TUMOR PAYUDARA
Oleh:
SAMIRATHUL QULBI
Pembimbing:
dr. Amdasmar Sp. B
dr. Ramzi Asrial Sp. B (K) V
dr. Eko Hamidianto Sp. B
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis ucapkan atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Tumor Payudara” untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti KKS
Ilmu Bedah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dokter pembimbing yaitu dr.
Amdasmar Sp. B, dr. Ramzi Asrial Sp. B (K) V dan dr. Eko Hamidianto Sp. B
yang telah bersedia memberikan ilmu dan nasihat kepada penulis sehingga penulis
bisa menyelesaikan referat ini.
Mohon maaf penulis ucapkan jika terdapat kesalahan dalam referat ini.
Kritik dan saran penulis perlukan demi perbaikan serta tambahan ilmu dalam
penyelesaian referat ini.
Akhir kata penulis berharap semoga referatini dapat memberikan manfaat
dan menambah ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 02
DAFTAR ISI 03
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang 04
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi. 05
2.2 Definisi 08
2.3 Pemeriksaan Payudara sendiri 08
2.4 Tumor Jinak Payudara 09
2.5 Karsinoma Mammae 18
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA 31
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
A. Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae.Fibroadenoma
sering membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma
tumbuh multiple (lebih 5 lesi pada satu mammae), tetapi sangat jarang.Pada
masa remaja, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar.Pertumbuhan
bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause,
saat ransangan estrogen meningkat.Nodul Fibroadenoma sering soliter,
mudah digerakkan dengan diameter 1 hingga 10 cm. Jarang terjadinya tumor
yang multiple dan diameternya melebihi 10 cm (giantfibroadenoma).
Insidensi
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada
wanita muda berusia 15-25 tahun. fibroadenoma terjadi secara asimptomatik pada
25% wanita.
Etiopatogenesis
Etiologi dari fibroadenoma masih belum diketahui pasti tetapi dikatakan
bahwa hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi
penyebabnya. Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuklah
kontrasepsi oral tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga
dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga dengan karsinoma
mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.Fibroadenoma
mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari mammae yang
dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan normal dan involusi”.Fibroadenoma
sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana struktur lobul
ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae.Lobul hiperplastik sering
terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari perkembangan
mammae.
Gambaran Klinis
Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara
ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm,
namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma).
Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak
menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan
tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting
masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus.Tumor ini tidak melekat pada jaringan
sekitarnya sehingga mudah untuk digerakkan dan Kadang-kadang fibroadenoma
tumbuh multipel. Mayoritas tumor ini terdapat pada kuadran lateral superior dari
mammae. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, namun kadang nyeri jika ditekan.
Diagnosis
Diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik walaupun dianjurkan
juga untuk dilakukan aspirasi sitologi. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi
merupakan metode diagnosa yang akurat. Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan
melalui gambaran klinik pada pasien usia muda dan karena itu, mammografi tidak
rutin dikerjakan. Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui Biopsi
Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) atau biopsi jarum dengan diameter yang lebih
besar (core needle biopsi).
Gambaran Histopatologis
Menunjukkan stroma fibroblastik longgar yang terdiri dari ruang seperti
saluran (ductlike) dilapisi epithelium yang terdiri dari berbagai ukuran dan
bentuk. Ductlike atau ruang glandular ini dilapisi dengan lapisan sel tunggal atau
multiple yang regular dan berbatas tegas serta membran basalis yang intak
Penatalaksanaan
Insidens
Kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia 35 sampai 50 tahun. Secara
klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun,
walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada
individu yang menggunakan terapi pengganti hormon.
Etiopatogenesis
Kista Mammae seperti fibroadenoma, kista mammae merupakan suatu
kelainan dari fisiologi normal lobular. Penyebab utama terjadinya kelainan ini
masih belum diketahui pasti walaupun terdapat bukti yang mengaitkan
pembentukan kista ini dengan hiperestrogenism akibat penggunaan terapi
pengganti hormon.Patogenesis dari kista mammae ini masih
belum jelas.Penelitian awal menyatakan bahwa kista mammae terjadi karena
distensi duktus atau involusi lobus. Sewaktu proses ini terjadi, lobus membentuk
mikrokista yang akan bergabung menjadi kista yang lebih besar; perubahan ini
terjadi karena adanya obstruksi dari aliran lobus dan jaringan fibrous yang
menggantikan stroma.
Gambaran Klinis
Karekteristik kista mammae adalah licin dan teraba kenyal pada palpasi.
Kista ini dapat juga mobile namun tidak seperti fibroadenoma.Gambaran
klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian dalam
mammae.Jaringan normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa
menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa dipalpasi.Selama
perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara menimbulkan
rasa nyeri.Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila disentuh,
mengarah pada kista.
Diagnosis
Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan
aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan
dari kista bisa berbeda warnanya, mulai dari kuning pudar sampai hitam, kadang
terlihat translusen dan bisa juga kelihatan tebal dan bengkak. Mammografi dan
ultrasonografi juga membantu dalam penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan ini
tidak begitu penting bagi pasien yang simptomatik.
Penatalaksanaan
Eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini sudah
tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah diaspirasi, kista
akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi dengan
mammografi. Walau bagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa
setelah dilakukan aspirasi. Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi
kista berhasil yakni (1) massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi
dan (2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah. Sekiranya kondisi ini
tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan eksisi direkomendasikan.
Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi pertama adalah
sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah ( selagi tidak disebabkan oleh
trauma dari jarum ), kemungkinan terjadinya intrakistik karsinoma yang sangat
jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi dari kista.Hal ini bisa terjadi
karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi lanjut perlu diberikan sebelum
dilakukan eksisi.
C. Kelainan Fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah
benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini
harus dibedakan dengan keganasan.Kelainan fibrokistik pada payudara adalah
kondisi yang ditandai penambahan jaringan fibrous dan glandular.
Insidens
Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50
tahun (>50%).
Gambaran Klinis
Kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya multipel, keras, adanya
kista, fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat penebalan, dan rasa nyeri.
Kista dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama periode menstruasi karena
hubungannya dengan perubahan hormonal tiap bulannya. Wanita dengan kelainan
fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan
hormon estrogen dan progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan
benjolan pada payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut
menghilang seminggu setelah menstruasi selesai. Benjolan biasanya menghilang
setelah wanita memasuki fase menopause.Pembengkakan payudara biasanya
berkurang setelah menstruasi berhenti.
Diagnosis
Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik, mammogram,
atau biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan kemungkinan
diagnosis kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan pada kedua payudara
baik di kuadran atas maupun bawah.
Penatalaksanaan
Medikamentosa simptomatis, operasi apabila medikamentosa tidak
menghilangkan keluhannya dan ditemukan pada usia pertengahan sampai usia
lanjut.
Insidens
Tumor ini terdapat pada semua usia, kebanyakan pada usia 45 tahun.
Gambaran Klinis
Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir
sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan
glandular. Berbentuk bulat lonjong dengan permukaan berbenjol-benjol, berbatas
tegas dengan ukuran yang lebih besar dari fibroadenoma.Benjolan ini jarang
bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan
yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi, meskipun
tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena pertumbuhannya
yang cepat.
Penatalaksanaan
Tumor filoides jinak diterapi dengan cara melakukan pengangkatan tumor
disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar yang normal.
Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas infiltratif mungkin
membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan payudara). Mastektomi
sebaiknya dihindari apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi
memberikan hasil tumor filodes ganas, maka re-eksisi komplit dari seluruh area
harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang tersisa.
E. Papilloma Intraduktus
Papilloma Intraduktus merupakan tumor benigna pada epithelium duktus
mammae dimana terjadinya hipertrofi pada epithelium dan mioepithelial.Tumor
ini bisa terjadi disepanjang sistem duktus dan predileksinya adalah pada ujung
dari sistem duktus yakni sinus lactiferous dan duktus terminalis.
Insidens
Papilloma Intraduktus soliter sering terjadi pada wanita paramenopausal
atau postmenopausal dengan insidens tertinggi pada dekade ke enam.
Etiopatogenesis
Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum jelas. Dari
kepustakaan dikatakan bahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait dengan proliferasi
dari epitel fibrokistik yang hiperplasia.
Gambaran Klinis
Hampir 90% dari papilloma intraduktus adalah dari tipe soliter. Papilloma
Intraduktus soliter sering timbul pada duktus laktiferus dan hampir 70% dari
pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan bercampur darah. Ada
juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area subareola walaupun
massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis. Massa yang teraba
sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.
Gambaran Histologi
Secara histologi, tumor ini terdiri dari papilla multipel yang masing-masing
terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi sel epitel kuboidal atau silinder yang
biasanya terdiri dari dua lapisan terluar epitel menutupi lapisan mioepitel.
Penatalaksanaan
Umumnya, pasien diterapi secara konservatif dan papilloma serta nipple
discharge dapat menghilang secara spontan dalam waktu beberapa minggu.
Apabila hal ini tidak berlaku, eksisi lokal duktus yang terkait bisa dilakukan.
Eksisi duktus terminal merupakan prosedur bedah pilihan sebagai penatalaksanan
nipple discharge. Pada prosedur ini,digunakan anestesi lokal dengan atau tanpa
sedasi. Tujuannnya adalah untuk eksisi dari duktus yang terkait dengan nipple
discharge dengan pengangkatan jaringan sekitar seminimal mungkin.Apabila lesi
benigna ini dicurigai mengalami perubahan kearah maligna, terapi yang diberikan
adalah eksisi luas disertai radiasi.
F. Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui atau dengan kata lain merupakan dilatasi kistik suatu duktus
yang tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi. Galaktokel merupakan lesi
benigna yang luar biasa pada payudara dan merupakan timbunan air susu yang
dilapisi oleh epitel kuboid. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti
kanker.
Gambaran Klinis
Biasanya galaktokel tampak rata, Kista menimbulkan benjolan yang nyeri
dan mungkin pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal serta dapat
menyebabkan terbentuknya fokus indurasi persisten. Benjolan dapat digerakkan,
walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa dilakukan skrining sonografi, dimana akan
terlihat penyebaran dan kepadatan tumor tersebut.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan galaktokel dilakukan dengan aspirasi jarum halus untuk
mengeluarkan sekret susu. Pembedahan dilakukan jika kista terlalu kental dan
sulit di aspirasi
2.5.4 Stagging
Tis Carcinoma in situ (LCIS atau DCIS) atau paget’s disease pada puting
tanpa tumor
T1 Tumor ≤2 cm
T3 Tumor >5 cm
T4b Tumor meluas ke kulit dengan ulserasi, edema dan nodul satelit
N1 Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan atau int. mammary (+) dari biopsy
N1c Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan kel. limfe int. Mammary dengan
biopsy
N2 Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 atau int. mammary disertai klinik (+)
tanpa metastasis ke axilla
N3b Klinik int. mammary (+) ≥1 kel.limfe (+) atau >3 kel.limfe axilla (+)
dengan int. mammary (+) dari biopsy
M (Metastasis)
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
2.5.5 Diagnosis
Dalam 33% kasus kanker mammae, wanita biasanya mengeluhkan benjolan
di mammaenya. Tanda-tanda klinis lain yang sering ditemukan pada gejala kanker
mammae meliputi :pembesaran mammae atau asimetri, perubahan putting,
ulserasi atau eritema pada kulit mammae, massa (benjolan) di aksila dan
ketidaknyamanan pada tulang dan sendi (musculoskeletal).
Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic).Pemeriksaan
histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau parafin.
2.6 Penatalaksanaan
Modalitas terapi:
Operasi
Radiasi
Kemoterapi
Hormonal terapi
Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah
kuratif.Pengobatan pada stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi
lainnya bersifat adjuvant. Untuk stadium I dan II pengobatannya adalah radikal
mastectomy atau modified radikal mastectomy dengan atau tanpa radiasi dan
sitostatika adjuvant.
Stadium IIIa terapinya adalah simple mastectomy dengan radiasi dan
sitostatika adjuvant. Stadium IIIb dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu
terutama untuk mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk
stadium IIIb atau yang dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah
radiasi dan dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika.
Stadium IV pengobatan primer adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan
khemoterapi.
B. Total Mastectomy
Total mastectomy kadang disebut juga dengan simple mastectomy yang
mencakup operasi pengangkatan seluruh mammae, axillary tail dan fascia
pectoralis. Total mastectomy tidak mencakup diseksi axilla dan sering
dikombinasi dengan terapi radiasi post operasi. Prosedur ini didasarkan pada
teori bahwa KGB merupakan sumber suatu barrier terhadap sel-sel Ca
mammae dan seharusnya tidak diangkat, juga ada alasan bahwa terapi radiasi
akan dapat menahan penyebaran sel-sel ganas sebagai akibat trauma operasi.
C. Segmental Mastectomy
Berdasarkan cara operasinya, prosedur ini dibagi dalam 3 cara:
Eksisi terbatas hanya mengangkat seluruh tumornya saja. Cara ini tidak
dianjurkan untuk Ca mammae
Eksisi seluruh tumor beserta jaringan mammae yang melekat pada tumor
untuk meyakinkan batas jaringan bebas tumor.
Eksisi seluruh tumor beserta seluruh quadrant mammae yang mengandung
tumor dan kulit yang menutupinya (quadranectomy).
Sebagian besar ahli bedah membatasi segmental mastectomy pada pasien-
pasien dengan tumor yang kecil (<4cm atau dalam beberapa kasus <2
cm).Mastectomy segmental harus dilanjutkan dengan terapi radiasi karena
tanpa radiasi resiko kekambuhannya tinggi.
D. Hormonal terapi
30-40 % Ca mammae adalah hormon dependen.Hormonal terapi adalah
terapi utama pada stadium IV disamping khemoterapi.Untuk wanita
premenopause terapi hormonal berupa terapi ablasi yaitu bilateral
oophorectomy.Untuk post menopause terapinya berupa pemberian obat anti
esterogen, dan untuk 1-5 tahun menopause jenis terapi tergantung dari
aktivitas efek esterogen.Efek esterogen positif dilakukan terapi ablasi, efek
esterogen negative dilakukan pemberian obat-obatan anti esterogen.
E. Chemoterapy
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama
diberikan pada Ca mammae yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula
diberikan pada Ca mammae yang sudah dilakukan mastectomy bersifat terapi
adjuvant. Biasanya diberikan kombinasi CMF (Cyclophosphamide,
Methotrexate, Fluorouracil).
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera
setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun.
Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka
harapan hidup penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif
dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun
penyinaran, obat-obat tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka
terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang
sifatnya sementara. Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya
obat ondansetron. Tanpa ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6
kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi,
tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama
beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan
perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.
F. Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan bedah ataupun terapi
radiasi.Dengan adanya terapi ini, maka ahli bedah dapat melakukan terapi
bedah konservatif pada Ca mammae stadium lanjut. Tujuan dari terapi ini
adalah untuk menyusutkan tumor yang besar sehingga dapat dilakukan bedah
konservatif untuk mengangkat tumor Tindakan bedah konservatif adalah yang
dikenal dengan namaBreast Conserving Treatment yaitu tindakan bedah
dengan hanya mengangkat tumor yang diikuti diseksi axilla dan radiasi
kuratif.
G. Radiation therapy
Diberikan secara teratur selama beberapa minggu setelah dilakukan
lumpectomy atau partial mastectomy dengan tujuan untuk membunuh sel
tumor yang tersisa yang terdapat di dekat area tumor.Radiasi dilakukan
tergantung dari besar tumor, jumlah KGB axilla yang terkena.Kadang terapi
radiasi diberikan sebelum tindakan bedah untuk menyusutkan ukuran tumor
yang besar sehingga mudah untuk diangkat.Terapi radiasi sangat efektif
mengurangi terjadinya rekurensi Ca mammae pada kedua mammae dan
dinding thorax. Tipe terapi radiasi yang paling banyak digunakan untuk Ca
mammae adalah terapi radiasi yang diberikan dari sumber yang berada diluar
tubuh yang dikenal dengan namaexternal-beam radiation therapy. Terapi
radiasi juga dapat diberikan dengan cara menanamkan pil ke dalam area tumor
(internal radiation therapy).
2.7 Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis, tapi yang jelas berpengaruh
adalah kondisi kelenjar limfe dan stadium.Harapan hidup per 5 tahun untuk
stadium I yaitu 94%, untuk stadium IIa yaitu 85%, untuk stadium IIb yaitu 70%,
sedangkan untuk stadium IIIa yaitu 52%, stadium IIIb yaitu 48% dan untuk
stadium IV yaitu 18%.
BAB III
KESIMPULAN