Anda di halaman 1dari 20

Pemeriksaan Denver Pada Anak Usia 9 Bulan

Theresia Karolina Purba


102019062
Kelompok : C6
Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : theresia.102019062@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan
perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah
peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Denver adalah sebuah
metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan
anak usia 0-6 tahun. Denver Scale dikembangkan oleh Willian K. Frankenburg (yang
mengenalkan pertama kali) dan J.B Dodds pada tahun 1967. Terdapat dua faktor utama
yang berpengaruhterhadaptumbuh-kembanganak, yaitu Faktor Genetik dan Faktor
Lingkungan. Dengan pemberian edukasi, nutrisi dan vitamin yang cukup akan membantu
anak untuk bisa berdiri sendiri. Lakukan pemeriksaan ulang saat kontrol enam bulan ke
depan.

Kata kunci : Denver II, DDST II, Imunisasi, Perkembangan Anak

Abstract
Naturally, every living individual will go through a stage of growth and development,
that is, from the embryo to the end of his life, it changes towards an increase both in size
and developmentally. Denver is a widely used assessment method for assessing
developmental progress of children aged 0-6 years. The Denver Scale was developed by
Willian K. Frankenburg (who introduced him for the first time) and J.B Dodds in 1967.
There are two main factors that influence child development, namely genetic factors and
environmental factors. By providing education, nutrition and sufficient vitamins will help
children to be able to sit alone. Do re-check when the control is six months ahead.

Keywords: Denver II, DDST II, Child Development,Immunization


Pendahuluan
Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan
perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah
peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Istilah tumbuh kembang
mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian mengenai pertumbuhan
dan perkembangan adalah sebagai berikut : Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya. Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa
perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan
organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari
kemampuan secara simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung,
membaca, dan lain-lain.
Pembahasan
Seorang ibu membawa anak perempuannya yang berusia 9 bulan ke poliklinik karena
belum dapat berdiri sendiri. Selama ini, bayi aktif, kuat menyusu dan tidak pernah sakit.
 Identifikasi istilah: -
a. Sasaran pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu melakukan dan menginterpretasikan hasil
pemeriksaan Denver II serta edukasi terhadap orangtua.
2. Mampu melakukan anamnesis mengenai riwayat tumbuh kembang anak
untuk mengenali secara dini permasalah perkembangan bayi/anak.
 Rumusan masalah: Seorang anak perempuan 9 bulan tidak dapat berdiri sendiri.
 Hipotesis: Tumbuh kembang bayi 9 bulan dapat diukur dengan Denver II

Anamnesis
Dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan
terhadap orang tua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, disebut
sebagai aloanamnesis. Termasuk didalam aloanamnesis adalah semua keterangan dokter
yang merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari
pasiennya sendiri.

a. Identitas pasien (Nama, Usia, Pekerjaan, dll).


b. Keluhan Utama: Sang anak berusia 9 bulan belum dapat berdiri sendiri.
c. Riwayat kehamilan: tidak ada komplikasi, ANC teratur
d. Riwayat Persalinan: lahir spontan per vaginam, tanpa komplikasi, bayi menangis
kuat dan aktif
e. Tumbuh kembang:
b. Personal sosial: bisa memasukkan biskuit ke mulut, berusaha mencapai mainan,
mengamati tangannya, belum bisa tepuk tangan, belum bisa menyatakan
keinginan tanpa menangis, belum bisa melambaikan tangan
c. Motor halus adaptif: bisa mengambil 2 kubus, memindahkan kubus ke tangan lain,
menggaruk manik-manik, belum bisa memegang dengan ibu jari dan jari, belum
bisa membenturkan 2 kubus, belum bisa menaruh kubus di cangkir
d. Bahasa: bisa mengoceh, bisa mengucapkan >3 silabel yang sama, papa/mama tidak
spesifik, belum bisa papa/mama spesifik, belum bisa 1,2 dan 3 kata
e. Motorik kasar: bisa berdiri dengan pegangan, bisa duduk sendiri, bisa duduk
dengan pegangan, bisa tengkurap sendiri, bisa bangkit untuk berdiri, bisa bangkit
terus duduk, belum bisa berdiri sendiri
f. RPD: -
g. RPK: -
h. Imunisasi: BCG, Hepatitis 3x, Polio 4x, DPT 3x
i. Nutrisi: ASI dengan MPASI
j. PF: dalam batas normal, BB 9 kg, PB 70 cm, LK 40 cm

Pemeriksaan fisik
Pengukuran Antropometri

Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status
gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian,
antropometri merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan
energi dan protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri dipengaruhi oleh faktor
genetik dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi)
merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi antropometri.
Parameter antropometri
Parameter dalam antropometri adalah ukuran tunggal yang diukur untuk
mendapatkan data antropometri. Parameter ini misalnya, umur, tinggi badan, berat badan,
rentang tangan, dan lain-lain. Parameter yang sudah diukur dalam pengukuran
antropometri ini kemudian diolah dan dikombinasikan dengan parameter lain sehingga
menghasilkan indeks antropometri. Indeks antropometri misalnya berat badan menurut
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan masih banyak lagi. Indeks
antropometri inilah yang kemudian akan dicocokkan dengan standar yang ada dan
memiliki makna secara klinis.
Berat Badan
Berat badan mencerminkan keadaan nutrisi sekarang dan dapat menjadi indikator
yang sensitif terhadap malnutrisi. Seseorang dapat dikatakan mengalami malnutrisi
apabila:
1) Berat badan kurang dari 80% dari berat badan ideal, atau
2) Mengalami penurunan berat badan sebesar:
a. 1%-2% dalam satu minggu, atau
b. 5% dalam satu bulan, atau
c. 7,5% dalam tiga bulan, atau
d. 10% dalam enam bulan
Pengukuran berat badan paling baik dilakukan dengan alat beam balance, digital weight
scale, atau dacin. Alat ini perlu dikalibrasi secara rutin untuk mendapatkan hasil yang
akurat menggunakan berat badan yang sudah diketahui. Disarankan anak memakai
pakaian yang tipis dan melepas sepatu saat pengukuran.

Tinggi Badan
Tinggi badan adalah jarak dari puncak kepala hingga telapak kaki. Parameter ini
merupakan parameter yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal dan tidak
sensitif untuk mendeteksi permasalahan gizi pada waktu yang singkat. Panjang badan
diukur dengan infantometer length board untuk anak usia 0-2 tahun. Anak diposisikan
tidur terlentang saat pengukuran. Pengukuran ini membutuhkan 2 orang pengukur. Untuk
anak di atas usia 2 tahun. Pengukuran dapat dilakukan dengan stadiometer dengan
menambahkan 0,7 pada hasil pengukuran untuk faktor koreksi apabila anak sudah dapat
berdiri dengan tegak.
Berikut ini adalah cara pengukuran menggunakan infantometer:
1) Alas kaki dilepaskan
2) Anak diposisikan tidur terlentang dengan kepala diletakkan pada puncak papan
dan kaki lurus.
3) Pengukur digeser hingga rapat pada ujung kaki
4) Pembacaan dilakukan dengan ketelitian 0,1 cm

Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah pengukuran yang dilakukan pada bayi dan anak-anak.
Parameter ini menggambarkan berat dan volume otak dan tidak sensitif terhadap adanya
malnutrisi. Hal ini disebabkan karena otak adalah organ yang paling terakhir terpengaruh
ketika terjadi malnutrisi. Pengukuran lingkar kepala sebaiknya dilakukan setiap minggu
mulai dari 3-5 hari setelah lahir. Alat pengukur lingkar kepala yang digunakan tidak boleh
dapat mengalami peregangan. Alat yang baik digunakan untuk pengukuran ini misalnya
metal measuring tape. Pengukuran dilakukan dari bagian occipital kepala hingga bagian
anterior dari os frontal. Pengukuran ini tidak dapat dilakukan pada anak dengan
hidrocephalus dan edema pada kulit kepala.

Lingkar Lengan Atas (LILA)


LILA merupakan gambaran keadaan jaringan otot dan lapisan kulit bawah lemak.
Diukur dengan keliling lengan atas, yakni antara processus acromion dan ujung
olecranon, pada saat mengukur lengan atas posisi dalam keadaan tergantung kebawah dan
santai. Alat yang digunakan untuk mengukur lingkar lengan atas adalah pita lila. Nilai
ambang batas untuk balita adalah 12,5 – 13 cm.
Denver
Denver adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk
menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun. Nama denver menunjukkan bahwa
uji skrining ini dibuat di University of Colorado Medical Center di Denver.
Selain Denver, sebenarnya ada sejumlah pengkajian perilaku lainnya untuk bayi dan anak
usia dini, di antaranya :
1. Neonatal Behaviour Assessment Scale (NBAS), yang disusun oelh ahli pediatri
Harvard, T. Berry Brazleton dan lebih dikenal sebagai “The Brazleton.
2. Early language Milestone (ELM) Scale untuk anak usia 0-3 tahun
3. Clinical Adaptive Test (CAT) dan Clinical Linguistic and Auditory Milestone
Scale (CLAMS) untuk anak usia 0-3 tahunInfant Monitoring System untuk anak
usia 4-36 bulan
4. Early Screening Inventory untuk anak usia 3-6 tahun
5. Peabody Picture Vocabulary Test (“The Peabody”) untuk anak usia 2,5 sampai 4
tahun.

Denver Scale dikembangkan oleh Willian K. Frankenburg (yang mengenalkan


pertama kali) dan J.B Dodds pada tahun 1967. DDST dipublikasikan oelh Denver
Developmental Materials, Inc., di Denver, Colorado. DDST mereflekasikan persentase
kelompok anak usia tertentu yang dapat menampilkan tugas perkembangan tertentu. Tes
ini dapat dilakukan oleh dokter spesialis anak, tenaga profesional kesehatan lainnya, atau
tenaga profesional dalam layanan sosial.
Dalam perkembangannya, DDST mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir adalah
Denver II yang merupakan hasil revisi dan standarisasi dari DDST dan DDST-R (Revised
Denver Developmental Screening Test). Perbedaan Denver II dengan skrining terdahulu
terletak pada item-item tes, bentuk, interpretasi, dan rujukan.
Manfaat DDST
Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain :
1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya
2. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat
3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala,
kemungkinan adanya kelainan perkembangan.
4. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.
5. Memantau anak yang beresiko mengalami kelainan perkembangan

Aspek Perkembangan yang dinilai


Terdiri dari 125 tugas perkembangan.Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya
berkisar 25-30 tugas. Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:
1) Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan
4) Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Penilaian
Pada tiap tugas, pemeriksa wajib untuk memberikan skor nilai pada tiap soal pada
semua sektornya. Dimana untuk Nilai
P = Passed/Lulus yaitu, anak dapat melakukan item dengan baik atau ibu/pengasuh
memberi laporan tepat dan bisa dipercaya bahwa anak dapat melakukannya.
F = Fail/ Gagal yaitu, anak tidak bisa melakukan tugas dengan baik atau ibunya/pengasuh
memberi laporan kalau anaknya tidak bisa melakukannya
R= Refusal/ Menolak yaitu, anak menolak untuk melakukan test karena beberapa faktor
(sesaat) seperti sedang mengantuk, kelelahan, menangis
N.O = No Opportunity/ Tak ada Kesempatan yaitu, anak tidak sempat untuk melakukan
tugas karena mungkin ada hambatan. Skor ini biasanya juga digunakan untuk kode
L/Laporan orang tua/pengasuh anak tersebut. Misalnya terdapat retardasi mental/down
syndrome pada anak yang sedang diperiksa.
 
 Intepretasi Hasil

Interpretasi hasil dalam test ini terdiri dari 2 tahap, yaitu penilaian
individual dan juga dengan cara keseluruhan
Individual :
1. Advanced/ lebih
Anak termasuk dalam kategori ini apabila lulus pada uji coba item yang
berada di sebelah kanan garis umur dan juga ketika anak mampu menguasai
kemampuan anak yang lebih tua daripada umurnya.

2. Normal
Anak masuk ke dalam kategori normal apabila anak gagal/ menolak pada
bagian kanan garis umur, lulus/gagal/menolak pada item di garis umur yang
terletak diantara 25%-75%

3. Caution
Anak masuk dalam kategori ini apabila gagal/menolak padaitem dalam
garis umur yang berada diantara 75%-90%. Tulis “C” pada sebelah kanan kotak

4. Delay
Anak termasuk di kategori ini apabila orang tua melaporkan anaknya tidak
memiliki kesempatan untuk mencoba, dan item ini tidak perlu diinterpretasikan.

Keseluruhan :

a. Normal
Apabila tidak ada “terlambat” (0 D) dan < 1 “Caution” (1 C). Jika
pasien mendapatkan hasil ini, maka bisa melakukan pemeriksaan ulang pada
kunjungan yang berikutnya.
b. Suspect/ diduga ada keterlambatan
Apabila ada >1 skor “delayed” (1D) dan/ atau > 2 peringatan (2 C).
Perlu diingatk bahwa D dan C harus dikarenakan gagal (F), bukan karena
penolakan (R). Apabila didapatkan hasil ini, maka bisa melakukan uji ulang
kembali dalam 1-2 minggu mendatang untuk menghilangkan faktor-fakto
sesaat seperti kelelahan, menangis, mengantuk, takut,sakit,dsb.
c. Tidak dapat diuji (Untestable)
Apabila terdapat skor > 1 “delayed” (1D ) dan/ atau >2 “Caution”
(2C). Perlu diingat dalam hal ini, D dan C harus disebabkan penolakan (R),
bukan karena kegagalan (F). Jika anak mendapatkan hasil ini, maka bisa
melakukan uji ulang setelah 1-2 minggu kemudian.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh-kembang anak, yaitu:
 Faktor Internal (Genetik)
1. Ras/etnik atau Bangsa
Anak yang lahir dari bangsa eropa tidak memiliki faktor herediter dari bangsa
indonesia dan juga sebaliknya.
2. Keluarga
Keluarga bisa saja memiliki postur tubuh yang tinggi, pendek, gemuk,atau
kurus.
3. Umur
4. Jenis kelamin
Pada anak perempuan fungsi reproduksinya lebih cepat pada anak perempuan.
Akan tetapi ketika laki-laki melewati masa pubertas, akan lebih cepat dari
perempuan.
5. Genetik
Merupakan bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya.
Kelainan pada genetik bisa terjadi ,contohnya yaitu kerdil.
6. Kelainan kromosom
Umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti syndrome down
 Faktor Eksternal (Lingkungan)
Faktor lingkungan pranatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada
waktu masih dalam kandungan. Faktor Lingkungan Pra natal, antara lain:
1) Gizi ibu pada waktu hamil
Status gizi ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Status
gizi ibu buruk baik sebelum maupun selama kehamilan, akan menyebabkan Berat
bayi Lahir Rendah (BBLR), mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak
janin, anemia pada bayi baru lahir maupun terinfeksi atau terjadi abortus.
2) Mekanis (trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin) Toksin / zat kimia
(zat teratogen: obat-obatan teralidomide, pkenitoin, methadion, obna-obat anti
kanker) Kelainan bawaan pada bayi dapat disebabkan oleh trauma dan cairan
ketuban yang kurang. Posisi janin yang tidak normal dapat menyebabkan berbagai
kelainan pada bayi yang dilahirkan dan dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan
3) Toksin/zat kimia
Obat-obatan yang bersifat racun seperti Thalidomide, Phenitoin, Methadion dan
obat-obatan anti kanker yang diminum oleh ibu pada saat kehamilan akan
menyebabkan kelainan bawaan. Ibu hamil yang kecanduan alkohol dan perokok
berat, dapat melahirkan bayi dengan BBLR, lahir mati, cacat atau retadasi mental.
Pada ibu hamil yang menderita keracunan logam berat, seperti makan ikan yang
terkontaminasi merkuri (air raksa) dapat menyebabkan mikrosefali.
4) Endokrin
Jenis hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin adalah
somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, dan hormon insulin
5) Radiasi
Pengaruh radiasi pada bayi sebelum berumur 18 minggu dapat mengakibatkan
kematian, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat bawaan lainnya.
6) Infeksi
Cacat bawaan juga bisa disebabkan oleh infeksi intrauterin, Torch, Varisela,
Coxsakie, Echovirus, Malaria, Lues, HIV, polio, campak, teptospira, virus
influenza, virus hepatitis
7) Stres
Ibu hamil yang mengalami stress akan mempengaruhi tumbuh kembang janin,
yaitu berupa cacat bawaan dan kelainan kejiwaan.
8) Anoksiaembrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta dapat menyebabkan
berat badan lahir rendah
Faktor Lingkungan Pasca natal, yaitu :
1) Lingkungan Biologis, antara lain: Ras/sukubangsa, jeniskelamin, umur, gizi,
perawatankesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi
metabolisme, hormone yang saling terkait satu dengan yang lain. Faktor dominan
yang mempengaruhi pertumbuhan adalah status gizi bayi yang dilahirkan. Bayi
yang mengalami kekurangan gizi, dapat dipastikan pertumbuhan anak akan
terhambat dan tidak akan mengikuti potensi genetik yang optimal
2) Faktor Fisik, antara lain: cuaca, musim, keadaan geografis suatudaerah, sanitasi,
keadaan rumah, radiasi. Cuaca dan keadaan geografis berkaitan dengan pertanian
dan kandungan unsur mineral dalam tanah. Daerah kekeringan atau musim
kemarau yang panjang menyebabkan kegagalan panen. Kegagalan panen
menyebabkan persediaan pangan di tingkat rumah tangga menurun yang berakibat
pada asupan gizi keluarga rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan gizi kurang
dan pertumbuhan anak akan terhambat.Di daerah endemik, gangguan akibat
kekurangan iodium (GAKY) menyebabkan petumbuhan penduduknya sangat
terhambat sepeti kerdil atau kretinisme.
3) Faktor Psikososial, antara lain: stimulasi, motivasibelajar, hukuman yang wajar,
kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang, serta kualitas interaksi
anak-orang tua. Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama orang tua
berinteraksi dengan anak, tetapi ditentukan oleh kualitas interaksi yaitu
pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk
memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa kasih sayang.
4) Faktor Keluarga dan Adat Istiadat, antara lain: pekerjaan/ pendapatan keluarga,
pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas
rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, agama,
urbanisasi, kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas
kepentingan anak, angaran, dll.

Memberi ASI kepada Anak


Menyusui anak adalah antara cara yang terpenting untuk memberikan nutsisi kepada
anak. Walaupun kita mengetahui bawa ketersediaan susu formula yang memepunyai gizi
yang baik begitu banyak terjual. Walau bagaimanapun, keunggulan gizi, imunologik, dan
psikologik ASI tetap tidak tergoyahkan. Keputusan untuk memberikan ASI atau susu
botol biasanya dibuat sebelum bayi lahir sehingga hal ini menjadi topik yang penting
untuk didikusikan selama kunjungan prenatal. Dokter harus mempromosikan manfaat
menyusui dengan memberikan informasi, menyingkirkan kesalahan anggapan dan
membatu orang tua memperjelas perasaan serta sikap mereka mengenai pemberian makan
bayi.
Antara kelebihan memberikan ASI adalah menyalurkan antibodi kepada si anak
melalui kolostrum yaitu susu yang dikeluarkan selama beberapa haru pertama
postpartum. Selain itu, ASI juga kaya mengandung vitamin A, C dan D. Walaupun kadar
vitamin D ASI rendah, rakitis jarang terjadi pada bayi yang mendapat ASI.

Kebutuhan dasar Anak


a. Asuh
Kebutuhan dasar anak berupa asuh, menyatakan bahwa perlunya
kebutuhan bayi dalam mendukung pertumbuhan otak dan juga jaringan pada
tubuh, sehingga pada bayi bisa memenuhi kebutuhan nutrunya dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi. Kebutuhan asuh adalah kebutuhan
secara fisik dan juga secara biologis yang meliputi kebutuhan nutrisi,
imunisasi, kebersihan badan, dan juga lingkungan tempat tinggal, serta
pengobatan,aktivitas bergerak, dan juga bermain. 2 kebutuhan ini memiliki
pengaruh yang cukup bagi pertumbuhan fisik seperti otak, alat indra, alat
gerak yang nantinya digunakan oleh sang anak untuk bereksplorasi,sehingga
akan berpengaruh pada kecerdasan anak. Apabilla kebutuhan-kebutuhan ini
tidak terpenuhi maka akan bisa terdapat gangguan pada kecerdasan anak.
Asuh dapat digolongkan ke dalam beberapa indikator yaitu :
1. Zat gizi yang seimbang
Kesehatan sangat bergantung terhadap tingkat konsumsi
makanan yang disediakan. Gizi yang baik mampu mengubah
kehidupan anak dengan meningkatkan pertumbuhan baik secara
fisik dan mental, menjaga kesehatan , menjaga keproduktivitasan
anak. Pada masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat
gizi lengkap seperti protein, karbohidrat, lemak,mineral, vitamin.

2. Perawatan Kesehatan Dasar


Perawatan bagi kesehatan anak terdiri dari pencegahan
secara primer, sekunder, tersier. Contoh tindakan primer yaitu
dilakukan untuk mencegah terjadinya terkena/terjangkit penyakit,
yaitu dengan melakukan imunisasi pada anak dan juga melakukan
edukasi pada orangtua mengenai menjaga kebersihan. Yang harus
terpenuhi dalaa perawatan dasar ini adalah pemberian imunisasi,
ASI, penimbangan secara teratur, dan memberi pengobatan apabila
anak sedang sakit.
3. Perumahan (Tempat Tinggal)
Rumah yang dalam keadaan sehat akan meningkatkan
kualitas hidup keluarga baik secara fisik maupun psikologis.
Rumah yang sehat adalah rumah yang bisa digunakan untuk
melindungi diri dari berbagai cuaca, terdapat bagian untuk tempat
tidur, masak, mandi, cuci, dan kebutuhan untuk membuang air
besar/kecil, selain itu rumah juga harus bisa melindungi dari
adanya pencemaran/kebisingan, melindungi dari bahan bangunan
berbahaya, membuat rasa aman dan nyaman bagi penghuninya dan
juga tetangga, terbuat dari bahan yang cukup kokoh. Secara tidak
langsung kriteria rumah yang baik tersebut juga bisa memiliki
dampak pada pertumbuhan dan juga perkembangan dari anak.
Terdapat ventilasi, serta tidak berdesakan dalam ruangan juga
termasuk bagian yang sangat penting untuk syarat rumah yang
sehat. Apabila rumah tidak sehat, maka anak akan rentan terkena
penyakit.
4. Pakaian
Pakaian adalah salah satu bentuk rasa perlindungan dan
kehangatan yang diberi untuk mencegah dan melindungi anak dari
adanya benda yang membahayakan. Pakaian bisa meningkatkan
rasa percaya diri bagi sang anak saat berada dilingkungan
sosialnya.

5. Kebersihan Diri dan Lingkungan


Apabila kita menjaga sanitasi lingkungan, maka akan
sangat membantu untuk mencegah anak terinfeksi kuman yang
masuk dari lingkungan yang tidak bersih. Lingkungan bersih
mampu mewujudkan hidup sehat dan nyaman bagi anak.

6. Kesegaran jasmani dan rohani


Apabila rajin berolahraga , maka mampu untuk meningkatkan
sirkulasi di dalam tubuh anak, menambah stimulasi terhadap
perkembangan otot anak. Selain itu olahraga bersama juga bisa
mendekatkan hubungan antar orang tua dan anak. Rekreasi seperti
ini bisa menjadi kegiatan yang dilakukan untuk bisa menyegarkan
pikiran dan badan.

b. Asah
Kebutuhan asah adalah kebutuhan rangsangan/stimulasi yang mampu
meningkatkan perkembangan kecerdasaan anak dengan optimal. Kebutuhan
ini sangat berkaitan erat denagn perkembangan psikomotorik dari anak.
Kebutuhan asah adalah awal mula dari proses pembelajara, mendidik,
merangsang perkembangan anak yang dilatih sedini mungkin. Latihan seperti
ini mampu membentuk anak untuk memiliki sikap kepribadian yang baik,
mempunyai etika, arif, cerdas, mandiri, terampil, produktif. Stimulasi bagi
tumbuh kembang anak bisa dilakukan yaitu dengan memberi mainan, atau
bermain bersama. Bermain merupakan kegiatan untuk anak agar bisa
mempraktikan keterampilan,mengungkapkan ekspresi , anak bisa lebih kreatif,
dan sebagainya. Tindakan stimulasi sendiri tidak hanya berasal dari permainan
saja, bisa juga dilakukan berbagai aktivitas yaitu seperti latihan bergerak,
berpikir, sosialisasi, dan kemandirian. Aktivitas dari stimulasi harus didasari
prinsip sebagai tanda ungkapan kasih sayang bagi anak, dan meluangkan
waktu dengan anak.
Stimulasi yang bisa dilakukan pada anak :
1. 0-3 bulan : mengajak berbicara tidak kasar, memeluk, dinyantikan
lagu. Stimulasi kecerdasan juga bisa dilakukan dengan mengajak sang
anak mendengark suara-suara sepeti suara kicauan burung, musi, atau
juga radio. Sedangkan untuk motorik kasar bisa dengan melatih untuk
mengangkat kepala pada posisi telungkup, dan yang lainnya
2. 3-6 bulan : melatih mencari sumber suara, mengajarkan bayi
menirukan suara dan kata. Motorik kasarnya yaitu seperti melati agar
bayi bisa menyangga leher dengan kuat. Motorik halus yaitu seperti
melatih mengambil benda berukuran kecil
3. 6-9 bulan : menirukan kata yang disebutkan. Motorik kasar yaitu
berjalan sembil berpegangan. Melatih memasukkan benda dan juga
mengeluarkan dari wadahnya (motorik halus). Bermain dengan yang
lainnya untuk melatih kemandirian.
4. 9-12 bulan : sudah mampu untuk berjalan dan belajar untuk berbicara.
Untuk melatih motorik halus bisa dengan mengajar anak
menggelindingkan bola, dan motorik kasar yaitu dengan melatih anak
jalan sendiri.
5. 1 thn – 5 thn : anak butuh kesenangan sendiri dari alat bermainnya.
Permainan yang bisa dilakukan adalah dengan berpura-pura dramatik,
misalnya seperti anak mulai memeranan kehidupan sehari-hari,
membayangkan bekerja menjadi salah satu profesi seperti koki/dokter.
c. Asih
Kebutuhan ini merupaka kebutuhan yang perlu banyak rasa kasih sayang
dan juga luapan emosi. Terkadang para orang tua suka lupa betapa penting
memberikan binaan kasih sayang (Asih) antara anak dan orangtua.
Kebutuhan ini bisa mendukung pertumbuhan perkembangan dari emosi,
kasih sayang, dan juga spiritual pada anak. Kebutuhan ini bisa memberi
rasa aman, dan kebutuhan ini bisa terpenuhi dengan tidak mengutamakan
untuk memberi hukuman pada anak dengan kemarahan. Ada beberapa
golongan kebutuhan asih:
1. Kasih sayang Orang tua
Terpenuhinya kabutuhan kasih sayang akan membuat perasaan anak
bahagia,tentram,dan aman. Selain itu merupakan cerminan dari
hubungan yang terjalin dengan baik dengan keluarga.
2. Rasa aman dan nyaman
Faktor-faktor dari luar lingkungak membuat anak bisa menjadi merasa
dirinya terancam. Sehingga butuh dukungan dari orang tua untuk bisa
mengurangi rasa takutnya. Rasa aman dan nyaman ini bisa terwujud
apabila terdapat kehangat dan juga rasa cinta orang tua serta kestabilan
keluarga dalam mengendalikan stress
3. Harga diri
Bayi maupun anak selalu merasa dirinya dihargai dalam berbagai
tingkah lakunya. Anak bisa saja merasa berbeda dengan lingkungan
disekitarnya sehingga anak sangat butuh dihargai. Anak selalu ingin
diperhatikan oleh orang disekitarnya terutama yang terdekat.
4. Dukungan
Dukungan dan juga dorongan sangat diperlukan dalam perkembangan
dirinya. Dukungan dari orang lain terutama keluarga akan menjadi
motivasi yang besar bagi dirinya untuk menjadi lebih baik
5. Rasa memiliki
Seperti layaknya orang dewasa, anak sangat mempunyai rasa memiliki.
Umumnya anak suka merasa segala sesuatu yang telah dimiliki harus
dijaga dari orang lain.
6. Kebutuhan akan Pengalaman dan Kesempatan
Pengalam adalah suatu hal yang penting dan berharga bagi anak karena
dari situ anak akan merasa lebih percaya diri dan juga merasa sukses
dari pengalam yang sudah dia dapatkan. Orang tua juga perlu untuk
membiarkan anak bereksplorasi agar anak bisa menjadi lebih
berkembang
7. Mandiri
Kemandirian juga bisa diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk
memikirkan, merasakan , dan melakukan sesuatu sendiri dan tidak
bergantung pada orang lain. Salah satu bentuk kemandirian yang anak
bisa tunjukkan adalah kemauan dari anak untuk bereksplorasi
lingkunganya sejak bayi. Kemandirian dari anak umumnya merupakan
hasil dari pola asuh dan lingkungan sekitarnya.
Ketiga kebutuhan yang sudah disebutkan diatas harus secra bersamaan diberikan karena
ketiga kebutuhan tersebut saling berpengaruh. Jika salah satu kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi maka akan menyebabkan pertumbuhan dan juga perkembangan anak tidak
optimal.
Work Diagnosis : Pada kasus ini working diagnosisnya adalah bayi dengan tumbuh
kembang sesuai usia. Bisa terlihat dari hasil pemeriksaan menggunakan denver II
didapatkan dalam keadaan normal.
Prognosis : Baik, secara umum hasil yang didapatkan menindikasikan bahwa
pertumbuhan anak berjalan dengan normal. Apabila terjadi keterlambatan motorik, bisa
diatasi dengan latihan dan juga pemberian nutrisi yang cukup dan baik untuk bisa
membantu perkembangan anak.

Tata laksana

 Farmakoterapi (Pemberian Multvitamin)

Antara terapi yang bisa dilakukan untuk anak adalah memberikan multivitamin
kepada anak tersebut. Hal ini karena dengan pemberian vitamin, si bayi akan mendapat
kadar vitamin yang cukup untuk pertumbuhannya. Antaranya adalah pemberian suplemen
vitamin D yang dianjurkan pada bayi yang meminum ASI ibu yang kurang mengandung
vitamin D atau bayi kurang terpajan pada sinar matahari karena warna kulit yang sangat
gelap atau pemajanan cahaya matahari yang tidak memadai. Vitamin D yang cukup dan
tidak berlebihan sangat penting bagi perkembangan normal tulang, baik dari dalam
kandungan, maupun masa kanak-kanak dan orang dewasa (menjaga kesehatan).
Banyaknya vitamin D pada tubuh manusia bisa menyebabkan produk kalsium-fosfat
adekuat, sehingga sangat mungkin untuk tejadinya mineralisasi tulang yang efektif.
Vitamin D yang dihasilkan pada kulit akan berada lebih lama daripada vitamin D yang
asalnya dari makanan. Paparan dari sinar matahari selama kurang lebih 5-30 menit pada
waktu antara pukul 10.00-15.00 sedikitnya 2 kali seminggu (tanpa pakai sun block) cukup
adekuat untuk sintesis vitamin D.
Selain itu, bayi juga bisa defisiensi terhadap vitamin B12 juga terjadi pada bayi yang
mendapat ASI daripada ibu yang merupakan seorang vegetarian yang ketat. Hal ini amat
penting karena jika anak kekurangn vitamin B12 simpanan besi dalam tubuh mereka akan
mulai menghilang pada usia 4 bulan. Jadi si bayi harus dikasi vitamin ini melalui susu
formula bayi, serealia yang diperkuat besi, atau tetes fero sulfat dan harus dimulai pada
usia 4 sampai 6 bulan pada bayi aterm serta 2 bulan pada bayi premature.

 Non Farmakoterapi
1. Edukasi
Edukasi yang bisa diberikan kepada orang tuanya adalah dengan terus melatih
anaknya dirumah pada gugus item yang belum bisa, dan karena anak dikategorikan
normal, maka bisa kembali di uji 6 bulan kemudian. Orang tua juga perlu memuji
anaknya apabila anak mau melakukan tugas yang telah diberi. Apabila anak tidak mau
untuk melakukan tugas yang diberikan, tetap berikan dukungan dan juga motivasi sampai
anak tersebut mau.
2. Nutrisi
Pada umumnya, bayi sudah mendapatkan nutrisi yang cukup dari ASI (air susu ibu).
ASI sudah banyak mengadung nutrisi lengkap yang sangat baik untuk perkembangan
bari, seperti terdapatnya lemak, karbohidrat, dan kalsium. Akan tetapi, memasuki usia ke
6 bulan, bayi juga perlu mendapatkan nutrisi tambahan guna mendukung tumbuh
kembangnya. Salah satunya adalah berupa vitamin.
3. Imunisasi
Pemberian imunisasi merupakan langkah awal untuk memberikan kekebalan pada
bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin
adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke
dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan melalui
mulut (misalnya vaksin polio). Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak
menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Imunisasi terbahagi menjadi dua macam yaitu:
 Imunisasi aktif : merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan
terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi
spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel
memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat
merespon merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi
suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik
yang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya cell
memory. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons.
Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per oral/ melalui mulut. Terhadap
pemberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat-zat anti terhadap penyakit
bersangkutan (oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zat-zat dapat diukur
dengan pemeriksaan darah) dan oleh sebab itu menjadi imun terhadap penyakit
tersebut.
Jenis imunisasi aktif antara lain vaksin BCG, vaksin DPT (difteri-pertusis-
tetanus), vaksin poliomielitis, vaksin campak, vaksin typs (typus abdominalis), toxoid
tetanus dan lain-lain. Namun hanya lima imunisasi (BCG, DPT, Polio, Hepatitis B,
Campak) yang menjadi Program Imunisasi Nasional yang dikenal sebagai Program
Pengembangan Imunisasi (PPI) atau extended program on immunization (EPI) yang
dilaksanakan sejak tahun 1977. PPI merupakan program pemerintah dalam bidang
imunisasi untuk mencapai komitmen internasional yaitu Universal Child
Immunization.
 Imunisasi pasif : pemberian antibodi kepada resipien, dimaksudkan untuk
memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat aktif
tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang ditujukan untuk upaya pencegahan
atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus.
Mekanisme kerja antibodi terhadap infeksi bakteri melalui netralisasi toksin,
opsonisasi, atau bakteriolisis.
Kerja antibodi terhadap infeksi virus melalui netralisasi virus, pencegahan
masuknya virus ke dalam sel dan promosi sel natural-killer untuk melawan virus.
Dengan demikian pemberian antibodi akan menimbulkan efek proteksi segera. Tetapi
karena tidak melibatkan sel memori dalam sistem imunitas tubuh, proteksinya bersifat
sementara selama antibodi masih aktif di dalam tubuh resipien, dan perlindungannya
singkat karena tubuh tidak membentuk memori terhadap patogen/ antigen spesifiknya.
Transfer imunitas pasif didapat terjadi saat seseorang menerima plasma atau serum
yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya. Imunisasi
pasif dimana zat antinya didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau
serum yang mengandung zat anti. Zat anti ini didapat oleh anak dari luar dan hanya
berlangsung pendek , yaitu 2-3 minggu karena zat anti seperti ini akan dikeluarkan
kembali dari tubuh anak.
Imunisasi Wajib
Imunisasi yang wajib diberikan pada balita dibawah 12 bulan adalah BCG, DPT,
Hepatitis B, Polio, dan Campak. Berfungsi untuk menangkis penyakit-penyakit yang
dapat menimbulkan kematian serta kecacatan. Seperti TBC, Hepatitis dan Polio.
Sedangkan reaksi masing-masing imunisasi juga berbeda-berbeda pada setiap anak,
tergantung pada penyimpanan vaksin dan sensitivitas tubuh tiap anak.
Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG)
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis
(TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan, vaksin ini mengandung
bakteri bacillus calmette-guerrin hidup yang dilemahkan sebanyak 50.000-1.000.000
partikel/dosis. Biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh imunisasi ini adalah 4-6 minggu di
tempat bekas suntikan akan timbul bisul kecil yang akan pecah. Namun jangan kuatir,
sebab hal ini merupakan reaksi yang normal. Namun jika bisulnya dan timbul kelenjar
pada ketiak atau lipatan paha, sebaiknya anak segera dibawa kembali ke dokter.
Sementara waktu untuk mengatasi pembengkakan, kompres bekas suntikan dengan cairan
antiseptik.
Imunisasi Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT)
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit yaitu difteri, pertusis, dan
tetanus. Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium Diphteriae. Penyakit ini bersifat ganas, mudah menular dan menyerang
terutama saluran pernafasan bagian atas, penularannya bisa disebabkan karena kontal
langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena
adanya makanan yang terkontaminasi nakteri difteri. Pencegahan paling efektif adalah
dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi
berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu-dua bulan. Pemberian imunisasi ini
akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam
waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan
bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurunan
panas.
Imunisasi Hepatitis A
Vaksin Hepatitis A adalah berupa virus hepatitis A yang sudah dilemahkan untuk memicu
/ memancing kekebalan pada tubuh. Penggunaan vaksin hepatitis A harus diulang
sebanyak 2 atau 3 kali agar menimbulkan kekebalan yang diperlukan. Dosis ke -3 bisa
diberikan 6 bulan setelah penyuntikan pertama.
Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit yang disebabkan virus hepatitis B
yang berakibat pada hati. Penyakit itu menular melalui darah atau cairan tubuh yang lain
dari orang yang terinfeksi. Virus hepatitis B ditemukan di dalam cairan tubuh orang yang
terjangkit termasuk darah, ludah dan air mani. Vaksin ini diberikan 3 kali hingga usia 3-6
bulan.
Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Penyakit ini
disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang terinfeksi. Anak yang
terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh. Penyakit ini dapat menyerang sistem
pencernaan dan sistem saraf. Vaksin polio ada dua jenis, yakni vaccine polio inactivated
(IPV) dan vaccine polio oral (OPV). Vaksin ini diberikan pada bayi baru lahir, 2,4,6,18
bulan dan 5 tahun. Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak
mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari.
Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin
Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Pemberian vaksin
polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi
ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT. Pemberian imunisasi polio
akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio
diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan.
Imunisasi Campak
Imunisasi campak bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak. Campak, measles atau rubella adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh
virus campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.
Gejala-gejalanya adalah demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan
kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul di pipi bawah
telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi
dari penyakit campak ini adalah radang paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf,
radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak
permanen. Pencegahan yang bisa dilakukan dengan cara menjaga kesehatan kita dengan
makanan yang sehat, berolahraga Universitas Sumatera Utara 21 yang teratur dan istirahat
yang cukup, dan paling efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukaan imunisasi.
Pemberian imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi
terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak
sembilan bulan atau lebih.
Imunisasi Varicella
Vaksin yang diberikan adalah vaksin varicella zoster ( Oka strain ). Kekebalan
dari pemberian vaksin ini bisa bertahan selama 10 tahun. Efek samping dari pemberian
vaksin ini adalah terkadang muncul demam atau ruam makulopapupar atau vesikel
( terjadi pada 3-5% anak) dan lokasi timbulnya adalah di lokasi penyuntikan ,serta
muncul 10-21 hari setelah penyutikan
Kesimpulan

Anak perempuan 9 bulan yang belum dapat berdiri sendiri dengan riwayat bayi aktif, kuat
menyusu dan tidak pernah sakit tersebut, tidak mengalami gangguan perkembangan
dengan tidak bisa berdiri sendiri. Hasil tes Denver anak tersebut normal. Dengan
pemberian edukasi, nutrisi dan vitamin yang cukup akan membantu anak untuk bisa dapat
berdiri sendiri. Lakukan pemeriksaan ulang saat kontrol enam bulan ke depan.

Daftar Pustaka

1. Par’i HM, Wiyono S, Harjatmo TP. Penilaian Status Gizi. Jakarta:Pusat


Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.Oktober 2017.p 3-73
2. Khasan U, Sishka G. PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN PERKEMBANGAN
BALITA MENGGUNAKAN DENVER DEVELOPMENTAL SCREENING TEST II
(Denver II) DAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP). Jurnal
Keperawatan Anak. 2014 Mei; 2(1): 45p.
3. Invantoni R, Muhimmah I. Aplikasi Penentuan Tingkat Tumbuh Kembang Anak
Menggunakan Tes Denver II. Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed). 2015 ; (6):
125-7p.
4. Kurniawan R, Muhimmah I, Jannah HR. SISTEM MONITORING PERKEMBANGAN
ANAK BERBASIS DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST (DDST /
DENVER II). Teknoin. Desember 2016. 22; (4): 305p.
5. Rajab, Abdul H. (2013). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Pertumbuhan dan
Kejadian Diare pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Puskesmas Kotabatu Kelurahan RAHA III
Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara Tahun 2013, Makassar. Skripsi : Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
6. Arifah N. HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR BALITA (ASUH,
ASAH, DAN ASIH) DENGAN PERKEMBANGAN BALITA YANG BERSTATUS
BGM DI DESA SUKOJEMBER KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER.
Skripsi. 2013:12-24p.
7. Wacker M, Holick MF. Vitamin D effects on skeletal and extraskeletal health and the
need for supplementation. Nutrients. 2013; 5:111-48.
8. Hendarto, A., Pringgadini, K., 2013. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. Ikatan Dokter
Anak Indonesia 1.
9. Holick MF, Binkley NC, Bischoff-Ferrari HA, Gordon CM, Hanley DA, Heaney RP, et
al. Evaluation, treatment, and prevention of vitamin D deficiency: An endocrine society
clinical practice guideline. J Clin Endocrinol Metab. 2011;96(7):1911-30.
10. Rivanica R, Hartina I. PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI (1-3 BULAN)
BERDASARKAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU. Jurnal ‘Aisyiyah
Medika. 2020 Feb; 5(1): 206-7p.

11. Karina, A.N., Warsito, B.E., 2012. PENGETAHUAN IBU TENTANG


IMUNISASI DASAR BALITA. Diponegoro Journal of Nursing 1, 30–35.
12. Hardianti DN, Mulyati E, Ratnaningsih E, Sofiati F, Saputro H, Sumatri H, et al. Buku
ajar imunisasi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan; 2015.
13. Dillyana TA, Nurmala I. HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERSEPSI IBU
DENGAN STATUS IMUNISASI DASAR DI WONOKUSUMO. 2019; 7(1): 69p.

14. Ramadhian R. Pambudi R. Efektivitas Vaksinasi Hepatitis B untuk Menurunkan


Prevalensi Hepatitis B. 2016 Feb; 5(1): 91-92p.
15. Ririn E. HEPATITIS AKUT DISEBABKAN OLEH VIRUS HEPATITIS A. 2013 Sept;
1(1): 89-90p.

Anda mungkin juga menyukai