Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI MAMAE


Mamae terdiri dari berbagai struktur yaitu parenkim epitelial, lemak,
pembuluh darah, saraf, saluran getah bening, otot dan fascia. Parenkim epitelial
dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus yang masing-masing mempunyai saluran
tersendiri untuk mengalirkan produknya dan bermuara pada puting susu. Tiap
lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-100 sini
grup. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari mamae.1,4,7

Gambar 1. Anatomi Payudara

Gambar 1. Anatomi Payudara Wanita dan Laki - laki

3
Jaringan ikat subkutis yang membungkus kelenjar mamae membentuk
septa diantara kelenjar dan berfungsi sebagai struktur penunjang dari kelenjar
mamae. Mamae dibungkus oleh fascia pectoralis superficialis dimana permukaan
anterior dan posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper yang berfungsi
sebagai penyangga.6

Gambar 3. Anatomi Payudara

Setengah bagian atas mamae, terutama kuadran lateral atas mengandung


lebih banyak komponen kelenjar dibandingkan dengan bagian lainnya. Mamae
terletak diantara fascia superficialis dinding thorak anterior dan fascia profunda
(pectoralis), antara mamae dan dinding thorak terdapat bursa retromammaria yang
merupakan ruang antara fascia superficialis dengan fascia profunda (pectoralis),
dengan adanya bursa ini menjamin mobilitas mamae terhadap dinding thorax .1,4,7
Pada wanita, mamae berkembang menjadi susunan yang kompleks. Pada
wanita dewasa, mamae terletak di anterior dinding thorax setinggi costa 2 atau 3
sampai dengan costa ke 6 atau ke 7, dan terbentang antara linea parasternalis
sampai dengan linea axillaris anterior atau media. Mamae pada wanita dewasa
berbentuk hemisphere yang khas dengan ukuran, kontur, konsistensi dan densitas
yang sangat bervariasi, dipengaruhi oleh faktor-faktor hormonal, genetik dan
diet.4,7 Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh
hormone, perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, masa klimakterium, sampai masa menopause. Sejak
pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
hormon hipofisis menyebabkan duktus laktiferus berkembang. Perubahan kedua
adalah perubahan yang sesuai dengan siklus menstruasi, sekitar hari ke delapan
menstruasi, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi terjadi pembesaran maksimal bahkan dapat timbul benjolan yang nyeri
dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi ini payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pada pemeriksaan fisik terutama palpasi, tidak

4
dilakukan. Pada waktu ini pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena
kontras kelenjar terlalu besar, tetapi setelah menstruasi pemeriksaan ini dapat
dilakukan. Perubahan ketiga terjadi sewaktu hamil dan menyusui, pada waktu
kehamilan payudara mnjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus
berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu proses laktasi, air susu diproduksi oleh sel alveolus dan mengisi
asinus yang kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.4,7
Pasokan darah payudara terutama brasal dari cabang arteri aksilaris, ramus
perforantes interkostales 1-4 dari arteri mamaria interna dan ramus perforantes
arteri interkostales 3-7. Vaskularisasi mamae terdiri dari arteri dan vena yaitu:1,4,7

Gambar 4: Pasokan darah glandula mamae


a. Arteri
- Cabang-cabang perforantes A. mammaria interna (A. thoracica interna)
- Cabang lateral dari A. interkostalis posterior
- Cabang-cabang dari A. axillaris
- A. torakodorsalis yang merupakan cabang A. subskapularis
b. Vena
- Cabang-cabang perforantes V. torakalis interna
- Cabang-cabang V. axillaris yang terdiri dari V. thoraco-akromialis, V.
torakalis lateralis dan V thoraco dorsalis
- Vena-vena kecil yang bermuara pada V. Intercostalis
Persarafan kulit mamae bersifat segmental dan berasal dari segmen
dermatom T2 sampai T6. Jaringan kelenjar mamae sendiri diurus oleh sistem saraf
otonom. Pada prinsipnya inervasi mamae berasal dari N. intercostalis IV, V, VI
dan cabang dari plexus cervicalis. Pengetahuan mengenai lokasi struktur saraf
utama pada axilla sangatlah penting guna mengenal komplikasi dari diseksi pada
daerah axilla. Saraf N. thoracalis berada di sepanjang dinding thorax pada sisi
medial dari axilla. Nervus ini mempersarafi M. seratus anterior dan fiksasi skapula
pada dinding dada saat melakukan ekstensi lengan. Cedera pada N. torakalis ini

5
dapat menyebabkan deformitas pada skapula N.thoracodorsal mempersarafi M.
latissimusdorsi.1,4
Pembuluh limfatik dan kelenjar getah bening pada payudara, berjalan
ditepi lateral muskulus pektoralis mayor dan bersatu dengan limfe node pektoral,
yang mengiringi pembuluh darah torakalis lateralis. Limfe node menyebar ke
muskulus serratus anterior dari sini, aliran limfatik kemudian ke kelenjar getah
bening aksila (mesentrika superior dan interpektoral). Jalur limfatik drainase
lainnya adalah melalui pektoralis mayor dekat garis parasternal melalui intercostal
space menuju limfe node parasternal yang terletak sepanjang pembuluh darah
mammaria interna. Drainase limfatik juga menuju kelenjar getah bening
supraklavikula melalui limfe node mesentrika superior dan melalui limfe node
infraklavikula. Terdapat juga jalur drainase intramuskular yang melewati
pektoralis mayor langsung ke kelenjar getah bening. Disini termasuk kelenjar
getah bening interpektoral yang terletak diantara otot dada yang mengalirkan ke
deep limfe node (aksila) atau langsung ke apical axillary lymp nodes.4

Gambar 5. Kelenjar getah bening payudara

6
Gambar 6. Jalur limfatik pada payudara

Surgical level (Berg’s Level) dari kelenjar getah bening payudara


dikelompokkan pada tiga level. Level 1 adalah kelompok kelenjar getah bening
yang berada di lateral otot pektoralis minor yang meliputi kelompok kelenjar
getah bening mammaria eksterna dan kelenjar getah bening vena aksilaris. Level
II kelenjar getah bening di posterior pektoralis minor yakni kelenjar getah bening
sentral. Level III kelenjar getah bening di sebelah pektoralis minor sampai dengan
ligamentum Halsted yaitu kelompok kelenjar getah bening subklavikula.4,9

Gambar 7 Struktur limfatik payudara beserta level kelenjar getah bening

2.2 DEFINISI
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat
pengaruh berbagai faktor penyebab, yang menyebabkan jaringan setempat pada
tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya.1,8
Tumor dapat dibagi menjadi jinak dan ganas, daya tumbuh tumor jinak
terbatas, biasanya tumbuh ekspansif lokal, laju pertumbuhannya relatif lambat.
Tumor jinak dapat mendesak jaringan organ sekitarnya, namun biasanya tidak
berinfiltrasi merusak jaringan sekitarnya dan tidak bermetastasis. Tumor ganas,

7
tumbuh pesat, bersifat invasif (menginfiltrasi jaringan sekitarnya) dan
bermetastasis.1,8
Kanker payudara adalah tumor ganas pada payudara yang disebabkan oleh
perkembangan sel-sel ganas payudara. Sel-sel ganas dapat berasal dari glandula
payudara atau duktal payudara (duktal epithelium).1,4 Sel-sel kanker ditandai
dengan pembelahan yang tidak terkendali menyebabkan pertumbuhan abnormal
dan kemampuan sel-sel untuk menyerang jaringan normal secara lokal atau
menyebar ke seluruh tubuh, dalam proses yang disebut metastasis.8

2.3 PATOFISIOLOGI
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:1
a. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel
yang memancing sel menjadi ganas.Perubahan dalam bahan genetik sel
ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa
bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari.tetapi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan
gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan.
b. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
akan terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor
untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu
karsinogen).

8
2.4 FAKTOR RESIKO
Penyebab secara pasti belum diketahui, namun terdapat faktor resiko untuk
menderita kanker payudara, adalah:1,4,6-8,10
- Jenis kelamin wanita, insiden wanita dibanding pria lebih dari 100:1. Secara
umum 1 dan 9 wanita Amerika akan menderita kanker payudara sepanjang
hidupnya. Kanker payudara pada laki – laki adalah penyakit yang jarang
ditemukan, karsinoma ini terjadi pada usia lanjut. Karena jaringan payudara
laki – laki sedikit jumlahnya, tumor dengan cepat menginfiltrasi kulit
diatasnya dan dinding toraks dibawahnya.
- Usia, resiko meningkat dari 1:5900 ke 1:290 antara dekade ketiga dan dekade
kedelapan. Wanita usia 60-79 tahun mempunyai kemungkinan menderita
kanker payudara 1:14 dibanding wanita usia kurang dari 39 tahun, yang
mempunyai kemungkinan 1:14.
- Riwayat keluarga, pasien dengan riwayat keluarga tingkat pertama (ibu dan
saudara kandung) mempunyai resiko 4-6 kali dibanding wanita yang tidak
punya faktor resiko ini. Usia saat terkena juga mempengaruhi faktor resiko,
pasien dengan ibu diagnosa kanker payudara saat usia kurang dari 60 tahiun
resiko meningkat 2 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama
premenopause menderita kanker payudara bilateral, mempunyai resiko 9 kali.
Pasien dengan keluarga tingkat pertama post menopause menderita kanker
payudara bilateral mempunyai resiko 4-5,4 kali. Riwayat keluarga juga
merupakan faktor resiko kanker payudara pada laki – laki yaitu sekitar 15%.
- Usia melahirkan anak pertama, jika usia 30 atau lebih resiko 2 kali dibanding
wanita yang melahirkan usia kurang dari 20 tahun.
- Riwayat menderita kanker payudara, juga merupakan faktor resiko untuk
payudara kontralateral. Resiko ini tergantung pada usia saat diagnosis. Resiko
ini meningkat pada wanita usia muda.
- Predisposisi genetikal. Resiko ini berjumlah kurang dari 10% kanker
payudara. Pada laki – laki adanya mutasi BRCA, mutasi reseptor androgen,
sindrom Li-fraumeni, sindrom Cowden.
- Ductal carcinoma in situ (DCIS) dan labular carcinoma in situ (LCIS) pada
biopsi. Hal ini merupakan marker untuk terjadinya lesi invasif.

9
- Proliferasi benigna dengan hiperplasia atipikal: faktor ini meningkatkan
resiko 4 kali. Atipia dan hiperplasia disertai adanya riwayat keluarga
meningkat 10 kali. Pada tumor jinak yang menunjukkan ekspresi reseptor
estrogen dan progesteron resiko meningkat 3,2 kali.
- Radiasi, pada usia di bawah 16 tahun mempunyai resiko 100 kali, radiasi
sebelum umur 20 tahun mempunyai resiko 18 kali, usia 20 -29 tahun resiko 6
kali, radiasi setelah usia 30 tahun resiko tidak bermakna.
- Perubahan gaya hidup: diet tinggi kalori, diet tinggi lemak, konsumsi alkohol
merokok dan obesitas pada menopause. Terdapat data yang menunjukkan
orang yang gemuk sesudah berusia 50 tahun berpeluang lebih besar terkena
kanker mamae.
- Hormonal: menarche dibawah 12 tahun resiko 1,7-3,4 kali, usia menopause
diatas 55 tahun resiko 1,5 kali. Penggunaan kontrasepsi oral lebih dari 8-10
tahun juga meningkatkan resiko.
- Penggunaan obat di masa lalu, penggunaan jangka panjang reserpin,
metildopa, analgesik trisiklik dapat menyebabkan kadar prolaktin meninggi
yang beresiko karsinogenik bagi mamae.

2.5 MANIFESTASI KLINIS


1. Massa Tumor1
Sebagian besar bermanifestasi sebagai massa mamae yang tidak nyeri,
sering kali ditemukan secara tidak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di
kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas
tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut
dapat terfiksasi ke dinding toraks). Massa cenderung membesar secara
bertahap, dalam beberapa bulan bertambah besar secara jelas.
2. Perubahan kulit1
- Tanda lesung: Ketika tumor mengenai glandula mamae, ligamen
memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.
- Perubahan kulit jeruk (peau d’orange): ketika vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem

10
kulit, folikel rambut tenggelam ke bawah tampak sebagai tanda kulit
jeruk.
- Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis
masing – masing membentuk nodul metastasis, disekitar lesi primer
dapat muncul banyak nodul tersebar.
- Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak
perubahan berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor terus
bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi iskemik, ulserasi
membentuk bunga terbalik, disebut ‘tanda kembang kol’.
- Perubahan inflamatorik: keseluruhan kulit mamae berwarna merah
bengkak, mirip peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada kanker
mamae waktu hamil atau laktasi.
3. Perubahan Papila mamae1
- Retraksi dan distorsi papila mamae, umumnya akibat tumor
menginvasi jarigan subpapilar.
- Sekret papilar, sering karena tumor mengenai duktus besar.
- Perubahan eksematoid, manifestasi spesifik dari kanker eksematoid.
Klinis tampak: papila mamae erosi, berkrusta, sekret, deskuamasi,
sangat mirip eksim.

2.6 DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Adanya benjolan pada payudara merupakan keluhan utama dari
penderita. Pada mulanya tidak merasa sakit, akan tetapi pada pertumbuhan
selanjutnya akan timbul keluhan sakit.
Mencakup status haid, perkawinan, partusm laktasi, riwayat
kelainan mamae sebelumnya, riwayat keluarga kanker, waktu timbulnya
massa dan kecepatan pertumbuhan. Tanda dan gejala kanker payudara
adalah:1,4
- Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit.
- Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus -
menerus) atau puting mengeluarkan cairan / darah (nipple discharge).

11
- Ada perubahan pada kulit payudara diantaranya berkerut seperti kulit
jeruk (peau d’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok
(ulkus).
- Adanya benjolan – benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul
satelit).
- Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh
- Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.
- Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker).
- Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada
awal – awalnya tidak terasa sakit.
- Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu
payudara.
- Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan secara halus, tidak boleh
kasar dan keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan perdarahan
atau nyeri yang hebat dari penderita, tumor ganas tidak boleh dilakukan
pemeriksaan fisik yang berulang-ulang karena kemungkinan dapat
mempercepat penyebaran.1,4
a. Inspeksi
Inspeksi pada payudara wanita. Simetri, ukuran dan bentuk payudara
dinilai, adanya edema (peau d’orange), retraksi papilla mamae, eritema.

Gambar 8. Teknik melakukan inspeksi saat lengan disamping,


keatas, kacak pinggang dan palpasi parenkim payudara untuk
identifikasi kelainan primer.

12
b. Palpasi
Sebagai bagian dari pemeriksaan fisik, payudara dipalpasi secara hati-
hati. Pemeriksaan pasien dalam posisi berbaring merupakan posisi yang
terbaik. Ahli bedah akan melakukan palpasi secara lembut dari sisi
ipsilateral, memeriksa seluruh kuadran payudara dari sternum bagian
lateral sampai m. Latissimus dorsi, dan dari clavicula inferior sampai
rectus bagian atas. Secara sistematis mencari pembesaran KGB.

Gambar 9 Teknik melakukan palpasi aksila, infraklavikula dan


supraklavikular untuk identifikasi pembesaran kelenjar getah bening
regional

3. Pemeriksaan Penunjang1,4,7,8,12
a. Radiologi. Foto thorax dapat membantu mengetahui adanya
keganasan dan mendeteksi adanya metastase ke paru-paru.
b. Mammografi. Kelebihan mammografi adalah dapat menampilkan
nodul yang sulit dipalpasi atau terpalpasi atipikal, dapat menemukan
lesi mamae tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat
digunakan untuk analisis diagnostik dan rujukan tindak lanjut.

13
Ketepatan diagnosis sekitar 80%. Adanya proses keganasan akan
memberikan tanda-tanda primer dan sekunder.
Tanda primer, berupa:
- fibrosis reaktif
- comet sign yaitu batas tumor yang tidak teratur oleh karena
adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas tidak
tegas.
- gambaran transusen disekitar tumor
- gambaran stelata
- adanya mikrokalsifikasi
- Ukuran klinis tumor lebih bsar dari radiologis.

Tanda sekunder berupa:


- retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vascularisasi, perubahan
posisi papilla dan areola, adanya bridge of tumor, keadaan daerah
tunika dan jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi jaringan
lunak belakang mamae dan adanya metastasis ke kelenjar.
c. USG (Ultrasonografi). Dengan USG selain dapat membedakan tumor
padat atau kistik, juga dapat membantu untuk membedakan suatu tumor
jinak atau ganas. Ca mamae yang klasik pada USG akan tampak gambaran
suatu lesi padat, batas ireguler, tekstur tidak homogen. Posterior dari
tumor ganas mamae terdapat suatu Shadowing. Selain itu USG juga dapat
membantu staging tumor ganas mamae dengan mencari dan mendeteksi
penyebaran lokal (infiltrasi) atau metastasis ke tempat lain, antara lain ke
KGB regional atau ke organ lainnya (misalnya hepar).
d. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB). FNAB dilanjutkan dengan
FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology) merupakan teknik pmeriksaan
sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh dari hasil punksi jarum
terhadap lesi dengan maupun tanpa panduan USG. FNAB sekarang lebih
banyak digunakan dibandingkan dengan cutting needle biopsy karena cara
ini lebih tidak nyeri, kurang traumatik, tidak menimbulkan hematom dan

14
lebih cepat menghasilkan diagnosis. Cara pemeriksaan ini memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, namun tidak dapat memastikan
tidak adanya keganasan. Hasil negatif pada pemeriksaan ini dapat berarti
bahwa jarum biopsi tidak mengenai daerah keganasan sehingga biopsi
eksisi tetap diperlukan untuk konfirmasi hasil negatif tersebut.

2.7 STAGING

Mutlak untuk menentukan stadium pada setiap proses keganasan,


termasuk pada kanker payudara ini. Berdasarkan stadium ini baru ditetapkan
kebijakan pengobatan yang akan diambil.1,4,9,12
 TNM Staging
Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 Tidak terbukti adanya tumor
Tis Carcinoma in situ : Ca intraductal, Ca lobular in situ, atau Paget’s
disease pada nipple tanpa tumor
T1 Ukuran terbesar tumor  2 cm
T2 Ukuran terbesar tumor > 2 cm tetapi tidak melebihi 5 cm
T3 Ukuran terbesar tumor  5 cm
T4 Tumor dengan ukuran berapapun dengan ekstensi langsung terhadap
dinding dada atau kulit
KGB Regional (N)
Nx KGB regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis ke KGB
N1 Metastasis ke KGB axillaris ipsilateral, dapat digerakan
N2 Metastasis ke KGB axillaris ipsilateral, melekat terhadap KGB atau
struktur lain
N3 Metastasis ke KGB mamae internal, ipsilateral
Metastasis jauh (M)
Mx Adanya metastasis jauh tidak dapat diperkirakan
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Ada metastasis jauh (metastasis ke KGB supraclavicular ipsilateral)

15
Sistem penggolongan yang paling banyak di gunakan secara klinis untuk
karsinoma payudara adalah yang di ambil dari International Union Againts
Cancer (UICC) dan Americant Joint Commition on Cancer Staging and End
Result Reporting (AJC), berdasarkan pada sistem TNM (T, tumor, N, nodes, M,
metastase).4,9,12
Pengelompokan Stadium (Stage Grouping) AJCC 2002
Stage TNM
0 Tis, N0, MO
I T1, N0, MO
IIA T0, N1, MO
T1, N1, MO
T2, N0, MO
IIB T2, N1, MO
T3, N0, MO
IIIA T0, N2, MO
T1, N2, MO
T2, N2, MO
T3, N1, MO
T3, N2, MO
IIIB T4, N0, MO
T4, N1, MO
IIIC Setiap T, N3, MO
IV Setiap T, Setiap N, M1

2.8 PENATALAKSANAAN
Pengobatan kanker payudara bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan
yang tinggi dengan kualitas hidup yang baik. Oleh karena itu terapi dapat bersifat
kuratif atau paliatif.1,4,7,8
- Terapi kuratif dilakukan pada kanker payudara stadium I, II dan III.
- Terapi paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa adanya
periode bebas penyakit, umumnya dilakukan pada stadium IV.

16
Kesembuhan yang tinggi dengan kualitas hidup yang baik akan tercapai bila
kanker diterapi pada stadium dini. Keuntungan penatalaksanaan tumor stadium
dini adalah:
- Kemungkinan tidak dilakukan kemoterapi bila tidak ada metastasis kelenjar
getah bening aksila daan tergolong resiko rendah.
- Tidak perlu dilakukan eksisi aksila jika sentinel negatif, sehingga resiko
terjadinya limpadem berkurang.
- Tidak diperlukan radiasi
- Biaya penatalaksaan jauh lebih ekonomis
- Disease free interval dan overall survival lebih baik (lama).

Adapun modalitas terapi kanker payudara secara umum meliputi operasi,


kemoterapi, radioterapi, terapi hormonal dan terapi target.

1. Pembedahan
Pembedahan merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker
payudara. Modalitas ini memberikan kontrol lokoregional yang dapat dibuktikan
dengan pemeriksaan histopatologi dan dari spesimen operasi dapat ditentukan tipe
dan grading tumor, status kelenjar getah bening aksila, faktor prediktif dan faktor
prognosis tumor. Jenis operasi pada kanker payudara:4
- Classic Radical Mastectomy (CRM)
- Modified Radical Mastectomy (MRM)
- Skin Sparing Mastectomy (SSM)
- Nipple Sparing Mastectomy (NSM)
- Breast Conserving Treatment (BCT)

Jenis – jenis operasi tersebut memiliki indikasi dan keuntungan serta


kerugian yang berbeda – beda.

a. Classic Radical Mastectomy (CRM)


Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple areola
komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis mayor dan minor, serta diseksi
aksila level I – III. Operasi ini dilakukan jika ada infiltrasi tumor ke fasia atau

17
otot pektoral tanpa metastasis jauh. Jenis operasi ini mulai ditinggalkan karena
morbiditas tinggi sementara nilai kuratifitas sebanding dengan MRM.
b. Modified Radical Mastectomy (MRM)
Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple areola
komplek, kulit diatas tumor, fasia pektoral serta diseksi aksila level I – III.
Operasi ini dilakukan pada stadium dini dan lokal lanjut.

Gambar 10 Gambaran pasca operasi modified radical mastectomy

MRM mempertahankan baik M. pectoralis mayor and M. pectoralis minor,


dengan pengangkatan KGB aksilla level I dan II tetapi tidak level III.
Modifikasi Patey mengangkat M. pectoralis minor dan diseksi KGB axilla
level III. Batasan anatomis pada Modified radical mastectomy adalah batas
anterior M. latissimus dorsi pada bagian lateral, garis tengah sternum pada
bagian medial, bagian inferiornya 2-3 cm dari lipatan infra-mamae dan bagian
superiornya m. subklavia.
Seroma dibawah kulit dan di aksilla merupakan komplikasi tersering dari
mastektomi dan diseksi KGB aksilla, sekitar 30% dari semua kasus.
Pemasangan closed-system suction drainage mengurangi insidensi dari
komplikasi ini. Kateter dipertahankan hingga cairan drainage kurang dari 30
ml/hari. Infeksi luka jarang terjadi setelah mastektomi dan kebanyakan terjadi
sekunder terhadap nekrosis skin-flap. Pendarahan sedang dan hebat jarang
terjadi setelah mastektomi dan sebaiknya dilakukan eksplorasi dini luka untuk
mengontrol pendarahan dan memasang ulang closed-system suction drainage.
Insidensi lymphedema fungsional setelah modified radical mastectomy sekitar
10%. Diseksi KGB aksilla ekstensif, terapi radiasi, adanya KGB patologis dan
obesitas merupakan faktor-faktor predisposisi.

18
Modified radical mastectomy: Elevasi dari skin flap. Ketebalan dari skin flap
adalah 7-8 mm, termasuk kulit dan tela subcutanea. Inset menggambarkan batas
modified radical mastectomy.

Reseksi jaringan payudara. Muskulus pektoralis mayor dibersihkan dari fascia


yang berada diatasnya setelah payudara dielevasikan. Otot latissimus dorsi berada
di batas lateral dari diseksi. Inervasi kutaneus pada sisi lateral dada, axilla dan
permukaan medial lengan atas oleh cabang – cabang kutaneus lateral dari saraf –
saraf intecostal di ilustrasikan.

19
Diseksi lymph node axillary. Diseksi dimulai dari lateral ke medial, dengan
visualisasi lengkap aspek anterior dan inferior dari vena aksilaris. Jaringan ikat
longgar di persimpangan vena aksilaris dan batas anterior dari otot latissimus
dorsi terbentang inferomedial sampai dengan grup lymph node lateral (Level 1).
Tindakan dilakukan untuk melindungi arteri torakodorsal, vena dan saraf pada
bagian dalam ruang aksilaris. Grup lymph node lateral yang direseksi secara
kontinue dengan grup lymph node subskapular (level 1) dan grup lymph node
mammary eksternal (level 1). Diseksi anterior pada vena aksilaris juga boleh
dilakukan pengangkatan grup lymph node sentral (level II) dan grup lymph node
apikal (subklavikular) level III. Batas superomedial pada diseksi ini adalah fascia
clavipectoral (ligamen Halsted’s). Inset menggambarkan bagian insersi dari otot
pektoralis minor pada coracoid process. Jari dokter bedah melindungi dasar
plexus brachialis.

20
Diseksi komplit meliputi otot pektoralis minor dari insersi ke origo, dari kosta dua
ke kosta lima. Sisa Rotter's lymph nodes (level I) yang masih melekat pada otot
pektoralis minor di bersihkan. Secara bersamaan, saraf – saraf pektoralis medial
dan lateral di lindungi untuk menjamin inervasi pada lateral dan medial muskulus
pectoralis mayor. Inset menggambarkan posisi dari closed-suction silastic
catheters (10-F), dibawa keluar ke inferior flap. Kateter lateral di letakkan 2 cm
inferior vena aksilaris. Kateter medial di posisikan pada anterior otot pektoralis
mayor.

c. Skin Sparing Mastectomy (SSM)


Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple areola
komplek dengan mempertahankan kulit sebanyak mungkin serta diseksi aksila
level I – II. Operasi ini harus disertai rekonstruksi payudara secara langsung
umumnya TRAM flap, LD flap. Operasi ini dilakukan pada stadium dini dengan
jarak tumor ke kulit jauh (>2cm) atau stadium dini yang tidak memenuhi syarat
untuk BCT.

Gambar 10 Hasil pasca SSM dengan rekontruksi TRAM flap


d. Nipple Sparing Mastectomy (NSP)
Operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor dengan
mempertahankan nipple areola komplek dan kulit serta diseksi aksila level I – II.
Operasi ini juga harus disertai rekonstruksi payudara secara langsung yang
umumnya adalah TRAM flap.
e. Breast Conserving Treatment (BCT)
Terapi yang komponennya terdiri dari lumpektomi atau segmentomi atau
kuadrantektomi dan diseksi aksila serta radioterapi. Terapi ini memberikan hasil
yang sama dengan MRM namun rekurensinya lebih besar.

21
2. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghansurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau
mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat
sistemik, obat sitostatika dibawa melalui aliran darah atau diberikan langsung ke
dalam tumor, jarang menembus blood-brain barrier sehingga obat sulit mencapai
sistem saraf pusat. Ada 3 jenis kemoterapi yaitu adjuvant, neoadjuvant dan primer
(paliatif).1,4,9,12
Respon terhadap kemoterapi:
- Complete respone. Seluruh kanker atau tumor menghilang, tidak terlihat lagi
adanya kanker maupun metastasis. Respon ini bertahan lebih dari satu bulan.
- Partial respone. Volume kanker mengecil lebih dari 50%, tidak ada lesi baru
ataupun metastasis.
- Stable Disease/ minimal respon. Volume kanker mengecil kurang dari 35%
atau kanker tidak mengecil. Juga tidak tumbuh membesar.
- Disease progression. Kanker tidak terlihat tumbuh membesar, penyakit
menunjukkan peningkatan ukuran volume, juga peningkatan yang signifikan
dari tumor marker.

Menentukan keadaan umum dari penderita sebelum pengobatan adalah


penting. Dengan menilai keadaan umum penderita, kita dapat mengetahui sampai
berapa besar pengaruh kanker terhadap penderita tersebut serta kita dapat
menduga apa akibat bila penderita tersebut mendapatkan obat-obat antikanker.
Penilaian keadaan umum dititik-beratkan pada kemampuan penderita tersebut
melakukan aktivitas.
Penentuan Skala Keadaan Umum
Skala Karnofsky
Tabel 1. Penentuan Skala Keadaan Umum Berdasarkan Skala Karnofsky
Kemampuan Fungsional
Derajat aktivitas

Mampu melaksanakan 100% normal tanpa keluhan


Aktivitas normal tidak ada kelainan

22
90% keluhan gejala minimal
Tidak perlu 80% normal dengan beberapa
Perawatan khusus keluhan
Gejala
70% Mampu merawat diri
tak mampu melakukan aktivitas
normal
atau bekerja

Tidak mampu bekerja


Bisa tinggal di rumah 60% kadang-kadang perlu bantuan
Perlu bantuan dalam banyak hal tetapi
umumnya dapat melakukan untuk
keperluan sendiri
50% perlu bantuan dan umunya
perlu
obat-obatan
40% perlu bantuan dan perawatan
khusus

30% perlu pertimbangan-


pertimbangan
masuk rumah sakit
Tak mampu merawat diri
Perlu perawatan di Rumah 20% sakit berat, perawatan rumah
Sakit atau lembaga lain sakit,
pengobatan aktif supportif sangat
perlu

10% mendeteksi ajal

23
0% meninggal

Penentuan skala keadaan umum menurut Karnofsky terlampau rumit


sehingga sulit dihapal dan kurang mempunyai arti klinik yang berarti.

Skala ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group)


Skala ini lebih mudah diingat dan masing-masing skala lebih mempunyai
arti klinik, sehingga para dokter lebih condong untuk menggunakan skala keadaan
umum menurut ECOG.

SKALA ECOG
Tabel 2. Penentuan Skala Keadaan Umum Berdasarkan Skala ECOG
Derajat Tingkat aktivitas
0 Aktif, mampu melakukan semua aktivitas seperti pada saat
sebelum sakit (Karnofsky 90 – 100)
1 Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari seperti
pekerjaan rumah, pekerjaan kantor dsb (karnofsky 70 – 80)
2 Mampu merawat diri sendiri tetapi tidak mampu bekerja
ringan sehari-hari (lebih dari 50% jam kerja dan sesuai
dengan Karnofsky 50-60).
3 Dalam batas tertentu mampu merawat diri sendiri,
sebagian besar berada diatas tempat tidur atau kursi (lebih
dari 50% jam kerja dan sesuai dengan Karnofsky 30 – 40)
4 Tidak mampu berbuat apa-apa hanya tidur atau duduk di
tempat tidur, kursi (Karnofsky 10 – 20).

Dengan menggunakan skala keadaan umum tersebut diatas, kita dapat


menentukan apakah seseorang yang mengidap penyakit kanker masih mungkin
untuk diobati atau tidak. Penderita dengan skala keadaan umum ECOG makin
rendah, makin memungkinkan untuk mendapatkan pengobatan khususnya
pengobatan dengan kemoterapi.

24
a. Kemoterapi adjuvan
Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada karsinoma mamae
tanpa pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari 0,5 cm dan
tidak dianjurkan. Jika ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB
dan dengan resiko rekurensi tinggi maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor
prognostik yang tidak menguntungkan termasuk invasi pembuluh darah atau
limfe, tingkat kelainan histologis yang tinggi, overekspresi HER-2/neu dan
status reseptor hormonal yang negatif sehingga direkomendasikan untuk
diberikan kemoterapi adjuvan. Indikasi:
- Ukuran tumor lebih dari 2 cm.
- Kelenjar getah bening aksila positif metastasis 1 atau lebih.
- Kelenjar getah bening aksila negatif tapi penderita berusia kurang dari 35
tahun atau grading tumor 2-3 atau terdapat invasi vaskular atau
overekspresi HER2 atau ER/PR negatif.
Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain siklofosfamid,
doxorubisin, 5-fluorourasil dan methotrexate. Untuk wanita dengan
karsinoma mamae yang reseptor hormonalnya negatif dan lebih besar dari 1
cm, kemoterapi adjuvan cocok untuk diberikan. Rekomendasi pengobatan
saat ini, berdasarkan NSABP B-15, untuk stadium IIIa yang operabel adalah
modified radical mastectomy diikuti kemoterapi adjuvan dengan doxorubisin
diikuti terapi radiasi.

b. Kemoterapi Neoadjuvant
Untuk pasien dengan stadium lokal lanjut (stadium IIIA, IIIB, IIIC)
dianjurkan neoadjuvant kemoterapi, 3 siklus sebelum operasi dan 3 siklus
pasca operasi. Kemoterapi neoadjuvant merupakan kemoterapi inisial yang
diberikan sebelum dilakukan tindakan pembedahan, dimana dilakukan apabila
tumor terlalu besar untuk dilakukan lumpectomy. Kemoterapi neoadjuvant
bertujuan untuk memperkecil ukuran tumor dan kontrol mikrometastasis.
Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mamae stadium lanjut adalah
kemoterapi neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti mastektomi atau
lumpectomy dengan diseksi KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi

25
adjuvan, dilanjutkan dengan terapi radiasi. Untuk Stadium IIIa inoperabel dan
IIIb, kemoterapi neoadjuvan digunakan untuk menurunkan beban atau ukuran
tumor tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan modified radical
mastectomy, diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.

c. Kemoterapi primer (paliatif)


Kemoterapi paliatif ini diberikan pada stadium lanjut (stadium IV), untuk
mengendalikan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kanker. Tujuannya untuk
mempertahankan kualitas hidup yang baik, kontrol progresi tumor dan
memperlama harapan hidup. Kombinasi yang sering dianjurkan adalah
anthracycline dengan taxane.
3. Radioterapi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma mamae.
Untuk wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy, radiasi adjuvan
diberikan untuk mengurangi resiko rekurensi lokal, juga dilakukan untuk stadium I,
IIa, atau IIb setelah lumpectomy. Radiasi juga diberikan pada kasus
resiko/kecurigaan metastasis yang tinggi. Pada karsinoma mamae lanjut (Stadium
IIIa atau IIIb), dimana resiko rekurensi dan metastasis yang tinggi maka setelah
tindakan pembedahan dilanjutkan dengan terapi radiasi adjuvan.

4. Terapi anti-estrogen
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik berupa
reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor hormon ini
ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal dan lobular invasif yang masih
berdiferensiasi baik.
Setelah berikatan dengan reseptor estrogen dalam sitosol, tamoxifen
menghambat pengambilan estrogen pada jaringan payudara. Respon klinis
terhadap anti-estrogen sekitar 60% pada wanita dengan karsinoma mammae
dengan reseptor hormon yang positif, tetapi lebih rendah yaitu sekitar 10% pada
reseptor hormonal yang negatif. Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi adalah
tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri tulang, hot flushes, mual, muntah dan
retensi cairan dapat terjadi pada pengunaan tamoxifen. Resiko jangka panjang

26
pengunaan tamoxifen adalah karsinoma endometrium. Terapi dengan tamoxifen
dihentikan setelah 5 tahun. Beberapa ahli onkologi merekomendasikan tamoxifen
untuk ditambahkan pada terapi neoadjuvan pada karsinoma mammae stadium
lanjut terutama pada reseptor hormonal yang positif. Untuk semua wanita dengan
karsinoma mammae stadium IV, anti-estrogen (tamoxifen), dipilih sebagai terapi
awal.

2.9 KETAHANAN HIDUP


Setelah kita melakukan pengobatan terhadap penderita kanker, tentunya
kita ingin melihat bagaimana hasil yang akan diperoleh. Hasil yang diharapkan
dapat dinilai dari ketahanan hidup penderita, perubahan obyektif dari ukuran
tumor atau produk dari tumor dan perubahan subyektif.9,12
Tujuan utama pengobatan kanker adalah agar supaya penderita tahan
hidup semaksimal mungkin seperti kalau ia tidak sakit kanker. Apabila hal ini
terjadi barulah penderita kanker dikatakan sembuh. Bila hal ini masih belum bisa
dicapai, tujuan dapat diperlunak dengan memperpanjang usia dibanding bila
penderita tidak mendapat pengobatan, atau dengan kata lain ketahanan hidupnya
diperpanjang dengan pengobatan. Makin besar kemungkinan ketahanan hidup
yang panjang, makin baik pulalah obat yang digunakan. Oleh karenanya dalam
pemberian kemoterapi apa yang dinamakan “Recommended chemotherapy atau
“terapi yang dianjurkan”. 9,12
A. Respon yang obyektif
Walaupun ketahanan hidup memegang peranan yang penting dalam
menilai hasil pengobatan, akan tetapi sulit diterapkan dalam penilaian jangka
pendek efektivitas dari obat yang digunakan. Oleh karenannya digunakan
parameter lain, untuk menilai hasil pengobatan khususnya dalam jangka pendek
yaitu:
d. Ukuran tumor

27
Dalam kaitannya dengan ukuran tumor ini, terdapat beberapa pengobatan
hasil pengobatan yaitu :
a. Respon komplit (Tumor hilang sama sekali minimal dalam 2 kali pemeriksaan
selang waktu 4 minggu).
b. Respon parsial (Tumor mengecil lebih dari 50% dari diameter terbesar dan
tidak timbul lesi baru minimal setelah 4 minggu)
c. Stabil (Tumor mengecil kurang dari 50% atau membesar kurang dari 25% dari
diameter tumor)
d. Progresif (Tumor membesar lebih dari 25% disertai dengan timbulnya lesi-lesi
baru akibat tumor tersebut).
Dari penggolongan di atas diharapkan bahwa ketahanan hidup dari kelompok
a) akan lebih besar dibanding dengan b), c) atau d). Apabila dalam suatu program
pengobatan kanker jumlah yang memberikan respon komplit lebih dari 50% maka
besar harapan bahwa jumlah penderita kanker jenis tersebut akan sembuh. Makin
besar jumlah penderita yang mengalami respon komplit, makin besar pula
kemungkinan untuk sembuh dengan jenis pengobatan yang digunakan.
e. Produk dari tumor
f. Penilaian obyektif non kuantitatif
Dalam hal ini, penilaian hanya didasarkan atas perbaikan obyektif yang tidak
dapat diukur. Misalnya penderita dengan tumor ganas otak, keberhasilan
pengobatan dinilai dari perubahan gejala-gejala neurologik yang ada. Golongan
penyakit yang hanya bisa dinilai secara kualitatif dinamakan “evaluable disease”.
g. Skala keadaan Umum
Skala keadaan umum (ECOG) dapat pula digunakan untuk menilai
keberhasilan pengobatan. Walaupun sepintas lalu nampak seperti obyektif namun
penilaian keberhasilan berdasarkan skala keadaan umum lebih bersifat subyektif.
h. Perubahan subyektif
Perubahan subyektif ini sangat penting bila ditinjau dari segi pribadi
penderita sebagai manusia seutuhnya. Perubahan obyerktif yang nyata tanpa
disertai perubahan subyektif yang baik, tidak ada artinya bagi penderita.
Sebaliknya menilai keberhasilan pengobatan hanya berdasarkan perbaikan
subyektif saja tidaklah bisa dikatakan valid. Dalam hal-hal tertentu kita harus

28
berani mengorbankan perubahan subyektif ini bila tujuannya memang
penyembuhan. Sebagai contoh bilamana kita menghadapi tumor ganas pasca
bedah yang diduga mengalami mikrometastase dan kita akan memberikan
kemoterapi, penderita tentu akan menolak karena efek samping obat yang tidak
enak. Akan tetapi kita harus bisa memberikan keyakinan pada penderita bahwa
hal ini harus dikerjakan sebab tindakan ini akan membuahkan hasil yang baik,
yaitu kesembuhan; walaupun dalam beberapa saat yang bersifat sementara terasa
kurang enak akibat efek samping obat sitostatika. Sebaliknya kalau pemberian
obat kemoterapi bersifat paliatif dengan memberikan penjelasan yang sejelas-
jelasnya tentang untung ruginya serta memperhatikan faktor-faktor sosial,
ekonomi, psikologis dan tanggapan dari penderita maupun keluarganya.
Penatalaksanaan menurut stadium
1. Stadium nol (T0, DCIS, LCIS, Paget)
DCIS. Penangan berdasarkan Van Nunys Prognostic Index (VNPI).
- Skor VNPI 3-4 cukup dilakukan eksisi tumor dengan batas 1 cm, diseksi
aksila dan adjuvant radiasi tidak diperlukan.
- Skor VNPI 5-7 dilakukan eksisi tumor dengan batas lebih dari 1 cm,
diseksi aksila dan radiasi tidak diperlukan. Rekonstruksi dilakukan jika
defek besar.
- Skor VNPI 8-9 dilakukan simple mastekstomi dengan atau tanpa
rekonstruksi, diseksi tergantung sentinel, adjuvant radiasi tidak diperlukan

Van Nunys Prognostic Index (VNPI)


Score 1 2 3
Ukuran (cm) < 1,5 1,5-4 ≥4
Batas sayatan > 1 cm 9-10mm < 1mm
Klasifikasi Non high grade Non high grade high grade
Histopatologi Tanpa nekrosis Nekrosis dengan atau tanpa
nekrosis

2. Stadium dini (Stadium I dan II)

29
Pemilihan jenis pembedahan tergantung pada ukuran, lokasi dan jenis tumor.
Adjuvant kemoterapi, radiasi dan hormonal terapi pemberiannya sesuai
indikasi. Penderita yang tergolong low risk (ukuran < 2cm, grade 1, tidak ada
invasi peritumoral, kelenjar getah bening aksila negatif, tidak ada
overekspresi/ amplifikasi HER2/ neu dan usia penderita 35 tahun keatas)
tidak memerlukan adjuvant kemoterapi ataupun radioterapi.

3. Stadium lokal lanjut (Stadium IIIA, IIIB, IIIC )


Jika operable dilakukan MRM kemudian dilanjutkan adjuvant kemoterapi
dan radioterapi. Jika inoperable diberikan neoadjuvant kemoterapi 3 siklus
kemudian di evaluasi responnya. Jika respon parsial atau komplit dilakukan
MRM. Bila respon minimal atau progresif ganti regimen kemoterapi dengan
second line chemotheraphy atau radioterapi. Pasca pembedahan kemoterapi
dilengkapi sampai 6 siklus, 1 bulan pasca kemoterapi diberkan radiasi
lokoregional.
4. Stadium lanjut (IV)
Penanganan bersifat paliatif tergantung lokasi dan kondisi metastasis. Terapi
utama adalah sistemik (kemoterapi, hormonal terapi, targeted terapi), pada
kondisi tertentu terapi lokal (radiasi dan pembedahan juga diperlukan).

2.10 PROGNOSIS
Setelah terapi selesai, pasien harus di follow up untuk kemungkinan
rekurensi atau metastasis. Walaupun umumnya rekurensi terjadi dalam 5 tahun
setelah terapi, namun rekurensi dapat terjadi setelah 20 tahun terapi. Prognosis
kanker payudara ditentukan oleh :7,9
1. Staging (TNM)
semakin dini semakin baik prognosisnya
stadium I : 5-10 tahun 90-80%
II : 70-50%
III : 20-11%
IV : 0%
0 : 96,2%

30
2. Jenis histopatologi keganasan
Karsinoma in situ : mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan
karsinoma yang sudah invasif. Suatu kanker payudara yang disertai oleh
gambaran peradangan dinamakan mastitis karsinomatos, ini mempunyai
prognosis yang sangat buruk harapan hidup 2 tahun hanya ± 5%. Tepat
tidaknya tindakan terapi yang diambil berdasarkan staging sangat
mempengaruhi prognosis.

2.11 SKRINING
Rekomendasi untuk deteksi kanker payudara dini menurut American
Cancer Society :11
- Wanita > 20 tahun melakukan SADARI setiap bulan
- Wanita 20-40 tahun, setiap 3 tahun memeriksakan diri ke dokter
- Wanita > 40 tahun, setiap tahun
- Wanita 35-40 tahun dilakukan base line mammografi
- Wanita < 50 tahun konsul ke dokter untuk kepentingan mammografi
- Wanita > 50 tahun setiap tahun mammografi
- Wanita yang berisiko tinggi (>20%) harus melakukan pemeriksaan MRI dan
mammogram setiap tahun.
- Wanita yang risiko sedang (15-20%) harus melakukan mammogram setiap
tahun, dan konsultasi ke dokter apakah perlu disertai pemeriksaan MRI atau
tidak.
- Wanita yang risiko rendah (<15%) tidak perlu pemeriksaan MRI periodik tiap
tahun.
- Wanita termasuk risiko tinggi bila :
 mempunyai gen mutasi dari BRCA1 atau BRCA2.
 mempunyai kerabat dekat tingkat pertama (orang tua, kakak-adik) yang
memiliki gen mutasi dari BRCA1 atau BRCA2 tetapi belum pernah
melakukan pemeriksaan genetik.

31
 mempunyai risiko kanker ≥ 20-25% menurut penilaian faktor risiko
terutama berdasarkan riwayat keluarga.
 pernah mendapat radioterapi pada dinding dada saat umur 10-30 tahun.
 mempunyai Li-Fraumeni syndrome, Cowden syndrome, atau Bannayan-
Riley-Ruvalcaba syndrome, atau ada kerabat dekat tingkat pertama
memiliki salah satu sindrom-sindrom ini.

- Wanita dengan risiko sedang bila :


 mempunyai risiko kanker 15-20% menurut penilaian faktor risiko
terutama berdasarkan riwayat keluarga.
 mempunyai riwayat kanker pada satu payudara, ductal carcinoma in situ
(DCIS), lobular carcinoma in situ (LCIS), atypical ductal hyperplasia
(ADH), atau atypical lobular hyperplasia (ALH).
 mempunyai kepadatan yang tidak merata atau berlebihan terlihat pada
pemeriksaan mammogram.

Langkah-langkah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat di lakukan


dengan 2 cara yaitu:
Tahap I Melihat Perubahan di Hadapan Cermin
i. Berdiri tegak dengan kedua tangan lurus ke bawah dan perhatikan apakah
ada kelainan lekukan, kerutan dalam, atau pembengkakan pada kedua
payudara atau puting

32
j. Kedua tangan diangkat ke atas kepala periksa payudara dari berbagai
sudut. Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor
terhadap otot atau fascia dibawahnya.

k. Tegangkan otot-otot bagian dada dengan meletakkan kedua tangan di


pinggang. Perhatikan apakah ada kelainan pada kedua payudara atau
putting

l. Pijat puting payudara kanan dan tekan payudara untuk melihat apakah
ada cairan atau darah yang keluar dari puting payudara. Lakukan hal
yang sama pada payudara kiri.

Tahap II Melihat Perubahan dengan Cara Berbaring


- Letakkan bantal di bahu kanan dan letakkan tangan kanan di atas kepala.
Gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan untuk memeriksa
benjolan atau penebalan.

33
- Raba payudara dengan gerakan melingkar dari sisi luar payudara ke arah
puting Buat sekurang-kurangnya dua putaran kecil sampai ke puting
payudara

Memeriksa Ketiak
Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti,
apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

34
35

Anda mungkin juga menyukai