Oleh:
Lisa Raihan Lutfia
H1A322002
PEMBIMBING:
dr. H. Raden Gunawan, Sp.M
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas case
presentation I dengan judul “Rhegmatogenous Retinal Detachment OS” sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Adapun tujuan dari penyusunan case presentation I ini adalah
untuk memenuhi kewajiban serta tugas dalam proses kepaniteraan klinik di bagian SMF
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, serta menjadi salah satu sarana penulis dalam proses
pembelajaran dan memperluas ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan hal-hal yang harus diperbaiki, sehingga, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan dan dibutuhkan oleh penulis sebagai proses pembelajaran agar
kedepannya bisa lebih baik. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
bantuan dan melimpahkan petunjuk-Nya kepada kita semua.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Retinal detachment atau Ablasio retina adalah salah satu kelainan mata yang
dapat mengancam penglihatan dan dapat menyebabkan kebutaan. Pada ablasio retina
terjadi lepasnya lapisan saraf penglihatan dalam bola mata dari lapisan di bawahnya
atau lapisan retina pigmen epitelium (RPE) dengan akumulasinya cairan subretina.
Ablasio retina diklasifikasikan sebagai rhegmatogen, traksional dan eksudatif1.
Ablasio retina regmatogen merupakan jenis ablasio retina yang paling umum
dan memerlukan penatalaksanaan bedah yang segera dan komprehensif untuk
mencegah terjadinya gangguan penglihatan dan kebutaan yang permanen, di mana
pada ablasio retina regmatogen disertai break pada retina sehingga cairan vitreus
masuk ke dalam rongga subretina yang semakin lama cairan vitreus ini dapat
menyebabkan lepasnya lapisan neurosensoris retina dari lapisan dibawahnya. Insiden
kasus ablasio retina regmatogen secara global adalah 1 dibanding 10.000 kasus per
tahunnya. Penelitian observasional yang dilakukan di Amerika, Eropa dan Selandia
Baru menunjukkan data epidemiologi kasus ablasio retina mencapai 6 hingga 18 per
100.000 kasus per tahun. Angka kejadian di Indonesia sendiri belum diketahui secara
pasti, namun penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Mata Cicendo selama bulan
Oktober 2015 – Maret 2016 ditemukan sebanyak 77 kasus ablasio retina regmatogen
dengan 55 pasien berjenis kelamin laki-laki dan 22 pasien berjenis kelamin
perempuan3,4,5 .Ablasio retina traksional terjadi ketika membran proliferatif
berkontraksi dan mengangkat retina. Komponen etiologi rhegmatogenous dan traksi
juga dapat menyebabkan ablasi retina. Ablasi retina eksudatif terjadi akibat akumulasi
cairan di bawah retina sensorik yang disebabkan oleh penyakit retina atau koroid 1
1
anatomi. Sedangkan untuk prognosis dari kembalinya tajam penglihatan pada kasus
ablasio retina ditentukan oleh keterlibatan makula dan seberapa lama berlangsungnya
keterlibatan makula tersebut, apabila makula ikut terlepas pada kasus ablasio retina
maka prognosisnya akan lebih buruk daripada kasus ablasio retina tanpa keterlibatan
makula. Terlepasnya makula kurang dari 1 minggu akan jauh lebih baik prognosisnya
dibandingkan dengan kasus ablasio retina dengan keterlibatan makula lebih dari 1
minggu2,5 .
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. SW
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Rumak, Kediri
Status Pernikahan : Sudah menikah
No. RM : 208858
Tanggal Pemeriksaan : November 2022
b. Keluhan Utama
Penglihatan kabur pada mata kiri
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita berusia 42 tahun datang ke RSUD Provinsi NTB rujukan dari
RS Gerung dengan keluhan penglihatan kabur mendadak pada mata kiri sejak
±1 bulan yang lalu. pasien mengatakan keluhan disertai dengan adanya
fotopsia. pasien mengaku awalnya seperti sakit mata biasa dan terasa gatal
sehingga pasien mengucek matanya dan mata pasien menjadi merah dan
terdapat adanya floater diawal. Saat ini pasien mengatakan mata terasa
semakin buram. Keluhan tidak disertai dengan mata berair, pusing, nyeri, dan
tidak terdapat kotoran mata yang berlebihan. pasien sebelumnya sudah
mendapat tetes mata dari RS Gerung terkait keluhannya tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit mata sebelumnya:
3
- Pasien tidak pernah mengalami hal yang serupa
- Pasien tidak memiliki riwayat tidak memiliki riwayat penyakit mata dan
tidak ada riwayat pakai kacamata
4
Nadi : 81 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36.5oC
c. Status Gizi
Berat badan : 67 kg
Tinggi badan : 160 cm
Status gizi : 26,17 (normoweight)
d. Status Ophtalmologis
No Pemeriksaan OD OS
1. Visus
- Naturalis 6/30 1/300
- Pinhole 6/20 -
2. Posisi Bola Mata
Hirchsberg Ortotropia Ortotropia
Cover - uncover test Ortoforia Ortoforia
3. Gerakan Bola Mata Baik ke segala Baik ke segala
arah, mata tidak arah, mata tidak
nyeri saat nyeri saat
digerakkan digerakkan
5
5. Mata Enoftalmos (-) (-)
Eksternal Luka (-) (-)
Umum Eksoftalmos (-) (-)
Lagoftalmos (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Massa (-) (-)
Blefarospasme (-) (-)
Alis Warna Hitam Hitam
Pertumbuhan (+) (+)
merata
Rontok (-) (-)
Uban (-) (-)
Radang (-) (-)
Palpebra Edema (-) (-)
Superior Hiperemi (-) (-)
Massa (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Nyeri tekan (-) (-)
Palpebra Edema (-) (-)
Inferior Hiperemi (-) (-)
Massa (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Nyeri tekan (-) (-)
Silia Mata Pertumbuhan silia Ke arah luar Ke arah luar
Superior Kebersihan Bersih Bersih
Kerontokan (-) (-)
Silia Mata Pertumbuhan silia Ke arah luar Ke arah luar
6
Inferior Kebersihan Bersih Bersih
Kerontokan (-) (-)
Sistem Punctum lakrimal (+) (+)
Lakrimal superior et
inferior intak
Hiperemi sakus (-) (-)
lakrimal
Edema sakus (-) (-)
lakrimal
Nyeri tekan sakus (-) (-)
lakrimal
Hiperemi (-) (-)
glandula lakrimal
Edema glandula (-) (-)
lakrimal
Nyeri tekan (-) (-)
glandula lakrimal
Edema saccus (-) (-)
lacrimal
Epifora (-) (-)
Konjungtiva Hiperemi (-) (-)
Tarsal Sikatrik (-) (-)
Superior Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Konjungtiva Hiperemi (-) (-)
Tarsal Anemis (-) (-)
Inferior Sikatrik (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
7
Konjungtiva Injeksi (-) (-)
Bulbi Konjungtiva
Injeksi Siliar (-) (-)
Injeksi perikornea (-) (-)
Fibrovaskular (-) (-)
Massa (-) (-)
6. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih jernih
8
Afakia (-) (-)
7. TIO Palpasi Normal per Normal per
palpasi palpasi
8. Funduskopi Refleks fundus (+), papil Refleks fundus (-), warna
bulat, batas tegas, merah pucat, pemb. darah retina
muda, CDR 0,3-0,4, aa/vv sulit dinilai, refleks
2/3, refleks makula (+), makula sulit dinilai
tidak terdapat adanya ,terdapat retinal detached
perdarahan/eksudat
Dokumentasi
9
Gambar 2. Oculi sinistra
10
2.1 Pemeriksaan Penunjang
Foto fundus (23 November 2022)
Interpretasi :
- OD : papil bulat, batas tegas, berwarna merah muda, CDR 0,3-0,4 mm, arteri
dan vena perbandingan 2:3, tidak terdapat adanya perdarahan/eksudat
- OS : berwarna pucat, pemb. darah retina sulit dinilai, refleks makula sulit
dinilai ,terdapat retinal detached
2.2 Diagnosis Kerja
Rhegmatogen retinal detachment OS
11
Medikamentosa :
Non-medikamentosa :
- Rujuk ke spesialis mata bagian retina
2.5 Prognosis
Prognosis kesembuhan (ad sanationam) : dubia ada bonam
Prognosis penglihatan (ad functionam) : dubia ad malam
Prognosis nyawa (ad vitam) : dubia ad bonam
Prognosis kosmetik (ad cosmetic) : dubia ad bonam
2.6 Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait dengan kelainan yang dialami
pasien
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien terkait tatalaksana yang akan
dilakukan dan risiko komplikasi tindakan serta kemungkinan penglihatan yang tetap
sama walaupun telah dilakukan operasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga terkait prognosis dan komplikasi dari
kondisi pasien
12
BAB III
Seorang wanita berusia 42 tahun datang ke RSUD Provinsi NTB rujukan dari RS
Gerung dengan keluhan penglihatan kabur mendadak pada mata kiri sejak ±1 bulan
yang lalu. pasien mengatakan keluhan disertai dengan adanya fotopsia. pasien
mengaku awalnya seperti sakit mata biasa dan terasa gatal sehingga pasien mengucek
matanya dan mata pasien menjadi merah. keluhan tidak disertai dengan mata berair,
pusing, nyeri, dan tidak terdapat kotoran mata yang berlebihan. pasien sebelumnya
sudah mendapat tetes mata dari RS Gerung terkait keluhannya tersebut.
Pinhole 6/20 -
13
3.2 Analisis Kasus
14
seperti tertutup tirai. Gejala lain yang dirasakan adalah floaters, fotopsia
(halilintar kecil pada lapangan pandang), dan gangguan lapang pandang.
Gejala fotopsia tidak dipengaruhi cahaya. Floaters pada ablasio retina terjadi
karena pergerakan vitreus (terutama pada Posterior Vitreous Detachment),
sineresis pada vitreus atau perdarahan pada vitreus. Fotopsia terjadi karena adanya
tarikan pada perlekatan vitreoretina karena gerakan mata. Fotopsia muncul pada
sisi yang sama.
Untuk pemeriksaan dari funduskopi akan ditemukan retina yang
terlepas berwarna pucat dengan pembuluh darah retina yang berkelok-kelok
disertai atau tanpa robekan retina. Pada pasien juga mengalami keluhan seperti
kilatan cahaya sedangkan untuk floaters pasien mengatakan hanya muncul
diawal, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan terdapat gejala
tersebut.
Pada pasien ini merupakan jenis ablasio retina regmatogen, di mana ablasio
retina regmatogen terjadi karena tiga faktor, yaitu adanya gel vitreous yang
mencair, traksi yang menjaga robekan tetap terbuka dan robekan full thickness
(break) dari retina yang cukup untuk membuat cairan masuk ke rongga subretina.
Break yang ada dibuka oleh traksi dari vitreoretina sehingga akumulasi cairan
vitreus dapat masuk dan kemudian memisahkan lapisan neurosensoris dan lapisan
EPR retina.
Secara umum, perlekatan kembali lapisan retina secara anatomi pada mata
yang mengalami ablasio retina adalah sekitar 80-90% kasus setelah dilakukan satu
kali operasi, namun untuk tajam penglihatan setelah operasi penempelan retina
ditentukan oleh durasi keterlibatan dari makula. Prognosis dari ablasio retina
ditentukan dengan keterlibatan makula. Apabila makula tidak terlibat, yaitu ketika
fovea masih menempel, pada umumnya prognosisnya akan lebih baik daripada
pada penderita ablasio retina dengan keterlibatan makula. Apabila makula tidak
terlibat, sekitar 87% pasien dengan ablasio retina memberi visus 20/50 atau lebih
baik, namun sekitar 10-15% kasus, tajam penglihatan tidak kembali seperti
semula. Faktor-faktor yang berperan antara lain adalah astigmat irregular, katarak,
15
edema macula, macula pucker atau komplikasi intraoperatif. Sedangkan apabila
ablasio retina disertai dengan keterlibatan makula kurang dari 1 minggu, sekitar
75% pasien dapat mencapai tajam penglihatan 20/70 atau lebih. Apabila lepasnya
makula antara 1-8 minggu maka hanya 50% kasus yang visusnya mencapai 20/70
atau lebih, sedangkan bila sudah lebih dari 8 minggu, maka prognosis visus akan
semakin buruk.
Selain itu faktor prognosis juga ditentukan oleh usia dari penderitanya.
Apabila penderita dengan usia lebih 60 tahun, maka tajam penglihatan pasca
operasi akan lebih buruk dibandingkan dengan penderita dengan usia yang lebih
muda.
16
BAB IV
KESIMPULAN
Penglihatan buram mendadak dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan pada retina dan
kelainan pada saraf optik. Penglihatan buram mendadak yang diikuti dengan mata
tenang dapat disebabkan oleh ablasio retina, oklusi arteri retina sentralis, oklusi vena
retina sentralis dan retinitis optikus. Ablasio retina adalah salah satu kelainan mata
yang dapat mengancam penglihatan dan dapat menyebabkan kebutaan. Pada ablasio
retina terjadi lepasnya lapisan saraf penglihatan dalam bola mata dari lapisan di
bawahnya atau lapisan retina pigmen epitelium (RPE) dengan akumulasinya cairan
subretina. Prognosis dari kembalinya tajam penglihatan pada kasus ablasio retina
ditentukan oleh keterlibatan makula dan seberapa lama berlangsungnya keterlibatan
makula tersebut
17
DAFTAR PUSTAKA
18