Disusun Oleh:
202282013
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
NOVEMBER 2023
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 202282013
Mengetahui,
Pembimbing Laporan Kasus
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Waa
Ta’Ala, karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan Kasus dengan judul “Katarak Matur Oculus Dextra Et Sinistra“ sebagai salah
satu syarat yang harus diselesaikan oleh Mahasiswa Profesi Pendidikan Dokter dalam
Kepanitraan Klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Papua.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih terdapat
banyak kekurangan baik dari isi, susunan bahasa, maupun sistematik penulisan.
Sehingga penulis mengharapkan kepada pembaca untuk dapat memberikan saran dan
kritik yang membangun agar tercipta suatu karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa
yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap karya ilmiah ini dapat menjadi bahan informasi
sehingga memberikan manfaat bagi tenaga medis dan profesi lainnya yang terkait
dengan kesehatan, serta dapat turut memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Penulis
iii
Daftar Isi
iv
BAB 1
ILUSTRASI KASUS
1.3 ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Penglihatan buram pada mata kiri dan kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli klinik mata RS John Piet Wanane diantar oleh keluarga,
dengan keluhan penglihatan buram pada kedua mata sejak ±2 tahun yang lalu.
Penglihatan buram dikeluhkan semakin lama semakin memberat dan dirasakan
terus menerus sepanjang hari, saat melihat dekat maupun jauh. Pasien
mengeluh awalnya penglihatan hanya seperti berkabut, namun semakin lama
penglihatannya semakin buram dan sulit melihat. Pasien lupa dan tidak
menyadari mata sebelah mana yang deluan mengalami penglihatan berkabut
dan buram. Keluhan ini tidak disertai dengan rasa nyeri, mata gatal, merah,
1
berair, bengkak, ataupun keluar kotoran mata yang berlebih. Pasien tidak
memiliki riwayat trauma mata sebelumnya. Pasien mengatakan memiliki
riwayat hipertensi dan berobat di pustu di kampung. Pasien belum pernah
berobat terkait matanya sebelumnya di dokter manapun.
Riwayat Alergi :
Tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami sakit serupa dengan pasien.
Riwayat Penggunaan Obat :
Tidak ada.
Riwayat Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :
Pasien memiliki kebiasaan bertani.
2
Status Oftalmologi
OD OS
3
Gambar 1.1 Mata Kanan dan Kiri Pasien
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan.
1.6 RESUME
Pasien datang ke Poli Mata RS John Piet Wanane dengan keluhan penglihatan
kedua mata yang kabur sejak ±2 tahun lalu. Pasien mengatakan awalnya penglihatan
hanya buram dan sedikit berkabut namun seiring berjalannya waktu pasien merasa
semakin buram dan sulit melihat. Tidak terdapat keluhan lainnya. Riwayat
pengobatan, pasien sama sekali belum pernah berobat terkait keluhan matanya
sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat keluarga yang mengalami keluhan mata
serupa dengannya. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik (status oftalmologi), lensa
mata kanan dan kiri keruh sepenuhnya. Visus mata kanan 1/60 dan mata kiri 0,5/60.
Shadow test mata kanan dan kiri negatif.
1.7 DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Katarak Matur ODS.
Diagnosis Banding : Katarak hipermatur, retinopati hipertensi.
1.8 TATALAKSANA
SICS (Small Incision Cataract Surgery) dan pemasangan IOL (Intra Ocular
Lens) pada salah satu mata terlebih dahulu (Dextra atau Sinistra).
Local anesthesia.
Memberikan edukasi dan inform consent pre operasi kepada pasien dan
keluarga.
1.9 PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : ad bonam
Quo Ad Sanam : ad bonam
4
Quo Ad Functionam : ad bonam
Quo Ad Komestikam : ad bonam
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Anatomi
Lensa merupakan suatu struktur pada mata yang letaknya di belakang iris dan
di depan corpus vitreum, serta dikelilingi processus ciliaris. Lensa memiliki struktur
yang bikonveks dan transparan, bentuknya yang demikian berfungsi untuk
memberikan kekuatan refraktif pada lensa. Lensa disangga oleh serat-serat zonula
yang berasal dari corpus ciliare, serat-serat tersebut menyisip ke bagian ekuator kapsul
lensa. Kontraksi dan relaksasi dari serat zonular dan otot siliar merupakan bagian dari
proses akomodasi lensa. Proses akomodasi tersebut mengubah bentuk lensa menjadi
lebih cembung, di dukung oleh elastisitas kapsul lensa.1,2,3,4,5
6
2.1.2 Histologi
Secara histologi lensa tersusun dari sel kuboid selapis yang membentuk lapisan
epitel. Susunan sel epitel berada tepat di bawah kapsul lensa bagian anterior. Sel-sel
epitel yang berada di bagian tengah merupakan sel yang aktif bermetabolisme dan
berperan sebagai transportasi zat dan molekul antara lensa dan aqueous humor. Sel
epitel yang berada di area pre-ekuator disebut dengan zona germinativum, sementara
area dibelakang ekuator disebut zona transisional.3,5,7
Proses diferensiasi lensa merupakan proses perubahan bentuk dari sel epitel
lensa tanpa mengeliminasi sel tersebut. Sel lensa tidak akan terbuang dan juga tidak
mengalami degenerasi selama proses pembentukan serat lensa. Serat lensa yang baru
akan mendorong serat lensa lama ke arah tengah lensa. Hal ini membedakan antara
korteks dan nukleus lensa. Nukleus lensa terbentuk dari padatan serat lensa yang lebih
tua, termasuk nukleus embrional dan nukleus fetal yang terbentuk saat masa
organogenesis. Korteks terdiri dari serat lensa yang baru dibuat dan berada di lapisan
lebih luar.4,8,9
7
2.1.3 Fisiologi
Penglihatan terjadi diawali ketika sinar cahaya dipantulkan dari suatu objek
dan masuk ke mata melalui kornea, penutup luar mata yang transparan. Kornea akan
membengkokkan atau membiaskan sinar yang melewati lubang bundar yang disebut
pupil. Iris atau bagian mata yang berwarna mengelilingi pupil, membuka dan menutup
untuk mengatur jumlah cahaya yang melewatinya. Sinar cahaya kemudian akan
melewati lensa, yang sebenarnya berubah bentuk sehingga dapat membelokkan sinar
lebih lanjut dan memfokuskannya pada retina yang terletak di bagian belakang mata. 10
Komposisi biokimia lensa terutama air dan protein memiliki peran yang
penting dalam mempertahankan indeks reflaksi dan transparansi lensa. Lensa
dipertahankan dalam kondisi relatif dehidrasi untuk menjaga indeks refraksi lebih
besar dibandingkan aqueous humor dan vitreous humor. Indeks refraksi lensa adalah
1,4 di bagian tengah dan 1,36 di bagian perifer. Kekuatan refraksi lensa yaitu 20
dioptri dari total 60 dioptri kekuatan refraksi mata. Kekuatan refraksi lensa akan
bertambah ketika lensa menjadi lebih cembung saat akomodasi. 4,5,11
Akomodasi merupakan suatu mekanisme ketika mata merubah titik fokus dari
penglihatan jauh ke penglihatan dekat. Upaya untuk melihat dekat akan menimbulkan
tiga reaksi fisiologis, yaitu akomodasi mata; miosis; dan konvergensi mata.
Akomodasi akan terjadi ketika bentuk lensa berubah karena aksi dari otot-otot zonular
dan otot siliar. Otot siliar memiliki serat otot yang berbentuk cincin, sehingga ketika
otot-otot siliar berkontraksi diameter cincin otot berkurang, tarikan serat zonular
8
berkurang dan menyebabkan bentuk lensa menjadi lebih cembung.3,4,12
2.2 Definisi
- Proses penuaan
- Faktor genetik
- Kelainan bawaan
- Sinar ultraviolet
2.3 Epidemiologi
9
Angka operasi katarak per satu juta populasi pertahun di Indonesia ±1.600,
namun target yang diharapkan oleh Peta Jalan Penanggulangan Gangguan Penglihatan
di Indonesia adalah sebesar 2.000-3.000 di tahun 2030. Penderita katarak di Indonesia
masih banyak yang belum tertangani dengan tindakan operasi, penyebabnya beragam
yaitu penderita tidak tahu jika katarak dapat disembuhkan, alasan terkait biaya (karena
ketidaktahuan bahwa operasi katarak dapat ditanggung oleh jaminan kesehatan contoh
seperti BPJS), merasa tidak perlu, takut atau belum siap dengan tindakan operasi,
hingga tidak dapat mengakses pengobatan dikarenakan lokasi tempat tinggal yang
berada di daerah pedalaman. Di Papua Barat sendiri alasan utama penderita katarak
tidak melakukan operasi adalah karena ketidaktahuan bahwa katarak dapat
disembuhkan (Gambar 2.3).16,17
10
Gambar 2.3. Alasan Belum Operasi Katarak di 15 Provinsi Negara Indonesia
Tahun 2014-2016.16
11
pada sindrom Down, Edward, atau Patau). Berdasarkan studi dilaporkan
bahwa katarak kongenital diturunkan berdasarkan pola autosomal dominan
yang dipengaruhi juga oleh infeksi virus (contoh Rubella dan Rubeola).
Diketahui defisiensi oksigenasi akibat perdarahan plasenta juga dapat
menyebabkan terjadinya katarak kongenital.
2. Usia: katarak senilis yang umumnya terjadi pada usia >50 tahun.
Mekanisme pastinya masih belum diketahui, namun beberapa studi
menduga adanya keterkaitan antara faktor genetik dengan kerentanan
seseorang menderita katarak. Polimorfisme gen GSTM1 dan GSTT1
diduga berkaitan dengan timbulnya katarak senilis. Beberapa studi lainnya
juga mengatakan bahwa stress oksidatif juga diduga berperan dalam
patofisiologi katarak senilis. Stress oksidatif ini dapat menyebabkan
agregasi protein yang merusak membran fiber cells dan menyebabkan
kekeruhan pada lensa.
3. Trauma:
12
Gambar 2.5. Star-Shaped Cataracts.20
13
Gambar 2.6. Katarak Glaukoma Akut Sudut Tertutup.
14
peningkatan massa, ketebalan lensa, dan penurunan kemampuan akomodasi lapisan
serat korteks berbentuk konsentris, sehingga nukleus dari lensa akan mengalami
penekanan dan pergeseran (nuclear sclerosis) kristalisasi (protein lensa) merupakan
perubahan yang akan terjadi akibat dari modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi
highmolecular-weight-protein hasil dari agregasi protein ini secara tiba-tiba akan
mengalami fluktuasi indeks refraktif pada lensa sehingga menyebabkan cahaya
menyebar dan penurunan kejernihan lensa.13,28
Katarak Kongenital
Katarak Sinilis
15
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Glaukoma
Katarak Juvenil
16
Katarak Traumatika
Gambar 2.8. (A) Katarak Traumatika akibat luka tusuk (B) Katarak
Traumatika benda tumpul (C) Katarak Traumatika Listrik. 29
Katarak Komplikata
Katarak Insipien
Kekeruhan pada lensa yang terjadi mulai dari tepi ekuator berupa
bercak tidak beraturan, yang kemudian menuju kea rah korteks anterior
dan posterior. Proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam
lensa disertai kekeruhan ringan pada lensa. Pada katarak insipien
kekeruhan lensa ringan, cairan lensa; iris; bilik mata; dan sudut bilik
mata normal. Shadow test negatif.
Katarak Imatur
Kekeruhan terjadi hanya pada sebagian lensa. Pada stadium ini dapat
terjadi hidrasi korteks. Lensa yang degeneratif mulai meningkat
sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan osmotik dan mulai
terjadi peningkatan penyerapan cairan mata (cairan lensa menjadi
18
bertambah) efeknya lensa akan mulai mencembung dan iris
terdorong ke depan, lensa yang cembung juga akan menimbulkan
hambatan pupil sehingga dapat terjadi glaucoma sekunder. Lensa yang
menjadi lebih cembung dapat menyebabkan proses hidrasi terjadi lebih
cepat. Fase ini akan berlanjut menjadi maturasi dan membentuk katarak
intumesen yang membuat sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit.
Pada katarak imatur kekeruhan lensa terlihat berwarna putih keabuan
sehingga bayangan iris masih dapat terlihat (tergambarkan sebagai
shadow test yang positif).
Katarak Matur
Katarak Hipermatur
19
Gambar 2.10. (A) Katarak Morgagni, (B) Katarak Imatur, (C) Katarak
Subkapsularis Posterior, (D) Katarak Matur, (E) Katarak Intumesen. 29
Katarak Nuklearis
Katarak Subkapsuler
21
2.6 Penegakkan Diagnosis
Silau (glare) salah satu dari gejala awal, memiliki tingkatan silau yang
bervariasi sesuai lokasi dan ukuran kekeruhan lensa.
Titik hitam pada bagian depan mata penglihatan seperti ini akan
menetap akibat kekeruhan lensa atau peningkatan densitas pada satu titik
tertentu di lensa.
22
2.6.2 Gejala Objektif (Pemeriksaan)13
Pemeriksaan iris shadow ketika cahaya dari arah oblik menyinari pupil,
bayangan crescentric dari batas pupil dari iris akan membentuk kekeruhan
keabu-abuan dari lensa, sepanjang korteks bersih (clear korteks) tampak
antara kekeruhan dan batas pupil. Iris shadow ini menjadi tanda dari
katarak imatur, karena ketika lensa menjadi lebih transparan atau keruh
sempurna, maka tidak ada iris shadow yang terbentuk.
Pemeriksaan Laboratorium
23
diabetes mellitus.
Retinometri
Biometri
Kelainan Refraksi
24
Glaukoma
Pterigium
2.8 Tatalaksana
25
fakomorfik maka tindakan operasi merupakan terapi utama untuk
mengevaluasi bagian fundus mata.
Sebelum melakukan tindakan operasi katarak, terdapat beberapa hal yang perlu
di perhatikan dan disiapkan, yaitu:13,36
Screening lapangan
27
bagian lensa dapat dikeluarkan melalui insisi yang telah dilakukan. Insisi akan
dibuat pada limbus atau kornea perifer, pada arah superior atau temporal,
selanjutnya membuat celah di kapsul anterior, kemudian nukleus dan
mengeluarkan korteks lensa. Selanjutnya lensa intraokular akan dimasukkan ke
dalam kantong kapsul yang disokong oleh kapsul bagian posterior. Indikasi
tindakan ini adalah pada operasi semua tipe dari anak-anak hingga dewasa.
Kontraindikasi absolut untuk tindakan ini adalah adanya subluksasi dan dislokasi
lensa.
Phaco emulsification
28
Anamnesa
Pemeriksaan
IOL :+/-
TIO : N / N+ / N-
Edukasi
29
Mata yang telah dioperasi tidak boleh kena air selama ± 10 hari
Mata post operasi harus selalu ditutup dop terutama saat keluar
rumah dan waktu tidur selama ± 3 minggu
2.9 Komplikasi
Komplikasi late post operatif yang dapat terjadi adalah ablasio retina
(jarang), kesalahan refraktif post operatif, edema macular cystoids,
serta glaukoma.
2.10 Prognosis
Prognosis pasien katarak yang menjalani operasi pada umumnya cukup baik
yaitu 95%. Pemeriksaan mata rutin dilakukan untuk mendeteksi perkembangan
katarak pada mata yang belum terkena atau pada mata lainnya yang belum dioperasi.
Banyak pasien yang menerima lensa monofokal memerlukan koreksi untuk mendapat
ketajaman penglihatan terbaik setelah dilakukannya operasi. Sehingga umumnya
prognosis pasien katarak post operasi adalah quo ad vitam, quo ad sanationam, quo ad
functionam nya adalah ad bonam.40
30
Berbeda pada pasien anak, prognosis visus untuk pasien katarak anak-anak
yang memerlukan operasi tidak sebaik pasien katarak senilis. Ambliopia dan anomali
saraf optik atau retina membatasi derajat penglihatan yang dapat dicapai dalam
kelompok usia tersebut. Prognosis untuk perbaikan ketajaman visual buruk pada
operasi untuk katarak kongenital unilateral dan baik untuk katarak kongenital bilateral
yang tidak komplit dan progresifitas yang lambat.41
Mortalitas pada katarak adalah 2,98% per 100 pasien per tahun, sedangkan
pada pasien yang telah mendapatkan tindakan operasi memiliki insidens sebesar 2,78
per 100 pasien per tahun. Mortalitas menjadi menurun 30% pada pasien-pasien yang
telah mendapatkan penanganan operasi katarak. Akan tetapi, hal ini juga berhubungan
dengan usia dan penyakit komorbid seperti (diabetes mellitus dan penyakit
kardiovaskular lainnya).42
31
BAB 3
PEMBAHASAN
Pada pasien ini di tegakkan diagnosa kerja katarak matur ODS berdasarkan :
1. Usia pasien yaitu lebih dari 50 tahun.
2. Autoanamnesa didapatkan, pasien mengeluh penglihatan pada mata kanan dan kiri
yang kabur seperti berkabut dan lama kelamaan penglihatan semakin berkurang sejak
±2 tahun yang lalu. Keluhan ini dirasakan pasien awalnya penglihat berkabut terlihat
sedikit yang semakin lama semakin tebal Hal ini sesuai dengan teori, dimana
pasien dengan katarak mengeluh penglihatan berkabut, berasap, tajam penglihatan
menurun progresif.
3. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan mata kanan visus 1/60 dan mata kiri 0,5/60.
Kedua mata terlihat kekeruhan lensa yang sepenuhnya, Shadow test pada kedua mata
(-) Hal ini juga sesuai dengan teori, bahwa penglihatan kabur semakin lama akan
semakin memberat karena lensa yang semakin keruh sehingga dapat membuat visus
juga menjadi turun/rendah. Sesuai dengan teori bahwa pada katarak matur terdapat
kekeruhan lensa yang sepenuhnya dan shadow test (-).
4. Pasien juga suka bertani, sehingga sering terpapar panas matahari Hal ini
dijelaskan juga dalam teori, bahwa radiasi sinar UV dapat memicu terjadinya katarak.
Radiasi sinar UV tersebut dapat memicu radikal bebas, sehingga menyebabkan
oksidasi lipid membran dan denaturasi protein yang dapat mempermudah kekeruhan
pada lensa mata.
Tatalaksana katarak pada pasien ini adalah rencana dirujuk ke RS.Herlina untuk
dilakukan pembedahan SICS karena sampai saat ini pembedahan merupakan solusi terbaik
untuk mengobati katarak dengan angka keberhasilan mencapai + 95 %. Prognosis pada
pasien ini jika jadi dilakukan pembedahan adalah ad bonam.
32
BAB 4
KESIMPULAN
Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi buram/kabur.
Katarak masih menjadi urutan kedua penyebab gangguan penglihatan di seluruh dunia dan
masih menjadi penyebab pertama kebutaan. Proses katarak terjadi secara perlahan-lahan
sehingga penglihatan pasien terganggu secara berangsur. Katarak dapat terjadi karena proses
degenerasi atau ketuaan (jenis katarak yang paling sering dijumpai), bawaan lahir (katarak
kongenital), trauma mata, dan infeksi penyakit tertentu lainnya (misalnya diabetes mellitus).
Katarak matur merupakan kondisi katarak dengan lensa yang telah mengalami
kekeruhan sepenuhnya. Tatalaksana katarak hingga saat ini adalah teknik pembedahan, dapat
berupa ICCE, ECCE, SICS, dan Phaco Emulsification. Operasi katarak merupakan operasi
yang mudah, cepat, dan aman bagi kebanyakan orang. Namun, sama seperti operasi lain pada
umumnya, operasi katarak juga dapat menimbulkan komplikasi seperti pendarahan dan
kerusakan pada kornea atau retina yang memerlukan pembedahan lebih lanjut. Prognosis
katarak yang telah dioperasi secara umum memberikan hasil yang baik.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Eva PR, Augsburger JJ. Vaughan & Asbury’s general ophthalmology. 9th ed. New York :
McGraw Hill Education; 2018.
2. Wineski LE. Snell’s clinical anatomy by regions. 10th ed.Philadelphia:Wolters
Kluwer;2019.
3. Hejtmancik JF, Shiels A. Overview of the lens. Dalam: Molecular biology of eye disease.
New York: Elsevier; 2015. hlm. 119–27.
4. Levin L, Wu S, Kaufman P, Ver Hoeve J, Alm A. The lens. Dalam: Adler’s physiology of
the eye. Edisi ke-11. Edinburgh: Elsevier; 2011. hlm. 293–318.
5. Tsai L, Currie B, Afshari N, Edgington B, Brasington C, Horn E. 2021-2022 Basic and
clinical science course, section 11: lens and cataract. San Fransisco: American Academy of
Ophthalmology; 2022. hlm. 11–33.
6. Brar V, Shutze R, Law S, Siverstein E, Lindsey J, Sing R, dkk. 2021-2022 Basic and
clinical science course, section 2: fundamentals and principles of ophthalmology. San
Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2022. hlm. 148–155; 281-91.
7. Dawes LJ, Shelley EJ, McAvoy JW, Lovicu FJ. A role for Hippo/YAPsignaling in FGF-
induced lens epithelial cell proliferation and fibre differentiation. Exp Eye Res.
2018;169:122–33.
8. Karakucuk Y, Altinkaynak H, Karakuçuk S, Beyoglu A, Çömez A, Demir M. Density of
crystalline lens and cornea in different trimesters of pregnancy. Cont Lens Anterior Eye.
2019;42:283–8.
9. Khan S, Khan BW, Sadiq M, Rizvi F, Baig FA, Siddiqui RA. Immunohistochemical
expression of alpha crystallin in senile degenerative and non-cataract lenses. Pakistan J.
Medical Health Sci. 2021;15:2643–6.
10. Sreelakshmi V, Abraham A. Age Related or Senile Cataract: Pathology, Mechanism and
Management. Austin Journal of Clinical Ophthalmology. 2016;3(2):1–6.
11. Fliesler SJ. Introduction to the thematic review series: seeing 2020: lipids and lipid-
soluble molecules in the eye. J Lipid Res. 2021;62;1-5.
12. Gupta A, Ruminski D, Jimenez Villar A, Duarte Toledo R, Manzanera S, Panezai S, et al.
In vivo SS-OCT imaging of crystalline lens sutures. Biomed Opt Express. 2020;11:5388-400.
34
13. Syawal R, Amir SP, Akib MNR, Maharani RN, Kusumawardhani SI, Razak HH, et al.
Buku ajar bagian ilmu kesehatan mata – panduan klinik dan skill program profesi dokter.
Makassar : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia; 2017.
14. Chnytia A., David L., Michael D., et al. 2004. Optometric Clinical Practice Guideline
Care of the Adult Patient with. Optometric Parctical Clinic Guideline: American Optometric
Assosiation. pp. 9-10.
15. Kementerian Kesehatan Republik Indonesa. Katarak: Kebutaan yang dapat dicegah.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI; Agustus 2022.
16. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Gangguan Penglihatan. Jakarta :
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2018.
17. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peta Jalan Penanggulangan Gangguan
Penglihatan di Indonesia Tahun 2017-2030. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI; 2018.
18. Mukesh, B. N. (2006). Development of Cataract and Associated Risk Factors. Archives
of Ophthalmology, 124(1), 79. doi:10.1001/archopht.124.1.79
19. Nizami AA, Gulani AC. Cataract. [Updated 2022 Jul 5]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539699/
20. Rettner R. Electrical burn causes man’s star-shaped cataract. Newyork: Livescience; Jan
2014
21. Munandar MA, Knoch AMH. Penatalaksanaan operatif pada katarak traumatika.
Bandung: Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata CIcendo; Oct 2019
22. Bashour, Mounir. Congenital Cataract. Medscape, 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/1210837-overview
23. Vogt G, Puho E, Creizel AE. Population Based Case-Control Study of Isolated
Congenital Cataract. Birth Defect Research, 2005. 73: 997-1005.
24. Riordan-Eva P, A. J., 2018. Vaughan and Asbury's General Ophthalmology. New York:
McGraw Hill.
25. Sun, L., Xi, B., Yu, L., Gao, X.-C., Shi, D.-J., Yan, Y.-K., … Wang, C. (2010).
Association of Glutathione S-Transferases Polymorphisms (GSTM1 and GSTT1) with Senile
35
Cataract: A Meta-analysis. Investigative Ophthalmology & Visual Science, 51(12), 6381.
doi:10.1167/iovs.10-5815
26. Nartey, Andrews. The pathophysiology of cataract and major interventions to retarding its
progression: a mini review. Adv Ophthalmol Vis Syst, 2017.
http://dx.doi.org/10.15406/aovs.2017.06.00178
27. Pollreisz, A., Ursula Schmidt Erfurt. 2010. Diabetic Cataract Pathogenesis, Epidemiology
and Treatment. Journal of Opthamology. Dalam www. ncbi. nlm. nih. gov/ pmc/ articles/
PMC2903955/ diakses tanggal 9 Oktober 2013.
28. Astari. Katarak : klasifikasi, tatalaksana, dan komplikasi operasi. CDK-269 [internet].
2018 [cited 2023 Feb 03]; 45 (10): 748 – 52 p
29. Arifani AF, Dwi E. Lensa dan katarak. Bandung: Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata
Cicendo; Apr 2018
30. Prapakornkovit V, Rattanasombat K, Ratanasukon M. The Value of Preoperative
Laboratory Investigations in Healthy Individuals Undergoing Elective Cataract Surgeries.
Clin Ophthalmol. 2022 May 25;16:1605-1612. doi: 10.2147/OPTH.S364532. PMID:
35642180; PMCID: PMC9148609.
31. Mimouni M, Shapira Y, Jadon J, et al. Assessing visual function behind cataract:
preoperative predictive value of the Heine Lambda 100 retinometer. Eur J Ophthalmol, 2017.
27(5):559-564.
32. Hayek S, Kniestedt C, Barthelmes D, Stürmer J. Quality assurance in biometry before
cataract surgery: which patients have an increased risk of aberrance from target refraction?
2007. 224(4):244-8.
33. Hennelly ML. How to detect myopia in the eye clinic. Community Eye Health.
2019;32(105):15-16. PMID: 31409949; PMCID: PMC6688402.
34. Golden MI, Meyer JJ, Patel BC. Dry Eye Syndrome. In: StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470411/
35. Dietze J, Blair K, Havens SJ. Glaucoma. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538217/
36. Poliklinik Mata RSDH. Katarak. Jayapura: Rumah Sakit Dian Harapan; 2023. Available
from: https://www.rsdianharapan.com/katarak/
36
37. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01/Menkes/557/2018
Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Katarak pada Dewasa.
38. Browling B. Kanski's Clinical Ophthalmology. Edisi ke-8. Australia: Elsevier;2016. hlm.
270-280.
39. Gritz DC, Srinivasan M, Smith SD, et al. The Antioxidants in Prevention of Cataracts
Study: effects of antioxidant supplements on cataract progression in South India. Br J
Ophthalmol. 2006;90:847-851
40. Ocampo VVD, Foster CS, Dahl AA. Senile Cataract (Age-Related Cataract). 2018.
Medscape. https://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#a6
41. InformedHealth.org. Cologne, Germany: Institute for Quality and Efficiency in Health
Care(IQWiG); 2019. Cataracts: Overview. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK390302/
42 . Tseng VL, Yu F, Lum F, Coleman AL. Cataract Surgery and Mortality in the United
States Medicare Population. Ophthalmology. 2016 May;123(5):1019-26. doi:
10.1016/j.ophtha.2015.12.033. Epub 2016 Feb 4. PMID: 26854033.
37