Seorang anak laki-laki dibawa ibunya ke klinik tumbuh kembang di rumah sakit. Dewa, anak
berusia 26 bulan itu hanya bergelayut manja di gendongan sang ibu. Ia baru bisa duduk sendiri sejak
usia 12 bulan dan baru bisa berjalan usia 18 bulan, dan sampai saat ini belum sepatah katapun bisa
diucapkannya, ia hanya menunjuk setiap meminta sesuatu yang diinginkannya. Berdasarkan hasil
pemeriksaan Denver II oleh dokter didapatkan adanya keterlambatan di domain perkembangan
motorik kasar, motorik halus, dan bahasa sesuai usianya. Dokter kemudian melakukan serangkaian
Intervensi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang agar komplikasi dari gangguan tumbuh kembang
tidak terjadi.
PERTANYAAN
1. Apakah pasien yg baru bisa duduk usia 12 bln dan bari bisa jalan usia 18 bln termasuk normal?
(FARAH)
2. Apakah pasien blm bisa bicara pada usia 26 bln termasuk normal? (CACA)
3. Apa penyebab keterlambatan domain perkembangan motorik kasar pada anak? (RIFDA)
4. Apa penyebab keterlambatan motorik halus pada anak? (SANDYA)
5. Apa penyebab keterlambatan bahasa pada anak? (WAFI)
6. Apa itu pemeriksaan Denver 2? Bagaimana prosedurnya? (NANA)
7. Bagaimana tumbuh kembang anak yang normal? (ULAYYA)
8. Apa saja faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak? (AZKA)
9. Bagaimana intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang? (MUHANA)
10. Apa saja komplikasi dari gangguan tumbuh kembang anak? (FITRA)
11. Apa saja pemeriksaan yg dapat dilakukan utk deteksi gangguan tumbuh kembang anak? (IZZA)
JAWABAN
1. Apakah pasien yg baru bisa duduk usia 12 bln dan bari bisa jalan usia 18 bln termasuk normal?
(FARAH)
2. Apakah pasien blm bisa bicara pada usia 26 bln termasuk normal? (CACA)
Nggak normal.
Menurut Santoso (2009), tahapan-tahapan pemerolehan bahasa anak secara umum ada lima, seperti
dipaparkan berikut ini: (1) reflexive vocalization: pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeluarkan suara
tangisan yang masih berupa refleks. Jadi, bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis,
tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari; (2) babbling: pada usia lebih dari tiga minggu, ketika bayi
merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya,
tangisan yang dikeluarkan ini telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi;
(3) lulling: di usia tiga minggu sampai dua bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi
mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan
suku kata yang diulang-ulang, seperti “ba….ba…, ma..ma….”; (4) echolalia: pada tahap ini, yaitu saat
bayi menginjak usia 10 bulan, ia mulai meniru suara-suara yang di dengar dari lingkungannya, serta
ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu; (5) true
speech: bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa
disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa. Untuk tahapan
pemerolehan bahasa Bzoch (2004) membagi tahapan perkembangan bahasa anak dari lahir sampai
usia 3 tahun dalam empat stadium. Keempat stadium itu adalah sebagai berikut.
3. Apa penyebab keterlambatan domain perkembangan motorik kasar pada anak? (RIFDA)
4. Apa penyebab keterlambatan motorik halus pada anak? (SANDYA)
5. Apa penyebab keterlambatan bahasa pada anak? (WAFI)
Keterlambatan bicara dapat disebabkan gangguan pendengaran, gangguan pada otak (misalnya
retardasi mental, gangguan bahasa spesifik reseptif dan/atau ekspresif), autisme, atau gangguan
pada organ mulut yang menyebabkan anak sulit melafalkan kata-kata (dikenal sebagai gangguan
artikulasi). Untuk menegakkan diagnosis penyebab keterlambatan bicara, perlu pemeriksaan yang
teliti oleh dokter, yang terkadang membutuhkan pendekatan multidisiplin oleh dokter anak, dokter
THT, dan psikolog atau psikiater anak.
Tata laksana keterlambatan bicara bergantung pada penyebabnya, dan juga melibatkan kerja sama
antara dokter anak, dokter spesialis lain yang terkait, terapis wicara, dan tentunya orangtua.
6. Apa itu pemeriksaan Denver 2? Bagaimana prosedurnya? (NANA)
7. Bagaimana tumbuh kembang anak yang normal? (ULAYYA)
8. Apa saja faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak? (AZKA)
9. Bagaimana intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang? (MUHANA)
10. Apa saja komplikasi dari gangguan tumbuh kembang anak? (FITRA)
11. Apa saja pemeriksaan yg dapat dilakukan utk deteksi gangguan tumbuh kembang anak? (IZZA)
SKRINING PERTUMBUHAN
Pertumbuhan anak dapat diketahui dengan cara pemantauan dan pemeriksaan seksama sejak
kehamilan misalnya dengan memperhatikan kenaikan berat badan ibu setiap bulan dan USG untuk
kemungkinan ada kelainan pertumbuhan bayi. Setelah lahir maka diperlukan pemantauan
pertumbuhan bayi sampai usia lebih lanjut sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang optimal.
Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
pertumbuhan (growth faltering) secara dini.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam skrining pertumbuhan adalah:
1. Bentuk tubuh, ukuran, simetris atau tidak, kepala (ubun_ubun besar sudah menutup atau
belum), muka (posisi mata, bentuk palpebra, pupil,lensa, telinga, bentuk mandibula, maxilla,
hidung dan bibir, dada/thorax, jarak puting susu, umbilicus, otot perut, vertebra
scoliosis/kyphosis, spina bifida dan posisi serta adanya anus. Pada remaja; bentuk dan
ukuran genitalia, payudara, rambut pubis dan aksila.
2. Antropometri: Ukuran tinggi/panjang badan, berat badan, lingkaran kepala, lingkaran lengan,
lingkaran dada, panjang lengan/tungkai.
> Menurut Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas,
1997) dan Narendra (2003) macam-macam penilaian pertumbuhan fisik yang dapat
digunakan adalah:
1) Pengukuran Berat Badan (BB)
● Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan
gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita
(KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan intervensi
jika terjadi penyimpangan.
● Tatalaksana
> Menggunakan timbangan bayi.
- Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun
atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
- Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
- Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
- Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.
- Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
- Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
- Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
- Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengahtengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.
> Menggunakan timbangan injak (timbangan digital)
2) Pengukuran Tinggi Badan (TB)
● Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan
berbaring, sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil
pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik
pertumbuhan tinggi badan.
SKRINING PERKEMBANGAN
Perkembangan merupakan interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya. Secara umum perkembangan dibagi dalam beberapa aspek, yaitu perkembangan
motorik (motorik kasar dan motorik halus), bahasa, kognitif, emosi, dan sosial. Dalam skrining
perkembangan, ada 4
aspek yang dinilai yaitu:
1. Motorik kasar: aspek perkembangan yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh,
terutama melibatkan otot besar, seperti mengangkat kepala, duduk, berdiri, berjalan dan
berlari.
Tiga proses memungkinkan bayi untuk mencapai postur tegak dan kemampuan untuk
menggerakkan anggota tubuh di garis tengah tubuh adalah keseimbangan tonus fleksor dan
ekstensor, penurunan refleks primer, dan respon perlindungan dan keseimbangan.
2. Motorik halus: aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat antara mata dan tangan, misalnya memegang, menulis dan
menggambar.
3. Kemampuan bicara dan bahasa: kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara.
4. Sosialisasi dan kemandirian: aspekyang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak
(makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain}, berpisah dengan ibu/pengasuh
anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
Intinya: