Anda di halaman 1dari 24

BUKU SKILLS LAB

PEMERIKSAAN FISIK ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
SEMESTER III
BUKU SKILLS LAB
1. Deskripsi Skills Lab Pediatri
Dalam Skills Lab Pediatri mahasiswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok
belajar yang masing-masing kelompok akan dipandu oleh seorang tutor. Tutor akan
memberikan pengarahan tentang tatacara pemeriksaan fisik pada anak sehat meliputi :
- Anamnesa (history taking) pada penderita anak
- Pemeriksaan fisik pada bayi dan anak yang lebih besar
- Pemeriksaan tumbuh kembang anak
- Pemberian gizi bayi dan anak sehat
Skills Lab Pediatri pada mahasiswa semester III ini akan dibatasi pada lingkup
pemeriksaan fisik anak sehat.

2. Tujuan Pembelajaran
2.1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti Skills Lab Pediatri mahasiswa semester III diharapkan mampu
memahami tatacara rangkaian pemeriksaan fisik pada bayi dan anak sehat.

2.2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah menyelesaikan Skills Lab Pediatri mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan anamnesa untuk penderita anak yang diambil baik dari penderita
sendiri ataupun dari pihak ke tiga untuk bayi atau anak yang lebih kecil.
2. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan anak sehat
3. Melakukan pemeriksaan tumbuh kembang sederhana pada bayi dan anak sehat
4. Menjelaskan kebutuhan gizi pada bayi sehat.

3. Standar Kompetensi
Setelah menyelesaikan Skills Lab Pediatri, mahasiswa diharapkan akan dapat mencapai
kompetensi sebagai mana digariskan dalam buku Standar Kompetensi Dokter Indonesia,
yaitu :

1
1. Memahami dan mampu melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan anak sehat
untuk menunjang keterampilan klinis, memperoleh dan mengelola informasi
yang akurat untudapa mengembangkan managemen penatalaksaan dalam
masalah kesehatanan serta mengembangkan etika dan moral.
2. Mampu mencari dan menganalisis informasi ilmiah yang didapat dari anamnesa
dan pemeriksaan fisik sebagai dasar untuk memecahkan masalah kedokteran.
3. Menerapkan kemampuan mawas diri dengan pola piker ilmiah terkait dengan
hasil pemeriksaan fisik pada anak.

4. ISI SKILLS LAB PEDIATRI


4.1. ANAMNESA (HISTORY TAKING)
Anamnesa atau riwayat penderita didapat dengan cara menanyakan kepada
penderita anak yang sudah agak besar, ataupun hetero anamnesa kepada keluarga atau ibu
penderita bagi bayi atau anak yang masih kecil. Tujuan anamnesa adalah mendapatkan data
yang mengarah pada penegakan diagnosa. Dalam pendekatan anamnesa dan pemeriksaan
fisik perlu mengingat kelompok umur anak :
- Neonatus 0 – 4 minggu
- Bayi tahun pertama
- Pra sekolah 1 - 6 tahun
- Usia sekolah 6 – 15 tahun
Anamnesa pada anak sehat meliputi :
- Umur, tanggal lahir
- Jenis kelamin
- Riwayat kehamilan dan kelahiran
- Pertumbuhan dan perkembangan
- Kegiatan sehari-hari
- Riwayat imunisasi

2
Gambar 1. Jadwal imunisasi sesuai rekomendasi IDAI.
Keterangan : Imunisasi yang tersedia di Puskesmas/ Posyandu adalah BCG, OPV,
Hepatitis Uniject, Pentabio (DPT/ Hib/ HepB) dan Campak

- Riwayat penyakit dahulu


- Riwayat keluarga
- Makanan
ASI eksklusif diberikan sampai usia 6 bulan.
Makanan pendamping ASI mulai diberikan usia 6 bulan berupa sari buah serta bubur
susu. Pada umur 7 – 9 bulan bayi mulai diberikan tim saring yang dilanjutkan dengan tim
kasar pada usia 9 bulan. Pada umur 1 tahun anak sudah dapat diberi makanan keluarga
yang tidak berbumbu keras/ pedas.

3
Gambar 2. Contoh jadwal makanan bayi

4.2. PEMERIKSAAN FISIK


Observasi sebaiknya telah dilakukan sejak permulaan anak memasuki ruangan.
Pemeriksaan keadaan umum meliputi antara lain kesadaran, reaksi terhadap sekitar,
aktifitas, sesak nafas dan ekspresi.
a. Pengukuran-pengukuran
- Pengukuran suhu tubuh
Untuk usia 0 – 1 tahun suhu diukur melalui rectum selama 1 – 3 menit, suhu rektal ini
lebih kurang 0,1° C lebih tinggi daripada pengukuran suhu melalui mulut atau aksila.
Suhu normal bayi 36,5 – 37,5° C, suhu normal anak 36 – 37,2° C
- Denyut nadi
Pengukuran denyut nadi dengan menggunakan ujung jari telunjuk dan jari tengah untuk
meraba dengan lokasi perabaan pada nadi radial di pergelangan tangan dan nadi arteri
femoralis di pelipatan paha. Pada anak sehat denyut nadinya kuat dengan frekuensi :
 Usia < 1 tahun = 110 – 160 x per menit
 Usia 1 – 5 tahun = 95 – 140 x per menit
 Usia 5 – 12 tahun = 80 – 120 x per menit
 Usia > 12 tahun = 60 – 100 x per menit

4
- Frekuensi nafas
Frekuensi nafas dapat ditentukan dengan inspeksi, palpasi atau auskultasi. Frekuensi
nafas dipengaruhi umur, aktifitas, emosi dan penyakit. Frekuensi nafas normal pada anak
 Usia < 1 tahun = 30 – 50 x per menit
 Usia 1 – 5 tahun = 25 – 30 x per menit
 Usia 5 – 12 tahun = 20 – 25 x per menit
 Usia > 12 tahun = 15 – 20 x per menit
- Berat badan
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan elektronik, timbangan
bayi, dacin, maupun timbangan injak yang ditera teratur. Penimbangan bayi dilakukan
dalam keadaan telanjang sedangkan pada anak dengan memakai baju dalam saja.
- Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai dengan usia 2 tahun dengan berbaring
menggunakan infantometer. Bagian atas infantometer menempel pada ubun-ubun bayi
sedangkan bagian bawah menempel pada telapak kaki bayi setelah tungkai bayi
diluruskan. Anak usia di atas 2 tahun diukur dengan berdiri menggunakan alat
stadiometer yang mengukur tinggi badan dari telapak kaki sampai permukaan puncak
kepala.

A B

Gambar 3. Pengukuran panjang badan (A) dan tinggi badan (B)

5
A B

Gambar 4. Grafik panjang/tinggi badan untuk umur WHO/NCHS anak laki-laki dan perempuan

6
Gambar 5. Grafik berat badan untuk umur WHO/NCHS anak laki-laki dan perempuan

7
Gambar 6. Grafik berat badan untuk panjang badan WHO/NCHS anak laki-laki dan perempuan
- Indeks masa tubuh ( Body Mass Index ) 8
Pengukuran indeks massa tubuh didapatkan dari data berat badan dan tiggi badan. Dapat
dihitung dengan rumus : BB (kg) / TB2 (m)
Gambar 7. Grafik IMT/ BMI untuk umur WHO/ NCHS anak laki-laki dan perempuan

9
Gambar 8. Tabel interpretasi kurva pertumbuhan WHO/ NCHS
Keterangan : Stunted = perawakan pendek, Severely stunted = sangat pendek/ kerdil,
Underweight = gizi kurang, Severely underweight = gizi buruk, Wasted = kurus,
Severely wasted = sangat kurus, Overweight = gizi lebih, Obese = obesitas

- Lingkar kepala

Lingkar kepala diukur dengan cara mengukur


lingkaran oksipitofrontal. Standar Nellhaus untuk
lingkar kepala anak laki-laki dan perempuan
sejak lahir hingga usia 18 tahun dipakai secara
internasional.

Gambar 9. Pengukuran lingkar kepala


b. Kulit
10
Pemeriksaan kulit anak yang sehat tidak tampak pucat (anemis), kuning (ikterus),
atau kebiruan (sianosis). Permukaan kulit cukup halus tanpa adanya tanda-tanda
perlukaan, perdarahan (petekie, ekimosis, hematom) dengan pigmentasi yang normal
(tidak hipo atau hiper pigmentasi), tidak didapatkan adanya pembengkakan (edema) serta
turgor kulit yang normal.
Cara memeriksa turgor dengan mencubit kulit di bagian perut beberapa waktu
kemudian dilepaskan kembali. Pada turgor yang normal kulit akan segera kembali pada
keadaan semula, akan tetapi bila turgor berkurang maka kulit tidak segera kembali akan
tetapi memerlukan beberapa waktu.
Pemeriksaan adanya pembengkakan (edema) dengan menekan kulit beberapa waktu
maka kulit akan cekung untuk kemudian kembali perlahan-lahan. Pemeriksaan dilakukan
pada tungkai bawah daerah tibia, dorsum pedis, dan pada daerah sacrum. Juga dapat
dilihat pada muka, pipi dan palpebra mata.

Gambar 10. Pemeriksaan turgor kulit (A) dan edema (B)

c. Kepala dan Leher


- Inspeksi adanya kelainan pada kepala misalnya caput succedaneum, cephal hematom,
kelainan kongenital seperti hidrosefalus dan mikrosefali
- Fontanela pada bayi menutup bervariasi. Fontanela posterior menutup antara 4 minggu -
4 bulan, sedangkan fontanela anterior pada usia 8 – 18 bulan.
- Inspeksi pada muka dilihat apakah simetris, adanya hipertolerisme maupun mongoloid
face
11
- Mata diperiksa adanya nystagmus, keradangan mata, strabismus, warna sclera serta visus
atau penglihatan. Kebanyakan bayi baru lahir dapat mengikuti secara horisontal pada
hal-hal tertentu misalnya muka orang. Mula-mula gerakan mata tidak terarah dan
kadang-kadang seperti juling. Pada usia 6 minggu kedua mata bergerak bersama apabila
mengikuti sumber cahaya.
- Hidung diperhatikan bentuknya, sekret, dan gerakan cuping hidung.
- Pemeriksaaan mulut meliputi warna bibir, luka pada mulut, gusi, gigi geligi, mukosa
mulut, palatum, lidah, uvula, dinding faring dan tonsil.
- Telinga diperhatikan adanya sekret, perlukaan dan respon terhadap suara.
- Pemeriksaan pembesaran kelenjar getah bening pada leher dan belakang kepala.

d. Thoraks/ Dada
- Pada bayi thoraks berbentuk bulat (sirkular) atau barrel chest, sedang pada anak besar
berbentuk elips. Bentuk seperti corong atau funnel chest dengan mencekungnya sternum
kemungkinan karena kelainan kongenital demikian juga pada pigeon chest.

A B

Gambar 11. Barrel chest (A), pigeon chest (B) dan funnel chest (C)

- Pada inspeksi dinding dada dicari adanya tarikan dinding dada ke dalam serta inspeksi
periode inspirasi dan ekspirasi
12
- Diperhatikan pola nafas, antara lain pernafasan Cheyne Stokes dan pernafasan
Kussmaul. Pernafasan Kussmaul ditandai dengan pola nafas yang cepat dan dalam
sedangkan pernafasan Cheyne Stokes ditandai dengan periode pernafasan dalam dan
cepat diselingi oleh periode lambat dan dangkal atau periode apnea.
e. Abdomen/ Perut
- Pada inspeksi diperhatikan bentuk perut, distensi abdomen serta umbilikus pada bayi.
- Pada perabaan / palpasi dicari adanya ketegangan dinding perut, nyeri tekan, benjolan
atau tumor serta perabaan hati dan limpa.
- Menentukan pembesaran hati dengan pengukuran 3 dimensi a x b x c dengan cara :
a. Dari inguinal mid clavicular line kanan ke arah atas sampai costa bawah kanan mid
clavicular line
b. Dari umbilicus ke arah costa bawah kanan mid clavicular line
c. Dari umbilicus ke arah procesus xiphoideus
- Menentukan besar limpa dengan metode Schuffner dengan gradasi 1 – 8 yang diukur
dengan perabaan dari SIAS kontra lateral ke arah arcus costa kiri.. Pembesaran limpa S4
perabaan sampai umbilikus, S8 pada SIAS kontra lateral.

Hepar
Limpa

Gambar 12. Pemeriksaan hepar dan limpa 13


f. Genitalia
- Pada anak laki-laki diperhatikan orificium urethra, hipospadia, epispadia, hidrokel dan
hernia.
- Pada anak perempuan dilihat adanya sekret, sekret vagina keputihan hingga hemoragis
pada bayi pada umumnya normal sampai usia 4 minggu.
A

B C

Gambar 13. Hipospadia dan epispadia (A), hydrocele (B), hernia (C)

g. Rectum dan Anus


- Dilihat adanya iritasi, fisura, prolapsus, atresia ani ataupun anus imperforate.

h. Ekstremitas
- Pemeriksaan umum adanya deformitas, kelumpuhan, edema dan cara berjalan.
- Pemeriksaan sendi-sendi.
- Pemeriksaan jari-jari, dilihat adanya kelainan bawaan seperti polidaktili, sindaktili, serta
clubbing finger atau jari tabuh.

14
i. Pemeriksaan refleks pada bayi
- Sucking reflex, sebagai respon menyusu terhadap puting maupun jari pemeriksa pada
mulut bayi.
- Rooting reflex, kepala bayi akan berpaling ke arah muka yang disentuh.
- Traction response, bayi dalam posisi berbaring kemudian ditarik kedua tangannya ke
posisi duduk. Respon mula-mula kepala terkulai ke belakang kemudian berusaha
menegakkan kepala sesaat.
- Palmar grasp reflex, dengan cara meletakkan jari pemeriksa pada telapak tangan bayi
maka bayi akan menggenggam.
- Vertical suspension positioning, pada bayi normal kepala tetap berada di garis tengah,
fleksi pada semua anggota gerak untuk menahan gaya berat.
- Moro reflex, bayi dalam posisi telentang kemudian kepalanya dibiarkan jatuh beberapa
senti dengan cepat dan hati-hati ke tangan pemeriksa maka bayi akan kaget dengan
lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan tangan terbuka disusul dengan
gerakan lengan adduksi dan fleksi.
- Tonic neck reflex, bayi dalam posisi telentang kepala di garis tengah dan anggota gerak
dalam posisi fleksi kemudian kepala ditolehkan ke kanan maka akan terjadi ekstensi
anggota gerak kanan.

15
A B C

Gambar 14. Reflex rooting (A), Palmar grasp (B), Moro (C), Tonic neck (D)

4.3. PEMANTAUAN PERKEMBANGAN BALITA


a. Gerak Motorik Dasar
- Umur 1 bulan : tangan dan kaki aktif bergerak.
- Umur 2 bulan : menahan kepala dan mengangkat kepala ketika ditengkurapkan.
- Umur 3 bulan ; kepala tegak ketika didudukkan.
- Umur 4 – 5 bulan : tengkurap dan telentang sendiri.
- Umur 6 – 7 bulan : dapat didudukkan dengan menahan badan dengan kedua tangan.
- Umur 7 – 8 bulan : dapat didudukkan tanpa berpegangan.
- Umur 8 – 9 bulan : dapat duduk sendiri.
- Umur 9 – 11 bulan : berdiri berpegangan.
- Umur 12 – 15 bulan : berdiri tanpa berpegangan.
- Umur 15 bulan : berjalan.
- Umur 18 bulan : naik tangga.
- Umur 24 bulan : menendang bola.
b. Gerak Motorik Halus
- Umur 1 – 2 bulan : kepala menoleh ke samping kanan dan kiri.
16
- Umur 3 – 4 bulan : memegang mainan.
- Umur 5 – 6 bulan : meraih, menggapai.
- Umur 7 – 8 bulan : mengambil mainan dengan tangan kanan dan kiri.
- Umur 9 bulan : menjimpit.
- Umur 10 – 11 bulan : memukulkan mainan di kedua tangan.
- Umur 12 bulan : memasukkan mainan ke cangkir.
- Umur 15 bulan : mencoret-coret.
- Umur 18 bulan : menumpuk 2 mainan.
- Umur 24 bulan : menumpuk 4 mainan.

c. Komunikasi dan Berbicara


- Umur 2 bulan : bersuara
- Umur 3 – 4 bulan : tertawa
- Umur 5 – 6 bulan : menoleh ke arah suara
- Umur 7 – 8 bulan : mengoceh
- Umur 11 – 14 bulan : memanggil mama, papa.
- Umur 15 – 18 bulan : berbicara 2 kata.
- Umur 18 – 2 tahun : berbicara beberapa kata / kalimat.
- Umur 2 tahun : mampu menunjuk gambar
d. Sosial dan Kemandirian
- Umur 1 – 2 bulan : menatap wajah ibu atau pengasuhnya.
- Umur 2 – 3 bulan : tersenyum spontan
- Umur 3 – 4 bulan : memandang tangannya.
- Umur 5 – 6 bulan : meraih mainan.
- Umur 6 – 8 bulan : memasukkan biscuit ke mulut.
17
- Umur 9 bulan : melambaikan tangan.
- Umur 10 bulan : bertepuk tangan.
- Umur 11 – 12 bulan : menunjuk, meminta.
- Umur 12 – 15 bulan : bermain dengan orang lain.
- Umur 15 bulan : minum dari gelas.
- Umur 18 bulan : menyuapi boneka dengan sendok.
- Umur 24 bulan : melepas pakaian dan memakai pakaian.
PENILAIAN PEMERIKSAAN FISIK ANAK 18
19
No. Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2
1. Pemeriksa memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pemeriksaan
kepada pasien.
2. Melakukan anamnesa pada anak yang meliputi :
- Umur, tanggal lahir
- Jenis kelamin
- Riwayat kehamilan dan kelahiran
- Pertumbuhan dan perkembangan
- Kegiatan sehari-hari
- Riwayat imunisasi
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat keluarga
- Makanan
3. Untuk usia 0 – 1 tahun suhu diukur melalui rektum. Termometer
dimasukkan ke dalam rektum selama 1 – 3 menit, lalu dikeluarkan dan
dicek air raksa di termometer pada angka berapa. Pada usia yang lebih
besar, suhu dicek pada mulut atau pada aksilla selama 3 menit.
4. Pengukuran denyut nadi dengan menggunakan ujung jari telunjuk dan jari
tengah untuk meraba dengan lokasi perabaan pada nadi radial di
pergelangan tangan dan nadi arteri femoralis di pelipatan paha, dihitung
berapa kali denyut nadi dalam satu menit.
5. Frekuensi nafas dapat ditentukan dengan inspeksi, palpasi atau auskultasi
pada thoraks, dihitung berapa kali inspirasi dan ekspirasi dalam satu
menit.

6. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan elektronik,


timbangan bayi, dacin, maupun timbangan injak yang ditera teratur.
Penimbangan bayi dilakukan dalam keadaan telanjang sedangkan pada
anak dengan memakai baju dalam saja. Catat berat badan yang tertera.
7. Pengukuran tinggi badan pada anak sampai dengan usia 2 tahun dengan
berbaring menggunakan infantometer. Bagian atas infantometer
menempel pada ubun-ubun bayi sedangkan bagian bawah menempel
pada telapak kaki bayi setelah tungkai bayi diluruskan. Catat tinggi
badan yang didapatkan. Anak usia di atas 2 tahun diukur dengan berdiri
menggunakan alat stadiometer yang mengukur tinggi badan dari telapak
kaki sampai permukaan puncak kepala. Catat tinggi badan yang
didapatkan.
8. Pengukuran indeks massa tubuh didapatkan dari data berat badan dan
tiggi badan. Dapat dihitung dengan rumus : BB (kg) / TB2 (m)

9. Lingkar kepala diukur dengan cara mengukur lingkaran oksipitofrontal


(sedikit di atas supraorbita pada bagian anterior dan oksiput yang paling
menonjol pada bagian posterior). Catat ukuran yang didapatkan.

10. Pada inspeksi, kulit anak yang sehat tidak tampak pucat (anemis), kuning
(ikterus), atau kebiruan (sianosis). Permukaan kulit cukup halus tanpa
adanya tanda-tanda perlukaan, perdarahan (petekie, ekimosis, hematom)
dengan pigmentasi yang normal (tidak hipo atau hiper pigmentasi), tidak
didapatkan adanya pembengkakan (edema) serta turgor kulit yang normal

11. Cara memeriksa turgor dengan mencubit kulit di bagian perut beberapa
waktu kemudian dilepaskan kembali. Pada turgor yang normal kulit akan
segera kembali pada keadaan semula, akan tetapi bila turgor berkurang
maka kulit tidak segera kembali akan tetapi memerlukan beberapa waktu

12. Pemeriksaan adanya pembengkakan (edema) dengan menekan kulit


beberapa waktu maka kulit akan cekung untuk kemudian kembali
perlahan-lahan. Pemeriksaan dilakukan pada tungkai bawah daerah tibia,
dorsum pedis, dan pada daerah sacrum. Juga dapat dilihat pada muka,
pipi dan palpebra mata.

13. Inspeksi adanya kelainan pada kepala misalnya caput succedaneum,


cephal hematom, kelainan kongenital seperti hidrosefalus dan
mikrosefali.

14. Inspeksi pada muka dilihat apakah simetris, adanya hipertolerisme


maupun mongoloid face

15. Mata diperiksa adanya nystagmus, keradangan mata, strabismus, warna


sclera serta visus atau penglihatan. Kebanyakan bayi baru lahir dapat
mengikuti secara horisontal pada hal-hal tertentu misalnya muka orang.
Mula-mula gerakan mata tidak terarah dan kadang-kadang seperti juling.
Pada usia 6 minggu kedua mata bergerak bersama apabila mengikuti
sumber cahaya.
16. Hidung diperhatikan bentuknya, sekret, dan gerakan cuping hidung

17. Pemeriksaaan mulut meliputi warna bibir, luka pada mulut, gusi, gigi
geligi, mukosa mulut, palatum, lidah, uvula, dinding faring dan tonsil.

18. Telinga diperhatikan adanya sekret, perlukaan dan respon terhadap suara.
19. Pemeriksaan pembesaran kelenjar getah bening pada leher dan belakang
kepala.

20. Inspeksi bentuk thoraks. Pada bayi thoraks berbentuk bulat (sirkular)
atau barrel chest, sedang pada anak besar berbentuk elips. Bentuk seperti
corong atau funnel chest dengan mencekungnya sternum kemungkinan
karena kelainan kongenital demikian juga pada pigeon chest.

21. Pada inspeksi dinding dada dicari adanya tarikan dinding dada ke dalam
serta inspeksi periode inspirasi dan ekspirasi.

22. Diperhatikan pola nafas, antara lain pernafasan Cheyne Stokes dan
pernafasan Kussmaul. Pernafasan Kussmaul ditandai dengan pola nafas
yang cepat dan dalam sedangkan pernafasan Cheyne Stokes ditandai
dengan periode pernafasan dalam dan cepat diselingi oleh periode lambat
dan dangkal atau periode apnea.

23. Pada inspeksi diperhatikan bentuk perut, distensi abdomen serta


umbilikus pada bayi.

24. Pada perabaan / palpasi dicari adanya ketegangan dinding perut, nyeri
tekan, benjolan atau tumor serta perabaan hati dan limpa.

25.
Me Menentukan pembesaran hati dengan pengukuran 3 dimensi
a x b x b x c dengan cara :
a. Dari inguinal mid clavicular line kanan ke arah atas sampai costa
bawah kanan mid clavicular line
d. b. Dari umbilicus ke arah costa bawah kanan mid clavicular
e. line
f. c. Dari umbilicus ke arah procesus xiphoideus

26. Menentukan besar limpa dengan metode Schuffner dengan gradasi 1 – 8


yang diukur dengan perabaan di bawah arcus costa kiri ke arah SIAS
kontra lateral. Pembesaran limpa S4 perabaan sampai umbilikus, S8 pada
SIAS kontra lateral.

27. Pada anak laki-laki diperhatikan orificium urethra, hipospadia, epispadia,


hidrokel dan hernia

28. Pada anak perempuan dilihat adanya sekret, sekret vagina keputihan
hingga hemoragis pada bayi pada umumnya normal sampai usia 4
minggu.
29. Dilihat adanya iritasi, fisura, prolapsus, atresia ani ataupun anus
imperforate.

30. Pemeriksaan umum inspeksi adanya deformitas, kelumpuhan, edema dan


cara berjalan.

31. Pemeriksaan sendi-sendi.

32. Pemeriksaan jari-jari, dilihat adanya kelainan bawaan seperti polidaktili,


sindaktili, serta clubbing finger atau jari tabuh.

33. Sucking reflex, respon menyusu terhadap puting maupun jari pemeriksa
pada mulut bayi.

34. Rooting reflex, kepala bayi akan berpaling ke arah muka yang disentuh.

35. Traction response, bayi dalam posisi berbaring kemudian ditarik kedua
tangannya ke posisi duduk. Respon mula-mula kepala terkulai ke
belakang kemudian berusaha menegakkan kepala sesaat.

36. Palmar grasp reflex, dengan cara meletakkan jari pemeriksa pada telapak
tangan bayi maka bayi akan menggenggam.

37. Vertical suspension positioning, pada bayi normal kepala tetap berada di
garis tengah, fleksi pada semua anggota gerak untuk menahan gaya berat.

38. Moro reflex, bayi dalam posisi telentang kemudian kepalanya dibiarkan
jatuh beberapa senti dengan cepat dan hati-hati ke tangan pemeriksa maka
bayi akan kaget dengan lengan direntangkan dalam posisi abduksi
ekstensi dan tangan terbuka disusul dengan gerakan lengan adduksi dan
fleksi.

39. Tonic neck reflex, bayi dalam posisi telentang kepala di garis tengah dan
anggota gerak dalam posisi fleksi kemudian kepala ditolehkan ke kanan
maka akan terjadi ekstensi anggota gerak kanan.

Total Skor

Anda mungkin juga menyukai