“Omfalokel”
Oleh:
H1A322002
Pembimbing:
TAHUN 2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala ridho dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan referat yang berjudul “Omfalokel”.
Laporan ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dalam proses mengikuti
kepaniteraan klinik madya di bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan petunjuk,
serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat dr. Zikrul Haikal, Sp.BA, sebagai
pembimbing dalam menyelesaikan penugasan ini. Penulis berharap penyusunan laporan ini
dapat berguna dalam meningkatkan pemahaman pembaca.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan
ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II ISI.............................................................................................................................................5
2.3 Omfalokel....................................................................................................................................7
2.3.1 Definisi......................................................................................................................7
2.3.2 Epidemiologi.............................................................................................................8
2.3.4 Diagnosis.................................................................................................................10
2.3.6 Tatalaksana..............................................................................................................12
3.1 Simpulan....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
Omfalokel adalah cacat atau defek dinding perut bawaan. Kondisi ini ditandai oleh
adanya protrusi atau penonjolan isi perut yang ditutupi peritoneum melalui pangkal tali pusat.
Defek omfalokel terjadi di garis tengah perut dan melibatkan cincin umbilikal, menghasilkan
kantung 3 lapis yang membungkus isi perut yang mengalami herniasi. Kantung ini terdiri dari
lapisan dalam peritoneum, lapisan tengah jeli Wharton, dan lapisan luar amnion. Prevalensi
kelainan ini dilaporkan pada 3,38 per 10.000 kehamilan. Omfalokel dapat menjadi entitas
tersendiri namun lebih sering dikaitkan dengan anomali dan sindrom kongenital lainnya
seperti sindrom Beckwith-Wiedemann dan trisomi 13, 18, dan 21. Tingkat kelangsungan
hidup omfalokel mendekati 80%, terutama pada kasus omfalokel yang langsung berkaitan
dengan anomali penyakit lain.1,2
Secara embriologis, omfalokel dianggap sebagai akibat dari defek proses lipatan yang
terjadi saat usus kembali ke rongga perut selama perkembangan normal. Defek pada
omphalocele sangat beragam dalam segi ukuran dan jenis organ dalam/visera yang ada di
dalam kantung. Hal ini bergantung pada usia kehamilan terjadi penghentian rotasi usus.
Sebagian besar bayi dengan omfalokel disertai komorbiditas dan kelainan kongenital lain.
Anomali kongenital yang biasanya ditemukan bersamaan dengan omfalokel yaitu kelainan
kromosom (15-57%), kelainan jantung (11-23%), genitourinari (6-21%), muskuloskeletal
(21%), gastrointestinal (7–19%), dan kelainan neurologis (4–8%).1,2
Pemeriksaan prenatal yang komprehensif baik terhadap omfalokel itu sendiri maupun
anomali atau komorbiditas terkait sangat penting untuk pengawasan lanjutan, prognostikasi,
konseling, dan manajemen akhir.1,2 Secara umum, omfalokel ditatalaksana melalui proses
pembedahan. Adapun terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan diantaranya
primary closure, neonatal staged closure, delayed staged closure dan scarfication
treatment.3,4 Pada referat ini, penulis akan menjelaskan dari definisi, epidemiologi, etio-
patofisiologi, diagnosis, tatalaksana dan prognosis omfalokel secara komprehensif.
4
BAB II
ISI
5
Pada usia kehamilan sekitar 5 minggu, saluran usus ini memanjang dan berkembang
di dalam coelom umbilikalis, yang merupakan sebuah rongga di batang tubuh pada
permukaan anterior embrio. Pada usia kehamilan sekitar 10 minggu, usus kembali dari ruang
di dalam umbilical stalk ke rongga peritoneal dan mengalami rotasi dan fiksasi.5
Kelainan dinding abdomen lain yaitu gastroskisis terjadi akibat kegagalan coelom
umbilikal untuk berkembang. Usus yang memanjang kemudian tidak memiliki ruang untuk
berkembang dan akhirnya terjadi ruptur, keluar dinding tubuh tepat di sebelah kanan
umbilikus, mungkin karena sisi kanan dari umbilikus relatif tidak tertopang akibat resopsi
vena umbilikalis kanan pada sekitar usia kehamilan 4 minggu. (Gambar 1). Penjelasan
alternatif lainnya terjadi akibat yolk sac dan struktur vitellin yang terkait gagal menyatu
dengan tali pusat, sehingga memungkinkan midgut keluar dari abdomen pada titik keluarnya.
Gastroskisis tidak memiliki membran penutup. Pada gastroschisis usus biasanya menebal,
kusut, edem, dan ditutupi dengan fibrinous peel. Pada saat lahir, usus pada gastrokisis
biasanya cukup normal tetapi dalam dua puluh menit kemudian mulai terjadi perubahan
karakteristik. Perubahan ini mungkin karena paparan udara, tetapi lebih mungkin berkaitan
dengan oklusi vena mesenterika pada tingkat defek dinding perut dengan edema yang
dihasilkan dan transudasi cairan protein.5
6
yang normal. Baru-baru ini terdapat spekulasi bahwa penurunan aliran darah di arteri
omphalomesenteric mungkin menjadi penyebabnya.5
2.3 Omfalokel
2.3.1 Definisi
Omfalokel (juga dikenal sebagai exomphalos) adalah cacat bawaan dinding perut
yang ditandai dengan herniasi visera abdomen melalui cincin umbilikus. Visera atau isi organ
tertutupi oleh kantung yang tersusun atas amnion, Wharton’s jelly dan peritoneum. Terdapat
spektrum omfalokel berdasarkan tingkat keparahan dalam hal ukuran defek dan jumlah isi
organ (visera) yang keluar namun secara umum omfalokel dapat dikategorikan sebagai
omfalokel berukuran kecil tanpa herniasi hepar dan omfalokel berukuran besar disertai
herniasi hepar.3
Gambar 2. Gambaran tipikal omfalokel (a) Omfalokel berukuran kecil (b) Omfalokel berukuran
besar disertai keluarnya hepar.3
Omfalokel adalah defek yang tertutupi membran amnion, berisi midgut dan organ
abdominal lainnya termasuk hepar dan seringkali limpa serta gonad. Salah satu bentuk
omfalokel yang jarang ditemui yaitu cephalic fold defect atau pentalogy of Cantrell, dimana
defek dinding abdomen berada di supraumbilikal dan jantung berada dalam suatu kantung
yang melalui defek pada perikardium dan tendon sentral diafragma. Selain itu, terdapat
omfalokel jenis lain yaitu caudal fold defect, atau cloacal exstrophy, dimana defek terjadi
pada infraumbilical disertai ekstrofi kandung kemih, epispadia, diastasis rami pubis, dan anus
imperforata.5
2.3.2 Epidemiologi
Omfalokel tampaknya lebih sering ditemukan pada ibu dengan usia reproduksi
ekstrim (kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun). Omfalokel lebih sering terjadi pada
orang kulit hitam dibandingkan orang kulit putih dan pada etnis Afro-american. Multigravida
7
dan jenis kelamin laki-laki juga telah dikaitkan dengan kejadian omfalokel. 1 Insidensi
omfalokel terlihat pada usia 14-18 minggu dengan kisaran 1 dalam 1100, tetapi insidensi saat
lahir menurun menjadi 1 dalam 4000-6000. Sebuah tinjauan mencatat bahwa terdapat sekitar
83% permintaan terminasi kehamilan pada kasus omfalokel.3,6
Omfalokel terjadi ketika usus gagal kembali ke rongga perut setelah herniasi
embrionik normal ke dalam tali pusat selama minggu ke 6-10 perkembangan. Kondisi
biasanya dikaitkan dengan defek pelipatan pada dinding perut dibandingkan efek gen yang
terlibat dalam pemanjangan dan rotasi usus. Kondisi ini menyebabkan kantung yang berisi
organ dalam/visera mengalami ekstrusi, yang tersusun atas penutup tali pusat seperti amnion,
Wharton’s jelly, and peritoneum. Tali pusat masuk ke dalam kantung dan terkadang terjadi
penyisipan pada bagian puncak kantung ataupun lebih dekat ke dinding perut. Berbagai organ
dalam seperti usus, hepar, kandung kemih, lambung, ovarium ataupun testis juga dapat
ditemukan di dalam kantung. Proses rotasi usus dimulai pada saat herniasi usus ke tali pusat,
dan kemudian selesai setelah usus kembali ke perut. Pada anak-anak dengan omfalokel,
proses ini tidak terjadi, dan sebagian besar tidak terjadi rotasi usus.3
8
Donnai-Barrow syndrome, terdiri dari hypertelorism, kelainan sistem saraf pusat, gangguan
pendengaran sensorineural, hernia diafragma, dan omfalokel yang disebabkan oleh mutasi
pada gen LRP2.3
Tabel 1. Kelainan kromosom dan malformasi struktural yang berkaitan dengan omfalokel. 3
2.3.4 Diagnosis
Peningkatan AFP serum ibu terjadi pada kehamilan dengan omfalokel walaupun tidak
seumum yang terjadi pada gastroskisis. Diagnosis omfalokel dilakukan melalui pemeriksaan
two-dimensional ultrasonography (US) di usia kehamilan 18 minggu. Deteksi dini dapat
dilakukan pada trimester 1 melalui three-dimensional US. Evaluasi US berguna untuk
mendeteksi anomali yang terjadi. Skrining prenatal pada bayi dengan omfalokel memerlukan
evaluasi terperinci dari sistem jantung (14-47% kejadian anomali) dan saraf pusat (3-33%
anomali). Hal ini nantinya yang akan berpengaruh terhadap keputusan untuk melakukan
terminasi kehamilan. Terdapat studi yang mempelajari rasio antara diameter omfalokel
terbesar (O) dibandingkan dengan abdominal circumference (O/AC, atau omphalocele ratio),
femur length (O/FL), dan head circumference (O/HC) terhadap morbiditas dan mortalitas
9
post natal. Berdasarkan studi tersebut, variabel yang mungkin berkaitan dengan omfalokel
yaitu O/HC atau O/AC.3
Diagnosis banding lain dari omfalokel yaitu hernia tali pusat dengan cacat dinding
abdomen berukuran < 2 cm, dan body stalk anomaly yang ditandai oleh tidak adanya atau
pemendekan tali pusat yang berkaitan dengan skoliosis.1
10
Tabel 2. Perbedaan antara omfalokel dengan gastroskisis (Ashcraft)
2.3.6 Tatalaksana
Penatalaksanaan neonatus yang lahir dengan omfalokel terdiri dari langkah awal
stabilisasi jalan napas, pembungkusan usus yang steril untuk mempertahankan panas guna
mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat, pemasangan pipa orogastrik untuk
dekompresi usus, dan pemasangan akses intravena perifer. Setelah langkah awal,
penatalaksanaan selanjutnya melibatkan pemberian cairan intravena dan antibiotik spektrum
luas. Jika pasien memiliki omfalokel berukuran kecil, surgical repair merupakan pilihan
dalam 72 jam pertama kehidupan melalui primary closure kulit dan fasia. Pasien dengan
kelainan lain mendapatkan manfaat melalui teknik pembedahan delayed closure setelah
penutupan dengan silo dalam 24 jam pertama kehidupan. Silo kemudian dikurangi secara
progresif selama 3-7 hari sebelum dilakukan penutupan defek akhir.1
11
Tujuan penatalaksanaan bedah pada omfalokel adalah untuk mengurangi visera dan
memberikan penutupan dinding abdomen secara permanen, tanpa menyebabkan cedera visera
baik oleh trauma langsung atau penurunan perfusi organ akibat tekanan intra-abdomen yang
berlebihan (“sindrom kompartemen abdomen”). Pilihan pengobatan tergantung pada ukuran
defek, usia kehamilan, dan adanya anomali terkait.3,4
a. Primary Closure
Pada bayi dengan defek berukuran kecil, primary closure atau penutupan
primer biasanya dapat dilakukan dengan mudah. Pada sebagian besar kasus, primary
closure terdiri dari eksisi dan inversi kantung, diikuti penutupan fasia dan kulit secara
langsung. Saat menangani omfalokel berukuran besar atau sedang, proses eksisi
bagian kantung yang menutupi hati harus dilakukan secara hati-hati karena biasanya
sangat melekat dan terdapat risiko perdarahan akibat robekan pada kapsul Glisson.
Seringkali dokter bedah meninggalkan sebagian kantunga di hepar, dan ternyata kasus
infeksi atau masalah lain jarang ditemui. Vena hepatika terlatak tepat di bawah
kantung di garis tengah sehingga rentan mengalami cedera yang tidak disengaja
selama proses pembedahan.3,4
Selain itu, bagian inferior kantung yang menutupi kandung kemih sangat tipis
sehingga eksisi kantung di area ini dapat menyebabkan cedera yang tidak disengaja.
Dalam beberapa kasus, sisa omphalomesenteric duct mungkin berhubungan dengan
omfalokel berukuran kecil, dan ini harus ditutup selama perbaikan primer. (Gambar
4). Anomali lain yang mungkin ditemui di bawah kantung atau sepanjang tali pusat
pada anak-anak dengan omfalokel kecil termasuk kista allantoic atau potongan
jaringan hati ektopik juga harus dikenali dan dieksisi pada saat penutupan. 3,4
12
Pada omfalokel kecil tanpa herniasi hepar, sindrom kompartemen abdomen
biasanya tidak menjadi masalah. Namun, penutupan primer omfalokel yang lebih
besar dapat disertai dengan risiko kongesti hepar akut, gagal ginjal, dan infark usus.
Indeks kecurigaan yang tinggi dan perhatian yang cermat terhadap tekanan ventilasi,
kadar end-tidal CO2, pengeluaran urin, dan perfusi distal dapat meminimalkan jenis
komplikasi ini. 3,4
Tekanan intra-abdomen dapat menjadi tinggi selama proses reduksi dan
perbaikan, sehingga dapat menyebabkan sindrom kompartemen perut. Oleh karena
itu, pada defek yang lebih besar, beberapa ahli bedah akan mengukur tekanan
kandung kemih dan menyediakan mesh jika penutupan primer tidak memungkinkan.
Banyak penulis telah menyarankan penggunaan pemantauan tekanan intra-abdomen
selama upaya reduksi sebagai cara yang lebih objektif untuk memandu penutupan.
Tekanan intra-abdomen dapat diperkirakan dengan menggunakan transduksi tekanan
intragastrik melalui selang nasogastrik, atau menggunakan transduksi tekanan
intravesikal melalui kateter Foley. Meskipun tidak ada teknik yang benar-benar
akurat, keduanya memberikan informasi berharga kepada ahli bedah untuk membantu
pengambilan keputusan selama penutupan dinding perut. 3,4
14
d. Scarification Treatment
Scarification treatment atau terapi escharotic, yang menghasilkan epitelisasi
bertahap dari kantung omfalokel, adalah bentuk lain dari staged closure yang
digunakan pada neonatus yang tidak dapat mentolerir peningkatan tekanan
intraabdomen akibat prematuritas, hipoplasia paru, penyakit jantung bawaan, atau
anomali lainnya. Secara historis, mercurochrome digunakan baik sebagai scarificant
dan desinfektan. Namun, laporan kematian akibat keracunan merkuri menyebabkan
pilihan pengobatan ini ditinggalkan.
15
Gambar 7. Terapi escharotic pada giant omphalocele dengan hipoplasia pulmonal.4
16
mekanis seringkali diperlukan selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan hingga
paru-paru matang. Bayi dengan omfalokel seringkali membutuhkan nutrisi parenteral, yang
dapat menyebabkan kolestasis dan hepatomegali. Jadi, omfalokel besar membutuhkan
perbaikan bertahap. Trakeostomi sering dibutuhkan sampai paru matang. Komplikasi pasca
bedah meliputi kesulitan makan, gagal tumbuh, hernia inguinalis, refluks gastroesofagus, dan
terkadang esofagitis. Dibandingkan dengan gastroschisis, omfalokel membawa angka
kematian yang jauh lebih tinggi.1
Luaran dan prognosis anak-anak dengan omfalokel terutama ditentukan oleh ukuran
defek, ada tidaknya anomali atau kelainan struktural terkait. Sebagian besar bayi dengan
omfalokel berukuran kecil tanpa adanya kelainan lain, dapat sembuh dengan baik dan tidak
memiliki masalah jangka panjang. Namun, ini mungkin mewakili sedikitnya 10% dari semua
omfalokel yang didiagnosis dengan ultrasonografi prenatal. Sekitar 20% pasien dengan
omfalokel tidak dapat bertahan hidup dalam tahun pertama kehidupan, sekitar sepertiga
meninggal pada minggu pertama dengan beberapa kondisi anomali kongenital, dan sebagian
besar sisanya tidak bertahan pada tahun pertama kehidupan karena anomali jantung atau
hipoplasia paru.1,4
Sejumlah masalah medis jangka panjang dapat terjadi pada pasien dengan omfalokel
berukuran besar. Masalah gastrointestinal seperti gastroesophageal reflux, kesulitan makan
dan gagal tumbuh dan masalah pernapasan seperti insufisiensi paru, infeksi paru berulang,
atau asma dilaporkan pada hingga 60% bayi dengan giant omphalocele. Selain itu, terdapat
masalah psikologis jangka panjang juga dilaporkan pada beberapa studi karena berkaitan
dengan tampilan kosmetik perut pasca operasi.4
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Omfalokel adalah cacat bawaan dinding perut yang ditandai dengan herniasi visera
abdomen melalui cincin umbilikus. Omfalokel dikaitkan dengan luaran yang beragam namun
sebagian besar tergantung pada ada atau tidak adanya kelainan kromosom atau struktural
terkait. Diagnosis prenatal memberikan kesempatan untuk mengedukasi orangtua mengenai
kemungkinan bayi untuk bertahan hidup dan kualitas hidup serta persiapan pada saat
perawatan. Pentalaksanaan pembedahan pada omfalokel ditentukan oleh ukuran defek,
jumlah organ dalam/visera yang berada dalam kantung, serta adanya komorbiditas. Luaran
jangka panjang umumnya menguntungkan kecuali anak memiliki masalah signifikan terkait
kelainan terkait
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Zahouani T, Mendez MD. Omphalocele. [Updated 2022 Jun 5]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-
2. Bence CM, Wagner AJ. Abdominal wall defects. Transl Pediatr. 2021;10(5):1461–9.
3. Holcomb G, Murphy J, Peter S. Holcomb and Ashcraft’s Pediatric Surgery. 7 th
Edition. Elseiver. 2020
4. Puri P. Pediatric Surgery General Principles and Newborn Surgery. Springer-Verlag
GmbH Germany. 2020.
5. Coran A. Pediatric Surgery. 7th Edition. Volume 1. Elseiver Saunders. 2012
6. Bielicki, I, Somme S, Frongia, G, Holland-Cunz, S.G, Vuille-dit-Bille, R.N.
Abdominal Wall Defects—Current Treatments. 2021.
https://doi.org/10.3390/children8020170
19