatalaksana beristirahat dengan penatalaksanaan
– terdapat luka post op hari I an : layani 5. Untuk baik terapi medis
pada payudara kiri atas, pemberian menurunkan/menghila
– luka tampak tertutup analgetik ngkan nyeri 5. Penatalaksanaan :
dengan perban bersih dan melayani pemberian
kering, obat
– Panjang luka ±10 cm Hasil : Paracetamol
dengan kedalaman luka ± 4
cm dan 5 jahitan side,
– terdapat nyeri tekan pada
area sekitar luka, area
sekitar luka tampak bersih
dan kering,
– wajah meringis dan
tampak menahan luka
– ketika menggerakkan
tangan kiri,

47
– tampak menggerakkan
tangan kiri secara perlahan-
lahan
2. Kerusakan integritas kulit Setelah Pkl. 20.00
berhubungan dengan dilakukan 1. Kaji 1. Mendeteksi secara 15.00 1. Mengkaji keadaan S:
terputusnya kontinuitas tindakan keadaan dini jika terjadi luka Klien mengatakan
jaringan, yang ditandai keperawatan luka gangguan dalam Hasil :Luka operasi ada luka operasi di
dengan selama 2 x 24 proses penyembuhan masih tertutup dengan payudara kiri
Ds : jam diharapkan verban
- Klien mengatakan terdapat integritas 2. Mengurangi resiko 15.05 O:
luka operasi pada bagian atas jaringan baik, 2. Jaga jahitan infeksi Luka operasi masih
payudara kiri dengan kriteria tetap kering 2. Menjaga jahitan tetap tertutup dengan
- Klien mengatakan belum hasil : dan bersih kering dan bersih elastis verban
tahu tentang perawatan luka - Proses Hasil : keadaan jahitan
operasi pada payudaranya penyembuhan 3. Meningkatkan 15.10 tetap kering dan bersih A :
- Klien mengatakan masih luka baik mobilisasi Kerusakan integritas
bingung dengan status - Tidak ada 3. Lakukan 3. Melakukan latihan jaringan belum
kesehatannya setelah operasi tanda-tanda latihan gerak gerak teratasi
Do : infeksi

48
- Keadaan umum klien Hasil : klien P :
tampak sakit sedang 4. Menghindari kulit 15.20 melakukan latihan Lanjutkan intervensi
- kesadaran klien lecet terkontaminasi gerak dengan baik 1. kaji keadaan luka
Composmentis (R.Motorik 4. Pertahankan mikroorganisme 2. jaga jahitan tetap
6, Respon Bicara 4, R. tempat tidur 4. mempertahankan kering dan
Membuka Mata 5) dalam tempat tidur dalam bersih
- Tekanan Darah 120/70 keadaan keadaan bersih dan 3. lakukan latihan
mmHg bersih dan kering gerak
- nadi 90x/menit kering 5. Menghindari 17.00 Hasil : tempat tidur 4. pertahankan
– Respirasi 22x/menit terjadinya infeksi bersih dan kering tempat tidur dalam
keadaan
5. Penatalaksanaan : bersih dan kering
5. Penatalaksan melayani pemberian 5.lanjutkan
aan : layani obat penatalaksan
pemberian Hasil : ciprofloxacin aa n terapi
antibiotic IV 500 mg medis

49
3. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Bina hubungan 1. Penerimaan terhadap 14.00 1. Membina hubungan S:
pengetahuan tindakan saling percaya pengalaman baru dari saling percaya dengan – Klien
berhubungan dengan keperawatan dengan klien dasar hubungan saling klien mengatakan
kurangnya selama 1 x 24 jam percaya Hasil : memperkenalkan mengerti
DS : diharapkan defisit diri, menceritakan dengan
- Klien mengatakan pengetahuan pengalaman yang pernah penjelasan
terdapat luka teratasi, dengan ditemui terutama topik yang diberikan
operasi pada kriteria hasil : 2. Diskusikan 2. Memberikan nutrisi 15.40 mengenai penyakit tumor. – Klien
bagian atas – Klien mengerti pentingnya yang optimal dan 2. Menyarankan klien untuk mengatakan
payudara kiri tentang keseimbangan mempertahankan mejaga pola makan serta masih sulit
- Klien mengatakan penyakitnya kesehatan di volume sirkulai untuk merekomendasikan untuk
belum tahu tentang – Klien mampu rumah, nutrisi, meningkatkan makanan yang baik untuk menggerakkan
perawatan luka melakukan makanan dan regenerasi jaringan proses pemulihan tangan karena
operasi pada SADARI pemasukan cairan atau proses Hasil : Klien kooperatif nyeri, namun
payudaranya yang adekuat penyembuhan dan mengatakan akan

50
- Klien mengatakan 15.50 melakukan sesuai yang klien akan
masih bingung 3. Anjurkan untuk 3. Membatasi kelelahan disarankan. mencoba lagi
dengan status beristirahat dan dan dapat melakukan
kesehatannya membatasi meningkatkan 3. Menganjurkan klien SADARI
setelah operasi aktivitas yang berat pemulihan luka post untuk istirahat
Op. Hasil : klien berbaring, O:
DO : 16.00 tampak sering - Klien tampak
– Klien tampak 4. Anjurkan untuk berkomunikasi mengerti
– banyak bertanya pijatan lembut pada 4. Meransang sirkulasi, dengan tentang
tentang insisi/ luka yang meningkatkan anaknuya penyakitnya
pertumbuhan sembuh dengan elastisitas kulit dan 4. menganjurkan anak klien - Klien
tumor kembali minyak menurunkan untuk melakukan pijatan kooperatif
– Klien bertanya- ketidaknyamanan 16.10 lembut - TTV
tanya tentang pola 5. Ajarkan untuk karena akibat jahitan hasil : TD : 110/70
makan yang baik melakukan pada luka post op. mmHg
setelah operasi pemeriksaan 5. Mengidentifikasi N : 84 x/m
payudara sendiri perubahan jaringan 5. Mengajarkan klien serta R : 20 x/m
(SADARI) payudara serta deteksi anak klien tentang SADARI SB : 36,70C

51
dini berulangnya Hasil : anak klien A:
tumor baru. mampu Defisit
mendemonstrasikan pengetahuan
sesuai yang diajarkan teratasi sebagian
dan klien klien
mengikutinya, namun P:
tampak belum maksimal Lanjutkan
karena terasa nyeri saat intervensi
klien menggerakkan 2. Diskusikan
tangan kiri. pentingnya
keseimbangan
kesehatan di
rumah, nutrisi,
makanan dan
pemasukan cairan
yang adekuat
3. Anjurkan
untuk beristirahat
dan membatasi

52
aktivitas yang
berat
4. Anjurkan untuk
pijatan lembut
pada insisi/ luka
yang sembuh
dengan minyak
5. Ajarkan untuk
melakukan
pemeriksaan
payudara sendiri
(SADARI)

53
54
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal/No.Dx Waktu Pelaksanaan Evaluasi


Minggu, 5 Hari ke-2
Maret 2017 14.00 - Mengkaji lokasi nyeri, Tanggal 05-03 2017
Dx. 1 intensitas dan frekuensi S:
nyeri Klien mengatakan
Hasil : klien mengatakan nyeri masih nyeri tapi
didaerah luka operasi, nyeri sudah berkurang
terasa seperti berdenyut
dengan skala nyeri 7 dari 0-10 O:
14.15 - Klien tampak
- Mengobservasi TTV menahan sakit
Hasil : saat
TD : 120/90 mmHg menggerakkan
N : 80 x/m tangan
R : 22 x/m - Skala nyeri 6
SB : 36,60C - Pasien mampu
14.10 melakukan teknik
- Mengajarkan teknik relaksasi relaksasi nafas
napas dalam dengan menarik dalam
napas dalam melalui hidang - TTV
dan hembuskan perlahan- TD : 110/70
lahan melalui mulut mmHg
Hasil : klien kooperatif dan N : 84 x/m
mengikuti instruksi yang R : 20 x/m
diberikan SB : 36,70C
17.00 A:
- memberikan lingkungan yang Nyeri belum teratasi
nyaman dengan membatasi P :
pengunjung Lanjutkan
Hasil : klien beristirahat intervensi
dengan baik 1. Kaji lokasi nyeri,
18.00 intensitas

55
- Penatalaksanaan : melayani dan frekuensi
pemberian obat nyeri
Hasil : paracetamol 2. Observasi TTV
4.berikan
lingkungan yang
nyaman
5.lanjutkan
penatalaksanaan
terapi medis

2 14.00 - Mengkaji keadaan luka S:


Hasil :Luka operasi masih Klien mengatakan
tertutup ada luka operasi di
payudara kiri
14. 10 - Menjaga jahitan tetap kering
dan bersih O:
Hasil : keadaan jahitan tetap Luka operasi masih
kering dan bersih tertutup dengan
elastis verban
- Melakukan latihan gerak A:
Hasil : klien melakukan latihan Kerusakan
gerak dengan baik integritas jaringan
14.20 belum teratasi
- Mempertahankan tempat tidur P:
dalam keadaan bersih dan Lanjutkan
kering intervensi :
Hasil : tempat tidur bersih dan 2. kaji keadaan luka
kering 3. jaga jahitan tetap
14.30 kering dan bersih
- Penatalaksanaan : melayani 4. lakukan latihan
pemberian obat gerak
Hasil : ciprofloxacin IV 500 5. pertahankan
mg tempat tidur dalam

56
keadaan
bersih dan kering
5.lanjutkan
penatalaksanaa
n terapi
medis

S:
3 16.00 – Klien
mengatakan
mengerti dengan
- Membina hubungan saling penjelasan yang
percaya dengan klien diberikan
Hasil : memperkenalkan diri, – Klien
menceritakan pengalaman mengatakan
14.00 yang pernah ditemui terutama masih sulit
topik mengenai penyakit untuk
tumor. menggerakkan
tangan karena
- Menyarankan klien untuk nyeri, namun
mejaga pola makan serta klien akn
merekomendasikan makanan mencoba lagi
yang baik untuk proses melakukan
pemulihan SADARI
Hasil : Klien kooperatif dan O:
14.40 mengatakan akan melakukan - Klien tampak
sesuai yang disarankan. mengerti tentang
penyakitnya
- Klien kooperatif
- Menganjurkan klien untuk - TTV
istirahat TD : 110/70 mmHg
N : 84 x/m

57
Hasil : klien berbaring, R : 20 x/m
tampak sering berkomunikasi SB : 36,70C
dengan anaknuya
A:
- Menganjurkan anak klien Defisit pengetahuan
15.00 untuk melakukan pijatan teratasi sebagian
lembut di area sekitar luka.
hasil : klien merasa nyaman P:
Lanjutkan
intervensi
Diskusikan
- Mengajarkan klien serta anak pentingnya
klien tentang SADARI keseimbangan
(pemeriksaan payudara kesehatan di rumah,
sendiri) nutrisi, makanan
Hasil : anak klien mampu dan pemasukan
mendemonstrasikan sesuai cairan yang adekuat
yang diajarkan dan klien klien 3. Anjurkan untuk
mengikutinya, namun tampak beristirahat dan
belum maksimal karena terasa membatasi aktivitas
nyeri saat klien menggerakkan yang berat
tangan kiri. 4. Anjurkan untuk
pijatan lembut
5. Ajarkan untuk
melakukan
(SADARI)

Hari ke-3
Tanggal 06-03-
2017

58
S:
Klien mengatakan
masih nyeri tapi
sudah berkurang
Senin, 6-03-
2017 15.10 O:
1 - Klien tampak
menahan sakit
saat
menggerakkan
tangan
- Mengkaji lokasi nyeri, - Skala nyeri 3-4
15.20 intensitas dan frekuensi - Pasien mampu
nyeri melakukan teknik
Hasil : klien mengatakan nyeri relaksasi nafas
didaerah luka operasi, nyeri dalam
terasa seperti berdenyut - TTV
dengan skala nyeri 7 dari 0-10 TD : 120/70
mmHg
15.15 - Mengobservasi TTV N : 80 x/m
Hasil : R : 20 x/m
TD : 120/90 mmHg SB : 36,50C
N : 80 x/m A:
R : 22 x/m Nyeri belum teratasi
SB : 36,60C P:
Lanjutkan
- Mengajarkan teknik relaksasi intervensi
13.00 napas dalam dengan menarik 5.lanjutkan
napas dalam melalui hidang Penatlaksanaan
dan hembuskan perlahan- Medis
lahan melalui mulut - Anjurkan klien
jika di rumah

59
Hasil : klien kooperatif dan merasakan nyeri,
07.30 mengikuti instruksi yang lakukan teknik
diberikan napas dalam
- Anjurkan klien
- memberikan lingkungan yang intuk tidak
nyaman dengan membatasi melakukan
pengunjung aktifitas berat yg
Hasil : klien beristirahat dapat menambah
dengan baik nyeri luka

- Penatalaksanaan : melayani
pemberian obat S:
Hasil : paracetamol Klien mengatakan
ada luka operasi di
payudara kiri

O:
Luka operasi masih
tertutup dengan
elastis verban
A:
2 08.00 Kerusakan
integritas jaringan
belum teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi
- Anjurkan pada
klien untuk tetap
08.10 menjaga luka
- Mengkaji keadaan luka agar tetap bersih
Hasil :Luka operasi masih dan kering saat
tertutup di rumah

60
- Anjurkan klien
- Menjaga jahitan tetap kering agar tidak
dan bersih menyentuh areah
Hasil : keadaan jahitan tetap luka
kering dan bersih - Ingatkan untuk
konsumsi obat
- Melakukan latihan gerak secara rutin
Hasil : klien melakukan latihan
gerak dengan baik
S:
- Mempertahankan tempat tidur – Klien
dalam keadaan bersih dan mengatakan
kering mengerti dengan
Hasil : tempat tidur bersih dan penjelasan yang
kering diberikan
– Klien
- Penatalaksanaan : melayani mengatakan
pemberian obat masih sulit
Hasil : ciprofloxacin IV untuk
500mg menggerakkan
3 08.15 tangan karena
nyeri, namun
klien akn
mencoba lagi
melakukan
SADARI
O:
- Klien tampak
mengerti tentang
08.30 penyakitnya
- Klien kooperatif
- TTV
TD : 120/70 mmHg

61
- Menyarankan klien untuk N : 80 x/m
mejaga pola makan serta R : 20 x/m
07.35 merekomendasikan makanan SB : 36,50C
yang baik untuk proses
pemulihan A:
Hasil : Klien kooperatif dan Defisit pengetahuan
mengatakan akan melakukan teratasi sebagian
sesuai yang disarankan.
P:
07.40 Lanjutkan
- Menganjurkan klien untuk intervensi
istirahat - Rekomendasikan
Hasil : klien berbaring, diet yang baik
tampak sering berkomunikasi untuk proses
dengan anaknuya pemulihan
seperti tinggi
- Menganjurkan anak klien protein, telur dll
untuk melakukan pijatan - Ingatkan klien
lembut di area sekitar luka. untuk melakukan
hasil : klien merasa nyaman pemeriksaan
payudara sendiri
setiap sebelum
mandi
- Mengajarkan klien serta anak - Anjurkan klien
klien tentang SADARI utuk tetap
(pemeriksaan payudara melakukan
sendiri) kontrol sesuai
Hasil : anak klien mampu yang di
mendemonstrasikan sesuai jadwalkan dokter
yang diajarkan dan klien klien
mengikutinya, namun tampak
belum maksimal karena terasa

62
nyeri saat klien menggerakkan
tangan kiri.

63
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada Bab ini kelompok menguraikan tentang adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
Adapun pembahasannya sebagai berikut :

a. Pengkajian
Dalam pengkajian teori, adapun data-data yang umumnya didapat untuk
menandai adanya penyakit tumor payudara adalah Riwayat keluhan utama yang
meliputi adanya benjolan yang pada payudara, kadang disertai nyeri ataupun tidak,
benjolannya makin lama-makin membesar. Dalam kasus yang kelompok angkat
yaitu pada Ny. S.A, saat dikaji ditemui ada benjolan di payudara kiri, klien tidak
mengeluh nyeri saat ditekan, benjolan diketahui sejak setahun yang lalu dan klien
merasa benjola semakin lama semakin membesar.
Tumor payudara merupakan sekelompok sel yang tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Tumor payudara juga dapat tumbuh di dalam kelenjar susu,
jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Kumar, 2007).
Menurut WHO, 2008, banyak hal yang menjadi factor resiko seseorang mudah
menderita tumor payudara. Faktor-faktor resiko tersebut antara lain jenis kelamin,
riwayat keluarga yang pernah menderita tumor sebelunnya, obesitas, terpapar
dengan estrogen, gaya hidup merokok dan mengonsumsi alkohol, jenis kelamin,
usia yang lebih tua (di atas 30 tahun) juga menunjukkan peningkatan resiko
dibanding yang lebih mudah. faktor-faktor reproduksi berkaitan dengan
terpaparnya seseorang terhadap estrogen meningkatkan resiko kejadian. Terpapar
dengan estrogen dalam waktu yang lama ataupun pengonsumsi ,seperti pengguna
kontrasepsi oral dan Hormone Neoplacement therapy meningkatkan resiko
kejadian. Dari beberapa factor resiko di atas, yang ditemui pada klien adalah jenis
kelamin dimana klien berjenis kelamin perempuan. Klien memiliki riwayat
penderita tumor sebelumnya, dimana klien pernah mendapat tumor di payudara
kanan pada tahun 2006 dengan diameter 3 cm dan dilakukan tindakan minor di RS.
Cengkareng. Berdasarkan perhitungan indeks masa tubuh, Klien termasuk dalam
kategori obesitas 1 dengan IMT = 27,3 KG/M2. Sebagaimana penelitian yang

64
dilakukan indrati, dd (2012) dimana resiko obesitas dapat meningkatkan sintesis
ekstrogen pada timbunan lemak yang berpengaruh terhadap proses proliferasi
jaringan payudara.
Faktor resiko lainnya yang terdapat pada klien adalah usia yang lebih tua (30
tahun). Dimana saat ini klien berusuia 45 tahun, pendapat ini di dukung oleh Lindra
Angrowati, (2013) yang mengatakan bahwa kasus yang terbanyak ditemukan pada
rentang usia 40-49 tahun.klien juga memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi oral
sebelumnya yaitu selama kurang lebih 6 bulan pada 6 tahun yang lalu.
Menurut Dalimartha, (2004) tumor payudara biasanya tidak menimbulkan
keluhan, penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri dan aktivitasnya tidak
terganggu. Tanda yang mungkin dirasakan adalah teraba adanya benjolan di
payudara. demikian pula gejala yang ada pada klien saat ini adalah klien tidak
merasakan nyeri serta aktivitas keseharian klien tidak terganggu. Teraba adanya
benjolan di payudara kiri dengan diameter 7 cm. Tidak adanya benjolan di ketiak
atau leher yang dirasakan pasien menunjukkan kemungkinan tidak ada penyebaran
sel ganas pada kelenjar getah bening aksila maupun infraklavikula atau
supraklavikula, namun hal perlu dipastikan dengan pemeriksaan fisik dan
penunjang. Tidak adanya keluhan lain menunjukkan kemungkinan tidak ada
metastasis jauh, seperti ke paru-paru (keluhan batuk, sesak napas progresif), otak
(nyeri kepala, pusing), hepar (ikterik, dispepsia), atau vertebra/tulang panjang
(nyeri punggung, nyeri tulang), namun hal ini perlu dipastikan dengan pemeriksaan
penunjang, baik laboratorium maupun radiologis.
Di sisi lain, kemungkinan tumor jinak yang dapat terjadi pada pasien meliputi
beberapa jenis. Secara fisiologis, payudara telah memasuki fase involusional (usia
di atas 35 tahun) di mana involusi lobus payudara, involusi duktus (dilatasi maupun
sklerosis), dan perubahan jenis epitel. Oleh karena itu, lesi jinak yang banyak terjadi
pada kelompok usia pasien tersebut adalah kista, ekstasia duktus, lesi sklerosis, dan
hiperplasia epitel (simpel atau atipik). Fibroadenoma umumnya terjadi pada usia
reproduktif (kelompok usia 15-25 tahun), namun dapat dijumpai hingga usia lanjut,
sehingga masih mungkin terjadi pada pasien. Galactocele dapat disingkirkan karena
pasien tidak berada dalam masa menyusui, dan tidak adanya retraksi puting yang
dapat menyumbat sekresi duktus.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan massa konsistensi padat, sehingga dapat
menyingkirkan kemungkinan kista. Tidak adanya perubahan kulit seperti ulkus
65
menunjukkan tidak ada infiltrasi massa pada kulit. Ukuran massa berkisar antara 6-
7 cm. klien direncanakan operasi pada tanggal 04 maret 2017 JAM 16.35 WIB
dengan tindakan Eksisi tumor mammae sinistra.

b. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori ada beberapa masalah keperwatan yang muncul, yaitu Nyeri
berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor, Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu, Kecemasan berhubungan dengan
perubahan gambaran tubuh, Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan
bedah, Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi, Kurangnya pengetahuan
tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi, Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan
dengan intake tidak adekuat.
Sebelum tindakan operasi, Klien sering bertanya-tanya tentang penyakitnya,
prosedur operasi, serta merasa khwatir dengan komplikasi setelah operasi.
Sehingga diangkat diagnosa keperawatan Pre Operatif dx.1.defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
dan dx.2 ansietas berhubungan dengan prosedur operasi.
Klien selesai operasi pada jam 17.20 WIB. Klien mengeluh nyeri di luka post
operasi, dengan skala 5/6 dari 0-10, ada luka post operasi, klien belum tau
perawatan luka operasi, dari data yang ada, diangkat diagnosa keperawatan Post
operasi dx.1 Nyeri berhubungan dengan luka operasi, kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses perawatan luka.
c. Intervensi
d. Implementasi
e. evaluasi

66
67
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tumor payudara merupakan kelainan payudara yang sering ditemukan terutama pada
wanita. Tumor ada yang bersifat jinak adapula yang ganas. Tumor ganas inilah yang
disebut kanker. Kanker memiliki sifat khas, yaitu terdiri dari sel-sel ganas yang dapat
menyebar ke bagian tubuh yang lain. .Pada pasien kelolaan Ny.S.A di ruangan kelas II
6305 Bed 5, dari hasil pengkajian yang dilakukan, tampak ada luka post Operasi 10 cm di
payudara kiri, klien mengeluh nyeri di areah luka post operasi dengan skala nyeri 7 dari 0-
10 dan klien bertanya tanya tentang perawatan luka post operasi. Adapun diagnosa yang
diangkat yaitu pre operasi; defisiensi pengetahuan dan Ansietas sedangkan post operasi;
Nyeri, gangguan integritas kulit dan defisiensi pengetahuan.

Tindakan keperawatan yang diberikan adalah selama 3 hari yang terdiri dari observasi
keadaan pasien, pemberian tindakan mandiri, pemberian edukasi kepada klien serta
keluarga serta melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam penatalaksanaan terapi
klien. klien di perbolehkan pulang pada tanggal 5 maret 2017 jam 10.00.

5.2 Saran
1. Bagi Pasien

Klien diharapkan dapat menjaga kesehatan setelah keluar dari rumah sakit, menjaga
pola makan sehat sesuai edukasi yang diberikan, dapat melakukan pemeriksaan payudara
sendiri untuk meminimalkan kemungkinan munculnya tumor baru serta melakukan
control di poli bedah secara rutin.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam hal perlengkapan alat-alat


medis guna menunjang pelayanan kesehatan yang optimal bagi klien, serta sangat
diharapkan petugas kesehatan mampu memberikan asuhan keperawatan secara
professional khususnya pada klien dengan Tumor Mammae.

68
LAPORAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR MAMMAE SINISTRA PADA Ny.S.A
DIRUANGAN RN6 RS.SUMBER WARAS JAKARTA BARAT

I. IDENTIFIKASI
A. KLIEN
Nama (Initial) : Ny. S. A
Tempat/TanggalLahir : Klaten, 8 April 1971 (45 tahun)
JenisKelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Sudah Menikah
JumlahAnak : 2 orang
Agama/Suku : Islam/Jawa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Al amanal, RT IX/ RW X. Wijaya Kusuma

II. DATA MEDIK


A. Data Dikrim Oleh : IGD
B. Diagnosa Medik
 Saat Masuk : Tumor Mamae Sinistra
 Saat Dikaji
Pre Bedah :Tumor Mamae Sinistra (Pra bedah)
Post Bedah : Post Eksisi Tumor Mamae Sinistra

III. KEADAAN UMUM


A. Keadaan Sakit : Klien Tampak Sakit Sedang
B. Keluhan Utama
Pra Bedah : Klien mengatakan takut dan khawatir tentang operasi yang
akan dijalaninya.

69
Post Bedah : Klien mengeluh terdapat luka operasi pada payudara kiri atas
dan terasa Nyeri pada bagian luka operasi dengan skala nyeri 5/6
dan mengganggu aktifitas. Klien mengatakan nyeri timbul ketika
bergerak dan seperti berdenyut-denyut.
C. Riwayat Keluhan
Klien mengeluh adanya benjolan pada payudara sejak 1 tahun yang lalu.
Mulanya benjolan kecil dan lama-kelamaan menjadi membesar. Klien mengatakan
khawatir dengan benjolan akan menjurus pada kanker dan . mengatakan sudah tiga kali
kontrol ke poli bedah, pada saat kontrol di poli bedah dokter langsung menyarankan
untuk tindakan operasi namun klien meminta waktu untuk mempertimbangkan
tindakan operasi karena keluarga belum tau, dan yang ke tiga kali kontrol, klien
menyetujui tindakan operasi dan langsung di jadwalkan Operasi tgl 4 Maret 2017 dan
harus masuk rumah sakit tgl 3 maret 2017.
Klien mengatakan walaupun sudah pernah di operasi sebelumnya, namun klien merasa
takut untuk masuk kamar operasi. Pada sabtu (4/3/2017) pukul 16.30 dilakukan
tindakan operasi kepada klien.
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya (2006) pernah di rawat di RS. Cengkareng karena ada
benjolan di payudara kanan, dilakukan tindakan operasi tapi hanya di bius lokal.
Dengan luka 3 jahitan. Klien dirawat 1 hari setelah operasi.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti klien
(tumor payudara). Klien mengatakan suaminya menderita Hipertensi dan Dibetes
sudah kurang lebih 2 tahun.
F. RiwayatAlergi
klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan, air
ataupun debu.
G. Tanda-Tanda Vital
1. Kesadaran
 Kualitatif : Compos mentis
 Kuantitatif : Respon Motorik 6
Respon Bicara 4
Respon Membuka mata 5
+
70
Jumlah 15
2. Tekanan Darah 120/70 mmHg
MAP 88 mmHg, tekanan darah arteri ginjal dalam batas normal.
3. Suhu 36,20C (Axilla)
4. Nadi 88x/menit, teraba kuat dan regular
5. Pernapasan 22x/menit, pernapasan dada dan teratur
6. Pengukuran
 Lingkar Lengan Atas : 30 cm
 Tinggi Badan : 160 cm
 Berat Badan sebelum : 71 kg
 Berat badan Sekarang : 71 kg
 IMT : 27,3 Kg/m2, normal
H. Genogram

Keterangan:
= Laki- Laki
= Perempuan
45

45 = Klien

=Tinggal Serumah
= Meninggal

Kesimpulan:
Klien adalah seorang Ibu yang tinggal bersama suami dan kedua anaknya, orang tua
klien sudah meninggal. Suami klien menderita penyakit Hipertensi dan DM sudah 2
tahun.
IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
A. Kajian Persepsi – Pemeliharaan Kesehatan
1. Data Subjectif
Klien mengatakan sudah setahun memiliki benjolan pada payudara sebelah
kirinya sudah kurang lebih setahun. Klien mengatakan mula-mulanya benjolan kecil
dan lama-kelamaan menjadi besar. Klien meyadari bahwa pentingya pengobatan
setelah diketahui benjolan sudah membesar. Klien juga sudah 2 tahun tidak
menggunakan kontrasepsi tetapi klien mengatakan sebelumnya klien menggunakan

71
kontrasepsi suntik sudah 4 tahun dan Pil sudah ±6-7 tahun sejak umur 32 tahun. Pada
tahun 2006, klien pernah di rawat di RS. Cengkareng dengan keluhan benjolan kecil
di payudara kanan dengan besar ±1-2 cm dan dilakukan tindakan operasi dengan
bius daerah payudara kanan. Klien mengatakan setelah itu klien menjalani rawat
jalan ± 1 minggu. Klien memiliki BB 71 kg dan TB 160 kg dengan IMT 27,3 kg/m2
dan klien termasuk dalam kategori obesitas I.
2. Data Objectif
 Pemeriksaan Payudara
o Payudara Kanan : Tampak ada bekas luka operasi yang sudah mengering
± 3cm, aerola tampak kehitaman, putting menonjol, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada kerutan pada payudara, payudara simetris dengan yang kiri, tidak
ada cairan/darah yang keluar dari puting,
o Payudara kiri : tampak simetris dengan kanan, tidak ada lesi, teraba
benjolan sebesar buah anggur dengan panjang ± 2-3 cm, benjolan teraba
menetap, agak keras, tidak ada nyeri tekan, aerola kehitaman, putting
menonjol, tidak ada cairan/darah yang keluar dari puting, ketika tiduran
tampak menonjol sedikit benjolannya.
 Keadaan rambut klien tampak bersih, warna hitam, penyebaran rambut merata.
 Kulit kepala klien tampak bersih, tidak ada lesi, tidak teraba adanya benjolan di
kepala, tidak ada nyeri tekan.
 IMT 27,3 kg/m2, Obesitas I
 Riwayat Operasi tumor minor mamae dextra
 Rongga mulut cukup bersih, mukosa mulut lembab, tidak ada sariawan.
 Genitalia : klien sementara datang bulan Hari ke-3,
 Anus klien tidak ada lesi, tidak terdapat hemoroid
 Kulit tubuh klien tampak bersih, tampak ada bekas luka operasi di payudara
kanan, kurang lebih 3 cm.
B. Kajian Nutrisi Metabolik
1. Data Subjectif
a. Sebelum Sakit
klien mengatakan bahwa klien biasanya makan 3x sehari dengan jumlah
makanan satu porsi makan dengan jenis makanan nasi + sayur + lauk pauk.
Klien tidak memilih dalam hal makanan, klien sangat menyukai makanan yang

72
tinggi lemak seperti rendang, goreangan dan yang cepat saji seperti nasi goreng,
bakso, mie ayam dan lain-lain. BB klien 71 kg dan TB 160 cm dengan IMT 27,3
kg/m2. Klien juga minum air putih kurang lebih 1200 ml atau 5-6 gelas per
harinya. Klien mengatakan suka minum kopi 3-4x per hari.
b. Sejak Sakit
Klien mengatakan klien tidak mengalami perubahan makanan, pola makanan
klien 3x sehari dengan jenis nasi + sayur + lauk pauk, porsi habis dan klien sejak
masuk RS makan bubur + sayur + lauk Pauk. Klien mengatakan menyukai
makanan yang tinggi lemak seperti rendang, goreangan dan yang cepat saji
seperti nasi goreng, bakso, mie ayam dan klien masih mengkomsumsinya. Klien
juga minum air putih kurang lebih 1200 ml atau 5-6 gelas per harinya. Klien
mengatakan suka minum kopi 3-4x per hari.
Data Objectif
 Hidrasi kulit tampak lembab
 Palpebra tampak kehitaman dan tidak cekung
 Sclera mata anikterik, tidak ada perdarahan
 Hidung tampak bersih, tidak ada polip ataupun sinusitis
 Mukosa bibir kering
 Rongga mulut klien tampak berwarna merah muda, tidak ada lesi
 Klien dapat mengunyah dengan baik
 Klien menyukai fast food dan makanan tinggi lemak
 Tidak ada pembengkakan pada Kelenjar getah bening, tonsil, faring kelenjar
tiroid dan kelenjar parotis
 Abdomen tampak datar, tidak ada lesi
 IMT 27,3 kg/m2 , kategori obesitas I
 Peristaltik usus 8x/menit
 Tidak ada nyeri tekan pada epigastrium
 Klien Dipuasakan mulai jam 08.00 untuk persiapan operasi jam 14.00
C. Kajian Pola Eliminasi
1. Data Subjektif
a. SebelumSakit

73
Klien mengatakan bahwa klien biasanya BAK sering ±4-5x dalam sehari.
Dengan warna kuning kadang keruh. Sedangkan BAB 1- 2x dalam sehari
dengan konsistensi lunak dan kadang agak keras.
b. Sejak Sakit
Klien mengatakan BAK sering 5-6x dalam sehari terutama saat ruangannya
berAC. Dengan warna kuning kadang jernih atau keruh. Klien mengatakan BAB
1x sehari dengan konsistensi lunak dan warna kecoklatan. Klien mengatakan
agak sulit beradaptasi menggunakan toilet RS.
2. Data objektif
 Peristaltik Usus 8x/menit
 Palpasi Suprapubica teraba kosong
 Tidak ada nyeri ketuk pada ginjal
 Tidak terdapat peradangan pada anus
 Tidak ada hemoroid
 Klien agak sulit beradaptasi menggunakan toilet RS
 Tidak tampak keluar cairan atau polip pada mulut uretra

D. Kajian Pola Aktivitas dan Latihan


1. Data Subjectif
a. Sebelum Sakit
Klien mengatakan di rumah semua pekerjaan dapat klien lakukan seperti
memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah dll. Klien mengatakan
terkadang dia dipanggil tetangga untuk memasak makanan tetangganya
b. Sejak Sakit
Klien mengatakan aktifitas dapat dilakukan mandiri tanpa bantuan keluarga
seperti makan, mengganti pakaian, mandi, ataupun ke toilet dan lain-lain. Klien
mengatakan jarang melakukan olahraga atau sebagainya.
2. Data Objectif
 Aktifitas Harian

Aktifitas Harian Nilai


Makan 0
Mandi 0
Berpakaian 0

74
Kerapihan 0
BAB 0 Keterangan,
BAK 0
Mobilisasi tempat 0 0 :Mandiri
tidur 1: BantuanAlat
Ambulasi tempat tidur 0
2: Bantuan Orang
3: BantuanAlat& Orang
4: BantuanPenuh
- Postur Tubuh tegap
- Gaya Jalan simetris, tegak
- Klien tidak memiliki anggota gerak yang cacat
- JVP 2 cmH2O.
- CRT <3 detik
- Thoraks dan pernapasasn
Inspeksi : Bentuk Simetris, pengembangan dada simetris, repirasi teratur
Payudara tampak asimetris.
Palpasi : Vocal Fremitus (Kanan & Kiri) simetris.
Perkusi : Sonor
Auskultasi : tidak ada bunyi napas tambahan seperti ronchi ataupun
wheezing
- Jantung
Inspeksi : denyut apeks tidak tampak berdenyut
Palpasi : Denyut Apeks (+)
Perkusi : Batas atas jantung ICS
Auskultasi : bunyi S1 > S2
- Tidak tampak atrofi pada Lengan dan Tungkai,

Uji Kekuatan Otot 5 5


5 5
- Columma Vertebralis
Inspeksi : Tidak tampak kelainan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

75
E. Kajian Pola Tidur dan Istirahat
1. Data Subjectif
a. Sebelum Sakit
klien mengatakan bahwa di rumah biasanya klien tidur malam pada pukul 22.00
dan bangun pukul 05.00. klien mengatakan tidak ada masalah pada pola tidur
klien.
Klien mengatakan istirahat siang biasanya jam 13.00 sampai 14.00.
b. Sejak Sakit
Klien mengatakan tidak memiliki gangguan pada pola tidur. Klien mengatakan
tidur malam pada pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00 dan istirahat siang bisa
dari pukul 13.00-14.00 dan bisa lebih. Saat klien dirawat di Inap sehari sebelum
operasi klien tidur 6-7 jam dan 2-3 jam dalam sehari.
2. Data Objectif
- Palpebra inferior berwarna gelap
- Akral hangat
- Turgor kulit baik

F. Kajian Persepsi Kognitif


1. Data Subjectif
a. Sebelum Sakit
Klien mengatakan tidak ada gangguan pada pendengaran, penglihatan,
pengecapan, penghiduan dan perabaan. Semuanya berfungsi dengan baik.
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan alat bantu penglihatan dan
pendengaran.
b. Sejak Sakit
Klien mengatakan tidak terjadi gangguan pada pendengaran, penglihatan,
pengecapan, penghiduan dan perabaan. Klien mengatakan tidak mengerti
mengapa sampai bisa menderita penyakit ini. Klien mengatakan belum terlalu
mengerti dengan penyakit yang dia derita. Klien juga mengeluh tentang
benjolannya dapat menjurus ke ganas atau tidak dan klien mengatakan khawatir
bila bermasalah saat dioperasi. Klien mengungkapkan khawatir bila selesai
operasi ada kemungkinan atau tidak benjolan dapat tumbuh kembali.
2. Data Objectif

76
 Klien tidak memiliki masalah pada penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penghiduan, perabaan.
 Klien tampak bertanya-tanya tentang keadaan penyakitnya
 Klien tampak takut dan cemas tentang operasi yang akan dijalaninya
 Klien tampak bertanya-tanya tentang kemungkinan benjolannya dapat menjurus
ke kanker atau tumor jinak
 Klien tampak bertanya- tanya tentang kemungkinan timbulnya benjolan sesudah
operasi atau tidak
 Klien tampak bertanya-tanya apakah ada perawatan lain yang dapat mencegah
timbulnya benjolan lagi
 Klien tampak bertanya-tanya tentang hal yang biasa menyebabkan terjadinya
benjolan
 Klien tidak menggunakan kacamata
 Klien berbicara dengan baik dan jelas.
 Klien sering bertanya tanya tentang proses operasi
G. Kajian Pola Persepsi dan Konsep Diri
1. Data Subjectif
a. Sebelum Sakit
Klien mengatakan klien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama
kedua anaknya dan seorang suami. klien bersyukur dalam keluarga kecil terasa
bahagia dan tentram, bila ada masalah dalam keluarga, klien selalu membahas
bersama suami serta anak-anaknya.
b. Sejak Sakit
Klien mengatakan bersyukur karena anak-anaknya selalu memperhatikan dia
walaupun mereka sibuk tapi selalu ada waktu untuk menemani klien di rumah
sakit. Klien mengatakan tidak ada masalah serius yang terjadi dalam
keluarganya, semua terasa harmonis.
2. Data Objectif
 Klien dapat melakukan kontak mata
 Rentang perhatian klien baik
 Suara dan nada bicara klien jelas
H. Kajian Pola Peran & Hubungan
1. Data Subjectif

77
a. Sebelum Sakit
Klien mengatakan bahwa klien adalah seorang ibu rumah tangga ,klien memiliki
1 suami dan dua orang anak. Klien mengatakan suka bergaul dengan tetangga.
Bahkan klien sering dipanggil beberapa tetangga untuk memasak makanan
tetangga, karena tetangga mengatakan pada klien bahwa masakan klien enak.
Klien mengatakan tidak memiliki musuh.
b. Sejak Sakit
Klien mengatakan walaupun sedang dirawat di rumah sakit tapi klien selalu ada
komunikasi dengan suami ataupun anak-anaknya. Klien mengatakan walaupun
sakit tapi perannya sebagai ibu tetap ada.
2. Data Objectif
 Tampak anak klien bergantian menjaga klien
 Tampak banyak pengunjung yang menjeguk klien
 Klien tampak suka berkomunikasi dengan pasien lain
 Klien kooperatif saat dilakukan pengkajian fisik

I. Kajian Pola Reproduksi & Seksualitas


1. Data Subjectif
a. Sebelum Sakit
klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki masalah pada organ seksualnya.
klien juga mengatakan klien tidak pernah mengeluh apapun tentang
genitalianya. Klien mengatakan sudah jarang melakukan hubungan badan
karena batasan usia, dan klien agak acuh terhadap hubungan kasmaran antara
suami dan istri. Klien sudah melahirkan anak pertama saat usia 24 tahun dan
kedua saat 27 tahun. Klien mengatakan sudah 2 tahun tidak menggunakan KB.
Klien masih mengalami menstruasi dengan lama haid 4-5 hari dengan jumlah
darah yang keluar 3-4x ganti softex dan nyeri saat haid timbul kadang-kadang.
Klien mengatakan haid pertama kali pada usia 15 tahun dengan jumlah darah
yang keluar bisa 4-5x ganti softex.
b. Sejak Sakit
Klien mengatakan saat ini sedang datang bulan, klien mengatakan klien tidak
ada kelainan pada organ genitalianya selama sakit.
2. Data Objectif

78
 Klien berjenis kelamin perempuan
 Kulit disekitaran organ genitalia tampak lembab
 Klien sedang menstruasi.

J. Kaji Mekanisme, Koping dan Toleransi terhadap Stress


1. Data Subjectif
a. Sebelum Sakit
klien mengatakan bila klien marah atau stress terhadap sesuatu klien suka
mengajak teman2 atau ibu-ibu tetangga untuk jalan-jalan seperti ke monas,
taman mini dll.
b. Sejak Sakit
Klien mengatakan bahwa sejak sakit klien hanya bisa tidur dan sering
terpikirkan tentang prosedur operasi. Klien mengatakan cara mengatasi
stressnya saat ini hanya bisa berdoa dan bercanda dengan keluarga atau
kerabatnya.
2. Data Objectif
 Klien tampak terbaring
 Klien tampak cemas
 Klien tampak sering membicarakan tentang penyakitnya
 Klien tampak memikirkan sesuatu
 Klien tampak serius dan antusias saat berbicara tentang penyakitnya
K. Kajian Pola Sistem Nilai Kepercayaan
1. Data Subjectif
a. Sebelum Sakit
Klien mengatakan bahwa klien adalah seorang muslim. Klien mengatakan
suka mengikuti kegiatan kerohanian atau organisasi-organisasi seperti PKK
dan klien
b. Sejak Sakit
klien mengatakan klien hanya bisa berdoa bersama keluarga, dan berserah pada
Yang Maha Kuasa.
2. Data objectif
 Klien seorang Muslim (islam)

79
 Tampak klien selalu mengucapkan kalimat dalam agamanya
 Tampak terdapat tasbih dan sejadah di meja samping tempat tidurnya
 Klien memakai hijab
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. PemeriksaanLaboratorium
Dari RS. Sumber Waras
7. Hematologi 01 Maret 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 11.0 g/dl 13.2-17.3


Leukosit 10.6 Ul 3800-10600
Eritrosit 4.30 Juta/ul 4.4-5.9
NetrofilSegmen 68 % 50-70
Limfosit 23 % 25-40
Trombosit 421 C/ul 150000-440000
Hematokrit 34.6 % 40-52
B. Pemeriksaan USG
Hasil:
8. Hepar, lien dan pankreas dalam batas normal
9. Ginjal kanan normal, ginjal kiri susp. Cysta d.d Abses
10. Vesika Urinaria dan prostat normal
C. Pemeriksaan Kultur & Resistensi
Hasil: Tidak ada pertumbuhan kuman pada darah
D. Pemeriksaan Foto Throraks
Hasil: Normal

VI. THERAPI
11. IVFD II RL/24 Jam

a. PCT tab 500 mg 2 x 1

80
Indikasi : sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak
tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi
rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit
pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah
vaksinasi.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-
fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita
dengan gangguan fungsi hati
b. Ciprofloxacine 2 x 500gr
Indikasi : untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen
yang peka terhadap ciprofloxacin, antara lain pada : - saluran
prostatitis. Uretritis dan serpistis gonore, saluran cernah.
Kontraindikasi : penderita yang hipersensivitas terhadap siprofloxacin dan
derivat quinolone lainnya. Tidak dianjurkan pada wanita
hamil atau menyusui, anak-anak pada masa pertumbuhan.
VII. LAPORAN OPERASI
1. Jenis Operasi : Eksisi tumor mammae sinistra
2. Waktu : Pada tanggal 04 – 03 - 2017 pukul 16.35 – 17.20
3. Anastesi : Umum
4. Posisi : Terlentang
5. Dimulai dengan sayatan semi elips diatas tumor. Tumor dibebakan / diangkat berikut
kulit diatanya
6. Pendarahan ± 30cc dan pendarahan dirawat
7. Luka operasi ditutup kembali
8. Panjang luka ± 10 cm kedalaman luka ± 4 cm
9. Jahitan dengan menggunakan polisoft 3.0
10. Jumlah jahitan : Otot 1 jahitan, subcutan 4 jahitan, epidermis 5 jahitan
11. Panjang jaringan / tumor ± 7cm

81

Anda mungkin juga menyukai