PENDAHULUAN
Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir 40% dari
pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae mempunyai lesi jinak.
Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna karena kanker payudara merupakan
lesi maligna yang paling sering terjadi pada wanita di negara barat walaupun
sebenarnya insidens lesi benigna payudara adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna.
Penggunaan mammografi, Ultrasound , Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan juga biopsi
payudara dapat membantu dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari
pasien.
Mayoritas dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi
kanker, maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu,
kebanyakkan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari jumlah
pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena pandangan dari
wanita itu sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh karena itu, penting bagi ahli
patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi untuk mendeteksi lesi benigna dan membedakannya
dengan kanker payudara in situ dan invasif serta mencari faktor risiko terjadinya kanker
supaya penatalaksanaan yang sesuai dapat diberikan kepada pasien. Menurut kepustakaan
dikatakan bahwa penyebab tersering massa pada mammae adalah kista, Fibroadenoma
mammae dan karsinoma. Kista dan Fibroadenoma mammae terbentuk di dalam
lobus manakala karsinoma pula terbentuk di duktus terminalis. Keluhan lain yang sering
timbul adalah nipple discharge dan menurut kepustakaan dikatakan penyebab tersering dari
gejala ini adalah papilloma dan duct estasia.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Embriologi Payudara
Payudara terbentuk dari penebalan ektoderma (mammary ridges, milk line)
pada minggu ke-5 atau ke-6 pembentukan fetus. Payudara dibentuk disekitar ridge, yang
terbentang dari dasar forelimb (nantinya aksila) hingga hindlimb (nantinya inguinal).
Tetapi nantinya ridge ini akan menghilang/atrofi pada akhir trimester, kecuali bagian-
bagian kecil yang dapat bertahan disekitar dada seperti puting susu yang muncul
disepanjang milk line. Ektoderma yang tumbuh kedalam membentuk duktus dan lobulus
susu, sehingga payudara dapat berkembang menjadi suatu organ.
Payudara kembali berkembang pada masa pubertas, karena adanya pengaruh
hormone mammotrophic. Terdapat 5 fase dari perkembangan payudara pada masa
pubertas, yaitu fase pertama saat usia 8-10 tahun dimana puting semakin menonjol tetapi
belum ada perkembangan pada kelenjar payudara; fase kedua pada usia 10-12 tahun
dimana mulai terbentuknya kelenjar payudara atau pembentukan kelenjar subareola; fase
ketiga terjadi pada usia 12-13 tahun, dimana kelenjar terbentuk dan volumenya
meningkat serta terjadi pigmentasi areola; kemudian proses ini berlanjut di fase keempat
pada usia 13-14 tahun dimana areola semakin jelas membesar dan pigmentasi juga
semakin jelas. Terakhir, pada fase kelima pada usia 14-17 tahun, pembentukan dan
perkembangan payudara menjadi sempurna.
B. Anatomi Payudara
Pada laki-laki, payudara tetap rudimenter dengan komponen kelenjar payudara
berkembang tidak sempurna, dimana acini berkembang tidak sempurna dengan duktus
yang pendek, serta terjadi defisiensi perkembangan papilla mammae, parenkim dan
aerola. Pada laki-laki, aerola berada pada intercostal 4.
Pada perempuan, payudara berkembang menjadi susunan yang kompleks.
Payudara perempuan dewasa masing-masing terletak di torak anterior dengan dasarnya
terletak dari kira-kira iga II atau III sampai iga VI atau VII. Kompleks puting-areola
terletak antara costa IV dan V. Medial payudara mencapai pinggir sternum dan di lateral
setentang garis mid aksilaris dan meluas ke atas ke aksila melalui suatu ekor aksila
2
berbentuk piramid. Payudara melekat diantara subcutaneous fat dan fascia otot pektoralis
mayor, otot seratus anterior, oblix entern dan rectus abdominis.
Payudara terdiri dari kelenjar susu, jaringan ikat dan jaringan lemak. Masing-
masing kelenjar susu terdiri dari 15-20 lobus, dan mempunyai mempunyai ductus
lactiferous yang menutup secara radial sehingga dapat membuka puting. Jaringan lemak
membungkus lobus, membentuk dan mengisi payudara serta memberikan ukuran yang
berbeda-beda pada tiap orang.
Aerola adalah hiperpigmentasi yang melingkari puting susu, disekeliling aerola
terdapat Montgommery tubercles yang berukuran kecil dan dapat melumasi seluruh
daerah puting-aerola selama laktasi. Epitel aerola adalah sel khusus myoepitelial yang
dapat berkontraksi dibawah pengaturan oksitosin, epitel ini meluas ke seluruh sistem
duktus.
Terdapat ligamen yang terbentang sepanjang fascia pektoralis profunda sampai
lapisan fascia superfisialis di dalam dermis yang berfungsi menyokong payudara, disebut
sebagai Ligamentum Cooper’s. Oleh karena itu, jika terdapat tumor pada payudara yang
melibatkan ligamentum Cooper dapat menyebabkan penyusutan (penarikan) pada kulit
dan retraksi kulit.
3
Cabang kornu lateral dari nervus intercostal ke 3 sampai ke 6 memberikan
persarafan sensorik pada payudara dan dinding dada anterolateral. Cabang ini keluar dari
ruang intercostal diantara m. serratus anterior. Cabang kutaneus yang timbul dari plexus
cervical, khususnya cabang-cabang n. supraclavicular, mempersarafi kulit bagian atas
payudara. N. intercostabrachial adalah kulit cabang kutaneus lateral n. interkostal kedua
dan dapat terlihat ketika pembedahan bagian axila. Reseksi n. intercostabrachial
menyebabkan hilangnya sensasi pada lengan atas.
Di bagian dalam dari m. pectoralis mayor terdapat m. pectoralis minor yang
berhubungan dengan letak pembuluh limfe aksila, pembagian pembuluh limfe pada
daerah tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pembedahan dan menilai stadium
kanker. Tingkat I adalah pembuluh limfe aksila yang terletak dari lateral sampai batas
lateral m. pectoralis minor. Tingkat II terdapat tepat di bagian dalam m. pectoralis minor.
Bagian III adalah pembuluh limfe yang terletak dari medial sampai batas medial dari m.
pectoralis minor dan termasuk pembuluh limfe subclavicular. Rotter’s node atau
pembuluh limfe intrapectorial terletak antara m. pectoralis mayor dan m. pectoralis
minor.
C. Fisiologi Payudara
Perkembangan payudara dan fungsi payudara dipengaruhi oleh hormon
estrogen, progesteron, prolaktin, oksitosin, hormon tiroid, kortisol dan growth hormone.
Hormon estrogen, progesteron dan prolaktin memiliki efek trophic yang penting bagi
perkembangan payudara dan fungsi payudara normal. Estrogen mempengaruhi
perkembangan payudara, sedangkan progresteron bertanggungjawab terhadap
diferensiasi epitel dan perkembangan lobus. Prolaktin merupakan hormon utama yang
menstimulus proses laktogenesis pada periode kehamilan akhir dan postpartum.
Hormon neurotropik dari hipotalamus bertanggungjawab terhadap regulasi dan
sekresi hormon yang mempengaruhi jaringan di payudara. Hormon gonadotropine
leutinizing dan folicel stimulating mengatur pelepasan estrogen dan progesteron dari
ovarium. Hipotalamus melepaskan gonadotrophin–releasing hormone yang merangsang
kelenjar hipofise anterior melepaskan LH dan FSH dari sel basofilik. Disini terdapat
umpan balik dari sirkulasi estrogen dan progresteron, terhadap pengaturan sekresi LH,
FSH dan GnRH. Hormon-hormon tersebut berguna sebagai perkembangan, fungsi dan
pemeliharaan jaringan payudara. Setelah lahir, kadar estrogen dan progresteron pada
bayi perempuan menurun hal ini masih berlangsung hingga masa kanak-kanak karena
sensitivitas umpan balik negatif dari axis hipotalamus-hipofisis dari hormon ini.
4
Kemudian pada masa pubertas terjadi penurunan sensitivitas umpan balik negatif axis
hipotalamus-hipofisis dan meningkatnya sensitivitas umpan balik positif dari estrogen.
Kejadian fisiologik meningkatkan sekresi GnRH, FSH dan LH sehingga terjadi
peningkatan sekresi estrogen dan progresteron oleh ovarium, yang nantinya terbentuk
siklus menstruasi. Pada awal siklus menstruasi, terjadi penambahan ukuran dan
kepadatan payudara, yang diikuti dengan pembesaran jaringan payudara dan proliferasi
epitel. Timbulnya menstruasi, pembengkakan payudara mereda dan proliferasi epitel
berkurang.
Pada masa kehamilan estrogen dan progrestin di ovarium dan plasenta
meningkat, yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan substansi pada
payudara. Payudara membesar, bersamaan dengan proliferasi duktus dan lobus, areola
semakin gelap, kelenjar Montgomery semakin menonjol. Pada trimester pertama dan
kedua duktus minos bercabang dan berkembang. Pada trimester ketiga lemak menumpuk
di epitel alveolar dan rongga duktus. Pada akhir kehamilan, prolaktin merangsang
sintesis lemak susu dan protein. Setelah plasenta keluar, estrogen dan progresteron yang
beredar menjadi berkurang, yang menimbulkan pengeluaran penuh aksi laktogenik dari
prolaktin. Produksi dan pengeluaran susu diatur oleh refleks saraf yang berasal dari
ujung saraf puting-areola.
Proses laktasi membutuhkan
stimulasi dari refleks saraf yang kemudian
menimbulkan sekresi prolaktin dan
pengeluaran susu. Oksitosin keluar akibat
adanya stimulus dari menyusui baik visual,
auditory dan olfaktori. Oksitosin
menyebabkan kontraksi pada sel epitelial
sehingga terjadi penekanan pada alveoli,
kemudian susu masuk ke dalam sinus
laktiferus. Setelah menyusui, pelepasan
prolaktin dan oksitosin berkurang. Ketika proses menyusui terhenti maka terjadi
peningkatan tekanan didalam duktus dan alveoli. Ketika menopause terjadi penurunan
sekresi estrogen dan progresteron oleh ovarium dan inovulasi duktus dan alveoli. Terjadi
peningkatan densitas di sekitar jaringan ikat fibrosa dan jaringan di payudara diganti
dengan jaringan adipose.
5
1. Definisi
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang
terjadi secara terus menerus Dalam klinik, istilah tumor sering digunakan untuk
semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan baik
oleh neoplasma maupun oleh radang, atau perdarahan. Neoplasma membentuk
tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh neoplasma .
4. Lakukan pemeriksaan pada daerah ketiak dengan gerakan memutar seperti saat
memeriksa payudara. Perhatikan ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.
7
5. Pemeriksaan terakhir adalah gerakan mengurut dari arah dasar payudara ke arah
puting, untuk mengetahui ada sekret atau tidak.
a. Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma mammae (FAM) sering ditemukan pada usia yang lebih muda, antara 20-
40 tahun, dengan usia median 30 tahun. Insidensinya tidak diketahui pasti, sekitar 50% hasil
biopsi payudara adalah FAM, berapapun usianya. Pada perabaan massanya berbatas tegas,
kenyal, dapat digoyang, tidak nyeri. Kadang sulit dibedakan dengan kista payudara. FAM
terjadi akibat proliferasi abnormal jaringan periduktus ke dalam lobulus; dengan demikian
sering ditemukan di kuadran lateral atas karena di bagian ini distribusi kelenjar paling
banyak. Baik estrogen, progesteron, kehamilan, maupun laktasi dapat merangsang
pertumbuhan FAM.
Etiologi
Fibroadenoma ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen. Biasanya
ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi
hormon estrogen meningkat
Fibroadenoma mammae dibedakan menjadi 3 macam:
- Common Fibroadenoma
- Giant Fibroadenoma umumnya berdiameter lebih dari 5 cm.
- Juvenile fibroadenoma pada remaja.
Juvenile fibroadenoma adalah sejenis tumor jinak yang tumbuh pada saat
berkembangnya payudara normal ke arah yang salah. Fibroadenoma memiliki ciri keras,
bulat, dan gampang dirasakan. Meskipun, tumor ini dapat menjadi sebesar 8 – 9 cm,
biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.
Patofisiologi
FAM bukan merupakan satu-satunya penyakit pada payudara, namun insiden kasus
tersebut tinggi, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, estrogen dan usia
permulaan. Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan mutasi
8
merupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa dan jaringan
epitel dapat menyebabkan proliferasi sel yang abnormal sehingga akan tampak tumor yang
membentuk lobus-lobus hal ini dikarenakan terjadi gangguan pada nukleus sel yang
menyebabkan sel kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut anaplasia. Dengan rangsangan
estrogen FAM ukurannya akan lebih meningkat hal ini terlihat saat menstruasi dan hamil.
FAM adalah tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan adalah dengan
mengangkat tumor tersebut, untuk mengetahui apakah tumor itu ganas atau tidak tumor yang
sudah di ambil akan di bawa ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :
1. Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis
2. Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk
panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.
Gambaran klinis
Timbul pada wanita muda, 15-30 tahun
Membesar sangat pelan, dalam tahunan
Bentuk bulat atau oval
Batas tegas
Tidak besar, 2- 5 cm
Permukaan rata
Konsistensi padat kenyal
Sangat mobile dalam korpus mamma
Tidak ada tanda invasi atau metastase
Dapat singel atau multipel.
>4 cm diperlukan FNAB untuk menyingkirkan kemungkinan tumor filodes
b. Kistosarkoma Phyloides
Merupakan suatu tumor jinak yang berasal dari jaringan penyokong nonepitel, bersifat
menyusup secara lokal. Pertumbuhanya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran besar.
Tumor ini terdapat pada semua usia, tetapi kebanyakan pada usia sekitar 30 tahun.
9
Penanggalan terhadap tumor tersebut adalah eksisi luas. Jika tumor tersebut sudah besar,
biasanya perlu dilakukan mastektomi simpel. Bila tumor ternyata ganas, harus dilakukan
mastektomi radikal walaupun mungkin bermetstasis secara hematogen seperti sarkoma.
c. Kista Mammae
Kista payudara sangat sering ditemukan pada praktek sehari-hari, terbanyak pada usia 40
tahunan sampai peri-menopause. Besarnya berubah sesuai dengan siklus haid. Secara
etiopatogenesis, kista terbentuk akibat obstruksi dan dilatasi duktus koligentes. Bila
membesar dengan cepat, umumnya disertai rasa nyeri. Seringkali diduga maligna apabila
cairan di dalamnya sangat banyak sehingga tekanannya tinggi dan teraba keras. Pemeriksaan
sonografi dapat dengan jelas menggambarkan apakah massa ini kistik atau solid.
d. Papilloma intraductal
Tumor benigna pada epithelium duktus mammae terjadinya hipertrofi pada epithelium
dan mioepithelial. Wanita paramenopausal atau postmenopausal . 70% dari pasien datang
dengan nipple discharge yang serous dan bercampur darah. Secara histologi, tumor ini
terdiri dari papilla multipel yang masing-masing terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi sel
epitel kuboidal. Terapi konservatif, jika tidak berhasil Eksisi duktus terminal sebagai
penatalaksanan nipple discharge.
e. Kelainan Fibrokistik
Sering ditemukan pada usia antara 20-30 tahun. Secara pemeriksaan fisik sulit
dibedakan. dengan FAM atau kista payudara. Walaupun demikian, hampir selalu disertai
nyeri. Sifat nyerinya cukup signifikan, yakni: berfluktuasi sesuai siklus haid, bilateral,
tidak terlokalisir, dan menyebar ke bahu atau aksila bahkan dapat menyebar ke lengan.
Nyeri biasanya menetap dan bisa memburuk sampai menopause. Dua puluh persen kasus
mengalami resolusi spontan.
f. Galaktokel
Galaktokel adalah kista retensi berisi air susu. Galaktokel berbatas jelas dan mobile,
dan biasanya timbul 6-10 bulan setelah berhenti menyusui.Galaktokel biasanya terletak di
tengah payudara atau dibawa puting. Tata laksana galaktokel adalah aspirasi jarum untuk
mengeluarkan secret susu dan pembedahan baru dilakukan jika kista terlalu kental untuk
bisa diaspirasi atau jika terjadi infeksi dalam galaktokel.
10
g. Duktus ekstasia
Duktus ekstasia merupakan kelainan jinak akibat kerusakan elastin dinding duktus
payudara, diikuti infiltrasi sel radang dan hasil akhirnya adalah dilatasi dan pemendekan
duktus.Ectasia duktus terdiri dari dilatasi duktus subareola yang terisi dengan material
yang seperti titik hitam.Ectasia duktus biasa terjadi pada perokok, dan dipersulit dengan
abses periduktus dan fistel mammae. Ektasia duktus juga menyebabkan cairan pada
puting dan retraksi puting.Kalsifikasi karena ectasia duktus biasanya memiliki
karakteriktis. Dengan gambaran kasar, batang, dan kalsifikasi bercabang pada distribusi
duktus.Kalsifikasi ini dibentuk oleh kalsifikasi debris ketika duktus mengalami dilatasi.
Kalsifikasi intraduktal ini telah digambarkan sebagai “broken needle appearance”.Ectasia
ductus biasanya bilateral dan hal ini cukup berguna untuk mendiagnosis daerah ectasia
ductal yang kecil.Biasanya ditemukan debris dalam ductal dan hal ini menyebabkan
reaksi inflamasi meyebabkan “lead pipe” appearance.
Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai
50 tahun. Ektasia duktus adalah kelainan jinak yang walaupun begitu dapat mengacaukan
diagnosis dengan kanker dikarenakan benjolan yang keras di sekitar duktus yang
abnormal akibat terbentuknya jaringan parut.
Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik
dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik. Apabila
keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui pembedahan
dengan cara insisi pada tepi areola.
h. Adenosis sclerosis
Secara klinis, adenosis sclerosis teraba seperti kelainan fibrokistik dan digolongkan
dalam kelainan dysplasia, secara histopatologi adenosis sclerosis tampak sebagai
proliferasi jinak sehingga ahli patologi sering terkecoh, mengira suatu karsinoma.
j. Nekrosis lemak
Nekrosis lemak adalah proses inflamasi non-supuratif yang biasa terjadi sebagai suatu
kecelakaan atau karena penyebab iatrogenic. Nekrosis lemak dapat juga terjadi akibat
terapi radiasi. Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah
yang mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut. Secara klinis muncul
sebagai nodul single atau multiple yang dengan permukaan licin dan terfiksir, atau
irregular yang dapat menimbulkan keganasan. Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan
pembedahan eksisi sangat diperlukan untuk membedakan nekrosis lemak dengan
kanker.Secara histopatologik terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian menjadi
fibrosis.Pada mamografi ditemukan kista lemak, mikrokalsifikasi.
Menurut American Cancer Society, beberapa area dari nekrosis dapat berespon berbeda-
beda terhadap cedera. Disamping pembentukan jaringan parut, sel-sel lemak akan mati
dan mengeluarkan isi sel, yang membentuk kumpulan seperti kantong-kantong berisi
cairan berminyak dan disebut kista minyak. Kista minyak dapat ditemukan melalui
aspirasi jarum halus, yang sekaligus merupakan tindakan untuk terapinya.
12
yang sehat. Ada kemungkinannya juga sel kanker tersebut melepaskan diri dan menyebar ke
seluruh tubuh.
Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri: proliferasi
sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan
sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi
yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel
tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor
ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi
sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker. Kontak dengan karsinogen
membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi
tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat,jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen
tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen
atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang bisa
ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit
dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membrane sel ke
jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa
tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain
bertambah.
T1b > 0,5 cm tapi kurang dari 1 cm, dengan fiksasi terhadap fascia
dan/muskulus pectoralis
T1c > 1 cm tapi < 2 cm, dengan fiksasi terhadap fascia dan/muskulus
pectoralis
T2 Tumor dengan diameter antar 2-5cm
T2 b dengan fiksasi
14
T3 Tumor dengan diameter > 5 cm
T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N2 M0
15
IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1, N2 M0
IIIB T4 Semua N M0
Semua T N3 M0
IV Semua T Semua N M1
Pemeriksaan Penunjang
a. Mamografi
Sedapat mungkin dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama, terutama
pada usia di atas 30 tahun. Walaupun mamografi sebelumnya normal, jika terdapat
keluhan baru, maka harus dimamografi ulang. Pada mamografi, lesi yang mencurigakan
ganas menunjukkan salah satu atau beberapa gambaran sebagai berikut: lesi asimetris,
kalsifi kasi pleomorfik, tepi ireguler, terdapat peningkatan densitas dibandingkan
sekitarnya. Pada salah satu penelitian terhadap 41.427 penderita, sensitivitasnya
mencapai 82,3% dengan spesifi sitas 91,2%. Walaupun demikian, bila hasilnya negatif,
harus tetap dilakukan pemeriksaan lanjutan.
b.Ultrasonografi
Ultrasonografi sangat berguna untuk membedakan lesi solid dan kistik
setelah ditemukan kelainan pada mamografi . Pemeriksaan ini juga dapat digunakan
pada kondisi klinis tertentu, misalnya pada wanita hamil yang mengeluh ada benjolan
di payudara sedangkan hasil mamografinya tidak jelas walaupun sudah diulang, dan
untuk panduan saat biopsi jarum atau core biopsy.
c. Biopsi
16
Tidak terhadap semua kasus benjolan payudara dilakukan biopsi. Beberapa
panduan terkini lebih menganjurkan core biopsy sebagai pilihan pertama. Apabila
tidak ada fasilitas ini, maka biopsi insisi/ekstirpasi sebagai gantinya.
Image guided biopsy digunakan ketika suatu benjolan yang mencurigakan tidak
teraba. Itu dapat dilakukan dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB,
menggunakan jarum kecil untuk untuk mengambil sample jaringa). Stereotactic
Core Biopsy (menggunakan X-ray untuk menentukan jaringan yang akan diambil
) atau Vacuum-Assisted Biopsy ( menggunakan jarum yang tebal untuk
mengambil beberapa macam jaringan inti yang luas ). Dalam melakukan prosedur
ini, jarum biopsy untuk menuju area yang dimaksud, dibantu oleh mammography,
USG atau MRI. Metal clip kecil bisa diletakkan pada bagian dari payudara yang
akan dilakukan biopsy. Dalam kasus ini apabila jaringan itu membuktikan adanya
kanker, maka segera diadakan operasi tambahan. Keuntungan teknik ini adalah
bahwa pasien hanya butuh sekali operasi untuk menetukan pengobatan dan
menetukan stadium.
Core Biopsy dapat menetukan jaringan. FNAB dapat menetukan sel dari suatu
massa yang teraba, dan ini semua kemudian dapat dianalisa untuk menentukan
adanya sel kanker.
Fine needle biopsy Surgical Biopsy ( biopsy dengan cara operasi ) mengambil
sejumlah besar jaringan.Biopsy ini bisa incisional ( mengambil sebagian dari
benjolan ) atau excisional ( mengambil seluruh benjolan ).
lumpectomy biopsy
Apabila didiagnose kanker, operasi lanjutan mungkin diperlukan untuk
mendapatkan clear margin area ( area jaringan disekitar tumor dimana dipastikan
sudah bersih dari sel kanker ) kemungkinan, sekalian mengambil jaringan
kelenjar getah bening.
Jaringan yang didapat dari biopsy juga akan di ditest untuk menentukan
pengobatan.Test itu untuk melihat:
Ciri-ciri tumor. Apakah tumor itu Invasive ( biasanya menyebar ) atau In situ (
biasanya tidak menyebar ). Ductal ( dalam saluran susu ) atau lobular ( dalam
kelenjar susu ). Grade ( seberapa besar perbedaan sel kanker itu dari sel sehat )
dan apakah sel kanker telah menjalar ke pembuluh darah atau pembuluh getah
bening. Margin dari tumor juga di amati.
17
Receptor Estrogen ( ER ) dan Receptor Progesteron ( PR ) test. Sel kanker
payudara apabila diketahui positif mengandung receptor ini ER (+) dan PR (+)
berarti sel kanker ini berkembangnya karena hormon-hormon tersebut. Biasanya
diadakan terapy hormone ( akan dibahas tersendiri ).
Test HER2 neu.( C-erb2 ). Adanya protein HER2 yang berlebihan. Rata-rata 25%
penderita kanker. Dengan mengetahui status HER2 ( positive atau negative )
maka dapat ditentukan apakah pasien akan diterapi dengan menggunakan obat
yang disebut trastuzumab ( HERCEPTIN ) atau tidak. ( mengenai HERCEPTIN
akan dibahas tersendiri )
Genetic Description of the Tumor.Test dengan melihat unsur biology dari tumor,
untuk memahami lebih dalam mengenai kanker payudara. Oncotype DX adalah
test untuk mengukur resiko seberapa jauh kekambuhannya.
Test-Test Lain
Test –test lain yang biasa dilakukan untuk kanker payudara adalah :
Pemeriksaan laboratorium
Foto Thorax Untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran keparu-paru
Bonescan Untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang. Pada
bonescan, pasien disuntikkan radioactive tracer pada pembuluh vena. Yang
natinya akan berkumpul pada tulang yang menunjukkan kelainan karena kanker.
Jarak antara suntikan dan pelaksanaan bonescan kira-kira 3-4 jam. Selama itu
pasien dianjurkan minum sebanyak-banyaknya. Hasil yang terlihat adalah gambar
penampang tulang lengkap dari depan dan belakang. Tulang yang menunjukkan
kelainan akan terlihat warnanya lebih gelap dari tulang normal.
Computed Tomography ( CT atau CAT ) Scan.Untuk melihat secara detail letak
tumor. Disini pasien juga disuntik radioactive tracer pada pembuluh vena, tapi
volumenya lebih banyak sehingga sebenarnya sama dengan infuse. Setelah
18
disuntik CT-scan bisa segera dilakukan. CT-scan akan membuat gambar tiga
dimensi bagian dalam tubuh yang diambil dari berbagai sudut. Hasilnya akan
terlihat gambar potongan melintang bagian dari tubuh yang discan 3 dimensi.
Positron Emission Tomography ( PET ) scan.Untuk melihat apakah kanker sudah
menyebar.Dalam PET scan cairan glukosa yang mengandung radioaktif
disuntikkan pada pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat cairan glukosa
tersebut, dibanding sel normal. Sehingga akan terlihat warna kontras pada PET
scan. PET scan biasanya digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CTscan,
MRI dan pemeriksaan secara fisik
Penatalaksanaan
a. Operatif
Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah kuratif.
Pengobatan pada stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya bersifat
adjuvant. Untuk stadium I dan II pengobatannya adalah radikal mastectomy atau
modified radikal mastectomy dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.
19
Terapi
Tujuan utama pengobatan kanker stadium awal adalah mengangkat tumor dan
membersihkan jaringan disekitar tumor.. Umumnya kemudian akan dilakukan
terapi radiasi pada jaringan payudara yang masih ada. Untuk keadaan tertentu (
misalnya, pasien dengan problem medis yang serius ) radiasi bisa jadi ditunda.
Tahapan berikut dalam menangani kanker stadium awal adalah mengurangi
resiko kanker akan kambuh dan membuang sel kanker yang masih ada. Bila
tumornya lebar atau saluran kelenjar getah bening telah terserang kanker juga,
akan merekomendasikan terapi tambahan, antara lain : Terapi Radiasi,
Chemotherapy, dan / atau hormone terapi. Sedang untuk kanker yang kambuh
lagi, diperlakukan dengan bermacam-macam cara. Ketika merencanakan
pengobatan, dipertimbangkan beberapa factor :
o Stadium dan grade kanker
o Satus tumor hormone receptor (ER, PR) dan status HER2/neu
o Umur pasien dan kesehatannya secara umum
o Pasien sudah menopause atau belum
o Adanya mutasi dari gen kanker payudara Kondisi biologi kanker payudara
memberi efek pada tingkah laku kankernya dan pengobatannya. Beberapa
tumor ukurannya kecil tapi tumbuhnya cepat atau ukurannya besar tapi
tumbuhnya lambat.
OPERASI
Secara umum, semakin kecil tumor, dianjurkan untuk operasi. Berikut adalah type-
type operasi :
Lumpectomy (Partial mastectomy / Segmental mastectomy ),
mengangkat tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor.
Untuk DCIS dan Kanker yang invasive, biasanya terapi radiasi
pada area yang terkena tumor diberikan.
A.Dark pink indicates tumor
B.Light pink highlited area indicates tissue ( jaringan ) removed at lumpectomy
Total mastectomy, mengangkat seluruh payudara, tetapi tidak termasuk kelenjar
getah bening dibawah ketiak
20
A. Pink highlighted area indicates tissue removed at mastectomy
B. Axillary limph nodes : level I
C. Axillary limph nodes : level II
D. Axillary limph nodes : level III
E. Supraclavicular lymp nodes
F. Internal mammary lymp nodes Total ( simple )
21
bagian tubuh lain. Atau dengan implant sintetis. Hal ini bisa dilakukan langsung
pada saat mastectomy bisa juga sesudahnya.
ADJUVANT THERAPY.
Adalah pengobatan yang diberikan sebagai tambahan pengobatan setelah operasi.
Tujuannya untuk mengurangi resiko kanker untuk kambuh. Adjuvant theraphy antara
lain : Terapi Radiasi, Chemotherapy, Hormon terapi dan Targeted Therapy. Dibawah
ini adalah garis besar adjuvant therapy :
1. Terapi Radiasi.
Terapi ini menggunakan X-ray berenergi tinggi atau partikel lain untuk
membunuh sel kanker. Terapi ini diberikan secara regular perminggu. Biasanya 5
hari selama seminggu. ( Senin – Jum’at ) selama 6-7 minggu. Tujuannya adalah :
mematikan sel kanker yang mungkin masih ada / teetinggal disekitar area tumor
yang sudah dioperasi, mengecilkan ukuran tumor sebelum kemudian dioperasi,
agar memudahkan pada saat pengangkatan.
2. Chemotherapy.
Chemotherapy adalah menggunakan suatu obat yang fungsinya adalah
untuk membunuh sel kanker. Systemic chemotherapy, obat chemo tersebut
dialirkan lewat pembuluh darah, targetnya adalah seluruh sel kanker yang ada di
tubuh. Efek samping obat chemotherapy sangat individual, tergantung dari
masing-masing pasien juga dosis yang diberikan sesuai luas tubuh melalui berat
badan pasien. Efek samping yang umumnya dirasakan adalah :
1. Rambut rontok
2. Kemungkinan resiko infeksi ( basanya sariawan pada mulut, tenggorokan
susah menelan karena infeksi jamur )
3. Kuku dan kulit menghitam, kadang kulit kering
4. Mual & muntah
5. Ngilu tulang-tulang
6. Hilang nafsu makan
7. Diare atau malahan susah buang air besar
8. Asam lambung naik
Gejala-gejala itu biasanya akan menghilang ketika pengobatan selesai.
Chemotherapy bisa diberikan secara oral (diminum) dan intravenous (diinfuskan).
22
Diberikan secara beseri (untuk oral biasanya diminum selama 2 minggu, istirahat
1 minggu. Kalau diinfuskan 6 kali chemo, jaraknya 3 minggu untuk yang full
dose). Biasanya tidak perlu menginap di Rumah Sakit, apabila satu jam setelah
chemo tidak mengalami efek apapun.
Chemotherapy, bisa diberikan sebagai neoadjuvant therapy (diberikan
sebelum diadakan operasi, tujuannya adalah untuk mengecilkan tumor yang
besar, mengeringkan luka kanker akibat kanker yang sudah pecah), atau adjuvant
therapy (diberikan setelah operasi, untuk mengurangi kekambuhan).
Obat – obat chemotherapy yang biasanya digunakan untuk kanker
payudara adalah :
Cyclophosphamide ( cytoxan, Neosar )
Methotrexate ( banyak merk )
Fluorouracil ( 5-Fu, Adrucil )
Doxorubicin ( Adriamycin, Rubex )
Paclitaxel ( Taxol )
Docetaxel ( Taxotere )
Vinorelbine ( Navelbine )
Capecitabine ( Xeloda )
Protein bound paclitaxel ( Abraxane )
Gemcitabine ( Gemzar )
Ada juga obat yang baru di buat oleh Brysto Myers and Squib yaitu Ixempra
( tapi belum beredar di Indonesia, karena masih sangat baru )
Dll
Contoh kombinasi obat :
CMF ( cyclophosphamide, methotrexate, dan 5-FU )
FAC ( 5-Fu, Doxorubicin, cyclophosmide )
TAC ( docetaxel, doxorubicin, dan cyclophosphamide )
GT ( gemcitabine dan paclitaxel )
Dll
Beberapa obat ini bisa juga dikombinasikan dengan trastuzumab
(Herceptine), suatu obat yang tergolong dalam targeted therapy.
3. Hormon Therapy.
23
Terapi hormone berguna jika hasil biopsynya menunjukkan hasil positive
untuk Estrogen receptor ( ER + ) dan Progesterone receptors ( PR + ) tipe kanker
ini berarti pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormone-hormon tersebut sehingga
diperlukan obat untuk memblock hormone untuk membatasi pertumbuhan tumor.
Pemakaiannya bisa sendiri atau bersamaan dengan obat chemotherapy. Contoh
terapi hormone sebagai adjuvant therapy adalah tamoxifen, anastrozole
(arimidex), letrozole ( femara ), dan exemestane ( aromasin ).
4. Targeted Therapy.
Adalah termasuk obat baru yang bekerja untuk menghentikan aksi dari protein
abnormal ( HER2/neu ) yang menyebabkan sel kanker tumbuh dan membelah
tidak terkontrol.Monoclonal antibodies targete protein yang biasanya ada dalam
jumlah yang besar didalam sel kanker.
Trastuzumab ( Herceptin ) dipakai sebagai obat untuk kanker payudara yang
mengandung terlalu banyak protein HER2/neu.
Bevacizumab ( Avastin ) adalah antiangiogenic. ( masih dalam percobaan
klinis ). Antiagiogenesis agent ini memblock angiogenesis ( formasi dari
pembuluh darah baru ) yang dibutuhkan tumor untuk berkembang dan
metastasis.
Pencegahan
1. Pola hidup sehat dan SADARI
2. Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey. Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk
dilakukan mammografi setiap tahun. Wanita normal mendapat rujukan
mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.
3. Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai
dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan
pengobatan.
24
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. E
Usia : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Alamat : Duren Jaya
Agama : Islam
Tgl. MRS : 20 Februari 2019
Tgl. Pemeriksaan : 21 Februari 2019
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis di ruang catalya RS Karya Medika I
Keluhan Utama:
Os mengaku tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat operasi
sebelumnya tidak ada. Riwayat penyakit hipertensi, DM, TB paru disangkal.
25
Dikeluarga tidak ada yang mengalami seperti ini. Riwayat penyakit hipertensi, DM,
TB paru disangkal.
Riwayat Pengobatan:
Riwayat Alergi:
Riwayat Psikososial:
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Keadaan umum : Baik
2. Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Napas : 20x/menit
Suhu : 36,3°C
3. Status Generalisata
Kepala
rambut warna hitam, rontok (-)
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : tidak tampak adanya deformitas, tidak tampak adanya sekret, tidak
tampak adanya perdaharan/epistaksis/rhinorhagic
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax
Inspeksi : normochest, pergerakan dada simetris, tidak ada luka bekas operasi
26
Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-), vokal
fremitus teraba sama pada kedua lapang paru
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-), BJ I dan II
murni regular, murmur (-), gallops (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi abdomen (-), luka bekas operasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas
atas: akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)
bawah: akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)
4. Status Lokalis
a/r mammae sinistra
Inspeksi
Tidak tampak kemerahan pada bagian benjolan dipayudara, tampak sewarna
dengan kulit, payudara tampak simetris kanan kiri, retraksi papil (-), dimpling (-),
peau d’orange (-), nipple discharge (-), ulkus (-)
Palpasi
Benjolan berukuran diameter 3 cm a/r kuadran lateral bawah, bentuk bulat-oval,
permukaan rata, konsistensi lunak/kenyal, mobile, nyeri tekan (-), batas tegas.
5. Pemeriksaan Laboratorium
27
Tanggal 14 Februari 2019
6. Diagnosis
Tumor mammae sinistra
7. Penatalaksanaan
- RL/8 jam
- Ceftriaxone 1 gram 1 jam pre operasi
- Ceftriaxome 2x1 gram
- Ketorolac 3x1 amp
- Rencana wide excise biopsy
28
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada anamnesis pasien seorang perempuan berusia 20 tahun, belum menikah. Sesuai
dengan teori bahwa. Factor resiko tumor mammae lebih banyak terjadi pada wanita dan
dipengaruhi Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi
oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor
payudara. Tumor mammae adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi
secara terus menerus. Pada kasus pasien tersebut, pasien mengeluh terdapat benjolan di
payudara kiri sejak 1 bulan SMRS. Benjolan awalnya berukuran kecil, lama kelamaan
ukuran benjolan semakin membesar. Benjolan kadang terasa nyeri, tetapi sekarang tidak
nyeri dan bisa digerakkan. Tidak ada cairan yang keluar dari benjolan, tidak terdapat benjolan
di tempat lain.
Pada pemeriksaan fisik mamae sinistra didapatkan pada Inspeksi, payudara Tidak
tampak kemerahan pada bagian benjolan dipayudara, tampak sewarna dengan kulit, payudara
tampak simetris kanan kiri, retraksi papil (-), dimpling (-), peau d’orange (-), nipple discharge
(-), ulkus (-). Pada Palpasi, Benjolan berukuran diameter 3 cm a/r kuadran lateral bawah,
bentuk bulat-oval, permukaan rata, konsistensi lunak/kenyal, mobile, nyeri tekan (-), batas
tegas. Sesuai dengan teori bahwa tumor mammae terbagi menjadi tumor mammae jinak dan
ganas. Pada tumor jinak, terdiri dari beberapa jenis salah satunya adalah fibroadenoma
mammae, Fibroadenoma mammae (FAM) sering ditemukan pada usia yang lebih muda,
antara 20-40 tahun, dengan usia median 30 tahun. Insidensinya tidak diketahui pasti, sekitar
50% hasil biopsi payudara adalah FAM, berapapun usianya. Pada perabaan massanya
berbatas tegas, kenyal, dapat digoyang, tidak nyeri. Kadang sulit dibedakan dengan kista
payudara. Sedangkan pada Kelainan Fibrokistik juga sering ditemukan pada usia antara 20-30
tahun. Secara pemeriksaan fisik sulit dibedakan dengan FAM atau kista payudara. Walaupun
demikian, hampir selalu disertai nyeri. Sifat nyerinya cukup signifikan, yakni: berfluktuasi
sesuai siklus haid, bilateral, tidak terlokalisir, dan menyebar ke bahu atau aksila bahkan dapat
menyebar ke lengan.
Penatalaksaan tumor mamae pada pasien dilakukan wide excise dan dilakukan biopsy
pada jaringan. Sesuai dengan teori bahwa pada tumor jinak pengobatan yang dilakukan
adalah dengan mengangkat tumor tersebut, untuk mengetahui apakah tumor itu ganas atau
tidak tumor yang sudah di ambil akan di bawa ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan
lebih lanjut.
29
Follow up
O: ku TSS, CM O: ku TSS, CM
TD:110/70 P: 76 R: 20 S 36,2 TD:110/70 P: 80 R: 20 S 36,8
Kepala : mata: Ca-/-, SI-/- Kepala : mata: Ca-/-, SI-/-
Thorax: Pulmo dan Cor: dbn Thorax: Pulmo dan Cor: dbn
Abd supel, BU +, NT(-) Abd supel, BU +, NT(-)
Eks : akral hangat Eks : akral hangat
Status lokalis Payudara kiri: tampak luka pasca operasi,
• Regio mammae sinistra luka baik, pus -, eritem -,
• Inspeksi : payudara tampak simetris kanan
kiri, kemerahan (-), retraksi papil (-),
dimpling (-), peau d’orange (-), nipple
discharge (-), ulkus (-)
• Palpasi: Benjolan berukuran diameter 3 A : Post wide excisi Tumor mammae sinistra
cm a/r kuadran lateral bawah, bentuk H-1
bulat-oval, konsistensi lunak/kenyal,
mobile, nyeri tekan (-), batas tegas P:
• a/r KGB axilla dextra-sinistra : Tidak
- RL/8 jam
teraba benjolan di axilla dextra dan sinistra
• a/r KGB supraclavicula dextra-sinistra : - Ceftriaxome 2x1 gram
Tidak teraba benjolan di supraklavikula - Ketorolac 3x1 amp
dextra dan sinistra - Acc BLPL atas instruksi DPJP
- Obat pulang :
A : Tumor mammae sinistra - Cefixime tab 2 x 200 mg
- Asam mefenamat 3x500mg
P:
- Kontrol ke poli hari kamis 28-2-19
- RL/8 jam
- Ceftriaxone 1 gram 1 jam pre operasi
- Rencana wide excise biopsy jam 10.00
30
DAFTAR PUSTAKA
Budi Darmawan. 2007. Pendekatan Diagnostik Tumor Padat. Dalam Buku Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : FK UI
Henry M.M, Thompson J.N. 2007. Breast Disease. Clinical Surgery. Second edition.
Elsevier. p 453Depkes. 2001. Pedoman pengobatan dasar di puskesmas berdasarkan
gejala. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Fadjari, Heri. 2012. Pendekatan Diagnosis Benjolan di Payudara. CDK 192/ Vol. 39 No. 4
308-310
Handerson .I. Craig. 1995. Kanker Payudara dalam Buku Harison Prinsip-prinsip Ilmu
Penyakit Dalam Vol. 4. Jakarta: EGC
Haryono, Samuel J, dkk. 2010. Payudara. Dalam De Jong, Sjamsuhidajat. 2010. BukuAjar
Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC
Purnomo, Djoko. 2010. Onkologi. Dalam Kusuma. Bedah Kusuma. Surakarta : FK UNS
31