BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak, kelenjar
fibrosa, dan jaringan ikat4. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot–otot dinding
dada, otot pektoralis dan otot serratus anterior 2. Payudara terletak di fascia
superficialis yang meliputi dinding anterior dada dan meluas dari pinggir lateral
sternum sampai linea axillaris media, dan pinggir lateral atas payudara meluas sampai
sekitar pinggir bawah musculus pectoralis major dan masuk ke axilla. Pada wanita
dewasa muda payudara terletak di atas costa II–IV5.
14
Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan papillae. Korpus adalah
bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI), lobulus, dan
lobus. Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau kehitaman di sekitar puting.
Tuberkel–tuberkel Montgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola 5.
Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan berpigmen di
puncak payudara dan tempat keluarnya ASI4. Puting mempunyai perforasi pada
ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus laktiferosa6.
Vaskularisasi utama mammae berasal dari cabang arteri perforantes anterior
dari arteri mamaria interna, arteri toracalis lateralis yang bercabang dari arteri
axillaris dan beberapa arteri interkostalis. Aliran darah vena mengikuti arteri kecuali
v.intercostalis ke v.cava superior melalui v.vertebralis & v.azygos.
subclavicula, dan interpectoral (Rotter’s group). Aliran limfe mammae mengalir 75%
ke kelompok limfatik anterior, sentral dan bagian dalam axilla sepanjang vena
axillaris dan berlanjut langsung ke kelenjar cervicalis bagian caudal dalam di fossa
supraclavicular, sebagian lagi ke kelenjar parasternal (mamaria interna) terutama
bagian sentral dan medial, dan ke kelenjar interpectoralis atau ke axilla kontralateral,
ke otot rectus abdominis melalui ligamentum falsiformis hepatis ke hati, pleura, dan
payudara kontralateral. Sekitar 10-90 buah (rata-rata 50 buah) kelenjar getah bening
berada di axilla sepanjang arteri dan brachialis 1,7. Aliran limfe dari payudara
kontralateral membentuk kolateral sehingga KPD didaerah medial mudah
menyeberang ke kontralateral.
16
diperantarai oleh hormon estrogen dan progesteron4. Payudara wanita mengalami tiga
tahap perubahan perkembangan yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan-
perubahan tersebut yaitu:
1. Perubahan pertama terjadi sejak masa pubertas, dimana estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya asinus. Selain itu yang
menyebabkan pembesaran payudara terutama karena bertambahnya jaringan
kelenjar dan deposit lemak9.
2. Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi, yaitu selama menstruasi
terjadi pembesaran vaskular, dan pembesaran kelenjar sehingga menyebabkan
payudara mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri saat menstruasi.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Payudara akan
membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus,
sehingga tumbuh duktus baru7,9.
3. Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara menyekresikan
kolostrum karena adanya sekresi hormon prolaktin dimana alveolus
menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus kemudian melalui duktus ke puting
susu. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi dengan hilangnya
jaringan kelenjar. Pada saat menopause, jaringan lemak beregresi lebih lambat
bila dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun akhirnya akan menghilang
meninggalkan payudara yang kecil dan menggantung7,9.
Hormon yang berpengaruh pada payudara9:
1. Estrogen, untuk perkembangan stroma, pertumbuhan duktus & deposit lemak
payudara
2. Progesteron, untuk perkembangan lobulus & alveolus payudara menjadi bersifat
sekretorik
3. Prolaktin, untuk pengeluaran/ejeksi air susu
4. Aromatase (terutama post menopause), untuk mengubah androgen menjadi
estrogen
19
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau
saudara perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih
tinggi jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia
40 tahun. Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik dari
keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara.
4. Perubahan payudara tertentu
Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya yang
terlihat abnormal pada pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan
meningkat bila memiliki tipe-tipe sel abnormal tertentu, seperti atypical
hyperplasia dan lobular carcinoma in situ [LCIS].
5. Perubahan Genetik
Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko terjadinya
kanker payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen lainnya.
Mutase germ-line pada gen BRCA1 dan BRCA2 pada kromosom 17 dan
13 ditetapkan sebagai gen predisposisi Carcinoma mammae dan kanker
ovarium herediter. Gen BRCA1 yang sering menimbulkan kanker
payudara dengan ER (Estrogen receptor) (-), sedangkan BRCA2 lebih
banyak ditemukan pada kanker payudara laki-laki1,9. Mutase gen ATM
yang mengatur perbaikan DNA cukup banyak ditemukan pada penderita
kanker payudara familial. Mutase gen CHEK2 meningkatkan risiko
kanker payudara 2x lipat, dan akan semakin meningkat pada penderita
dengan beberapa keluarganya yang menderita keganasan payudara. Delesi
gen CHEK2 dari gen regulator siklus sel pada laki-laki dapat
meningkatkan risiko kanker payudara 10x lipat. Mutase gen supresor
tumor p53 meningkatkan risiko terkena Carcinoma mammae serta kanker
lainnya seperti leukemia, tumor otak, dan sarcoma. Secara umum, gen
BRCA-1 beruhubungan dengan invasive ductal carcinoma, poorly
differentiated, dan tidak mempunyai reseptor hormon. Sedangkan BRCA-
2 berhubungan dengan invasive ductal carcinoma yang lebih well
differentiated dan mengekspresikan reseptor hormon. Wanita yang
21
tidak akan terpengaruh oleh promosi, karena diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen)1,9.
3. Perubahan Genetik dan
Lingkungan
Kanker payudara biasanya terjadi karena adanya interaksi antara faktor
lingkungan dan genetik. Jalur PI3K / AKT dan jalur RAS / MEK / ERK melindungi sel
normal dari bunuh diri sel. Ketika gen-gen yang mengkode jalur perlindungan ini
bermutasi, sel-sel menjadi tidak mampu melakukan bunuh diri ketika mereka tidak lagi
diperlukan yang kemudian mengarah pada perkembangan kanker. Mutasi ini terbukti
secara eksperimental terkait dengan paparan estrogen. Disarankan bahwa kelainan pada
sinyal faktor pertumbuhan dapat memfasilitasi pertumbuhan sel ganas. Lebih dari
ekspresi jaringan adiposa payudara leptinin menyebabkan peningkatan proliferasi sel
dan kanker1,9.
Kecenderungan keluarga untuk mengembangkan Carcinoma mammae disebut
sindrom kanker payudara-ovarium herediter. Beberapa mutasi yang terkait dengan
kanker, seperti p53, BRCA1 dan BRCA2, terjadi dalam mekanisme untuk memperbaiki
kesalahan dalam DNA yang mengarah ke divisi yang tidak terkontrol, kurangnya
keterikatan, dan metastasis ke organ yang jauh. Mutasi yang diwariskan pada gen
BRCA1 atau BRCA2 dapat mengganggu perbaikan hubungan silang DNA dan
putusnya untai DNA. GATA-3 secara langsung mengontrol ekspresi reseptor estrogen
(ER) dan gen lain yang terkait dengan diferensiasi epitel. Hilangnya GATA-3
menyebabkan penghambatan diferensiasi dan prognosis buruk karena meningkatnya
invasi sel kanker dan metastasis jauh1,9.
4. Proto-oncogen
Protooncogen berfungsi untuk membantu pertumbuhan sel secara normal. Mutasi
protooncogen akan menyebabkan pertumbuhan dan pembelahan sel yang tidak
terkontrol sehingga berpotensi untuk menjadi kanker. Gen yang buruk ini dinamakan
onkogen2,8,10.
5. Tumor Supression Gen
25
Proses multitahap dari suatu mutase gen atau lebih di gen regulator minor
maupun minor akan menyebabkan tumorigenesis. Perubahan sel ini terjadi pada dua sel
utama yaitu sel mioepitel dan sel sekretorik lumen4,8.
6. Peranan Human
Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2)
HER 2 termasuk dalam famili epidermal growth factor receptor (EGFR) dari
proto-oncogen dan dipercayai bahwa ia tidak mempunyai ligan. Walau bagaimanapun
protein ini menunjukan sifat untuk membentuk kluster di dalam membran sel tumor
payudara yang ganas. Mekanisme karsiogenesis HER 2 masih belum diketahui
namun ekspresi yang berlebihan dapat memicu pertumbuhan tumor dengan cepat,
menurukan rentan hidup, meningkatkan risiko rekurensi setelah operasi disertai
dengan respon yang tidak efektif terhadap kemoterapi3,12.
Beragam tahap perubahan morfologi sel dalam menuju keganasan jika dilihat
secara klinis dan histopatologi. Pertama pada tahap awal keganasan, terjadi hyperplasia
duktal yang ditandai oleh proliferasi sel epitel poliklonal yang tersebar tidak merata,
dengan pola kromatin dan bentuk intinya saling tumpang tindih, serta lumen duktus
yang tidak teratur. Sel-sel tersebut relatif memiliki sedikit sitoplasma dengan batas sel
yang tidak tegas dan secara sitologi masih jinak. Sel hyperplasia ini selanjutnya
berubah menjadi hyperplasia atipik (klonal) yang sitoplasma selnya lebih jelas dengan
intinya yang lebih jelas juga serta tidak tumpang tindih dan lumen duktus yang teratur.
Secara klinis keadaan ini meningkatkan risiko kanker payudara1,9.
Selanjutnya dari hyperplasia atipik akan timbul karsinoma in situ, baik
karsinoma ductal maupun lobuler. Pada karsinoma in situ terjadi proliferasi sel yang
memiliki gambaran sitologi sesuai dengan keganasan, tetapi proliferasi sel tersebut
belum menginvasi stroma dan menembus membrane basal1,9.
Karsinoma in situ lobuler biasanya menyebar ke seluruh jaringan payudara
(bahkan bilateral) dan biasanya tidak teraba serta tidak terlihat pada pencitraan.
Sebaliknya, karsinoma in situ ductal merupakan lesi ductus segmental yang dapat
mengalami klasifikasi sehingga memberikan penampilan yang beragam. Jika sel-sel
tumor menembus membrane basal dan menginvasi stroma maka tumor akan tumbuh
26
menjadi invasive dan dapat menyebar secara hematogen dan limfogen seingga
menimbulkan metastasis di organ sekitar maupun organ yang jauh sekalipun1,9.
DCIS juga disebut intraductal cancer, merujuk pada sel kanker yang telah
terbentuk dalam saluran dan belum menyebar. Saluran menjadi tersumbat dan
membesar seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya. Kalsium cenderung
terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi sebagai
kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular calcifications)
atau disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil mammogram
seorang wanita tanpa gejala kanker.
DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya massa
yang secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada mammografi. DCIS
kadang ditemukan dengan tidak sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor
jinak. Sekitar 20%-30% kejadian kanker payudara ditemukan saat dilakukan
mamografi. Jika diabaikan dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker
invasif dengan potensi penyebaran ke seluruh tubuh.
wanita yang lebih tua. Karena komponen musinnya, sel-sel kanker ini dapat
tidak terlihat pada pemeriksaan mikroskopik13.
D. Papillary carcinoma (2%)
Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker payudara sekitar
2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada
wanita dekade ketujuh dan sering menyerang wanita non kulit putih.
Ukurannya kecil dan jarang mencapai diameter 3 cm13.
E. Tubular carcinoma (2%)
Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara
sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan
pada wanita perimenopause dan pada periode awal menopause13.
4. Melanoma
Penyakit Paget (1%): Merupakan karsinoma intraduktus pada saluran ekskresi
utama yang menyebar ke kulit puting susu dan areola, sehingga terjadi kelainan
menyerupai ekzema yaitu adanya krusta di daerah papil dan areola. Jika tidak
ditemukan massa tumor di bawahnya penyakit ini termasuk karsinoma insitu,
tapi jika ada massa tumor termasuk karsinoma duktal invasif. Kelainan ini
ditemukan pada wanita berusia lebihtua dari penderita kanker payudara
umumnya dan bersifat unilateral. Tanda khas adalah adanya penyebukan
epidermis oleh sel ganas yang disebut sel paget13.
3.7 Staging Carcinoma Mammae
Kanker payudara dapat ditentukan stadiumnya berdasarkan sistem TNM yang
direkomendasi oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Helath
Organization) / AJCC (American Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh
American Cancer Society dan American College of Surgeons), yang dapat dilihat
pada tabel dibawah5.
Tumor Primer (T)
TX Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis Karsinoma In situ
Tis (DCIS) Karsinoma ductal in situ
Tis (LCIS) Karsinoma lobular in situ
Tis (Paget’s)
T1 Diameter tumor < 2 cm
T1mic Mikroinvasi tumor <0,1 cm
T1a Tumor > 0,1 cm hingga < 0,5 cm
T1b Tumor > 0,5 tetapi < 1 cm
T1c Tumor > 1 tetapi < 2 cm
T2 Tumor 2 – 5 cm
T3 Tumor diatas 5 cm
Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding
T4
thorax atau kulit
T4a Melekat pada dinding dada, tidak melibatkan otot pectoralis
Edema kulit (termasuk peau d’orange), atau ulserasi kulit payudara,
T4b
atau ada nodul satelit terbatas di kulit payudara yang sama
T4c T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma
Kelenjar Getah Bening-Klinis (N)
NX Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan (misalnya,
31
Posisi berbaring
- Tangan ditaruh di belakang kepala, punggung di ganjal bantal
- Mulai pemeriksaan dari sisi yang tidak dikeluhkan
- Pemeriksaan dengan memakai seluruh area volar manus dan digiti (bukan
hanya memakai ujung jari). Ada 3 metode pemeriksaan:
a. Sirkuler
b. Radier
c. Vertikal / horizontal
35
Inspeksi
Ulkus pada kulit
Karena neovaskularisasi tidak mampu mengimbangi pertumbuhan tumor
sehingga timbul area nekrotik dan ulkus di tengah sehingga timbul bau karena
telah terinfiltrasi tumor.
Krusta atau eksema di puting payudara
Nodul satelit
Adalah nodul pada kulit dengan jarak tidak terlalu jauh dari tumor primer dan
masih berada pada daerah payudara (kemungkinan metastasis besar). Jika
sudah keluar dari daerah payudara, maka sudah termasuk metastasis kulit.
Edema kulit payudara termasuk peau d’orange
Peau d’orange bukan merupakan tanda patognomonis kanker, karena dapat
disebabkan:
- Terisi sel infeksi
- Terisi sel kanker
- Tertekan edem
- Radiasi
Retraksi papilla mammae
Terjadi karena penarikan duktus di bawah papil.
Palpasi
Massa di payudara atau massa di axilla dengan atau tanpa massa di payudara
- Wanita usia kurang dari 40 tahun, insiden keganasan 10%
- Wanita usia lebih dari 40 tahun, insiden keganasan 60%
36
aksila harus dilakukan, walaupun nodus yang ditemukan hanya berupa sel tumor
terisolasi dengan ukuran kurang dari 0,2mm2.
5. Foto Toraks dan USG Abdomen7,9
Foto toraks dan USG abdomen rutin dilakukan untuk melihat adanya
metastasis di paru, pleura, mediastinum, tulang-tulang dada dan organ visceral
(terutama hepar).
6. Bone scan12
Bone scan bertujuan untuk evaluasi metastasis di tulang. Pemerksaan ini
dilakukan bila mana sitologi (+) atau klinis sangat mencurigai pada lesi >5cm.
7. Imunohistokimia11
Pemeriksaan imunohistokima yang dilakukan untuk membantu terapi target,
antara lain pemeriksaan status ER (estrogen receptor), PR (progesterone receptor), c-
erbB-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p-53, Ki, dan Bcl 2. Kanker payudara yang
cenderung memiliki prognosis yang lebih baik pada kanker payudara yang memiliki
ER(+) atau PR(+) karena masih peka terhadap terapi hormonal. Kanker payudara
memiliki sejenis protein pemicu pertumbuhan yang disebut HER2 neu. Pada
pernderita kanker payudara HER2 (+) memiliki gen HER2 neu yang dieksperikan
secara berlebihan. Kanker payudara yang memiliki status ER (-), PR(-), HER2/neu
(-), yang disebut sebagai triple negated, cenderung agresif dan prognosisnya buruk.
8. Pemeriksaan Laboratorium3,6
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan kimia darah guna kepentingan
pengobatan dan informasi kemungkinan adanya metastasis (transminase, alkalin
fosfatase, kalsium darah, penanda tumor CA 15-3 dan CEA.
Pemeriksaan enzim transminase penting dilakukan untuk memperkirakan
adanya metastasis pada liver, sedangkan alkalin fosfatase dan kalsium untuk
memprediksi adanya metastasis pada tulang. Pemeriksaan kadar kalsium darah rutin
dikerjakan terutama pada kanker payudara stadium lanjut.
Pemeriksaan penanda tumor seperti CA-15-3 dan CEA (dalam kombinasi)
lebih penting gunanya untuk menentukan rekurensi dari kanker payudara dan belum
merupakan penanda diagnosis ataupun skrining.
41
3.10 Tatalaksana
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk
stadium dini (I, II) dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (IIIA, IIIB, T3, T4) dan
bahkan inflammatory carcinoma mungkin dapat disembuhkan dengan terapi
multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif
diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan metastasis jauh
atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi7.
Tatalaksana kanker payudara meliputi tindakan operasi, kemoterapi,
radioterapi, terapi hormone, targeting therapy, terapi rehabilitasi medic, serta terapi
paliatif2,6,9,10,12.
a. Operasi (pembedahan)
Merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker payudara.
Berbagai jenis operasi pada kanker payudara memiliki kerugian dan keuntungan yang
berbeda-beda.
1) Classic Radical Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor, otot
pektoralis mayor dan minor serta diseksi aksila level I-III. Operasi ini
dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau otot pectoral tanpa ada
metastasis jauh.
2) Modified Radical Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor dan fasia
pectoral serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada stadium dini
dan lokal lanjut (T3, T4).
3) Skin Sparing Mastectomy adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan
payudara beserta tumor dan nipple areola komplek dengan mempertahankan
kulit sebanyak mungkin serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini harus
disertai rekonstruksi payudara dan dilakukan pada tumor stadium dini dengan
jarak tumor ke kulit jauh (>2 cm) atau stadium dini yang tidak memenuhi
sarat untuk BCT.
42
reseptor (PR) tanpa memandang usia, status menopause, status kgb aksila maupun
ukuran tumor. Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa
metastasis jauh, biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek
terapinya lebih lama. Terapi hormonal paliatif dilakukan pada penderita
pramenopause. Hal ini disebabkan adanya reseptor esterogen pada sel karsinoma
mammae pada sebagian besar wanita dengan karsinoma mammae. Reseptor tersebut
dapat dimasuki oleh hormon esterogen yang diproduksi ovarium. Akibat pengaruh
esterogen tersebut, dapat memacu proliferasi sel tumor mammae, sehingga wanita pre
menopause dengan ca mamma mempunyai prognosis yang buruk. Estrogen dapat
menstimulasi pertumbuhan sel kanker payudara, namun dapat berefek sebaliknya jika
diberikan dengan dosis tinggi.
Manipulasi hormonal dapat dilakukan dengan cara :
1) Ovarektomy bilateral, disebut juga sebagai prophylactic oophorectomy telah
diketahui mampu menurunkan resiko terjadinya kanker payudara. Pada sebuah
penelitian prospektif, pemberian HRT (hormone replacement therapy) pada
pasien post ooforektomi bilateral tidak mampu menurunkan resiko kanker
payudara pada penderita yang memiliki gen mutasi BRCA1.
2) Memberikan obat first line hormonal therapy berupa Tamoksifen 2 x 10 mg
selama 2 tahun. Tamoxifen merupakan obat anti kanker non steroid yang
memiliki efek anti-esterogen pada payudara. Obat ini bekerja menghambat
esterogen berikatan dengan reseptor esterogen pada sel kanker yang sensitif
esterogen. Obat ini digunakan pada ca mamma dengan reseptor esterogen positif.
Selain itu, obat ini juga diduga memiliki efek preventif pada wanita yang
memiliki resiko tinggi terkena ca mamma. Pemberian tamoxifen sebagai terapi
ajuvan pada terapi ca mamma telah dikemukakan oleh Early Breast Cancer
Trialists Collaborative Group (EBCTCG), bahwa pada terapi tamoxifen selama
5 tahun pada wanita penderita kanker payudara dengan esterogen receptor
positive (ER+) berhasil menurunkan rasio kematian akibat kanker payudara per
tahun sebesar 31%, tidak tergantung usia, cara pemberian kemoterapi, status
reseptor progesteron, maupun karakteristik tumor. Nyeri tulang, hot flushes,
45
mual, muntah dan retensi cairan dapat terjadi pada pengunaan tamoxifen. Resiko
jangka panjang pengunaan tamoxifen adalah karsinoma endometrium. Beberapa
ahli onkologi merekomendasikan tamoxifen untuk ditambahkan pada terapi
neoadjuvan pada karsinoma mammae stadium lanjut terutama pada reseptor
hormonal yang positif. Untuk semua wanita dengan karsinoma mammae stadium
IV, anti-estrogen (tamoxifen), dipilih sebagai terapi awal.
e. Terapi Target atau Antibodi Anti-HER2/neu(Biologi)
Terapi ini ditujukan untuk menghambat proses yang berperan dalam
pertumbuhan sel-sel kanker seperti Trastuzumab (Herceptin), Bevacizumab (Avastin)
dan Lapatinib ditosylate (Tykerb).
Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae yang baru
didiagnosis, saat ini direkomendasi. Hal ini digunakan untuk tujuan prognostik pada
pasien tanpa pembesaran KGB, untuk membantu pemilihan kemoterapi adjuvan
karena dengan regimen adriamycin menberikan respon yang lebih baik pada
karsinoma mammae dengan overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan overekspresi
Her-2/neu mungkin dapat diobati dengan trastuzumab yang ditambahkan pada
kemoterapi adjuvant.
46
47
3.11 Prognosis
Prognosis kanker payudara ditunjukkan oleh angka harapan hidup atau
interval bebas penyakit. Prognosis penderita keganasan payudara diperkirakan buruk
jika usianya muda; menderita kanker payudara bilateral; mengalami mutasi genetic;
dan adanya triple negative yaitu grade tumor tinggi dan seragam, reseptor ER dan PR
negatif, dan respone reseptor permukaan sel HER-2 juga negative13.
Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae antara tahun
1983-1987 telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan, epidemiologi dan hasil akhir
program data, didapatkan bahwa angka 5-year survival untuk stadium I adalah 94%,
stadium IIa 85%, IIb 70%, dimana pada stadium IIIa sekitar 52%, IIIb 48% dan untuk
stasium IV adalah 18%12,13.