Anda di halaman 1dari 21

KONTRASEPSI MOW (TUBEKTOMI)

Dosen pengampu: Ns. Siti Kholifah, S.Kep.,M.Kep.

Oleh :
1. Siti Nadifah 1911011030
2. Siti Nur Amanah 1911011013
3. Silvia Margareta K.F 1911011020

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Tidak lupa juga sholawat serta
salam kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadi
tauladan dalam menuntut ilmu.

Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
“Maternitas 2” yang kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul “Kontrasepsi
tubektomi” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada Ns.Siti Kholifah., S.kep., M.kep. sebagai Dosen Pengampu Maternitas 2
Prodi S-1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena
itu, kami sangat senang dan terbuka untuk menerima kritik dan saran untuk perbaikan makalah
ini.

Jember, 14 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................………………………………………………….………….............................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Manfaat ..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah………………………………………………......................................................................3
2.2 Kebijakan Landasan Hukum…......................................................................................3
2.3 Pengertian………………………...........................................................................................6
2.4 Tujuan............................................................................................................................6
2.5 Jenis………………………………………..................................................................................7
2.6 Syarat……………………………….........................................................................................8
2.7 Sasaran………………………………………………………………………………………………………….9
2.8 Cara Kerja……………………………………………………………………………………………………..9
2.9 Waktu Pemberian…………………………………………………………………………………………10
2.10 Faktor Dalam Pemilihan……………………………………………………………………………..10
2.11 Keuntungan/Kelebihan…………....………………………………………………………………….14
2.12 Kerugian/Kelemahan…………………………………………………………………………………..14
2.13 Kontraindikasi…………………………………………………………………………………………….15
2.14 Komplikasi………………………………………………………………………………………………….15
2.15 Jurnal Internasional………………………………………………………………….......................16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................17
3.2 Saran.............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keluarga Berencana (KB) adalah istilah resmi yang dipakai di dalam lembaga-lembaga
negara, seperti Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). KB atau keluarga
berencana adalah terjemahan dari Bahasa Inggris Family Planning yang dalam
pelaksanaannya di Negara-negara Barat mencakup dua macam metode (cara) yaitu, Planning
Parenthood dan Birth Control. Kontap (MOW dan MOP), dapat disebut juga sebagai
sterilisasi. Sterilisasi merupakan tindakan memandulkan laki-laki atau perempuan dengan
jalan operasi agar tidak dapat menghasilkan keturunan. Meskipun steril merupakan tindakan
untuk memandulkan perempuan atau laki-laki, tetapi tidak dapat disamaartikan dengan
infertilitas, karena infertilitas adalah kondisi dimana berkurangnya kesanggupan untuk
berkembang biak, tanpa melalui proses operasi (mandul). Presentase peserta KB pada wanita
usia subur tahun 2012 di negara anggota ASEAN yang tertinggi dicapai oleh tailand dengan
cakupan sebesar 80%, dan terendah di Timor Leste sebesar 21%. Untuk modern methods dan
22% untuk indonesia pada peringkat ke-4 dari 10 negara ASEAN
Tubektomi merupakan alat kontrasepsi yang efektif dan efisien untuk mencegah
Kehamilan. Namun demikian masih banyak PUS yang tidak memilih metode ini dikarenakan
beberapa faktor, faktor-faktor tersebut perlu di indentifikasi sehingga dapat memberikan
rekomendasi intervensi untuk upaya peningkatan jumlah pengguna kontrasepsi ini. Pasangan
usia subur dapat mengakses pelayanan keluarga berencana di berbagai tempat pelayanan
kesehatan. Salah satunya di klinik Perempuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Klinik
PKBI menyediakan pelayanan kesehatan antara lain pemeriksaan kehamilan, nifas,
pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan peap smear, inspeksi visual asam asetat (IVA),
pengobata infeksi menular seksual (IMS), vaksin kanker serviks, pemeriksaan gula darah,
asam urat, kolesterol serta konsultasi permasalahan seputar remaja dan rumah
tangga.Walaupun banyak keuntungan dari tubektomi, namun pada kenyataannya cakupannya
di Indonesia masih sangat kecil.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah tubektomi?
2. Bagaimana kebijakan/landasan hukumnya?
3. Apa definisi tubektomi?
4. Apa tujuan tubektomi?
5. Apa saja jenis tubektomi?
6. Apa saja syarat dalam melakukan tubektomi?
7. Siapa sasaran tubektomi?
8. Bagaimana cara kerja tubektomi?
9. Bagaiamana waktu pemberian tubektomi?
10. Apa saja faktor-faktor dalam pemilihan tubektomi?
11. Apa saja keuntungan/kelebihan tubektomi?
12. Apa saja kekurangan/kelemahan tubektomi?
13. Apa saja kontraindikasi tubektomi?
14. Apa saja komplikasi tubektomi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah dan landasan hukum tubektomi
2. Mengetahui apa itu tubektomi serta tujuan dilakukannya tubektomi
3. Mengetahu kekurangan dan kelebihan tubektomi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah
Sterilisasi pada abad ke-19 dilakukan dengan mengangkat uterus atau kedua ovarium.
Pada tahun 50-an dilakukan dengan memasukan AgNo melalui kenalis servikalis ke dalam
tuba uterina. Pada akhir abad ke-19 dilakukan dengan mengikat tuba uterina namun cara ini
mengalami banyak kegagalan sehingga dilakukan pemotongan dan pengikatan tuba uterina.
Pada awalnya, sterilisasi dibantu oleh anestesi umum dengan membuat sayatan atau insisi
yang lebar dan harus dirawat di rumah sakit. Kini operasi tanpa dibantu anestesi umum
dengan hanya membuat insisi kecil dan tidak perlu dirawat di rumah sakit. Metode dan
teknik sterilisasi berkembang pesat setelah didirikan Perkumpulan Untuk Sterilisasi Sukarela
Indonesia (PUSSI) pada bulan oktober 1974. Untuk mencocokkan dengan keadaan namanya
kemudian diganti dengan Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI).

2.2 kebijakan/landasan hukum


Islam pada dasarnya melarang atau mengharamkan sterilisasi baik vasektomi maupun
tubektomi karena hal tersebut sama dengan merusak organ tubuh dan juga mengakibatkan
kemandulan secara permanen, sehingga yang bersangkutan tidak dapat memperoleh
keturunan.

‫ق نَحْ نُ نَرْ ُزقُ ُك ْم َواِيَّاهُ ْم َۚواَل‬ ٍ ۗ ‫ا َّوبِ ْال َوالِ َدي ِْن اِحْ َسانً ۚا َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَوْ اَل َد ُك ْم ِّم ْن اِ ْماَل‬lًًٔ‫قُلْ تَ َعالَوْ ا اَ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم اَاَّل تُ ْش ِر ُكوْ ا بِ ٖه َش ْئـ‬
ّ ٰ ‫ق ٰذلِ ُك ْم َو‬
َ‫صى ُك ْم بِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُوْ ن‬ ِّ ۗ ‫س الَّتِ ْي َح َّر َم هّٰللا ُ اِاَّل بِ ْال َح‬
َ ‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ ۚنَ َواَل تَ ْقتُلُوا النَّ ْف‬ َ ‫تَ ْق َربُوا ْالفَ َوا ِح‬

Artinya :

dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan
memberi rezki kepadamu dan kepada mereka..... (Q.S. Al-An’am (6): 151)

3
Abu Ja’far berpendapat maksud firman Allah di atas ialah jangan kalian mengubur hidup-
hidup anak-anak kalian sehingga membunuhnya karena takut jika kalian menafkahi mereka
maka menjadi fakir. Karena sesungguhnya Allah SWT. yang memberi rezeki kepada kalian
dan sesungguhnya bukan kalian yang memberi rezeki kepada mereka.

Tetapi apabila suami isteri dalam keadaan darurat, seperti untuk menghindari penurunan
penyakit dari ibu atau bapak kepada anak, atau apabila terancamnya jiwa ibu bila ia
mengandung atau melahirkan maka diperbolehkan melakukan sterilisasi. Hal tersebut sesuai
dengan keterangan qaidah fiqhiyah yang berbunyi: Keadaan darurat membolehkan
(melakukan hal-hal) yang dilarang (dalam Agama). Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan
bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan
kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak lelaki kepada siapa yang Dia
kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa
yang dikehendakiNya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.(QS. Ash Suura(42): 49-50).
Ayat di atas mengandung pemberitaan tentang betapa luasnya kerajaaan Allah dan
terealisasinya tindakanNya dalam kerajaanNya tersebut seperti menciptakan apa saja yang
dikehendakiNya dan mengatur semua urusan hingga peraturan yang dilakukanNya mencakup
ciptaan tentang sebab-sebab yang dilakukan oleh manusia. Sesungguhnya nikah
(persetubuhan) itu merupakan salah satu sebab dilahirkannya anak. Alla-lah yang telah
memberikanmereka anak-anak menurut kehrndakNya. Maka diantara manusia ada yang
diberi anak perempuan dan ada pula yang dibrikan anak laki-laki dan ada pula yang diberikan
berpasangan maksudnya laki-laki dan perempuan. Dan diantara mereka ada yang dijadikan
mandul tidak bisa mempunyai anak. Namun terlepas dari hal itu terdapat perbedaan antara
ulama, ada beberapa yang membolehkan karena suatuhal dan ada pula yang tidak
membolehkan sama sekali apapun alasannya.
a) Ulama yang membolehkan Para fuqoha temporer sekarang ini banyak yang
memperbolehkan sterilisasi karena berlandaskan kepada ayat AlQuran QS. asy-
Syuura (42): 49-50, yang menyatakan bahwa Allah telah menjadikan sebagian orang
mandul itu ada hikmahnya tertentu di dalamnya, maka tidaklah mengapa seseorang
menjadikan orang lain mandul karena tuntutan mashlahat tertentu.
4
b) Firman Allah SWT Tuntutan mashlahat seperti, apabila seseorang memiliki penyakit
gila atau penyakit turunan yang bersifat permanen maka ketika orang itu menikah ia
dapat melakukan sterilisasi pada dirinya. Hal tersebut dikarenakan, menurut dunia
kedokteran modern bahwa penyakit yang diderita orang tua akan menular kepada
anaknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Syekh Jadil Haq mantan Syekh al-Azhar
bahwa tidak diizinkan melakukan sterilisasi yang menyebabkan pemandulan
permanen, kecuali telah diketahui secara meyakinkan bahwa suatu penyakit dapat
menurun kepada anaknya. Syaikh Mahmud Syaltut dalam bukunya Fatwa-fatwa
menjelaskan bahwa, melakukan sterilisasi merupakan kegiatan yang dilarang atau
bertentangan dengan syariat Islam. Sterilisasi yang dilakukan oleh perempuan
ataupun laki-laki yang subur tetapi memiliki penyakit menular atau bagi mereka yang
tidak mampu memikul beban yang yang banyak, maka melakukan sterilisasi bukan
merupakan kegiatan yang bertentangan dengan syariat islam atau dibolehkan
meskipun tidak dianjurkan atau diperintahkan. Drs. Masjfuk Zuhdi dalam bukunya
mengatakan bahwa, tubektomi pada prinsipnya dilarang oleh Islam dan
alasanalasannya pada pokoknya sama dengan alasan-alasan untuk dilarangnya
vasektomi. Hanya bagi wanita yang benar-benar terancam kesehatannya atau jiwanya,
bila ia mengandung, maka Islam dapat membenarkan. Misalnya jika seorang wanita
selalu mengeluarkan darah banyak pada waktu persalinan, atau selalu kesehatannya
terganggu secara serius setiap kali ia hamil, tubektomi dapat dibenarkan oleh Islam.
c) Ulama yang melarang Pendapat di atas yang memperbolehkan sterilisasi tidak luput
dari kritikan, diantaranya oleh Dr. Makdhur dalam kitabnya Nazharat al-Islam Ila
Tanzim al-Nasl yang mengutip pendapat Imam Syafi’i dan al-Bijurmi yang
mengatakan bahwa dilarang menggunakan cara apapun yang menghilangka kapasitas
alami untuk berkembang biak. Hal senada juga dilarang yang difatwakan oleh dewan
Fatwa Arab Saudi. Menurut Asy Syarbasyi yang mengutip dari kitab alDin wa
Tanzim al-Usrah, dalam Al-Quran dan Sunah Nabi tidak ada larangan yang tegas
tentang hukum sterilisasi, tetapi mayoritas ulama mengharamkan apabila tidak ada
hal yang mendesak.

5
2.3 Pengertian

MOW (Medis Operatif Wanita)/ tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi.
MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang
menyebabakan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak
dapat bertemu dengan sperma alai-laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu
gairah seks wanita tidak akan turun. Tubektomi merupakan alat kontrasepsi permanen untuk
mencagah keluarnya ovum dengan cara mengikat/memotong saluran tuba falopi.
Tubektomi atau MOW (metode operatif wanita) yaitu tindakan medis berupa penutupan
tuba uterine dengan maksud untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang
sampai seumur hidup. Prosedur tubektomi tidak hanya dapat dilakukan dengan cara
pemotongan melainkan cukup dengan mengikatkanya (membuat buntu), dan dari sini lahir
istilah ligation atau tuba occlusion. Pendekatannya dapat dilakukan dengan pembedahan
kecil yang dikenal dengan nama minilaparotomi atau disingkat minilap. Cara lain yaitu
dengan melakukan laparoskopi dan disebut sterilisasi laparoskopi.

2.4 Tujuan
Tubektomi adalah salah satu metode sterilisasi pada wanita, yaitu pencegahan kehamilan
yang sifatnya permanen. Biasanya,  tindakan ini diambil oleh wanita yang sudah memiliki
lebih dari tiga anak, berusia di atas 30 tahun, atau tidak menginginkan keturunan lagi.
Sterilisasi juga kerap menjadi pilihan bagi mereka yang kehamilannya berisiko tinggi. Untuk
mencegah kehamilan mencapai 99,9%. Artinya, dari setiap 100 wanita yang menjalani
prosedur tubektomi, ada satu atau kurang dari satu orang wanita yang hamil.
6
Metode tubektomi ini memang dikenal lebih efektif karena dapat melindungi dari
kehamilan seumur hidup tanpa harus menggunakan alat kontrasepsi cadangan atau
melakukan rutinitas minum obat seperti saat menggunakan pil KB. Ini berarti tubektomi atau
steril kandungan merupakan metode kontrasepsi yang sangat ampuh dalam mencegah
kehamilan, meskipun tidak bisa menjamin sebesar 100 persen. Namun, tubektomi tidak bisa
melindungi dari penyakit kelamin.Maka, penggunaan alat kontrasepsi yang bisa melindungi
dari penyakit kelamin seperti kondom laki-laki dan kondom wanita tetap dibutuhkan ketika
berhubungan seks. Tujuannya memang bukan untuk mencegah kehamilan, tapi untuk
mencegah penularan penyakit kelamin.

2.5 Jenis
Tahap persiapan pelaksanaan meliputi: informed consent, riwayat medis/kesehatan ,
pemerikasaan laboratorium, pengosongan kandung kencing, asepsis dan antiseptisis daerah
abdomen, anestesi. Tindakan pembedahan teknik yang digunakan dalam pelayanan
tubektomi antara lain:
1.) Mini laparatomi, metode ini hanya memerlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada
daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar pusat bawah).
Tindakan ini relative murah dan dapat di lakukan pada masa interval maupun pasca
persalinan, pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat,
kemudian dikeluarkan, diikat dan di potong sebagian.
2.) Laparoskopi adalah melihat isi rongga perut dengan menggunakan lensa, sejenis teleskop.
Prosedur laparoskopi memerlukan tindakan anestesi umum, dengan dibantu sayatan
(insisi) sepanjang kurang lebIh 1 cm pada bagian dekat pusar. Kemudia dokter mengikat
kedua saluran tuba falopii. teknik ini dapat dilakukan pada 6-8 minggu pasca persalinan
atau setelah abortus (tanpa komplikasi). Laparoskopi sebaiknya dipergunakan pada
jumlah klien yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya pemeliharaanya
yang cukup mahal. Seperti halnya mini laparotomi, laparaskopi dapat digunakan dengan
anastesi local dan diperlukan sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan.

7
3.) Laparatomi, Metode laparotomi dilakukan dengan membuka rongga perut sehingga
organ-organ reproduksi terlihat sangat jelas. Tuba falopii kemudian diikat dan diangkat.
4.) Kolpotomi Pada metode ini dokter akan menjangkau kedua saluran tuba falopii melalui
vagina dan dari belakang rahim.
5.) Histerektomi Metode ini biasanya dilakukan jika terdapat penyakit pada rahim, atau dapat
disarankan kepada wanita yang sudah berumur. Dalam metode ini rahim diangkat
seluruhnya.

Luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat selama 1 minggu, cari
pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit pada abdomen yang menetap, perdarahan
luka insisi

2.6 Syarat
Untuk kontrasepsi mantap juga memiliki syarat-syarat khusus yaitu:
1. Sukarela atas dasar permintaan, yang dicantumkan dengan menandatangani informed
consent.
2. Stabilitas mental dapat dipertanggungjawabkan, terbukti dengan keharmonisan dalam
keluarga.
3. Saat dilakukannya tindakan kontrasepsi mantap wanita Kontrasepsi mantap pada
wanita atau sterilisasi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan, atau masa
interval. Sesudah suatu keguguran kontrasepsi mantap pada wanita dapat langsung
dilakukan. Dianjurkan agar kontrasepsi mantap pada wanita pasca persalinan
sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah
bersalin. Kontrasepsi mantap pascapersalinan lewat 48 jam akan dipersulit oleh
edema tuba, infeksi dan kegagalan. Edema tuba akan berkurang pada hari ke 7-10
pascapersalinan. Kontrasepsi mantap pada hari itu akan sulit dilakukan karena alatalat
genital akan menciut dan mudah berdarah.
4. indikasi medis umum adanya gangguan fisik atau pisikis yang akan menjadi lebih
berat bila wanita ini hamil lagi;

8
5. gangguan fisik yang dialami seperti tuberculosis pulmonum, penyakit jantung, dan
sebagainya;
6. gangguan pisikis yang di alami yaitu seperti skizofernia (psikosis), sering menderita
psikosa nifas, dan lain-lain.;
7. indikasi medis obstetric yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesarea
yang berulang, histerektomi obstetri;
8. indikasi medis ginekologik pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula
dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi;
9. indikasi sosial ekonomi adalah indikasi berdasarkan beban sosaial ekonomi yang
sekarang ini terasa bertambah berat;
10. mengikuti rumus 100 umur ibu 25 tahun ke atas dengan anak hidup 4 orang, umur ibu
30 tahun keatas dengan anak hidup 3 orang, umur ibu 35 tahun keatas dengan anak
hidup 2 orang

2.7 Sasaran
1. Umur lebih dari 26 tahun
2. Anak lebih dari 2 orang
3. Yakin telah mempunyai keluarga dengan jumlah yang diinginkan
4. Ibu pasca persalinan
5. Pasien paham dan setuju dengan prosedur tubektomi terutama pengetahuan pasangan
tentang cara-cara kontrasepsi ini dengan risiko dan sifat permanennya kontrasepsi ini
(Mulyani dan Rinawati, 2013).

2.8 Cara kerja


Dengan terikatnya saluran telur menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran sel
telur dengan demikian sel telur tidak bisa bertemu dengan sperma sehingga tidak terjadi
kehamilan.

9
2.9 Waktu pemberian
Waktu pelaksanaan MOW dapat dilakukan pada saat, Masa Interval (selama waktu siklus
menstruasi), Pasca persalinan (post partum). Tubektomi pasca persalinan sebaiknya
dilakukan dalam 24 jam, atau selambat lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan, Pasca
keguguran sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi, waktu operasi membuka
perut. Setiap operasi yang dilakukan hendaknya harus dipikirkan apakah wanita tersebut
sudah mempunyai indikasi untuk dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada
pasangan suami istri karena kesempatan ini dapat dipergunakan untuk melakukan kontrasepsi
mantap

2.10 Faktor-faktor dalam pemilihan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontasepsi pada pasangan wanita
usia subur yaitu:
1. Faktor pengetahuan, tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan yaitu yang pertama tahu, tahu di artikan sebagai mengingat
suatu materi yang telah dipelaajari sebelumya. Lalu yang kedua memahami, memahami
diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Ketiga
penerapan/aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunkan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Keempat, analisis, analisis adalah
suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-
komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu
sama lain. Lalu yang kelima sintesis, sintesis menunjuk kepasa suatu kemampuan untuk
meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Lalu yang keenam evaluasi, evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi maupun penilaian terhadap semua materi atau objek.Faktor yang
mempengaruhi pengatahuan adalah:
1.) Pengalaman: dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

10
2.) Tingkat pendidikan: pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
3.) Keyakinan: biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian terlebh dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan
seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
4.) Fasilitas: fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat memengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran dan buku.
5.) Penghasilan: penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu
untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
6.) Sosial Budaya: kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
memepengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
2. Sikap, yang merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang- tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Struktur sikap terdiri atas
komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen kognitif berisi
kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi objek sikap
kepercayaan datang dari apa yang kita lihat atau apa yang kita ketahui. Komponen
afektif, komponen afektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap
suatu objek sikap.Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki
terhadap sesuatu. Komponen prilaku, komponen prilaku (kognitif) dalam struktur sikap
menunjukan bagaimana prilaku atau kecenderungan berprilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Membentuk sikap yang utuh
(total attitude) terdiri dari tiga komponen: kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep pada
suatu obyek; kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek;
kecenderungan untuk bertindak (trend to behave.

11
Tingkatan sikap terdiri dari:
a. Menerima (receiving): menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau
menerima stimulus yang diberikan (objek).
b. Menanggapi (responding): menanggapi diartikan bahwa memberikan jawaban atau
tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai (valuing): menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap, objek atau stimulus. Membahasnya dengan orang lain dan
mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
d. Bertanggungjawab (responsible): sikap, yang paling tinggi tingkatannya adalah
bertanggun jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat cara yaitu :

a. Adopsi: kejadian atau peristiwa yang terjadi berulang dan terusmenerus, lama-
kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan memengaruhi
terbentuknya suatu sikap.
b. Diferensiasi: dengan berkembangnya intelegensi, pengalaman, sejalan dengan
bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis sekarang
dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.
c. Integrasi: terjadi secara bertahap dimulai dari berbagai pengalaman yang
berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai
hal tersebut.
d. Trauma: adalah suatu pengalaman akan kejadian atau peristiwa tiba-tiba,
mengejutkan, dan meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa orang yang
bersangkutan.
3. Dukungan keluarga/suami, dukungan adalah sokongan/penunjang/bantuan. Dalam hal ini
sokongan atau dukungan/bantuan suami sebagai pasangan hidup dari akseptor dalam
menentukan keputusan pilihan terhadap tindakan yang akan dilakukan yaitu jenis
pemilihan kontrasepsi yang di gunakan. Metoda kontasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa
kerjasama suami dan saling percaya.

12
Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metoda
kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai pengeluaran
kontasepsi, dan memerhatikan tanda bahaya pemakaian Ikatan suami isteri yang kuat
sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri sangat
membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling
bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Dukungan tersebut
akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik. Masyarakat di Indonesia
khususnya di daerah pedesaan sebagai peran penentu dalam pengambilan keputusan
dalam keluarga adalah suami, sedangkan isteri hanya bersifat memberikan sumbang
saran.
4. Dukungan petugas, merupakan faktor dalam perubahan perilaku kesehatan seseorang.
Dukungan petugas merupakan faktor pendukung untuk merubah prilaku seseorang
melalui proses pendidikan kesehatan atau penyuluhan yang diberikan oleh petugas.
Memberikan informasi selengkap mungkin mengenai konsekuensi pilihannya, baik
ditinjau dari segi medis maupun hal-hal non medis agar tidak menyesal di kemudian hari.
Membantu akseptor memutuskan pilihannya atas metode kontasepsi yang paling sesuai
dengan keadaan khusus pribadi dan keluarga. Membantu akseptor dalam menyesuaikan
diri terhadap kondisi barunya, terutama bila ia mngalami berbagai permasalahan.
5. Informasi MOW/tubektomi, pada era komusikasi informasi ini media massa yang
mempunyai peran penting menyampaikan informasi kepada masyarakat umum dan
khusus. Media massa sangan efektif untuk menyampaikan informasi, terutama untuk
mempromosikan hal-hal yang bersifat spesifik seperti manfaat ber-KB, yang efektif dan
efisien, murah dan tepat bagi pasangan usia subur. Sumber informasi tentang keluarga
berencana berasal dari sumber formal dan informal. Sumber formal yaitu dari tenaga
kesehata[n (bidan, dokter dan/atau perawat serta mantra), petugas lapangan KB, kader
KB dan melalui pendidikan di sekolah. Sumber informal berasa dari tokoh agama, kader
posyandu, buku, media massa. Komunikasi, dan edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap akseptor yang termotofasi sehingga mempunyai pengetahuan dan
sikap yang baik dlam menerima MOW sebagai metode kontrasepsi.

13
2.11 Keuntungan/kelebihan
Tubektomi merupakan cara KB jangka panjang yang tidak memerlukan tindakan ulang
artinya cukup sekali dikerjakan, meskipun kontap harus ditempuh melalui sebuah operasi
metode ini merupakan cara yang paling aman, bebas dari efek samping asal semua prosedur
dan persyaratan operasi terpenuhi. Metode ini praktis artinya tidak membutuhkan kunjungan
ulang yang terjadwal, dan tidak mengganggu hubungan seksual. Metode ini bebas dari efek
samping hormonal sebagaimana pil, KB suntik maupun susuk. Sekarang sterilisasi
merupakan tindakan operasi kecil di mana klien hanya memerlukan istirahat beberapa jam
sebelum ia bisa meninggalkan tempat pelayanan dan dapat dikerjakan di lapangan dengan
memanfaatkan kamar operasi di puskesmas
Keuntungan MOW sangat banyak, antara lain: tidak ada efek samping dan perubahan
dalam fungsi hasrat seksual, dapat dilakukan pada perempuan diatas 26 tahun, tidak
mempengaruhi air susu ibu (ASI), perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi,
dapat digunakan seumur hidup, dan tidak mempengaruhi atau mengganggu kehidupan suami
istri, Tidak perlu memakai alat kontrasepsi seperti meminum pil ataupun memakai IUD; b)
Pada beberapa kasus, dapat menghilangkan penyakitpenyakit kebidanan dan penyakit
kandungan
.
2.12 Kerugian/kelemahan
a. Sifat metode kontrasepsi ini permanen (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan
operasi rekanalisasi, maka sebelum tindakan perlu pertimbangan matang dari pasangan
sehingga klien (akseptor) agar tidak menyesal dikemudian hari.
b. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum).
c. Adanya rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
d. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis bedah untuk proses
laparoskopi).
e. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HIV atau AIDS.
f. Secara teknis pembedahan lebih kompleks dibandingkan dengan vasektomi sehingga
memerlukan beberapa hari pemulihan.
g. Pendarahan menstruasi yang lebih berat mungkin sekali terjadi;
14
2.13 Kontraindikasi
Kontra indikasi kontrasepsi mantap pada wanita adalah masalah hubungan,
ketidaksetujuan terhadap operasi dari salah satu pasangan, dan keadaan sakit atau disabilitas
yang dapat meningkatkan resiko pada operasi.

2.14 Komplikasi
Efek samping dan komplikasi tubektomi menurut WHO dibagi menjadi dua yaitu
komplikasi minor dan mayor. Komplikasi minor antara lain adalah rasa sakit pada tempat
irisan, demam, perdarahan ringan, dan infeksi luka. Komplikasi mayor adalah perdarahan
banyak yang membutuhkan operasi yang lebih jauh atau transfusi, perlukaan usus atau
kandung kencing, infeksi panggul berat, sepsis dan kematian.

15
2.15 jurnal internasional tentang kontrasepsi

TUBECTOMY PREFERENCE FOR FERTILE AGE COUPLES WITH SECOND


CHILD: A CROSS SECTIONAL STUDY IN THE URBAN AREA OF TANGERANG

ABSTRACT

Background: Tubectomy is becoming the choice for fertile age couples at the time of delivery
with cesarean section. This is because it has proven to be effective and does not require multiple
procedures. Objective: To determine the tendency for the preference of tubectomy by fertile age
couples with second child and other related factors. Methods: This study uses a cross sectional
design. The population is all women who delivered through cesarean section with tubectomy in
2016 2018. The sample size is 62 respondents, which is obtained using two-proportion formula
and simple random sampling. Statistical tests were carried out using chi square test. Results:
Majority of respondents that chose tubectomy were between the age group of 20 -35 years
(53.2%), had 3 or more children (61.3%), high educational level (79%), housewives (71%) and
the last labor interval > 2 years (67.7%). The chi square test proved that the choice of using
tubectomy after the second child was more in the age group of 20 -35 years (39.4%), high
educational level (46.9%), professional jobs (61.1%) and the last labor interval > 2 years
(45.2%). Furthermore, results of the statistical analysis using the chi square test proved that
educational (p value = 0.035 α < 0.05) and occupational factors (p value = 0.021 α < 0.05) were
related to the choice of tubectomy after the second child Conclusion: Educational and
occupational factors were associated with tubectomy choices after the second child. Adequate
counseling on health education and family planning is required during pregnancy in order to
improve the understanding and interest of the mother and partner to choose tubectomy.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kontap (MOW dan MOP), dapat disebut juga sebagai sterilisasi. Sterilisasi
merupakan tindakan memandulkan laki-laki atau perempuan dengan jalan operasi agar
tidak dapat menghasilkan keturunan. Tubektomi merupakan alat kontrasepsi yang efektif
dan efisien untuk mencegah Kehamilan.Namun demikian masih banyak PUS yang tidak
memilih metode ini dikarenakan beberapa faktor, faktor-faktor tersebut perlu di
indentifikasi sehingga dapat memberikan rekomendasi intervensi untuk upaya
peningkatan jumlah pengguna kontrasepsi ini Namun melakukan prosedur ini tidak
melindungi ekspektor dari infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS menurut
BKKBN (2011).

3.2 Saran
Disaran kan kepada perempuan yang akan melakukan tubektomi agar mengetahui
terlebih dahulu apa itu yang disebut tubektomi. Serta fakot-faktor dan syarat sebelum
dilakukan tubektomi.

17
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2013. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia. Jakarta:
BKKBN.

Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Aina Yaa Siin Lie, 2019. PELAKSANAAN STERILISASI (TUBEKTOMI/VASEKTOMI)


PERSPEKTIF HUKUM ISLAM STUDI KASUS TEJOAGUNG METRO TIMUR. Institut Agama
Islam Negeri

Rara Niken Faza Anindita, 2017. PENGALAMAN HUBUNGAN SEKSUAL PADA IBU
TUBEKTOMI. Universitas Diponegoro Semarang.

Chania Forcepta & Rondiani. 2017. Faktor – Faktor Penggunaan Alat Kontrasepsi Medis
Operasi Wanita (MOW) pada Pasangan Wanita Usia Subur

18

Anda mungkin juga menyukai