Daftar isi
1. KKD Modul Tumbuh Kembang
1.1. Anamnesis Tumbuh Kembang
1.2. PF anak
1.3. Kewaspadaan isolasi + Teknik steril
1.4. Punksi dan Kanulasi Vena
1. Anamnesis
1.1. Anamnesis Umum
5
Kalau anak belum bisa berdiri, maka teknik yang digunakan adalah teknik berbaring.
Sedangkan kalau anak sudah bisa berdiri, ya tentunya pakai teknik yang berdiri.
1. Teknik Berbaring
Teknik berbaring ini sebaiknya dilakukan oleh dua orang.
Bayi diletakkan pada daerah yang datar atau rata (Lagi-lagi jangan diletakkan di
kasur skill lab ya kawan)
Orang pertama akan menahan kepala bayi untuk menempel ke skala nol dari
papan pengukur.
Orang kedua menahan kaki bayi agar tidak bengkok atau tetap lurus dan menahan
Catatan : Apabila di skill lab tidak ada microtoise, biasanya akan menggunakan
timbangan yang ada alat pengukur tingginya. Ya pakai itu dengan konsep
yang sama, yaitu tubuh harus tegak.
Contoh Soal:
Bayi Badu, laki-laki, umur 11 bulan, dibawa oleh ibu ke puskesmas dengan keluhan berat
badan tidak naik selama 3 bulan terakhir. Selama ini bayi ditimbang tiap bulan di posyandu.
Berat badan 8 kg. Tinggi badan 70 cm. Lingkar kepala 44 cm.
Tugas :
1. gambarkan pada kurve pertumbuhan CDC NCHS 2000 berat dan tinggi badan menurut
umur dan jenis kelamin
2. tentukan status gizi bayi
Jawab:
Gunakan kurva yang memenuhi syarat laki-laki 11 bulan. Yaitu:
Interpretasi yang kedua menggunakan BMI, dengan perhitungan BMI sebagai berikut:
BMI= BB / TB2 (dalam m2)
Hasil dari BMI kemudian diplot pada kurva seperti dibawah ini:
12
Untuk interpretasi lingkar kepala tinggal kita memplotkan pada kurva saja. Apabila plot
berada pada batas P3-P97 maka lingkar kepala bayi normal. Apabila dibawah P3 disebut
mikrosefal dan diatas P97 disebut makrosefal.
13
Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,
36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut,
minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.
Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta kembali untuk skrining KPSP pada umur 9 bulan.
Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh
kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan
KPSP untuk umur skrining terdekat - yang lebih muda.
Alat/ Instrumen:
o Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9 – 10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72
bulan.
o Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan,
kubus berukuran sisi 2,5 Cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit
kecil berukuran 0.5 - 1 Cm.
5. Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, atau Gerak halus, Y
celananya? (topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai). Sosialisasi & a
kemandirian
6. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika ia naik
Gerak kasar Y d
tangga dengan posisi tegak atau berpegangan pada dinding atau
a a
pegangan tangga. Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan
k
merangkak atau anda tidak membolehkan anak naik tangga atau
anak harus berpegangan pada seseorang.
7. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak Bicara & Y
menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian badannya bahasa a
(rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan yang lain)?
8. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah? Sosialisasi & Y
kemandirian a
10. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) ke Gerak kasar
depan tanpa berpegangan pada apapun? Mendorong tidak ikut
dinilai.
17
1. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda 3 sejauh sedikitnya 3m? Gerak kasar
YA TIDAK
2. Setelah makan, apakah anak mencuci dan mengeringkan
Sosialisasi & Y
tangannya dengan baik sehingga anda tidak perlu
kemandirian a
mengulanginya?
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu
Gerak kasar Y
tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan
a
melakukannya 3 kali.
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 2 detik
atau lebih?
4. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Apakah
Gerak kasar Y
anak dapat melompati panjang kertas ini dengan mengangkat
a
kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari?
5. Jangan membantu anak dan jangan menyebut lingkaran. Suruh Gerak halus Y
anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang a
tersedia. Apakah anak dapat menggambar lingkaran?
Jawab : YA
Jawab : TIDAK
6. Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas
Gerak halus Y
yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut?
a
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 - 5 cm.
7. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga / permainan
Sosialisasi & Y
lain dimana ia ikut bermain dan mengikuti aturan bermain?
kemandirian a
8. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau
Sosialisasi & Y
kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk memasang kancing,
kemandirian a
gesper atau ikat pinggang)
7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa Sosialisasi Y
menangis atau menggelayut pada anda) pada saat anda & a
meninggalkannya? kemandiria
n
9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa Gerak Y
berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai). kasar a
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
Kapan sih kita harus mencuci tangan? Selain sebelum makan, berikut ini adalah indikasi
mencuci tangan yang dikenal dengan 5 moments (judul ini ditekankan sekali oleh dokter
KKD penulis):
5. Dengan bagian terbuka menghadap badan, masukkan lengan ke .lengan baju lah ya
satu persatu, sampai jari mencapai manset. gaun diikat dari belakang oleh asisten
b. Memakai sarung tangan sistem tertutup
1. Buka bungkus sarung tangan & posisikan agar mudah diambil jari tetap di manset
2. Ambil sarung tangan, letakkan di atas telapak tangan hadapkan sesuai jari, bagian
jari sarung tangan menghadap badan
3. Jepit sarung tangan dengan jari di dalam manset agar tidak jatuh
4. Buka lipatan sarung tangan dan lingkarkan di pergelangan tangan menggunakan
tangan satunya
5. Posisikan jari
6. Rapikan manset di bawah sarung tangan
7. Lakukan untuk tangan satunya
8. Sikap steril: tangan di depan, diatas pinggang
9. foto deh. Buat dp bbm.
c. Melepas perkakas
1. Ikatan baju operasi dilepas oleh asisten
2. Tarik bagian bahu depan
3. Lepas bagian lengan kiri dan kanan bersamaan, gulung baju, letakkan di wadah
semua bagian tercemar harus terbungkus
4. Lepas salah satu sarung tangan tarik dari bagian luar
5. Genggam sarung tangan yang sudah dilepas dengan tangan satunya
6. Lepas sarung tangan satunya, buang ke wadah tarik dari bagian dalam. hasil
akhirnya jadi buntelan gitu ya.
7. Cuci tangan 6 langkah
8. Buka masker, buang ke wadah tali dilepas oleh asisten
9. Buka tutup kepala, letakkan ke wadah tali dilepas oleh asisten
Sekedar info, yang steril-steril itu pada intinya melindungi diri kita dan pasien dari transmisi
kuman. Untuk peralatan yang tidak steril, digunakan untuk melindungi diri pemakai saja,
misalnya dari cairan tubuh pasien. Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan sarung
tangan. Selain itu, setelah tindakan selesai dilakukan, lepas perkakas isolasi sesegera
mungkin!
Nah, biar lebih jelasnya bisa buka videonya disini nihhhh…
23
Handwashing http://www.youtube.com/watch?v=Gems7BFCqTE
Gowning & gloving http://www.youtube.com/watch?v=iN6bue7fDnk
Ungloving
http://www.youtube.com/results?search_query=ungloving&oq=ungloving&gs_l=youtube.3..0l10.10
2.832.0.1077.7.6.0.0.0.0.172.172.0j1.1.0...0.0...1ac.1.fYTArfod3dQ
1. Anamnesis 2 = anamnesis 1
2. Tanda Vital
Sekarang masuk ke topik pemeriksaan fisik umum dan tanda vital. Sebelum mulai, pastikan
dulu ada alat-alat ini di tempat ujian yah:
Jam tangan (terutama yang ada detiknya) ini penting banget looh soalnya harus
dibawa kita sendiri. Makannya jangan lupa disiapin dari malam yah!
Pulpen/Pensil untuk mencatat di lembar laporan
Sfigmomanometer air raksa
Stetoskop
Termometer maksimum/termometer klinik
Kapas dan alkohol
Apa aja sih yang akan dilihat dan diukur?
Penilaian fisik umum (kesadaran dan bentuk tubuh, tapi kalau ada kelainan
sebutkan ya)
Suhu tubuh (kemarin yang dipraktikin hitung suhu mulut, sebutkan berapa derajat
celcius suhunya)
Sambil nunggu ngukur suhu, kita ukur denyut arteri perifer [yang dilaporkan itu
jumlah/frekuensi, kuat/lemah, irama teratur (regular)/tidak teratur (irregular)]
Tekanan darah (sebutkan sistol/diastol nya)
Nilai pernapasan (frekuensi selama 1 menit, sifat pernapasannya, dalam/dangkal,
irama teratur/tidak)
rahang bawah membesar dan menonjol sedemikian rupa, sehingga gigi-gigi rahang
atas dan bawah tidak dapat saling bertemu.
b. Berbagai keadaan salah bentuk (malformation); misalnya bibir sumbing, paralisis
saraf muka
c. Kelainan bentuk tulang belakang, berupa:
Kifosis (inget aki-aki ya kan bungkuk gitu bentuknya)
Lengkung tulang belakang ke arah belakang yang abnormal; ditemui pada
tuberkulosis tulang, penyakit Paget.
Lordosis (lord=besar=sombong=membusungkan dada=cembung ke depan gitu
dadanya)
Lengkung tulang belakang ke arah depan yang abnormal; ditemui pada
tuberculosis tulang pinggul.
Skoliosis (kayak huruf S lah ya miring gitu)
Lengkung tulang belakang ke arah lateral yang abnormal; ditemui pada
poliomyelitis.
Setelah semua penilaian fisik umum dilakukan, jangan lupa dilaporkan dan dicatat dalam
kertas laporan ya teman-teman, jangan skip!
2. Penilaian Tanda Vital
A. Pengukuran suhu tubuh
Sebenernya tempat pengukuran suhu tubuh itu bisa macem-macem temen-temen,
tapi kemarin yang dipraktikkan di KKD adalah pengukuran suhu tubuh oral atau melalui
mulut. Nah bagaimana sih mengukur suhu tubuh yang baik dan benar?
Pilih termometer klinik/maksimum
Apa itu termometer klinik/maksimum? Pipa termometer ini di atas reservoirnya
terdapat penyempitan --> pipanya kecil --> bila suhu meninggi, air raksa terdorong
ke atas, tapi bila suhunya turun air raksanya ga mau turun jadi perlu disentakkan
biar kembali ke posisi awal. Dengan demikian, termometer maksimum ini hanya
menunjukkan suhu maksimum yang terukur. Sebenernya sih yang dimaksud
termometer maksimum ya termometer air raksa yang banyak dijual di pasaran itu.
Bersihkan ujung termometer dengan kapas alkohol
Kemarin diajarkan kalau membersihkan termometer dari tengah termometer
menuju ujung termometer. Terus kalau udh sampe ujung, jangan diulang lagi, cukup
30
sekali saja (maksudnya usapannya jangan bolak-balik gitu, nanti bukannya bersih
malah meratakan kotoran). Oh iya kapas yang untuk membersihkan juga jangan
terlalu basah ya.
Turunkan meniskus air raksa (kolom Hg) sampai di bawah skala
Caranya dengan mengayun-sentakkan termometer tersebut. Perhatikan lingkungan
sekitar ya kalo mau menyentakkan. Jangan dekat-dekat meja, misalnya, kalo ga hati-
hati nanti termometer bisa pecah (amit-amit jangan sampe)
Memasang termometer di bawah lidah selama 3 menit (jangan lupa diliat
waktunya), beri tahu pasien untuk menutup mulut rapat-rapat
Setelah 3 menit, dibaca hasilnya
Menuliskan hasilnya pada lembaran yang tersedia
Jangan lupa! Membersihkan lagi termometer seperti cara yang di atas
Mengembalikan termometer ke tempat yang semula
Buat tambahan, berapa sih rentang suhu tubuh normal?
radialis
Mencatat hasil penilaian a. radialis pada lembar yang disediakan
Perlu diingat kalo kita menilai dua arteri yaitu a. brachialis dan a. radialis, serta yang
perlu dinilai adalah FiKI (Frekuensi-Kekuatan-Irama)
C. Penilaian Pernapasan
Check List:
No. PENILAIAN LANGKAH KEGIATAN PENILAIAN PERNAPASAN
1 Memberi instruksi kepada pasien untuk berbaring terlentang
Merasakan gerakan naik turun dari dinding abdomen dengan meletakkan
2 telapak tangan di dinding abdomen, untuk menentukan frekuensi
pernapasan (durasi 1 menit)
Menentukan dengan benar sifat pernapasan
3
(abdominal/torakal/kombinasi)
4 Melakukan penilaian kedalaman pernapasan (dalam/dangkal)
5 Menentukan jenis irama pernapasan
Melaporkan secara lisan seluruh penilaian pernapasan meliputi frekuensi
6
pernapasan selama 1 menit, sifat, kedalaman, dan jenis irama pernapasan
7 Menuliskan hasil penilaian pernapasan pada lembar yang disediakan
Gerakan dinding dada lebih dominan dibandingkan gerakan dinding perut, terdapat
pada pasien dengan tumor dalam perut.
Abdominal
Gerakan dinding perut lebih dominan dibandingkan gerakan dinding dada, terdapat
pada pasien PPOK lanjut.
Kombinasi
Jenis pernapasan ini yang terbanyak, terdiri dari pernapasan torako-abdominal
(umumnya pada wanita sehat) dan pernapasan abdomino-torakal (umumnya pada
laki-laki sehat)]. Pada pernapasan torako-abdominal gerakan dada/pernapasan
torakal sedikit lebih dominan, sedangkan pada pernapasan abdomino-torakal
gerakan perut/pernapasan abdominal sedikit lebih dominan. Hal ini disebabkan
bentuk anatomi dada dan perut pada wanita dan pria memiliki perbedaan. Lihat
apakah terdapat bagian dada yang tertinggal, atau pemakaian otot-otot bantu
pernapasan saat bernapas (misalnya pasien TB Paru atau PPOK)
3. Penilaian kedalaman pernapasan, yaitu napas dangkal dan napas dalam. Berikut ini adalah
beberapa kelainan frekuensi dan kedalaman pernapasan:
Napas cepat dan dangkal (takipnea)
Napas cepat dan dalam (hiperpnea/hiperventilasi)
Napas lambat (bradipnea)
6. Ulangi pengukuran dan hasil pengukuran merupakan rata-rata dari kedua pengukuran.
Saat melakukan pengukuran kembali, air raksa harus dikembalikan pada angka 0
(menghindari pembendungan). Beri waktu istirahat 2-3 menit untuk memulihkan
aliran darah di distal pembendungan.
Cara palpasi:
1. Tanpa stetoskop, pompa manset sembari meraba a. radialis hingga tidak teraba
kembali, dan tambahkan tekanan manset sebesar 30mmHg.
2. Turunkan tekanan manset secara perlahan-lahan sekitar 2-3 mmHg/detik sambil
melakukan palpasi pada a. radialis. Tepat pada saat denyut a. radialis teraba lagi,
manometer air raksa menunjukkan angka tekanan sistolik PS tersebut.
3. Ulangi pengukuran sehingga didapatkan 2 hasil pengukuran untuk mendapatkan nilai
rata-rata, dan catat hasilnya.
Last but not least: jangan lupa melaporkan secara lisan dan mencatat di kertas
laporan! Ketika mencatat, jangan lupakan satuannya yaitu mmHg (contoh: 120/80
mmHg) dan mencatat hasil dari metode lama maupun metode baru (lihat lagi
penjelasan diatas).
Karena kita sudah mempelajari kedua cara, kalo ditanya apa perbedaan pengukuran
pada auskultasi dan palpasi? Ini nih jawabannya:
a. Pada auskultasi didapatkan tekanan sistolik dan diastolik, sementara pada palpasi
hanya didapatkan tekanan sistolik
b. Tekanan darah pada cara palpasi biasanya lebih rendah 2 - 5 mmHg dibandingkan
dengan cara auskultasi (adanya kesulitan saat pulsasi pertama kali teraba)
OSCE nya :)
Video:
http://www.youtube.com/watch?v=yFGGJmS7Wdo
http://www.youtube.com/watch?v=f9OreW1n0qU&feature=fvwp
39
1. Memperkenalkan diri, menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin
2. Meminta pasien untuk tidur terlentang dengan bantal, dengan sudut 30 derajat
3. Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus kanan
4. Palpasi arteri karotis pada daerah 1/3 bawah kanan
5. Auskultasi arteri karotis kanan
6. Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus kiri
7. Palpasi arteri karotis pada daerah 1/3 bawah kiri
8. Auskultasi arteri karotis kiri
9. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan
4. Penyuntukan IV dan IM
Penyuntikan Intravena
Sebenernya tentir ini agak overlap sama tentir Pungsi Vena, karena prinsip-prinsipnya sama.
Bedanya, kalau pungsi vena untuk mengambil sampel darah, penyuntikan intravena untuk
memasukkan obat. Langkah-langkah yang lebih rincinya bisa dilihat di checklist.
Indikasi
Untuk jalur intravena (penyuntikan obat intravena)
Untuk pemasangan cairan infus (terapi cairan, resusitasi cairan)
Kontraindikasi
Terdapat infeksi di daerah penusukan
Terdapat alat shunting cimino (suatu hubungan langsung antara arteri dan vena yang
dibuat untuk keluar masuknya darah antara tubuh dengan mesin hemodialisis pada
pasien agagl ginjal kronik) intinya ada alat lain yang dipasang ke vena jadi vena
sama arteri berhubungan langsung.
Relatif : bila tempat penusukan merupakan daerah operasi
Komplikasi
False route
Hematoma subkutis
Infeksi
Iritasi/peradangan (phlebitis), terutama di vena tungkai
Emboli udara
43
Sumber :
Slide Pemasangan Jalur Intravena dan Infus – Departemen Anestesiologi dan Terapi
Intensif FKUI – RSCM
Kompetensi
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan menyebutkan tindakan yang akan
dilakukan
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
CARA MENGAMBIL OBAT
3. Ambil jarum suntik yang baru
4. Buang sisa udara di dalam jarum dengan mendorong plunger
5. Ambil ampul aquabidest dan oleskan kapas alkohol, patahkan ujung ampul
44
6. Aspirasi obat 2 cc
7. Buang sisa udara di dalam jarum dengan mendorong plunger
CARA PENYUNTIKAN INTRAVENA
8. Sisihkan pakaian yang menutupi lengan
9. Pastikan pasien relax dan sangga (support) lengan pasien di bawah vena yang akan
Digunakan
10. Pasang tourniquet
11. Tentukan vena yang sesuai untuk suntikan
12. Tunggu beberapa saat agar vena membesar
13. Lakukan desinfeksi daerah suntikan dengan kapas alkohol. Mulai dari tengah ke perifer.
Tunggu sampai alkohol kering.
14. Stabilisasi vena dengan meregangkan kulit dengan arah longitudinal terhadap vena.
Lakukan
ini dengan tangan yang tidak akan digunakan untuk insersi jarum.
15. Arahkan jarum dengan sudut antara 10-35 derajat
16. Tusuk kulit dan masukan jarum ke vena
17. Pegang syringe dan jarum dengan stabil
18. Aspirasi. Apabila darah vena terlihat, jarum telah masuk vena. Bila tidak terlihat darah
vena,
coba lagi.
19. Kendurkan tourniqet.
20. Suntikan obat
21. Periksa, apakah ada nyeri, bengkak, hematom. Apabila ragu apakah jarum masih di
dalam
vena, dapat dilakukan asapirasi kembali.
22. Tarik jarum dengan gentle, setelah obat masuk.
23. Segera tekan daerah bekas suntikan dengan kapas alkohol
24. Lepaskan kapas alkohol dan lihat apakah ada perdarahan di tempat suntikan. Bila
diperlukan
plester kapas alkohol di tempat suntikan
25. Buang bekas suntikan pada tempat sampah medis
45
Penyuntikan Intramuskular
Penyuntikan intramuskular adalah salah satu cara pemberian obat parenteral. Teknik ini
dapat mengurangi rasa nyeri karena iritasi obat. Penyuntikan intramuskular bisa digunakan
dalam pemberian obat yang dosisnya lebih banyak dibandingkan teknik subkutan atau
intradermal dan obat yang cepat diabsorbsi. Obat yang diserap melalui penyuntikan ini
bergantung pada besarnya aliran darah ke tempat injeksi dan komposisi lemak dibandingkan
otot di tempat tersebut. Modulasi obat sendiri dapat mencapai batas tertentu akibat adanya
panas lokal, massage, atau olahraga. Pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi injeksi
intramuskular adalah memilih lokasi yang jauh dari pembuluh darah besar, saraf, dan
tulang.
Indikasi
Komplikasi
Rasa tidak nyaman dan nyeri, bisa terjadi memar atau bengkak pada tempat injeksi
Cedera nervus yang berdekatan dengan situs injeksi
Reaksi anafilaktik atau toksik
46
Kesalahan medik
Infeksi atau abses
Lipodistrofi atau atrofi jaringan lemak
Jangka panjang : fibrosis otot dan kontraktur, abses pada tempat injeksi, gangren
dan cedera saraf (nervus radialis), infeksi hepatitis B dan C atau HIV
Obat yang tidak terabsorbsi akibat tidak merotasi lokasi pada pasien dengan injeksi
berulang.
4 Tempat Utama Penyuntikan Intramuskular :
1. Deltoid
Untuk mengetahui lokasi penyuntikan, buatlah garis maya antara trochanter mayor
dan spina iliaka posterior superior (SIPS). Kemudian, tentukan lokasi yang berada di
bagian lateral atas 1/3 garis maya tersebut. Penyuntikan ini paling mudah dilakukan,
namun angka terjadinya komplikasi lebih tinggi. Jumlah obat yang ideal untuk
disuntikkan adalah 1 – 3 cc, dengan volume suntikan ideal 2 - 4 ml. Kontraindikasi
dari penyuntikan ini adalah pasien anak dibawah usia 2 tahun atau pasien berbadan
kurus.
3. Ventrogluteal
48
Otot ini terletak di bagian lateral paha mulai dari trochanter mayor hingga lutut.
Lokasi penyuntikan berada di daerah di bawah satu tangan dari trochanter mayor
dan satu tangan diatas lutut. Bagilah daerah tersebut menjadi tiga bagian dan daerah
suntikan paling aman adalah daerah 1/3 tengah. Penyuntikan ini dapat dilakukan
pada bayi dan anak-anak berusia dibawah 7 bulan. Jumlah obat yang ideal untuk
disuntikkan adalah 1 – 4 cc (1 – 3 cc untuk bayi), dengan volume suntikan ideal 1 - 5
ml (1 – 3 ml untuk bayi). Pada bayi atau orang tua, kulit diatasnya terkadang perlu
ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat.
49
Kompetensi
1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan menyebutkan tindakan yang akan
dilakukan
2. Cuci tangan
CARA MENGAMBIL OBAT
3. Ambil jarum suntik yang baru
4. Buang sisa udara di dalam jarum dengan mendorong plunger
5. Ambil ampul aquabidest dan oleskan kapas alkohol, patahkan ujung ampul
6. Aspirasi obat 2 cc
7. Buang sisa udara di dalam jarum dengan mendorong plunger
8. Kosongkan jarum suntik dengan membuang obat ke mangkok yang telah tersedia
CARA PENYUNTIKAN INTRAMUSKULER
Berhubung boneka dapat rusak bila disuntik dengan cairan maka pada latihan ini dilakukan
penyuntikan dengan udara
9. Aspirasi udara 2 cc
PENYUNTIKAN VENTROGLUTEAL DAN GLUTEUS MEDIUS
10. Minta pasien berbaring telungkup dan menurunkan celana agar bagian bokong terlihat
jelas
11. Tentukan daerah suntikan
12. Bersihkan daerah suntikan dengan kapas alkohol. Mulai dari tengah ke perifer. Tunggu
sampai alkohol kering
13. Dengan jari jempol dan telunjuk tangan bebas tekan daerah suntikan dan kulitnya
Direnggangkan
14. Dengan sudut 90 derajat masukkan jarum dengan cepat dan lurus hingga ke otot
15. Dengan tangan bebas pegang jarum suntik
16. Lakukan aspirasi sambil melihat apakah ada darah yang terhisap
17. Bila ada darah, cabut jarum tersebut dan ganti dengan jarum lain
18. Suntikkan obat
19. Dengan sudut 90 derajat tarik jarum dengan cepat
20. Segera tekan daerah bekas suntikan dengan kapas alkohol
50
21. Lepaskan kapas alkohol dan lihat apakah ada perdarahan di tempat suntikan
22. Buang bekas suntikan pada tempat sampah medis
PENYUNTIKAN VASTUS LATERALIS
23. Minta pasien berbaring telentang
24. Tentukan daerah suntikan
25. Bersihkan daerah suntikan dengan kapas alkohol. Mulai dari tengah ke perifer. Tunggu
sampai alkohol kering
26. Dengan jari jempol dan telunjuk bebas tekan daerah suntikan dan kulitnya
direnggangkan
27. Dengan sudut 90 derajat masukkan jarum dengan cepat dan lurus hingga ke otot
28. Dengan tangan bebas pegang jarum suntik
29. Lakukan aspirasi sambil melihat apakah ada darah yang terhisap
30. Bila ada darah, cabut jarum tersebut dan ganti dengan jarum lain
31. Suntikkan obat
32. Dengan sudut 90 derajat tarik jarum dengan cepat
33. Segera tekan daerah bekas suntikan dengan kapas alkohol
34. Lepaskan kapas alkohol dan lihat apakah ada perdarahan di tempat suntikan
35. Buang bekas suntikan pada tempat sampah medis
Sumber : Pedoman Penyuntikan Intramuskular & Tentir 2009 Injeksi Intramuskular
Video :Penyuntikan IM :
Cara : http://www.youtube.com/watch?v=6RZWhEKGSVk
Menentukan lokasi :
http://www.youtube.com/watch?v=QrSJTjNJR6s
http://www.youtube.com/watch?v=2YaB9crnPdU
http://www.youtube.com/watch?v=BlWcyoU5Rk8
http://www.youtube.com/watch?v=uZOrP_NcjpU
51
52
Nah, masih ingat kan modul muskulo? Seperti yang kita ketahui sistem muskuloskeletal
terdiri dari tulang, sendi, otot dan saraf dan kelainannya dapat berupa :
1. Kongenital dan kelainan perkembangan 5. Tumor dan lesi yang mirip dengan
2. Infeksi dan inflamasi tumor
3. Arthritis dan kelainan rematik 6. Gangguan sensoris dan kelemahan otot
4. Disfungsi metabolik dan degenerasi 7. Cedera dan gangguan mekanis yang
terjadi
Gejala yang timbul umumnya adalah :
1. Nyeri 4. Kelainan bentuk (deformitas)
2. Kekakuan sendi 5. Gangguan sensibilitas
3. Bengkak 6. Gangguan fungsi
Jadi, pemeriksaan fisik sebenarnya mulai dilakukan saat melihat pasien dengan
mengobservasi tampilan, postur dan cara berjalan. Pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan
keadaan umum dan lokal. Pemeriksaan lokal ( dimulai dari sisi yang sehat) terdiri dari :
1. Inspeksi : LOOK ( skin, shape, position )
2. Palpasi : FEEL (skin, soft tissues, bone and joints)
3. Gerak : MOVE (aktif, pasif, abnormal)
4. Test khusus
LOOK :
- Kulit : parut luka (scar), perubahan warna dan lipatan kulit abnormal
- Shape / bentuk : bengkak, wasting, benjolan, bentuk tulang bengkok
- Posisi : berbagai kelainan sendi dan lesi saraf mengakibatkan deformitas yang khas. Ingat
ekstremitas memiliki 3 dimensi, sehingga carilah deformitas dalam 3 bidang.
FEEL :
- Kulit : hangat/dingin, lembab/kering, sensoris normal/abnormal
- Jaringan lunak : benjolan, pulsasi
- tulang dan sendi : bentuk luar, penebalan sinovial, cairan sendi
- Nyeri tekan : selalu penting dan sering kali diagnostik bila terlokalisir
MOVE :
- Aktif : minta pasien untuk menggerakkan sendi dan periksa kekuatannya
53
- Pasif : catat lingkup gerak sendi pada setiap bidang gerak fisiologis
- Abnormal ? : stabilitas gerak sendi
TEST KHUSUS :
- Pemeriksaan ini khusus untuk daerah tertentu dengan keunikan tertentu
Struktur Anatomi
Tulang : Otot : o levator scapulae
- humerus - Skapulohumeral : ‘SITS’ - Aksiohumeral
- klavikula (=’rotator cuff’) o pektoralis mayor
- skapula o supraspinatus o pektoralis minor
Sendi : o infraspinatus dan teres o latissimus dorsi
- glenohumeral minor
- sternoklavikular o subskapularis Lain-lain :
- akromioklavikular - Aksioskapular : - Kapsul sendi
- ‘sendi’ skapulotorasik o trapezius - Bursa : ‘
o rhomboid o bursa subskapularis
o serratus anterior o bursa subakromial
Teknik Pemeriksaan
54
Pemeriksaan dimulai saat pasien memasuki ruangan dengan melihat cara berjalan dan
melenggang lengannya. Kedua bagian bahu sampai dengan tangan harus dapat dilihat.
(pasien harus melepaskan pakaian atas seluruhnya)
INSPEKSI/LOOK
Perhatikan bahu dari :
- depan, samping dan belakang
- bentuk sendi bahu : simetrisitasnya, perbedaan tinggi
- perhatikan penonjolan tulang (bony prominences) klavikula, skapula
- kontur otot deltoid, trapezius, supra spinatus.
- perhatikan adanya pembengkakan, deformitas, atrofi otot, fasikulasi
- perubahan warna kulit, gambaran pembuluh darah.
- Minta penderita menunjuk daerah yang sakit
PALPASI/FEEL :
o Nyeri pada puncak bahu : sendi akromioklavikular
o Nyeri pada aspek lateral : rotator cuff
o Nyeri bagian anterior : tendon bisipital
- Raba tonjolan-tonjolan tulang : adanya nyeri tekan
MOVE/RANGE OF MOTION
Terdapat 6 gerak ‘sendi bahu’ (=’shoulder girdle’)
- fleksi (=forward flexion) : 0-1650
- ekstensi (=backward extension) : 0-600
- abduksi : 0-1700
- adduksi : 0-500
- rotasi internal (ri) dalam adduksi – ri dalam abduksi 90
- rotasi eksternal (re) dalam adduksi – re dalam abduksi 90
TEST KHUSUS :
- ‘Apley scratch test’ : pasien meraih skapula kontralateral dengan abduksi dan adduksi.
Pemeriksaan Siku
55
Teknik Pemeriksaan
INSPEKSI/LOOK
- Kedua siku harus dapat terlihat dari depan, samping dan belakang.
- Perhatikan bentuk siku dalam ekstensi dan fleksi
- Perhatikan adanya benjolan atau bengkak.
PALPASI/FEEL
- Raba prosesus olekranon
- Raba epikondilus lateral dan medial
- Raba adanya nyeri tekan, bengkak dan penebalan
- Raba N Ulnaris antara prosesus olekranon dan epikondilus medialis
MOVE/RANGE OF MOTION
- Fleksi , Ekstensi , Pronasi , Supinasi
Pemeriksaan Telapak Tangan
56
Teknik Pemeriksaan
INSPEKSI/LOOK
Perhatikan posisi tangan :
- dalam gerakan wajar ( gerakan normal, wajar dan lentur)
- ‘at rest’, jarijemari dalam sedikit fleksi dan paralel satu dengan lainnya.
Permukaan dorsal dan palmar :
- pergelangan tangan
- tangan dan jari
- perhatikan adanya pembengkakan pada sendi
Deformitas pergelangan tangan, tangan, jari jemari
Perhatikan kontur permukaan palmar :
- Tenar
- Hipotenar
PALPASI/FEEL
Pergelangan tangan : perhatikan
pembengkakan, nyeri
- permukaan lateral dan medial ( distal
ulna dan radial)
- palpasi lekuk (‘groove’) pada daerah
dorsal dengan ibu jari dan jari2 lain
pada palmar
- raba prosesus styloideus radii
- raba ‘anatomical snuffbox’ (distal dari proc. styl.rad.)
- raba ke delapan os carpalia, metakarpal dan falangs
- kompresi medial-lateral daerah MCP dengan genggaman ibu jari dan jari lainnya
- raba bagian distal dan sisi-sisi ‘knuckles’ dengan ibu jari sambil jari telunjuk meraba kaput
metakarpal pada daerah palmar.
- raba ibu jari dan jari lainnya dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk anda : bagian
medial dan lateral PIP, DIP
58
MOVE/RANGE OF MOTION
Pergelangan tangan : Jari jemari :
- Fleksi/ekstensi : - Fleksi ekstensi
o Stabilkan lengan bawah (pegang siku) - Abduksi/adduksi
o Gerakan aktif
o Gerakan pasif Ibu jari :
- Fleksi/ekstensi
- Deviasi radial dan ulnar : - Abduksi/adduksi
o Gerakan aktif - Oposisi
o Gerakan pasif
Test Sensoris Jari
- Kekuatan genggam : Test sensoris untuk memeriksa secara
o Perintahkan menggenggam jari telunjuk kasar integritas saraf perifer
dan tengah anda - N. Medianus : pulpa jari telunjuk (II)
o Usahakan melepaskan jari dari - N. Ulnaris : pulpa jari V
genggaman - N. Radialis : bagian dorsal ‘webspace’
antara ibu jari dan telunjuk
59
Teknik Pemeriksaan
INSPEKSI/LOOK
- observasi gaya berjalan (gait) : stance dan swing phase
- perhatikan daerah lumbal saat berjalan
- kulit sekitar panggul
- asimetri kontir otot
61
PALPASI/FEEL
Pasien berbaring :
- krista iliaka
- SIAS
- PSIS
- trokanter mayor
- tuberositas ischium
- regio inguinal : NAV femoralis
MOVE/RANGE OF MOTION
Terlentang : - Rotasi eksternal
- Fleksi Tengkurap :
- Abduksi - Ekstensi
- Adduksi - Rotasi internal
- Rotasi internal - Rotasi eksternal
PEMERIKSAAN LUTUT
Struktur Anatomi
Tulang :
- Femur distal
- Tibia proksimal
- Patella
- Fibula proksimal
62
Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan dimulai saat pasien memasuki ruangan dengan melihat cara berjalan, posisi
lutut saat berjalan. Bagian lutut harus dapat dilihat.
INSPEKSI/LOOK
- posisi lutut saat berdiri, jalan dan berbaring
- warna kulit, gambaran vaskularisasi
- pembengkakan atau massa pada bagian anterior/posterior, lateral/medial
- luka/fistel/ulkus
PALPASI/FEEL
- meraba pembengkakan/massa, deskripsi konsistensi dan batas-batasnya
- meraba vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah di lutut.
- meraba posisi patella di lutut
- perhatikan adanya nyeri tekan di persendian
- The bulge sign
- Test ballotement patella
63
MOVE/RANGE OF MOTION
- menilai range of motion (ROM) lutut dengan gerakan fleksi-ekstensi dan menyatakannya
dalam derajat. Normal : 0 - 1200
Test khusus :
- Test stabilitas sendi lutut :
o Anterior drawer sign
o Posterior drawer sign
Tulang : Sendi :
- Tibia - tibiotalar
- Fibula - subtalar
- Talus
Teknik Pemeriksaan
INSPEKSI/LOOK
- permukaan ankle dan kaki : deformitas, nodul, bengkak, kelainan kulit, ‘corn’ (mata ikan),
‘calluses’ (kapalan). plantar wart, ulkus
- kelainan pada jari kaki : hallux valgus, hammer toes
64
PALPASI/FEEL
- bagian anterior sendi pergelngan kaki/ankle : nyeri tekan, bengkak
- tumit dan tendo achilles
- MTP
- kompresi MTP 1-5 mediolateral
- kaput MT
MOVE/RANGE OF MOTION
- plantar fleksi - inversi
- dorsi fleksi - eversi
Aktivitas
Pemeriksaan Gelang Panggul
1. Inspeksi gaya berjalan (gait), daerah lumbal saat berjalan, kulit sekitar panggul,
asimetri kontir otot
2. Melakukan palpasi saat pasien berbaring
3. Melakukan move (terlentang, dan tengkurap)
Pemeriksaan Lutut
1. Inspeksi lutut saat berjalan, posisi saat berdiri, berbaring, wana, vaskularisasi,
pembengkakan, massa, dan luka
2. Palpasi pembengkakan / massa, vaskularisasi/pulsasi, posisi patella, nyeri tekan,
bulge sign, ballotement
3. Melakukan move / range of motion lutut (ekstensi dan fleksi) dan
4. Melakukan tes stabilitas sendi lutut
Pemeriksaan ankle dan kaki
1. Inspeksi permukaan ankle dan kaki, kelainan jari kaki
2. Melakukan palpasi (nyeri tekan, bengkak)
3. Melakukan move/ROM (plantar fleksi, dorsi fleksi, inversi, eversi)
65
bagian paha kiri berupa terbentuknya angulasi dan pemendekan. Fraktur tertutup os.
femur kiri.
Nah, untuk mengingatkan teman-teman, ini ada klasifikasi fraktur:
Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
hubungan dunia luar.
Fraktur terbuka (Open atau Compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan dikulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga
derajat (menurut R Gustillo), yaitu :
o Derajat I :
Luka < 1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif ringan
Kontaminasi minimal
o Derajat II
Laserasi > 1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas
Fraktur kominutif sedang
Kontaminasi sedang
o Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas :
a. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat
laserasi luas, atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh
trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
b. Kehilangan jaringan lunak dengan besarnya fraktur tulang yang terpapar atau
kontaminasi masif
c. Luka pada pembuluh arteri atau saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa
melihat kerusakan jarigan lunak
FEEL
Melakukan palpasi dengan gentle, ingat menangani jaringan atau ekstremitas yang cedera
dengan ‘gentle’. Tanda krepitus atau gerakan abnormal akan menimbulkan rasa nyeri, dan
kalau memang tidak memungkinkan jangan memberikan tekanan yang berlebihan.
67
LOOK :
Pemeriksaan ini dilakukan dari mulai pasien jalan masuk ke ruang pemeriksaan, kita lihat
cara jalannya.
o Apakah pasien jalannya diseret? Atau badannya condong miring ke kanan, kiri,
depan atau belakang?
Meminta pasien untuk membuka baju atasan dan berdiri. Lalu dari belakang pasien kita
lihat:
o Kesegarisan kepala, leher, punggung, dan sacrum
Pada keadaan normal memang kepala, leher, punggung dan sacrum tidak 100%
lurus rus. Tapi secara keseluruhan kalo diletakan bandul, talinya dari leher maka
bandulnya akan jatuh di ujung sacrum
o adakah kurvatura? kalau ada = skoliosis
o Bahu kiri dan kanan, serta pelvis apakah segaris dan seimbang?
Dari Dari samping periksa kurvatur servikal, torakal, dan lumbal. Pada keadaan normal,
servikal akan sedikit lordosis, thorakal akan memliki kurvatur kifosis dan lumbal akan
memiliki kurvatur lordosis. Pada penuaan kifosis pada thorakal akan bertambah parah
sehingga menimbulkan penampakan bongkok.
69
FEEL
Palpasi prosesus spinosus dengan menggunakan ibu jari, melihat apakah adanya nyeri
tekan
Palpasi sendi sarkoiliaka, cara menemukan sendi sarkoiliaka itu, di bagian cekungan
dibagian spina iliaka posterior superior ini nih…
Perkusi ringan (gentle percussion) sepanjang tulang belakang dengan memukul ringan
menggunakan bagian ulnar pergelangan tangan., apakah ada nyeri tekan?
Palpasi otot paraspinal, dengan melakukan penekanan, periksa apakah ada nyeri tekan
ataupun kekakuan.
Meminta pasien berbaring ke samping dengan fleksi panggul dan lutut. Meraba dan
memberi tekanan pada sepanjang perjalanan nervus ischiadicus diantara trochanter
mayor dan tuberositas ischiadica. Apakah ada nyeri tekan.
MOVE pasif (dengan bantuan dokter agar lebih maksimal) dan aktif (dengan kemampuan
pasien sendiri)
Meminta dan membantu pasien melakukan
o Fleksi dan ekstensi
o Rotasi
o Lateral bending
Meminta pasien melakukannya sendiri, apakah ada
nyeri atau kesulitan dalam melakukan gerakan
(ROM berkurang)
70
Aktivitas
Pemeriksaan Lower Back
1. Inspeksi postur, gaya berjalan, kesegarisan (kepala, leher, punggung, sakrum),
kurvatura
2. Palpasi prosesus spinosus, sendi sakroiliaka, perkusi tulang belakang, otot paraspinal,
nervus ischiadicus
3. Melakukan move/ROM fleksi/forward bending, ekstensi, rotasi kanan kiri, fleksi
lateral kanan kiri/lateral bending
Pemeriksaan Fraktur Tulang Panjang (Diagnosis Fraktur)
1. Pastikan ada tidaknya tanda-tanda syok/perdarahan, gangguan pada otak, medula
spinalis, dll
2. Melakukan pemeriksaan dengan gentle pada jaringan yang cedera
3. Inspeksi bengkak, memar, deformitas, luka
4. Palpasi nyerin tekan lokal, nyeri goyang, nyeri sumbu, NVD raba dan nilai nadi
pada bagian distal dari cedera. Bandingkan dengan sisi kontralateral.
5. Melakukan move (pasien diminta untuk menggerakkan sendi bagian distal cedera)
krepitus dan gerakan abnormal akan terlalu nyeri bila dilakukan.
71
Untuk lebih jelasnya teman2 bisa lihat di video pemeriksaan muskuloskeletal KKD
yang ada di dropbox.
Sumber :
Bickley LS. Bate’s guide to physical examination and history taking. 8ed. United
State; Lippincott Williams & Wilkins; 2003.
Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fracture.
9ed. United Kingdom : Hodder Arnold; 2010.
Checklist, Panduan, dan catatan KKD
4. Pemeriksaan Radiologi
Teman-teman, untuk radiologi selengkapnya ada di slide, nah di tentir ini, akan ditekankan
beberapa point yang penting nihh…
Kalo didefinisiin, radiologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang menggunakan
teknologi pencitraan sebagai alat diagnosis (radiologi diagnostic) maupun untuk treatment /
pengobatan (radioterapi). Nah, modalitas yang ada yaitu :
– Plain x rays
– Fluoroscopy
– Ultrasound
– Computed Tomography
– Magnetic Resonance Imaging
– Nuclear Medicine
– IVR (Interventional Radiology)
Nah, bidang radiologi yang bisa sebagai diagnostic dan terapi ada juga loh, disebutnya
radiologi intervensional yang berupa radiologi nuklir. Keren kannn…
Sekarang kita bahas modalitasnya satu per satu secara singkat ya..
1. Plain x-rays foto polos
cara kerjanya adalah: sinar-x dilewatkan ke tubuh pasien kemudian hasilnya akan
ditampilkan pada film radiografik. Biasa digunakan untuk pemeriksaan dada, abdomen-
urogenital dan skeletal. Kalo jaman dulu, foto polos ini sifatnya masih conventional
radiografi, jadi hasil fotonya cuma bisa dalam bentuk film, sedangkan jaman sekarang
72
sudah ada computed radiography jadi hasil fotonya menggunakan kaset khusus yang
mengandung fosfor dan bisa dilihat di computer, selain itu ada juga digital radiography,
yang ini sama sekali ga pake film ato kaset, jadi gambarnya langsung keluar di layar
computer.
Indikasi pemeriksaan foto polos adalah : CANTIK -- Congenital, Aging Process, Tumor-
trauma, infection, kegawat-daruratan
2. Fluoroscopy real time x-ray imaging
Digunakan untuk mendiagnosa pasien dengan memasukan berkas pemancar x-ray ke
dalam tubuh pasien sehingga memancarkan radiasi yang ditransmisikan ke monitor
sehingga dapat memperlihatkan gerakan bagian tubuh yang diperiksa.
Aplikasinya pada :
Barium studies
Gastrointestinal
Arteriography
Interventional radiology
3. Ultrasound
Modalitas ini tidak menggunakan radiasi sinar x melainkan menggunakan gelombang
suara frekuensi tinggi yang diproduksi oleh sebuah transducer, gelombang tersebut akan
dipantulkan oleh organ dan akan ditangkap kembali oleh transducer tersebut dan
dikonversi menjadi sinyal listrik yang diproses menjadi gambar hitam-putih, sifatnya
real-time, mudah dan murah, kurang baik untuk tulang dan material berudara, multi
directional, operator dependent dan probe bervariasi sesuai tujuan.
Digunakan untuk memeriksa struktur yang bergerak, kecepatan peredaran darah,
jantung dan arteri serta vena. Sekarang udah ada USG 4D loh (panjang, lebar, tinggi +
waktu)
4. Computed Tomography ( CT-Scan )
Pancaran sinar X-ray yang berputar mengelilingi dan menembus pasien sehingga
menghasilkan gambar dengan potongan transversal. Pola yang terbentuk ditangkap dan
dianalisis oleh computer dengan nilai absorpsi 1000 untuk tulang dan -1000 untuk udara
(hounsfield unit).
73
CT-scan ada yang axial (stepwise), ada yang helical (continous) bedanya, kalo yang
helical itu pasien geraknya berkelanjutan jadi ga sepatah sepatah kaya yang axial.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI tidak menggunakan sinar X melainkan menggunakan medan magnet dan
radiofrekuensi tinggi. Jadi cara kerjanya adalah tubuh manusia ada proton, nah dengan
diberi medan magnet kuat maka proton-proton itu akan dibuat menjadi searah, setelah
itu diberi gelombang radiofrekuensi tinggi yang menyebabkan proton-proton tersebut
berubah arahnya kembali ke semula, energi yang dipakai oleh untuk relaksasi proton
tersebut untuk setiap bagian tubuh berbeda-beda sehingga akan menghasilkan hasil MRI
yang berbeda-beda pula. Paling baik dipakai untuk melihat jaringan lunak.
6. Kedokteran nuklir
Berupa kamera gamma dan radionuklida, memiliki sensitivitas yang tinggi, isotop yang
sering dipakai yaitu Technetium-99m.Contohnya pada :
SPECT (single photon emission computed tomography)
PET (positron emission tomography)
Jadi nanti pasien disuntik radiofarmaka, sehingga pasien akan memancarkan radiasi.
Biasanya digunakan untuk melihat iskemik dan metastasis.
7. Radiologi intervensional
Digunakan untuk diagnosis dan juga terapi. Keunggulannya adalah dapat melakukan
akses vascular dengan minimal invasive, misalnya digunakan dalam embolisasi dan
terapi sitostatika, guiding biopsy, embolisasi, angioplasty, trombolisis dan lain-lain.
Selain modalitas, ada 2 hal penting yang harus diperhatikan dalam radiologi, yaitu :
1. Kontras media
Tipe
o Positif (radioopaque) = memantulkan = putih kelihatannya = yodium, barium
o Negatif (radiolucent) = ditembus = hitam kelihatannya = udara, CO2
Modalitas yang sesuai
o X-Ray dan CT menggunakan Yodium
o MRI menggunakan Gadolinium
o Ultrasound menggunakan buble
Rute
o Intravena, intrarteri, oral, anal
74
Lokasi
o GI, urologi, ginecology, myelography
Dosis
o untuk yodium 1-2 cc/Kg BW
Reaksi
3
TATALAKSANA JALAN NAFAS ( INTUBASI )
Indikasi :
1. Proteksi jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas
3. Untuk melakukan terapi oksigen dan ventilasi mekanik
4. Gagal nafas
5. Syok
6. Untuk terapi hiperventilasi pada peningkatan tekanan intrakranial
7. Mengurangi usaha pernapasan
8. Memfasilitasi penghisapan sekret saluran nafas dan pencucian bronkus (bronchial toilet)
Komplikasi :
1. Hipoksia, hipokapnia selama tindakan
2. Gangguan kardiovaskuler selama dan segera setelah tindakan
3. Trauma pada gigi, bibir dan gusi
4. Malposisi pipa endotrakea (endobronkial, esofagus) ‡ masuk ke salah satu bronkus
atau masuk ke jalur pencernaan, makanya perlu dicek setelah dimasukan, apakah dada
mengembang simestris, apakah saat diauskultasi ada suara udara di paru-paru, kalau
tidak ada, auskultasi di lambung. Kalau salah masuk, keluarkan pipa endotrakea.
5. Trauma pada faring, laring dan trakea
6. Distensi lambung dan aspirasi isi lambung
7. Spasme bronkus/spasme laring
Peralatan :
1. Alat pelindung diri (masker, handskun, kacamata google)
2. Boneka Intubasi Endotrakea
3. Obat-obatan yang diperlukan (spray anestesi lokal, sedasi, analgesia, pelumpuih otot)
4. Monitor (EKG, Oksimetri denyut, NIBP)
5. Pengganjal kepala ( bantal atau kain )
6. Laringoskop dewasa
7. Pipa Endotrakea dengan nomor yang sesuai
8. Stylet ‡ yang kaya kawat buat dimasukin ke pipa endotrakeanya biar lebih kaku dan
gampang diatur untuk masuk
9. Forsep Magill ‡ Kalau pipa dimasukkan lewat hidung, saat pipa yang sampai di
nasofaring, agar ga masuk ke saluran pencernaan, diarahin dari mulut pakai magill ini.
10. Suction unit
11. Spuit 10 cc untuk inflasi balon
12. Lubrikan ‡ jel
13. Plester
14. Unit resusitasi bag-mask-valve dan jalur oksigen
4
Skill Checklist
A. Persiapan
NO. AKTIVITAS
1. Memeriksa kelengkapan alat-alat
2. Memakai alat pelindung diri ( handskun, kacamata google)
Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan jika
3. pasien sadar, atau kepada keluarga pasien jika pasien tidak sadar,
serta meminta persetujuan tindakan tertulis
4 Memastikan jalan nafas terbuka (latihan V)
5 Memastikan oksigenasi dan ventilasi yang adekuat (latihan V)
6 Memastikan tersedianya jalur intravena
7. Memasang monitor
Menyiapkan pipa endotrakea :
- Memeriksa patensi balon
- Memberikan sedikit lubrikan pada stylet dan memasukkan
8.
stylet kedalam pipa endotrakea
- Memberikan sedikit lubrikan pada balon sampai ujung pipa
endotrakea
Menyiapkan laringoskop :
- Menyiapkan blade yang sesuai
9.
- Memastikan lampu menyala dengan baik (sinar fokus dan
berwarna putih
Menempatkan bantal tipis atau kain dibawah oksipital jika tidak
10.
ada curiga cedera spinal
Berikan sprai analgesia topikal diorofaring (Xylocain spray : 1 puff =
11.
10mg, diberikan sesuai dosis)
Melakukan preoksigenasi dengan oksigen 100% selama 2-3 menit,
12.
jika waktu memungkinkan
13. Jika dibutuhkan berikan sedasi, analgesia dan pelumpuh otot
B. Teknik
NO. AKTIVITAS
1. Operator berdiri dibagian kepala tempat tidur . Tempat tidur pada posisi datar
2. Memegang laringoskop pada tangan kiri
Meminta asisten untuk melakukan penekanan pada krikoid segera setelah
3.
pasien tidak sadar dan dipertahankan sampai pipa endotrakea terpasang
Buka mulut dengan cara cross finger technique, yaitu ibu jari tangan kanan
4.
ditempatkan didepan gigi bawah mandibula dan jari telunjuk didepan gigi atas
5
maksila, mulut dibuka perlahan dengan menggerakkan jari-jari tersebut dan
laringoskop dimasukkan kedalam mulut
Masukkan ujung bilah laringoskop kedalam sisi kanan mulut pasien, masukkan
5.
bilah sampai kepangkal lidah
6. Singkirkan lidah kearah kiri
Dengan lembut masukkan bilah laringoskop pada posisi yang tepat. Bilah lurus
7. dibawah epiglotis, dan bilah lengkung dimasukkan kedalam vallecula diatas
epiglotis
8. Perlihatkan pita suara dan pembukaan glotis
Secara lembut masukkan pipa eendotrakea melalui pita suara, dengan
9.
memegang pipa endotrakea menggunakan tangan kanan
Secara hati-hati angkat stylet dan laringoskop, sambil tetap memegang pipa
10.
endotrakea
11. Kembangkan balon
Pastikan posisi pipa endotrakea :
- Pasang bag-valve-mask
- Inspeksi dan auskultasi dada untuk mendengarkan sura nafas yang
12.
simetris
- Perhatikan pengembunan yang terjadi pada pipa endotrakea saat
ekshalasi nafas
Fiksasi posisi pipa endotrakea dengan plester pada nomor yang tertera pada
13.
pipa setinggi bibir
GAMBARAN CARA MEMASUKKAN ETT
6
ALOGARITMA TATA LAKSANA INTUBASI
7
COLOK DUBUR
Indikasi : Pemeriksaan rutin pada setiap masalah abdominal, screening
Komplikasi : Nyeri, perasaan tidak nyaman
Persiapan :
1. Ruangan tertutup dengan cahaya yang cukup
2. Ranjang pemeriksaan standard
3. Sarung tangan
4. Jelli
5. Lampu yang bisa dipindahkan
Posisi :
1. SIMS ‡ pasien tiduran miring menghadap ke sebelah kiri, sehingga pantat ada dikanan
ranjang pemeriksaan
2. Knee-Chest ‡ nungging
3. Litotomi ‡ 2 Kaki diangkat ‡ ngangkang
Ë Posisi mana aja boleh, sesuai dengan keadaan pasiennya, yang penting arah-arahnya
jangan lupa : arah jam 12 = arah abdomen / ventral, jam 6 = dorsal / punggung
Prosedur Pemeriksaan :
NO. Ketrampilan
1. Persiapan bahan dan alat yang digunakan
- Meja periksa
- Lampu/senter
- Sarung tangan
- Bahan pelicin
- Selimut/linen penuntup/celana khusus
- Kain kassa
8
- Jari telunjuk kanan pemeriksa diberi bahan pelicin dan dioleskan
ditepi anus, tangan kiri pemeriksa letakan didaerah subrasimpisis, jari
telunjuk kanan dimasukan kedalam anus
4. Nilai :
1. Tonus sprincter ani :
- Jepitan kuat atau lemah
2. Ampula recti :
- Kolaps atau tidak kolaps
3. Mukosa rekti :
- ada benjolan atau tidak ada
- bila ada benjolan sirkuler atau ltk
pada jam berapa.
- rapuh atau tidak rapuh
- Jarak dari anocutanline
4. prostat teraba pool atas atau tidak dan teraba nodul / keras atau
tidak
5. Ada benjolan diluar lumen atau tidak
6. ada nyeri atau tidak bila ada pada jam berapa
- Jari telunjuk kanan dikeluarkan
sarung tangan :
- ada feces atau tidak bila ada nilai warnanya
- Ada darah atau tidak
- Ada lendir atau tidak
Untuk lebih jelasnya bisa langsung membaca slide rectal examintation dan video yang ada di
dropbox.
9
PEMASANGAN PIPA NASOGASTRIK
PENDAHULUAN
1. Pipa Nasogastrik adalah pipa yang dimasukkan ke dalam la mbung melalui lubang hidung
(nostril) dan kerongkongan (esophagus).
2. Terutama digunakan untuk pemberiaan obat dan makanan. Misalnya pada penderita
yang tidak bisa makan melalui mulut dan membutuhkan lebih banyak kalori untuk
pertumbuhannya.
Indikasi :
1. Memasukkan cairan (makanan,obat
2. Dekomperasi lambung
3. Mengambil cairan lambung untuk analisis diagnosis
4. Bilas lambung
KOMPLIKASI
1. Komplikasi ringan berupa sinusitis, epistaksis dan disfagia.
2. Komplikasi yang lebih berat berupa perforasi esophagus, aspirasi, pnemotroraks, pipa
masuk ke intracranial.
10
PEMASANGAN PIPA
No. Keterampilan
1. Mencek peralatan yang akan diguanakan
2. Mengucapkan salam, memeperkenalkan diri dan menerangkan tindakan yang akan
dilakukan
3. Minta pasien duduk atau berbaring terlentang
4. Dekatkan semua peralatan
5. Buka paket NGT
6. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, pakai sarung tangan
7. Letakkan handuk di dada pasien untuk kemungkianan muntah
8. Periksa lubang hidung untuk memilih yang akan diguanakan untuk insersi.
9. Ukurn panjang pipa yang akan digunakan dengan cara mengukur panjang dari
tengah dan telinga ke puncak hidung lalu diteruskan ke titik antara processus
Xipoedeus dan umbilkus dan tandai dengan spidol. Ulangi pengukuran sekali lagi.
10 Anak duduk di tempat tidur atau kursi. Bila anak tidak bisa duduk, baringkan anak
terlentang dengan keuda lengan di atas kepala, kepala agak fleksi.
11. Licinkan pipa dengan mencelupkannya ke dalam air kurang lebih 15cm pertama.
Jangan gunakan gel atau vaselin karena akan membahayakan bila masuk ke paru
atau akan menyumbat pipa.
12. Masukkan ujung pipa melalui lubang hidung (nostril) sampai mencapai tanda
spidol. Sedikit air diberikan pada penderita agar menelan.
13. Untuk memeriksa ketepatan posisi ujung pipa di lambung, maasukkan udara
dengan bantuan spuit sebannyak 1-2 ml (pada bayi), 3-5 ml ( pada anak) atau 20-30
ml (dewasa) dan semporotkan ke dalam pipa nasogastrik dan akan terdengar suara
udara di atas lambung.
14. Bila ujung pipa tidak berada di lambung segera tarik pipa, dan coba memasangnya
lagi.
15. Tarik pipa segera bila penderita mengalami sianosis atau masalah respirasi (Hal ini
menunjukkan pipa berada di paru bukan di lambung).
16. Bila pipa telah ditempatkan dengan tepat, fiksasi pipa pada muka dan hidung anak,
hati-hati jangan menyumbatkan lubang hidung anak.
Tutup ujung pipa bila tidak segera digunakan atau sambungkan pipa pada konektor
bila akan digunakan.
17. Pipa ada yang diganti tiap 3 hari, 30 hari atau 3 bulan.
11
PF ABDOMEN
No. Keterampilan
1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta
meminta ijin kepada pasien
Inspeksi Abdomen
2. Meminta pasien tidur telentang
3. Melihat bentuk abdomen ( apakah simetri, membuncit atau tidak), dinding perut (
kulit, vena, umbilicus, inguinal) dan pergerakan abdomen.
Palpasi Abdomen
4. Meminta pasien tidur telentang .
5. Palpasi dilakukan dengan menempelkan tangan pada dinding perut.
6. Melakukan palpasi superfisal pada seluruh abdomen secara sistematis
7. Memperhatikan wajah pasien selama palpasi
8. Melakukan palpasi dalam pada seluruh abdomen secara sistematis
Palpasi Hepar
9. Meminta pasien tidur telentang
10. Meminta pasien melipat kedua tungkai (30-45 derajat).
11. Lakukan penekanan pada dinding perut dengan menggunakan sisi palmar radial jari
tangan kanan
12. Meminta pasien menarik nafas dalam,
13. Melakukan palpasi lobus kanan dimulai dengan meletakkan tangan kanan pada regio
illiaka kanan dengan sisi palmar radial jari sejajar dengan arcus costae kanan.
14. Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen ke bawah dengan arah dorsal
pada saat pasien ekspirasi maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke
kranial dalam arah parabolik.
15. Palpasi dilakukan ke arah arcus costae kanan
16. Pemeriksaan lobus kiri dengan palpasi pada daerah garis tengah abdomen ke arah
epigastrium dimulai dari umbilikus dengan cara seperti diatas
Palpasi Limpa
17. Meminta pasien tidur telentang .
18 Meminta pasien melipat kedua tungkai (30-45 derajat).
19. Lakukan penekanan pada perut dengan menggunakan sisi palmar radial jari tangan
kanan
20. Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen ke bawah dengan arah dorsal
pada saat pasien ekspirasi maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke
kranial dalam arah parabolic.
21. Palpasi dimulai dari sisi kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen menuju
12
arkus costae kiri.
22. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang sistematis dan menyenangkan
Pemeriksaan Shifting Dullnes
23. Meminta pasien tidur telentang .
24. Melakukan perkusi dari umbilikus (bagian puncak abdomen) ke lateral kiri atau kanan
25. Menentukan batas perubahan bunyi perkusi dari timpani ke redup
26. Tandai batas perubahan suara tersebut dengan meletakkan jari plesimeter tetap pada
batas tersebut lalu penderita diminta miring ke arah kontralateral gerakan perkusi.
27. Menunggu beberapa saat (30-60 detik)
28. Melakukan perkusi kembali batas yang tadi telah ditentukan dan tentukan apakah ada
perubahan suara dari redup ke timpani
29. Melakukan pada kedua sisi
Palpasi Titik Mc Burney
30. Meminta pasien tidur telentang .
31. Menentukan titik Mc Burney pada dinding perut kuadran kanan bawah.
32. Menentukan titik Mc Burney pada 1/3 lateral dari garis yang menghubungkan SIAS
kanan dengan umbilicus
33. Melakukan penekanan pada titik tersebut untuk mengetahui nyeri tekan, nyeri ketok
dan nyeri lepas
34. Perhatikan apakah terdapat defance muscular
35. Melakukan pemeriksaan dengan sistematis dan menyenangkan
Pemeriksaan balotemen
36. Meminta pasien tidur telentang .
37. Melakukan pemeriksaan dengan cara bimanual
38. Tangan kiri diletakkan pada pinggang bagian belakang dan tangan kanan pada dinding
abdomen di ventralnya pada kedua sisi.
39. Tangan kanan digerakkan dan tangan kiri diam (tangan pada pinggang bagian belakang)
maka akan teraba benturannya di tangan lain (disebut sebagai fenomena balotemet
positif. Cara yang sama dilakukan untuk tangan kiri.
40. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang sistematis dan menyenangkan
Auskultasi Abdomen
41. Meminta pasien tidur telentang .
42. Letakkan steteskop pada dinding abdomen dan dengarkan bunyi usus atau bunyi lain (
bruit arterial, venous hump, succussion splash).
Untuk videonya teman-teman bisa minta ke windu yaa… Ataun bisa juga buka di
http://www.youtube.com/watch?v=QO8r_xqamyc atau di dropbox… Tapi agak beda sama yang
windu, tapi intinya sama kok.. selamat belajar manteman…..
13
Daftar Isi
Jadwal KKD Modul Ginjal dan Cairan Tubuh 2013 ........................................................................... 2
Panduan dan Checklist Pemeriksaan Nefrologi ............................................................................... 4
Panduan dan Checklist Pemeriksaan Urologi .................................................................................. 8
Panduan dan Checklist Suara Napas ................................................................................................ 11
Panduan dan Checklist Suara Jantung ............................................................................................. 15
Panduan dan Checklist Anastesi Intubasi dan Blok Saraf Lokal ....................................................... 16
Panduan dan Checklist Punksi arteri dan AGD ................................................................................ 19
Panduan dan Checklist Insersi Kateter............................................................................................. 21
1
JADWAL KKD GINJAL & CAIRAN TUBUH TINGKAT II SEMESTER 4 TA 2012-2013
NO HARI TANGGAL JAM KLPK KEGIATAN TEMPAT
1 SENIN 25 Maret 2013 10.00-12.00 C1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
C5-8 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
D1-4 SUARA NAPAS RK Anatomi
D5-8 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
13.00-15.00 A1-4 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
A5-8 SUARA JANTUNG RK Anatomi
B1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
B5-8 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
2 KAMIS 28 Maret 2013 10.00-12.00 A1-4 SUARA NAPAS RK Anatomi
A5-8 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
B1-4 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
B5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
13.00-15.00 C1-4 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
C5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
D1-4 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
D5-8 SUARA JANTUNG RK Anatomi
3 SENIN 1-Apr-13 10.00-12.00 C1-4 SUARA NAPAS RK Anatomi
C5-8 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
D1-4 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
D5-8 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
13.00-15.00 A1-4 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
A5-8 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
B1-4 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
B5-8 SUARA JANTUNG RK Anatomi
4 KAMIS 4-Apr-13 10.00-12.00 C1-4 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
C5-8 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
D1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
D5-8 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
13.00-15.00 A1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
A5-8 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
B1-4 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
B5-8 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
5 SENIN 8-Apr-13 10.00-12.00 A1-4 Pemeriksaan Nefrologi 1 Skill lab 2 Parasitologi
A5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
B1-4 SUARA NAPAS RK Anatomi
B5-8 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
13.00-15.00 C1-4 Pemeriksan Urologi 2-1 Skill lab 2 Parasitologi
C5-8 SUARA JANTUNG RK Anatomi
D1-4 Punksi Arteri & AGD 1 Skill lab 1
D5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 1 Skill lab 1
6 KAMIS 11-Apr-13 10.00-12.00 C1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
C5-8 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
2
D1-4 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
D5-8 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
13.00-15.00 A1-4 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
A5-8 SUARA NAPAS RK Anatomi
B1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
B5-8 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
7 SENIN 15-Apr-13 10.00-12.00 A1-4 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
A5-8 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
B1-4 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
B5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
13.00-15.00 C1-4 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
C5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
D1-4 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
D5-8 SUARA NAPAS RK Anatomi
8 KAMIS 18-Apr-13 10.00-12.00 A1-4 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
A5-8 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
B1-4 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
B5-8 SUARA NAPAS RK Anatomi
13.00-15.00 C1-4 SUARA JANTUNG RK Anatomi
C5-8 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
D1-4 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
D5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
9 SENIN 22-Apr-13 10.00-12.00 C1-4 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
C5-8 SUARA NAPAS RK Anatomi
D1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
D5-8 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
13.00-15.00 A1-4 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
A5-8 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
B1-4 SUARA JANTUNG RK Anatomi
B5-8 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
10 KAMIS 25-Apr-13 10.00-12.00 A1-4 SUARA JANTUNG RK Anatomi
A5-8 Anestesi Intubasi & Blok Saraf Lokal 2 Skill lab 1
B1-4 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
B5-8 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
13.00-15.00 C1-4 Pemeriksaan Urologi 2-2 Skill lab 2 Parasitologi
C5-8 Punksi Arteri & AGD 2 Skill lab 1
D1-4 SUARA JANTUNG RK Anatomi
D5-8 Pemeriksaan Nefrologi 2 Skill lab 2 Parasitologi
3
Panduan dan Checklist Pemeriksaan Nefrologi
Tujuan Umum :
Mampu melakukan pemeriksaan fisik Penyakit Ginjal
Tujuan Khusus :
Setelah mahasiswa mengikuti pemeriksaan fisik Penyakit Ginjal, bila diberi pasien mahasiswa :
1. Mampu melakukan pemeriksaan edema tungkai
2. Mampu melakukan pemeriksaan palpasi ginjal/balotemen
3. Mampu melakukan pemeriksaan nyeri ketok CVA
4. Mampu melakukan pemeriksaan buli
Dasar Pemeriksaan :
a. Palpasi ginjal
Ginjal biasanya tidak dapat dipalpasi, namun mempelajari dan melatih cara palpasi ginjal
yang baik penting untuk kemampuan klinik. Mendeteksi ginjal yang membesar bermanfaat
secara klinik. Penyebab pembesaran ginjal antara lain hidronefrosis, kista ginjal dan tumor.
Pembesaran ginjal ginjal bilateral bisa disebabkan penyakit ginjal polikistik.
Palpasi ginjal kanan
- Meminta pasien tidur kemudian meletakan tangan kiri pada pinggang, dibawah pasien,
di kaudal dari iga ke 12 dengan ujung jari pada costovertebra angle.
- Mengangkat tangan kiri, mencoba mendorong ginjal ke anterior. Meletakan tangan
kanan pada abdomen kanan atas, di lateral dari m rectus abdominis.
- Meminta pasien menarik napas dalam. Pada puncak inspirasi, lakukan palpasi dalam
dengan tangan kanan pada abdomen kanan atas, tepat dibawah iga untuk meraba atau
“menangkap” ginjal diantara kedua tangan
- Meminta pasien membuang napas. Pada saat ekspirasi, secara perlahan lepas tekanan
tangan kanan dan merasakan ginjal kembali pada posisi akhir ekspirasi
Palpasi ginjal kiri
- Meletakan tangan kiri pada pinggang, dibawah pasien, di kaudal dari iga ke 12 dengan
ujung jari pada costovertebra angle
- Mengangkat tangan kiri, mencoba mendorong ginjal ke anterior. Meletakan tangan
kanan pada abdomen kiri atas, di lateral dari m rectus abdominis
- Meminta pasien menarik napas dalam. Pada puncak inspirasi, lakukan palpasi dalam
dengan tangan kanan pada abdomen kiri atas, tepat dibawah iga untuk meraba atau
“menangkap” ginjal diantara kedua tangan
4
- Meminta pasien membuang napas. Pada saat ekspirasi, secara perlahan lepas tekanan
tangan kanan dan merasakan ginjal kembali pada posisi akhir ekspirasi
b. Pemeriksaan Buli
Bila buli mengalami distensi dapat teraba saat palpasi di atas symphysis pubis. Pada palpasi buli
teraba di supra symphysis rata dan bulat. Lakukan pemeriksaan adanya nyeri tekan pada buli.
Pemeriksaan perkusi adanya redup dilakukan untuk menentukan tingginya buli diatas symphysis
pubis. Distensi buli bisa ditemukan pada obstruksi akibat striktur uretra, hipertrofi prostat; obat-
obatan; kelainan neurologis seperti stroke; dan neuropati otonom akibat diabetes melitus.
c. Pemeriksaan Nyeri Ketok CVA (Costovertebra Angle)
Nyeri tekan ginjal bisa didapatkan pada pemeriksaan abdomen, namun
pemeriksaan khusus untuk itu bisa didapatkan pada pemeriksaan
costovertebral angle. Tekanan dari ujung-ujung jari bisa menimbulkan
nyeri tekan, namun bila tidak, gunakan perkusi menggunakan kepalan
tangan. Nyeri pada penekanan atau perkusi kepalan tangan menunjukkan
pielonefritis
d. Pemeriksaan Edema kaki
Inspeksi kaki untuk memeriksa edema kaki. Bandingkan kaki kanan dengan kaki kiri. Perhatikan
ukurannya dibandingkan kaki yang lain dan perhatikan vena-vena, tendon dan tulang. Edema
akan menyebabkan tidak tampaknya vena-vena, tendon dan penonjolan tulang.
5
Palpasi untuk mencari pretibial edema, ankle edema dan pedal edema. Tekan dengan kuat tetapi
gentle dengan jari selama 5 detik diatas tibia, dibelakang malleolus medial dan diatas dorsum pedis.
Perhatikan apakah ada pitting- indentasi yang disebabkan penekanan jari.
Gambar a. Palpasi dorsum pedis untuk mencari pedal edema, b. Pitting edema 3+
Checklist Pemeriksaan :
No Ketrampilan
1 Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta memberi ijin
Palpasi ginjal bimanual (balotement)
Meletakan tangan kiri pada pinggang, dibawah pasien, di kaudal dari iga ke 12 dengan ujung
2
jari pada costovertebra angle
3 Meletakan tangan kanan pada abdomen kanan atas, di lateral dari m rectus abdominis
6
kanan
Memukulkan bagian ulnar kepalan tangan diatas tangan kiri pada sudus kostovertebra kanan
13
dengan kekuatan yang cukup
14 Memperhatikan pasien dan menanyakan pasien apakah pasien merasakan nyeri
15 Melakukan tindakan yang sama (no.11,12,13, 14) pada sudut kostovertebra kiri
Pemeriksaan Edema kaki
Inspeksi kaki (vena-vena, tendon dan penonjolan tulang; dan membandingkan kaki kiri dan
16
kaki kanan)
17 Palpasi untuk mencari edema di atas tibia, di belakang maleolus medial dan di dorsum pedis.
Daftar pustaka:
Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking.
7
Panduan dan Checklist Pemeriksaan Urologi
Tujuan Umum :
Mampu melakukan pemeriksaan fisik genitalia eksterna pria
Tujuan Khusus :
Setelah mahasiswa mengikuti latihan pemeriksaan urologi 2, bila diberi pasien mahasiswa:
1. Mampu melakukan pemeriksaan fisik penis
2. Mampu melakukan pemeriksaan fisik skrotum
Checklist dan Penjelasannya :
No Ketrampilan
1 Mengucapkan salam
2 Mempersilahkan pasien berbaring
3 Melakukan 6 langkah cuci tangan
4 Berdiri di sisi kanan pasien
5 Melakukan inspeksi pada penis
5a.Mendeskripsikan ukuran penis
5b.Mendeskripsikan bentuk penis
5c.Mendeskripsikan sirkumsisi / tidak sirkumsisi
5d.Mendeskripsikan ada/tidaknya parafimosis (preputium bagian distal yang
bengkak akibat teretraksi dalam jangka waktu lama)
5e.Mendeskripsikan warna kulit penis
5f.Mendeskripsikan lokasi dan ukuran meatus urethra eksterna: hipospadia,
epispadia
5g.Mendeskripsikan duh tubuh urethra
5h.Mendeskripsikan ada/tidaknya kurvatura penis: peyronie’s disease
5i.Mendeskripsikan lesi pada penis (hematoma, ulserasi, kista, vegetasi/kutil)
6 Melakukan palpasi penis
6a.Menggunakan sarung tangan on (non-steril)
6b.Melakukan retraksi kulit preputium: menilai ada tidaknya fimosis (kulit
preputium tidak dapat ditarik ke belakang), menilai ada/tidaknya balanitis
(tanda-tanda inflamasi glans penis: dolor, kalor, tumor, rubor
6c.Melakukan penekanan pada glans penis menggunakan jempol dan telunjuk
untuk menilai ada tidaknya duh tubuh)
6d.Melakukan palpasi penis dari distal ke proksimal (menilai ada tidaknya
indurasi dan nyeri tekan)
8
6e.Melakukan palpasi kelenjar getah bening inguinal
6f.Melakukan palpasi perineum dengan sebelumnya mengelevasikan skrotum
(hematoma, ekstravasasi urin, abses)
7 Melakukan inspeksi skrotum
7a.Menilai ada tidaknya edema
7b.Menilai tanda-tanda radang: dolor, kalor, tumor, rubor
8 Melakukan palpasi skrotum
8a.Melakukan palpasi sistematis mulai dari testis hingga ke leher skrotum:
Keterangan:
1. Testis
2. Tunica vaginalis
3. Epididimis
4. Spermatic cord
5. External inguinal ring
8b.Mendeskripsikan lokasi, konsistensi, permukaan, sensasi nyeri, dan ukuran
testis kanan kiri. (Normal testis kiri terletak sedikit lebih rendah dari testis
kanan).
Torsio: scrotum ipsilateral bengkak dan nyeri, terletak lebih tinggi,
Prehn’s sign negatif (elevasi scrotum ipsilateral tidak menghilangkan
nyeri), refleks kremaster ipsilateral hilang, disertai gejala otonom
Tumor: massa konsistensi keras
8c.Jika testis tidak ditemukan dalam rongga skrotum: dilakukan palpasi ke arah
9
inguinal, kemungkinan yang didapat:
Testis di leher skrotum
Testis di external inguinal ring
Testis di kanalis inguinalis: menghilang saat pasien mengkontraksikan
otot perutnya
Testis di intra abdomen
Ektopik testis: perineum, peno-pubis (pangkal penis), subkutan di
inguinal, femoral, perineal
8d.Pemeriksaan transluminasi testis:
Dilakukan penyinaran menggunakan senter pada bagian skrotum yang
membesar
Dilakukan inspeksi menggunakan kertas buram yang digulung dari sisi
sebaliknya:
-Cahaya berpendar: hidrokel
-Tidak berpedar: hidrokel terinfeksi, tumor
8e.Melakukan pemeriksaan epididimis
Normal berbentuk seperti tanda koma, dengan bagian globus mayor
terletak pada kutub superior testis, corpus berada posteriornya,
sedangkan globus minor sulit teraba.
Epididimitis: teraba membesar dan nyeri.
8f.Melakukan pemeriksaan spermatic cord (vas deferens, arteri vena, syaraf):
Vas deferens: normal teraba kenyal sensasi seperti meraba kabel,
teraba bilateral
Varikokel: dilatasi vena pada spermatic cord
- Grade 0: Subklinis, didiagnosis dengan USG doppler/venografi.
- Grade I: teraba dengan Valsava maneuver (pasien diminta ekspirasi
paksa dengan menutup bibir dan hidungnya)
- Grade II: teraba ketika pasien posisi berdiri (suhu kamar)
- Grade III: terlihat ketika pasien posisi berdiri (suhu kamar)
8g.Melakukan pemeriksaan refleks kremaster: memberikan sentuhan pinprick
pada paha bagian dalam, respons positif bila terjadi kontraksi ipsilateral otot
kremaster berupa elevasi testis
10
Panduan Pemeriksaan Suara Napas
Tujuan :
Mengenal bunyi napas dan memahami mekanisme bunyi napas
Alat yang dibutuhkan :
1. Phantom/ Alat peraga
2. Stetoskop phantom + amplyfier
3. Meja dan kursi
Metode :
1. Penjelasan mekanisme bunyi napas dan demonstrasi bunyi napas pokok dan bunyi napas
tambahan
a. Menjelaskan mekanisme terjadinya bunyi napas dan mekanisme terdengarnya bunyi
napas vesikuler, serta memperdengarkannya melalui phantom
b. Menjelaskan mekanisme terjadinya kelainan bunyi napas pokok (bronkovesikuler,
bronkial/Trakeobronkial, amforik) dan memperdengarkan bunyi napas tersebut melalui
phantom
c. Menjelaskan perbedaan bunyi napas pokok vesikuler dan kelainannya (bronkovesikuler,
bronkial/ trakeobronkial, amforik)
d. Menjelaskan bunyi napas tambahan (adventitious lung sound/ADL) yang terdiri atas :
- continuous ADL (whezing, stridor, ronki kering) dan mekanism masing-masing bunyi
napas tambahan tersebut
- discontinuous ADL ( ronki basah, pleural friction rub) dan mekanisme masing-masing
bunyi napas tambahan tersebut
e. Memperdengarkan masing-masing bunyi napas tambahan tersebut dengan phantom.
2. Praktek untuk masing-masing mahasiswa
Masing-masing mahasiswa diberi kesempatan untuk mencoba melakukan auskultasi dada
depan/dada belakang phantom dengan teaching stetoskop (tanpa amplyfier), dengan
pemilihan bunyi napas oleh tutor dan mahasiswa diminta menyebutkan bunyi napas yang
didengar tersebut , alokasi waktu 5-7 menit setiap mahasiswa
3. Contoh kasus untuk didiskusikan
Tutor memberikan contoh kasus dan memperdengarkan bunyi napas yang sesuai kasus
kemudian DISKUSIKAN .
11
ini, ia telah berobat beberapa kali ke praktek dokter, mendapat pengobatan selama 5-7 hari
namun tidak ada perbaikan. Batuk disertai dahak kuning. Ia mengeluh demam hilang timbul,
nafsu makan yang menurun, dan badan makin kurus. Rumahnya kelihatan agak gelap dan
lembab karena kurang terkena sinar matahari. Ia bekerja sebagai buruh pabrik, istrinya
seorang ibu rumah tangga dan mempunyai 2 orang anak masing-masing berumur 7 tahun
dan 2 tahun.
Pada pemeriksaan fisis: tampak sakit sedang , kompos mentis, TD ; 130/80 mmHg, N 98
X/mt, frek napas 20 x/mt S : 36,8 ºC. JVP 5 – 2 cmH2O. Pada pemeriksaan toraks didapatkan
dada asimetris, paru kiri tertinggal, perkusi redup, bising napas menghilang, Paru kanan
sonor, bronkovesikuler, ronki basah kasar di apeks paru kiri. Pemeriksaan jantung : bunyi
jantung murni, gallop (-), murmur (-). Pemeriksaan abdomen dan ekstremitas tidak
didapatkan kelainan.
Hasil pemeriksaan laboratorium ayah:
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 11 g/dl 11 - 14 g/dl
Leukosit 10.800/ ul 5000-10.000/ul
Hematokrit 34 vol.% 38 – 42 vol.%
Trombosit 278.000 ribu/ul 150 – 450 ribu/ul
Hitung jenis bas 1%, eos 1%, batang 7%,
segmen 34%, limfosit 56%, monosit 1%
Laju endap darah : 60 ml/jam
12
menyatakan kepalanya pusing. Tetangga anda berniat membawa ke dokter besok pagi; akan
tetapi tengah malam keadaannya semakin mengkhawatirkan karena tampak gelisah,
kelelahan bernapas dan bibirnya kebiruan. Mereka berpendapat harus segera dibawa ke
rumah sakit.
Pemeriksaan Fisik:
Tampak sesak dan gelisah
Frekuensi Pernapasan 32 x/menit, terdengar suara mengi (wheezing), TD 110/85 mmHg,
Frekuensi Nadi 110 x/menit, Suhu 38 C.
Tampak pergerakan cuping hidung dan otot bantu di daerah leher serta dada
Paru Inspeksi: Simetris dalam statis dan Dinamis
Palpasi : Fremitus raba tak ada perbedaan di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler dan terdengar wheezing di seluruh lapang paru.
Pemicu Suara Napas 3
Seorang perempuan usia 17 tahun datang ke dokter karena sesak napas sejak 2 hari
terakhir. Sesungguhnya keluhan sesak napas sering kambuh, timbul jika membersihkan
kamar atau mencium bau-bauan yang tajam. Pada pemeriksaan fisis :
Pasien tampak sesak napas, tidak ada penggunaan otot bantu napas, sianosis tidak ada,
frekuensi napas 22/ menit, pemeriksaan fisis paru :
-inspeksi : tak ada kelainan
-palpasi : fremitus dan ekspansi dada kiri dan kanan tak ada kelainan
-perkusi : sonor kiri dan kanan
-auskultasi : Perdengarkan bunyi napas wheezing
Diskusikan sesuai pertanyaan :
1. Apa bunyi napas tambahan apa yang terdengar ?
2. Terdengar pada fase apa ? (inspirasi atau ekspirasi, atau keduanya)
3. Bagaimana mekanisme bunyi napas tambahan tersebut ?
4. Kemungkinan kelainan struktur apa yang terjadi pada kasus di atas, sampai terdengar
bunyi napas tersebut
13
frekuensi napas 20/ menit, suhu 38 C. Pemeriksaan THT tak ada kelainan. Pemeriksaan fisis
paru :
-inspeksi dalam batas normal
-palpasi fremitus paru kanan bawah mengeras . Ekspansi dada kanan dan kiri relatif sama
-perkusi : kanan bawah redup. Kiri sonor
-auskultasi : pada paru kanan bawah
Perdengarkan bunyi napas pokok Bronkovesikuler dan kemudian perdengarkan pula bunyi
napas tambahan ronki basah
Diskusikan sesuai pertanyaan
1. Bunyi napas pokok apa yang terdengar ? Mengapa bunyi napas pokok terdengar
berubah ?
2. Bunyi napas tambahan apa yang terdengar ? Terdengar pada fase apa ? (inspirasi atau
ekspirasi, atau keduanya)
3. Bagaimana mekanisme bunyi napas tambahan tersebut ?
4. Kemungkinan kelainan struktur apa yang terjadi pada kasus di atas, sampai terdengar
bunyi napas sebagai di atas ?
Kepustakaan :
1) Pedoman Pemeriksaan Fisis Paru. Departemen Pulmonologi & I. Kedokteran Respirasi
FKUI, RS Persahabatan, 2007, Jakarta
2) Wilkins R & Specht L. Fundamentals of Physical Examination. In : Wilkins R, Sheldon RL,
Krider JS eds. Clinical Assessment in Respiratory Care. 5ed Elsevier Mosby. St Louis,
2000 : 63-82
3) Thorax and the Lung. Bickley LS & Szilagyi PG eds. In : Guide to Physical Examination.
And history taking. 9ed. Lippincott William &Wilkins, Philadelphia, 2007 : 241-267
14
Panduan dan Checklist Suara Jantung
Tujuan Umum :
Mampu mengenal bunyi jantung normal dan patologis
Tujuan Khusus :
Setelah mahasiswa mengikuti pengenalan bunyi jantung, bila diberi pasien mahasiswa :
1. Mampu mengenal bunyi jantung normal,
2. Mampu mengenal bunyi pada mitral regurgitasi
3. Mampu mengenal bunyi pada aorta stenosis
4. Mampu mengenal bunyi pada mitral stenosis
5. Mampu mengenal bunyi pada aorta regurgitasi
6. Mampu mengenal bunyi jantung tiga
7. Mampu mengenal bunyi jantung empat
8. Mampu mengenal bunyi pada mitral valve prolaps.
Teknis Pelaksaan :
Jadi nanti kita akan diperdengarkan contoh-contoh bunyi jantung sama tutor nya dari manekin gitu.
Nanti tutornya juga akan kasi penjelasan tentang bunyi-bunyi nya.
Nah, kita sebenernya dikasih kaya aplikasi buat dengerin bunyi jantung gitu, tapi kayanya ngopinya
kurang lengkap… Jadi mau ditanyain lagi ke sekretariatnya. Nanti kalo udah ada, bakal ditaroh di
dropbox yaa…
15
Panduan dan Checklist Anastesi Intubasi dan Blok Saraf Lokal
Indikasi :
1. Memberi anestesia lokal pada tindakan pembedahan/invasif di area/daerah terbatas
2. Memberi anestesia lokal pada tindakan pembedahan/invasif di area/regio tertentu dari
tubuh
Kontraindikasi :
1. Allergi terhadap obat anesthesia local.
2. Infeksi di area/daerah yang akan disuntikkan
Komplikasi :
1. Hematoma subkutis
2. Infeksi
3. Cedera syaraf
Prosedur Kegiatan tutor :
1. Menjelasan pengertian blok infiltrasi dan blok syaraf
2. menjelaskan persyarafan dari jari tangan
3. menjelaskan persyarafan penis
4. menjelaskan anestetik local lidokain 2% dan bupivakain 0,5%
5. mendemonstrasikan langkah-langkah persiapan
Peralatan :
1. sarung tangan 6. swap alcohol
2. jarum suntik disposable 1,5 “ ukuran 7. steril drap/ duk steril berlubang
25 / 27 G 8. larutan betadine
3. jarum suntik disposable 1,5 “ ukuran 9. obat anestetik local
23 G 10. Manekin kulit dan penis
4. alat suntik disposable 3 ml dan 5 ml 11. Bengkok untuk tempat bahan kotor,
5. kassa steril spuit bekas / sampah tajam
Pengertian :
Blok Syaraf adalah penyuntikan obat anestetik lokal pada serabut syaraf besar yang menyebabkan
hilangnya sensasi sensorik di area / bagian distal dari tempat penyuntikan. Area / daerah yang hilang
sensoriknya merupakan bagian tubuh yang disarafi oleh serabut syaraf yang diblok.
Blok infiltrasi adalah penyuntikan obat anestetik local di area yang akan dihilangkan sensasi
sensoriknya. Blok ini bersifat terbatas di area yang disuntikkan. Bagian syaraf yang diblok merupakan
cabang terminal dari suatu serabut syaraf
Persyarafan jari tangan :
16
Syaraf digiti berasal dari nervus medianus dan nervus ulnaris yang bercabang di bagian distal telapak
tangan menjadi nervus yg mensyarafi bagian volar, ujung jari dan bagian bawah kuku.
Persyarafan penis :
Penis disyarafi oleh persyarafan yang berasal dari nervus pudendal dan pleksus pelvis. Syaraf bagian
dorsal dari penis bercabang di level symphisis pubis menjadi dua syarah dorsal penis yang memberi
inervasi ke batang penis.
Obat anestetik local :
1. Bupivakain 0,5% ( 5mg/ml), durasi 120-360 menit, dosis maksimal 2,5 mg/kgbb
2. Lidokain 2% (20mg/ml), durasi 120-180 menit, dosis maksimal 5mg/kgbb
Pada blok digiti dan penile, obat anestetik local tidak boleh dicampur dengan efinefrin/adrenalin
17
Checklist Block Digiti
No. Kegiatan
1. Persiapkan perlengkapan dan obat
2. Memberi penjelasan kepada pasien
Mencuci tangan dan memasang sarung tangan
3. Letakkan tangan pasien di tempat yg datar atau ditopang oleh asisten
Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan menggunakan betadine lalu swab
4.
dengan alkohol
5. Tusukkan jarum di titik dorsolateral pangkal jari, suntikkan dg membuat skin wheal
Tusukkan jarum ke anterior ke arah pangkal falangs sampai kontak dg falangs, sambil
6.
memperhatikan ujung jarum tidak menembus kulit palmar
Tarik jarum 1-2 mm, lakukan aspirasi, bila tidak ada darah suntikkan 1 ml obat anestetik
7.
lokal
Sambil menarik keluar jarum, suntikkan 1 ml obat anestetik lokal secara kontinyu sampai
8.
jarum keluar dari kulit
9. Tekan dan usap dg swab alkohol di tempat bekas tusukan
10. Lakukan langkah-langkah yang sama pada sisi lainnya dari pangkal jari
11. Alat-alat dirapikan dan/atau dibuang sesuai tempatnya
18
Panduan dan Checklist Punksi arteri dan AGD
Indikasi :
Mengambil darah arteri untuk pemeriksaan analisa gas darah
Komplikasi :
1. Hematoma subkutis
2. Infeksi
Sasaran Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menerangkan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya.
2. Mahasiswa dapat melakukan tindakan desinfeksi.
3. Mahasiswa dapat menentukan lokasi arteri yang akan dipungsi.
4. Mahasiswa dapat melakukan tindakan pungsi arteri dengan benar.
5. Mahasiswa dapat membersihkan dan membuang sampah tajam/infeksius pada tempatnya.
Peralatan :
1. Alat pelindung diri (handskun)
2. Set phantom tangan untuk pungsi arteri
3. Spuit 3 cc + heparin + gabus penutup jarum
4. Kapas alkohol pada tempatya
5. Kain pengalas + handuk kecil pengganjal
6. Kasa dan plester
7. Bengkok untuk tempat bahan kotor, spuit bekas/samapah tajam
Checklist :
No KETRAMPILAN
19
7 Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan menggunakan kapas alkohol.
Raba kembali pulsasi arteri dengan tangan kiri menggunakan dua jari, jari tengah dan jari
8 telunjuk, renggangkan kedua jari tersebut sehingga kulit diantaranya ikut terenggang, sebagai
tempat penusukan.
Spuit 3 cc yang sudah berisi heparin dipegang dengan tangan kanan seperti memengang pensil.
Jarum ditusukan di daerah yang sudah terinfeksi (no. 8)
9
Pada a. Radialis posisi jarum ± 450
Pada a. Brachialis posisi jarum ± 600
Pada a. Femoralis ± 900
Setelah arteri tertusk, tekanan arteri akan mendorong penghisap spuit sehingga darah akan
10
mengisi spuit.
Setelah terisi sebanyak ± 2 cc jarum dicabut dan diusahakan agar udara jangan sampai terisap
11
oleh spuit. Ujung jarum segera ditutup karet/gabus.
Bekas tusukan ditekan dengan kasa steril selama 5 – 10 menit, kemudian ditutup dengan kasa
12
betadin dan plester
13 Alat-alat dirapikan dan atau dibuang sesuai tempatnya.
20
Panduan dan Checklist Insersi Kateter
(sebenarnya tidak dilakukan di modul renal ini, tapi karena dikasih jadi disertakan sekalian
yaa.. Harusnya ini bahan kuliah KKD yang waktu itu ga jadi)
Tujuan Umum :
Mampu melakukan Insersi Kateter
Penjelasan :
Teman-teman bisa lihat videonya yaaa di dropbox..
Checklist :
No Ketrampilan
1 Mengucapkan salam
2 Mempersilahkan berbaring
3 Cuci tangan
4 Pakai Hand scond (sarung tangan steril)
Berdiri di sisi kiri (bila right handed)
5
Berdiri di sisi kanan (bila left handed/kidal)
6 A dan anti sepsis daerah penis dan sekitarnya
7 Pasang duk steril
8 Memegang penis dengan tangan kiri
9 Memasukkan jelly dengan tangan kanan dengan tehnik steril
10 Memasukkan kateter dengan gentle dengan tangan kanan
11 Memastikan kateter masuk ke dalam kandung kemih
12 Mengisi balon kateter dengan cairan
21
S
iepend F
KUI
201
1
K
ump
ul
anPa
nd
uand
anCh
ec
kl
i
stK
KD
Modu
l K
AR
DIOVASK
UL
AR
C
ont
r
ib
ut
or:
T
i
mKe
poK
KD2
011
Daftar Isi
Jadwal KKD Modul Kardiovaskular 2013 .......................................................................................... 2
Panduan dan Checklist EKG ............................................................................................................. 4
Panduan dan Checklist PF ABI .......................................................................................................... 9
Panduan dan Checklist PF Homan’s Sign ......................................................................................... 12
Panduan dan Checklist PF Prekordial............................................................................................... 14
Panduan dan Checklist Respirasi / Paru ........................................................................................... 17
1
JADWAL KKD Modul Kardiovaskular Tahun 2013
No Hari Tanggal Jam Kelompok Kegiatan Tempat
Introduksi kkd & briefing materi
1 Senin 13 mei 2013 10.00-10.30
ujian osce kkd-1
10.30-11.30 A, b, c Introduksi ekg R.kuliah anatomi
11.30-12.00 Kuliah pengantar respirasi
13.30-14.00 A,b,c & d Kuliah pengatar pf kardiologi 2
Introduksi kkd & briefing materi
10.30-11.00
ujian osce kkd-1
11.00-12.00 D Introduksi ekg Gd.iasth lt.7
2
A5-8 Ekg 2 Skill lab 2 parasitologi
B1-4 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
B5-8 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
13.00-15.00 C1-4 Ekg 2 Skill lab 2 parasitologi
C5-8 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
D1-4 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
D5-8 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi
10.00-12.00 C5-8 Ekg 2
Senin 3-jun-13 Skill lab 2 parasitologi
13.00-15.00 B5-8 Ekg 2
7 Senin 10 juni 2013 10.00-12.00 C1-4 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
C5-8 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
D1-4 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi
D5-8 Ekg 2 Skill lab 2 parasitologi
13.00-15.00 A1-4 Ekg 2 Skill lab 2 parasitologi
A5-8 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi
B1-4 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
B5-8 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
8 Kamis 13 juni 2013 10.00-12.00 A1-4 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
A5-8 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
B1-4 Ekg 2 Skill lab 2 parasitologi
B5-8 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi
13.00-15.00 C1-4 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
C5-8 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi
D1-4 Ekg 2 Skill lab 2 parasitologi
D5-8 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
9 Jumat 14 juni 2013 09.00-11.00 C1-4 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi
D1-4 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
D5-8 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
13.00-15.00 A1-4 Pf kardiologi 1-2 Skill lab 1
A5-8 Pf kardiologi 2-2 Skill lab 1
B1-4 Pf respirasi 1-2 Skill lab 2 parasitologi
3
Panduan dan Checklist EKG
Tujuan Umum :
Melakukan perekaman EKG pada orang normal.
Tujuan Khusus
- Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan EKG
- Memasang elektroda pada pasien untuk pencatatan 12 sadapan rutin EKG.
- Menjelaskan kepekaan dan kecepatan catat alat pada perekaman EKG.
- Memperoleh rekaman EKG yang memenuhi persyaratan.
Tata kerja :
I. PERSIAPAN PASIEN
1. Sapalah pasien dan lakukan rapporting sebelum anda memulai pemeriksaan.
2. Jelaskan pada pasien apa yang akan anda lakukan.
3. Suruh pasien bertelanjang dada, kemudian berbaring dengan tenang di tempat tidur.
4. Bersihkan kulit dada dan kedua pergelangan tangan dan kaki yang datar dengan kapas
alkohol.
5. Bubuhkan gel elektrolit pada ke-6 elektroda isap dan ke-4 elektroda pergelangan ATAU pada
kulit dada dan ke-2 pergelangan tangan dan kaki yang datar.
P-EKG.2. Mengapa elektroda atau lokasi pemasangan elektroda harus dibubuhi gel
elektrolit?
6. Pasang elektroda lempeng dan isap tersebut pada permukaan kulit yang telah dibersihkan
dan dibubuhi gel elektrolit tadi. (Lihat lokasi pemasangan elektroda isap pada Gambar 2)
7. Hubungkan kabel penghubung pasien dengan elektroda lempeng sebagai berikut:
a. Kabel RA (right arm, merah) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan lengan
kanan
b. Kabel LA (left arm, kuning) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan lengan kiri
c. Kabel LL (left leg, hijau) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan kaki kiri
d. Kabel RL (right leg, hitam) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan kaki kanan
e. Kabel C (chest) untuk sementara dibiarkan dulu
8. Hubungkan kabel C dengan elektroda isap pada tempat-tempat yang sesuai pada orang
percobaan.
4
Gambar 1. Elektrokardiograf
Keterangan:
1 = kabel penghubung tanah (grounding)
2, 3 = kabel penghubung pasien dengan elektroda lempeng
4 = kabel penghubung pasien dengan elektroda isap
5 = elektroda isap
6 = elektroda untuk pergelangan tangan dan kaki
5
GAMBAR 2. TEMPAT ELEKTRODA HISAP PADA SADAPAN PREKORDIAL DAN GAMBARAN EKG
(Sumber: WF Ganong, Rev. of Medical Physiology, edisi 8, 1977)
Keterangan:
V1 : Ruang interkostal IV garis sternal kanan
V2 : Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3 : Pertengahan garis lurus yang menghubungkan V2 dan V4
V4 : Ruang interkostal V kiri di garis medioklavikuler
V5 : Titik potong garis aksila anterior kiri dengan garis mendatar dari V4
V6 : Titik potong garis aksila kiri tengah dengan garis mendatar dari V4 dan V5
6
P-EKG.4. Untuk pemeriksaan EKG rutin berapakah kecepatan catat dan kepekaan alat
yang digunakan?
4. Pastikan bahwa gambaran EKG yang diperoleh telah memenuhi persyaratan teknis.
5. Tuliskan identitas pasien (nama, usia) dan tanggal pencatatan EKG pada kertas hasil EKG.
6. Lepaskan elektroda isap dan lempeng dari tubuh pasien.
7. Bersihkan lokasi pemasangan elektroda dengan kapas alkohol.
8. Rapikan kembali alat EKG yang telah digunakan.
JAWABAN PERTANYAAN
P-EKG.1. Untuk menghilangkan lapisan lemak yang dapat menghambat hantaran arus.
P-EKG.2. Untuk memudahkan hantaran arus listrik antara kulit dengan elektroda.
P-EKG.3. Hal apa yang harus diperhatikan pada saat membubuhkan gel
langsung pada kulit dada?
P-EKG.3. Pembubuhan gel pada kulit dada tempat perlekatan elektroda isap jangan sampai
sambung-menyambung antar elektroda prekordial.
P-EKG.5. Untuk mengetahui bahwa kepekaan alat selama digunakan tidak berubah.
7
Checklist Pemeriksaan :
No. Keterampilan
3. Membubuhkan gel elektrolit pada keenam elektroda hisap dan keempat elektroda lempeng
ATAU pada kulit dada dan kedua pergelangan tangan dan kaki yang telah dibersihkan
4. Memasang elektroda lempeng pada pergelangan tangan dan kaki dengan baik, pada bagian
yang telah dibersihkan dan diberi jelly
5. Menentukan lokasi tempat pemasangan elektroda prekordial yang tepat di dada sambil
memasang elektroda prekordial pada:
V1 – sela iga IV garis sternal kanan
V2 – sela iga IV garis sternal kiri
V3 – antara V2 dan V4
V4 – sela iga V garis midklavikula kiri
V5 – perpotongan garis horizontal melalui V4 – garis aksila anterior
V6 – perpotongan garis hosrisontal melalui V4 – garis aksila media
6. Menghubungkan kabel penghubung pasien dengan elektroda pergelangan tangan dan kaki
yang sesuai:
Kabel merah – lengan kanan
Kabel kuning – lengan kiri
Kabel hijau – tungkai kiri
Kabel hitam – tungkai kanan
7. Menghubungkan kabel penghubung pasien dengan elektroda hisap prekordial yang sesuai
8
Panduan dan Checklist PF Ankle-Brachial Index (ABI)
Tujuan Umum :
Mampu melakukan pemeriksaan ankle-brackhial index (ABI)
Tujuan Khusus :
Setelah mahasiswa mengikuti pemeriksaan ankle-brachial index (ABI), bila diberi pasien mahasiswa :
1. Mampu melakukan pemeriksaan fisik ankle-brachial index (ABI)
No. Keterampilan
Nyalakan alat USG doppler dan letakkan probe doppler dengan sudut 45-60 derajat arah
aliran darah; gerakkan perlahan diatas jelly dengan gerakan memutar sampai suara pulsasi
terdengar paling jelas
5.
Kembangkan manset tekanan darah sampai suara pulsasi menghilang dan naikkan 10-20
6. mmHg dari tekanan saat suara pulsasi menghilang; jangan kembangkan manset sampai
melewati 300 mmHg.
Turunkan tekanan manset perlahan (2 mm/detik) sampai suara pulsasi artrei kembali
7. terdengar. Catat tekanan darah saat suara pulsasi arteri tersebut terdengar. Setelah suara
arteri terdengar sepenuhnya, kendurkan manset sepenuhnya.
Ulang langkah 3 – 7 pada lengan yang lain dan tekanan sistolik lengan tertinggi digunakan
8.
untuk menghitung ABI
Jika terdapat luka / ulkus di kaki, ukurlah tekanan pada tungkai yang sehat lebih dulu;
9. tempatkan manset pengukur tekanan darah 2 cm diatas malleolus lateral. Lindungi /
tutuplah luka / ulkus yang dapat mengkontaminasi manset
9
Palpasi dan temukan pulsasi arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior
10.
Dengan metode yang sama di langkah 5-7, palpasi arteri dorsalis pedis dan tentukan
lokasinya; berikan jelly diatasnya dan dengan menggunakan doppler tentukan tekanan
sistolik arteri dorsalis pedis; jangan mengembangkan manset lebih dari 300 mmHg
11.
Dengan manset berada di posisi yang sama pada kaki yang sama, palpasi dan tentukan
12. lokasi arteri tibialis posterior; berikan jelly diatasnya dan dengan menggunakan doppler
tentukan tekanan sistolik arteri tibialis posterior
Catatlah tekanan sistolik yang lebih tinggi dari 2 pulsasi kaki tersebut untuk penghitungan
13.
ABI di tungkai tersebut
14. Bersihkan jelly dari kaki
Ulang langkah 9-14 pada kaki yang lain dan catat tekanan sistolik yang lebih tinggi dari 2
15.
pulsasi kaki tersebut untuk penghitungan ABI di tungkai tersebut
Cuci tangan setelah prosedur selesai. Bersihkan dan desinfeksi Doppler dan probe dengan
16.
desinfektan atau cairan pembersih sesuai dengan instruksi manufaktur alat
10
Hitung ABI kaki kanan dan kiri dengan membagi tekanan sistolik ankle yang lebih tinggi dari
tiap kaki dengan tekanan sistolik brakial yang lebih tinggi dari lengan
17.
𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑜𝑙𝑖𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑘𝑙𝑒 𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑖𝑟𝑖
ABI kanan/kiri = 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑏𝑟𝑎𝑘𝑖𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Keterangan :
Saat ini telah diajarkan melakukan pemeriksaan ankle brachial indexm(ABI).
Untuk mengerti pemeriksaan tersebut diperlukan pengetahuan anatomi dan faal organ terkait
pemeriksaan ankle brachial index (ABI). Bila belum mendapat pengetahuan tersebut, mahasiswa
diminta untuk belajar sendiri buku anatomi, faal atau buku pemeriksaan (daftar pustaka).
Pada Ketrampilan klinik dasar yang diajarkan adalah cara melakukan pemeriksaan pada keadaan
normal sedangkan pemeriksaan pada keadaan patologi akan diajarkan pada semester 7 s/d 10.
Tetapi kewaspadaan keadaan patologi mulai diajarkan dengan pertanyaan apakah terdapat kelainan
pada pemeriksaan ankle brachial index misalnya nilai ABI dibawah 0.9. Bila didapatkan hal ini berarti
terdapat keadaan patologis pada pasien.
Berlatih sesering mungkin akan meningkatkan ketrampilan dalam melakukan pemeriksaan .
Selamat berlatih
Kepustakaan :
1. Swartz MH: Texbook of Physical Diagnosis: history and examination, edisi 5, 2006, Saunders
Elsevier
2. American Heart Association. Measurement and Interpretation of Ankle-Brachial Index: A
Scientific Statement From American Heart Association. Circulation. 2012;126:2890-2909
3. Bickley LS dan Szilagyi PG: Bate’s guide to physical examination and history taking, edisi 9,
2007, Lippincott Williams and Wilkins.
4. Setyohadi B dan Subekti I: Pemeriksaan umum. Dalam Sudoyo AW dkk (ed) Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, edisi 4, jilid 1, 2006, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta, 22-38
11
Panduan Pemeriksaan Fisik Tanda Homan (Homan’s Sign)
Tujuan :
Mampu melakukan pemeriksaan fisik tanda Homan (Homan’s Sign).
12
Pada Ketrampilan klinik dasar yang diajarkan adalah cara melakukan pemeriksaan pada keadaan
normal sedangkan pemeriksaan pada keadaan patologi akan diajarkan pada semester 7 s/d 10.
Tetapi kewaspadaan keadaan patologi mulai diajarkan dengan pertanyaan apakah terdapat tanda
Homan yang positif. Bila didapatkan hal ini berarti terdapat keadaan patologis pada pasien.
Berlatih sesering mungkin akan meningkatkan ketrampilan dalam melakukan pemeriksaan .
Selamat berlatih
Kepustakaan :
1. Swartz MH: Texbook of Physical Diagnosis: history and examination, edisi 5, 2006, Saunders
Elsevier
2. Urbano FL. Homans’ Sign in the Diagnosis of Deep Venous Thrombosis. www.turner-
white.com/pdf/hp_mar01_homan.pdf
3. Bickley LS dan Szilagyi PG: Bate’s guide to physical examination and history taking, edisi 9,
2007, Lippincott Williams and Wilkins.
4. Setyohadi B dan Subekti I: Pemeriksaan umum. Dalam Sudoyo AW dkk (ed) Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, edisi 4, jilid 1, 2006, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta, 22-38
13
Panduan dan Checklist Pemeriksaan Prekordial
Tujuan Umum :
Mampu melakukan pemeriksaan fisik prekordial
Tujuan Khusus :
Setelah mahasiswa mengikuti pemeriksaan fisik prekordial, bila diberi pasien mahasiswa :
1. Mampu melakukan inspeksi prekordial,
2. Mampu melakukan palpasi prekordial
3. Mampu melakukan perkusi prekordial
4. Mampu melakukan auskultasi prekordial
Checklist Pemeriksaan :
No Ketrampilan
14
Menyebutkan letak iktus kordis
6 Pada palpasi iktus kordis, apakah ada thrill, heaving, lifting, atau tapping
Perkusi Jantung
7 Perkusi pada linea aksilaris anterior kiri untuk mencari batas paru dengan lambung
8 Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan lambung dilakukan perkusi ke medial untuk
menentukan batas kiri jantung
9 Perkusi pada linea parasternalis kiri ke bawah untuk menentukan pinggang jantung
10 Perkusi pada linea midklavikula kanan untuk mencari batas paru dengan hati.
11 Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan hati dilakukan perkusi ke medial untuk
menentukan batas kanan jantung
Pemeriksaan Auskultasi Jantung
12 Melakukan pemeriksaan auskultasi sambil membandingkan dengan meraba pulsasi arteri
carotis
13 Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea midclavicula kiri untuk mendengarkan bunyi katup
mitral
14 Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea parasternalis kiri untuk mendengarkan bunyi katup
pulmonal
15 Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea parasternalis kanan untuk mendengarkan bunyi
katup aorta
16 Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea parasternalis kanan untuk mendengarkan bunyi
katup trikuspid, dibandingkan waktu inspirasi dan ekspirasi
17 Melakukan pemeriksaan secara sistematis dan menyenangkan
18 Melaporkan hasil pemeriksaan prekordial (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
Keterangan :
Hingga saat ini telah diajarkan melakukan anamnesis dan sebagian pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
fisik yang telah diajarkan diantaranya melakukan inspeksi, palpasi, dan perkusi yang akan digunakan
lebih lanjut untuk pemeriksaan prekordial.
Pemeriksaan fisik prekordial meliputi pemeriksaan inpeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Untuk mengerti pemeriksaan tersebut diperlukan pengetahuan anatomi dan faal organ tersebut. Bila
belum mendapat pengetahuan tersebut, mahasiswa diminta untuk belajar sendiri buku anatomi, faal
atau buku pemeriksaan (daftar pustaka).
Pada Ketrampilan klinik dasar yang diajarkan adalah cara melakukan pemeriksaan pada keadaan
normal sedangkan pemeriksaan pada keadaan patologi akan diajarkan pada semester 7 s/d 10.
15
Tetapi kewaspadaan keadaan patologi mulai diajarkan dengan pertanyaan apakah terdapat ..........
Bila didapatkan hal ini berarti terdapat keadaan patologis pada pasien.
Berlatih sesering mungkin akan meningkatkan ketrampilan dalam melakukan pemeriksaan .
Selamat berlatih
Kepustakaan
1. Swartz MH: Texbook of Physical Diagnosis: history and examination, edisi 5, 2006, Saunders
Elsevier
2. Bickley LS dan Szilagyi PG: Bate’s guide to physical examination and history taking, edisi 9,
2007, Lippincott Williams and Wilkins.
3. Setyohadi B dan Subekti I: Pemeriksaan umum. Dalam Sudoyo AW dkk (ed) Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, edisi 4, jilid 1, 2006, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta, 22-38
16
Panduan dan Checklist Pemeriksaan Jasmani Paru
Tujuan Umum :
Mampu melakukan pemeriksaan jasmani paru menurut sistematika yang benar dan bersikap
profesional
Sasaran Pembelajaran :
1. Mampu melakukan pemeriksaan jasmani khususnya paru, secara :
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
2. Mampu menganalisis temuan pemeriksaan paru
No Ketrampilan
1 Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan,
meminta ijin dan meminta subyek melepaskan pakaian atas serta berbaring
Pemeriksaan Inspeksi
Inspeksi keadaan umum berkaitan dengan pernapasan
17
2 Menyebutkan subyek tampak sesak atau tidak
3 Menyebutkan ada tidaknya napas cuping hidung, ada tidaknya penggunaan otot bantu napas
4 Menyebutkan terdengar tidaknya suara serak, mengi,stridor
Inspeksi warna kulit berkaitan dengan pernapasan
5 Menyebutkan ada tidaknya sianosis
6 Menyebutkan warna kulit pucat atau tidak pucat
Inspeksi leher berkaitan dengan pernapasan
7 Menyebutkan ada tidaknya penggunaan otot bantu napas M. Sternokleidomastoideus,
suprasternal
8 Menyebutkan ada tidaknya bendungan vena leher
9 Menyebutkan ada tidaknya pembesaran kelenjar limfe
Inspeksi ekstremitas berkaitan dengan pernapasan
10 Menyebutkan ada tidaknya jari tabuh
Inspeksi Dada Depan
11 Menyebutkan ada tidaknya bendungan vena, benjolan (tumor), ginecomastia, emfisema
subkutis
12 Menyebutkan ada tidaknya retraksi M. interkostal
13 Menyebutkan bentuk dada dengan menilai diameter anteroposterior dibandingkan diameter
sagital, serta besar sudut angulus costae
14 Menyebutkan ada tidaknya penyempitan dan pelebaran sela iga
15 Menyebutkan kesimetrisan hemitoraks kiri i dan kanan (statis) dan saat bernapas (dinamis)
16 Menyebutkan frekuensi pernapasan dengan melihat gerakan dada
17 Menyebutkan sifat pernapasan dengan menilai pergerakan toraks dan abdomen
18 Menyebutkan irama pernapasan
Pemeriksaan Palpasi
Palpasi leher
19 Melakukan perabaan kelenjar limfe : palpasi dengan ujung jari pada daerah submandibula,
sepanjang M. Sternokleidomatoideus dan supraklavikula
20 Melakukan pemeriksaan posisi trakea dengan meletakkan jari telunjuk pada daerah antara
trakea-sternokleidomastoideus, kiri –kanan
Atau
Meletakkan ujung-ujung jari telunjuk, jari tengah, jari manis kanan pada suprasternal notch
Palpasi Dada Depan
21 Palpasi Umum
Melakukan perabaan di seluruh dada untuk menilai ada tidaknya emfisema subkutis, sela iga
dan menilai benjolan/ tumor bila ada
22 Melakukan pemeriksaan ekspansi dada dengan meletakkan kedua telapak tangan pada dada
kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan meminta subyek inspirasi dalam
23 Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan permukaan palmar jari-jari kedua
18
tangan pada dada kiri dan kanan . Minta subyek menyebutkan angka 77 atau 99 berulang-
ulang, dan merasakan dengan teliti getaran suara napas yang ditimbulkannya.
-Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap lokasi
-Melakukan pemeriksaan fremitus secara sistematis dari atas ke bawah
Pemeriksaan Perkusi Dada Depan
24 Perkusi Umum
Melakukan perkusi seluruh dada depan untuk menilai secara umum ada tidaknya kelainan
25 Melakukan perkusi paru secara sistematis
- dilakukan dari apeks paru (daerah supraklavikula)
sampai kebawah
- membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap
Lokasi pemeriksaan
26 Perkusi batas –batas organ pada rongga dada
Batas paru- hati
Perkusi pada garis midklavikula kanan sampai mendapatkan perubahan dari sonor menjadi
redup Kemudian menilai peranjakannya atau batas paru hati saat inspirasi dibandingkan
ekspirasi
Batas jantung kanan (paru dan mediastinum kanan)
Pada posisi 2 jari di atas batas paru-hati dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas
jantung kanan (mediastinum)
27 Batas paru –lambung
Perkusi pada garis aksilaris anterior kiri sampai mendapatkan perubahan dari sonor mejadi
timpani (lambung kosong) atau redup (lambung penuh)
Batas jantung kiri (paru dan mediastinum kiri)
Pada posisi 2 jari di atas batas paru-lambung dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan
batas jantung kiri (mediastinum)
Pemeriksaan Auskultasi Dada Depan
28 Melakukan auskultasi paru secara sistematis
- dilakukan dari apeks paru (daerah supraklavikula)
sampai kebawah
- membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap Lokas pemeriksaan
- konsentrasi pada fase inspirasi dan ekspirasi
Pemeriksaan Dada Belakang
Meminta subyek duduk membelakangi pemeriksa
Inspeksi dada belakang
29 Menyebutkan ada tidaknya benjolan (tumor), kelainan bentuk tulang belakang atau benjolan
pada tulang belakang
Palpasi dada belakang
30 Palpasi Umum
Melakukan perabaan di seluruh dada belakang untuk menilai ada tidaknya emfisema subkutis
19
dan menilai benjolan/ tumor bila ada
31 Melakukan pemeriksaan ekspansi pada dada belakang dengan meletakkan kedua telapak
tangan pada dada belakang kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan meminta
subyek inspirasi dalam
-Melakukan mulai dari bawah skapula
32 Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan permukaan palmar jari-jari kedua
tangan pada dada belakang kiri dan kanan . Minta subyek menyebutkan angka 77 atau 99
berulang-ulang, dan merasakan dengan teliti getaran suara napas yang ditimbulkannya.
-Melakukan di daerah paru belakang mulai dari daerah interskapula ke bawah
-melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap lokasi
Perkusi Dada Belakang
33 Perkusi Umum
Melakukan perkusi seluruh dada belakang untuk menilai ada tidaknya kelainan
34 Melakukan perkusi paru secara sistematis
- dilakukan dari apeks paru (daerah atas skapula)
sampai kebawah (interskapula terus ke bawah skapula)
-membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap
lokasi pemeriksaan
35 Batas paru belakang
Perkusi pada garis skapula kanan dan kiri untuk mencari batas paru belakang kanan dan kiri
, dengan berpedoman kepada korpus vertebra mulai dari vertebra prominens (C7)
Auskultasi Dada Belakang
36 Melakukan auskultasi paru secara sistematis
- dilakukan dari apeks paru (daerah atas skapula),
daerah interskapula terus ke bawah
- membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap
Lokasi pemeriksaan
- konsentrasi pada fase inspirasi dan ekspirasi
20
Persyaratan pemeriksaan jasmani paru :
Dalam melakukan pemeriksaan paru , terdapat hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelumnya, yaitu :
- Bangku periksa sebaiknya datar dan dilapisi kasur tipis
- Pemeriksa berdiri di samping kanan bangku periksa
- Sikap pemeriksa harus tenang
- Sikap subyek yang diperiksa sebaiknya berbaring lurus telentang. Kedua kaki berdempetan,
kedua lengan di samping badan atau lurus ke atas dan kepala menghadap ke depan.
- Bila subyek yang diperiksa tidak dapat berbaring misalnya pada serangan asma, maka subyek
dapat diperiksa dalam posisi duduk dengan kaki tergantung ke bawah di pinggir bangku
periksa
- Sebaiknya subyek yang diperiksa membuka pakaian atas sehingga telanjang dada sampai
batas pinggang. Pada perempuan perlu dijelaskan maksud membuka bagian dada tersebut
yaitu untuk pemeriksaan jasmani paru dengan baik dan tepat.
INSPEKSI
Setelah semua persyaratan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan jasmani paru
yang baik terpenuhi, pemeriksaan dapat dimulai :
Keadaan umum :
1. Perhatikan apakah penderita tampak sesak, baik dalam keadaan diam atau hanya waktu
berbicara
2. Stridor dan suara sesak
3. Terdengarnya mengi dengan telinga biasa menunjukkan adanya bronkospasme yang berat
4. Perhatikan dahak yang dibatukkan; warna, kekentalan, bau dan bongkahan mukus
5. Bunyi gemericik lendir menandakan adanya retensi sekret
Warna Kulit
Perhatikan ada tanda-tanda sianosis atau pucat
1. Sianosis warna kulit menjadi kebiruan atau kelabu akibat kurangnya oksigen dalam darah
2. Kulit pucat berarti anemia atau penyakit kronis
Pada orang dengan warna kulit yang gelap, sianosis menjadi sulit dinilai maka dapat dilihat pada
bibir dan warna kuku.
Ekstremitas
Perhatian adanya jari tabuh (clubbing fingers), yaitu kelainan pada ujung-ujung jari-jari yang
menggembung. Pada jari normal, antara kuku dan kulit ujung jari membentuk sudut 165 .
21
Pada stadium dini atau permulaan pembentukan jari tabuh, sudut 160 ini akan menghilang (lihat
gambar). Cara pemeriksaan untuk mengetahui jari tabuh dapat dilakukan dengan mempertemukan
kedua ujung jari dengan merapatkan masing-masing sisi dorsalnya (gambar). Penyakit-penyakit paru
yang sering, menimbulkan jari tabuh ini adalah bronkiektasis, kanker paru, abser paru, fibrosis kislik
dan fibrosis paru. Penyakit di luar paru yang juga sering menimbulkan gejala ini adalah sirosis hati,
penyakit jantung, kongenital, endokarditis bakteri subakut dan kolitis ulseratif kronik.
Dinding dada
Di dalam rongga dada terdapat paru dan jantung. Pada pembicaraan pemeriksaan jasmani paru
dipisahkan , tetapi karena keduanya terletak dalam rongga dada sukar dihindari kemungkinan
adanya tumpang tindih dalam pembicaraan pemeriksaan jasmani kedua alat -alat organ tersebut.
Untuk memudahkan mendeskripsi kelainan pada pemeriksaan dada diproyeksikan pada beberapa
titik, sudut dan garis sebagai patokan.
22
c) Garis parasternum : garis vertikal yang melalui pertemuan rawan iga
dan tulang kira-kira pertengahan antara garis
midklavikula dengan garis sternum
d) Garis midklavikula : garis vertikal yang melalui tengah-tengah
klavikula, biasanya mengenai papila-mama
e) Garis aksila posterior dan anterior
f) Garis aksila media : garis vertikal melalui tengah-tengah antara garis
aksila anteroir dan aksila posterior
Dada belakang
Daerah interskapula. Ujung bawah skapula setinggi iga ke 7 atau torakal ke 8
Korpus vertebra dihitung dengan pedoman vertebra prominens (C7)
Garis-garis vertikal yang perlu diketahui :
1. Garis skapula kanan dan kiri
2. Garis midspina
Inspeksi dada
Statik dan dinamis
Dada dalam keadaan tidak bergerak (statik) adalah melihat dada tanpa memperhatikan pergerakan
napas. Perhatikan kesimetrisan dada kiri dan kanan. Pada keadaan bergerak, melihat pergerakan
dada kiri dan kanan saat bernapas (dinamis), perhatikan kesimetrisan pergerakan tersebut.
Kelainan yang terdapat pada permukaan dinding dada, sela iga dan bentuk dada.
- Pada permukaan dinding dada kita lihat adakah kelainan kulit, edema subkutis, bendungan
vena, benjolan (tumor), enfisema subkutis atau spider nevi.
- Selain itu juga perlu dilihat kesimetrisan payudara, ginekomasti, atau adanya perlekatan.
Sela iga dilihat melebar atau menyempit.
23
- Sela iga yang melebar dijumpai pada enfisema dan sela iga yang menyempit dapat dijumpai
pada schwarte. Bentuk dada dilihat normal atau abnormal
Pektus ekskavatum
24
Pada keadaan dada bergerak (dinamis), melihat pergerakan napas :
1. Frekuensi pernapasan, normal 12-18/menit. Bila kurang dari 12/menit disebut bradipneu
dan bila lebih dari 18 disebut takipneu. Pad anak frekuensi napas lebih cepat adalah normal.
2. Sifat pernapasan : torakal, abdominal. Lebih sering merupakan kombinasi
3. Irama (ritme) napas :
a. Normal
b. Kussmaul : pernapasan yang cepat dan dalam, didapatkan pada asidosis metabolik
(koma diabetikum)
c. Biot : pernapasan yang tidak teratur dalam irama dan amplitudo, disleing oleh
periode apnu. Didapatkan pad apenderita dengan kerusakan otak
d. Cheyne stokes: pernapasan dengan amplitudo yang mula-mula kecil dan makin
membesar dan surut lagi diseling apnu. Juga didapatkan pada gangguan saraf pusat
e. Pernapasan sighing : pola pernapsan normal yang diselingi inspirasi dalam, biasanya
oleh karena tekanan emosi (stress)
4. Kedalaman : pernapasan yang dangkal dapat dijumpai misalnya pada emfisema
5. Keserasian : pernapasan asimetri ditemukan misalnya pada schwarte (penebalan pleura)
6. Tanda dari Hoover : retraksi abnormal tanpa disertai pengembangan dada, merupakan
petunjuk kontraksi diafragma yang buruk pada penderita dengan obstruksi jalan napas
PALPASI
Perabaan dengan menggunakan telapak tangan dan jari-jari untuk mencari kelainan yang tidak
terlihat pada inspeksi atau mengkonfirmasi dan mendapatkan data yang lebih detail dari kelainan
pada inspeksi.
25
Leher
Pada daerah leher dilakukan palpasi untuk beberapa pemeriksaan :
1. Pembesaran kelenjar getah bening (limfe)
Perabaan pembesaran kelenjar getah bening di daerah submandibula, sepanjang
sternokleidomatoideus dan supraklavikula. Pembesaran kelenjar getah bening di daerah
tersebut dapat memberi petunjuk bagi kelainan di paru, seperti pembesaran kelenjar getah
bening di supra klavikula pada kanker paru, pembesaran kelenjar getah bening di daerah
sepanjang sternokleidomatoideus misalnya pada tuberkulosis, infeksi saluran napas atas,
dan lain-lain.
2. Posisi trakea
Menetapkan adanya deviasi trakea sangat penting untuk mengetahui ada tidaknya
pergeseran mediastinum. Pada fibrosis paru atau penebalan pleura atau atelektasis, maka
medistinum dan trakea akan tertarik ke sisi yang sakit tersebut; sedangkan pada efusi pleura
atau penumotoraks atau massa tumor yang mendorong medistinum maka trakea dan
mediastinum akan terdorong ke sisi yang sehat.
Pemeriksaan posisi trakea , dengan meletakkan jari telunjuk pada daerah (kiri dan kanan)
antara m. sternokleidomasteoideus dan trakea.
Cara lain adalah dengan meletakkan ujung-ujung jari telunjuk, jari tengah, jari manis kanan
pada daerah suprasternal notch; dan meraba posisi trakea di tengah (ujung jari tengah) atau
bergeser ke kanan (jari telunjuk )atau ke kiri (jari manis)
.
Palpasi Dada
a. Ekspansi Dada
Normalnya dinding dada ekspansi simetrik saat inhalasi dalam. Ekspansi tersebut dapat
dievaluasi pad adada depan dan dada belakang. Pada dada depan, tangan pemeriksa
diletakkan sepanjang anterolateral dada dengan kedua ibu jari saling berhadapan (lihat
gambar). Dari garis tengah dapat dilihat perbedaan relatif gerakan dada (lihat gambar)
26
Pemeriksaan ekspansi dada depan
Pada dada belakang, tangan pemeriksa diposisikan sepanjang posterolateral dada dengan kedua ibu
jari bertemu pada daerah vertebra torakalis 8 (T8)
27
Fremitus taktil akan melemah (berkurang) pada penderita obese atau otot yang tebal,
rongga pleura terisi udara (pneumotoraks), rongg apleura terisi cairan (efusi pleura),
fremitus vokal menurun bermakna atau tidak ada fremitus vokal.
Fremitus taktil adalah relatif suatu penilaian kasar, tetapi sebagai teknik panduan
pemeriksaan fremitus taktil dapat membantu agar pemeriksa memperhatikan kemungkinan
abnormalitas. Kemudian akan dikonfirmasi/ dicek dengan mendengarkan suara napas
secara auskultasi.
PERKUSI
Perkusi adalah pemeriksaan dengan mengetok permukaan dada untuk mengevaluasi struktur di
bawahnya. Perkusi dada menghasilkan bunyi (sound) dan vibrasi raba (palpable vibration) yang
berguna untuk evaluasi jaringan di bawahnya. Perkusi dapat mengevaluasi paru sampai kedalaman
5-7 cm di bawah dinding dada.
Perkusi dilakukan dengan cara mengetok jari tengah kiri yang diletakkan pada permukaan dada
depan/ dada belakang dengan ujung jari tengah kanan tangan kanan. Sendi pergelangan bertindak
sebagai aksis. Suara yang ditimbulkan oleh ketukan tersebut merupakan karakteristik perkusi :
1. Sonor, pada jaringan paru yang normal/ sehat
2. Hipersonor, pada paru yang banyak mengandungudara seperti emfisema, maupun
pneumotoraks
3. Redup, bila mengenai jaringan padat massa, konsolidasi atau atelektasis, atau cairan
4. Pekak, mengenai haringan yang sangat padat, massa luas atau cairan masif
5. Timpani, terdengar pada perkusi lambung akibat getaran udara di dalam lambung, dapat
terdengar juga pada pneumotoraks yang luas atau lokal
Batas-batas organ dalam rongga dada dan rongga abdomen
Dengan perkusi dapat ditentukan batas-batas organ
a) Batas paru – hati. Perkusi pada garis midklavikula kanan, bising ketok sonor menjadi redup,
normal pada sela iga ke enam. Peranjakan antara inspirasi dan ekspirasi umumnya dua jari
28
b) Batas paru – lambung. Perkusi pada garis aksilaris anterior kiri, bising ketok sonor menjadi
timpani. Normal pada sela iga ke delapan, sangat tergantung dari ada tidaknya isi lambung.
c) Batas jantung/ mediastinum kanan. Sebagaimana batas paru – hati, perkusi pada garis
midklavikula kanan, bising ketok sonor menjadi redup kemudian 2 jari di atas tempat
tersebut dilakukan perkusi lagi ke arah medial (sternum) sampai terdengar perubahan dari
sonor menjadi redup, normal antara garis midsternum dan sternum kanan
d) Batas jantung/ mediastinum kiri. Sebagaimana batas paru – lambung, perkusi pada garis
aksilaris anterior kiri, bising ketok sonor menjadi timpani kemudian 2 jari di atas tempat
tersebut dilakukan perkusi lagi ke arah medial (sternum) sampai terdengar perubahan dari
sonor menjadi redup, normal sedikit sebelah medial dari garis midklavikula kiri.
Teknik perkusi
Daerah kronig yaitu daerah supraklavikula didapatkan perkusi yang sonor, seluas tiga sampai empat
jari di pundak. Kelainan di dalam puncak paru dapat menyebabkan hilangnya daerah kronig.
Batas paru belakang bawah ditentukan pada garis skapula, dilakukan perkusi ke bawah sampai
mendapatkan perubahan bising ketok sonor menjadi redup. Pada paru kiri belakang biasanya
setinggi vertebra torakalis 10 (T10) dan satu jari lebih tinggi pada paru kanan.
AUSKULTASI
Merupakan pemeriksaan terpenting dari seluruh pemeriksaan jasmani paru yang harus dikuasai
benar dalam mengenal dan menilai kelainan paru.
29
Dasar-dasar auskultasi paru
1. Pendengaran
Kebanyakan suara napas berada pada daerah frekuensi dimana telingan kurang sensitif
menerima. Rata-rata orang muda dapat mendengar getaran suara di antara frekeunsi 16
sampai 10.000 Hz. Sensitiviti itu menurun pada frekuensi di bawah 1000 Hz. Suara napas
normal umumnya berada pada 500 Hz atau kurang, oleh karena itu mudah dimengerti bila
telinga menjadi kurang peka menangkap suara tersebut. Untuk dapat mendengar suara
napas dengan baik, perlu ruangan yang sunyi, tenang dan kadang-kadang dengan mata
tertutup (konsentrasi).
2. Stetoskop
Digunakan untuk membantu mendengar lebih baik disamping faktor estesis. Stetoskop
modern sekarang terdiri dari gabungan dua jenis stetoskop, yaitu tipe
bell dan tipe membran (Bowles). Tipe bell digunakan terutama untuk nada rendah (low
pitched). Tipe membran yang berdiameter lebih lebar, lebih cocok untuk nada-nada tinggi
(high pitched)
Stetoskop
3. Sumber bunyi
Turbulensi aliran udara pernapasan yang merupakan sumber suara utama. Walaupun ada
dua jenis aliran udara lainnya yaitu aliran laminer dan vortices. Aliran udara turbulensi
terutama terjadi pada trakea, bronkus-bronkus dan bronkus segmental. Pada bronkus
perifer, aliran yang lambat menjadi laminer yang lemah.
30
Auskultasi mulai dari apeks paru dan sitematik dibandingkan kanan dan kiri , turun kebawah ,
dibandingkan kiri kanan setiap lokasi.
31
tersebut ditimbulkan oleh udara di alveoli, kemudian terbukti bahwa bunyi tersebut ditimbulkan
oleh aliran turbulensi di bronkus-bronkus lobus dan segmental, bukan di alveoli.
2. Bronkial
Bunyi ini mempunyai sifat keras, bernada tinggi (high pitched), kasar, mirip bunyi udara yang
ditiup melalui pipa yang bolong. Bila diteliti ternyata ada ”Gap”. Tidak ada bunyi antara akhir
inspirasi dan awal ekspirasi. Fase ekspirasi lebih keras dan lebih panjang dari inspirasi. Pada
keadaan yang normal dapat didengar di atas manubrium sterni, ada ”Gap” antara fase inspirasi
dan fase ekspirasi. Adanya suara bronkial di bagian perifer paru berarti adanya hantaran bunyi
yang abnormal oleh karena jaringan paru yang memadat.
3. Bronkovesikuler
Bunyi campuran dari bronkial dan vesikuler. Rasio inspirasi dan ekspirasi kira-kira 1:1. Pada
keadaan normal dapat didengar di dua tempat : anterior, dekat bronkus utama kanan kiri pada
sela iga 1 dan 2. Posterior, di antara skapula. Bila didengar di tempat lain berarti ada pemadatan
atau keadaan abnormal lainnya.
4. Trakeal
Bunyi ini umumnya tidak diperiksa rutin auskultasi. Sangat keras, nada tinggi sekali dan besar.
Fase ekspirasi sedikit lebih panjang dari inspirasi. Lebih mirip dengan suara bronkial, dapat
digunakan untuk pedoman dalam menentukan apakah suara napas yang didengar vesikuler atau
bronkial, bila ada keragu-raguan antar keduanya.
32
Bunyi napas pokok dikaitkan dengan kelainan paru
33
Temuan pemeriksaan jasmani paru dikaitkan dengan gambaran foto toraks
Mengi (Wheezing)
Ditimbulkan melalui vibrasi dinding saluran napas yang menyempit, saat udara lewat dengan
velositas yang tinggi. Penyempitan saluran napas dapat disebabkan berbagai hal seperti
bronkospasme, edema mukosa, benda asing dalam bronkus dan lain-lain. Nada pada wheezing tidak
bergantung kepada panjangnya saluran napas yang menyempit, tetapi bergantung kepada derajat
penyempitan saluran napas, semakin berat derat penyempitannya semakin tinggi nada wheezing.
Saat wheezing diidentifikasi, perlu diidentifikasi pula nadanya, intensitasnya dan siklus pernapasan
yang terlibat (inspirasi dan/atau ekspirasi). Semakin berat penyempitan saluran napas, maka
semakin tinggi nadanya, semakin keras intensitasnya dan melibatkan 2 siklus pernapasan. Wheezing
dapat polifonik atau monofonik. Polifonik menunjukkan multiple saluran napas yang menyempit
(obstruksi) misalnya pada asma; sedangkan pada monofonik, saluran napas yang menyempit dapat
single atau multiple. Contoh single monofonik adalah obstruksi pada single jalan napas misalnya
tumor bronkus.
34
Ronki kering (Ronchi = low pitch wheezing)
Mekanisme terjadinya bunyi ini dihubungkan dengan adanya sputum yang banyak pada jalan napas.
Vibrasi lapisan sputum (sputum flap) saat udara lewat menghasilkan bunyi tambahan kontinu
dengan nada rendah dikenal dengan ronki kering, yang dapat berubah/menghilang dengan batuk.
Ronki basah dapat pula terjadi pada keadaan tanpa sekret yang banyak, yaitu melalui mekanisme
terbukanya secara mendadak (akibat perbedaan tekanan saat inspirasi/ udara masuk) jalan napas
kecil yang kolaps , dikenal dengan pop open , terdengar saat inspirasi, misalnya pada pneumonia .
Dahulu dikenal dengan krepitasi.
Stridor
Stridor terjadi melalui mekanisme yang sama dengan wheezing , yang terjadi pada saluran napas
atas. Terdengar walau tanpas stetoskop karena nada tinggi dan intensitas keras denga lokasi pada
saluran napas atas. Penyempitan diameter saluran napas atas dapat disebabkan edema mukosa /
epiglotitis karena infeksi akut (infeksi virus/ croup pada usia anak), inflamasi setelah ekstubasi,
penyempitan karena adanya tumor laring, dll. Stridor lebih sering terdengar saat inhalasi , karena
saluran napas atas cenderung menyempit saat inspirasi kuat ( inspiratory effort).
Cara : Stetoskop diletakkan di atas daerah konsolidasi, bila penderita diminta mengatakan tujuh-
tujuh kata-kata dapat didengar jelas, dikatakan bronkofoni positif.
35
Bunyi lain : Succio hypocrates, adalah bunyi yang dapat didengar apabila dada penderita digoyang-
goyang. Biasanya terdapat pada keadaan-keadaan hidro pneumotoraks. Bunyi yang terdengar
seperti botol terisi air yang tidak penuh.
DAFTAR PUSTAKA
36