Anda di halaman 1dari 149

1

Daftar isi
1. KKD Modul Tumbuh Kembang
1.1. Anamnesis Tumbuh Kembang
1.2. PF anak
1.3. Kewaspadaan isolasi + Teknik steril
1.4. Punksi dan Kanulasi Vena

2. KKD Modul Kulit dan Jaringan Penunjang


2.1. Anamnesis 2
2.2. Tanda Vital
2.3. Pemeriksaan fisik umum
2.4. Penyuntukan IV dan IM

3. KKD Modul Muskuloskeletal


3.1. Pemeriksaan ekstremitas atas
3.2. Pemeriksaan ekstremitas bawah
3.3. Pemeriksaan fraktur tulang panjang dan lower back
3.4. Pemeriksaan Radiologi
3
4

1. Anamnesis
1.1. Anamnesis Umum
5

1.2.Anamnesis Tumbuh Kembang

2. Antropometri dan PF Anak


Pemeriksaan fisik pada anak bisa disebut juga sebagai pemeriksaan pertumbuhan anak,
digunakan untuk mengetahui apakah anak dapat tumbuh secara normal atau tidak.
Pemeriksaan pertumbuhan anak ini terdiri pemeriksaan berat badan, tinggi/panjang badan,
serta lingkar kepala anak yang nantinya akan diplot di kurva CDC NCHS 2000 untuk dapat
ditafsirkan apakah anak ini tumbuh secara normal atau nggak. Maka dari itu setiap anak
harus dicek secara rutin, bayi 1 tahun harus dicek tiap bulan, balita (1-5 tahun) harus dicek
minimal 3 bulan sekali, dan anak di atas 5 tahun harus dicek setiap 6 bulan sekali.
6

Pemeriksaan Berat Badan


Pemeriksaan berat badan ini diperlukan karena bayi harus mengalami pertambahan berat
badan yang normal. Jenis timbangan berat badan anak ini ada dua, yaitu timbangan bayi
dan timbangan injak. Bedanya apa sih? Gampangnya kalau anak itu belum bisa berdiri kan
gak bisa injak, jadi ya pakelah timbangan bayi. Sedangkan kalau anak itu sudah bisa berdiri,
pakailah timbangan injak. Cara pengukurannya hampir sama, tapi kita jelaskan langkah-
langkah masing-masing.
1. Timbangan Bayi
 Pertama kali, timbangan harus diletakkan di tempat yang datar dan rata (Jangan
sekali-kali ditaruh di kasur skill lab, karna itu gak rata)
 Di belakang timbangan ada kayak roda-roda gerigi gitu buat muter jarumnya ke
angka nol. Pastikan timbangan sudah di angka nol ya sob (Baca: dibalik ya).
 Sebelum bayi di letakkan di timbangan, semua baju, celana, hingga popok harus
dilepas. Istilahnya bayi harus benar-benar bugil sebugil-bugilnya. Kalau kata buku
panduan sih tidak ada sehelai benang yang ada di bayi itu.
 Trus bayi tinggal taruh di atas timbangannya.
 Kalau bayi gerak-gerak gimana sob? Tenangin dulu. Kalau gak bisa juga ya ambil
nilai rata-rata aja deh.
2. Timbangan Injak
Prinsip semua hampir sama dengan timbangan bayi. Bedanya cuma anaknya berdiri dan
boleh memakai pakaian asalkan nggak terlalu berat. Anak gak boleh pakai alas kaki juga,
pokoknya yang berat-berat jangan dipakai. Terus tinggal liat deh jarumnya nunjuk ke
angka berapa.
Biasanya bayi yang baru lahir memiliki berat normal antara 3 hingga 3,5 kg. Pada usia 5-6
bulan, berat bayi akan meningkat 2 kali lipat, dan pada usia satu tahun bakal menjadi 3 kali
lipat. Nah maka dari itu untuk balita seharusnya pakai timbangan dengan skala 100 gram
biar lebih akurat dan dapat dipantau terus perkembangannya.

Pemeriksaan Tinggi Badan


Pemeriksaan tinggi badan juga sama pentingnya seperti pemeriksaan berat badan. Metode
pengukurannya pun didasarkan pada hal yang sama, yaitu anak itu bisa berdiri atau belum.
7

Kalau anak belum bisa berdiri, maka teknik yang digunakan adalah teknik berbaring.
Sedangkan kalau anak sudah bisa berdiri, ya tentunya pakai teknik yang berdiri.
1. Teknik Berbaring
 Teknik berbaring ini sebaiknya dilakukan oleh dua orang.
 Bayi diletakkan pada daerah yang datar atau rata (Lagi-lagi jangan diletakkan di
kasur skill lab ya kawan)
 Orang pertama akan menahan kepala bayi untuk menempel ke skala nol dari
papan pengukur.
 Orang kedua menahan kaki bayi agar tidak bengkok atau tetap lurus dan menahan

telapak bayi untuk menempel ke skala bawah.


 Lihat skala bawah menunjukkan angka berapa yang merupakan panjang bayi
tersebut.
Catatan : Apabila yang menangani pasien anak hanya satu orang, maka ada sedikit
trik. Jadi kepala bayi ditaruh di posisi tangan kiri kita. Tempelkan kepala bayi
pada skala nol. Skala nol ini terletak pada panel yang tidak dapat bergerak.
Panel yang bergerak kita letakkan pada daerah tangan kanan kita sehingga
kita bisa menggeser. Geser panel bergerak ke bagian telapak kaki bayi.
Tempelkan hingga telapak kaki bayi membentuk sudut 90 derajat. Kemudian
bacalah skala yang ditunjukkan oleh panel bergerak ke arah angka yang
lebih besar.
2. Teknik Berdiri
 Teknik berdiri digunakan untuk anak yang sudah dapat berdiri.
 Pertama kali anak diminta untuk berdiri tegak tanpa alas kaki menempel dinding
tembok yang sudah ditempel oleh alat pengukur (microtoise)
 Posisi kepala bagian belakang, bahu bagian belakang, lengan, pantat, dan tumit
anak harus menempel ke dinding.
8

 Tarik microtoise hingga ke kepala bagian tengah (jangan miring).


 Pengukur harus melihat dengan mata yang sejajar, jangan miring. Kalau tidak
nyampai, pakai kursi agar dapat melihat sejajar.
 Lihat skala yang ada dan lihat ke angka yang lebih besar (ke bawah).

Catatan : Apabila di skill lab tidak ada microtoise, biasanya akan menggunakan
timbangan yang ada alat pengukur tingginya. Ya pakai itu dengan konsep
yang sama, yaitu tubuh harus tegak.

Pemeriksaan Lingkar Kepala


Pemeriksaan lingkar kepala ini penting dilakukan. Untuk anak usia 0 hingga 11 bulan
dilakukan tiap 3 bulan sekali. Untuk anak usia 11 bulan hingga 72 bulan dilakukan tiap 6
bulan sekali. Prosedur pemeriksaan:
 Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak
melewati dahi, menutupi alis mata, diatas
kedua telinga, dan bagian belakang kepala
yang paling menonjol, tarik agak kencang.
 Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
9

Interpretasi Tinggi Badan dan Berat Badan


Interpretasi untuk tinggi badan dan berat badan terdapat dua indikator, yaitu melalui BB/TB
atau melalui indeks massa tubuh (BMI). Apabila indikator yang digunakan adalah BB/TB,
maka kurva yang digunakan adalah kurva CDC NHCS 2000. Caranya mudah yaitu dengan
memplot berat badan dan tinggi badan pada daerah yang sesuai dengan kurvanya. Untuk
kurvanya dapat dilihat di bawah ini: (kurva lain bs cari sendiri ya)
10

Contoh Soal:
Bayi Badu, laki-laki, umur 11 bulan, dibawa oleh ibu ke puskesmas dengan keluhan berat
badan tidak naik selama 3 bulan terakhir. Selama ini bayi ditimbang tiap bulan di posyandu.
Berat badan 8 kg. Tinggi badan 70 cm. Lingkar kepala 44 cm.
Tugas :
1. gambarkan pada kurve pertumbuhan CDC NCHS 2000 berat dan tinggi badan menurut
umur dan jenis kelamin
2. tentukan status gizi bayi
Jawab:
Gunakan kurva yang memenuhi syarat laki-laki 11 bulan. Yaitu:

Kemudian plot kan tinggi badan


Badu dengan usianya (warna
hijau). Kemudian geser plot itu
secara horisontal hingga berada
pada garis normal (warna biru).
Tarik garis vertikal ke kurva
berat badan yang normal (warna
merah). Sehingga berat badan
normal Badu seharusnya 9 Kg.

Perhitungan akan berlanjut pada:


IBW = BB sekarang / BB normal x 100%
Untuk kasus Badu : IBW = 8/9x100% = kira-kira 88,88%
Maka kita interpretasikan dengan tabel berikut:
11

Classification of % of IBW (Waterlow, 1972)


• ≥120%  obesity
• ≥110 - 120%  overweight
• ≥90-110%  normal
• ≥80-90%  mild malnutrition
• ≥70-80%  moderate malnutrition
• ≤70%  severe malnutrition
Dengan demikian Badu mengalami mild malnutrition.
Sekarang coba kasus lain kawan!

Interpretasi yang kedua menggunakan BMI, dengan perhitungan BMI sebagai berikut:
BMI= BB / TB2 (dalam m2)
Hasil dari BMI kemudian diplot pada kurva seperti dibawah ini:
12

Untuk interpretasi lingkar kepala tinggal kita memplotkan pada kurva saja. Apabila plot
berada pada batas P3-P97 maka lingkar kepala bayi normal. Apabila dibawah P3 disebut
mikrosefal dan diatas P97 disebut makrosefal.
13

Skrining Perkembangan (KPSP)


Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

 Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,
36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut,
minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.
Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta kembali untuk skrining KPSP pada umur 9 bulan.
Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh
kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan
KPSP untuk umur skrining terdekat - yang lebih muda.

 Alat/ Instrumen:
o Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9 – 10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72
bulan.
o Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan,
kubus berukuran sisi 2,5 Cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit
kecil berukuran 0.5 - 1 Cm.

 Cara menggunakan KPSP:


o Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
o Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir. Bila
umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3
bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.
o Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
o KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
1. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: “Dapatkah bayi
makan kue sendiri ?”
2. Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi
pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.
o Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu
14

pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.


o Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap pertanyaan
hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
o Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
o Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

 Interpretasi hasil KPSP:


o Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
o Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang melakukannya.
o Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
o Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S).
o Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
o Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).
o Untuk jawaban ‘Tidak’, perlu dirinci jumlah jawaban ‘Tidak’ menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
15

KPSP PADA ANAK UMUR 12 BULAN


1. Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/di pojok, Sosialisasi & YA TIDAK
kemudian muncul dan menghilang secara berulang-ulang di kemandirian
hadapan anak, apakah ia mencari anda atau mengharapkan
anda muncul kembali?
2. Letakkan pensil di telapak tangan bayi. Coba ambil pensil Gerak halus Y
tersebut dengan perlahan-lahan. Sulitkah anda a
mendapatkan pensil itu kembali?
3. Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan Gerak kasar Y
berpegangan pada kursi/meja?
4. Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang sama, Bicara & Y
misalnya: “ma-ma”, “da-da” atau “pa-pa”. Jawab YA bila ia bahasa a
mengeluarkan salah satu suara tadi.
5. Apakah anak dapat mengangkat badannya ke posisi berdiri Gerak kasar Y
tanpa bantuan anda?
6. Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang yang Sosialisasi & Y T
belum ia kenal? Ia akan menunjukkan sikap malu-malu atau kemandirian a i
ragu-ragu pada saat permulaan bertemu dengan orang yang d
belum dikenalnya. k
7. Apakah anak dapat mengambil benda Gerak halus a T
kecil seperti kacang atau kismis, dengan i
meremas di antara ibu jari dan jarinya d
seperti pada gambar? a
k
8. Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan? Gerak kasar
9. Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu kata- Bicara & Y T
kata yang lengkap). Apakah ia mencoba meniru bahasa a a
menyebutkan kata-kata tadi ? k
10.Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua Gerak halus
kubus kecil yang ia pegang? Kerincingan bertangkai dan
tutup panci tidak ikut dinilai
16

KPSP PADA ANAK UMUR 24 BULAN

1. Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, apakah


Sosialisasi & YA TIDAK
anak meniru apa yang anda lakukan?
kemandirian
2. Apakah anak dapat meletakkan 1 buah kubus di atas kubus yang
Gerak halus
lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran
2.5 – 5 cm.
3. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang
Bicara &
mempunyai arti selain “papa” dan “mama”?
bahasa
4. Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau lebih tanpa
Gerak kasar Y
kehilangan keseimbangan?
a
(Anda mungkin dapat melihatnya ketika anak menarik mainannya).

5. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, atau Gerak halus, Y
celananya? (topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai). Sosialisasi & a
kemandirian
6. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika ia naik
Gerak kasar Y d
tangga dengan posisi tegak atau berpegangan pada dinding atau
a a
pegangan tangga. Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan
k
merangkak atau anda tidak membolehkan anak naik tangga atau
anak harus berpegangan pada seseorang.

7. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak Bicara & Y
menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian badannya bahasa a
(rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan yang lain)?

8. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah? Sosialisasi & Y
kemandirian a

9. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau Bicara &


membantu mengangkat piring jika diminta? bahasa

10. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) ke Gerak kasar
depan tanpa berpegangan pada apapun? Mendorong tidak ikut
dinilai.
17

KPSP PADA ANAK UMUR 48 BULAN

1. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda 3 sejauh sedikitnya 3m? Gerak kasar
YA TIDAK
2. Setelah makan, apakah anak mencuci dan mengeringkan
Sosialisasi & Y
tangannya dengan baik sehingga anda tidak perlu
kemandirian a
mengulanginya?
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu
Gerak kasar Y
tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan
a
melakukannya 3 kali.
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 2 detik
atau lebih?
4. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Apakah
Gerak kasar Y
anak dapat melompati panjang kertas ini dengan mengangkat
a
kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari?

5. Jangan membantu anak dan jangan menyebut lingkaran. Suruh Gerak halus Y
anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang a
tersedia. Apakah anak dapat menggambar lingkaran?

Jawab : YA

Jawab : TIDAK
6. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas
Gerak halus Y
yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut?
a
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 - 5 cm.
7. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga / permainan
Sosialisasi & Y
lain dimana ia ikut bermain dan mengikuti aturan bermain?
kemandirian a
8. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau
Sosialisasi & Y
kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk memasang kancing,
kemandirian a
gesper atau ikat pinggang)

9. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa dibantu? Bicara & Y


bahasa a
18

KPSP PADA ANAK UMUR 60 BULAN

1. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan


Bicara & YA TIDAK
membantu kecuali mengulangi pertanyaan.
bahasa
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”............…
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”.........................
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”.........................
Jawab YA bila anak menjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar,
bukan dengan gerakan atau isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah “menggigil” ,”pakai
mantel” atau “masuk kedalam rumah”.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah “makan”
Jika lelah, jawaban yang benar adalah “mengantuk”, “tidur”,
“berbaring/tidur-tiduran”, ”istirahat” atau ”diam sejenak”
2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian
Sosialisasi Y
boneka?
& a
kemandiria
n
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu
Gerak Y
tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan
kasar a
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 6 detik atau lebih?
4. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata
Gerak Y
“lebih panjang”.
halus a
Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak.
Tanyakan: “Mana garis yang lebih panjang?”
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan
ulangi pertanyaan tersebut. Setelah anak
menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi
pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang
lebih panjang sebanyak 3 kali dengan benar?
19

5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar


Gerak Y
ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong
halus a
yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan.
Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat


Bicara & Y
dengan telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah
bahasa a
berikut ini:
“Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kerta ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”.
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di bawah”, “di
depan” dan “di belakang”.

7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa Sosialisasi Y
menangis atau menggelayut pada anda) pada saat anda & a
meninggalkannya? kemandiria
n

8. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada Bicara & Y


anak : bahasa a
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
“Tunjukkan segi empat biru”

“Tunjukkan segi empat hijau”

Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?


20

9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa Gerak Y
berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai). kasar a
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?

10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Sosialisasi Y


& a
kemandiria
n

3. Kewaspadaan isolasi + Teknik steril


Halo generasi maju! #dekancup2013 sekarang kita akan membahas hal yang terdengar
sepele namun vital, baik bagi pasien maupun nilai ujian, yaitu kewaspadaan isolasi & teknik
steril! Karena ini KKD a.k.a ditekankan pada tindakan, jadinya tentir ini gak akan membahas
banyak teori yah..
Menurut slide, kewaspadaan isolasi adalah upaya untuk mencegah dan mengendalikan
penyebaran infeksi di RS. Bagaimana caranya?
Yang jelas, semuanya harus dimulai dengan cuci tangan ! Yang akan diuji adalah mencuci
tangan menggunakan handrubs. Ini langkahnya…

Yang disebut 6 langkah adalah


yang dihighlight yah ! Ini
singkatnya:
1. palm to palm
2. palm to back
3. finger webs
4. finger tips
5. thumb
6. wrist
21

Kapan sih kita harus mencuci tangan? Selain sebelum makan, berikut ini adalah indikasi
mencuci tangan yang dikenal dengan 5 moments (judul ini ditekankan sekali oleh dokter
KKD penulis):

Setelah mencuci tangan, sekarang saatnya mengenakan perkakas isolasi kita.


a. Mengenakan penutup kepala, masker, dan gaun operasi
1. Kenakan tutup kepala Tutup seluruh bagian rambut dan telinga. tali diikat oleh
asisten
2. Kenakan masker  perhatikan bagian kawatnya, dan dagu harus tertutup
sempurna! tali diikat oleh asisten
3. Ambil baju operasi & buka lipatan  pegang bagian bahu, jangan sentuh bagian
depan yang steril
4. Kain tambahan penutup hidung diletakkan keluar
22

5. Dengan bagian terbuka menghadap badan, masukkan lengan ke .lengan baju lah ya
 satu persatu, sampai jari mencapai manset. gaun diikat dari belakang oleh asisten
b. Memakai sarung tangan sistem tertutup
1. Buka bungkus sarung tangan & posisikan agar mudah diambil jari tetap di manset
2. Ambil sarung tangan, letakkan di atas telapak tangan hadapkan sesuai jari, bagian
jari sarung tangan menghadap badan
3. Jepit sarung tangan dengan jari di dalam manset agar tidak jatuh
4. Buka lipatan sarung tangan dan lingkarkan di pergelangan tangan menggunakan
tangan satunya
5. Posisikan jari
6. Rapikan manset di bawah sarung tangan
7. Lakukan untuk tangan satunya
8. Sikap steril: tangan di depan, diatas pinggang
9. foto deh. Buat dp bbm.
c. Melepas perkakas
1. Ikatan baju operasi dilepas oleh asisten
2. Tarik bagian bahu depan
3. Lepas bagian lengan kiri dan kanan bersamaan, gulung baju, letakkan di wadah 
semua bagian tercemar harus terbungkus
4. Lepas salah satu sarung tangan tarik dari bagian luar
5. Genggam sarung tangan yang sudah dilepas dengan tangan satunya
6. Lepas sarung tangan satunya, buang ke wadah  tarik dari bagian dalam. hasil
akhirnya jadi buntelan gitu ya.
7. Cuci tangan 6 langkah
8. Buka masker, buang ke wadah  tali dilepas oleh asisten
9. Buka tutup kepala, letakkan ke wadah  tali dilepas oleh asisten
Sekedar info, yang steril-steril itu pada intinya melindungi diri kita dan pasien dari transmisi
kuman. Untuk peralatan yang tidak steril, digunakan untuk melindungi diri pemakai saja,
misalnya dari cairan tubuh pasien. Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan sarung
tangan. Selain itu, setelah tindakan selesai dilakukan, lepas perkakas isolasi sesegera
mungkin!
Nah, biar lebih jelasnya bisa buka videonya disini nihhhh…
23

Handwashing http://www.youtube.com/watch?v=Gems7BFCqTE
Gowning & gloving http://www.youtube.com/watch?v=iN6bue7fDnk
Ungloving
http://www.youtube.com/results?search_query=ungloving&oq=ungloving&gs_l=youtube.3..0l10.10
2.832.0.1077.7.6.0.0.0.0.172.172.0j1.1.0...0.0...1ac.1.fYTArfod3dQ

4. Punksi dan Kanulasi Vena


Jadi tujuan dari punksi vena ini adalah untuk melakukan pengambilan sample
darah, sedangkan kalo kanulasi vena ya untuk pasang infus. Pilih daerah yang
tidak ada infeksi ataupun luka, untuk yang kanulasi, pilih vena yang paling
distal untuk jaga2 kalo ga masuk jadi bisa naik ke vena atasnya, dank an kalo
dipasangin infus alirannya jadi agak lambat, jadi kemungkinan infeksi juga bs
lebih tinggi, maka dipilihlah vena yang distal karena lebih aman dan nyaman.
Efek sampingnya bisa ada rasa nyeri, dan bs ada thrombosis
24

NO PUNKSI VENA KANULASI VENA

1. Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan


2. Memeriksa kelengkapan alat-alat Memeriksa kelengkapan alat-alat dan
mempersiapkan cairan infus
Botol cairan digantungkan pada standar infus

Selang infus di kunci pada penguncinya.


Tutup botol cairan didesinfeksi dengan kapas
alkohol lalu tusukkan set infus
Tabung tetesan diisi cairan sepertiganya dengan
cara menekan botol infus.
Kunci selang infus dibuka dengan ujung selang
infus diarahkan keatas, cairan dialirkan sampai
tidak ada udara lagi di selang infus. Harus
diyakini tidak ada lagi udara didalam selang
infus
3. Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
4. Mencari lokasi vena yang cukup besar.
5. Pasang kain pengalas dibawah bagian tubuh yang akan ditusuk
6. Raba vena target, lalu pasang karet pembendung proksimal dari daerah yang akan ditusuk.
Apabila pasien sadar, minta pasien untuk mengepalkan tangannya, sehingga pembuluh
darah vena terlihat jelas
7. Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan menggunakan kapas alkohol.
8. Tegangkan kulit diatas vena yang akan ditusuk dengan menggunakan jari tangan kiri supaya
vena tidak mudah bergerak.
9. Tusukkan jarum ke vena dengan posisi  Tusukkan kanula intravena ke vena dengan
lubang jarum menghadap keatas dengan posisi lubang jarum menghadap keatas
tangan kanan, dengan tangan kanan. Bila berhasil darah
Fiksasi spuit dengan tangan kiri, lalu tarik akan mengalir dan terlihat pada ujung
penghisap spuit sehingga darah mengalir jarum.
kedalam spuit sebanyak yang diperlukan  Tarik mandrain / introduser kanula
intravena ke belakang sambil mendorong
kanula masuk kedalam vena sampai
25

seluruh kanul berada dibawah kulit


10. Lepaskan karet pembendung, kemudian  Lepaskan karet pembendung vena
jarum dicabut dengan cepat sambil  Lepaskan keseluruhan mandrain /
menekan tempat tusukan dengan kapas introduser sambil melakukan penekanan
alkohol. pada ujung kanula vena supaya darah tidak
Bekas tusukan diplester tekan sampai mengalir
darah tidak mengalir
11  Buka kunci selang infus perlahan sambil
memasang ujung selang infus pada pangkal
kauat
 Pastikan tidak ada sela udara antara cairan
infus dan darah
12. Darah yang telah diambil segera Bila tetesan lancar, fiksasi dengan plester pada
dimasukkan kedalam botol khusus atau pangkal kanula, kemudian beri kasa betadin
tetap didalam spuit, lalu diberi etiket pada daerah tusukan dan selanjutnya ditutup
berisi nama pasien dan umur. dengan kasa steril
13. Hitung tetesan sesuai dengan kebutuhan
14. Alat-alat dirapikan dan/atau dibuang sesuai tempatnya
26
27

1. Anamnesis 2 = anamnesis 1
2. Tanda Vital
Sekarang masuk ke topik pemeriksaan fisik umum dan tanda vital. Sebelum mulai, pastikan
dulu ada alat-alat ini di tempat ujian yah:
 Jam tangan (terutama yang ada detiknya) ini penting banget looh soalnya harus
dibawa kita sendiri. Makannya jangan lupa disiapin dari malam yah!
 Pulpen/Pensil untuk mencatat di lembar laporan
 Sfigmomanometer air raksa
 Stetoskop
 Termometer maksimum/termometer klinik
 Kapas dan alkohol
Apa aja sih yang akan dilihat dan diukur?
 Penilaian fisik umum (kesadaran dan bentuk tubuh, tapi kalau ada kelainan
sebutkan ya)
 Suhu tubuh (kemarin yang dipraktikin hitung suhu mulut, sebutkan berapa derajat
celcius suhunya)
 Sambil nunggu ngukur suhu, kita ukur denyut arteri perifer [yang dilaporkan itu
jumlah/frekuensi, kuat/lemah, irama teratur (regular)/tidak teratur (irregular)]
 Tekanan darah (sebutkan sistol/diastol nya)
 Nilai pernapasan (frekuensi selama 1 menit, sifat pernapasannya, dalam/dangkal,
irama teratur/tidak)

1. Penilaian fisik umum


Tujuannya untuk mendapatkan atau mengidentifikasi keadaan umum pasien saat
diperiksa, dengan penekanan pada tanda-tanda kehidupan (vital sign), keadaan sakit,
keadaan gizi, dan aktivitas, baik dalam keadaan berbaring atau pun berjalan.
Pemeriksaan fisis mencakup penilaian status mental, keadaan kulit, kelenjar getah
bening, kepala, mata, telinga, hidung mulut dan tenggorokan, leher, jantung, paru,
abdomen, serta refleks-refleks. Hasil pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran
umum tentang keadaan pasien. (Tentir 2009).
Pada bagian ini, yang penting diperhatikan adalah kesadaran dan bentuk tubuh
28

pasiennya. Pertama-tama, mulailah dengan derajat kesadarannya. Caranya? Beri


pertanyaan singkat mengenai dirinya dan keadaan di sekelilingnya (Siapa nama
bapak/ibu?, Ibu/bapak tahu hari ini hari apa?, Ibu/bapak tahu sedang berada dimana
sekarang?, dsb).
Apa saja sih derajat-derajat kesadaran?
a. Kompos mentis = Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan di sekelilingnya.
b. Apatis = Segan untuk berhubungan dengan keadaan sekitarnya, acuh tak acuh.
c. Letargi = Tampak lesu dan mengantuk. Istilah lain : suf (Belanda), drowsy (Inggris)
d. Somnolen = Pasien selalu mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan rasa nyeri, atau
untuk makan/minum, namun jatuh tertidur kembali.
e. Sopor = Mirip koma, berbaring dengan mata tertutup, tidak menunjukkan reaksi jika
dibangunkan, kecuali dengan rangsang nyeri. Refleks kornea masih ada meskipun
lemah; reaksi pupil positif. Istilah lain: stupor.
f. Koma = Kesadaran hilang sama sekali, dengan rangsang apapun reaksi atas rangsang
tak akan timbul. Refleks apapun tidak didapatkan lagi, bahkan batuk atau muntah
tidak ada.
Kedua yang dinilai adalah bentuk tubuh. Habitus dan bentuk tubuh ini udah mulai kita
perhatiin dari pas pasiennya masuk. Lakukan secara sistematis, mulai dari kelainan di
kepala, wajah, ekstremitas, dan tulang belakang.
Apa aja sih macam-macam bentuk tubuh pasien?
a. Astenikus = Tinggi, kurus, dada rata/cekung. Angulus costae dan otot-otot tidak
bertumbuh dengan baik.
b. Atletikus = Bentuk tubuh olahragawan, kepala dan dagu terangkat ke atas, dada
penuh, perut rata, lengkung tulang belakang dalam batas normal. Rata-rata sih 2011
pada masuk golongan ini ya.
c. Piknikus = Cenderung bulat, penuh dengan penimbunan jaringan lemak subkutan.
Kalau tadi itu bentuk-bentuk tubuh pasien yang normal, ada juga kelainan/bentuk tubuh
abnormal, yaitu:
a. Akromegali
Bentuk tubuh sebagai akibat hiperfungsi kelenjar pituitari anterior setelah
tertutupnya epifisis. Kepala tampak lebih besar dari biasanya, hidung, dagu serta
29

rahang bawah membesar dan menonjol sedemikian rupa, sehingga gigi-gigi rahang
atas dan bawah tidak dapat saling bertemu.
b. Berbagai keadaan salah bentuk (malformation); misalnya bibir sumbing, paralisis
saraf muka
c. Kelainan bentuk tulang belakang, berupa:
 Kifosis (inget aki-aki ya kan bungkuk gitu bentuknya)
Lengkung tulang belakang ke arah belakang yang abnormal; ditemui pada
tuberkulosis tulang, penyakit Paget.
 Lordosis (lord=besar=sombong=membusungkan dada=cembung ke depan gitu
dadanya)
Lengkung tulang belakang ke arah depan yang abnormal; ditemui pada
tuberculosis tulang pinggul.
 Skoliosis (kayak huruf S lah ya miring gitu)
Lengkung tulang belakang ke arah lateral yang abnormal; ditemui pada
poliomyelitis.
Setelah semua penilaian fisik umum dilakukan, jangan lupa dilaporkan dan dicatat dalam
kertas laporan ya teman-teman, jangan skip!
2. Penilaian Tanda Vital
A. Pengukuran suhu tubuh
Sebenernya tempat pengukuran suhu tubuh itu bisa macem-macem temen-temen,
tapi kemarin yang dipraktikkan di KKD adalah pengukuran suhu tubuh oral atau melalui
mulut. Nah bagaimana sih mengukur suhu tubuh yang baik dan benar?
 Pilih termometer klinik/maksimum
Apa itu termometer klinik/maksimum? Pipa termometer ini di atas reservoirnya
terdapat penyempitan --> pipanya kecil --> bila suhu meninggi, air raksa terdorong
ke atas, tapi bila suhunya turun air raksanya ga mau turun jadi perlu disentakkan
biar kembali ke posisi awal. Dengan demikian, termometer maksimum ini hanya
menunjukkan suhu maksimum yang terukur. Sebenernya sih yang dimaksud
termometer maksimum ya termometer air raksa yang banyak dijual di pasaran itu.
 Bersihkan ujung termometer dengan kapas alkohol
Kemarin diajarkan kalau membersihkan termometer dari tengah termometer
menuju ujung termometer. Terus kalau udh sampe ujung, jangan diulang lagi, cukup
30

sekali saja (maksudnya usapannya jangan bolak-balik gitu, nanti bukannya bersih
malah meratakan kotoran). Oh iya kapas yang untuk membersihkan juga jangan
terlalu basah ya.
 Turunkan meniskus air raksa (kolom Hg) sampai di bawah skala
Caranya dengan mengayun-sentakkan termometer tersebut. Perhatikan lingkungan
sekitar ya kalo mau menyentakkan. Jangan dekat-dekat meja, misalnya, kalo ga hati-
hati nanti termometer bisa pecah (amit-amit jangan sampe)
 Memasang termometer di bawah lidah selama 3 menit (jangan lupa diliat
waktunya), beri tahu pasien untuk menutup mulut rapat-rapat
 Setelah 3 menit, dibaca hasilnya
 Menuliskan hasilnya pada lembaran yang tersedia
 Jangan lupa! Membersihkan lagi termometer seperti cara yang di atas
 Mengembalikan termometer ke tempat yang semula
Buat tambahan, berapa sih rentang suhu tubuh normal?

B. Penilaian Denyut Arteri Perifer


Karena pemeriksaan suhu tubuh memakan waktu yang cukup lama yaitu 3 menit, maka
selagi menunggu itu kita melakukan penilaian denyut jantung. Bagaimana caranya?
1. Pemeriksa berdiri di samping pasien
2. Mencari denyut a. brachialis pada fossa cubiti lengan kanan pasien dengan palpasi
menggunakan 2 jari (telunjuk dan jari tengah)
3. Mendapat lokasi a. brachialis pada sisi medial lengan, tepat di bawah tendo otot
biceps
4. Melakukan penilaian denyut arteri yang meliputi:
 Frekuensi
31

Durasi palpasi: 1 menit


Frekuensi normal: 60-100 kali per menit
Frekuensi denyut <60x/menit: Bradikardia (pulsus rasus)
Frekuensi denyut >60x/menit: Takikardia (pulsus frequent)
 Kekuatan denyut arteri perifer (nilai kuat/lemah)
 Irama denyut arteri perifer (teratur/regular atau tidak teratur/irregular)
Beberapa kemungkinan irama yang tidak teratur:
a. Sinus aritmia
Keadaan yang normal terjadi, saat inspirasi denyut nadi lebih cepat daripada
saat ekspirasi
b. Ekstrasistolik
Keadaan yang sekali-kali denyut nadi datang lebih cepat (prematur) dan
disusul dengan suatu istirahat yang lebih panjang. Kadang-kadang denyut
prematur itu tidak teraba pada arteri radialis, teraba seolah-olah denyut nadi
terhenti sesaat.
c. Fibrilasi atrial
Keadaan dengan denyut nadi sama sekali tidak teratur (tidak ada irama
dasar). Dalam keadaan ini, harus dihitung frekuensi denyut jantung dan
dibandingkan dengan frekuensi denyut arteri perifer dan biasanya frekuensi
denyut arteri perifer lebih rendah sehingga terdapat pulsus deficit.
d. Blok atrioventrikular
e. Keadaan dimana tidak semua rangsang dari nodus SA diteruskan ke ventrikel
sehingga saat itu ventrikel tidak berkontraksi. Dalam keadaan ini biasanya
terdapat bradikardia.
 Melaporkan secara lisan hasil penilaian frekuensi, kekuatan, dan irama denyut a.
brachialis
 Mencatat hasil penilaian a. brachialis pada lembar yang disediakan
 Mencari denyut a. radialis pada pergelangan tangan kanan pasien dengan palpasi
menggunakan telunjuk dan jari tengah
 Mendapat lokasi a. radialis pada sisi lateral pergelangan tangan kanan
 Menilai frekuensi selama 1 menit, kekuatan, dan irama denyut a. radialis
 Melaporkan secara lisan hasil penilaian frekuensi, kekuatan, dan irama denyut a.
32

radialis
 Mencatat hasil penilaian a. radialis pada lembar yang disediakan

Perlu diingat kalo kita menilai dua arteri yaitu a. brachialis dan a. radialis, serta yang
perlu dinilai adalah FiKI (Frekuensi-Kekuatan-Irama)

C. Penilaian Pernapasan
Check List:
No. PENILAIAN LANGKAH KEGIATAN PENILAIAN PERNAPASAN
1 Memberi instruksi kepada pasien untuk berbaring terlentang
Merasakan gerakan naik turun dari dinding abdomen dengan meletakkan
2 telapak tangan di dinding abdomen, untuk menentukan frekuensi
pernapasan (durasi 1 menit)
Menentukan dengan benar sifat pernapasan
3
(abdominal/torakal/kombinasi)
4 Melakukan penilaian kedalaman pernapasan (dalam/dangkal)
5 Menentukan jenis irama pernapasan
Melaporkan secara lisan seluruh penilaian pernapasan meliputi frekuensi
6
pernapasan selama 1 menit, sifat, kedalaman, dan jenis irama pernapasan
7 Menuliskan hasil penilaian pernapasan pada lembar yang disediakan

Penjelasan komponen penilaian pernapasan:


1. Frekuensi pernapasan PS (merasakan gerakan naik turun dinding abdomen)
 Durasi: 1 menit.
 Frekuensi normal: 12 – 18 kali per menit.
 Pernapasan <12x/menit: bradipnea, ditemukan pada pemakaian obatnarkotik atau
terdapat kelainan serebral
 Pernapasan >18x/menit: takipnea, ditemukan pada pneumonia,anxietas
(kecemasan), asidosis.
2. Sifat pernapasan PS
 Torakal
33

Gerakan dinding dada lebih dominan dibandingkan gerakan dinding perut, terdapat
pada pasien dengan tumor dalam perut.
 Abdominal
Gerakan dinding perut lebih dominan dibandingkan gerakan dinding dada, terdapat
pada pasien PPOK lanjut.
 Kombinasi
Jenis pernapasan ini yang terbanyak, terdiri dari pernapasan torako-abdominal
(umumnya pada wanita sehat) dan pernapasan abdomino-torakal (umumnya pada
laki-laki sehat)]. Pada pernapasan torako-abdominal gerakan dada/pernapasan
torakal sedikit lebih dominan, sedangkan pada pernapasan abdomino-torakal
gerakan perut/pernapasan abdominal sedikit lebih dominan. Hal ini disebabkan
bentuk anatomi dada dan perut pada wanita dan pria memiliki perbedaan. Lihat
apakah terdapat bagian dada yang tertinggal, atau pemakaian otot-otot bantu
pernapasan saat bernapas (misalnya pasien TB Paru atau PPOK)
3. Penilaian kedalaman pernapasan, yaitu napas dangkal dan napas dalam. Berikut ini adalah
beberapa kelainan frekuensi dan kedalaman pernapasan:
 Napas cepat dan dangkal (takipnea)
 Napas cepat dan dalam (hiperpnea/hiperventilasi)
 Napas lambat (bradipnea)

4. Jenis irama pernapasan


 Pernapasan normal, dilakukan secara teratur dengan fase-fase inspirasi-ekspirasi yang
teratur bergantian
 Pernapasan mendesau (ekspirasi memanjang), napas bersela dengan desau yang
sering. Seringkali dikaitkan dengan sindrom hiperventilasi. Apabila hanya ditemukan
34

sesekali masih termasuk normal.


 Pernapasan Cheyne Stokes, terdapat periode apnea (berhentinya gerakan
pernapasan) kemudian disusul periode hiperpnea (pernapasan mula-mula kecil
amplitudonya kemudian cepat membesar dan kemudian mengecil lagi). Siklus ini
terjadi berulang-ulang. Terdapat pada pasien dengan kerusakan otak, hipoksia kronik
karena terlambatnya respon reseptor klinis medula otak terhadap pertukaran gas.
 Pernapasan Biot (pernapasan ataxic), bentuk pernapasan tidak teratur mengenai
cepat dan dalamnya. Terdapat pada cedera otak.
Dalam menilai pernapasan, kita harus menilai FiSIK nya (Frekuensi-Sifat-Irama-
Kedalaman) dan pasien dalam keadaan tidur
35

D. Pengukuran Tekanan Darah


Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan darah terhadap setiap satuan luas
dinding pembuluh darah. Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum yang
dicapai saat ventrikel berkontraksi (sistol), sementara tekanan diastolik merupakan
tekanan minimum saat ventrikel berelaksasi (diastol).
Secara umum, awal dari pengukuran tekanan darah:
1. Mengukur tekanan darah dengan pasien dalam keadaan duduk tenang
2. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan pasien, dengan syarat
pemasangannya:
a. Lengan baju digulung supaya tidak terlilit manset (jangan lupa ijin dulu ke pasien
ya sebelum menggulung)
b. Tepi bawah manset sekitar 2-3 cm di atas fossa cubiti
c. Balon dalam manset harus menutupi lengan atas sisi ulnar (di atas a. brachialis)
d. Pipa karet jangan menutupi fossa cubiti  letakkan di bagian lateral, jangan
diletakkan di tengah sehingga menutupi fossa cubiti
e. Manset diikat cukup ketat. Ukuran lebar balon dalam manset. 20% lebih besar dari
diameter lengan dan panjang cukup melingkari 1⁄2 lengan.
3. Palpasi a. brakhialis (untuk tempat meletakkan stetoskop – di daerah fossa cubiti)
dana. radialis. Perabaan keduanya penting pada pengukuran secara palpasi.
FYI: Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk dengan siku
lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas dan
posisi lengan sebaiknya setinggi jantung.
Cara auskultasi:
1. Pasang stetoskop di telinga, pompa manset sembari meraba a. radialis/ a. brachialis
sampai denyut tidak teraba. Perabaan ini dilakukan untuk menghindari silent gap
(apaan tuh silent gap? Biasanya saat tekanan manset diturunkan, bunyi Korotkoff
dapat hilang pada tekanan diatas diastol, dan kemudian muncul kembali pada tekanan
lebih rendah  hal inilah yang disebut silent gap atau auscultary gap)
2. Naikkan tekanan dalam manset sekitar 30 mmHg di atas tekanan sistolik palpasi.
(apabila denyut sudah tidak teraba, maka tekanan sistolik telah dilampaui). Dianjurkan
untuk menurunkan tekanan dengan kecepatan 2-3 mmHg per interval denyut nadi.
Bila terlampau cepat, nilai yang dicari dapat luput/lebih rendah daripada seharusnya.
36

Bila terlampau lambat, darah terlalu lama terbendung di lengan sehingga


mengakibatkan terjadinya vasodilatasi, yang juga akan mempengaruhi hasil
pengukuran.
3. Letakkan stetoskop sesuai letak a. brachialis. (Stetoskop tidak perlu ditekan kuat
karena dapat menimbulkan pembendungan, cukup dengan meletakkan stetoskop
hingga semua tepi corong merapat pada kulit)
4. Sambil melakukan auskultasi, tekanan manset diturunkan secara perlahan (2-3
mmHg/s)  yak hati-hati temen-temen sewaktu mau menurunkan tekanan
mansetnya. Baca doa dulu biar ngebukanya pas, ga terlalu cepet dan ga terlalu lama
 Sambil menurunkan tekanan manset, kita dianjurkan untuk menetapkan kelima fase
Korotkoff. Apa sih sebenernya bunyi Korotkoff itu? Bunyi Korotkoff dihasilkan dari aliran
turbulensi darah yang mengalir setelah tekanan diturunkan mencapai tekanan sistolik.
Berikut ini fase pada bunyi Korotkoff:
I. Sudden appearance of clear, but often faint, tapping sound growing louder during the
succeeding 10 to 14 mmHg fall in pressure.
II. The sound takes on a murmuring in quality during the next 15 to 20 mmHg fall in
pressure.
III. Sound changes little in quality but becomes clearer and louder during the next 5 to 7
mmHg fall in pressure.
IV. Muffled quality lasting throughout the next 5 to 6 mmHg fall in pressure. After this all
sound disappears.
V. Point at which sound disappear tekanan lebih kecil dari tekanan diastol darah
mengalir secara laminar sehingga tidak terdengar bunyi.
5. Catat hasil pengukuran (tekanan sistolik/ tekanan diastolic mmHg)
Metode lama: TS (fase I), TD (fase IV). Sementara metode baru: TS (fase I), TD (fase V).
Apa bedanya metode lama dan baru? Jadi perbedaannya adalah pada tekanan
diastolnya. Jika metode lama acuannya ketika suara tepat saat akan hilang, metode
baru mengacu ketika suaranya sudah tidak terdengar sama sekali.Maksud looh?? Gue
kaga ngerti?? Intinya pas KKD, dibilang bahwa perbedaannya itu hanya berkisar 2
mmHg. Jadi kalo menurut metode lama TD=120/80 mmHg, maka menurut metode
baru=120/78 mmHg. Yak jadi gitu intinya. Nah kedua angka ini harus dituliskan dalam
laporan ya
37

6. Ulangi pengukuran dan hasil pengukuran merupakan rata-rata dari kedua pengukuran.
Saat melakukan pengukuran kembali, air raksa harus dikembalikan pada angka 0
(menghindari pembendungan). Beri waktu istirahat 2-3 menit untuk memulihkan
aliran darah di distal pembendungan.

Cara palpasi:
1. Tanpa stetoskop, pompa manset sembari meraba a. radialis hingga tidak teraba
kembali, dan tambahkan tekanan manset sebesar  30mmHg.
2. Turunkan tekanan manset secara perlahan-lahan sekitar 2-3 mmHg/detik sambil
melakukan palpasi pada a. radialis. Tepat pada saat denyut a. radialis teraba lagi,
manometer air raksa menunjukkan angka tekanan sistolik PS tersebut.
3. Ulangi pengukuran sehingga didapatkan 2 hasil pengukuran untuk mendapatkan nilai
rata-rata, dan catat hasilnya.
Last but not least: jangan lupa melaporkan secara lisan dan mencatat di kertas
laporan! Ketika mencatat, jangan lupakan satuannya yaitu mmHg (contoh: 120/80
mmHg) dan mencatat hasil dari metode lama maupun metode baru (lihat lagi
penjelasan diatas).
Karena kita sudah mempelajari kedua cara, kalo ditanya apa perbedaan pengukuran
pada auskultasi dan palpasi? Ini nih jawabannya:
a. Pada auskultasi didapatkan tekanan sistolik dan diastolik, sementara pada palpasi
hanya didapatkan tekanan sistolik
b. Tekanan darah pada cara palpasi biasanya lebih rendah 2 - 5 mmHg dibandingkan
dengan cara auskultasi (adanya kesulitan saat pulsasi pertama kali teraba)

Selesaaai!!! Jangan lupa berdoa temen-temen sebelum masuk ke station masing-masing.


Dan ingat: perkenalkan diri, cuci tangan, jelaskan pada pasien mau melakukan tindakan apa
(contoh: “Selamat siang Bapak/Ibu, saya hari ini mau melakukan pemeriksaan yang terdiri
dari periksa suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Memang agak
banyak yang diperiksa tapi ini penting dilakukan untuk mengetahui kondisi umum
Bapak/Ibu. Apakah saya diizinkan?” ini contoh aja loh ya bisa improvisasi kalo punya kata-
kata yang lebih efektif). Ga kalah penting, jangan lupa: melaporkan secara lisan dan menulis
di kertas laporan karena kedua hal ini ada di check list. Sekian temen-temen, sukses ya
38

OSCE nya :)
Video:
http://www.youtube.com/watch?v=yFGGJmS7Wdo
http://www.youtube.com/watch?v=f9OreW1n0qU&feature=fvwp
39

3. Pemeriksaan Fisik Kepala dan Leher

NO. Kompetensi Pemeriksaan Fisik Kepala


1. Pemeriksaan Wajah
Perhatikan ekspresi, bentuk dan apakah wajah simetri . Apakah terdapat asimetri
wajah, gerakan involunter, bengkak dan benjolan
Cara pemeriksaan :inspeksi
2. Pemeriksaan Kulit Wajah
Perhatikan warna dan apakah terdapat kelainan kulit.
Cara pemeriksaan : inspeksi
3. Pemeriksaan Kepala
Perhatikan bentuk dan ukuran, apakah terdapat benjolan, lekukan, dan nyeri tekan
Cara pemeriksaan : Inspeksi dan palpasi
4 Pemeriksaan Rambut
Perhatikan warna, penyebaran, dan apakah mudah dicabut.
Cara pemeriksaan : Inspeksi dan palpasi
5 Pemeriksaan Mata
Perhatikan warna serta pembuluh darah di sklera dan konjungtiva, apakah terdapat
benjolan. Dengan menggunakan pen light periksa refleks cahaya langsung dan tak
langsung. Perhatikan gerakan bola mata
Cara pemeriksaan : Inspeksi dan gunakan penlight
6 Pemeriksaan Telinga
Perhatikan bentuk daun telinga, liang telinga (pen light), membrane timpani serta
tulang mastoid. Lakukan penekanan pada tragus.
Cara pemeriksaan : Inspeksi, palpasi dan gunakan pen light
7 Pemeriksaan Sinus paranasalis
Lakukan penekanan di daerah sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis.
Cara pemeriksaan : Inspeksi dan palpasi
8 Pemeriksaan Bibir
Perhatikan warna, apakah terdapat benjolan atau ulkus
Cara pemeriksaan : Inspeksi
9 Pemeriksaan Mulut
40

Perhatikan warna mukosa dan apakah terdapat ulkus.


Perhatikan warna, papil dan gerakan lidah
Cara pemeriksaan : Inspeksi dan gunakan penlight
10 Pemeriksaan Gigi
Perhatikan jumlah gigi, apakah terdapat gigi berlubang Perhatikan warna gusi.
Cara pemeriksaan : Inspeksi dan gunakan flash light

PEMERIKSAAN FISIK LEHER


Kompetensi
PEMERIKSAAN TEKANAN VENA JUGULARIS (JVP)
1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta
ijin
2. Meminta pasien untuk tidur terlentang dengan bantal dengan sudut 30-45 derajat
3. Menekan vena dengan 1 jari di sebelah atas klavikula
4. Menekan vena di sebelah atas dekat mandibula dengan jari yang lain
5. Melepas tekanan di sebelah bawah, dekat klavikula
6. Menunjuk di mana vena terisi waktu inspirasi biasa
7. Membuat bidang datar melalui angulus ludovici sejajar lantai  letakkan penggaris di
atas angulus ludovici
8. Menghitung tingginya tekanan vena  lihat jarak tegak lurus antara penggaris dengan
titik batas yang ditunjuk tadi.
Pelaporan : Tekanan Vena Jugularis 5 + (plus) 2 cm / 5 – (min) 2 cm (Normalnya < +3)
9. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan
PEMERIKSAAN KAKU KUDUK
1. Memperkenalkan diri
2. Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin
3. Meminta pasien untuk tidur terlentang tanpa bantal, dengan posisi tungkai lurus rileks
4. Meletakkan tangan pemeriksa di belakang kepala pasien dan melakukan fleksi pada leher
(Kaku Kuduk)
5. Melaporkan hasil pemeriksaan  Kaku kuduk positif atau negatif (normal)
41

6. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan


PEMERIKSAAN KELENJAR TIROID
1. Memperkenalkan diri, menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin
2. Meminta pasien untuk duduk dan sedikit mengekstensikan kepalanya
3. Melakukan inspeksi
4. Berdiri di belakang pasien
5. Melakukan palpasi pada regio tiroid dengan menggunakan ujung jari dari kedua tangan
6. Meminta pasien melakukan gerakan menelan  tiroidnya akan kaya gerak2 gitu
7. Memeriksa seluruh kelenjar tiroid
8. Menggunakan stetoskop untuk menilai adanya bruit
9. Melaporkan hasil dengan benar
Pelaporan : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
10. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan
PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH BENING
1. Memperkenalkan diri, menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin
2. Melakukan pemeriksaan dari belakang pasien
3. Palpasi dengan jari pada daerah submental (bawah dagu)
4. Palpasi dengan jari pada daerah submandibular (bawah rahang)
5. Palpasi dengan jari pada daerah jugular chain (anterior muskulus
sternokleidomastoideus)
6. Palpasi dengan jari pada daerah posterior triangle (posterior muskulus
sternokleidomastoideus)
7. Palpasi dengan jari pada daerah oksipital (kepala belakang, atasnya leher)
8. Palpasi dengan jari pada daerah postauricular (belakang telinga)
9. Palpasi dengan jari pada daerah preauricular (depan telinga)
10. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang sistematis dan menyenangkan
11. Melaporkan hasil pemeriksaan palpasi KGB leher dengan benar
Pelaporan : Tidak terdapat pembesaran KGB leher / terdapat pembesaran KGB leher di
daerah ---------
12. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan
PEMERIKSAAN ARTERI KAROTIS
42

1. Memperkenalkan diri, menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin
2. Meminta pasien untuk tidur terlentang dengan bantal, dengan sudut 30 derajat
3. Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus kanan
4. Palpasi arteri karotis pada daerah 1/3 bawah kanan
5. Auskultasi arteri karotis kanan
6. Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus kiri
7. Palpasi arteri karotis pada daerah 1/3 bawah kiri
8. Auskultasi arteri karotis kiri
9. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan

4. Penyuntukan IV dan IM
Penyuntikan Intravena
Sebenernya tentir ini agak overlap sama tentir Pungsi Vena, karena prinsip-prinsipnya sama.
Bedanya, kalau pungsi vena untuk mengambil sampel darah, penyuntikan intravena untuk
memasukkan obat. Langkah-langkah yang lebih rincinya bisa dilihat di checklist.
Indikasi
 Untuk jalur intravena (penyuntikan obat intravena)
 Untuk pemasangan cairan infus (terapi cairan, resusitasi cairan)
Kontraindikasi
 Terdapat infeksi di daerah penusukan
 Terdapat alat shunting cimino (suatu hubungan langsung antara arteri dan vena yang
dibuat untuk keluar masuknya darah antara tubuh dengan mesin hemodialisis pada
pasien agagl ginjal kronik)  intinya ada alat lain yang dipasang ke vena jadi vena
sama arteri berhubungan langsung.
 Relatif : bila tempat penusukan merupakan daerah operasi
Komplikasi
 False route
 Hematoma subkutis
 Infeksi
 Iritasi/peradangan (phlebitis), terutama di vena tungkai
 Emboli udara
43

 Trombus (Deep Vein Thrombosis), terutama di vena tungkai


Lokasi Penusukan
Hal pertama yang dilakukan dalam penyuntikan intravena adalah selalu cari vena
dari bagian distal ekstremitas. Pilihan pertama adalah daerah dorsum manus. Apabila tidak
berhasil, carilah vena naik ke arah proksimal hingga daerah cubiti. Jika gagal di ekstermitas
atas, carilah vena di daerah dorsum pedis, bila gagal cari vena ke arah medial pergelangan
kaki. Ekstremitas bawah menjadi pilihan terakhir karena aliran vena lebih lambat sehingga
risiko terjadinya phlebitis dan thrombus lebih besar.

Sumber :
Slide Pemasangan Jalur Intravena dan Infus – Departemen Anestesiologi dan Terapi
Intensif FKUI – RSCM

Kompetensi
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan menyebutkan tindakan yang akan
dilakukan
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
CARA MENGAMBIL OBAT
3. Ambil jarum suntik yang baru
4. Buang sisa udara di dalam jarum dengan mendorong plunger
5. Ambil ampul aquabidest dan oleskan kapas alkohol, patahkan ujung ampul
44

6. Aspirasi obat 2 cc
7. Buang sisa udara di dalam jarum dengan mendorong plunger
CARA PENYUNTIKAN INTRAVENA
8. Sisihkan pakaian yang menutupi lengan
9. Pastikan pasien relax dan sangga (support) lengan pasien di bawah vena yang akan
Digunakan
10. Pasang tourniquet
11. Tentukan vena yang sesuai untuk suntikan
12. Tunggu beberapa saat agar vena membesar
13. Lakukan desinfeksi daerah suntikan dengan kapas alkohol. Mulai dari tengah ke perifer.
Tunggu sampai alkohol kering.
14. Stabilisasi vena dengan meregangkan kulit dengan arah longitudinal terhadap vena.
Lakukan
ini dengan tangan yang tidak akan digunakan untuk insersi jarum.
15. Arahkan jarum dengan sudut antara 10-35 derajat
16. Tusuk kulit dan masukan jarum ke vena
17. Pegang syringe dan jarum dengan stabil
18. Aspirasi. Apabila darah vena terlihat, jarum telah masuk vena. Bila tidak terlihat darah
vena,
coba lagi.
19. Kendurkan tourniqet.
20. Suntikan obat
21. Periksa, apakah ada nyeri, bengkak, hematom. Apabila ragu apakah jarum masih di
dalam
vena, dapat dilakukan asapirasi kembali.
22. Tarik jarum dengan gentle, setelah obat masuk.
23. Segera tekan daerah bekas suntikan dengan kapas alkohol
24. Lepaskan kapas alkohol dan lihat apakah ada perdarahan di tempat suntikan. Bila
diperlukan
plester kapas alkohol di tempat suntikan
25. Buang bekas suntikan pada tempat sampah medis
45

Penyuntikan Intramuskular
Penyuntikan intramuskular adalah salah satu cara pemberian obat parenteral. Teknik ini
dapat mengurangi rasa nyeri karena iritasi obat. Penyuntikan intramuskular bisa digunakan
dalam pemberian obat yang dosisnya lebih banyak dibandingkan teknik subkutan atau
intradermal dan obat yang cepat diabsorbsi. Obat yang diserap melalui penyuntikan ini
bergantung pada besarnya aliran darah ke tempat injeksi dan komposisi lemak dibandingkan
otot di tempat tersebut. Modulasi obat sendiri dapat mencapai batas tertentu akibat adanya
panas lokal, massage, atau olahraga. Pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi injeksi
intramuskular adalah memilih lokasi yang jauh dari pembuluh darah besar, saraf, dan
tulang.
Indikasi

 Penyakit atau kondisi yang memerlukan pemberian obat/vaksin secara parenteral


 Pasien yang tidak kooperatif
 Obat tidak dapat diberikan secara peroral
Kontraindikasi
 Terdapat inflamasi, edema, iritasi, tahi lalat, tanda lahir, dan jaringan parut pada
daerah penyuntikan
 Alergi terhadap obat yang akan diberikan
 Tidak tersedia penyuntikan yang adekuat
 Gangguan pembekuan darah
 Penyakit arteri perifer
 Syok
 Gangguan absorbsi perifer
 Pasien pasca terapi trombolitik
 Acute myocardial infarction

Komplikasi
 Rasa tidak nyaman dan nyeri, bisa terjadi memar atau bengkak pada tempat injeksi
 Cedera nervus yang berdekatan dengan situs injeksi
 Reaksi anafilaktik atau toksik
46

 Kesalahan medik
 Infeksi atau abses
 Lipodistrofi atau atrofi jaringan lemak
 Jangka panjang : fibrosis otot dan kontraktur, abses pada tempat injeksi, gangren
dan cedera saraf (nervus radialis), infeksi hepatitis B dan C atau HIV
 Obat yang tidak terabsorbsi akibat tidak merotasi lokasi pada pasien dengan injeksi
berulang.
4 Tempat Utama Penyuntikan Intramuskular :
1. Deltoid

Muskulus deltoid terletak pada bagian lateral humerus. Lokasi penyuntikannya


terletak pada 2-3 jari pasien dibawah prosesus akromion. Penyuntikan pada
muskulus deltoid dapat dilakukan dalam berbagai posisi. Jumlah obat yang ideal
untuk disuntikkan adalah 0,5 - 1 cc, dengan volume suntikan ideal 1 - 4 ml dan
maksimal 5 ml. Kekurangan dari penyuntikan ini adalah area penyuntikannya kecil.
Apabila kita menyuntik terlalu jauh kebawah, suntikan dapat mengenai organ
penting seperti arteri brachialis atau nervus radialis. Agar tonus otot berada pada
kondisi yang mudah disuntik dan rasa nyeri yang dirasakan pasien berkurang,
mintalah pasien untuk meletakkan tangan di pinggul (kayak peragawati aja ya
hehehe).
2. Gluteus Medius
47

Untuk mengetahui lokasi penyuntikan, buatlah garis maya antara trochanter mayor
dan spina iliaka posterior superior (SIPS). Kemudian, tentukan lokasi yang berada di
bagian lateral atas 1/3 garis maya tersebut. Penyuntikan ini paling mudah dilakukan,
namun angka terjadinya komplikasi lebih tinggi. Jumlah obat yang ideal untuk
disuntikkan adalah 1 – 3 cc, dengan volume suntikan ideal 2 - 4 ml. Kontraindikasi
dari penyuntikan ini adalah pasien anak dibawah usia 2 tahun atau pasien berbadan
kurus.
3. Ventrogluteal
48

Untuk mengetahui lokasi penyuntikan, letakkan tangan pada trochanter mayor,


ujung jari menyentuh spina iliaka anterior superior (SIAS). Geser jari tengah ke lateral
membentuk segitiga dengan jari telunjuk. Lokasi penyuntikan berada di bagian
tengah segitiga. Penyuntikan ini dapat dilakukan pada anak usia diatas 7 tahun dan
orang dewasa. Jumlah obat yang ideal untuk disuntikkan adalah 1 – 3 cc, dengan
volume suntikan ideal 1 - 4 ml. Posisi pasien saat injeksi dapat telungkup, telentang,
atau miring. Namun, posisi yang paling memudahkan adalah posisi miring dengan
lutut ditekuk dan agak dinaikkan menuju dada.
4. Vastus Lateralis

Otot ini terletak di bagian lateral paha mulai dari trochanter mayor hingga lutut.
Lokasi penyuntikan berada di daerah di bawah satu tangan dari trochanter mayor
dan satu tangan diatas lutut. Bagilah daerah tersebut menjadi tiga bagian dan daerah
suntikan paling aman adalah daerah 1/3 tengah. Penyuntikan ini dapat dilakukan
pada bayi dan anak-anak berusia dibawah 7 bulan. Jumlah obat yang ideal untuk
disuntikkan adalah 1 – 4 cc (1 – 3 cc untuk bayi), dengan volume suntikan ideal 1 - 5
ml (1 – 3 ml untuk bayi). Pada bayi atau orang tua, kulit diatasnya terkadang perlu
ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat.
49

Kompetensi
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan menyebutkan tindakan yang akan
dilakukan
2. Cuci tangan
CARA MENGAMBIL OBAT
3. Ambil jarum suntik yang baru
4. Buang sisa udara di dalam jarum dengan mendorong plunger
5. Ambil ampul aquabidest dan oleskan kapas alkohol, patahkan ujung ampul
6. Aspirasi obat 2 cc
7. Buang sisa udara di dalam jarum dengan mendorong plunger
8. Kosongkan jarum suntik dengan membuang obat ke mangkok yang telah tersedia
CARA PENYUNTIKAN INTRAMUSKULER
Berhubung boneka dapat rusak bila disuntik dengan cairan maka pada latihan ini dilakukan
penyuntikan dengan udara
9. Aspirasi udara 2 cc
PENYUNTIKAN VENTROGLUTEAL DAN GLUTEUS MEDIUS
10. Minta pasien berbaring telungkup dan menurunkan celana agar bagian bokong terlihat
jelas
11. Tentukan daerah suntikan
12. Bersihkan daerah suntikan dengan kapas alkohol. Mulai dari tengah ke perifer. Tunggu
sampai alkohol kering
13. Dengan jari jempol dan telunjuk tangan bebas tekan daerah suntikan dan kulitnya
Direnggangkan
14. Dengan sudut 90 derajat masukkan jarum dengan cepat dan lurus hingga ke otot
15. Dengan tangan bebas pegang jarum suntik
16. Lakukan aspirasi sambil melihat apakah ada darah yang terhisap
17. Bila ada darah, cabut jarum tersebut dan ganti dengan jarum lain
18. Suntikkan obat
19. Dengan sudut 90 derajat tarik jarum dengan cepat
20. Segera tekan daerah bekas suntikan dengan kapas alkohol
50

21. Lepaskan kapas alkohol dan lihat apakah ada perdarahan di tempat suntikan
22. Buang bekas suntikan pada tempat sampah medis
PENYUNTIKAN VASTUS LATERALIS
23. Minta pasien berbaring telentang
24. Tentukan daerah suntikan
25. Bersihkan daerah suntikan dengan kapas alkohol. Mulai dari tengah ke perifer. Tunggu
sampai alkohol kering
26. Dengan jari jempol dan telunjuk bebas tekan daerah suntikan dan kulitnya
direnggangkan
27. Dengan sudut 90 derajat masukkan jarum dengan cepat dan lurus hingga ke otot
28. Dengan tangan bebas pegang jarum suntik
29. Lakukan aspirasi sambil melihat apakah ada darah yang terhisap
30. Bila ada darah, cabut jarum tersebut dan ganti dengan jarum lain
31. Suntikkan obat
32. Dengan sudut 90 derajat tarik jarum dengan cepat
33. Segera tekan daerah bekas suntikan dengan kapas alkohol
34. Lepaskan kapas alkohol dan lihat apakah ada perdarahan di tempat suntikan
35. Buang bekas suntikan pada tempat sampah medis
Sumber : Pedoman Penyuntikan Intramuskular & Tentir 2009 Injeksi Intramuskular
Video :Penyuntikan IM :
Cara : http://www.youtube.com/watch?v=6RZWhEKGSVk
Menentukan lokasi :
http://www.youtube.com/watch?v=QrSJTjNJR6s
http://www.youtube.com/watch?v=2YaB9crnPdU
http://www.youtube.com/watch?v=BlWcyoU5Rk8
http://www.youtube.com/watch?v=uZOrP_NcjpU
51
52

Nah, masih ingat kan modul muskulo? Seperti yang kita ketahui sistem muskuloskeletal
terdiri dari tulang, sendi, otot dan saraf dan kelainannya dapat berupa :
1. Kongenital dan kelainan perkembangan 5. Tumor dan lesi yang mirip dengan
2. Infeksi dan inflamasi tumor
3. Arthritis dan kelainan rematik 6. Gangguan sensoris dan kelemahan otot
4. Disfungsi metabolik dan degenerasi 7. Cedera dan gangguan mekanis yang
terjadi
Gejala yang timbul umumnya adalah :
1. Nyeri 4. Kelainan bentuk (deformitas)
2. Kekakuan sendi 5. Gangguan sensibilitas
3. Bengkak 6. Gangguan fungsi
Jadi, pemeriksaan fisik sebenarnya mulai dilakukan saat melihat pasien dengan
mengobservasi tampilan, postur dan cara berjalan. Pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan
keadaan umum dan lokal. Pemeriksaan lokal ( dimulai dari sisi yang sehat) terdiri dari :
1. Inspeksi : LOOK ( skin, shape, position )
2. Palpasi : FEEL (skin, soft tissues, bone and joints)
3. Gerak : MOVE (aktif, pasif, abnormal)
4. Test khusus

LOOK :
- Kulit : parut luka (scar), perubahan warna dan lipatan kulit abnormal
- Shape / bentuk : bengkak, wasting, benjolan, bentuk tulang bengkok
- Posisi : berbagai kelainan sendi dan lesi saraf mengakibatkan deformitas yang khas. Ingat
ekstremitas memiliki 3 dimensi, sehingga carilah deformitas dalam 3 bidang.
FEEL :
- Kulit : hangat/dingin, lembab/kering, sensoris normal/abnormal
- Jaringan lunak : benjolan, pulsasi
- tulang dan sendi : bentuk luar, penebalan sinovial, cairan sendi
- Nyeri tekan : selalu penting dan sering kali diagnostik bila terlokalisir

MOVE :
- Aktif : minta pasien untuk menggerakkan sendi dan periksa kekuatannya
53

- Pasif : catat lingkup gerak sendi pada setiap bidang gerak fisiologis
- Abnormal ? : stabilitas gerak sendi
TEST KHUSUS :
- Pemeriksaan ini khusus untuk daerah tertentu dengan keunikan tertentu

1. Pemeriksaan ekstremitas atas


Pemeriksaan Bahu

Struktur Anatomi
Tulang : Otot : o levator scapulae
- humerus - Skapulohumeral : ‘SITS’ - Aksiohumeral
- klavikula (=’rotator cuff’) o pektoralis mayor
- skapula o supraspinatus o pektoralis minor
Sendi : o infraspinatus dan teres o latissimus dorsi
- glenohumeral minor
- sternoklavikular o subskapularis Lain-lain :
- akromioklavikular - Aksioskapular : - Kapsul sendi
- ‘sendi’ skapulotorasik o trapezius - Bursa : ‘
o rhomboid o bursa subskapularis
o serratus anterior o bursa subakromial

Teknik Pemeriksaan
54

Pemeriksaan dimulai saat pasien memasuki ruangan dengan melihat cara berjalan dan
melenggang lengannya. Kedua bagian bahu sampai dengan tangan harus dapat dilihat.
(pasien harus melepaskan pakaian atas seluruhnya)
INSPEKSI/LOOK
Perhatikan bahu dari :
- depan, samping dan belakang
- bentuk sendi bahu : simetrisitasnya, perbedaan tinggi
- perhatikan penonjolan tulang (bony prominences) klavikula, skapula
- kontur otot deltoid, trapezius, supra spinatus.
- perhatikan adanya pembengkakan, deformitas, atrofi otot, fasikulasi
- perubahan warna kulit, gambaran pembuluh darah.
- Minta penderita menunjuk daerah yang sakit
PALPASI/FEEL :
o Nyeri pada puncak bahu : sendi akromioklavikular
o Nyeri pada aspek lateral : rotator cuff
o Nyeri bagian anterior : tendon bisipital
- Raba tonjolan-tonjolan tulang : adanya nyeri tekan
MOVE/RANGE OF MOTION
Terdapat 6 gerak ‘sendi bahu’ (=’shoulder girdle’)
- fleksi (=forward flexion) : 0-1650
- ekstensi (=backward extension) : 0-600
- abduksi : 0-1700
- adduksi : 0-500
- rotasi internal (ri) dalam adduksi – ri dalam abduksi 90
- rotasi eksternal (re) dalam adduksi – re dalam abduksi 90
TEST KHUSUS :
- ‘Apley scratch test’ : pasien meraih skapula kontralateral dengan abduksi dan adduksi.

Pemeriksaan Siku
55

Tulang : - proksimal ulna : Otot :


- distal humerus : o olekranon - bisep
o kondilus lateralis o fossa olekranii - trisep
o kondilus medialis o prosesus coronoid - ankoneus
o epikondilus medialis - brakhioradialis
o troklea humeri Sendi : - pronator teres
- sendi radio-humeral - supinator
- proksimal radius : - sendi radio-ulnar
o kaput radii proksimal
o kolum radii - sendi humero-ulnar

Teknik Pemeriksaan
INSPEKSI/LOOK
- Kedua siku harus dapat terlihat dari depan, samping dan belakang.
- Perhatikan bentuk siku dalam ekstensi dan fleksi
- Perhatikan adanya benjolan atau bengkak.
PALPASI/FEEL
- Raba prosesus olekranon
- Raba epikondilus lateral dan medial
- Raba adanya nyeri tekan, bengkak dan penebalan
- Raba N Ulnaris antara prosesus olekranon dan epikondilus medialis
MOVE/RANGE OF MOTION
- Fleksi , Ekstensi , Pronasi , Supinasi
Pemeriksaan Telapak Tangan
56

Tulang : o radiokarpal - Ekstensor


- Radius dan ulna distal o radio-ulnar distal - Pronator
- 8 tulang karpal o interkarpal - Supinator
- ujung distal radius dan - Intrinsik (lumbrikal dan
ulna - Tangan dan jari : interosseus)
- 5 metakarpal o falangs metakarpal
- jari 2 – 5 : falangs (MCP) Lain-lain :
proksimal, tengah, distal o interfalangs proksimal - Tendon dan sarung
- jempol : tidak memiliki (PIP) tendon
falangs tengah o interfalangs distal (DIP) - Carpal tunnel
- Saraf
Sendi : Otot :
- Pergelangan tangan : - Fleksor
57

Teknik Pemeriksaan
INSPEKSI/LOOK
Perhatikan posisi tangan :
- dalam gerakan wajar ( gerakan normal, wajar dan lentur)
- ‘at rest’, jarijemari dalam sedikit fleksi dan paralel satu dengan lainnya.
Permukaan dorsal dan palmar :
- pergelangan tangan
- tangan dan jari
- perhatikan adanya pembengkakan pada sendi
Deformitas pergelangan tangan, tangan, jari jemari
Perhatikan kontur permukaan palmar :
- Tenar
- Hipotenar
PALPASI/FEEL
Pergelangan tangan : perhatikan
pembengkakan, nyeri
- permukaan lateral dan medial ( distal
ulna dan radial)
- palpasi lekuk (‘groove’) pada daerah
dorsal dengan ibu jari dan jari2 lain
pada palmar
- raba prosesus styloideus radii
- raba ‘anatomical snuffbox’ (distal dari proc. styl.rad.)
- raba ke delapan os carpalia, metakarpal dan falangs
- kompresi medial-lateral daerah MCP dengan genggaman ibu jari dan jari lainnya
- raba bagian distal dan sisi-sisi ‘knuckles’ dengan ibu jari sambil jari telunjuk meraba kaput
metakarpal pada daerah palmar.
- raba ibu jari dan jari lainnya dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk anda : bagian
medial dan lateral PIP, DIP
58

MOVE/RANGE OF MOTION
Pergelangan tangan : Jari jemari :
- Fleksi/ekstensi : - Fleksi ekstensi
o Stabilkan lengan bawah (pegang siku) - Abduksi/adduksi
o Gerakan aktif
o Gerakan pasif Ibu jari :
- Fleksi/ekstensi
- Deviasi radial dan ulnar : - Abduksi/adduksi
o Gerakan aktif - Oposisi
o Gerakan pasif
Test Sensoris Jari
- Kekuatan genggam : Test sensoris untuk memeriksa secara
o Perintahkan menggenggam jari telunjuk kasar integritas saraf perifer
dan tengah anda - N. Medianus : pulpa jari telunjuk (II)
o Usahakan melepaskan jari dari - N. Ulnaris : pulpa jari V
genggaman - N. Radialis : bagian dorsal ‘webspace’
antara ibu jari dan telunjuk
59

Pemeriksaan ekstremitas atas


Aktivitas
Pemeriksaan Bahu
Inspeksi saat pasien berjalan (lihat bahunya lurus ga, atau lihat apakah terlihat
1
kesakitan)
Inspeksi bentuk sendi bahu (penonjolan tulang klavikula dan skapula), kontur otot
2 (deltoid, trapezius, supra spinatus), (pembengkakan, deformitas, atrofi otot, dan
fasikulasi), serta perubahan warna kulit dan gambaran pembuluh darah
3 Palpasi pada tonjolan tulang (nyeri)
4 Melakukan move 6 gerak sendi bahu
5 Melakukan ‘Apley scratch test’
Pemeriksaan Siku
1 Inspeksi (bentuk siku dalam ekstensi dan fleksi, ada benjolan /bengkak)
Palpasi (raba prosesus olekranon, epikondilus lateral dan medial, nyeri tekan,
2 bengkak dan penebalan,
N Ulnaris antara prosesus olekranon dan epikondilus medialis
3 Melakukan move (fleksi, ekstensi,pronasi, supinasi)
Pemeriksaan pergelangan tangan dan tangan
Inspeksi posisi tangan, permukaan dorsal dan palmar, deformitas (pergelangan
1
tangan, tangan, dan jari), kontur permukaan palmar
2 Palpasi pergelangan tangan (pembengkakan, nyeri)
3 Melakukan move (pergelangan tangan, jari, ibu jari)
4 Melakukan tes sensori jari
60

2. Pemeriksaan ekstremitas bawah


Pemeriksaan Gelang Pinggul (Coxa/Hip)
Struktur Anatomi

Tulang : Otot : grup ektensor, fleksor dan adduktor


- asetabulum - gluteus maksimus/minimus
- kaput femur - piriformis
- kollum femur - gemelli superior
- trokanter mayor - obturator internus
- trokanter minor - gemeli inferior
- iliopsoas
Sendi : - tensor fascia lata
- sendi koksa - rektus femoris
- sartorius
- adduktor

Teknik Pemeriksaan
INSPEKSI/LOOK
- observasi gaya berjalan (gait) : stance dan swing phase
- perhatikan daerah lumbal saat berjalan
- kulit sekitar panggul
- asimetri kontir otot
61

PALPASI/FEEL
Pasien berbaring :
- krista iliaka
- SIAS
- PSIS
- trokanter mayor
- tuberositas ischium
- regio inguinal : NAV femoralis

MOVE/RANGE OF MOTION
Terlentang : - Rotasi eksternal
- Fleksi Tengkurap :
- Abduksi - Ekstensi
- Adduksi - Rotasi internal
- Rotasi internal - Rotasi eksternal

PEMERIKSAAN LUTUT
Struktur Anatomi

Tulang :
- Femur distal
- Tibia proksimal
- Patella
- Fibula proksimal
62

Sendi : - Tendon patella


- Tibiofemoral
- Patellofemoral Lain-lain :
- Meniskus lateral
Otot : - Meniskus medial
- Ekpansi quadrisep - Anterior Cruciate Ligamen (ACL)
- Vastus medialis - Posterior Cruciate Ligamen (PCL)
- Vastus lateralis - Ligamen Kolateral Lateral
- Vastus intermedius - Ligamen Kolateral Medial
- Rektus femoris - Kapsul sendi

Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan dimulai saat pasien memasuki ruangan dengan melihat cara berjalan, posisi
lutut saat berjalan. Bagian lutut harus dapat dilihat.

INSPEKSI/LOOK
- posisi lutut saat berdiri, jalan dan berbaring
- warna kulit, gambaran vaskularisasi
- pembengkakan atau massa pada bagian anterior/posterior, lateral/medial
- luka/fistel/ulkus

PALPASI/FEEL
- meraba pembengkakan/massa, deskripsi konsistensi dan batas-batasnya
- meraba vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah di lutut.
- meraba posisi patella di lutut
- perhatikan adanya nyeri tekan di persendian
- The bulge sign
- Test ballotement patella
63

MOVE/RANGE OF MOTION
- menilai range of motion (ROM) lutut dengan gerakan fleksi-ekstensi dan menyatakannya
dalam derajat. Normal : 0 - 1200
Test khusus :
- Test stabilitas sendi lutut :
o Anterior drawer sign
o Posterior drawer sign

Pemeriksaan Ankle dan Kaki


Struktur Anatomi

Tulang : Sendi :
- Tibia - tibiotalar
- Fibula - subtalar
- Talus
Teknik Pemeriksaan
INSPEKSI/LOOK
- permukaan ankle dan kaki : deformitas, nodul, bengkak, kelainan kulit, ‘corn’ (mata ikan),
‘calluses’ (kapalan). plantar wart, ulkus
- kelainan pada jari kaki : hallux valgus, hammer toes
64

PALPASI/FEEL
- bagian anterior sendi pergelngan kaki/ankle : nyeri tekan, bengkak
- tumit dan tendo achilles
- MTP
- kompresi MTP 1-5 mediolateral
- kaput MT

MOVE/RANGE OF MOTION
- plantar fleksi - inversi
- dorsi fleksi - eversi

Aktivitas
Pemeriksaan Gelang Panggul
1. Inspeksi gaya berjalan (gait), daerah lumbal saat berjalan, kulit sekitar panggul,
asimetri kontir otot
2. Melakukan palpasi saat pasien berbaring
3. Melakukan move (terlentang, dan tengkurap)
Pemeriksaan Lutut
1. Inspeksi lutut saat berjalan, posisi saat berdiri, berbaring, wana, vaskularisasi,
pembengkakan, massa, dan luka
2. Palpasi pembengkakan / massa, vaskularisasi/pulsasi, posisi patella, nyeri tekan,
bulge sign, ballotement
3. Melakukan move / range of motion lutut (ekstensi dan fleksi) dan
4. Melakukan tes stabilitas sendi lutut
Pemeriksaan ankle dan kaki
1. Inspeksi permukaan ankle dan kaki, kelainan jari kaki
2. Melakukan palpasi (nyeri tekan, bengkak)
3. Melakukan move/ROM (plantar fleksi, dorsi fleksi, inversi, eversi)
65

3. Pemeriksaan fraktur tulang panjang dan lower back


Fraktur adalah gangguan atau kerusakan struktural pada kontinuitas tulang dan
sendi. Fraktur secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : terbuka (compound)
dan tertutup (simple). Fraktur dikatakan terbuka bila daerah yang fraktur berhubungan
langsung dengan lingkungan luar sehingga rawan terkontaminasi dan terinfeksi sedangkan
yang tertutup tidak.
Nah, fraktur tulang panjang adalah fraktur yang terjadi pada tulang panjang, seperti
tulang humerus, ulnar, radius, femur, dan tibia. Masih ingat kan teman2, kalo fraktur tulang
itu ada yang patologis (gaya yang tidak terlalu besar namun mengenai tulang yang
abnormal) ada yang karena trauma/kecelakaan (gaya yang terlampau besar yang mengenai
tulang normal), ada pula yang karena stress atau tekanan berulang-ulang.
Pemeriksaan
Pemeriksaan fraktur ini prinsipnya hampir-hampir sama dengan pemeriksaan
musculoskeletal lainnya, cuman yang perlu lebih ditekankan adalah prinsip DO NO FURTHER
HARM –nya.
Selain itu, sebelum melakukan pemeriksaan ke frakturnya, pastikan dulu keadaan umum
pasien. Periksa kesadaran dengan (Alert, Voice, Pain, Unconscious), periksa pula Airway,
Breathing dan Circulation- nya. Pastikan ada atau tidak adanya tanda-tanda syok (akral
dingin, nadi lemah dan cepat), perdarahan, penurunan kesadaran (gangguan otak) ,
gangguan medulla spinalis dan penyakit penyerta lainnya. Baru kemudian dilakukan
pemeriksaan fraktur berupa :
LOOK
 Melakukan inspeksi pada daerah yang mengalami fraktur, mencatat penampakan apa
saja yang ditemukan, misalnya seperti bengkak, memar, deformitas, atau luka (pin point,
laserasi dan ekskoriasi), jenis fraktur tertutup atau terbuka (derajat 1, 2, 3) dan
melaporkannya. Dalam melaporkan usahakan sejelas mungkin agar orang yang
membaca atau mendengar laporan tersebut dapat membayangkan bentuk dan letak
jejasnya tanpa harus melihat langsung.
misal : Pada paha sebelah kiri bagian anterior, 20 cm dari pangkal paha terdapat memar
berbentuk menyerupai lingkaran, disertai tanda-tanda inflamasi seperti bengkak, dan
merah dengan diameter 6cm. Tidak terdapat adanya luka terbuka. Terjadi deformitas di
66

bagian paha kiri berupa terbentuknya angulasi dan pemendekan.  Fraktur tertutup os.
femur kiri.
Nah, untuk mengingatkan teman-teman, ini ada klasifikasi fraktur:
 Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
hubungan dunia luar.
 Fraktur terbuka (Open atau Compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan dikulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga
derajat (menurut R Gustillo), yaitu :
o Derajat I :
Luka < 1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif ringan
Kontaminasi minimal
o Derajat II
Laserasi > 1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas
Fraktur kominutif sedang
Kontaminasi sedang
o Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas :
a. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat
laserasi luas, atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh
trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
b. Kehilangan jaringan lunak dengan besarnya fraktur tulang yang terpapar atau
kontaminasi masif
c. Luka pada pembuluh arteri atau saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa
melihat kerusakan jarigan lunak
FEEL
Melakukan palpasi dengan gentle, ingat menangani jaringan atau ekstremitas yang cedera
dengan ‘gentle’. Tanda krepitus atau gerakan abnormal akan menimbulkan rasa nyeri, dan
kalau memang tidak memungkinkan jangan memberikan tekanan yang berlebihan.
67

 Periksa apakah ada


o Nyeri tekan lokal, lakukan penekanan pada daerah yang terlihat mengalami
deformitas. Kalau pada nyeri tekan lokal sudah terasa sangat sakit, jangan
dilakukan manipulasi lain seperti nyeri goyang dan nyeri sumbu.
o Nyeri goyang, yaitu dengan menggoyangkan secara gentle daerah sekitar yang
dicurigai mengalami fraktur.
o Nyeri sumbu (dilakukan pada fraktur yang inkomplit). Pemeriksaan dilakukan
dengan cara: misalnya frakturnya di paha atau betis, nah nyeri sumbu ini
dilakukan dengan melakukan penekanan pada telapak kaki dan agak didorong
gitu. Rasanya akan sakit sekali. Pemeriksaan nyeri sumbu TIDAK DIANJURKAN
dilakukan lagi karena akan menambah trauma. Jadi kalo udah kelihatan itu
fraktur ya udah ga usah cek ini lagi.
o NVD (neurovascular disturbance)  meraba dan menilai nadi pada bagian distal
dari ekstremitas yang cedera, bandingkan juga dengan sisi kontralateralnya.
MOVE
Periksa apabila terdapat krepitasi dan nyeri bila digerakkan. Jangan lakukan manipulasi yang
berlebihan pada bagian yang cedera, suruh pasien untuk menggerakan sendiri sendi-sendi
distal daerah yang cedera. Lihat ROM, gangguang fungsi dan kekuatan gerakannya.

Pemeriksaan Lower back


Lower back adalah daerah punggung bawah dimulai dari vertebra lumbal (5 ruas),
sacral (5 ruas) hingga koksigeal (3-4 ruas) serta sendi-sendi yang menghubungkannya seperti
sendi faset intervertebral, diskus intervertebralis, dan sendi sarkoiliaka kanan dan kiri. Selain
tulang dan sendi, terdapat pula otot para spinal yang memanjang sejajar dengan vertebra
selain itu ada pula nervus ischiadicus yang melewati foramen ischiadica di os.pubis dan terus
memanjang ke paha bagian belakang.
Nah, tentunya pemeriksaan fisik lower back ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan pada sistim musculoskeletal lower back, yang biasanya dirasakan pasien
dengan keluhan utama nyeri punggung bawah (lower back pain). Teknik pemeriksaan yang
dilakukan secara umum hampir sama dengan teknik pemeriksaan musculoskeletal lainnya,
yaitu LOOK, FEEL, MOVE serta pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan :
68

LOOK :
 Pemeriksaan ini dilakukan dari mulai pasien jalan masuk ke ruang pemeriksaan, kita lihat
cara jalannya.
o Apakah pasien jalannya diseret? Atau badannya condong miring ke kanan, kiri,
depan atau belakang?
 Meminta pasien untuk membuka baju atasan dan berdiri. Lalu dari belakang pasien kita
lihat:
o Kesegarisan kepala, leher, punggung, dan sacrum
Pada keadaan normal memang kepala, leher, punggung dan sacrum tidak 100%
lurus rus. Tapi secara keseluruhan kalo diletakan bandul, talinya dari leher maka
bandulnya akan jatuh di ujung sacrum
o adakah kurvatura?  kalau ada = skoliosis
o Bahu kiri dan kanan, serta pelvis apakah segaris dan seimbang?

 Dari Dari samping periksa kurvatur servikal, torakal, dan lumbal. Pada keadaan normal,
servikal akan sedikit lordosis, thorakal akan memliki kurvatur kifosis dan lumbal akan
memiliki kurvatur lordosis. Pada penuaan kifosis pada thorakal akan bertambah parah
sehingga menimbulkan penampakan bongkok.
69

FEEL
 Palpasi prosesus spinosus dengan menggunakan ibu jari, melihat apakah adanya nyeri
tekan
 Palpasi sendi sarkoiliaka, cara menemukan sendi sarkoiliaka itu, di bagian cekungan
dibagian spina iliaka posterior superior ini nih…

 Perkusi ringan (gentle percussion) sepanjang tulang belakang dengan memukul ringan
menggunakan bagian ulnar pergelangan tangan., apakah ada nyeri tekan?
 Palpasi otot paraspinal, dengan melakukan penekanan, periksa apakah ada nyeri tekan
ataupun kekakuan.
 Meminta pasien berbaring ke samping dengan fleksi panggul dan lutut. Meraba dan
memberi tekanan pada sepanjang perjalanan nervus ischiadicus diantara trochanter
mayor dan tuberositas ischiadica. Apakah ada nyeri tekan.

MOVE  pasif (dengan bantuan dokter agar lebih maksimal) dan aktif (dengan kemampuan
pasien sendiri)
 Meminta dan membantu pasien melakukan
o Fleksi dan ekstensi
o Rotasi
o Lateral bending
 Meminta pasien melakukannya sendiri, apakah ada
nyeri atau kesulitan dalam melakukan gerakan
(ROM berkurang)
70

Aktivitas
Pemeriksaan Lower Back
1. Inspeksi postur, gaya berjalan, kesegarisan (kepala, leher, punggung, sakrum),
kurvatura
2. Palpasi prosesus spinosus, sendi sakroiliaka, perkusi tulang belakang, otot paraspinal,
nervus ischiadicus
3. Melakukan move/ROM fleksi/forward bending, ekstensi, rotasi kanan kiri, fleksi
lateral kanan kiri/lateral bending
Pemeriksaan Fraktur Tulang Panjang (Diagnosis Fraktur)
1. Pastikan ada tidaknya tanda-tanda syok/perdarahan, gangguan pada otak, medula
spinalis, dll
2. Melakukan pemeriksaan dengan gentle pada jaringan yang cedera
3. Inspeksi bengkak, memar, deformitas, luka
4. Palpasi nyerin tekan lokal, nyeri goyang, nyeri sumbu, NVD  raba dan nilai nadi
pada bagian distal dari cedera. Bandingkan dengan sisi kontralateral.
5. Melakukan move (pasien diminta untuk menggerakkan sendi bagian distal cedera)
krepitus dan gerakan abnormal akan terlalu nyeri bila dilakukan.
71

Untuk lebih jelasnya teman2 bisa lihat di video pemeriksaan muskuloskeletal KKD
yang ada di dropbox.
Sumber :
 Bickley LS. Bate’s guide to physical examination and history taking. 8ed. United
State; Lippincott Williams & Wilkins; 2003.
 Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fracture.
9ed. United Kingdom : Hodder Arnold; 2010.
 Checklist, Panduan, dan catatan KKD

4. Pemeriksaan Radiologi
Teman-teman, untuk radiologi selengkapnya ada di slide, nah di tentir ini, akan ditekankan
beberapa point yang penting nihh…
Kalo didefinisiin, radiologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang menggunakan
teknologi pencitraan sebagai alat diagnosis (radiologi diagnostic) maupun untuk treatment /
pengobatan (radioterapi). Nah, modalitas yang ada yaitu :
– Plain x rays
– Fluoroscopy
– Ultrasound
– Computed Tomography
– Magnetic Resonance Imaging
– Nuclear Medicine
– IVR (Interventional Radiology)
Nah, bidang radiologi yang bisa sebagai diagnostic dan terapi ada juga loh, disebutnya
radiologi intervensional yang berupa radiologi nuklir. Keren kannn…
Sekarang kita bahas modalitasnya satu per satu secara singkat ya..
1. Plain x-rays  foto polos
cara kerjanya adalah: sinar-x dilewatkan ke tubuh pasien kemudian hasilnya akan
ditampilkan pada film radiografik. Biasa digunakan untuk pemeriksaan dada, abdomen-
urogenital dan skeletal. Kalo jaman dulu, foto polos ini sifatnya masih conventional
radiografi, jadi hasil fotonya cuma bisa dalam bentuk film, sedangkan jaman sekarang
72

sudah ada computed radiography jadi hasil fotonya menggunakan kaset khusus yang
mengandung fosfor dan bisa dilihat di computer, selain itu ada juga digital radiography,
yang ini sama sekali ga pake film ato kaset, jadi gambarnya langsung keluar di layar
computer.
Indikasi pemeriksaan foto polos adalah : CANTIK -- Congenital, Aging Process, Tumor-
trauma, infection, kegawat-daruratan
2. Fluoroscopy  real time x-ray imaging
Digunakan untuk mendiagnosa pasien dengan memasukan berkas pemancar x-ray ke
dalam tubuh pasien sehingga memancarkan radiasi yang ditransmisikan ke monitor
sehingga dapat memperlihatkan gerakan bagian tubuh yang diperiksa.
Aplikasinya pada :
 Barium studies
 Gastrointestinal
 Arteriography
 Interventional radiology
3. Ultrasound
Modalitas ini tidak menggunakan radiasi sinar x melainkan menggunakan gelombang
suara frekuensi tinggi yang diproduksi oleh sebuah transducer, gelombang tersebut akan
dipantulkan oleh organ dan akan ditangkap kembali oleh transducer tersebut dan
dikonversi menjadi sinyal listrik yang diproses menjadi gambar hitam-putih, sifatnya
real-time, mudah dan murah, kurang baik untuk tulang dan material berudara, multi
directional, operator dependent dan probe bervariasi sesuai tujuan.
Digunakan untuk memeriksa struktur yang bergerak, kecepatan peredaran darah,
jantung dan arteri serta vena. Sekarang udah ada USG 4D loh (panjang, lebar, tinggi +
waktu)
4. Computed Tomography ( CT-Scan )
Pancaran sinar X-ray yang berputar mengelilingi dan menembus pasien sehingga
menghasilkan gambar dengan potongan transversal. Pola yang terbentuk ditangkap dan
dianalisis oleh computer dengan nilai absorpsi 1000 untuk tulang dan -1000 untuk udara
(hounsfield unit).
73

CT-scan ada yang axial (stepwise), ada yang helical (continous) bedanya, kalo yang
helical itu pasien geraknya berkelanjutan jadi ga sepatah sepatah kaya yang axial.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI tidak menggunakan sinar X melainkan menggunakan medan magnet dan
radiofrekuensi tinggi. Jadi cara kerjanya adalah tubuh manusia ada proton, nah dengan
diberi medan magnet kuat maka proton-proton itu akan dibuat menjadi searah, setelah
itu diberi gelombang radiofrekuensi tinggi yang menyebabkan proton-proton tersebut
berubah arahnya kembali ke semula, energi yang dipakai oleh untuk relaksasi proton
tersebut untuk setiap bagian tubuh berbeda-beda sehingga akan menghasilkan hasil MRI
yang berbeda-beda pula. Paling baik dipakai untuk melihat jaringan lunak.
6. Kedokteran nuklir
Berupa kamera gamma dan radionuklida, memiliki sensitivitas yang tinggi, isotop yang
sering dipakai yaitu Technetium-99m.Contohnya pada :
 SPECT (single photon emission computed tomography)
 PET (positron emission tomography)
Jadi nanti pasien disuntik radiofarmaka, sehingga pasien akan memancarkan radiasi.
Biasanya digunakan untuk melihat iskemik dan metastasis.
7. Radiologi intervensional
Digunakan untuk diagnosis dan juga terapi. Keunggulannya adalah dapat melakukan
akses vascular dengan minimal invasive, misalnya digunakan dalam embolisasi dan
terapi sitostatika, guiding biopsy, embolisasi, angioplasty, trombolisis dan lain-lain.
Selain modalitas, ada 2 hal penting yang harus diperhatikan dalam radiologi, yaitu :
1. Kontras media
 Tipe
o Positif (radioopaque) = memantulkan = putih kelihatannya = yodium, barium
o Negatif (radiolucent) = ditembus = hitam kelihatannya = udara, CO2
 Modalitas yang sesuai
o X-Ray dan CT menggunakan Yodium
o MRI menggunakan Gadolinium
o Ultrasound menggunakan buble
 Rute
o Intravena, intrarteri, oral, anal
74

 Lokasi
o GI, urologi, ginecology, myelography
 Dosis
o untuk yodium 1-2 cc/Kg BW
 Reaksi

2. Proteksi terhadap radiasi


Didasarkan pada : DOSIS RADIASI, LAMA EKSPOSE dan SENSITIVITAS ORGAN
Efek radiasi pada tubuh

Sensitifitas organ terhadap radiasi


75

Alat pelindung diri berupa :


• Apron;
• Tabir yang dilapisi Pb dan dilengkapi kaca Pb;
• Kacamata Pb;
• Sarung tangan Pb;
• Pelindung tiroid Pb;
• Pelindung ovarium; dan/atau
• Pelindung gonad Pb.
Nah, kalo tadi udah tau teorinya, ini ada beberapa hal penting lagi mengenai radiologi.
Sebagai dokter umum nantinya kita harus bisa buat surat permintaan pemeriksaan
radiologi, ini nih yang harus ada di surat tersebut :
• Menulis
– Identitas
– Diagnosis / diagnosis banding
– Keluhan utama atau masalah atau perbandingan
– Hal yang di cari
– Posisi
– Nama Pengirim, NM/SIP, Telp.
– Ttd dan Cap
• Mau melakukan pemeriksaan apa ? misal Foto Polos
• Dengan kontras atau tidak?
Selain bisa nulis surat permintaan pemeriksaan kita juga harus bisa dong baca hasil
pemeriksaan nya… Nah, ini dia beberapa hal penting yang harus kita lihat.
a. Toraks  yg diperhatikan dari tengah
ke perifer
 Jantung (Bentuk dan Indeks
Kardiotorak)
Menghitung indeks kardiothoraks
= A+B/C x 100%  normal < 50%
 posisi trakea
76

 Bentuk dan ukuran aorta, pembesaran mediastinum


 Ukuran dan bentuk hilus paru
 corakan bronkovaskuler paru
 kontur diafragma dan sudut kostofrenikus
 Jaringan lunak dinding dada dan tulang
b. Skeletal
Alignment – kedudukan tulang
Bone – medulla, cortex
Cartilage space
Soft tissue

c. Urografi Intravena (BNO-IVP)


77
1
JADWAL KKD GASTROINTESTINAL 2013

NO HARI TANGGAL JAM KLPK KEGIATAN TEMPAT


1 Senin 11 Feb'2013 10.00-10.30 ABC Introduksi KKD-2 & feedback
R.KULIAH ANATOMI
10.30-11.00 ABC kuliah pengantar Colok Dubur

10.30-11.00 D Introduksi KKD-2 & feedback


GD.IASTH LT.7
11.00-11.30 kuliah pengantar Colok Dubur
2 Kamis 14 Feb'2013 10.00-12.00 A1-4 Pemasangan NGT 1 Skill lab 2 Parasitologi
A5-8 Colok Dubur 1 Skill lab 1
B1-4 PF Gastrointestinal 1 Skill lab 2 Parasitologi
B5-8 Kegawatdaruratan 1 Skill lab 1
13.00-15.00 C1-4 Pemasangan NGT 1 Skill lab 2 Parasitologi
C5-8 Colok Dubur 1 Skill lab 1
D1-4 PF Gastrointestinal 1 Skill lab 2 Parasitologi
D5-8 Kegawatdaruratan 1 Skill lab 1
3 Senin 18 Feb'2013 10.00-12.00 C1-4 Colok Dubur 1 Skill lab 1
C5-8 Pemasangan NGT 1 Skill lab 2 Parasitologi
D1-4 Kegawatdaruratan 1 Skill lab 1
D5-8 PF Gastrointestinal 1 Skill lab 2 Parasitologi
13.00-15.00 A1-4 Colok Dubur 1 Skill lab 1
A5-8 Pemasangan NGT 1 Skill lab 2 Parasitologi
B1-4 Kegawatdaruratan 1 Skill lab 1
B5-8 PF Gastrointestinal 1 Skill lab 2 Parasitologi
4 Kamis 21-Feb-13 10.00-12.00 A1-4 PF Gastrointestinal 1 Skill lab 2 Parasitologi
A5-8 Kegawatdaruratan 1 Skill lab 1
B1-4 Pemasangan NGT 1 Skill lab 2 Parasitologi
B5-8 Colok Dubur 1 Skill lab 1
13.00-15.00 C1-4 PF Gastrointestinal 1 Skill lab 2 Parasitologi
C5-8 Kegawatdaruratan 1 Skill lab 1
D1-4 Pemasangan NGT 1 Skill lab 2 Parasitologi
D5-8 Colok Dubur 1 Skill lab 1
5 Senin 25-Feb-13 10.00-12.00 C1-4 Kegawatdaruratan 1 Skill lab 1
C5-8 PF Gastrointestinal 1 Skill lab 2 Parasitologi
D1-4 Colok Dubur 1 Skill lab 1
D5-8 Pemasangan NGT 1 Skill lab 2 Parasitologi
13.00-15.00 A1-4 Kegawatdaruratan 1 Skill lab 1
A5-8 PF Gastrointestinal 1 Skill lab 2 Parasitologi
B1-4 Colok Dubur 1 Skill lab 1
B5-8 Pemasangan NGT 1 Skill lab 2 Parasitologi
2
6 Kamis 28-Feb-13 10.00-12.00 A1-4 Pemasangan NGT 2 Skill lab 2 Parasitologi
A5-8 Colok Dubur 2 Skill lab 1
B1-4 PF Gastrointestinal 2 Skill lab 2 Parasitologi
B5-8 Kegawatdaruratan 2 Skill lab 1
13.00-15.00 C1-4 Pemasangan NGT 2 Skill lab 2 Parasitologi
C5-8 Colok Dubur 2 Skill lab 1
D1-4 PF Gastrointestinal 2 Skill lab 2 Parasitologi
D5-8 Kegawatdaruratan 2 Skill lab 1
7 Senin 4 Maret 2013 10.00-12.00 C1-4 Colok Dubur 2 Skill lab 1
C5-8 Pemasangan NGT 2 Skill lab 2 Parasitologi
D1-4 Kegawatdaruratan 2 Skill lab 1
D5-8 PF Gastrointestinal 2 Skill lab 2 Parasitologi
13.00-15.00 A1-4 Colok Dubur 2 Skill lab 1
A5-8 Pemasangan NGT 2 Skill lab 2 Parasitologi
B1-4 Kegawatdaruratan 2 Skill lab 1
B5-8 PF Gastrointestinal 2 Skill lab 2 Parasitologi
8 Kamis 7 Maret 2013 10.00-12.00 A1-4 PF Gastrointestinal 2 Skill lab 2 Parasitologi
A5-8 Kegawatdaruratan 2 Skill lab 1
B1-4 Pemasangan NGT 2 Skill lab 2 Parasitologi
B5-8 Colok Dubur 2 Skill lab 1
13.00-15.00 C1-4 PF Gastrointestinal 2 Skill lab 2 Parasitologi
C5-8 Kegawatdaruratan 2 Skill lab 1
D1-4 Pemasangan NGT 2 Skill lab 2 Parasitologi
D5-8 Colok Dubur 2 Skill lab 1
13 Maret
9 Rabu 2013 13.00-14.00 ABC Kuliah Pengantar Urologi R. KULIAH ANATOMI

Kuliah Pengantar Urologi


13.00-14.00 D GD IASTH LT.7

14 Maret Skill lab 1


10 Kamis 2013 10.00-12.00 C1-4 Kegawatdaruratan 2
C5-8 PF Gastrointestinal 2 Skill lab 2 Parasitologi
D1-4 Colok Dubur 2 Skill lab 1
D5-8 Pemasangan NGT 2 Skill lab 2 Parasitologi
13.00-15.00 A1-4 Kegawatdaruratan 2 Skill lab 1
A5-8 PF Gastrointestinal 2 Skill lab 2 Parasitologi

B1-4 Colok Dubur 2 Skill lab 1

B5-8 Pemasangan NGT 2 Skill lab 2 Parasitologi

3
TATALAKSANA JALAN NAFAS ( INTUBASI )
Indikasi :
1. Proteksi jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas
3. Untuk melakukan terapi oksigen dan ventilasi mekanik
4. Gagal nafas
5. Syok
6. Untuk terapi hiperventilasi pada peningkatan tekanan intrakranial
7. Mengurangi usaha pernapasan
8. Memfasilitasi penghisapan sekret saluran nafas dan pencucian bronkus (bronchial toilet)
Komplikasi :
1. Hipoksia, hipokapnia selama tindakan
2. Gangguan kardiovaskuler selama dan segera setelah tindakan
3. Trauma pada gigi, bibir dan gusi
4. Malposisi pipa endotrakea (endobronkial, esofagus) ‡ masuk ke salah satu bronkus
atau masuk ke jalur pencernaan, makanya perlu dicek setelah dimasukan, apakah dada
mengembang simestris, apakah saat diauskultasi ada suara udara di paru-paru, kalau
tidak ada, auskultasi di lambung. Kalau salah masuk, keluarkan pipa endotrakea.
5. Trauma pada faring, laring dan trakea
6. Distensi lambung dan aspirasi isi lambung
7. Spasme bronkus/spasme laring
Peralatan :
1. Alat pelindung diri (masker, handskun, kacamata google)
2. Boneka Intubasi Endotrakea
3. Obat-obatan yang diperlukan (spray anestesi lokal, sedasi, analgesia, pelumpuih otot)
4. Monitor (EKG, Oksimetri denyut, NIBP)
5. Pengganjal kepala ( bantal atau kain )
6. Laringoskop dewasa
7. Pipa Endotrakea dengan nomor yang sesuai
8. Stylet ‡ yang kaya kawat buat dimasukin ke pipa endotrakeanya biar lebih kaku dan
gampang diatur untuk masuk
9. Forsep Magill ‡ Kalau pipa dimasukkan lewat hidung, saat pipa yang sampai di
nasofaring, agar ga masuk ke saluran pencernaan, diarahin dari mulut pakai magill ini.
10. Suction unit
11. Spuit 10 cc untuk inflasi balon
12. Lubrikan ‡ jel
13. Plester
14. Unit resusitasi bag-mask-valve dan jalur oksigen

4
Skill Checklist
A. Persiapan
NO. AKTIVITAS
1. Memeriksa kelengkapan alat-alat
2. Memakai alat pelindung diri ( handskun, kacamata google)
Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan jika
3. pasien sadar, atau kepada keluarga pasien jika pasien tidak sadar,
serta meminta persetujuan tindakan tertulis
4 Memastikan jalan nafas terbuka (latihan V)
5 Memastikan oksigenasi dan ventilasi yang adekuat (latihan V)
6 Memastikan tersedianya jalur intravena
7. Memasang monitor
Menyiapkan pipa endotrakea :
- Memeriksa patensi balon
- Memberikan sedikit lubrikan pada stylet dan memasukkan
8.
stylet kedalam pipa endotrakea
- Memberikan sedikit lubrikan pada balon sampai ujung pipa
endotrakea
Menyiapkan laringoskop :
- Menyiapkan blade yang sesuai
9.
- Memastikan lampu menyala dengan baik (sinar fokus dan
berwarna putih
Menempatkan bantal tipis atau kain dibawah oksipital jika tidak
10.
ada curiga cedera spinal
Berikan sprai analgesia topikal diorofaring (Xylocain spray : 1 puff =
11.
10mg, diberikan sesuai dosis)
Melakukan preoksigenasi dengan oksigen 100% selama 2-3 menit,
12.
jika waktu memungkinkan
13. Jika dibutuhkan berikan sedasi, analgesia dan pelumpuh otot
B. Teknik
NO. AKTIVITAS
1. Operator berdiri dibagian kepala tempat tidur . Tempat tidur pada posisi datar
2. Memegang laringoskop pada tangan kiri
Meminta asisten untuk melakukan penekanan pada krikoid segera setelah
3.
pasien tidak sadar dan dipertahankan sampai pipa endotrakea terpasang
Buka mulut dengan cara cross finger technique, yaitu ibu jari tangan kanan
4.
ditempatkan didepan gigi bawah mandibula dan jari telunjuk didepan gigi atas

5
maksila, mulut dibuka perlahan dengan menggerakkan jari-jari tersebut dan
laringoskop dimasukkan kedalam mulut
Masukkan ujung bilah laringoskop kedalam sisi kanan mulut pasien, masukkan
5.
bilah sampai kepangkal lidah
6. Singkirkan lidah kearah kiri
Dengan lembut masukkan bilah laringoskop pada posisi yang tepat. Bilah lurus
7. dibawah epiglotis, dan bilah lengkung dimasukkan kedalam vallecula diatas
epiglotis
8. Perlihatkan pita suara dan pembukaan glotis
Secara lembut masukkan pipa eendotrakea melalui pita suara, dengan
9.
memegang pipa endotrakea menggunakan tangan kanan
Secara hati-hati angkat stylet dan laringoskop, sambil tetap memegang pipa
10.
endotrakea
11. Kembangkan balon
Pastikan posisi pipa endotrakea :
- Pasang bag-valve-mask
- Inspeksi dan auskultasi dada untuk mendengarkan sura nafas yang
12.
simetris
- Perhatikan pengembunan yang terjadi pada pipa endotrakea saat
ekshalasi nafas
Fiksasi posisi pipa endotrakea dengan plester pada nomor yang tertera pada
13.
pipa setinggi bibir
GAMBARAN CARA MEMASUKKAN ETT

6
ALOGARITMA TATA LAKSANA INTUBASI

Untuk lihat contohnya bisa liat videonya di : http://www.youtube.com/watch?v=BRjN3kQZLRI


atau di dropbox juga adaa…

7
COLOK DUBUR
Indikasi : Pemeriksaan rutin pada setiap masalah abdominal, screening
Komplikasi : Nyeri, perasaan tidak nyaman
Persiapan :
1. Ruangan tertutup dengan cahaya yang cukup
2. Ranjang pemeriksaan standard
3. Sarung tangan
4. Jelli
5. Lampu yang bisa dipindahkan
Posisi :
1. SIMS ‡ pasien tiduran miring menghadap ke sebelah kiri, sehingga pantat ada dikanan
ranjang pemeriksaan
2. Knee-Chest ‡ nungging
3. Litotomi ‡ 2 Kaki diangkat ‡ ngangkang
Ë Posisi mana aja boleh, sesuai dengan keadaan pasiennya, yang penting arah-arahnya
jangan lupa : arah jam 12 = arah abdomen / ventral, jam 6 = dorsal / punggung

Prosedur Pemeriksaan :

NO. Ketrampilan
1. Persiapan bahan dan alat yang digunakan
- Meja periksa
- Lampu/senter
- Sarung tangan
- Bahan pelicin
- Selimut/linen penuntup/celana khusus
- Kain kassa

2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan


serta memberi ijin
3. Pemeriksaan :
- Posisi Terlentang diatas meja periksadengan kedua lutut ditekut dan
sedikit terbuka dengan celana yang telah dibuka kemudian ditutup
dengan selimut
- Pemeriksa menggunakan sarung tangan sesuai ukuran berdiri disisi
kanan pasien
- Dilakukan inspeksi daerah regio-anal dengan penerangan yang cukup

8
- Jari telunjuk kanan pemeriksa diberi bahan pelicin dan dioleskan
ditepi anus, tangan kiri pemeriksa letakan didaerah subrasimpisis, jari
telunjuk kanan dimasukan kedalam anus

4. Nilai :
1. Tonus sprincter ani :
- Jepitan kuat atau lemah
2. Ampula recti :
- Kolaps atau tidak kolaps
3. Mukosa rekti :
- ada benjolan atau tidak ada
- bila ada benjolan sirkuler atau ltk
pada jam berapa.
- rapuh atau tidak rapuh
- Jarak dari anocutanline
4. prostat teraba pool atas atau tidak dan teraba nodul / keras atau
tidak
5. Ada benjolan diluar lumen atau tidak
6. ada nyeri atau tidak bila ada pada jam berapa
- Jari telunjuk kanan dikeluarkan
sarung tangan :
- ada feces atau tidak bila ada nilai warnanya
- Ada darah atau tidak
- Ada lendir atau tidak

5. Anus dibersihkan dengan kain kassa


6. Pemeriksa melepas sarung tangan .
7. Pasien dipersilajkan kembali ke meja periksa . Pemeriksa menjelaskan hasil
pemeriksaan kepada pasien dan menulis laporan

Untuk lebih jelasnya bisa langsung membaca slide rectal examintation dan video yang ada di
dropbox.

9
PEMASANGAN PIPA NASOGASTRIK
PENDAHULUAN
1. Pipa Nasogastrik adalah pipa yang dimasukkan ke dalam la mbung melalui lubang hidung
(nostril) dan kerongkongan (esophagus).
2. Terutama digunakan untuk pemberiaan obat dan makanan. Misalnya pada penderita
yang tidak bisa makan melalui mulut dan membutuhkan lebih banyak kalori untuk
pertumbuhannya.

Indikasi :
1. Memasukkan cairan (makanan,obat
2. Dekomperasi lambung
3. Mengambil cairan lambung untuk analisis diagnosis
4. Bilas lambung

KONTRAINDIKASI : Pasien dengan trauma wajah berat

KOMPLIKASI
1. Komplikasi ringan berupa sinusitis, epistaksis dan disfagia.
2. Komplikasi yang lebih berat berupa perforasi esophagus, aspirasi, pnemotroraks, pipa
masuk ke intracranial.

PERALATAN YANG DIBUTUHKAN


1. Pipa nasogastrik
Æ Neonatus–usia 6 bulan : 5-8F
Æ Anak 7 bulan–2 tahun : 8-10F
Æ Anak 3 – 5 tHahun : 10-12 F
Æ Anak 5 – 7 tahun : 12-14 F
Æ Anak 8 – 10 tahun : 14-18 F
Æ Anak 12 tahun–dewasa : 18 F
2. Segelas air atau lubrikan yang larut dalam air
3. Stetoskop
4. Spuit 5 cc
5. Plester
6. Sarung tangan
7. Selimut untuk bayi
8. Handuk
9. Spidol

10
PEMASANGAN PIPA
No. Keterampilan
1. Mencek peralatan yang akan diguanakan
2. Mengucapkan salam, memeperkenalkan diri dan menerangkan tindakan yang akan
dilakukan
3. Minta pasien duduk atau berbaring terlentang
4. Dekatkan semua peralatan
5. Buka paket NGT
6. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, pakai sarung tangan
7. Letakkan handuk di dada pasien untuk kemungkianan muntah
8. Periksa lubang hidung untuk memilih yang akan diguanakan untuk insersi.
9. Ukurn panjang pipa yang akan digunakan dengan cara mengukur panjang dari
tengah dan telinga ke puncak hidung lalu diteruskan ke titik antara processus
Xipoedeus dan umbilkus dan tandai dengan spidol. Ulangi pengukuran sekali lagi.
10 Anak duduk di tempat tidur atau kursi. Bila anak tidak bisa duduk, baringkan anak
terlentang dengan keuda lengan di atas kepala, kepala agak fleksi.
11. Licinkan pipa dengan mencelupkannya ke dalam air kurang lebih 15cm pertama.
Jangan gunakan gel atau vaselin karena akan membahayakan bila masuk ke paru
atau akan menyumbat pipa.
12. Masukkan ujung pipa melalui lubang hidung (nostril) sampai mencapai tanda
spidol. Sedikit air diberikan pada penderita agar menelan.
13. Untuk memeriksa ketepatan posisi ujung pipa di lambung, maasukkan udara
dengan bantuan spuit sebannyak 1-2 ml (pada bayi), 3-5 ml ( pada anak) atau 20-30
ml (dewasa) dan semporotkan ke dalam pipa nasogastrik dan akan terdengar suara
udara di atas lambung.
14. Bila ujung pipa tidak berada di lambung segera tarik pipa, dan coba memasangnya
lagi.
15. Tarik pipa segera bila penderita mengalami sianosis atau masalah respirasi (Hal ini
menunjukkan pipa berada di paru bukan di lambung).
16. Bila pipa telah ditempatkan dengan tepat, fiksasi pipa pada muka dan hidung anak,
hati-hati jangan menyumbatkan lubang hidung anak.
Tutup ujung pipa bila tidak segera digunakan atau sambungkan pipa pada konektor
bila akan digunakan.
17. Pipa ada yang diganti tiap 3 hari, 30 hari atau 3 bulan.

Untuk videonya, teman-teman bisa liat di http://www.youtube.com/watch?v=dj45W_LZbyE


atau di dropbox yaaa...;)

11
PF ABDOMEN
No. Keterampilan
1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta
meminta ijin kepada pasien
Inspeksi Abdomen
2. Meminta pasien tidur telentang
3. Melihat bentuk abdomen ( apakah simetri, membuncit atau tidak), dinding perut (
kulit, vena, umbilicus, inguinal) dan pergerakan abdomen.
Palpasi Abdomen
4. Meminta pasien tidur telentang .
5. Palpasi dilakukan dengan menempelkan tangan pada dinding perut.
6. Melakukan palpasi superfisal pada seluruh abdomen secara sistematis
7. Memperhatikan wajah pasien selama palpasi
8. Melakukan palpasi dalam pada seluruh abdomen secara sistematis
Palpasi Hepar
9. Meminta pasien tidur telentang
10. Meminta pasien melipat kedua tungkai (30-45 derajat).
11. Lakukan penekanan pada dinding perut dengan menggunakan sisi palmar radial jari
tangan kanan
12. Meminta pasien menarik nafas dalam,
13. Melakukan palpasi lobus kanan dimulai dengan meletakkan tangan kanan pada regio
illiaka kanan dengan sisi palmar radial jari sejajar dengan arcus costae kanan.
14. Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen ke bawah dengan arah dorsal
pada saat pasien ekspirasi maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke
kranial dalam arah parabolik.
15. Palpasi dilakukan ke arah arcus costae kanan
16. Pemeriksaan lobus kiri dengan palpasi pada daerah garis tengah abdomen ke arah
epigastrium dimulai dari umbilikus dengan cara seperti diatas
Palpasi Limpa
17. Meminta pasien tidur telentang .
18 Meminta pasien melipat kedua tungkai (30-45 derajat).
19. Lakukan penekanan pada perut dengan menggunakan sisi palmar radial jari tangan
kanan
20. Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen ke bawah dengan arah dorsal
pada saat pasien ekspirasi maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke
kranial dalam arah parabolic.
21. Palpasi dimulai dari sisi kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen menuju

12
arkus costae kiri.
22. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang sistematis dan menyenangkan
Pemeriksaan Shifting Dullnes
23. Meminta pasien tidur telentang .
24. Melakukan perkusi dari umbilikus (bagian puncak abdomen) ke lateral kiri atau kanan
25. Menentukan batas perubahan bunyi perkusi dari timpani ke redup
26. Tandai batas perubahan suara tersebut dengan meletakkan jari plesimeter tetap pada
batas tersebut lalu penderita diminta miring ke arah kontralateral gerakan perkusi.
27. Menunggu beberapa saat (30-60 detik)
28. Melakukan perkusi kembali batas yang tadi telah ditentukan dan tentukan apakah ada
perubahan suara dari redup ke timpani
29. Melakukan pada kedua sisi
Palpasi Titik Mc Burney
30. Meminta pasien tidur telentang .
31. Menentukan titik Mc Burney pada dinding perut kuadran kanan bawah.
32. Menentukan titik Mc Burney pada 1/3 lateral dari garis yang menghubungkan SIAS
kanan dengan umbilicus
33. Melakukan penekanan pada titik tersebut untuk mengetahui nyeri tekan, nyeri ketok
dan nyeri lepas
34. Perhatikan apakah terdapat defance muscular
35. Melakukan pemeriksaan dengan sistematis dan menyenangkan
Pemeriksaan balotemen
36. Meminta pasien tidur telentang .
37. Melakukan pemeriksaan dengan cara bimanual
38. Tangan kiri diletakkan pada pinggang bagian belakang dan tangan kanan pada dinding
abdomen di ventralnya pada kedua sisi.
39. Tangan kanan digerakkan dan tangan kiri diam (tangan pada pinggang bagian belakang)
maka akan teraba benturannya di tangan lain (disebut sebagai fenomena balotemet
positif. Cara yang sama dilakukan untuk tangan kiri.
40. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang sistematis dan menyenangkan
Auskultasi Abdomen
41. Meminta pasien tidur telentang .
42. Letakkan steteskop pada dinding abdomen dan dengarkan bunyi usus atau bunyi lain (
bruit arterial, venous hump, succussion splash).
Untuk videonya teman-teman bisa minta ke windu yaa… Ataun bisa juga buka di
http://www.youtube.com/watch?v=QO8r_xqamyc atau di dropbox… Tapi agak beda sama yang
windu, tapi intinya sama kok.. selamat belajar manteman…..

13
Daftar Isi
Jadwal KKD Modul Ginjal dan Cairan Tubuh 2013 ........................................................................... 2
Panduan dan Checklist Pemeriksaan Nefrologi ............................................................................... 4
Panduan dan Checklist Pemeriksaan Urologi .................................................................................. 8
Panduan dan Checklist Suara Napas ................................................................................................ 11
Panduan dan Checklist Suara Jantung ............................................................................................. 15
Panduan dan Checklist Anastesi Intubasi dan Blok Saraf Lokal ....................................................... 16
Panduan dan Checklist Punksi arteri dan AGD ................................................................................ 19
Panduan dan Checklist Insersi Kateter............................................................................................. 21

1
JADWAL KKD GINJAL & CAIRAN TUBUH TINGKAT II SEMESTER 4 TA 2012-2013
NO HARI TANGGAL JAM KLPK KEGIATAN TEMPAT
1 SENIN 25 Maret 2013 10.00-12.00 C1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
C5-8 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
D1-4 SUARA NAPAS RK Anatomi
D5-8 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
13.00-15.00 A1-4 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
A5-8 SUARA JANTUNG RK Anatomi
B1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
B5-8 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
2 KAMIS 28 Maret 2013 10.00-12.00 A1-4 SUARA NAPAS RK Anatomi
A5-8 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
B1-4 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
B5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
13.00-15.00 C1-4 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
C5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
D1-4 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
D5-8 SUARA JANTUNG RK Anatomi
3 SENIN 1-Apr-13 10.00-12.00 C1-4 SUARA NAPAS RK Anatomi
C5-8 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
D1-4 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
D5-8 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
13.00-15.00 A1-4 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
A5-8 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
B1-4 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
B5-8 SUARA JANTUNG RK Anatomi
4 KAMIS 4-Apr-13 10.00-12.00 C1-4 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
C5-8 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
D1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
D5-8 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
13.00-15.00 A1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
A5-8 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
B1-4 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
B5-8 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
5 SENIN 8-Apr-13 10.00-12.00 A1-4 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
A5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
B1-4 SUARA NAPAS RK Anatomi
B5-8 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
13.00-15.00 C1-4 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
C5-8 SUARA JANTUNG RK Anatomi
D1-4 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
D5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
6 KAMIS 11-Apr-13 10.00-12.00 C1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
C5-8 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi

2
D1-4 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
D5-8 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
13.00-15.00 A1-4 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
A5-8 SUARA NAPAS RK Anatomi
B1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
B5-8 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
7 SENIN 15-Apr-13 10.00-12.00 A1-4 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
A5-8 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
B1-4 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
B5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
13.00-15.00 C1-4 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
C5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
D1-4 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
D5-8 SUARA NAPAS RK Anatomi
8 KAMIS 18-Apr-13 10.00-12.00 A1-4 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
A5-8 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
B1-4 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
B5-8 SUARA NAPAS RK Anatomi
13.00-15.00 C1-4 SUARA JANTUNG RK Anatomi
C5-8 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
D1-4 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
D5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
9 SENIN 22-Apr-13 10.00-12.00 C1-4 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
C5-8 SUARA NAPAS RK Anatomi
D1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
D5-8 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
13.00-15.00 A1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
A5-8 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
B1-4 SUARA JANTUNG RK Anatomi
B5-8 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
10 KAMIS 25-Apr-13 10.00-12.00 A1-4 SUARA JANTUNG RK Anatomi
A5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
B1-4 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
B5-8 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
13.00-15.00 C1-4 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
C5-8 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
D1-4 SUARA JANTUNG RK Anatomi
D5-8 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi

3
Panduan dan Checklist Pemeriksaan Nefrologi
Tujuan Umum :
Mampu melakukan pemeriksaan fisik Penyakit Ginjal
Tujuan Khusus :
Setelah mahasiswa mengikuti pemeriksaan fisik Penyakit Ginjal, bila diberi pasien mahasiswa :
1. Mampu melakukan pemeriksaan edema tungkai
2. Mampu melakukan pemeriksaan palpasi ginjal/balotemen
3. Mampu melakukan pemeriksaan nyeri ketok CVA
4. Mampu melakukan pemeriksaan buli
Dasar Pemeriksaan :
a. Palpasi ginjal
Ginjal biasanya tidak dapat dipalpasi, namun mempelajari dan melatih cara palpasi ginjal
yang baik penting untuk kemampuan klinik. Mendeteksi ginjal yang membesar bermanfaat
secara klinik. Penyebab pembesaran ginjal antara lain hidronefrosis, kista ginjal dan tumor.
Pembesaran ginjal ginjal bilateral bisa disebabkan penyakit ginjal polikistik.
 Palpasi ginjal kanan
- Meminta pasien tidur kemudian meletakan tangan kiri pada pinggang, dibawah pasien,
di kaudal dari iga ke 12 dengan ujung jari pada costovertebra angle.
- Mengangkat tangan kiri, mencoba mendorong ginjal ke anterior. Meletakan tangan
kanan pada abdomen kanan atas, di lateral dari m rectus abdominis.
- Meminta pasien menarik napas dalam. Pada puncak inspirasi, lakukan palpasi dalam
dengan tangan kanan pada abdomen kanan atas, tepat dibawah iga untuk meraba atau
“menangkap” ginjal diantara kedua tangan
- Meminta pasien membuang napas. Pada saat ekspirasi, secara perlahan lepas tekanan
tangan kanan dan merasakan ginjal kembali pada posisi akhir ekspirasi
 Palpasi ginjal kiri
- Meletakan tangan kiri pada pinggang, dibawah pasien, di kaudal dari iga ke 12 dengan
ujung jari pada costovertebra angle
- Mengangkat tangan kiri, mencoba mendorong ginjal ke anterior. Meletakan tangan
kanan pada abdomen kiri atas, di lateral dari m rectus abdominis
- Meminta pasien menarik napas dalam. Pada puncak inspirasi, lakukan palpasi dalam
dengan tangan kanan pada abdomen kiri atas, tepat dibawah iga untuk meraba atau
“menangkap” ginjal diantara kedua tangan

4
- Meminta pasien membuang napas. Pada saat ekspirasi, secara perlahan lepas tekanan
tangan kanan dan merasakan ginjal kembali pada posisi akhir ekspirasi

b. Pemeriksaan Buli
Bila buli mengalami distensi dapat teraba saat palpasi di atas symphysis pubis. Pada palpasi buli
teraba di supra symphysis rata dan bulat. Lakukan pemeriksaan adanya nyeri tekan pada buli.
Pemeriksaan perkusi adanya redup dilakukan untuk menentukan tingginya buli diatas symphysis
pubis. Distensi buli bisa ditemukan pada obstruksi akibat striktur uretra, hipertrofi prostat; obat-
obatan; kelainan neurologis seperti stroke; dan neuropati otonom akibat diabetes melitus.
c. Pemeriksaan Nyeri Ketok CVA (Costovertebra Angle)
Nyeri tekan ginjal bisa didapatkan pada pemeriksaan abdomen, namun
pemeriksaan khusus untuk itu bisa didapatkan pada pemeriksaan
costovertebral angle. Tekanan dari ujung-ujung jari bisa menimbulkan
nyeri tekan, namun bila tidak, gunakan perkusi menggunakan kepalan
tangan. Nyeri pada penekanan atau perkusi kepalan tangan menunjukkan
pielonefritis
d. Pemeriksaan Edema kaki
Inspeksi kaki untuk memeriksa edema kaki. Bandingkan kaki kanan dengan kaki kiri. Perhatikan
ukurannya dibandingkan kaki yang lain dan perhatikan vena-vena, tendon dan tulang. Edema
akan menyebabkan tidak tampaknya vena-vena, tendon dan penonjolan tulang.

Gambar a Normal, b Edema

5
Palpasi untuk mencari pretibial edema, ankle edema dan pedal edema. Tekan dengan kuat tetapi
gentle dengan jari selama 5 detik diatas tibia, dibelakang malleolus medial dan diatas dorsum pedis.
Perhatikan apakah ada pitting- indentasi yang disebabkan penekanan jari.

Gambar a. Palpasi dorsum pedis untuk mencari pedal edema, b. Pitting edema 3+
Checklist Pemeriksaan :
No Ketrampilan
1 Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta memberi ijin
Palpasi ginjal bimanual (balotement)
Meletakan tangan kiri pada pinggang, dibawah pasien, di kaudal dari iga ke 12 dengan ujung
2
jari pada costovertebra angle

3 Meletakan tangan kanan pada abdomen kanan atas, di lateral dari m rectus abdominis

4 Angkat tangan kiri, mencoba mendorong ginjal ke anterior


5 Meminta pasien menarik napas dalam
Pada puncak inspirasi, lakukan palpasi dalam dengan tangan kanan pada abdomen kanan
6
atas, tepat dibawah iga untuk meraba atau “menangkap” ginjal diantara kedua tangan
7 Melakukan palpasi ginjal bimanual pada sisi kontralateral
Pemeriksaan Buli
Melakukan palpasi buli di symphisis pubis
8
(adakah nyeri, distensi buli)
9 Melakukan perkusi buli (pada buli yang distensi untuk menentukan tingginya buli)
Nyeri Ketok CVA (Costovertebra Angle
10 Meminta pasien duduk
Pemeriksaan dilakukan dari arah belakang pasien, meletakan tangan kiri di punggung pada
11
sudut kostovertevra kanan
12 Meletakan bagian ulnar kepalan tangan kanan diatas tangan kiri pada sudut kostovertebra

6
kanan
Memukulkan bagian ulnar kepalan tangan diatas tangan kiri pada sudus kostovertebra kanan
13
dengan kekuatan yang cukup
14 Memperhatikan pasien dan menanyakan pasien apakah pasien merasakan nyeri
15 Melakukan tindakan yang sama (no.11,12,13, 14) pada sudut kostovertebra kiri
Pemeriksaan Edema kaki
Inspeksi kaki (vena-vena, tendon dan penonjolan tulang; dan membandingkan kaki kiri dan
16
kaki kanan)
17 Palpasi untuk mencari edema di atas tibia, di belakang maleolus medial dan di dorsum pedis.

Daftar pustaka:
Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking.

7
Panduan dan Checklist Pemeriksaan Urologi
Tujuan Umum :
Mampu melakukan pemeriksaan fisik genitalia eksterna pria
Tujuan Khusus :
Setelah mahasiswa mengikuti latihan pemeriksaan urologi 2, bila diberi pasien mahasiswa:
1. Mampu melakukan pemeriksaan fisik penis
2. Mampu melakukan pemeriksaan fisik skrotum
Checklist dan Penjelasannya :
No Ketrampilan
1 Mengucapkan salam
2 Mempersilahkan pasien berbaring
3 Melakukan 6 langkah cuci tangan
4 Berdiri di sisi kanan pasien
5 Melakukan inspeksi pada penis
5a.Mendeskripsikan ukuran penis
5b.Mendeskripsikan bentuk penis
5c.Mendeskripsikan sirkumsisi / tidak sirkumsisi
5d.Mendeskripsikan ada/tidaknya parafimosis (preputium bagian distal yang
bengkak akibat teretraksi dalam jangka waktu lama)
5e.Mendeskripsikan warna kulit penis
5f.Mendeskripsikan lokasi dan ukuran meatus urethra eksterna: hipospadia,
epispadia
5g.Mendeskripsikan duh tubuh urethra
5h.Mendeskripsikan ada/tidaknya kurvatura penis: peyronie’s disease
5i.Mendeskripsikan lesi pada penis (hematoma, ulserasi, kista, vegetasi/kutil)
6 Melakukan palpasi penis
6a.Menggunakan sarung tangan on (non-steril)
6b.Melakukan retraksi kulit preputium: menilai ada tidaknya fimosis (kulit
preputium tidak dapat ditarik ke belakang), menilai ada/tidaknya balanitis
(tanda-tanda inflamasi glans penis: dolor, kalor, tumor, rubor
6c.Melakukan penekanan pada glans penis menggunakan jempol dan telunjuk
untuk menilai ada tidaknya duh tubuh)
6d.Melakukan palpasi penis dari distal ke proksimal (menilai ada tidaknya
indurasi dan nyeri tekan)

8
6e.Melakukan palpasi kelenjar getah bening inguinal
6f.Melakukan palpasi perineum dengan sebelumnya mengelevasikan skrotum
(hematoma, ekstravasasi urin, abses)
7 Melakukan inspeksi skrotum
7a.Menilai ada tidaknya edema
7b.Menilai tanda-tanda radang: dolor, kalor, tumor, rubor
8 Melakukan palpasi skrotum
8a.Melakukan palpasi sistematis mulai dari testis hingga ke leher skrotum:

Keterangan:
1. Testis
2. Tunica vaginalis
3. Epididimis
4. Spermatic cord
5. External inguinal ring
8b.Mendeskripsikan lokasi, konsistensi, permukaan, sensasi nyeri, dan ukuran
testis kanan kiri. (Normal testis kiri terletak sedikit lebih rendah dari testis
kanan).
 Torsio: scrotum ipsilateral bengkak dan nyeri, terletak lebih tinggi,
Prehn’s sign negatif (elevasi scrotum ipsilateral tidak menghilangkan
nyeri), refleks kremaster ipsilateral hilang, disertai gejala otonom
 Tumor: massa konsistensi keras
8c.Jika testis tidak ditemukan dalam rongga skrotum: dilakukan palpasi ke arah

9
inguinal, kemungkinan yang didapat:
 Testis di leher skrotum
 Testis di external inguinal ring
 Testis di kanalis inguinalis: menghilang saat pasien mengkontraksikan
otot perutnya
 Testis di intra abdomen
 Ektopik testis: perineum, peno-pubis (pangkal penis), subkutan di
inguinal, femoral, perineal
8d.Pemeriksaan transluminasi testis:
 Dilakukan penyinaran menggunakan senter pada bagian skrotum yang
membesar
 Dilakukan inspeksi menggunakan kertas buram yang digulung dari sisi
sebaliknya:
-Cahaya berpendar: hidrokel
-Tidak berpedar: hidrokel terinfeksi, tumor
8e.Melakukan pemeriksaan epididimis
 Normal berbentuk seperti tanda koma, dengan bagian globus mayor
terletak pada kutub superior testis, corpus berada posteriornya,
sedangkan globus minor sulit teraba.
 Epididimitis: teraba membesar dan nyeri.
8f.Melakukan pemeriksaan spermatic cord (vas deferens, arteri vena, syaraf):
 Vas deferens: normal teraba kenyal sensasi seperti meraba kabel,
teraba bilateral
 Varikokel: dilatasi vena pada spermatic cord
- Grade 0: Subklinis, didiagnosis dengan USG doppler/venografi.
- Grade I: teraba dengan Valsava maneuver (pasien diminta ekspirasi
paksa dengan menutup bibir dan hidungnya)
- Grade II: teraba ketika pasien posisi berdiri (suhu kamar)
- Grade III: terlihat ketika pasien posisi berdiri (suhu kamar)
8g.Melakukan pemeriksaan refleks kremaster: memberikan sentuhan pinprick
pada paha bagian dalam, respons positif bila terjadi kontraksi ipsilateral otot
kremaster berupa elevasi testis

10
Panduan Pemeriksaan Suara Napas
Tujuan :
Mengenal bunyi napas dan memahami mekanisme bunyi napas
Alat yang dibutuhkan :
1. Phantom/ Alat peraga
2. Stetoskop phantom + amplyfier
3. Meja dan kursi
Metode :
1. Penjelasan mekanisme bunyi napas dan demonstrasi bunyi napas pokok dan bunyi napas
tambahan
a. Menjelaskan mekanisme terjadinya bunyi napas dan mekanisme terdengarnya bunyi
napas vesikuler, serta memperdengarkannya melalui phantom
b. Menjelaskan mekanisme terjadinya kelainan bunyi napas pokok (bronkovesikuler,
bronkial/Trakeobronkial, amforik) dan memperdengarkan bunyi napas tersebut melalui
phantom
c. Menjelaskan perbedaan bunyi napas pokok vesikuler dan kelainannya (bronkovesikuler,
bronkial/ trakeobronkial, amforik)
d. Menjelaskan bunyi napas tambahan (adventitious lung sound/ADL) yang terdiri atas :
- continuous ADL (whezing, stridor, ronki kering) dan mekanism masing-masing bunyi
napas tambahan tersebut
- discontinuous ADL ( ronki basah, pleural friction rub) dan mekanisme masing-masing
bunyi napas tambahan tersebut
e. Memperdengarkan masing-masing bunyi napas tambahan tersebut dengan phantom.
2. Praktek untuk masing-masing mahasiswa
Masing-masing mahasiswa diberi kesempatan untuk mencoba melakukan auskultasi dada
depan/dada belakang phantom dengan teaching stetoskop (tanpa amplyfier), dengan
pemilihan bunyi napas oleh tutor dan mahasiswa diminta menyebutkan bunyi napas yang
didengar tersebut , alokasi waktu 5-7 menit setiap mahasiswa
3. Contoh kasus untuk didiskusikan
Tutor memberikan contoh kasus dan memperdengarkan bunyi napas yang sesuai kasus
kemudian DISKUSIKAN .

Pemicu Suara Napas 1


Ahmad seorang laki-laki berusia 30 tahun tinggal di daerah pemukiman yang kumuh dan
padat di Jakarta, datang ke RS dengan keluhan utama batuk sejak 3 bulan yang lalu. Sebelum

11
ini, ia telah berobat beberapa kali ke praktek dokter, mendapat pengobatan selama 5-7 hari
namun tidak ada perbaikan. Batuk disertai dahak kuning. Ia mengeluh demam hilang timbul,
nafsu makan yang menurun, dan badan makin kurus. Rumahnya kelihatan agak gelap dan
lembab karena kurang terkena sinar matahari. Ia bekerja sebagai buruh pabrik, istrinya
seorang ibu rumah tangga dan mempunyai 2 orang anak masing-masing berumur 7 tahun
dan 2 tahun.
Pada pemeriksaan fisis: tampak sakit sedang , kompos mentis, TD ; 130/80 mmHg, N 98
X/mt, frek napas 20 x/mt S : 36,8 ºC. JVP 5 – 2 cmH2O. Pada pemeriksaan toraks didapatkan
dada asimetris, paru kiri tertinggal, perkusi redup, bising napas menghilang, Paru kanan
sonor, bronkovesikuler, ronki basah kasar di apeks paru kiri. Pemeriksaan jantung : bunyi
jantung murni, gallop (-), murmur (-). Pemeriksaan abdomen dan ekstremitas tidak
didapatkan kelainan.
Hasil pemeriksaan laboratorium ayah:
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 11 g/dl 11 - 14 g/dl
Leukosit 10.800/ ul 5000-10.000/ul
Hematokrit 34 vol.% 38 – 42 vol.%
Trombosit 278.000 ribu/ul 150 – 450 ribu/ul
Hitung jenis bas 1%, eos 1%, batang 7%,
segmen 34%, limfosit 56%, monosit 1%
Laju endap darah : 60 ml/jam

Pemicu Suara Napas 2


Saat malam hari tetangga anda datang karena meminta bantuan untuk diantarkan ke rumah
sakit. Tetangga anda meminta pertolongan karena pamannya yang berumur 45 tahun yang
sedang menginap mengalami sulit bernapas sehingga mencemaskan seluruh isi rumah. Ia
tampak kelelahan dan bibirnya berwarna kebiruan. Menurut tetangga anda, pamannya baru
datang dari luar kota menggunakan kendaraan umum dan sejak beberapa hari terakhir
suaranya serak, nyeri bila menelan, tidak enak badan dan batuk berdahak. Ia menyatakan
dari dulu sering mengalami napas terasa berat yang nantinya akan pulih kembali. Dalam
beberapa hari ini keadaanya semakin mengkhawatirkan karena napasnya tampak semakin
sulit dan berbunyi. Setiap bernapas ia tampak mengerahkan seluruh tenaganya sehingga
lehernya tampak tegang, bahu dan dada bergerak-gerak seperti orang kepayahan. Sejak pagi
hari ini, ia hanya terduduk di tempat tidur dengan napas yang berat, tampak lelah dan

12
menyatakan kepalanya pusing. Tetangga anda berniat membawa ke dokter besok pagi; akan
tetapi tengah malam keadaannya semakin mengkhawatirkan karena tampak gelisah,
kelelahan bernapas dan bibirnya kebiruan. Mereka berpendapat harus segera dibawa ke
rumah sakit.

Pemeriksaan Fisik:
Tampak sesak dan gelisah
Frekuensi Pernapasan 32 x/menit, terdengar suara mengi (wheezing), TD 110/85 mmHg,
Frekuensi Nadi 110 x/menit, Suhu 38 C.
Tampak pergerakan cuping hidung dan otot bantu di daerah leher serta dada
Paru Inspeksi: Simetris dalam statis dan Dinamis
Palpasi : Fremitus raba tak ada perbedaan di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler dan terdengar wheezing di seluruh lapang paru.
Pemicu Suara Napas 3
Seorang perempuan usia 17 tahun datang ke dokter karena sesak napas sejak 2 hari
terakhir. Sesungguhnya keluhan sesak napas sering kambuh, timbul jika membersihkan
kamar atau mencium bau-bauan yang tajam. Pada pemeriksaan fisis :
Pasien tampak sesak napas, tidak ada penggunaan otot bantu napas, sianosis tidak ada,
frekuensi napas 22/ menit, pemeriksaan fisis paru :
-inspeksi : tak ada kelainan
-palpasi : fremitus dan ekspansi dada kiri dan kanan tak ada kelainan
-perkusi : sonor kiri dan kanan
-auskultasi : Perdengarkan bunyi napas wheezing
Diskusikan sesuai pertanyaan :
1. Apa bunyi napas tambahan apa yang terdengar ?
2. Terdengar pada fase apa ? (inspirasi atau ekspirasi, atau keduanya)
3. Bagaimana mekanisme bunyi napas tambahan tersebut ?
4. Kemungkinan kelainan struktur apa yang terjadi pada kasus di atas, sampai terdengar
bunyi napas tersebut

Pemicu Suara Napas 4


Seorang laki-laki usia 25 tahun mengeluh batuk-batuk sejak 7 hari terakhir . Keluhan lain
dada kanan bawah terasa nyeri dan merasakan demam.
Pada pemeriksaan fisis tidak tampak sesak , tidak ada sianosis, tidak ada penggunaan otot
bantu napas, tidak ada napas cuping hidung. Tekanan darah 110/70, nadi 100/ menit,

13
frekuensi napas 20/ menit, suhu 38 C. Pemeriksaan THT tak ada kelainan. Pemeriksaan fisis
paru :
-inspeksi dalam batas normal
-palpasi fremitus paru kanan bawah mengeras . Ekspansi dada kanan dan kiri relatif sama
-perkusi : kanan bawah redup. Kiri sonor
-auskultasi : pada paru kanan bawah
Perdengarkan bunyi napas pokok Bronkovesikuler dan kemudian perdengarkan pula bunyi
napas tambahan ronki basah
Diskusikan sesuai pertanyaan
1. Bunyi napas pokok apa yang terdengar ? Mengapa bunyi napas pokok terdengar
berubah ?
2. Bunyi napas tambahan apa yang terdengar ? Terdengar pada fase apa ? (inspirasi atau
ekspirasi, atau keduanya)
3. Bagaimana mekanisme bunyi napas tambahan tersebut ?
4. Kemungkinan kelainan struktur apa yang terjadi pada kasus di atas, sampai terdengar
bunyi napas sebagai di atas ?

Kepustakaan :
1) Pedoman Pemeriksaan Fisis Paru. Departemen Pulmonologi & I. Kedokteran Respirasi
FKUI, RS Persahabatan, 2007, Jakarta
2) Wilkins R & Specht L. Fundamentals of Physical Examination. In : Wilkins R, Sheldon RL,
Krider JS eds. Clinical Assessment in Respiratory Care. 5ed Elsevier Mosby. St Louis,
2000 : 63-82
3) Thorax and the Lung. Bickley LS & Szilagyi PG eds. In : Guide to Physical Examination.
And history taking. 9ed. Lippincott William &Wilkins, Philadelphia, 2007 : 241-267

14
Panduan dan Checklist Suara Jantung
Tujuan Umum :
Mampu mengenal bunyi jantung normal dan patologis
Tujuan Khusus :
Setelah mahasiswa mengikuti pengenalan bunyi jantung, bila diberi pasien mahasiswa :
1. Mampu mengenal bunyi jantung normal,
2. Mampu mengenal bunyi pada mitral regurgitasi
3. Mampu mengenal bunyi pada aorta stenosis
4. Mampu mengenal bunyi pada mitral stenosis
5. Mampu mengenal bunyi pada aorta regurgitasi
6. Mampu mengenal bunyi jantung tiga
7. Mampu mengenal bunyi jantung empat
8. Mampu mengenal bunyi pada mitral valve prolaps.
Teknis Pelaksaan :
Jadi nanti kita akan diperdengarkan contoh-contoh bunyi jantung sama tutor nya dari manekin gitu.
Nanti tutornya juga akan kasi penjelasan tentang bunyi-bunyi nya.
Nah, kita sebenernya dikasih kaya aplikasi buat dengerin bunyi jantung gitu, tapi kayanya ngopinya
kurang lengkap… Jadi mau ditanyain lagi ke sekretariatnya. Nanti kalo udah ada, bakal ditaroh di
dropbox yaa…

15
Panduan dan Checklist Anastesi Intubasi dan Blok Saraf Lokal
Indikasi :
1. Memberi anestesia lokal pada tindakan pembedahan/invasif di area/daerah terbatas
2. Memberi anestesia lokal pada tindakan pembedahan/invasif di area/regio tertentu dari
tubuh
Kontraindikasi :
1. Allergi terhadap obat anesthesia local.
2. Infeksi di area/daerah yang akan disuntikkan
Komplikasi :
1. Hematoma subkutis
2. Infeksi
3. Cedera syaraf
Prosedur Kegiatan tutor :
1. Menjelasan pengertian blok infiltrasi dan blok syaraf
2. menjelaskan persyarafan dari jari tangan
3. menjelaskan persyarafan penis
4. menjelaskan anestetik local lidokain 2% dan bupivakain 0,5%
5. mendemonstrasikan langkah-langkah persiapan
Peralatan :
1. sarung tangan 6. swap alcohol
2. jarum suntik disposable 1,5 “ ukuran 7. steril drap/ duk steril berlubang
25 / 27 G 8. larutan betadine
3. jarum suntik disposable 1,5 “ ukuran 9. obat anestetik local
23 G 10. Manekin kulit dan penis
4. alat suntik disposable 3 ml dan 5 ml 11. Bengkok untuk tempat bahan kotor,
5. kassa steril spuit bekas / sampah tajam
Pengertian :
Blok Syaraf adalah penyuntikan obat anestetik lokal pada serabut syaraf besar yang menyebabkan
hilangnya sensasi sensorik di area / bagian distal dari tempat penyuntikan. Area / daerah yang hilang
sensoriknya merupakan bagian tubuh yang disarafi oleh serabut syaraf yang diblok.
Blok infiltrasi adalah penyuntikan obat anestetik local di area yang akan dihilangkan sensasi
sensoriknya. Blok ini bersifat terbatas di area yang disuntikkan. Bagian syaraf yang diblok merupakan
cabang terminal dari suatu serabut syaraf
Persyarafan jari tangan :

16
Syaraf digiti berasal dari nervus medianus dan nervus ulnaris yang bercabang di bagian distal telapak
tangan menjadi nervus yg mensyarafi bagian volar, ujung jari dan bagian bawah kuku.
Persyarafan penis :
Penis disyarafi oleh persyarafan yang berasal dari nervus pudendal dan pleksus pelvis. Syaraf bagian
dorsal dari penis bercabang di level symphisis pubis menjadi dua syarah dorsal penis yang memberi
inervasi ke batang penis.
Obat anestetik local :
1. Bupivakain 0,5% ( 5mg/ml), durasi 120-360 menit, dosis maksimal 2,5 mg/kgbb
2. Lidokain 2% (20mg/ml), durasi 120-180 menit, dosis maksimal 5mg/kgbb
Pada blok digiti dan penile, obat anestetik local tidak boleh dicampur dengan efinefrin/adrenalin

Checklist Block Infiltrasi :


No. AKTIVITAS
1. Memeriksa kelengkapan alat-alat
2. Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
3. Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
4 Tentukan area atau daerah yang akan disuntikkan
Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan menggunakan betadine lalu swab
5
dengan alkohol
Di tepi bagian tengah dari area kulit yang akan diinfiltrasi, suntikan obat anestetik lokal dg
6
jarum 25/27 G dg membuat skin wheal
Tusukkan jarum lebih kedalam lagi di subkutis dan suntikkan 1-2 ml obat anestetik lokal
7
sesuai dg luas area
Bila area yg disuntikkan luas, ganti jarum dg ukuran 23 G lalu suntikkan di titik yg sama tapi
8 arahkan ke kanan dari titik semula lalu aspirasi. Bila tidak ada darah yg terhisap, suntikkan 1
ml obat anestetik lokal
Lalu sambil jarumnya ditarik keluar, suntikkan secara kontinyu sejumlah volume obat
9
anestetik lokal yg sesuai dg luas area sampai jarum berada di bawah kulit
Tanpa menarik jarum keluar dari kulit, arahkan ke sisi lainnya (kiri) dan lakukan langkah yg
10
sama seperti di point 9.
Bila areanya luas, langkah 9 dan 10 bisa diulang atau jarumnya dipindahkan ke tepi area
11
lainnya dan lakukan langkah yg sama
12 Bekas tusukan ditekan dengan swab alkohol
13 Alat-alat dirapikan dan/atau dibuang sesuai tempatnya

17
Checklist Block Digiti
No. Kegiatan
1. Persiapkan perlengkapan dan obat
2. Memberi penjelasan kepada pasien
Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
3. Letakkan tangan pasien di tempat yg datar atau ditopang oleh asisten
Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan menggunakan betadine lalu swab
4.
dengan alkohol
5. Tusukkan jarum di titik dorsolateral pangkal jari, suntikkan dg membuat skin wheal
Tusukkan jarum ke anterior ke arah pangkal falangs sampai kontak dg falangs, sambil
6.
memperhatikan ujung jarum tidak menembus kulit palmar
Tarik jarum 1-2 mm, lakukan aspirasi, bila tidak ada darah suntikkan 1 ml obat anestetik
7.
lokal
Sambil menarik keluar jarum, suntikkan 1 ml obat anestetik lokal secara kontinyu sampai
8.
jarum keluar dari kulit
9. Tekan dan usap dg swab alkohol di tempat bekas tusukan
10. Lakukan langkah-langkah yang sama pada sisi lainnya dari pangkal jari
11. Alat-alat dirapikan dan/atau dibuang sesuai tempatnya

18
Panduan dan Checklist Punksi arteri dan AGD
Indikasi :
Mengambil darah arteri untuk pemeriksaan analisa gas darah
Komplikasi :
1. Hematoma subkutis
2. Infeksi
Sasaran Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya.
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan desinfeksi.
3. Mahasiswa dapat menentukan lokasi arteri yang akan dipungsi.
4. Mahasiswa dapat melakukan tindakan pungsi arteri dengan benar.
5. Mahasiswa dapat membersihkan dan membuang sampah tajam/infeksius pada tempatnya.
Peralatan :
1. Alat pelindung diri (handskun)
2. Set phantom tangan untuk pungsi arteri
3. Spuit 3 cc + heparin + gabus penutup jarum
4. Kapas alkohol pada tempatya
5. Kain pengalas + handuk kecil pengganjal
6. Kasa dan plester
7. Bengkok untuk tempat bahan kotor, spuit bekas/samapah tajam
Checklist :

No KETRAMPILAN

1 Memeriksa kelengkapan alat-alat


2 Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
Pasang kain pengalas dibawah bagian tubuh yang akan ditusuk. Jika yang akan dipungsi a
3
radialis, dibawah pergelangan tangan diganjal dengan gulungan handuk kecil.
Menentukan lokasi arteri yang akan dipungsi (lihat gambar) dengan cara meraba pulsasi. Pilih
4 pulsasi yang paling besar
dan jelas.
5 Mencuci tangan dan memasang hansdskun
Mengisi heparin pada spuit 1 cc dan memasukkanya ke dalam spuit 3 cc sebanyak 0.1 cc
6 (Heparin diperlukan untuk mencegah pembekuan darah. Tidak boleh terlalu banyak karena
dapat mengganggu pembacaan hasil oleh mesin analisa gas darah)

19
7 Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan menggunakan kapas alkohol.
Raba kembali pulsasi arteri dengan tangan kiri menggunakan dua jari, jari tengah dan jari
8 telunjuk, renggangkan kedua jari tersebut sehingga kulit diantaranya ikut terenggang, sebagai
tempat penusukan.
Spuit 3 cc yang sudah berisi heparin dipegang dengan tangan kanan seperti memengang pensil.
Jarum ditusukan di daerah yang sudah terinfeksi (no. 8)
9
 Pada a. Radialis posisi jarum ± 450
 Pada a. Brachialis posisi jarum ± 600
 Pada a. Femoralis ± 900
Setelah arteri tertusk, tekanan arteri akan mendorong penghisap spuit sehingga darah akan
10
mengisi spuit.
Setelah terisi sebanyak ± 2 cc jarum dicabut dan diusahakan agar udara jangan sampai terisap
11
oleh spuit. Ujung jarum segera ditutup karet/gabus.
Bekas tusukan ditekan dengan kasa steril selama 5 – 10 menit, kemudian ditutup dengan kasa
12
betadin dan plester
13 Alat-alat dirapikan dan atau dibuang sesuai tempatnya.

20
Panduan dan Checklist Insersi Kateter
(sebenarnya tidak dilakukan di modul renal ini, tapi karena dikasih jadi disertakan sekalian
yaa.. Harusnya ini bahan kuliah KKD yang waktu itu ga jadi)
Tujuan Umum :
Mampu melakukan Insersi Kateter
Penjelasan :
Teman-teman bisa lihat videonya yaaa di dropbox..
Checklist :
No Ketrampilan
1 Mengucapkan salam
2 Mempersilahkan berbaring
3 Cuci tangan
4 Pakai Hand scond (sarung tangan steril)
Berdiri di sisi kiri (bila right handed)
5
Berdiri di sisi kanan (bila left handed/kidal)
6 A dan anti sepsis daerah penis dan sekitarnya
7 Pasang duk steril
8 Memegang penis dengan tangan kiri
9 Memasukkan jelly dengan tangan kanan dengan tehnik steril
10 Memasukkan kateter dengan gentle dengan tangan kanan
11 Memastikan kateter masuk ke dalam kandung kemih
12 Mengisi balon kateter dengan cairan

21
S
iepend F
KUI
201
1

K
ump
ul
anPa
nd
uand
anCh
ec
kl
i
stK
KD
Modu
l K
AR
DIOVASK
UL
AR

C
ont
r
ib
ut
or:
T
i
mKe
poK
KD2
011
Daftar Isi
Jadwal KKD Modul Kardiovaskular 2013 .......................................................................................... 2
Panduan dan Checklist EKG ............................................................................................................. 4
Panduan dan Checklist PF ABI .......................................................................................................... 9
Panduan dan Checklist PF Homan’s Sign ......................................................................................... 12
Panduan dan Checklist PF Prekordial............................................................................................... 14
Panduan dan Checklist Respirasi / Paru ........................................................................................... 17

1
JADWAL KKD Modul Kardiovaskular Tahun 2013
No Hari Tanggal Jam Kelompok Kegiatan Tempat
Introduksi kkd & briefing materi
1 Senin 13 mei 2013 10.00-10.30
ujian osce kkd-1
10.30-11.30 A, b, c Introduksi ekg R.kuliah anatomi
11.30-12.00 Kuliah pengantar respirasi
13.30-14.00 A,b,c & d Kuliah pengatar pf kardiologi 2
Introduksi kkd & briefing materi
10.30-11.00
ujian osce kkd-1
11.00-12.00 D Introduksi ekg Gd.iasth lt.7

13.00-13.30 Kuliah pengantar respirasi


2 Kamis 16 mei 2013 10.00-12.00 A1-4 Pf respirasi 1-1 Skill lab 2 parasitologi
A5-8 Ekg 1 Skill lab 2 parasitologi
B1-4 Pf kardiologi1-1 Skill lab 1
B5-8 Pf kardiologi 2-1 Skill lab 1
13.00-15.00 C1-4 Ekg 1 Skill lab 2 parasitologi
C5-8 Pf kardiologi1-1 Skill lab 1
D1-4 Pf kardiologi 2-1 Skill lab 1
D5-8 Pf respirasi 1-1 Skill lab 2 parasitologi
3 Senin 20 mei 2013 10.00-12.00 C1-4 Pf kardiologi1-1 Skill lab 1
C5-8 Pf kardiologi 2-1 Skill lab 1
D1-4 Pf respirasi 1-1 Skill lab 2 parasitologi
D5-8 Ekg 1 Skill lab 2 parasitologi
13.00-15.00 A1-4 Ekg 1 Skill lab 2 parasitologi
A5-8 Pf respirasi 1-1 Skill lab 2 parasitologi
B1-4 Pf kardiologi 2-1 Skill lab 1
B5-8 Pf kardiologi1-1 Skill lab 1
4 Kamis 23 mei 2013 10.00-12.00 A1-4 Pf kardiologi 2-1 Skill lab 1
A5-8 Pf kardiologi1-1 Skill lab 1
B1-4 Ekg 1 Skill lab 2 parasitologi
B5-8 Pf respirasi 1-1 Skill lab 2 parasitologi
13.00-15.00 C1-4 Pf kardiologi 2-1 Skill lab 1
C5-8 Pf respirasi 1-1 Skill lab 2 parasitologi
D1-4 Ekg 1 Skill lab 2 parasitologi
D5-8 Pf kardiologi1-1 Skill lab 1
5 Senin 27 mei 2013 10.00-12.00 C1-4 Pf respirasi 1-1 Skill lab 2 parasitologi
C5-8 Ekg 1 Skill lab 2 parasitologi
D1-4 Pf kardiologi1-1 Skill lab 1
D5-8 Pf kardiologi 2-1 Skill lab 1
13.00-15.00 A1-4 Pf kardiologi1-1 Skill lab 1
A5-8 Pf kardiologi 2-1 Skill lab 1
B1-4 Pf respirasi 1-1 Skill lab 2 parasitologi
B5-8 Ekg 1 Skill lab 2 parasitologi
6 Kamis 30 mei 2013 10.00-12.00 A1-4 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi

2
A5-8 Ekg 2 Skill lab 2 parasitologi
B1-4 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
B5-8 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
13.00-15.00 C1-4 Ekg 2 Skill lab 2 parasitologi
C5-8 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
D1-4 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
D5-8 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi
10.00-12.00 C5-8 Ekg 2
Senin 3-jun-13 Skill lab 2 parasitologi
13.00-15.00 B5-8 Ekg 2
7 Senin 10 juni 2013 10.00-12.00 C1-4 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
C5-8 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
D1-4 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi
D5-8 Ekg 2 Skill lab 2 parasitologi
13.00-15.00 A1-4 Ekg 2 Skill lab 2 parasitologi
A5-8 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi
B1-4 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
B5-8 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
8 Kamis 13 juni 2013 10.00-12.00 A1-4 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
A5-8 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
B1-4 Ekg 2 Skill lab 2 parasitologi
B5-8 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi
13.00-15.00 C1-4 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
C5-8 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi
D1-4 Ekg 2 Skill lab 2 parasitologi
D5-8 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
9 Jumat 14 juni 2013 09.00-11.00 C1-4 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi
D1-4 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
D5-8 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
13.00-15.00 A1-4 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
A5-8 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
B1-4 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi

3
Panduan dan Checklist EKG
Tujuan Umum :
Melakukan perekaman EKG pada orang normal.
Tujuan Khusus
- Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan EKG
- Memasang elektroda pada pasien untuk pencatatan 12 sadapan rutin EKG.
- Menjelaskan kepekaan dan kecepatan catat alat pada perekaman EKG.
- Memperoleh rekaman EKG yang memenuhi persyaratan.

Alat yang diperlukan :


1. Elektrokardiograf dengan perlengkapannya (Lihat Gambar 1)
- elektroda lempeng untuk pergelangan kaki dan tangan
- elektroda isap (suction electrode)
- kabel penghubung pasien dan kabel penghubung tanah (grounding)
2. gel elektrolit
3. kapas dan alkohol
4. tempat tidur

Tata kerja :

I. PERSIAPAN PASIEN
1. Sapalah pasien dan lakukan rapporting sebelum anda memulai pemeriksaan.
2. Jelaskan pada pasien apa yang akan anda lakukan.
3. Suruh pasien bertelanjang dada, kemudian berbaring dengan tenang di tempat tidur.
4. Bersihkan kulit dada dan kedua pergelangan tangan dan kaki yang datar dengan kapas
alkohol.

P-EKG.1. Mengapa kulit harus dibersihkan dengan alkohol?

5. Bubuhkan gel elektrolit pada ke-6 elektroda isap dan ke-4 elektroda pergelangan ATAU pada
kulit dada dan ke-2 pergelangan tangan dan kaki yang datar.

P-EKG.2. Mengapa elektroda atau lokasi pemasangan elektroda harus dibubuhi gel
elektrolit?

6. Pasang elektroda lempeng dan isap tersebut pada permukaan kulit yang telah dibersihkan
dan dibubuhi gel elektrolit tadi. (Lihat lokasi pemasangan elektroda isap pada Gambar 2)
7. Hubungkan kabel penghubung pasien dengan elektroda lempeng sebagai berikut:
a. Kabel RA (right arm, merah) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan lengan
kanan
b. Kabel LA (left arm, kuning) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan lengan kiri
c. Kabel LL (left leg, hijau) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan kaki kiri
d. Kabel RL (right leg, hitam) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan kaki kanan
e. Kabel C (chest) untuk sementara dibiarkan dulu
8. Hubungkan kabel C dengan elektroda isap pada tempat-tempat yang sesuai pada orang
percobaan.

4
Gambar 1. Elektrokardiograf
Keterangan:
1 = kabel penghubung tanah (grounding)
2, 3 = kabel penghubung pasien dengan elektroda lempeng
4 = kabel penghubung pasien dengan elektroda isap
5 = elektroda isap
6 = elektroda untuk pergelangan tangan dan kaki

5
GAMBAR 2. TEMPAT ELEKTRODA HISAP PADA SADAPAN PREKORDIAL DAN GAMBARAN EKG
(Sumber: WF Ganong, Rev. of Medical Physiology, edisi 8, 1977)
Keterangan:
V1 : Ruang interkostal IV garis sternal kanan
V2 : Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3 : Pertengahan garis lurus yang menghubungkan V2 dan V4
V4 : Ruang interkostal V kiri di garis medioklavikuler
V5 : Titik potong garis aksila anterior kiri dengan garis mendatar dari V4
V6 : Titik potong garis aksila kiri tengah dengan garis mendatar dari V4 dan V5

II. PENCATATAN EKG


1. Sebelum melakukan pencatatan EKG, tetapkan kecepatan catat alat dan lakukan peneraan
kepekaan alat.

6
P-EKG.4. Untuk pemeriksaan EKG rutin berapakah kecepatan catat dan kepekaan alat
yang digunakan?

2. Dengan menekan tombol yang sesuai, catat secara berturut-turut:


a. Sadapan standard Einthoven: I, II dan III
b. Sadapan augmented extremity leads: aVR, aVL, dan aVF.
c. Sadapan precordial: V1 sampai dengan V6.
Catat sekurang-kurangnya 4 siklus jantung untuk tiap sadapan.
3. Setelah selesai pencatatan sadapan prekordial, alat EKG ditera kembali.

P-EKG.5. Mengapa alat harus ditera kembali?

4. Pastikan bahwa gambaran EKG yang diperoleh telah memenuhi persyaratan teknis.

P-EKG.6. Persyaratan teknis apakah yang harus dipenuhi?

5. Tuliskan identitas pasien (nama, usia) dan tanggal pencatatan EKG pada kertas hasil EKG.
6. Lepaskan elektroda isap dan lempeng dari tubuh pasien.
7. Bersihkan lokasi pemasangan elektroda dengan kapas alkohol.
8. Rapikan kembali alat EKG yang telah digunakan.

JAWABAN PERTANYAAN

P-EKG.1. Untuk menghilangkan lapisan lemak yang dapat menghambat hantaran arus.

P-EKG.2. Untuk memudahkan hantaran arus listrik antara kulit dengan elektroda.
P-EKG.3. Hal apa yang harus diperhatikan pada saat membubuhkan gel
langsung pada kulit dada?

P-EKG.3. Pembubuhan gel pada kulit dada tempat perlekatan elektroda isap jangan sampai
sambung-menyambung antar elektroda prekordial.

P-EKG.4. Kecepatan catat: 1 mm = 0,04 detik (25 mm/detik).


Kepekaan alat: 1 mV = 10 mm.

P-EKG.5. Untuk mengetahui bahwa kepekaan alat selama digunakan tidak berubah.

P-EKG.6. Syarat teknis yang harus dipenuhi ialah:


a. Stabilitas alat; bila alat stabil, garis dasar yang bersifat isoelektris tercatat lurus
mendatar.
b. Pencatatan bebas dari interferensi, sehingga EKG tercatat bersih tanpa ada
getaran-getaran. Bila ada getaran-getaran, perhatikan grounding alat.
c. Kestabilan kepekaan alat; kepekaan alat pada permulaan dan pada akhir
pencatatan harus sama

7
Checklist Pemeriksaan :
No. Keterampilan

1. Menyapa pasien, membina rapport, menjelaskan prosedur, menyuruh pasien berbaring di


tempat tidur dengan telanjang dada

2. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol di:


 Kedua pergelangan tangan pada bagian yang datar
 Kedua pergelengan kaki pada bagian yang datar
 Bagian dada tempat pemasangan elektroda prekordial

3. Membubuhkan gel elektrolit pada keenam elektroda hisap dan keempat elektroda lempeng
ATAU pada kulit dada dan kedua pergelangan tangan dan kaki yang telah dibersihkan

4. Memasang elektroda lempeng pada pergelangan tangan dan kaki dengan baik, pada bagian
yang telah dibersihkan dan diberi jelly

5. Menentukan lokasi tempat pemasangan elektroda prekordial yang tepat di dada sambil
memasang elektroda prekordial pada:
 V1 – sela iga IV garis sternal kanan
 V2 – sela iga IV garis sternal kiri
 V3 – antara V2 dan V4
 V4 – sela iga V garis midklavikula kiri
 V5 – perpotongan garis horizontal melalui V4 – garis aksila anterior
 V6 – perpotongan garis hosrisontal melalui V4 – garis aksila media
6. Menghubungkan kabel penghubung pasien dengan elektroda pergelangan tangan dan kaki
yang sesuai:
 Kabel merah – lengan kanan
 Kabel kuning – lengan kiri
 Kabel hijau – tungkai kiri
 Kabel hitam – tungkai kanan
7. Menghubungkan kabel penghubung pasien dengan elektroda hisap prekordial yang sesuai

8. Membersihkan kembali dada OP

8
Panduan dan Checklist PF Ankle-Brachial Index (ABI)
Tujuan Umum :
Mampu melakukan pemeriksaan ankle-brackhial index (ABI)
Tujuan Khusus :
Setelah mahasiswa mengikuti pemeriksaan ankle-brachial index (ABI), bila diberi pasien mahasiswa :
1. Mampu melakukan pemeriksaan fisik ankle-brachial index (ABI)

Checklist dan Penjelasannya :

No. Keterampilan

1. Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan


dan meminta ijin
Persiapkan peralatan dan cucilah tangan sebelum memuai prosedur. Gunakanlah sarung
2.
tangan yang bersih sesuai ukuran tangan anda
3. Tempatkan manset pengukur tekanan darah yang sesuai di lengan kanan
4. Lakukan palpasi pulsasi arteri brakialis dan oleskan jelly di atas area tersebut

Nyalakan alat USG doppler dan letakkan probe doppler dengan sudut 45-60 derajat arah
aliran darah; gerakkan perlahan diatas jelly dengan gerakan memutar sampai suara pulsasi
terdengar paling jelas

5.

Kembangkan manset tekanan darah sampai suara pulsasi menghilang dan naikkan 10-20
6. mmHg dari tekanan saat suara pulsasi menghilang; jangan kembangkan manset sampai
melewati 300 mmHg.
Turunkan tekanan manset perlahan (2 mm/detik) sampai suara pulsasi artrei kembali
7. terdengar. Catat tekanan darah saat suara pulsasi arteri tersebut terdengar. Setelah suara
arteri terdengar sepenuhnya, kendurkan manset sepenuhnya.
Ulang langkah 3 – 7 pada lengan yang lain dan tekanan sistolik lengan tertinggi digunakan
8.
untuk menghitung ABI
Jika terdapat luka / ulkus di kaki, ukurlah tekanan pada tungkai yang sehat lebih dulu;
9. tempatkan manset pengukur tekanan darah 2 cm diatas malleolus lateral. Lindungi /
tutuplah luka / ulkus yang dapat mengkontaminasi manset

9
Palpasi dan temukan pulsasi arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior

10.

Dengan metode yang sama di langkah 5-7, palpasi arteri dorsalis pedis dan tentukan
lokasinya; berikan jelly diatasnya dan dengan menggunakan doppler tentukan tekanan
sistolik arteri dorsalis pedis; jangan mengembangkan manset lebih dari 300 mmHg

11.

Dengan manset berada di posisi yang sama pada kaki yang sama, palpasi dan tentukan
12. lokasi arteri tibialis posterior; berikan jelly diatasnya dan dengan menggunakan doppler
tentukan tekanan sistolik arteri tibialis posterior
Catatlah tekanan sistolik yang lebih tinggi dari 2 pulsasi kaki tersebut untuk penghitungan
13.
ABI di tungkai tersebut
14. Bersihkan jelly dari kaki

Ulang langkah 9-14 pada kaki yang lain dan catat tekanan sistolik yang lebih tinggi dari 2
15.
pulsasi kaki tersebut untuk penghitungan ABI di tungkai tersebut

Cuci tangan setelah prosedur selesai. Bersihkan dan desinfeksi Doppler dan probe dengan
16.
desinfektan atau cairan pembersih sesuai dengan instruksi manufaktur alat

10
Hitung ABI kaki kanan dan kiri dengan membagi tekanan sistolik ankle yang lebih tinggi dari
tiap kaki dengan tekanan sistolik brakial yang lebih tinggi dari lengan
17.
𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑜𝑙𝑖𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑘𝑙𝑒 𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑖𝑟𝑖
ABI kanan/kiri = 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑏𝑟𝑎𝑘𝑖𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

Keterangan :
Saat ini telah diajarkan melakukan pemeriksaan ankle brachial indexm(ABI).
Untuk mengerti pemeriksaan tersebut diperlukan pengetahuan anatomi dan faal organ terkait
pemeriksaan ankle brachial index (ABI). Bila belum mendapat pengetahuan tersebut, mahasiswa
diminta untuk belajar sendiri buku anatomi, faal atau buku pemeriksaan (daftar pustaka).
Pada Ketrampilan klinik dasar yang diajarkan adalah cara melakukan pemeriksaan pada keadaan
normal sedangkan pemeriksaan pada keadaan patologi akan diajarkan pada semester 7 s/d 10.
Tetapi kewaspadaan keadaan patologi mulai diajarkan dengan pertanyaan apakah terdapat kelainan
pada pemeriksaan ankle brachial index misalnya nilai ABI dibawah 0.9. Bila didapatkan hal ini berarti
terdapat keadaan patologis pada pasien.
Berlatih sesering mungkin akan meningkatkan ketrampilan dalam melakukan pemeriksaan .
Selamat berlatih

Kepustakaan :
1. Swartz MH: Texbook of Physical Diagnosis: history and examination, edisi 5, 2006, Saunders
Elsevier
2. American Heart Association. Measurement and Interpretation of Ankle-Brachial Index: A
Scientific Statement From American Heart Association. Circulation. 2012;126:2890-2909
3. Bickley LS dan Szilagyi PG: Bate’s guide to physical examination and history taking, edisi 9,
2007, Lippincott Williams and Wilkins.
4. Setyohadi B dan Subekti I: Pemeriksaan umum. Dalam Sudoyo AW dkk (ed) Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, edisi 4, jilid 1, 2006, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta, 22-38

11
Panduan Pemeriksaan Fisik Tanda Homan (Homan’s Sign)
Tujuan :
Mampu melakukan pemeriksaan fisik tanda Homan (Homan’s Sign).

Checklist dan keterangan :


No Keterampilan
Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan dan
1.
meminta ijin
2. Inspeksi dan palpasi tungkai bawah pasien untuk menilai tanda-tanda trombosis vena dalam
3. Pasien diminta untuk berbaring atau duduk
Lakukan fleksi pada sendi lutut (30-60 derajat) dan letakkan telapak tangan kanan pada
4. telapak kaki ekstremitas pasien yang sedang diperiksa. Satu tangan diletakkan pada betis
pasien
5. Lakukan dorsifleksi sendi ankle dengan tekanan cukup kuat dan cepat
6. Perhatikan bila terdapat nyeri di daerah betis / poplitea
Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan dan
7.
meminta ijin
8. Inspeksi dan palpasi tungkai bawah pasien untuk menilai tanda-tanda trombosis vena dalam
9. Adanya nyeri di daerah betis / poplitea merupakan tanda Homan yang positif

Gambar pemeriksaan Homan’s Sign


Keterangan :
Saat ini telah diajarkan melakukan pemeriksaan fisik Homan’s Sign.
Untuk mengerti pemeriksaan tersebut diperlukan pengetahuan anatomi dan faal organ terkait
pemeriksaan fisik Homan’s Sign. Mahasiswa juga harus mempelajari patofisiologi trombosis vena
dalam. Bila belum mendapat pengetahuan tersebut, mahasiswa diminta untuk belajar sendiri buku
anatomi, faal atau buku pemeriksaan (daftar pustaka).

12
Pada Ketrampilan klinik dasar yang diajarkan adalah cara melakukan pemeriksaan pada keadaan
normal sedangkan pemeriksaan pada keadaan patologi akan diajarkan pada semester 7 s/d 10.
Tetapi kewaspadaan keadaan patologi mulai diajarkan dengan pertanyaan apakah terdapat tanda
Homan yang positif. Bila didapatkan hal ini berarti terdapat keadaan patologis pada pasien.
Berlatih sesering mungkin akan meningkatkan ketrampilan dalam melakukan pemeriksaan .
Selamat berlatih

Kepustakaan :
1. Swartz MH: Texbook of Physical Diagnosis: history and examination, edisi 5, 2006, Saunders
Elsevier
2. Urbano FL. Homans’ Sign in the Diagnosis of Deep Venous Thrombosis. www.turner-
white.com/pdf/hp_mar01_homan.pdf
3. Bickley LS dan Szilagyi PG: Bate’s guide to physical examination and history taking, edisi 9,
2007, Lippincott Williams and Wilkins.
4. Setyohadi B dan Subekti I: Pemeriksaan umum. Dalam Sudoyo AW dkk (ed) Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, edisi 4, jilid 1, 2006, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta, 22-38

13
Panduan dan Checklist Pemeriksaan Prekordial
Tujuan Umum :
Mampu melakukan pemeriksaan fisik prekordial
Tujuan Khusus :
Setelah mahasiswa mengikuti pemeriksaan fisik prekordial, bila diberi pasien mahasiswa :
1. Mampu melakukan inspeksi prekordial,
2. Mampu melakukan palpasi prekordial
3. Mampu melakukan perkusi prekordial
4. Mampu melakukan auskultasi prekordial

Daftar Pemeriksaan Fisik Prekordial


1. inspeksi prekordial, Melihat bentuk dada dan adanya pulsasi apeks kordis serta
mengetahui posisi apeks kordis
2. palpasi prekordial Meraba pulsasi apeks kordis dan mengetahui posisi apeks
kordis
Bila tidak teraba, lakukan palpasi dalam posisi left lateral
decubitus
3. perkusi prekordial Melakukan perkusi dan membedakan suara sonor dan
redup untuk mengetahui batas jantung kanan, kiri dan
pinggang jantung
4. auskultasi prekordial Mengenali bunyi jantung norma , irama, bunyi jantung 1
dan 2 dan apakah terdapat bunyi tambahan.
Bila bunyi jantung tidak jelas terdengar, lakukan
auskultasidalam posisi left lateral decubitus

Checklist Pemeriksaan :

No Ketrampilan

1 Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan


dan meminta ijin.
Pemeriksaan Inspeksi Jantung
2 Inspeksi letak iktus kordis dan menyebutkan dengan benar letak iktus kordis
3 Inspeksi habitus, bentuk dada, dan kelainan yang ditemukan
Pemeriksaan Palpasi Jantung
4 Pasien diminta mengangkat lengan kiri lateral dekubitus
5 Melekatkan seluruh telapak tangan pada dinding toraks dengan tekanan yang lembut dan

14
Menyebutkan letak iktus kordis
6 Pada palpasi iktus kordis, apakah ada thrill, heaving, lifting, atau tapping
Perkusi Jantung
7 Perkusi pada linea aksilaris anterior kiri untuk mencari batas paru dengan lambung
8 Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan lambung dilakukan perkusi ke medial untuk
menentukan batas kiri jantung
9 Perkusi pada linea parasternalis kiri ke bawah untuk menentukan pinggang jantung
10 Perkusi pada linea midklavikula kanan untuk mencari batas paru dengan hati.
11 Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan hati dilakukan perkusi ke medial untuk
menentukan batas kanan jantung
Pemeriksaan Auskultasi Jantung
12 Melakukan pemeriksaan auskultasi sambil membandingkan dengan meraba pulsasi arteri
carotis
13 Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea midclavicula kiri untuk mendengarkan bunyi katup
mitral
14 Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea parasternalis kiri untuk mendengarkan bunyi katup
pulmonal
15 Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea parasternalis kanan untuk mendengarkan bunyi
katup aorta
16 Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea parasternalis kanan untuk mendengarkan bunyi
katup trikuspid, dibandingkan waktu inspirasi dan ekspirasi
17 Melakukan pemeriksaan secara sistematis dan menyenangkan
18 Melaporkan hasil pemeriksaan prekordial (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

Keterangan :
Hingga saat ini telah diajarkan melakukan anamnesis dan sebagian pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
fisik yang telah diajarkan diantaranya melakukan inspeksi, palpasi, dan perkusi yang akan digunakan
lebih lanjut untuk pemeriksaan prekordial.
Pemeriksaan fisik prekordial meliputi pemeriksaan inpeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Untuk mengerti pemeriksaan tersebut diperlukan pengetahuan anatomi dan faal organ tersebut. Bila
belum mendapat pengetahuan tersebut, mahasiswa diminta untuk belajar sendiri buku anatomi, faal
atau buku pemeriksaan (daftar pustaka).
Pada Ketrampilan klinik dasar yang diajarkan adalah cara melakukan pemeriksaan pada keadaan
normal sedangkan pemeriksaan pada keadaan patologi akan diajarkan pada semester 7 s/d 10.

15
Tetapi kewaspadaan keadaan patologi mulai diajarkan dengan pertanyaan apakah terdapat ..........
Bila didapatkan hal ini berarti terdapat keadaan patologis pada pasien.
Berlatih sesering mungkin akan meningkatkan ketrampilan dalam melakukan pemeriksaan .
Selamat berlatih
Kepustakaan
1. Swartz MH: Texbook of Physical Diagnosis: history and examination, edisi 5, 2006, Saunders
Elsevier
2. Bickley LS dan Szilagyi PG: Bate’s guide to physical examination and history taking, edisi 9,
2007, Lippincott Williams and Wilkins.
3. Setyohadi B dan Subekti I: Pemeriksaan umum. Dalam Sudoyo AW dkk (ed) Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, edisi 4, jilid 1, 2006, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta, 22-38

16
Panduan dan Checklist Pemeriksaan Jasmani Paru
Tujuan Umum :
Mampu melakukan pemeriksaan jasmani paru menurut sistematika yang benar dan bersikap
profesional
Sasaran Pembelajaran :
1. Mampu melakukan pemeriksaan jasmani khususnya paru, secara :
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
2. Mampu menganalisis temuan pemeriksaan paru

Peralatan yang dibutuhkan:


1. CD pemeriksaan jasmani paru
2. Pedoman Pemeriksaan jasmani pernapasan (Fotocopy di Skill Lab)
3. Meja tidur pasien
4. Teaching Stetoskop
5. Kursi

Daftar (Point interest) Pemeriksaan Jasmani Paru


1 Inspeksi  Keadaan umum yang berkaitan dengan pernapasan
 Warna kulit berkaitan dengan pernapasan
 Leher berkaitan dengan pernapasan
 Ekstremitas berkaitan dengan pernapasan
 Dada depan
 Dada belakang
2 Palpasi  Leher
 Dada depan
 Dada belakang
 Palpasi secara umum
 Fremitus
 Ekspansi toraks
3 Perkusi  Dada depan
 Dada Belakang
 Perkusi Paru
 Perkusi untuk batas-batas organ
4 Auskultasi  Dada depan
 Dada belakang
 Auskultasi paru

Checklist dan keterampilan

No Ketrampilan
1 Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan,
meminta ijin dan meminta subyek melepaskan pakaian atas serta berbaring
Pemeriksaan Inspeksi
Inspeksi keadaan umum berkaitan dengan pernapasan

17
2 Menyebutkan subyek tampak sesak atau tidak
3 Menyebutkan ada tidaknya napas cuping hidung, ada tidaknya penggunaan otot bantu napas
4 Menyebutkan terdengar tidaknya suara serak, mengi,stridor
Inspeksi warna kulit berkaitan dengan pernapasan
5 Menyebutkan ada tidaknya sianosis
6 Menyebutkan warna kulit pucat atau tidak pucat
Inspeksi leher berkaitan dengan pernapasan
7 Menyebutkan ada tidaknya penggunaan otot bantu napas M. Sternokleidomastoideus,
suprasternal
8 Menyebutkan ada tidaknya bendungan vena leher
9 Menyebutkan ada tidaknya pembesaran kelenjar limfe
Inspeksi ekstremitas berkaitan dengan pernapasan
10 Menyebutkan ada tidaknya jari tabuh
Inspeksi Dada Depan
11 Menyebutkan ada tidaknya bendungan vena, benjolan (tumor), ginecomastia, emfisema
subkutis
12 Menyebutkan ada tidaknya retraksi M. interkostal
13 Menyebutkan bentuk dada dengan menilai diameter anteroposterior dibandingkan diameter
sagital, serta besar sudut angulus costae
14 Menyebutkan ada tidaknya penyempitan dan pelebaran sela iga
15 Menyebutkan kesimetrisan hemitoraks kiri i dan kanan (statis) dan saat bernapas (dinamis)
16 Menyebutkan frekuensi pernapasan dengan melihat gerakan dada
17 Menyebutkan sifat pernapasan dengan menilai pergerakan toraks dan abdomen
18 Menyebutkan irama pernapasan
Pemeriksaan Palpasi
Palpasi leher
19 Melakukan perabaan kelenjar limfe : palpasi dengan ujung jari pada daerah submandibula,
sepanjang M. Sternokleidomatoideus dan supraklavikula
20 Melakukan pemeriksaan posisi trakea dengan meletakkan jari telunjuk pada daerah antara
trakea-sternokleidomastoideus, kiri –kanan
Atau
Meletakkan ujung-ujung jari telunjuk, jari tengah, jari manis kanan pada suprasternal notch
Palpasi Dada Depan
21 Palpasi Umum
Melakukan perabaan di seluruh dada untuk menilai ada tidaknya emfisema subkutis, sela iga
dan menilai benjolan/ tumor bila ada
22 Melakukan pemeriksaan ekspansi dada dengan meletakkan kedua telapak tangan pada dada
kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan meminta subyek inspirasi dalam
23 Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan permukaan palmar jari-jari kedua

18
tangan pada dada kiri dan kanan . Minta subyek menyebutkan angka 77 atau 99 berulang-
ulang, dan merasakan dengan teliti getaran suara napas yang ditimbulkannya.
-Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap lokasi
-Melakukan pemeriksaan fremitus secara sistematis dari atas ke bawah
Pemeriksaan Perkusi Dada Depan
24 Perkusi Umum
Melakukan perkusi seluruh dada depan untuk menilai secara umum ada tidaknya kelainan
25 Melakukan perkusi paru secara sistematis
- dilakukan dari apeks paru (daerah supraklavikula)
sampai kebawah
- membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap
Lokasi pemeriksaan
26 Perkusi batas –batas organ pada rongga dada
Batas paru- hati
Perkusi pada garis midklavikula kanan sampai mendapatkan perubahan dari sonor menjadi
redup Kemudian menilai peranjakannya atau batas paru hati saat inspirasi dibandingkan
ekspirasi
Batas jantung kanan (paru dan mediastinum kanan)
Pada posisi 2 jari di atas batas paru-hati dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas
jantung kanan (mediastinum)
27 Batas paru –lambung
Perkusi pada garis aksilaris anterior kiri sampai mendapatkan perubahan dari sonor mejadi
timpani (lambung kosong) atau redup (lambung penuh)
Batas jantung kiri (paru dan mediastinum kiri)
Pada posisi 2 jari di atas batas paru-lambung dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan
batas jantung kiri (mediastinum)
Pemeriksaan Auskultasi Dada Depan
28 Melakukan auskultasi paru secara sistematis
- dilakukan dari apeks paru (daerah supraklavikula)
sampai kebawah
- membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap Lokas pemeriksaan
- konsentrasi pada fase inspirasi dan ekspirasi
Pemeriksaan Dada Belakang
Meminta subyek duduk membelakangi pemeriksa
Inspeksi dada belakang
29 Menyebutkan ada tidaknya benjolan (tumor), kelainan bentuk tulang belakang atau benjolan
pada tulang belakang
Palpasi dada belakang
30 Palpasi Umum
Melakukan perabaan di seluruh dada belakang untuk menilai ada tidaknya emfisema subkutis

19
dan menilai benjolan/ tumor bila ada
31 Melakukan pemeriksaan ekspansi pada dada belakang dengan meletakkan kedua telapak
tangan pada dada belakang kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan meminta
subyek inspirasi dalam
-Melakukan mulai dari bawah skapula
32 Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan permukaan palmar jari-jari kedua
tangan pada dada belakang kiri dan kanan . Minta subyek menyebutkan angka 77 atau 99
berulang-ulang, dan merasakan dengan teliti getaran suara napas yang ditimbulkannya.
-Melakukan di daerah paru belakang mulai dari daerah interskapula ke bawah
-melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap lokasi
Perkusi Dada Belakang
33 Perkusi Umum
Melakukan perkusi seluruh dada belakang untuk menilai ada tidaknya kelainan
34 Melakukan perkusi paru secara sistematis
- dilakukan dari apeks paru (daerah atas skapula)
sampai kebawah (interskapula terus ke bawah skapula)
-membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap
lokasi pemeriksaan
35 Batas paru belakang
Perkusi pada garis skapula kanan dan kiri untuk mencari batas paru belakang kanan dan kiri
, dengan berpedoman kepada korpus vertebra mulai dari vertebra prominens (C7)
Auskultasi Dada Belakang
36 Melakukan auskultasi paru secara sistematis
- dilakukan dari apeks paru (daerah atas skapula),
daerah interskapula terus ke bawah
- membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap
Lokasi pemeriksaan
- konsentrasi pada fase inspirasi dan ekspirasi

Penuntun Pemeriksaan Jasmani Paru


PEMERIKSAAN JASMANI
Dasar pemeriksaan jasmani paru adalah inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang harus
dilakukan secara benar dan sistematik. Kemahiran melakukan pemeriksaan dan menilai kelainan-
kelainan hanya mungkin dengan mempraktekkan secara terus menerus. Pemeriksaan jasmani pada
paru adalah untuk menentukan ada tidaknya kelainan struktural jaringan.

Pemeriksaan jasmani pada paru, berdasarkan :


1. Adanya udara di alveoli dan saluran napas
2. Terjadinya aliran (arus) udara di saluran napas
3. Terdapatnya saluran-saluran pernapasan terbuka (patent)
4. Adanya penghalang-penghalang

20
Persyaratan pemeriksaan jasmani paru :
Dalam melakukan pemeriksaan paru , terdapat hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelumnya, yaitu :
- Bangku periksa sebaiknya datar dan dilapisi kasur tipis
- Pemeriksa berdiri di samping kanan bangku periksa
- Sikap pemeriksa harus tenang
- Sikap subyek yang diperiksa sebaiknya berbaring lurus telentang. Kedua kaki berdempetan,
kedua lengan di samping badan atau lurus ke atas dan kepala menghadap ke depan.
- Bila subyek yang diperiksa tidak dapat berbaring misalnya pada serangan asma, maka subyek
dapat diperiksa dalam posisi duduk dengan kaki tergantung ke bawah di pinggir bangku
periksa
- Sebaiknya subyek yang diperiksa membuka pakaian atas sehingga telanjang dada sampai
batas pinggang. Pada perempuan perlu dijelaskan maksud membuka bagian dada tersebut
yaitu untuk pemeriksaan jasmani paru dengan baik dan tepat.

INSPEKSI
Setelah semua persyaratan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan jasmani paru
yang baik terpenuhi, pemeriksaan dapat dimulai :
Keadaan umum :
1. Perhatikan apakah penderita tampak sesak, baik dalam keadaan diam atau hanya waktu
berbicara
2. Stridor dan suara sesak
3. Terdengarnya mengi dengan telinga biasa menunjukkan adanya bronkospasme yang berat
4. Perhatikan dahak yang dibatukkan; warna, kekentalan, bau dan bongkahan mukus
5. Bunyi gemericik lendir menandakan adanya retensi sekret

Warna Kulit
Perhatikan ada tanda-tanda sianosis atau pucat
1. Sianosis warna kulit menjadi kebiruan atau kelabu akibat kurangnya oksigen dalam darah
2. Kulit pucat berarti anemia atau penyakit kronis
Pada orang dengan warna kulit yang gelap, sianosis menjadi sulit dinilai maka dapat dilihat pada
bibir dan warna kuku.

Ekstremitas
Perhatian adanya jari tabuh (clubbing fingers), yaitu kelainan pada ujung-ujung jari-jari yang
menggembung. Pada jari normal, antara kuku dan kulit ujung jari membentuk sudut 165  .

Jari Tabuh (Clubbing Fingers)

21
Pada stadium dini atau permulaan pembentukan jari tabuh, sudut 160 ini akan menghilang (lihat
gambar). Cara pemeriksaan untuk mengetahui jari tabuh dapat dilakukan dengan mempertemukan
kedua ujung jari dengan merapatkan masing-masing sisi dorsalnya (gambar). Penyakit-penyakit paru
yang sering, menimbulkan jari tabuh ini adalah bronkiektasis, kanker paru, abser paru, fibrosis kislik
dan fibrosis paru. Penyakit di luar paru yang juga sering menimbulkan gejala ini adalah sirosis hati,
penyakit jantung, kongenital, endokarditis bakteri subakut dan kolitis ulseratif kronik.

Dinding dada
Di dalam rongga dada terdapat paru dan jantung. Pada pembicaraan pemeriksaan jasmani paru
dipisahkan , tetapi karena keduanya terletak dalam rongga dada sukar dihindari kemungkinan
adanya tumpang tindih dalam pembicaraan pemeriksaan jasmani kedua alat -alat organ tersebut.
Untuk memudahkan mendeskripsi kelainan pada pemeriksaan dada diproyeksikan pada beberapa
titik, sudut dan garis sebagai patokan.

Beberapa garis vertikal yang perlu diketahui :


a) Garis midsternum : garis yang melalui tengah-tengah sternum
b) Garis sternum : garis yang melalui perlekatan iga-iga dengan
sternum

22
c) Garis parasternum : garis vertikal yang melalui pertemuan rawan iga
dan tulang kira-kira pertengahan antara garis
midklavikula dengan garis sternum
d) Garis midklavikula : garis vertikal yang melalui tengah-tengah
klavikula, biasanya mengenai papila-mama
e) Garis aksila posterior dan anterior
f) Garis aksila media : garis vertikal melalui tengah-tengah antara garis
aksila anteroir dan aksila posterior

Dada belakang
Daerah interskapula. Ujung bawah skapula setinggi iga ke 7 atau torakal ke 8
Korpus vertebra dihitung dengan pedoman vertebra prominens (C7)
Garis-garis vertikal yang perlu diketahui :
1. Garis skapula kanan dan kiri
2. Garis midspina

Inspeksi dada
Statik dan dinamis
Dada dalam keadaan tidak bergerak (statik) adalah melihat dada tanpa memperhatikan pergerakan
napas. Perhatikan kesimetrisan dada kiri dan kanan. Pada keadaan bergerak, melihat pergerakan
dada kiri dan kanan saat bernapas (dinamis), perhatikan kesimetrisan pergerakan tersebut.
Kelainan yang terdapat pada permukaan dinding dada, sela iga dan bentuk dada.
- Pada permukaan dinding dada kita lihat adakah kelainan kulit, edema subkutis, bendungan
vena, benjolan (tumor), enfisema subkutis atau spider nevi.
- Selain itu juga perlu dilihat kesimetrisan payudara, ginekomasti, atau adanya perlekatan.
Sela iga dilihat melebar atau menyempit.

23
- Sela iga yang melebar dijumpai pada enfisema dan sela iga yang menyempit dapat dijumpai
pada schwarte. Bentuk dada dilihat normal atau abnormal

Bentuk dada normal


Bentuk dada normal bila diameter antero-posterior lebih kecil daripada diameter lateral (sagital)
dengan rasio 5 : 7 sampai 1 : 2

Bentuk dada abnormal


1. Dada paralitik : sela iga sempit, iga-iga lebih miring. Angulus kosta < 90
2. Dada emfisema : dada mengembang, diameter besar (diameter antero-posterior dan sagital
hampir sama/ sama), tulang punggung melengkung dan angulus kosta > 90
3. Dada kifosis
4. Skoliosis
5. Lordosis
6. Kifoskoliosis
7. Pektus ekskavatum : kelainan kongenital sternum yang mencekung ke dalam
8. Pektus karinatum : sternum mencembung ke depan seperti dada burung

Pektus ekskavatum

A. Skoliosis B. Kifosis C.kifoskoliosis

24
Pada keadaan dada bergerak (dinamis), melihat pergerakan napas :
1. Frekuensi pernapasan, normal 12-18/menit. Bila kurang dari 12/menit disebut bradipneu
dan bila lebih dari 18 disebut takipneu. Pad anak frekuensi napas lebih cepat adalah normal.
2. Sifat pernapasan : torakal, abdominal. Lebih sering merupakan kombinasi
3. Irama (ritme) napas :
a. Normal
b. Kussmaul : pernapasan yang cepat dan dalam, didapatkan pada asidosis metabolik
(koma diabetikum)
c. Biot : pernapasan yang tidak teratur dalam irama dan amplitudo, disleing oleh
periode apnu. Didapatkan pad apenderita dengan kerusakan otak
d. Cheyne stokes: pernapasan dengan amplitudo yang mula-mula kecil dan makin
membesar dan surut lagi diseling apnu. Juga didapatkan pada gangguan saraf pusat
e. Pernapasan sighing : pola pernapsan normal yang diselingi inspirasi dalam, biasanya
oleh karena tekanan emosi (stress)
4. Kedalaman : pernapasan yang dangkal dapat dijumpai misalnya pada emfisema
5. Keserasian : pernapasan asimetri ditemukan misalnya pada schwarte (penebalan pleura)
6. Tanda dari Hoover : retraksi abnormal tanpa disertai pengembangan dada, merupakan
petunjuk kontraksi diafragma yang buruk pada penderita dengan obstruksi jalan napas

Kondisi-kondisi yang berhubungan dengan pernapasan abnormal


Cheyne-Stokes : tekanan intracranial me, gagal ginjal, meningitis, drug
Overdose, CHF
Biot : meningitis spinal, gangguan sistem saraf pusat
Kussmaul : asidosis metabolik terutama diabetic ketoacidosis

PALPASI
Perabaan dengan menggunakan telapak tangan dan jari-jari untuk mencari kelainan yang tidak
terlihat pada inspeksi atau mengkonfirmasi dan mendapatkan data yang lebih detail dari kelainan
pada inspeksi.

25
Leher
Pada daerah leher dilakukan palpasi untuk beberapa pemeriksaan :
1. Pembesaran kelenjar getah bening (limfe)
Perabaan pembesaran kelenjar getah bening di daerah submandibula, sepanjang
sternokleidomatoideus dan supraklavikula. Pembesaran kelenjar getah bening di daerah
tersebut dapat memberi petunjuk bagi kelainan di paru, seperti pembesaran kelenjar getah
bening di supra klavikula pada kanker paru, pembesaran kelenjar getah bening di daerah
sepanjang sternokleidomatoideus misalnya pada tuberkulosis, infeksi saluran napas atas,
dan lain-lain.
2. Posisi trakea
Menetapkan adanya deviasi trakea sangat penting untuk mengetahui ada tidaknya
pergeseran mediastinum. Pada fibrosis paru atau penebalan pleura atau atelektasis, maka
medistinum dan trakea akan tertarik ke sisi yang sakit tersebut; sedangkan pada efusi pleura
atau penumotoraks atau massa tumor yang mendorong medistinum maka trakea dan
mediastinum akan terdorong ke sisi yang sehat.

Pemeriksaan posisi trakea , dengan meletakkan jari telunjuk pada daerah (kiri dan kanan)
antara m. sternokleidomasteoideus dan trakea.

Cara lain adalah dengan meletakkan ujung-ujung jari telunjuk, jari tengah, jari manis kanan
pada daerah suprasternal notch; dan meraba posisi trakea di tengah (ujung jari tengah) atau
bergeser ke kanan (jari telunjuk )atau ke kiri (jari manis)
.
Palpasi Dada
a. Ekspansi Dada
Normalnya dinding dada ekspansi simetrik saat inhalasi dalam. Ekspansi tersebut dapat
dievaluasi pad adada depan dan dada belakang. Pada dada depan, tangan pemeriksa
diletakkan sepanjang anterolateral dada dengan kedua ibu jari saling berhadapan (lihat
gambar). Dari garis tengah dapat dilihat perbedaan relatif gerakan dada (lihat gambar)

26
Pemeriksaan ekspansi dada depan

Pada dada belakang, tangan pemeriksa diposisikan sepanjang posterolateral dada dengan kedua ibu
jari bertemu pada daerah vertebra torakalis 8 (T8)

Pemeriksaan ekspansi dada belakang


b. Fremitus
Fremitus vokal adalah vibrasi yang ditimbulkan pita suara selama fonasi.
Fremitus taktil (tactile fremitus) adalah vibrasi tersebut di atas ditransmisikan turun ke
cabang-cabang trakeobrokial terus ke alveoli dan ke dinding dada. Pada saat vibrasi
dirasakan pada dinding dada diraba dengan telapak tangan. Fremitus ditentukan dengan
kedua telapak tangan yang diletakkan di dada kri dan kanan dan meminta penderita untuk
menyebutkan angka tujuh puluh tujuh (77) atau sembilan puluh sembilan (99) berulang-
ulang. Vibrasi fremitus raba tersebut dapat melemah, normal, mengeras. Fremitus yang
meningkat (mengeras) disebabkan trnasmisi vibrasi melalui media yang lebih padat (solid).
Struktur paru normal adalah kombinasi dari padat dan jaringan yang berisi udara. Segala
kondisi yang menimbulkan peningkatan densitas paru seperti konsolidasi pneumonia
menyebabkan peningkatan fremitus (fremitus mengeras). Bila area konsolidasi tidak
berhubungan dengan bronkus, fremitus dapat melemah.

27
Fremitus taktil akan melemah (berkurang) pada penderita obese atau otot yang tebal,
rongga pleura terisi udara (pneumotoraks), rongg apleura terisi cairan (efusi pleura),
fremitus vokal menurun bermakna atau tidak ada fremitus vokal.

Fremitus taktil adalah relatif suatu penilaian kasar, tetapi sebagai teknik panduan
pemeriksaan fremitus taktil dapat membantu agar pemeriksa memperhatikan kemungkinan
abnormalitas. Kemudian akan dikonfirmasi/ dicek dengan mendengarkan suara napas
secara auskultasi.

A. Pemeriksaan fremitus menggunakan permukaan palmar dari ujung-ujung jari


B. Penggunaan bersamaan tangan kanan dan kiri

PERKUSI
Perkusi adalah pemeriksaan dengan mengetok permukaan dada untuk mengevaluasi struktur di
bawahnya. Perkusi dada menghasilkan bunyi (sound) dan vibrasi raba (palpable vibration) yang
berguna untuk evaluasi jaringan di bawahnya. Perkusi dapat mengevaluasi paru sampai kedalaman
5-7 cm di bawah dinding dada.

Perkusi dilakukan dengan cara mengetok jari tengah kiri yang diletakkan pada permukaan dada
depan/ dada belakang dengan ujung jari tengah kanan tangan kanan. Sendi pergelangan bertindak
sebagai aksis. Suara yang ditimbulkan oleh ketukan tersebut merupakan karakteristik perkusi :
1. Sonor, pada jaringan paru yang normal/ sehat
2. Hipersonor, pada paru yang banyak mengandungudara seperti emfisema, maupun
pneumotoraks
3. Redup, bila mengenai jaringan padat massa, konsolidasi atau atelektasis, atau cairan
4. Pekak, mengenai haringan yang sangat padat, massa luas atau cairan masif
5. Timpani, terdengar pada perkusi lambung akibat getaran udara di dalam lambung, dapat
terdengar juga pada pneumotoraks yang luas atau lokal
Batas-batas organ dalam rongga dada dan rongga abdomen
Dengan perkusi dapat ditentukan batas-batas organ
a) Batas paru – hati. Perkusi pada garis midklavikula kanan, bising ketok sonor menjadi redup,
normal pada sela iga ke enam. Peranjakan antara inspirasi dan ekspirasi umumnya dua jari

28
b) Batas paru – lambung. Perkusi pada garis aksilaris anterior kiri, bising ketok sonor menjadi
timpani. Normal pada sela iga ke delapan, sangat tergantung dari ada tidaknya isi lambung.
c) Batas jantung/ mediastinum kanan. Sebagaimana batas paru – hati, perkusi pada garis
midklavikula kanan, bising ketok sonor menjadi redup kemudian  2 jari di atas tempat
tersebut dilakukan perkusi lagi ke arah medial (sternum) sampai terdengar perubahan dari
sonor menjadi redup, normal antara garis midsternum dan sternum kanan
d) Batas jantung/ mediastinum kiri. Sebagaimana batas paru – lambung, perkusi pada garis
aksilaris anterior kiri, bising ketok sonor menjadi timpani kemudian  2 jari di atas tempat
tersebut dilakukan perkusi lagi ke arah medial (sternum) sampai terdengar perubahan dari
sonor menjadi redup, normal sedikit sebelah medial dari garis midklavikula kiri.

Teknik perkusi

Daerah kronig yaitu daerah supraklavikula didapatkan perkusi yang sonor, seluas tiga sampai empat
jari di pundak. Kelainan di dalam puncak paru dapat menyebabkan hilangnya daerah kronig.

Batas paru belakang bawah ditentukan pada garis skapula, dilakukan perkusi ke bawah sampai
mendapatkan perubahan bising ketok sonor menjadi redup. Pada paru kiri belakang biasanya
setinggi vertebra torakalis 10 (T10) dan satu jari lebih tinggi pada paru kanan.

AUSKULTASI
Merupakan pemeriksaan terpenting dari seluruh pemeriksaan jasmani paru yang harus dikuasai
benar dalam mengenal dan menilai kelainan paru.

29
Dasar-dasar auskultasi paru
1. Pendengaran
Kebanyakan suara napas berada pada daerah frekuensi dimana telingan kurang sensitif
menerima. Rata-rata orang muda dapat mendengar getaran suara di antara frekeunsi 16
sampai 10.000 Hz. Sensitiviti itu menurun pada frekuensi di bawah 1000 Hz. Suara napas
normal umumnya berada pada 500 Hz atau kurang, oleh karena itu mudah dimengerti bila
telinga menjadi kurang peka menangkap suara tersebut. Untuk dapat mendengar suara
napas dengan baik, perlu ruangan yang sunyi, tenang dan kadang-kadang dengan mata
tertutup (konsentrasi).
2. Stetoskop
Digunakan untuk membantu mendengar lebih baik disamping faktor estesis. Stetoskop
modern sekarang terdiri dari gabungan dua jenis stetoskop, yaitu tipe
bell dan tipe membran (Bowles). Tipe bell digunakan terutama untuk nada rendah (low
pitched). Tipe membran yang berdiameter lebih lebar, lebih cocok untuk nada-nada tinggi
(high pitched)

Stetoskop
3. Sumber bunyi
Turbulensi aliran udara pernapasan yang merupakan sumber suara utama. Walaupun ada
dua jenis aliran udara lainnya yaitu aliran laminer dan vortices. Aliran udara turbulensi
terutama terjadi pada trakea, bronkus-bronkus dan bronkus segmental. Pada bronkus
perifer, aliran yang lambat menjadi laminer yang lemah.

Cara-cara melakukan auskultasi


Auskultasi harus dilakukan baik pada posisi berbaring dan posisi duduk tegak.
Membandingkan paru kiri dan kanan harus selalu dilakukan. Stetoskop harus dipindahkan dari satu
sisi dada ke sisi lain pada lokasi yang sama. Jangan sekali-kali menggerakkan satu sisi ke bawah dan
pada sisi lain ke bawah. Setiap daerah di auskultasi dengan seksama pada waktu penderita bernapas
melalui mulut pada pernapasan yang agak kuat dan dalam.

30
Auskultasi mulai dari apeks paru dan sitematik dibandingkan kanan dan kiri , turun kebawah ,
dibandingkan kiri  kanan setiap lokasi.

Mulai konsentrasi pada inspirasi :


Perhatikan panjangnya inspirasi, kualiti bunyi dan kerasnya. Selanjutnya dibandingkan dengan
ekspirasi. Hindarkan menempatkan stetoskop di atas bulu-bulu atau pakaian. Hindarkan seluruh
bagian stetoskop dari benda-benda lain yang memungkinkan pergesekan, karena akan menimbulkan
bunyi-bunyi artifisial.

Auskultasi dada belakang

BUNYI NAPAS POKOK


Bunyi Napas Pada Paru Normal
1. Vesikuler
Bunyi yang relatif lembut, nada rendah (low pitched), seperti desah didengar di bagian perifer
paru. Fase inspirasi jauh lebih panjang dari ekspirasi dengan rasio 3 : 1. Ekspirasi lebih lemah dari
inspirasi, hampir tidak terdengar. Istilah vesikuler sebenarnya salah kaprah. Dulu dianggap bunyi

31
tersebut ditimbulkan oleh udara di alveoli, kemudian terbukti bahwa bunyi tersebut ditimbulkan
oleh aliran turbulensi di bronkus-bronkus lobus dan segmental, bukan di alveoli.
2. Bronkial
Bunyi ini mempunyai sifat keras, bernada tinggi (high pitched), kasar, mirip bunyi udara yang
ditiup melalui pipa yang bolong. Bila diteliti ternyata ada ”Gap”. Tidak ada bunyi antara akhir
inspirasi dan awal ekspirasi. Fase ekspirasi lebih keras dan lebih panjang dari inspirasi. Pada
keadaan yang normal dapat didengar di atas manubrium sterni, ada ”Gap” antara fase inspirasi
dan fase ekspirasi. Adanya suara bronkial di bagian perifer paru berarti adanya hantaran bunyi
yang abnormal oleh karena jaringan paru yang memadat.
3. Bronkovesikuler
Bunyi campuran dari bronkial dan vesikuler. Rasio inspirasi dan ekspirasi kira-kira 1:1. Pada
keadaan normal dapat didengar di dua tempat : anterior, dekat bronkus utama kanan kiri pada
sela iga 1 dan 2. Posterior, di antara skapula. Bila didengar di tempat lain berarti ada pemadatan
atau keadaan abnormal lainnya.
4. Trakeal
Bunyi ini umumnya tidak diperiksa rutin auskultasi. Sangat keras, nada tinggi sekali dan besar.
Fase ekspirasi sedikit lebih panjang dari inspirasi. Lebih mirip dengan suara bronkial, dapat
digunakan untuk pedoman dalam menentukan apakah suara napas yang didengar vesikuler atau
bronkial, bila ada keragu-raguan antar keduanya.

Diagram bunyi napas normal  Vesikuler


Garis ke atas menunjukkan inhalasi, garis ke bawah ekshalasi. Panjang garis menunjukkan durasi,
tebal garis menunjukkan intensitas bunyi dan sudut antara garis keatas dan garis horizontal (putus-
putus) menunjukkan nada, semakin besar sudut semakin tinggi nada, semakin kecil sudut semakin
rendah nada bunyi napas.

32
Bunyi napas pokok dikaitkan dengan kelainan paru

33
Temuan pemeriksaan jasmani paru dikaitkan dengan gambaran foto toraks

Pada umumnya bunyi napas abnormal dapat digolongkan kepada :


1. Bunyi napas pokok yang mengalami hantaran abnornal, yaitu bronkofoni, egofoni,
pectariloquy, bunyi napas bronkial, amforik dan bunyi napas yang melemah
2. Bunyi napas tambahan (adventitious lung sound) yaitu
- Continuous : wheezing, stridor, ronki kering (low pitch wheezing/ wheezing dengan nada
rendah)
3. Discontinuous : ronki basah (crackles)
4. Bunyi lain : pleural friction rub (bunyi gesekan antara pleura viseral dan parietal pada
peradangan intrapleura/ pleuritis), Succusio Hypocrates

Mengi (Wheezing)
Ditimbulkan melalui vibrasi dinding saluran napas yang menyempit, saat udara lewat dengan
velositas yang tinggi. Penyempitan saluran napas dapat disebabkan berbagai hal seperti
bronkospasme, edema mukosa, benda asing dalam bronkus dan lain-lain. Nada pada wheezing tidak
bergantung kepada panjangnya saluran napas yang menyempit, tetapi bergantung kepada derajat
penyempitan saluran napas, semakin berat derat penyempitannya semakin tinggi nada wheezing.
Saat wheezing diidentifikasi, perlu diidentifikasi pula nadanya, intensitasnya dan siklus pernapasan
yang terlibat (inspirasi dan/atau ekspirasi). Semakin berat penyempitan saluran napas, maka
semakin tinggi nadanya, semakin keras intensitasnya dan melibatkan 2 siklus pernapasan. Wheezing
dapat polifonik atau monofonik. Polifonik menunjukkan multiple saluran napas yang menyempit
(obstruksi) misalnya pada asma; sedangkan pada monofonik, saluran napas yang menyempit dapat
single atau multiple. Contoh single monofonik adalah obstruksi pada single jalan napas misalnya
tumor bronkus.

34
Ronki kering (Ronchi = low pitch wheezing)
Mekanisme terjadinya bunyi ini dihubungkan dengan adanya sputum yang banyak pada jalan napas.
Vibrasi lapisan sputum (sputum flap) saat udara lewat menghasilkan bunyi tambahan kontinu
dengan nada rendah dikenal dengan ronki kering, yang dapat berubah/menghilang dengan batuk.

Ronki basah (Crackles)


Dihasilkan akibat pergerakan sekret yang banyak saat udara lewat. Pada kondisi ini, biasanya ronki
basah basah dan terdengar pada inspirasi dan ekspirasi. Dapat menghilang/ berubah denga batuk.

Ronki basah dapat pula terjadi pada keadaan tanpa sekret yang banyak, yaitu melalui mekanisme
terbukanya secara mendadak (akibat perbedaan tekanan saat inspirasi/ udara masuk) jalan napas
kecil yang kolaps , dikenal dengan pop open , terdengar saat inspirasi, misalnya pada pneumonia .
Dahulu dikenal dengan krepitasi.

Stridor
Stridor terjadi melalui mekanisme yang sama dengan wheezing , yang terjadi pada saluran napas
atas. Terdengar walau tanpas stetoskop karena nada tinggi dan intensitas keras denga lokasi pada
saluran napas atas. Penyempitan diameter saluran napas atas dapat disebabkan edema mukosa /
epiglotitis karena infeksi akut (infeksi virus/ croup pada usia anak), inflamasi setelah ekstubasi,
penyempitan karena adanya tumor laring, dll. Stridor lebih sering terdengar saat inhalasi , karena
saluran napas atas cenderung menyempit saat inspirasi kuat ( inspiratory effort).

Gesekan Pleura ( Pleural friction rub)


Gesekan pleura yang ditimbulkan oleh gesekan pleura viseral dan parietal yang menjadi kasar oleh
karena permukaannya mengalami inflamasi dan menjadi kasar sehingga bergesekan selama
bernapas. Sering terdengar hanya pada inhalasi tetapi bukan tidak mungkin terdengar pada inhalasi
dan ekshalasi. Bunyinya sering sukar dibedakan dengan ronki basah kasar, terutama didengar pada
akhir inspirasi dan awal ekspirasi, tidak berubah dengan batuk (ronki basah kasar berubah dengan
batuk)

Bunyi Hantaran Abnormal


1. Bunyi napas bronkial, sudah dijelaskan
2. Bronkofoni
Suara kata-kata yang dikeluarkan menjadi lebih terang didengar, karena frekuensi/ nada-
nada tinggi dihantarkan lebih baik. Terjadi pada konsolidasi dimana hantaran menjadi lebih
baik
3. Amforik
Bunyi napas yang ditimbulkan bila ada rongga di jaringan yang berhubungan langsung
dengan bronkus (kaviti) terdengar seperti meniup botol kosong.

Cara : Stetoskop diletakkan di atas daerah konsolidasi, bila penderita diminta mengatakan tujuh-
tujuh kata-kata dapat didengar jelas, dikatakan bronkofoni positif.

35
Bunyi lain : Succio hypocrates, adalah bunyi yang dapat didengar apabila dada penderita digoyang-
goyang. Biasanya terdapat pada keadaan-keadaan hidro pneumotoraks. Bunyi yang terdengar
seperti botol terisi air yang tidak penuh.

DAFTAR PUSTAKA

1) Hadiarto Mangunnegoro. Pemeriksaan Jasmani Paru. Bagian Pulmonologi FKUI/SMF


paru RSUP Persahabatan. Jakarta.
2) Wilkins R & Specht L. Fundamentals of Physical Examination. In : Wilkins R, Sheldon RL,
Krider JS eds. Clinical Assessment in Respiratory Care. 5ed Elsevier Mosby. St Louis,
2000 : 63-82
3) Thorax and the Lung. Bickley LS & Szilagyi PG eds. In : Guide to Physical Examination.
And history taking. 9ed. Lippincott William &Wilkins, Philadelphia, 2007 : 241-267

36

Anda mungkin juga menyukai