CARCINOMA MAMMAE
PEMBIMBING :
dr. Ahmad Kurnia, Sp. B (K)Onk
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................2
2.1 Anatomi..........................................................................................................2
2.2 Fisiologi..........................................................................................................6
2.3 Definisi...........................................................................................................7
2.4 Etiologi...........................................................................................................7
2.6 Patologi...........................................................................................................9
2.8 Metastasis.....................................................................................................20
2.9 Diagnosis......................................................................................................20
2.11 Tatalaksana.................................................................................................25
2.13 Prognosis....................................................................................................28
BAB III..................................................................................................................29
KESIMPULAN......................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan
YME, berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan
tutorial yang berjudul “Ca Mammae” yang merupakan salah satu
syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi
Dokter di Bagian Bedah RSIJ Cempaka Putih.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai
prevalensi cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita,
hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Diperkirakan pada tahun 2006
di Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada wanita dan 1.720
kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus kematian pada wanita dan 460 kasus
kematian pada pria.
Kanker payudara pada umumnya berupa ductal breast cancer yang invasif
dengan pertumbuhan tidak terlalu cepat. Kanker payudara sebagian besar (sekitar
70%) ditandai dengan adanya gumpalan yang biasanya terasa sakit pada payudara,
juga adanya tanda lain yang lebih jarang yang berupa sakit pada bagian payudara,
erosi, retraksi, pembesaran dan rasa gatal pada bagian puting, juga secara
keseluruhan timbul kemerahan, pembesaran dan kemungkinan penyusutan
payudara.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Mammae merupakan modifikasi dari kelenjar keringat yang berkembang
di bagian anterior tubuh dan bagian lateral dari thorax. Secara umum
perkembangan mammae akan meluas ke bagian superior (costa II), bagian inferior
(costa VI), bagian medial (sternum) dan bagian lateral (garis mid axilla).
Sedangkan kompleks puting-areola terletak antara costa IV dan V.
Mammae terdiri dari kelenjar susu, jaringan ikat dan jaringan lemak.
Masing-masing kelenjar susu terdiri dari 15-20 lobus, dan mempunyai
mempunyai ductus lactiferus. Terdapat ligament yang terbentang sepanjang fascia
pektoralis profunda sampai lapisan fascia superfisialis di dalam dermis yang
berfungsi menyokong mammae, disebut sebagai Ligamentum Cooper’s.
2
sel epitel khusus yang dapat berkontraksi dibawah pengaturan oksitosin dan dapat
mengeluarkan air susu selama menyusui.
a.axilla a.mammary
interna
a.intercostal
a.thoracic posterior
lateral
Mammae yang mature terdiri dari 3 tipe jaringan yaitu : epitel glandular,
stroma fibrosa dan struktur penyokong, serta lemak. Sel yang terinfiltrasi,
termasuk limfosit dan makrofag juga ditemukan dalam mammae. Pada wanita
muda jaringan yang paling dominan adalah epitel dan stroma, yang akan
digantikan oleh jaringan lemak setelah menopause.
2.3 Definisi
Carsinoma mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya
sel pada jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas serta
tumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan
mammae yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan
cepat dan segera bermetastase.
2.4 Etiologi
a. Mutasi gen
Kanker mammae dapat berasal dari mutasi satu atau lebih gen
penting dalam tubuh. Gen-gen tersebut yaitu BRCA-1 pada (17 q 21), p53
pada (17 p 13), BRCA-2 pada (13) dan pada pria biasanya dihubungkan
dengan mutasi androgen-receptor gen pada (kromosm Y). 2,4
b. Terpapar radiasi
Terpapar radiasi adalah penyebab kanker mammae yang paling
tidak bisa dipungkuri terutama pada wanita muda. Hasil penelitian
membuktikan wanita muda yang menjalani terapi radiasi karena Limfoma
Hodgkin memiliki resiko terkena kanker mammae 75x lebih besar
daripada wanita seusianya yang tidak terpapar radiasi.
c. Hormonal
Telah terukti bahwa hormon ikut berperan dalam pembentukan
kanker mammae. Hormon estrogen baik tunggal maupun kombinasi
dengan progresteron pada beberapa sedian kontrasepsi oral penggunaan
jangka panjang meningkatkan resiko terjadinya kanker mammae.
Berhubungan dengan peningkatan estrogen tersebut, faktor-faktor yang
meningkatkan jumlah siklus menstruasi seperti menarke dini, nulipara,
melahirkan anak pertama pada usia >30 tahun (ada perubahan pada epitel
terminal payudara) dan menopause terlambat juga akan meningkatkan
resiko kanker mammae. Sedangkan pengurangan siklus menstruasi
dianggap mengurangi resiko kanker mammae seperti banyak beraktifitas
dan menyusui.
d. Diet
Penyebab kanker mammae pada wanita muda biasanya juga dapat
disebabkan oleh konsumsi makanan tinggi lemak dan gula. Penelitian
menyatakan bahwa diet tinggi lemak atau obesitas berhubungan dengan
peningkatan sekresi hormon adrenal yaitu konversi androstenedione ke
estron oleh jaringan lemak dan terus berlangsung sampai menopause.
Akhirnya tumor-promoting steroid hormons yang larut dalam lemak akan
terakumulasi dalam jaringan mammae.
e. Alkohol
Penelitian juga menunjukkan bahwa risiko kanker payudara
meningkat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol. Konsumsi alkohol
dikenal meningkatkan kadar serum estradiol yang ikut meningkatkan
kadar estrogen dalam tubuh.
2.6 Patologi
a. Klasifikasi Ca Mammae Primer
Invasive breast cancer. A, Invasive ductal carcinoma, not otherwise specified (NOS).
The malignant cells invade in haphazard groups and singly into the stroma. B, Invasive
lobular carcinoma. The malignant cells invade the stroma in a characteristic single-file
pattern and may form concentric circles of single-file cells around normal ducts
(targetoid pattern). C, Mucinous or colloid carcinoma. The bland tumor cells float like
islands in lakes of mucin. D, Invasive tubular carcinoma. The cancer invades as small
tubules, lined by a single layer of well-differentiated cells. E, Medullary carcinoma. The
tumor cells are large, very undifferentiated with pleomorphic nuclei. The distinctive
features of this tumor are the infiltrate of lymphocytes and the syncytial-appearing sheets
of tumor cells.
Karsinoma mammae invasif disebabkan oleh infiltrasi sel ke
sejumlah stroma, atau dengan pembentukan lembaran sel yang terus-
menerus dan monoton sehingga menghilangkan fungsi utama kelenjar
mammae. Kanker mammae invasif dibagi secara histologi menjadi kanker
lobular dan duktal. Perbedaan kedua jenis kanker dapat dilihat memalui
mamogram, kanker lobular cenderung menyerang payudara tunggal dan
secara klinis tidak terlihat adanya massa sampai stadium lanjut. Kanker
duktal cenderung tumbuh sebagai massa yang lebih koheren, membentuk
kelainan diskrit pada mammogram dan muncul lebih awal seperti benjolan
pada payudara.
b. Klasifikasi Berdasarkan TNM
Stadium kanker mammae ditentukan oleh hasil reseksi bedah dan
pencitraan. Sistem yang paling banyak digunakan untuk menentukan
stadium kanker berdasarkan American Joint Community on Cancer
(AJCC). Sistem ini didasarkan pada deskripsi dari tumor primer (T), status
kelenjar getah bening regional (N), dan adanya metastasis jauh (M).
Pengelompokan terbaru telah memasukkan penggunaan sentinel node
biopsi dan termasuk klasifikasi ukuran deposit metastasis pada kelenjar
sentinel, serta jumlah dan lokasi node metastasis regional disertai angka
harapan hidup 5 tahun.7
T = ukuran tumor primer
Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.
Catatan : Dinding dada adalah termasuk iga, otot interkostalis, dan serratus
anterior tapi tidak termasuk otot pektoralis.
Klinis :
Catatan :
pNx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya atau
tidak diangkat)
Catatan : ITC adalah sel tumor tunggal atau kelompok sel kecil dengan
ukuran tidak lebih dari 0,2 mm yang biasanya hanya terdeteksi dengan
pewarnaan imunohistokimia (IHC) atay metode molekular lainnya tapi masih
dalam pewarnaan H&E. ITC tidak selalu menunjukkan adanya aktifitas
keganasan seperti proliferasi atau reaksi stromal.
Catatan :
pN1c : Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan kgb mamaria interna
secara mikroskopis melalui diseksi sentinel node dan secara
klinis negatif (jika terdapat lebih dari 3 buah kgb aksila
yang positif, maka kgb mamaria interna diklasifikasikan
sebagai pN3b untuk menunjukkan peningkatan besar
tumor).
pN2 : Metastasis pada 4-9 kgb aksila atau secara klinis terdapat
pembesaran kgb mamaria interna tanpa adanya metastasis
kgb aksila.
M : metastasis jauh.
Grup stadium :
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium 1 : T1* N0 M0
Stadium IIA : T0 N1 M0
T1* N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB : T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA : T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IIIB : T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
2.8 Metastasis
Kanker mammae menyebar secara perkontinuitatum, melalui jalur lifatik,
dan secara hematogen. Metastasis kanker mammae paling sering terjadi di
kelenjar limfe, kulit, tulang, hati, paru-paru dan otak.
Metastasis ke kelenjar limfe axilla terjadi pada 55% - 70% pasien yang
terdeteksi dengan screening mammography. Prognosisnya tergantung dari jumlah
kelenjar limfe yang terkena menurut pemeriksaan histologi. Biasanya neoplasma
yang pertumbuhannya lebih cepat lebih sering bermatastasis ke lenjar limfe
dibandingkan dengan neoplasma yang pertumbuhannya lambat. Selain itu ukuran
tumor berhubungan erat dengan terjadinya metastasis ke kelenjar limfe.
2.9 Diagnosis
a. Anamnesis
Pemeriksa menentukan usia pasien dan tanyakan riwayat
reproduksi, termasuk usia saat menarche, ketidakteraturan menstruasi, dan
usia saat menopause. Tanyakan apakah pernah operasi payudara
sebelumnya, khususnya biopsi payudara dan apa saja temuan patologisnya.
Tanyakan apakah pernah histerektomi. Tanya tentang riwayat kehamilan
dan menyusui. Riwayat penggunaan kontrasepsi oral dan HRT pada
menopause. Tanyakan riwayat kanker khususnya kanker mammae di
keluarga.
Tanyakan tentang keluhan yang dirasakan pasien terutama pada
bagian payudara, apakah ada nyeri payudara, keluar cairan dari puting, dan
ada atau tidaknya massa di payudara. Jika ada massa berapa lama massa
itu hadir, apa yang telah terjadi sejak penemuannya, dan apakah ada
perubahan dengan siklus haid. Jika mengarah pada kanker, lakukan
penyelidikan tentang gejala konstitusional seperti nyeri tulang, penurunan
berat badan dan perubahan pernapasan.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dimulai dengan pasien dalam posisi duduk tegak
dengan inspeksi untuk melihat adanya massa, asimetris, dan perubahan
kulit. Puting susu diperiksa, apakah ada retraksi atau tidak, keluar cairan
atau tidak, cairan berwarna apa dan perhatikan apakah ada retrasi
payudara, perubahan warna payudara menjadi kemerahan, massa pada
axilla dan ketidaknyamanan otot sekitar payudara.
Penggunaan pencahayaan yang tepat secara tidak langsung dapat
mengobservasi adanya dimpling halus dari kulit atau puting disebabkan
oleh neoplasma menarik ligamen Cooper. Manuver sederhana seperti
peregangan lengan ke atas kepala atau menegangkan otot pectoralis dapat
menilai kesimetrisan payudarai dan dimpling.
Edema kulit, sering disertai dengan eritema, menghasilkan tanda
klinis dikenal sebagai peau d'orange. Hati-hati jika ada peradangan dapat
keliru dengan mastitis akut. Perubahan inflamasi dan edema pada kanker
disebabkan karena obstruksi saluran limfatik subkutis oleh emboli sel
karsinoma. Kadang-kadang, tumor besar dapat menghasilkan obstruksi
saluran getah bening yang mengakibatkan edema kulit diatasnya (nodul
satelit).
Keterlibatan puting dan areola merupakan hal yang umum pada
karsinoma mammae. Letak tumor tepat di bawah areola dapat
mengakibatkan retraksi puting. Terjadinya retraksi puting susu bisa
disebabkan oleh fibrosis pada kondisi trumor jinak tertentu, terutama pada
saluran ektasia subareolar. Tetapi jika retraksi telah berlangsung selama
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan dan unilateral merupakan
indikasi adanya karsinoma. Tumor yang terletak di pusat dapat langsung
menyerang dan mengulserasi kulit areola atau puting. Sedangkan tumor
perifer mungkin hanya merusak kesimetrisan dari puting oleh karena
adanya traksi pada ligamen Cooper.
Sementara pasien masih dalam posisi duduk, pemeriksa
mengangkat lengan pasien dan palpasi ketiak untuk mendeteksi adanya
pembesaran kelenjar getah bening axilla. Ruang supraklavikula dan
infraklavikularis sama-sama diraba untuk mengetahui adanya pembesaran
kelenjar limfe. Massa dideskripsikan sesuai dengan ukuran, bentuk,
konsistensi, mobile atau terfiksir, nyeri atau tidak dan lokasi.
c. Pemeriksaaan Penunjang
a. Biopsy
1. Fine-Needle Aspirasi
Aspirasi jarum halus (FNA) telah menjadi bagian rutin dari
diagnosis fisik massa payudara. Hal ini dapat dilakukan dengan
jarum 22-gauge. Kegunaan utama FNA ialah dapat membedakan
massa yang solid dari massa kistik, dan dapat dilakukan setiap kali
massa ditemukan pada payudara. FNA akan ditunda jika
mamografi atau hasil evaluasi radiografi lain membingungkan.
Dengan menggunakan FNA dalam pemeriksaan rutin payudara,
biopsi terbuka dapat dihindari kecuali jika dibutuhkan pemeriksaan
penunjang yang lain. Karsinoma tidak akan terdeteksi jika biopsi
bedah dilakukan ketika (1) aspirasi jarum tidak menghasilkan
cairan kista dan massa padat yang dapat didiagnosis, (2) cairan
kista yang dihasilkan kental dan bercampur darah, dan (3) cairan
dapat dihasilkan tetapi massa tidak terlihat.7 Sensitivitas FNA
untuk menentukan kanker mammae 90-99% dan spesifitasnya
98%.
2. Biopsy Ultrasound
Teknik ini dilakukan oleh ahli bedah sebagai alternatif
dilakukannya biopsy terbuka, tetapi penggunannya masih sangat
jarang.
3. Biopsy Terbuka (Eksisi)
Setelah dilakukannya biopsi terbuka maka specimen harus
segera dikiri ke laboratorium untik pemeriksan histologi.
b. Mamografi
Mamografi digunakan sebagai screening untuk wanita dengan
keluhan pada mammae dan mengindikasikan adaanya kanker, juga
biasanya digunakan untuk mendeteksi kanker mammae asimptomatik.
Mammografi dapat mengambarkan keadaan payudara dalam 2 posisi,
craniocaudal (CC) dan mediolateral oblique (MLO). Posisi MLO
merupakan posisi terbaik untuk menggambarkan kondisi jaringan
mammae bagian kuadran atas dan axillary tail of spence. Sedangkan
CC memberikan gambaran yang baik untuk kondisi jaringan mammae
dari aspek medial. Selain itu, mamografi juga digunakan sebagai guide
untuk prosedur pemeriksaan lain seperti FNA.
Gambaran mamografi yang spesifik untuk kanker mammae adalah
massa solid dengan atau tanpa stellate (massa-massa kecil
disekitarnya), penebalan jaringan mammae yang asimetris, dan
mikrokalsifikasi. Gambaran kalsifikasi disekitar lesi atau massa
mengindikasikan adanya kanker mammae pada massa yang tidak dapat
teraba dan mikrokalsifikasi merupakan satu-satunya gambaran kanker
mammae pada wanita muda
c. MRI
MRI mendeteksi adanya kanker mammae sama seperti mamografi.
Karena itu jika dalam pemeriksaan fisik dan mamografi tidak terlihat
adanya kanker, maka saat dilakukan pemeriksaan MRI kemungkinan
ditemukan adanya kanker pun sangat rendah. Biasanya MRI
digunakan untuk screening pada wanita muda yang mempunyai
riwayat genetik kanker mammae dan evaluasi dengan mamografi
terbatas disebabkan peningkatan densitas jaringan mammae, pada
wanita yang baru saja didiagnosis kanker mammae dan pada wanita
yang punya riwayat kanker mammae kontralateral.
d. Duktografi
Indikasi utama untuk duktografi adalah keluarnya cairan dari
puting termasuk jika mengandung darah. Sebelumnya kontras
disuntikan ke salah satu atau lebih duktus kelenjar mammae kemudian
lakukan mammografi dengan posisi supinasi. Kanker akan terlihat
sebagai massa irregular atau multipel filling defect intraluminal.
e. Ultrasonografi
USG merupakan pemeriksaan penunjang kedua yang paling sering
digunakan selain mamografi. USG sangat penting dalam memcahkan
masalah temuan equivocal pada mamografi, medefinisikan kista dan
menunjukan keabnormalan lesi solid secara spesifik. Pada USG kista
mammae digambarkan dengan batas halus dengan gambaran echoic.
Massa benigna digambarkan dengan kontur halus, berbentuk lingkaran
atau oval, echoic dan batas jelas. Kanker mammae digambarkan
sebagai massa dengan dinding yang irregular dan batas halus tetapi
tidak bisa mendeteksi massa < 1 cm. Usg juga digunakan sebagai
guide FNA.
f. Tumor Marker
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan tumor marker. Untuk kanker mammae, tumor marker
yang paling spesifik adalah CEA dan CA 15-3, digunakan untuk
mengetahui perjalanan penyakit dan respon terhadap therapi.
Normalnya bernila < 35 µ/ml dan bisa meningkat pada kehamilan
menjadi 50 µ/ml.
2.11 Tatalaksana
a. Pembedahan
1. BSC (breast conserving suegery)
Merupakan tindakan operasi yang dapat dilakukan apabila
penderita masih ingin mempertahankan payudaranya. BCS merupakan
pilihan apabila tumor tidak multipel,tidak terletak di sentral,
mamografi tidak memperlihatkan adanya tanda keganasan lain yang
difus : penderita belum pernah mendapatkan terapi radiasi di dada,
dapat kontrol teratur, dan tersedia sarana radio terapi yang memadai.
2. Lumpektomi
Operasi ini hanya menghilangkan benjolan payudara dan beberapa
jaringan normal di sekitarnya. Pengobatan radiasi biasanya diberikan
setelah operasi jenis ini.
3. Mastektomi
Mengangkat semua jaringan payudara, jaringan terdekat lainnya
juga ikut diangkat
- Mastektomi total / sederhana : Seluruh payudara diangkat, tetapi
tidak termasuk kelenjar limfe aksila dan otot pektoralis
- Mastektomi radikal termodifikasi : Operasi ini melibatkan
pengangkatan seluruh payudara serta beberapa kelenjar getah
bening di bawah lengan tetapi tetap mempertahankan otot
pektoralis mayor dan minor
- Mastektomi radikal klasik : Mengangkat seluruh payudara, otot
pektoralis mayor dan minor serta kelenjar limfe aksila
4. Rekonstruksi payudara dan dinding dada
Tujuannya adalah bedah rekonstruktif pasca mastektomi untuk
penutupan luka dan rekonstruksi payudara.
b. Radioterapi
Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi
(seperti sinar-X) untuk membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan
ukuran tumornya. Dapat digunakan pada semua stadium.
c. Kemoterapi
Penggunaan obat pembunuh sel kanker. Obat ini bisa dimasukkan
melalui infus vena, suntikan, dalam bentuk pil atau cairan.
1. Kemoterapi ajuvan
Jika ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan
dengan resiko rekurensi tinggi maka kemoterapi dapat diberikan.
Faktor prognostik yang tidak menguntungkan termasuk invasi
pembuluh darah atau limfe, tingkat kelainan histologis yang tinggi,
overekspresi HER-2/neu dan status reseptor hormonal yang negatif
sehingga direkomendasikan untuk diberikan kemoterapi adjuvan.
Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain
siklofosfamid, doxorubisin, 5-fluorourasil dan methotrexate.
2. Neoadjuvan
Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang
diberikan sebelum dilakukan tindakan pembedahan, dimana dilakukan
apabila tumor terlalu besar untuk dilakukan lumpectomy.
Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium lanjut
adalah kemoterapi neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti
mastektomi atau lumpectomy dengan diseksi KGB aksilla bila
diperlukan, diikuti kemoterapi adjuvan, dilanjutkan dengan terapi
radiasi. Untuk Stadium IIIa inoperabel dan IIIb, kemoterapi
neoadjuvan digunakan untuk menurunkan beban atau ukuran tumor
tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan modified radical
mastectomy, diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi
d. Terapi Hormon
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik
berupa reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron.
Reseptor hormon ini ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal dan
lobular invasif yang masih berdiferensiasi baik.
a. Pemberian tamoxifen
Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi adalah tidak adanya
toksisitas yang berat. Terapi dengan tamoxifen dihentikan setelah 5
tahun. Beberapa ahli onkologi merekomendasikan tamoxifen untuk
ditambahkan pada terapi neoadjuvan pada karsinoma mammae
stadium lanjut terutama pada reseptor hormonal yang positif.
Untuk semua wanita dengan karsinoma mammae stadium IV, anti-
estrogen (tamoxifen), dipilih sebagai terapi awal.
2.12 Rehabilitasi dan Follow Up
a. Rehabilitasi :
1. Pasca operatif
hari 1-2
- latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan tangan dan jari
- lengan daerah yang dioperasi.
- untuk sisi sehat latihan lingkup gerak sendi lengan secara penuh.
- untuk lengan atas bagian operasi latihan esometrik.
- latihan relaksasi otot leher dan toraks.
- aktif mobilisasi.
hari 3-5
- latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi (bertahap).
- latihan relaksasi.
- aktif dalam sehari-hari dimana sisi operasi tidak dibebani.
hari 6 dan seterusnya
- bebas gerakan.
- edukasi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi dan usaha untuk
- mencegah/menghilangkan timbulnya lymphedema.
b. Follow up :
2.13 Prognosis
Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae antara
tahun 1983-1987 telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan, epidemiologi dan
hasil akhir program data, didapatkan bahwa angka 5-year survival untuk stadium I
adalah 94%, stadium IIa 85%, IIb 70%, dimana pada stadium IIIa sekitar 52%,
IIIb 48% dan untuk stasium IV adalah 18%.
BAB III
KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi, F. C.2015. Schwartz’s Principles of Surgery Tenth
Edition. NewYork;McGraw-Hill.
Dahlan M, Mulawardi, Sjamsuhidajat R, Susi D. Buku Ajar Ilmu
Bedah. 4th ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2017.
Hansen, J. T. 2019.Netter’s Clinical Anatomy. New York;Elsevier.
Sjamsuhidajat R, D. J. W.2017. Buku Ajar Ilmu Bedah
Sjamsuhidajat-De Jong. Sistem Organ dan Tindak Bedahnya Edisi 4.
Jakarta;EGC.
Tanto C. Kapita Selekta Kedokteran. IV. Jakarta: Media
Aesculapius; 2014.
Williams, N. S.2018. Bailey and Love’s Short Practice of Surgery.
United Kingdom;CRC Press Taylor & Francis Group.
31