Abstrak
Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan
perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah
peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Denver adalah sebuah
metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan
anak usia 0-6 tahun. Denver Scale dikembangkan oleh Willian K. Frankenburg (yang
mengenalkan pertama kali) dan J.B Dodds pada tahun 1967. Terdapat dua faktor utama
yang berpengaruhterhadaptumbuh-kembanganak, yaitu Faktor Genetik dan Faktor
Lingkungan. Dengan pemberian edukasi, nutrisi dan vitamin yang cukup akan membantu
anak untuk bisa berdiri sendiri. Lakukan pemeriksaan ulang saat kontrol enam bulan ke
depan.
Abstract
Naturally, every living individual will go through a stage of growth and development,
that is, from the embryo to the end of his life, it changes towards an increase both in size
and developmentally. Denver is a widely used assessment method for assessing
developmental progress of children aged 0-6 years. The Denver Scale was developed by
Willian K. Frankenburg (who introduced him for the first time) and J.B Dodds in 1967.
There are two main factors that influence child development, namely genetic factors and
environmental factors. By providing education, nutrition and sufficient vitamins will help
children to be able to sit alone. Do re-check when the control is six months ahead.
Anamnesis
Dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan
terhadap orang tua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, disebut
sebagai aloanamnesis. Termasuk didalam aloanamnesis adalah semua keterangan dokter
yang merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari
pasiennya sendiri.
Pemeriksaan fisik
Pengukuran Antropometri
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status
gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian,
antropometri merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan
energi dan protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri dipengaruhi oleh faktor
genetik dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi)
merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi antropometri.
Parameter antropometri
Parameter dalam antropometri adalah ukuran tunggal yang diukur untuk
mendapatkan data antropometri. Parameter ini misalnya, umur, tinggi badan, berat badan,
rentang tangan, dan lain-lain. Parameter yang sudah diukur dalam pengukuran
antropometri ini kemudian diolah dan dikombinasikan dengan parameter lain sehingga
menghasilkan indeks antropometri. Indeks antropometri misalnya berat badan menurut
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan masih banyak lagi. Indeks
antropometri inilah yang kemudian akan dicocokkan dengan standar yang ada dan
memiliki makna secara klinis.
Berat Badan
Berat badan mencerminkan keadaan nutrisi sekarang dan dapat menjadi indikator
yang sensitif terhadap malnutrisi. Seseorang dapat dikatakan mengalami malnutrisi
apabila:
1) Berat badan kurang dari 80% dari berat badan ideal, atau
2) Mengalami penurunan berat badan sebesar:
a. 1%-2% dalam satu minggu, atau
b. 5% dalam satu bulan, atau
c. 7,5% dalam tiga bulan, atau
d. 10% dalam enam bulan
Pengukuran berat badan paling baik dilakukan dengan alat beam balance, digital weight
scale, atau dacin. Alat ini perlu dikalibrasi secara rutin untuk mendapatkan hasil yang
akurat menggunakan berat badan yang sudah diketahui. Disarankan anak memakai
pakaian yang tipis dan melepas sepatu saat pengukuran.
Tinggi Badan
Tinggi badan adalah jarak dari puncak kepala hingga telapak kaki. Parameter ini
merupakan parameter yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal dan tidak
sensitif untuk mendeteksi permasalahan gizi pada waktu yang singkat. Panjang badan
diukur dengan infantometer length board untuk anak usia 0-2 tahun. Anak diposisikan
tidur terlentang saat pengukuran. Pengukuran ini membutuhkan 2 orang pengukur. Untuk
anak di atas usia 2 tahun. Pengukuran dapat dilakukan dengan stadiometer dengan
menambahkan 0,7 pada hasil pengukuran untuk faktor koreksi apabila anak sudah dapat
berdiri dengan tegak.
Berikut ini adalah cara pengukuran menggunakan infantometer:
1) Alas kaki dilepaskan
2) Anak diposisikan tidur terlentang dengan kepala diletakkan pada puncak papan
dan kaki lurus.
3) Pengukur digeser hingga rapat pada ujung kaki
4) Pembacaan dilakukan dengan ketelitian 0,1 cm
Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah pengukuran yang dilakukan pada bayi dan anak-anak.
Parameter ini menggambarkan berat dan volume otak dan tidak sensitif terhadap adanya
malnutrisi. Hal ini disebabkan karena otak adalah organ yang paling terakhir terpengaruh
ketika terjadi malnutrisi. Pengukuran lingkar kepala sebaiknya dilakukan setiap minggu
mulai dari 3-5 hari setelah lahir. Alat pengukur lingkar kepala yang digunakan tidak boleh
dapat mengalami peregangan. Alat yang baik digunakan untuk pengukuran ini misalnya
metal measuring tape. Pengukuran dilakukan dari bagian occipital kepala hingga bagian
anterior dari os frontal. Pengukuran ini tidak dapat dilakukan pada anak dengan
hidrocephalus dan edema pada kulit kepala.
Penilaian
Pada tiap tugas, pemeriksa wajib untuk memberikan skor nilai pada tiap soal pada
semua sektornya. Dimana untuk Nilai
P = Passed/Lulus yaitu, anak dapat melakukan item dengan baik atau ibu/pengasuh
memberi laporan tepat dan bisa dipercaya bahwa anak dapat melakukannya.
F = Fail/ Gagal yaitu, anak tidak bisa melakukan tugas dengan baik atau ibunya/pengasuh
memberi laporan kalau anaknya tidak bisa melakukannya
R= Refusal/ Menolak yaitu, anak menolak untuk melakukan test karena beberapa faktor
(sesaat) seperti sedang mengantuk, kelelahan, menangis
N.O = No Opportunity/ Tak ada Kesempatan yaitu, anak tidak sempat untuk melakukan
tugas karena mungkin ada hambatan. Skor ini biasanya juga digunakan untuk kode
L/Laporan orang tua/pengasuh anak tersebut. Misalnya terdapat retardasi mental/down
syndrome pada anak yang sedang diperiksa.
Intepretasi Hasil
Interpretasi hasil dalam test ini terdiri dari 2 tahap, yaitu penilaian
individual dan juga dengan cara keseluruhan
Individual :
1. Advanced/ lebih
Anak termasuk dalam kategori ini apabila lulus pada uji coba item yang
berada di sebelah kanan garis umur dan juga ketika anak mampu menguasai
kemampuan anak yang lebih tua daripada umurnya.
2. Normal
Anak masuk ke dalam kategori normal apabila anak gagal/ menolak pada
bagian kanan garis umur, lulus/gagal/menolak pada item di garis umur yang
terletak diantara 25%-75%
3. Caution
Anak masuk dalam kategori ini apabila gagal/menolak padaitem dalam
garis umur yang berada diantara 75%-90%. Tulis “C” pada sebelah kanan kotak
4. Delay
Anak termasuk di kategori ini apabila orang tua melaporkan anaknya tidak
memiliki kesempatan untuk mencoba, dan item ini tidak perlu diinterpretasikan.
Keseluruhan :
a. Normal
Apabila tidak ada “terlambat” (0 D) dan < 1 “Caution” (1 C). Jika
pasien mendapatkan hasil ini, maka bisa melakukan pemeriksaan ulang pada
kunjungan yang berikutnya.
b. Suspect/ diduga ada keterlambatan
Apabila ada >1 skor “delayed” (1D) dan/ atau > 2 peringatan (2 C).
Perlu diingatk bahwa D dan C harus dikarenakan gagal (F), bukan karena
penolakan (R). Apabila didapatkan hasil ini, maka bisa melakukan uji ulang
kembali dalam 1-2 minggu mendatang untuk menghilangkan faktor-fakto
sesaat seperti kelelahan, menangis, mengantuk, takut,sakit,dsb.
c. Tidak dapat diuji (Untestable)
Apabila terdapat skor > 1 “delayed” (1D ) dan/ atau >2 “Caution”
(2C). Perlu diingat dalam hal ini, D dan C harus disebabkan penolakan (R),
bukan karena kegagalan (F). Jika anak mendapatkan hasil ini, maka bisa
melakukan uji ulang setelah 1-2 minggu kemudian.
b. Asah
Kebutuhan asah adalah kebutuhan rangsangan/stimulasi yang mampu
meningkatkan perkembangan kecerdasaan anak dengan optimal. Kebutuhan
ini sangat berkaitan erat denagn perkembangan psikomotorik dari anak.
Kebutuhan asah adalah awal mula dari proses pembelajara, mendidik,
merangsang perkembangan anak yang dilatih sedini mungkin. Latihan seperti
ini mampu membentuk anak untuk memiliki sikap kepribadian yang baik,
mempunyai etika, arif, cerdas, mandiri, terampil, produktif. Stimulasi bagi
tumbuh kembang anak bisa dilakukan yaitu dengan memberi mainan, atau
bermain bersama. Bermain merupakan kegiatan untuk anak agar bisa
mempraktikan keterampilan,mengungkapkan ekspresi , anak bisa lebih kreatif,
dan sebagainya. Tindakan stimulasi sendiri tidak hanya berasal dari permainan
saja, bisa juga dilakukan berbagai aktivitas yaitu seperti latihan bergerak,
berpikir, sosialisasi, dan kemandirian. Aktivitas dari stimulasi harus didasari
prinsip sebagai tanda ungkapan kasih sayang bagi anak, dan meluangkan
waktu dengan anak.
Stimulasi yang bisa dilakukan pada anak :
1. 0-3 bulan : mengajak berbicara tidak kasar, memeluk, dinyantikan
lagu. Stimulasi kecerdasan juga bisa dilakukan dengan mengajak sang
anak mendengark suara-suara sepeti suara kicauan burung, musi, atau
juga radio. Sedangkan untuk motorik kasar bisa dengan melatih untuk
mengangkat kepala pada posisi telungkup, dan yang lainnya
2. 3-6 bulan : melatih mencari sumber suara, mengajarkan bayi
menirukan suara dan kata. Motorik kasarnya yaitu seperti melati agar
bayi bisa menyangga leher dengan kuat. Motorik halus yaitu seperti
melatih mengambil benda berukuran kecil
3. 6-9 bulan : menirukan kata yang disebutkan. Motorik kasar yaitu
berjalan sembil berpegangan. Melatih memasukkan benda dan juga
mengeluarkan dari wadahnya (motorik halus). Bermain dengan yang
lainnya untuk melatih kemandirian.
4. 9-12 bulan : sudah mampu untuk berjalan dan belajar untuk berbicara.
Untuk melatih motorik halus bisa dengan mengajar anak
menggelindingkan bola, dan motorik kasar yaitu dengan melatih anak
jalan sendiri.
5. 1 thn – 5 thn : anak butuh kesenangan sendiri dari alat bermainnya.
Permainan yang bisa dilakukan adalah dengan berpura-pura dramatik,
misalnya seperti anak mulai memeranan kehidupan sehari-hari,
membayangkan bekerja menjadi salah satu profesi seperti koki/dokter.
c. Asih
Kebutuhan ini merupaka kebutuhan yang perlu banyak rasa kasih sayang
dan juga luapan emosi. Terkadang para orang tua suka lupa betapa penting
memberikan binaan kasih sayang (Asih) antara anak dan orangtua.
Kebutuhan ini bisa mendukung pertumbuhan perkembangan dari emosi,
kasih sayang, dan juga spiritual pada anak. Kebutuhan ini bisa memberi
rasa aman, dan kebutuhan ini bisa terpenuhi dengan tidak mengutamakan
untuk memberi hukuman pada anak dengan kemarahan. Ada beberapa
golongan kebutuhan asih:
1. Kasih sayang Orang tua
Terpenuhinya kabutuhan kasih sayang akan membuat perasaan anak
bahagia,tentram,dan aman. Selain itu merupakan cerminan dari
hubungan yang terjalin dengan baik dengan keluarga.
2. Rasa aman dan nyaman
Faktor-faktor dari luar lingkungak membuat anak bisa menjadi merasa
dirinya terancam. Sehingga butuh dukungan dari orang tua untuk bisa
mengurangi rasa takutnya. Rasa aman dan nyaman ini bisa terwujud
apabila terdapat kehangat dan juga rasa cinta orang tua serta kestabilan
keluarga dalam mengendalikan stress
3. Harga diri
Bayi maupun anak selalu merasa dirinya dihargai dalam berbagai
tingkah lakunya. Anak bisa saja merasa berbeda dengan lingkungan
disekitarnya sehingga anak sangat butuh dihargai. Anak selalu ingin
diperhatikan oleh orang disekitarnya terutama yang terdekat.
4. Dukungan
Dukungan dan juga dorongan sangat diperlukan dalam perkembangan
dirinya. Dukungan dari orang lain terutama keluarga akan menjadi
motivasi yang besar bagi dirinya untuk menjadi lebih baik
5. Rasa memiliki
Seperti layaknya orang dewasa, anak sangat mempunyai rasa memiliki.
Umumnya anak suka merasa segala sesuatu yang telah dimiliki harus
dijaga dari orang lain.
6. Kebutuhan akan Pengalaman dan Kesempatan
Pengalam adalah suatu hal yang penting dan berharga bagi anak karena
dari situ anak akan merasa lebih percaya diri dan juga merasa sukses
dari pengalam yang sudah dia dapatkan. Orang tua juga perlu untuk
membiarkan anak bereksplorasi agar anak bisa menjadi lebih
berkembang
7. Mandiri
Kemandirian juga bisa diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk
memikirkan, merasakan , dan melakukan sesuatu sendiri dan tidak
bergantung pada orang lain. Salah satu bentuk kemandirian yang anak
bisa tunjukkan adalah kemauan dari anak untuk bereksplorasi
lingkunganya sejak bayi. Kemandirian dari anak umumnya merupakan
hasil dari pola asuh dan lingkungan sekitarnya.
Ketiga kebutuhan yang sudah disebutkan diatas harus secra bersamaan diberikan karena
ketiga kebutuhan tersebut saling berpengaruh. Jika salah satu kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi maka akan menyebabkan pertumbuhan dan juga perkembangan anak tidak
optimal.
Work Diagnosis : Pada kasus ini working diagnosisnya adalah bayi dengan tumbuh
kembang sesuai usia. Bisa terlihat dari hasil pemeriksaan menggunakan denver II
didapatkan dalam keadaan normal.
Prognosis : Baik, secara umum hasil yang didapatkan menindikasikan bahwa
pertumbuhan anak berjalan dengan normal. Apabila terjadi keterlambatan motorik, bisa
diatasi dengan latihan dan juga pemberian nutrisi yang cukup dan baik untuk bisa
membantu perkembangan anak.
Tata laksana
Antara terapi yang bisa dilakukan untuk anak adalah memberikan multivitamin
kepada anak tersebut. Hal ini karena dengan pemberian vitamin, si bayi akan mendapat
kadar vitamin yang cukup untuk pertumbuhannya. Antaranya adalah pemberian suplemen
vitamin D yang dianjurkan pada bayi yang meminum ASI ibu yang kurang mengandung
vitamin D atau bayi kurang terpajan pada sinar matahari karena warna kulit yang sangat
gelap atau pemajanan cahaya matahari yang tidak memadai. Vitamin D yang cukup dan
tidak berlebihan sangat penting bagi perkembangan normal tulang, baik dari dalam
kandungan, maupun masa kanak-kanak dan orang dewasa (menjaga kesehatan).
Banyaknya vitamin D pada tubuh manusia bisa menyebabkan produk kalsium-fosfat
adekuat, sehingga sangat mungkin untuk tejadinya mineralisasi tulang yang efektif.
Vitamin D yang dihasilkan pada kulit akan berada lebih lama daripada vitamin D yang
asalnya dari makanan. Paparan dari sinar matahari selama kurang lebih 5-30 menit pada
waktu antara pukul 10.00-15.00 sedikitnya 2 kali seminggu (tanpa pakai sun block) cukup
adekuat untuk sintesis vitamin D.
Selain itu, bayi juga bisa defisiensi terhadap vitamin B12 juga terjadi pada bayi yang
mendapat ASI daripada ibu yang merupakan seorang vegetarian yang ketat. Hal ini amat
penting karena jika anak kekurangn vitamin B12 simpanan besi dalam tubuh mereka akan
mulai menghilang pada usia 4 bulan. Jadi si bayi harus dikasi vitamin ini melalui susu
formula bayi, serealia yang diperkuat besi, atau tetes fero sulfat dan harus dimulai pada
usia 4 sampai 6 bulan pada bayi aterm serta 2 bulan pada bayi premature.
Non Farmakoterapi
1. Edukasi
Edukasi yang bisa diberikan kepada orang tuanya adalah dengan terus melatih
anaknya dirumah pada gugus item yang belum bisa, dan karena anak dikategorikan
normal, maka bisa kembali di uji 6 bulan kemudian. Orang tua juga perlu memuji
anaknya apabila anak mau melakukan tugas yang telah diberi. Apabila anak tidak mau
untuk melakukan tugas yang diberikan, tetap berikan dukungan dan juga motivasi sampai
anak tersebut mau.
2. Nutrisi
Pada umumnya, bayi sudah mendapatkan nutrisi yang cukup dari ASI (air susu ibu).
ASI sudah banyak mengadung nutrisi lengkap yang sangat baik untuk perkembangan
bari, seperti terdapatnya lemak, karbohidrat, dan kalsium. Akan tetapi, memasuki usia ke
6 bulan, bayi juga perlu mendapatkan nutrisi tambahan guna mendukung tumbuh
kembangnya. Salah satunya adalah berupa vitamin.
3. Imunisasi
Pemberian imunisasi merupakan langkah awal untuk memberikan kekebalan pada
bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin
adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke
dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan melalui
mulut (misalnya vaksin polio). Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak
menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Imunisasi terbahagi menjadi dua macam yaitu:
Imunisasi aktif : merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan
terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi
spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel
memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat
merespon merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi
suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik
yang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya cell
memory. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons.
Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per oral/ melalui mulut. Terhadap
pemberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat-zat anti terhadap penyakit
bersangkutan (oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zat-zat dapat diukur
dengan pemeriksaan darah) dan oleh sebab itu menjadi imun terhadap penyakit
tersebut.
Jenis imunisasi aktif antara lain vaksin BCG, vaksin DPT (difteri-pertusis-
tetanus), vaksin poliomielitis, vaksin campak, vaksin typs (typus abdominalis), toxoid
tetanus dan lain-lain. Namun hanya lima imunisasi (BCG, DPT, Polio, Hepatitis B,
Campak) yang menjadi Program Imunisasi Nasional yang dikenal sebagai Program
Pengembangan Imunisasi (PPI) atau extended program on immunization (EPI) yang
dilaksanakan sejak tahun 1977. PPI merupakan program pemerintah dalam bidang
imunisasi untuk mencapai komitmen internasional yaitu Universal Child
Immunization.
Imunisasi pasif : pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan untuk
memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat aktif
tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang ditujukan untuk upaya pencegahan
atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus.
Mekanisme kerja antibodi terhadap infeksi bakteri melalui netralisasi toksin,
opsonisasi, atau bakteriolisis.
Kerja antibodi terhadap infeksi virus melalui netralisasi virus, pencegahan
masuknya virus ke dalam sel dan promosi sel natural-killer untuk melawan virus.
Dengan demikian pemberian antibodi akan menimbulkan efek proteksi segera. Tetapi
karena tidak melibatkan sel memori dalam sistem imunitas tubuh, proteksinya bersifat
sementara selama antibodi masih aktif di dalam tubuh resipien, dan perlindungannya
singkat karena tubuh tidak membentuk memori terhadap patogen/ antigen spesifiknya.
Transfer imunitas pasif didapat terjadi saat seseorang menerima plasma atau serum
yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya. Imunisasi
pasif dimana zat antinya didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau
serum yang mengandung zat anti. Zat anti ini didapat oleh anak dari luar dan hanya
berlangsung pendek , yaitu 2-3 minggu karena zat anti seperti ini akan dikeluarkan
kembali dari tubuh anak.
Imunisasi Wajib
Imunisasi yang wajib diberikan pada balita dibawah 12 bulan adalah BCG, DPT,
Hepatitis B, Polio, dan Campak. Berfungsi untuk menangkis penyakit-penyakit yang
dapat menimbulkan kematian serta kecacatan. Seperti TBC, Hepatitis dan Polio.
Sedangkan reaksi masing-masing imunisasi juga berbeda-berbeda pada setiap anak,
tergantung pada penyimpanan vaksin dan sensitivitas tubuh tiap anak.
Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG)
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis
(TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan, vaksin ini mengandung
bakteri bacillus calmette-guerrin hidup yang dilemahkan sebanyak 50.000-1.000.000
partikel/dosis. Biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh imunisasi ini adalah 4-6 minggu di
tempat bekas suntikan akan timbul bisul kecil yang akan pecah. Namun jangan kuatir,
sebab hal ini merupakan reaksi yang normal. Namun jika bisulnya dan timbul kelenjar
pada ketiak atau lipatan paha, sebaiknya anak segera dibawa kembali ke dokter.
Sementara waktu untuk mengatasi pembengkakan, kompres bekas suntikan dengan cairan
antiseptik.
Imunisasi Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT)
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit yaitu difteri, pertusis, dan
tetanus. Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium Diphteriae. Penyakit ini bersifat ganas, mudah menular dan menyerang
terutama saluran pernafasan bagian atas, penularannya bisa disebabkan karena kontal
langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena
adanya makanan yang terkontaminasi nakteri difteri. Pencegahan paling efektif adalah
dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi
berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu-dua bulan. Pemberian imunisasi ini
akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam
waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan
bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurunan
panas.
Imunisasi Hepatitis A
Vaksin Hepatitis A adalah berupa virus hepatitis A yang sudah dilemahkan untuk memicu
/ memancing kekebalan pada tubuh. Penggunaan vaksin hepatitis A harus diulang
sebanyak 2 atau 3 kali agar menimbulkan kekebalan yang diperlukan. Dosis ke -3 bisa
diberikan 6 bulan setelah penyuntikan pertama.
Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit yang disebabkan virus hepatitis B
yang berakibat pada hati. Penyakit itu menular melalui darah atau cairan tubuh yang lain
dari orang yang terinfeksi. Virus hepatitis B ditemukan di dalam cairan tubuh orang yang
terjangkit termasuk darah, ludah dan air mani. Vaksin ini diberikan 3 kali hingga usia 3-6
bulan.
Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Penyakit ini
disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang terinfeksi. Anak yang
terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh. Penyakit ini dapat menyerang sistem
pencernaan dan sistem saraf. Vaksin polio ada dua jenis, yakni vaccine polio inactivated
(IPV) dan vaccine polio oral (OPV). Vaksin ini diberikan pada bayi baru lahir, 2,4,6,18
bulan dan 5 tahun. Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak
mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari.
Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin
Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Pemberian vaksin
polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi
ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT. Pemberian imunisasi polio
akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio
diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan.
Imunisasi Campak
Imunisasi campak bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak. Campak, measles atau rubella adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh
virus campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.
Gejala-gejalanya adalah demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan
kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul di pipi bawah
telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi
dari penyakit campak ini adalah radang paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf,
radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak
permanen. Pencegahan yang bisa dilakukan dengan cara menjaga kesehatan kita dengan
makanan yang sehat, berolahraga Universitas Sumatera Utara 21 yang teratur dan istirahat
yang cukup, dan paling efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukaan imunisasi.
Pemberian imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi
terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak
sembilan bulan atau lebih.
Imunisasi Varicella
Vaksin yang diberikan adalah vaksin varicella zoster ( Oka strain ). Kekebalan
dari pemberian vaksin ini bisa bertahan selama 10 tahun. Efek samping dari pemberian
vaksin ini adalah terkadang muncul demam atau ruam makulopapupar atau vesikel
( terjadi pada 3-5% anak) dan lokasi timbulnya adalah di lokasi penyuntikan ,serta
muncul 10-21 hari setelah penyutikan
Kesimpulan
Anak perempuan 9 bulan yang belum dapat berdiri sendiri dengan riwayat bayi aktif, kuat
menyusu dan tidak pernah sakit tersebut, tidak mengalami gangguan perkembangan
dengan tidak bisa berdiri sendiri. Hasil tes Denver anak tersebut normal. Dengan
pemberian edukasi, nutrisi dan vitamin yang cukup akan membantu anak untuk bisa dapat
berdiri sendiri. Lakukan pemeriksaan ulang saat kontrol enam bulan ke depan.
Daftar Pustaka