CARCINOMA MAMMAE
Oleh
Preseptor:
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
payudara dan adanya riwayat trauma tumpul payudara.5 Angka kejadian kanker
payudara di Sumatera Barat yaitu 5,6%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan
dengan angka kejadian rerata nasional yang hanya sekitar 4,3% sehingga
menempatkan Sumatera Barat pada urutan keenam dari tiga puluh tiga provinsi di
Indonesia.6 Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
penyakit ini serta faktor sosial ekonomi yang menghambat penderita mendapatkan
pengobatan medis yang memadai.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada sekitar 95% wanita, terdapat perpanjangan batas kuadran lateral atas
payudara sampai ke axilla, yaitu “axillary tail of spence”. Pada daerah ini jaringan
payudara memasuki suatu rongga pada fascia axillaris yang disebut “Foramen of
Langer”; sehingga payudara pada daerah ini terletak dibawah fascia axillaris, dan
bukan superfisial dari fascia axillaris.7
4
Struktur Payudara
Epidermis pada puting susu dan areola adalah berpigmen; yang dilapisi
keratinisasi dari epitel stratified aquamous. Pada pubertas, puting semakin
berpigmen dan menonjol. Terdapat kumpulan serabut otot polos yang radier dan
sirkumferensial, serta longitudinal pada daerah duktus laktiferus. Pada daerah
areola terdapat kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar areola asesorius.
Kelenjar asesori ini membentuk penonjolan-penonjolan kecil pada permukaan
5
areola yang disebut glandula areola “Montgomery tubercles”.Pada puncak puting
terdapat banyak akhiran sel-sel saraf dan Meissner’s Corpuscles pada dermis
puting. Areola mengandung sedikit struktur ini.7
Vaskularisasi Payudara
6
mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit
dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan “the bloody angle”.
Persarafan Payudara
7
lengan atas sedapat mungkin dipertahankan agar tidak terjadi mati rasa di daerah
tersebut.8,9
1. Drainase Kulit
Mengalirkan pembuluh limfe dari kulit sekitarnya, dan tidak termasuk
areola dan papilla. Terdapat komunikasi antara pembuluh dermis dengan
pembuluh dermis pada payudara kontralateral, sehingga memungkinkan
terjadinya penyebaran tumor ke KGB dan payudara kontralateral
2. Drainase Areolar
8
3. Drainase Aksiler
2. KGB Skapula
KGB terletak sepanjang vasa subskapularis dan thorako-dorsalis,
mulai dari percabangan v. aksilaris menjadi v. subskapuralis, sampai ke
tempat masuknya v. thorako-dorsalis ke dalam m. latissimus dorsi.
5. KGB aksilaris
Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. aksilaris bagian lateral,
mulai dari white tendon m. latissimus dorsi sampai ke sedikit medial dari
percabangan v. aksilaris–v. thorako-akromialis.
6. KGB subklavikula
Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. aksilaris, mulai dari
sedikit medial percabangan v. aksilaris – v. thorako-akromialis sampai di
9
mana v. aksilaris menghilang di bawah tendo m. subklavius.Kelenjar ini
merupakan kelenjar aksila yang tertinggi dan termedial letaknya.Semua
getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksila
masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh KGB aksila ini terletak di bawah
fasia kostokorakoid.7
Kelompok kelenjar ini kemudian dibagi lagi dalam 3 level atau tingkat,
berdasarkan hubungannya dengan m. pectoralis minor.10
Level I
Terletak lateral / dibawah batas bawah m. pectoralis minor. Termasuk:
- KGB mamaria eksterna
- KGB vena aksilaris
- KGB grup scapular
Level II
Terletak didalam (deep) atau dibelakang m. pectoralis minor yaitu grup
sentral.
Level III
Terletak medial atau diatas dari batas atas m. pectoralis minor yaitu grup
subclavicular.
10
2.2 Definisi Kanker Payudara
2.3 Klasifikasi
Kanker payudara dapat terjadi unilateral maupun bilateral. Pada sekitar 4%
pasien ditemukan tumor bilateral atau adanya tumor sekuensial di payudara yang
sama. Presentase lokasi tumor di dalam payudara adalah sebagai berikut12:
a. Kuadran lateral atas 38,5%
b. Bagian sentral 29%
c. Kuadran lateral bawah 14,2%
d. Kuadran medial atas 14,2%
e. Kuadran medial bawah 5%
Kanker payudara diklasifikasikan menjadi kanker yang belum menembus
membran basal (noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran basalis
(invasif). Bentuk utama karsinoma mammae dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:8
A. Non-invasif
1. Karsinoma duktus in situ (DCIS, karsinoma intraduktus)
2. Karsinoma lobulus in situ (LCIS)
11
B. Invasif
1. Karsinoma duktus invasif (not otherwise specified; NOS), merupakan
jenis tersering
2. Karsinoma lobulus invasif
3. Karsinoma medularis
4. Karsinoma koloid (karsinoma musinosa)
5. Karsinoma tubulus
6. Tipe lain
2.4 Etiologi
Kanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau beberapa
gen. Dua diantaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang paling berpengaruh
disebut dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21) dan gen p53 (pada lokus 17p13).
Gen ketiga adalah BRCA-2 yang terletak pada kromosom 13. Etiologi kanker
payudara masih belum diketahui secara pasti hingga sekarang namun yang paling
diyakini sebagai penyebab adalah paparan terhadap mutagen. Mutagen dapat
berupa mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti lipid peroksidase dan
mutagen eksogen yaitu radiasi. Virus juga diduga sebagai penyebab, namun
belum dapat dibuktikan pada manusia.2,12
12
2. Geografis
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di antara negara-negara di
seluruh dunia. Wanita asia memiliki risiko kejadian kanker payudara yang
lebih rendah daripada wanita african-american. Angka kejadian kanker
payudara di Amerika Utara sekitar lima kali lebih tinggi daripada di Jepang.
Variasi geografis ini lebih disebabkan oleh faktor lingkungan daripada genetik
karena penduduk yang bermigrasi dari negara berisiko rendah ke negara
berisiko tinggi mengalami peningkatan frekuensi kanker payudara.8
3. Jenis kelamin
Kanker payudara 100 kali lebih sering terjadi pada perempuan dari pada
laki-laki. Hal ini disebabkan karena pada perempuan sel-sel payudara lebih
sering terpapar oleh hormon estrogen dan progesteron yang mempengaruhi
pertumbuhan sel-sel pada payudara. Angka kejadian kanker payudara pada
laki-laki hanya sekitar 1%.
4. Menstruasi
Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Menarche sebelum usia 12 tahun
mempunyai risiko kanker payudara 20% lebih besar dari menarche setelah usia
15 tahun. Risiko kanker payudara berkurang sekitar setengahnya jika
menopause terjadi sebelum usia 45 tahun dibandingkan jika menopause terjadi
setelah usia 55 tahun.7 Hal ini disebabkan karena paparan hormon estrogen dan
progesteron yang berkepanjangan yang mempengaruhi pertumbuhan sel-sel
payudara.15
5. Reproduksi
Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker payudara.
Perempuan yang tidak pernah melahirkan (nullipara) atau yang pertama kali
melahirkan anak usia lebih dari 31 tahun mempunyai risiko tiga hingga empat
kali lebih besar dibandingkan perempuan yang melahirkan anak pertamanya
setelah berusia 18 tahun. Perempuan yang memiliki banyak anak (multipara)
diasosiasikan dengan berkurangnya risiko kanker payudara, tentunya setelah
memperhatikan usia saat melahirkan anak pertama. Menyusui lebih lama juga
dianggap dapat menurunkan risiko kanker payudara.8,16
13
6. Diet
Perbedaan insiden kanker payudara di berbagai belahan dunia
menunjukkan bahwa diet mungkin memegang peranan penting dalam
perkembangan kanker payudara. Bukti-bukti yang ada menyebutkan bahwa
tingginya konsumsi kalori, lemak, daging dan alkohol dapat meningkatkan
risiko, sedangkan tingginya konsumsi serat, sayur, buah, vitamin dan
fitoestrogen dapat menurunkan risiko kanker payudara. Diet di negara barat
biasanya mengandung lemak dan gula yang tinggi sedangkan di Asia dan
negara yang belum berkembang, dietnya lebih banyak mengandung vitamin
dan serat. Perempuan dari negara barat memiliki risiko kanker payudara enam
kali lebih tinggi dibandingkan perempuan Asia dan negara berkembang
lainnya.8,16
7. Ukuran tubuh
Ukuran tubuh mencerminkan status gizi dan pola makan dapat
mempengaruhi risiko terkena kanker payudara. Obesitas dapat meningkatkan
risiko setelah menopause. Lemak tubuh merupakan situs konversi
androstenedione menjadi estradiol, satu-satunya sumber endogenik estrogen
setelah menopause. Mungkin inilah yang memediasi efek berat badan terhadap
risiko kanker payudara pada perempuan post-menopause.8,16
8. Riwayat keluarga
Individu yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara berisiko tinggi
untuk terkena kanker payudara. Risiko kanker payudara meningkat kira-kira
dua kali lipat pada anak perempuan yang ibunya mengidap kanker dan pada
wanita yang saudara perempuannya menderita kanker. Kanker familial ini
cenderung terjadi pada usia muda dan bilateral. Peningkatan risiko sebagian
besar disebabkan karena pewarisan gen-gen yang mempredisposisi kanker
payudara. Pada keluarga yang berisiko tinggi dengan empat atau lebih anggota
keluarga yang terkena kanker payudara, 33% diantaranya mengalami mutasi
gen BRCA. Kanker payudara familial juga sering berhubungan dengan
keganasan pada organ lain seperti kolon, ovarium, dan uterus.8,16
14
9. Hormon
Faktor menstruasi dan reproduksi menunjukkan peran hormon seksual
dalam perkembangan kanker payudara. Hormon seks mempengaruhi proliferasi
sel-sel dan jaringan payudara serta meningkatkan sifat karsinogenesis payudara
pada hewan percobaan. Sebuah studi populasi pada perempuan post menopause
yang berasal dari negara berisiko tinggi menunjukkan level serum estradiol
rata-rata sekitar 20% lebih tinggi daripada perempuan yang berasal dari negara
berisiko rendah. Studi case control lainnya menunjukkan perempuan dengan
kanker payudara memiliki level progesteron yang lebih tinggi daripada
kelompok kontrol pada analisis yang terbatas saat ovulasi. Prolaktin adalah
mitogen dalam jaringan payudara dan merupakan hormon yang penting untuk
perkembangan tumor payudara pada hewan percobaan.
Selain hormon seks endogen, hormon seks eksogen seperti terapi
pengganti hormon dan kontrasepsi oral juga dianggap berpengaruh terhadap
risiko kanker payudara. Terapi pengganti hormon meningkatkan risiko kanker
payudara pada orang yang baru atau sedang menggunakan (dalam jangka
waktu lima tahun). Risiko meningkat sekitar 2% untuk setiap satu tahun
penggunaan. Kontrasepsi oral juga dapat meningkatkan risiko jika digunakan
dalam jangka waktu yang lama. Pada penelitian terbukti, kontrasepsi oral
meningkatkan risiko kanker sekitar 1,24% pada orang yang sedang
menggunakan dan sebesar 1,16% pada orang yang telah berhenti menggunakan
1-4 tahun sebelumnya.8,16
10. Radiasi
Pada hewan percobaan terbukti adanya peranan sinar radiasi sebagai faktor
penyebab kanker payudara. Pada penelitian epidemiologi setelah terjadinya
ledakan bom atom atau penelitian pada orang setelah pajanan sinar rontgen,
peran sinar ionisasi sebagai faktor penyebab pada manusia lebih jelas.15
2.6 Patofisiologi
Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-
ciri proliferasi sel yang berlebihan dan tidak mengikuti kendali struktur jaringan
sekitarnya. Neoplasma yang bersifat maligna terdiri atas sel-sel kanker yang
15
menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan
normal dengan menginfiltrasi dan melakukan penyebaran ke berbagai organ
lainnya yang disebut dengan. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara
biokimia terutama dalam inti sel. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu
sel yang telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-
sel ganas di antara sel-sel normal.12,13
Carcinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada
sistem duktal. Awalnya terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel
atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carcinoma insitu dan menginvasi stroma.
Carcinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai
mejadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm).
Pada ukuran tersebut kira-kira 25% telah bermetastasis. Carcinoma mammae
bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfatik dan aliran darah.12,13
Pada keluarga dengan riwayat kanker payudara, banyak anggota keluarga
yang memiliki mutasi dalam gen kanker payudara yang disebut BRCA-1
(kromosom 17q21.3). Pola pewarisan gen ini adalah dominan autosomal dan
dapat diturunkan melalui garis keturunan maternal maupun paternal. Kanker
payudara familial lainnya berkaitan dengan gen pada kromosom 13 yang disebut
BRCA-2 (kromosom 13q12.13). Kedua gen ini diperkirakan berperan penting
dalam perbaikan DNA. Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor karena
kanker muncul jika kedua atau salah satu alel inaktif atau cacat.
2.7 Patogenesis
Proses jangka panjang terjadinya kanker terdiri dari 4 fase:17,18
1. Fase induksi atau inisiasi (15-30 tahun)
Sampai saat ini belum dapat dipastikan penyebab terjadinya kanker,
tetapi lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker
pada manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-
tahun sampai bisa menimbulkan mutasi pada suatu sel. Hal ini tergantung dari
sifat, jumlah dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai zat
karsinogen tersebut, lamanya terkena, adanya zat karsinogen atau ko-
karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
16
2. Fase in situ atau fase promotion (1-5 tahun)
Pada fase ini sudah terdapat perubahan jaringan menjadi suatu lesi pra-
cancerous akibat proliferasi sel yang telah mengalami perubahan atau mutasi.
3. Fase invasi atau progression
Sel-sel menjadi ganas, berproliferasi secara progressif dan
menginfiltrasi melalui membran basal suatu jaringan ke jaringan sekitarnya,
ke pembuluh darah maupun ke jaringan limfatik. Waktu antara fase ke-3 dan
ke-4 berlangsung antara beberapa minggu sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi (1-5 tahun)
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-
tempat lain bertambah.
17
4. Invasi, ulserasi kulit
Ketika tumor menginvasi kulit tampak perubahan berwarna merah atau merah
gelap. Bila tumor bertambah besar lokasi tersebut dapat menjadi iskemik,
ulserasi membentuk bunga terbalik yang disebut sebagai kembang kol.
5. Perubahan inflamatorik
Secara klinis disebut sebagai karsinoma mammae inflamatorik, tampak
sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak, mirip
peradangan dapat disebut sebagai tanda inflamatorik. Tipe ini sering
ditemukan pada kanker payudara ketika hamil atau laktasi.
18
T1 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya ≤ 2 cm
T2 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya > 2 cm – 5 cm
T3 Tumor dengan ukuran diameter terbesar > 5 cm
T4 Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding
dada atau kulit (Catatan : dinding dada adalah termasuk iga, otot
interkostalis, dan serratus anterior tapi tidak termasuk otot
pektoralis) termasuk peau d'orange, ulserasi, nodul satelit pada
kulit yang terbatas pada 1 payudara
19
T = ukuran tumor primer (ukuran T secara klinis, radiologis dan mikroskopis
adalah sama. Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1
cm)
N = kelenjar getah bening regional
M = metastasis jauh
Anamnesis:
a. Identitas pasien secara lengkap
b. Keluhan utama, di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya, antara lain:
benjolan, kecepatan tumbuh, rasa sakit, nipple discharge, retracted nipple,
20
krusta pada areola, kelainan kulit (dimpling, peau d’orange, ulserasi,
venektasi), benjolan ketiak.
Benjolan payudara dapat dideteksi pada 90% pasien dengan kanker
payudara dan merupakan tanda yang paling umum. Benjolan kanker cenderung
soliter, unilateral, padat, keras, ireguler, tidak dapat digerakkan (nonmobile),
cepat membesar dan tidak nyeri. Cairan yang keluar dari puting susu (nipple
discharge) adalah tanda kedua yang paling umum dari kanker payudara.
Karakter nipple discharge dapat membantu menegakkan diagnosis. Cairan
seperti susu menandakan galaktore, cairan purulen disebabkan oleh infeksi dan
cairan multiwarna atau lengket menandakan ektasia duktus (comedomastitis).
Cairan serous, serosanguinous, berdarah atau seperti air mungkin menandakan
papiloma (80%) atau karsinoma intraduktal (20%).3 Keluhan ditempat lain
berhubungan dengan metastasis, antara lain: nyeri tulang (vertebra dan femur),
rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak, sakit kepala hebat, dll.
c. Faktor-faktor risiko, antara lain: usia penderita, usia melahirkan anak pertama,
punya anak atau tidak, riwayat menyusui, riwayat menstruasi (usia menarche
dan menopause), riwayat pemakaian obat hormonal, riwayat keluarga
sehubungan dengan kanker payudara atau kanker lain, riwayat pernah operasi
tumor payudara atau tumor ginekologi, riwayat radiasi dinding dada.
Pemeriksaan fisik
a. Status generalis, selain tanda vital perlu dicantumkan performance status
b. Status lokalis:
Payudara kanan dan kiri harus diperiksa
Masa tumor, terdiri dari: lokasi, ukuran, konsistensi, permukaan, bentuk
dan batas tumor, jumlah tumor, terfiksasi atau tidak ke jaringan mama
sekitar, kulit, otot dinding dada.
Perubahan kulit: kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit, peau
d’orange, ulserasi.
Nipple: tertarik, erosi, krusta, discharge.
Status KGB aksila, infraklavikula, dan supraklavikula: Jumlah, ukuran,
konsistensi, terfiksir satu sama lain atau jaringan sekitar.
21
Pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis: lokasi organ (tulang,
hepar, paru dan otak)
Pemeriksaan Imaging
1. Diharuskan (recommended)
a. USG payudara dan Mamografi untuk tumor diameter<3 cm
USG berguna terutama untuk membedakan lesi padat atau kistik juga
untuk memandu FNAB dan core needle biopsy.
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue technic
yang dapat mendeteksi 85% kanker payudara. Meskipun 15% kanker
payudara tidak bisa divisualisasikan dengan mammografi, 45% kanker
payudara dapat dilihat pada mammografi sebelum dapat diraba. Adanya
proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder.
Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, mikrokalsifikasi, deposit
kalsium baik dalam pola mullberry atau curvilinear dan distorsi duktus
mammaria. Tanda-tanda sekunder berupa bertambahnya vaskularisasi,
adanya bridge of tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur. Mamografi
sangat baik digunakan untuk diagnosis dini dan skrining, hanya saja untuk
skrining harganya mahal sehingga dianjurkan untuk penggunaan selektif
yaitu wanita dengan risiko tinggi. Sensitifitas mamografi sekitar 75% dan
spesifisitasnya hampir 90%.
b. Foto Toraks
Metastasis di parenkim paru pada foto rontgen memperlihatkan
gambaran coin lession multipel dengan ukuran yang bermacam-macam.
Metastasis dapat juga mengenai pleura yang akan menimbulkan efusi
pleura. Metastasis ke tulang vertebrae akan terlihat pada foto rontgen
sebagai gambaran osteolitik yang dapat menyebabkan fraktur patologis.
22
Pemeriksaan Histopatologik (Gold Standard Diagnostic)
Pemeriksaan dilakukan dengan potong beku dan/atau paraffin dengan bahan
diambil melalui:
1. Core Biopsy
2. Biopsi eksisi (BE) untuk tumor < 3 cm
3. Biopsi insisi (BI) untuk tumor operable >3 cm sebelum operasi definitif dan
untuk tumor yang inoperable
4. Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan kelenjar getah bening.
Pemeriksaan imunohistokimia
ER, PR, c-erb B-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p53 bersifat optional.
Screening
Metode penyaringan (screening) pada kanker payudara perlu dilakukan pada
wanita yang masih mengalami menstruasi dan berisiko tinggi, yaitu dengan cara:
1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Dilaksanakan pada wanita mulai
usia subur, setiap 1 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir.
2. Pemeriksaan Fisik dilakukan oleh dokter secara lige-artis.
3. Mamografi
Pada wanita 35-50 tahun: setiap 2 tahun.
Pada wanita > 50 tahun: setiap 1 tahun.
Pada daerah yang tidakada mamografi ataupun fasilitas USG, untuk
deteksi dini cukup dilakukan dengan SADARI dan pemeriksaan fisik saja.
23
A. Pengobatan Kanker Payudara Stadium Dini (Early Breast Cancer)
T1,T2 ; N0,N1
Pada “early breast cancer” terapi pilihan adalah pembedahan, dengan atau
tanpa terapi adjuvant atau kombinasi dengan yang lain. Pilihan terapi adjuvant
atau kombinasi ditentukan oleh penilaian faktor prognostik khususnya
pemeriksaan imuno histokimia.
Pembedahan
a. Radical mastectomy
Operasi ini berupa operasi en-bloc dengan mengangkat seluruh tumor
dengan jaringan payudara dan kulit diatasnya, mengangkat m.pectoralis mayor
dan m.pectoralis minor, diseksi aksila LI, II dan III, dan biasanya disertai dengan
skin grafting untuk penutupan luka. Metode ini sudah jarang dilakukan kecuali
tumor sangat besar dan melekat ke otot pektoralis.20
24
Syarat untuk BCS (Breast Conserving Surgery) adalah sebagai berikut:20
1. Penderita berkeinginan
2. Memenuhi syarat pembedahan
3. Mempunyai sarana radioterapiyang baik
4. Dapat difollow-up
Dari segi pembedahan, pertimbangan BCS ini baru dapat dilakukan apabila:20
1. Tumor (T) kurang dari 3 cm
2. Ukuran Tumor dan ukuran payudara sebanding
3. Lokasi juga turut menentukan, untuk lokasi medial atau perifer sekali akan
memberikan bentuk yang tidak baik
4. Untuk histopatologi ductal carsinoma in situ, angka rekurensi tinggi; standart
terapi untuk ini ialah mastektomi.
5. Tumor multiple, atau pada mamografi terdapat mikrokalsifikasi yang luas
atau multicentriscity BCS merupakan kontra indikasi.
6. Dan merupakan keharusan pula adalah kerja sama yang baik antara ahli
bedah, patolog dan ahli radoiterapi.
Dari sisi radioterapi pun terdapat kontra indikasi untuk BCS(Breast Conserving
Surgery) ini, antara lain20:
1. Pernah mendapat terapi radiasi sebelumnya dibagian dada
2. Payudara yang terlalu besar
3. Skleroderma dan SLE
4. Tidak mungkin mendapatkan radioterapi karena sarana tidak ada.
Terapi Adjuvant
Ada 2 jenis terapi adjuvant :
1. Adjuvant terapi yang diberikan setelah terapi primer (umumnya bedah :
radikal mastektomi,modified radikal mastektomi ; atau BCT) ; dengan tujuan
untuk membunuh sel2 kanker yang tersisa atau mikro metastase sehingga “
disease free survival ataupun over all survival “ dapat diperpanjang.
Umumnya diberikan pada KPD stadium dini (early breast cancer)
25
2. Neoadjuvant yaitu terapi yang diberikan mendahului terapi primer atau terapi
utama. Tujuan neoadjuvant ini adalah untuk memperkecil tumor “ shringkage
of the tumor “ dan membunuh mikro metastase. Dengan neoadjuvant ini
diharapkan resektabelitas tumor semakin baik, karena tumor mengecil ; yang
tadinya in operable menjadi operable.
Radiasi
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan:21
a. Radioterapi murni kuratif :
Radioterapi murni terhadap kanker hasilnya kurang ideal, survival 5 tahun 10-
37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak
operasi.
b. Radioterapi adjuvan :
Radioterapi pra operasi terutama untuk pasien stadium lanjut, dapat membuat
sebagian kanker non operabel menjadi operabel. Radioterapi pasca operasi
adalah radioterapi seluruh mamae pasca BCS maupun mastektomi. Indikasi
radioterapi pasca mastektomi adalah diameter tumor primer ≥5 cm, fasia
pektoral terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksila metastatik lebih dari 4 buah dan
tepi irisan positif. Area target iradiasi harus mencakup dinding toraks dan
regio supraklavikular.
c. Radioterapi paliatif
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi,
metastasis. Dalam meredakan nyeri, efeknya sangat baik
Kemoterapi
a. Kemoterapi pra operasi
Kemoterapi sistemik untuk membuat sebagian kanker mammae lanjut non
operabel menjadi kanker operabel.21
b. Kemoterapi adjuvan pasca operasi
Indikasi kemoterapi adjuvan pasca operasi relatif luas terhadap semua pasien
karsinoma invasif dengan diameter tumor lebih besar atau sama dengan 1 cm
26
harus dipikirkan kemoterapi adjuvan Hanya terhadap pasien lanjut usia dapat
dipertimbangkan hanya diberikan terapi hormonal.21
c. Kemoterapi terhadap kanker stadium lanjut atau rekuren dan metastatic.
Obat lini pertama adalah obat golongan antrasiklin dan golongan taksan. Obat
lini kedua yang sering dipakai adalah novelbin, vinblastin, gemsitabin,
cisplatin, xeloda, dan lain lain.21
Hormonal
1. Ablative : bilateral Oovorectomy
2. Additive : Tamoxifen
3. Optional : Aromatase inhibitor, GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)
27
Penambahan adjuvant radioterapi setelah operasi hanya akan membunuh
sel-sel kanker yang mikroskopis yang terdapat pada lokoregional. Walaupun cara
ini akan menurunkan local rekuren akan tetapi tidak dapat mengontrol metastasis
jauh dan tidak memperbaiki survival. Metastasis jauh hanya dapat dibasmi oleh
pengobatan sistemik. Dalam upaya memperbaiki local kontrol dan membasmi
mikrometastasis dilaksanakan terapi kombinasi kemoterapi, lokoregional
treatment dengan atau tanpa terapi hormonal.
Ada 2 cara modalitas pada kanker payudara locally advanced
a. Adjuvant kemoterapi setelah terapi lokoregional (pendahuluan dan atau
radioterapi) pembedahan berupa radikal/modified radikal mastektomi
b. Neoadjuvant kemoterapi: Kemoterapi diberikan 3-4 siklus sebelum terapi
lokoregional dandapat diikuti lagi atau dilanjutkan lagi setelah itu.
28
2.13 Prognosis Kanker Payudara
0 > 90 90
I 80 65
II 60 45
IIIA 50 40
IIIB 35 20
IV 10 5
Tidak ada 80 65
1-3 KGB 65 40
> 3 KGB 30 15
3. Ukuran tumor
29
4. Histopatologi
Kanker yang poorly differentiated, metaplasia dan grade tinggi
mempunyai prognosis yang lebih buruk dibandingkan kanker yang well
differentiated
5. Reseptor hormon
Pasien dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai waktu
survival yang lebih lama dibandingkan pasien dengan kanker payudara yang
bersifat ER negatif.
30
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. G
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 36 tahun
Alamat : Padang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Tanggal pemeriksaan : 28 Oktober 2019
A. ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan usia 36 tahun datang ke RSUP dr. M. Djamil
dengan:
Keluhan Utama
Tukak pada payudara kiri yang mengeluarkan nanah sejak ±2,5 bulan yang
lalu.
- Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri punggung sejak 3 bulan ini sehingga
pasien kesulitan untuk duduk dan berjalan.
- Pasien sudah sulit berbicara sejak 3 bulan yang lalu dan semakin lama
keluhan ini semakin berat.
31
- Nyeri dan rasa penuh di ulu hati ada.
- Demam tidak ada, riwayat demam ada, hilang timbul, suhu tidak diukur.
Riwayat Keluarga
- Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita tumor payudara dan
keganasan di tempat lain.
32
- Siklus menstruasi 28 hari, teratur, lamanya 6-7 hari, mengganti duk 3x dalam
sehari, tidak disertai nyeri.
- Pasien memiliki 2 orang anak.
- Riwayat menyusui: ASI eksklusif.
- Riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal tidak ada.
- Riwayat radiasi di dinding dada tidak ada.
33
b. Jantung :
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
- Perkusi : batas jantung tidak melebar
- Auskultasi : bunyi jantung reguler,S1 S2 normal, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
- Inspeksi : distensi (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : supel, NT (+), NL(-), hepar teraba 2 jari di bawah arkus
kostarum 3 jari di bawa prosesus simfoideus, lien tidak
teraba
- Perkusi : timpani
- Ekstremitas : edema , refilling kapiler < 2 detik, akral hangat
34
- Inspeksi : tampak benjolan di bagian atas lengan atas
C. DIAGNOSIS KERJA
Carcinoma Mammae Sinistra T4N2M1 + suspek metastasis tulang dan hepar
D. DIAGNOSIS BANDING
-
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
35
Pemeriksaan Laboratorium (26 Oktober 2019)
Hb 12.5 gr/dL
Ht 38%
Leukosit 2.760 mm3
Trombosit 85.000/mm3
PT 15,1 detik
APTT 58,9 detik
GDS 121 mg/dl
Natrium 112 Mmol/L
Kalium 5,0 Mmol/L
Klorida serum 83 Mmol/L
Ureum 254 mg/dl
Kreatinin 4,4 mg/dl
SGOT 34 u/l
SGPT 58 u/l
Albumin 2,7 g/dl
Globulin 2,6 g/dl
Kesan : Peningkatan ureum, creatinin, SGPT
Pemanjangan PT dan APTT
Leukositopenia, trombositopenia, hipoalbuminemia, hiponatremia,
penurunan klorida serum
36
Rontgen thoraks (26 Oktober 2019) :
USG Abdomen
Tidak ada data
37
CT Scan thorakolumbal
Tidak ada data
G. DIAGNOSIS
Invasive Carcinoma Mammae Sinistra T4N2M1 + suspek metastasis tulang dan
hepar + acute kidney injury
H. RENCANA TERAPI
Tujuan/Target
1. Diagnostik Klinis, radiologi, dan patologi anatomi.
2. Diet- Nutrisi Makanan cair tinggi kalori dan protein via NGT
3. Terapi Nyeri MST 3x10mg
4. Terapi Medikamentosa IVFD NaCl 0,9% 500 cc/6 jam
Inj. Ceftriaxone 2x1 g
Inj. Ondansetron 3x1 amp
Omeprazole 2x20 mg
Vip albumin 3x1
Inj. Vit. K 3x10 mg
5. Terapi Bedah Rencana Kemoterapi
6. Konsultasi -Penyakit dalam
-Paru
7. Discharge Planning Perbaikan keadaan umum.
I. PROGNOSIS
Quo Ad vitam : Dubia ad malam
Quo Ad sanam : Dubia ad malam
Quo Ad functionam : Dubia ad malam
38
BAB IV
DISKUSI
39
Pada pemeriksaan fisik, pada payudara kiri terlihat ulkus yang
mengeluarkan nanah, terjadi juga perubahan warna kulit menjadi kehitaman, serta
ukuran tumor yang lebih dari 5 cm. Berdasarkan temuan ini, klasifikasi tumor
pasien termasuk T4. Pada pemeriksaan kelenjar getah bening regional, didapatkan
pembesaran pada aksila kiri sehingga diklasifikasikan sebagai N2.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan SGPT namun
tidak signifikan sehingga kecurigaan terhadap metastasis hepar masih belum dapat
dibuktikan secara pasti. Pada rontgen foto toraks tidak tampak adanya kelainan
seperti adanya coin lesion yang khas pada metastasis paru. Ini dapat
menyingkirkan adanya metastasis tumor ke paru. Pada pasien ini harus dilakukan
pemeriksaan USG abdomen untuk memastikan adanya metastasis hepar. Begitu
juga harus dilakukan pemeriksaan CT scan thorakolumbal untuk mengetahui
apakah ada bone metastasis.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang pasien ini
didiagnosis dengan Invasive Carcinoma Mammae T4N2M1. Setelah pasien ini
terbukti secara histopatologis sebagai carsinoma mammae, maka rencana terapi
yang akan diberikan adalah terapi paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien saja, karena stadium tumor sudah stadium lanjut (stadium IV). Terapi
paliatif berupa terapi sistemik, meliputi kemoterapi, hormonal terapi ataupun
kombinasi. Terapi hormonal diberikan pada tumor dengan ER/PR (+). Hal ini
dapat diketahui dari pemeriksaan imunohistokimia. Namun, pada pasien ini belum
dilakukan pemeriksaan tersebut.
Prognosis angka ketahanan hidup 5 tahun pasien ini sangat rendah.
Edukasi yang dapat diberikan kepada keluarga adalah edukasi mengenai penyakit
pasien dan tatalaksana yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, dan
edukasi kepada anggota keluarga mengenai faktor risiko kanker payudara dan
skrining kanker payudara pada anggota keluarga yang berisiko.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. American Cancer Society. Global cancer facts and figures 3rd edition.
Atlanta: American Cancer Society. 2015.
5. Azamris. Analisis faktor risiko pada pasien kanker payudara di rumah sakit
Dr. M. Djamil Padang. Cermin Dunia Kedokteran. 2006; (152): 53-6.
9. Williams, N.S., Christopher J.K, dan P. Ronan O.C. Bailey and Love’s
Short Practice of Surgery, 25th Edition. London: Edward Arnold. 2008
10. Pass, Helen. A. Benign and Malignant Disease of The Breast at Surgery
Basic Science and Clinical Evidence. Jeffrey A Norton Springer. New
York. 2001
11. Jatoi, Ismail, dkk. Atlas of The Breast Surgery. Springer. New York. 2006
13. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah FKUI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.
Jakarta: Binarupa Aksara. 2010
41
14. Souhami, Robert L. et. al. Oxford Textbook of Oncology, 2nd Edition.
London: Oxford Press. 2008
15. American Cancer Society. Detailed Guide: Breast Cancer. USA. 2015
16. Asrul. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker Payudara
dengan Adanya Metastasis pada Kelenjar Getah Bening Aksila. Bagian
Ilmu Bedah FK USU. 2003
18. Robbins. Buku Ajar Patologi, Edisi 7 Vol. 2. Jakarta: EGC. 2007.
19. Sander, Mochamad Aleq. Profil Penderita Kanker Payudara Stadium Lanjut
Baik Lokal Maupun Metastasis Jauh Di RSUP Hasan Sadikin Bandung.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang: Malang. 2015.
21. Suyatno, Pasaribu E.T., 2014. Kanker Payudara. Dalam : Bedah Onkologi
Diagnosis dan Terapi, Edisi 2. Sagung Seto Jakarta 2014
22. Lester SC. The breast. Dalam: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, editor
(penyunting). Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Edisi ke-7.
Philadelphia: Elseviers Saunders; 2000.
42