Anda di halaman 1dari 12

Diagnosis dan Penatalaksanaan Pedikulosis Kapitis

Theresia Karolina Purba


102019062
Kelompok : B2
Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : theresia.102019062@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Pedikulosis kapitis adalah suatu penyakit kulit kepala dan rambut akibat infestasi
ektoparasit obligat atau bisa disebut tungau atau lice spesies Pediculus humanus var.
Capitis. Gejala utama yang paling dominan adalah rasa gatal, terutama pada daerah
oksipital dan retroaurikuler serta dapat meluas ke seluruh kepala. Untuk itu diperlukan
suatu sistem yang mampu mendiagnosa penyakit yang diderita oleh pasien, sehingga
mampu mengenali apakah pasien menderita penyakit pedikulosis kapitis. Tujuan
penulisan makalah ini ialah untuk membahas mengenai penyakit pedikulosis kapitis.
Dalam tulisan ini diulas mengenai cara anamnesis pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, etiologi, epidemiologi, gambaran klinis dan penatalaksanaan penyakit
pedikulosis kapitis.
Kata kunci : Ektoparasit obligat , Pedikulosis kapitis, Parasit, Patofisologi

Abstract
Pediculosis capitis is a disease of the scalp and hair caused by an infestation of obligate
ectoparasites or can be called mites or lice species Pediculus humanus var. capitis. The
most dominant symptom is itching, especially in the occipital and retroauricular areas
and can extend to the entire head. For that we need a system that is able to diagnose the
disease suffered by the patient, so that it is able to recognize whether the patient is
suffering from pediculosis capitis. The purpose of writing this paper is to discuss the
disease pediculosis capitis. This paper reviews the patient's history, physical
examination, investigation, etiology, epidemiology, clinical features and management of
pediculosis capitis.
Keywords: Parasites, Pathophysology, Pediculosis capitis, Obligate Ectoparasites
Pendahuluan
Berdasarkan klasifikasinya, pedikulosis dibagi menjadi 3, yaitu Pediculus
humanus var. capitis, Pediculus humanus var. corporis, dan Phthirus pubis (Pediculus
pubis). Pediculus humanus var. capitis merupakan ektoparasit obligat pemakan darah
yang suka berada di kulit kepala atau rambut manusia. Pedikulosis kapitis adalah infeksi
kulit kepala dan rambut pada manusia yang disebabkan oleh infestasi Pediculus humanus
var. capitis. Infestasi ini terutama mempengaruhi anak-anak dan akan berkembang pesat
di lingkungan yang padat seperti di asrama dan panti asuhan.1
Keberadaan Pediculus humanus var.capitis dapat menyebabkan rasa gatal
terutama pada daerah oksiput dan temporal serta dapat meluas ke seluruh kepala. Hal ini
menyebabkan penderita menggaruk-garuk kepalanya sehingga menyebabkan infeksi
sekunder. Kasus-kasus berat dapat berupa abses ataupun borok yang banyak dijumpai di
daerah belakang kepala.Rambut di daerah ini kering dan kusam, bahkan dapat bergumpal-
gumpal karena nanah yang mengering sehingga berbau busuk. Selain itu anak-anak yang
menderita juga mengalami gangguan tidur di malam hari karena rasa gatal dan keseringan
menggaruk. Dari sisi psikologis, keberadaan kutu kepala membuat anak merasa malu
karena diisolasi dari anak lain.
Pedikulosis kapitis dapat menyebar melalui transmisi langsung maupun tidak
langsung. Transmisi langsung yaitu dengan kontak langsung antara kepala orang yang
terinfeksi dengan kepala orang yang sehat. Adapun transmisi tidak langsung yaitu dengan
melalui sisir, topi, handuk, bantal, kasur, dan kerudung. Faktor kebersihan diri (personal
hygiene) yang tidak baik, misalnya jarang membersihkan rambut atau rambut yang relatif
sulit dibersihkan seperti rambut yang sangat panjang pada wanita dapat menjadi faktor
tingginya kejadian pedikulosis. Sehingga pengetahuan tentang personal hygiene sangat
penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.1

Pembahasan
Seorang anak perempuan berumur 9 tahun diantar ibunya untuk memeriksakan diri ke
puskesmas dengan keluhan gatal di bagian kepala terutama bagian belakang sejak 14 hari
yang lalu.
 Identifikasi istilah: -
a. Sasaran pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab Pedikulosis kapitis
2. Mahasiswa dapat mengusulkan pemeriksaan penunjang Pedikulosis kapitis
3. Mahasiswa dapat mendalami siklus hidup Pedikulosis kapitis
4. Mahasiswa dapat menegakkan diagnosis dan DD Pedikulosis kapitis
5. Mahasiswa dapat memberikan tatalaksana untuk kasus Pedikulosis Kapitis
6. Mahasiswa dapat melakukan edukasi pencegahan kasus Pedikulosis kapitis
 Rumusan masalah: Seorang anak perempuan 9 tahun dengan keluhan gatal di bagian
kepala terutama bagian belakang sejak 14 hari yang lalu.
 Hipotesis: Seorang anak perempuan 9 tahun mengalami pedikulosis kapitis.
Anamnesis
Dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan
terhadap orang tua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, disebut
sebagai aloanamnesis. Termasuk didalam aloanamnesis adalah semua keterangan dokter
yang merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari
pasiennya sendiri.

a. Identitas pasien (Nama, Usia, Pekerjaan, dll).


b. Keluhan Utama: Gatal pada kepala terutama bagian belakang sejak 14 hari yang
lalu.
c. Riwayat Penyakit Sekarang: -
d. Riwayat Penyakit Dahulu: -
b. Riwayat Penyakit Keluarga: Penyakit yang sama juga diderita oleh teman-teman di
sekolahnya.

Pemeriksaan fisik
Pada Pemeriksaan fisik dilakukan:
 Pemeriksaan rambut : kusam dan lengket.
 Pemeriksaan kulit dan kuku : normal.

Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pasti pada penyakit Pedikulosis kapitis adalah dengan menemukan
Pediculus humanus var. capitis dewasa, nimfa, dan telur dikulit kepala dan rambut
kepala. Penemuan kutu kepala dewasa merupakan tanda sedang mengalami infeksi aktif,
tetapi kutu dewasa sangat sulit ditemukan karena dapat bergerak sekitar 6–30 cm
permenit dan bersifat menghindari cahaya. Kutu dewasa akan meletakan telur di rambut
kurang dari 6 mm didekat kulit kepala agar memudahkan nimfa mendapatkan hisapan
darah pertamanya.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memeriksa penderita pedikulosis
kapitis dapat dilakukan pemeriksaan mikroskop dan pemeriksaan wood lamp.
A. Pemeriksaan Mikroskop
Pemeriksaan mikroskop dapat dilakukan jika perlu untuk membedakan telur-telur
tersebut dengan serpihan ketombe atau lapisan keratin yang melekat pada batang rambut.
Pemeriksaan mikroskop dapat dilakukan dengan pengambilan nits atau kutu secara
langsung menggunakan cellulose tape pada daerah terinfestasi. Sampel kemudian
diperiksa langsung di bawah mikroskop .2
B. Pemeriksaaan Wood Lamp
Pada pemeriksaan wood lamp, telur yang masih hidup menunjukan fruorescence
berwarna kuning-kehijauan dari nits. Selain itu, infestasi kutu dapat diindikasi dari letak
telur kutu yang menempel dirambut. Karena telur yang mati akan menempel dirambut
selama 6 bulan dan rambut akan terus tumbuh dengan rata-rata 1 cm perbulannya.
Semakin jauh telur dari kulit kepala berarti infeksinya sudah tidak aktif dan telur tersebut
tidak fertile.2

Working Diagnosis
Pedikulosis Kapitis
Pedikulosis kapitis adalah suatu penyakit kulit kepala dan rambut akibat infestasi
ektoparasit obligat atau bisa disebut tungau atau lice spesies Pediculus humanus var.
capitis yang termasuk famili Pediculidae, Parasit ini menghabiskan seluruh siklus
hidupnya di manusia dan dapat ditularkan langsung dari kepala ke kepala. Termasuk
parasit obligat yang artinya harus menghisap darah manusia atau hemophagydea minimal
satu kali sehari untuk bertahan hidup.3

Etiologi

Penyebab pedikulosis kapitis yaitu suatu ektoparasit spesifik yang hidup di kepala
manusia dan memperoleh sumber makanan dari darah yang dihisapnya 4-5 kali sehari
atau sekitar setiap 4-6 jam. Rentang hidup kutu sekitar 30 hari dan dapat bertahan hidup
di lingkungan bebas sekitar 3 hari, sedangkan telurnya dapat bertahan hidup di
lingkungan bebas sekitar 10 hari. Kutu kepala tersebut tidak dapat melompat atau terbang,
tetapi kutu tersebut akan merayap untuk berpindah dengan kecepatan sekitar 23 cm per
menitnya. Walaupun pada seluruh bagian kepala dapat sebagai tempat kolonisasi, kutu
kepala lebih menyukai pada daerah tengkuk dan belakang telinga.4

Epidemiologi

Pedikulosis kapitis paling sering ditemukan pada anak-anak terutama pada anak
usia 5-13 tahun dan cepat meluas dalam lingkungan hidup yang padat, misalnya di asrama
dan panti asuhan. Di Indonesia belum ada angka pasti mengenai angka kejadian
Pedikulosis kapitis. Prevalensi pedikulosis pada anak usia sekolah di negara maju seperti
Belgia adalah sebesar 8,9 %,di Belanda 4,8%. Sedangkan di negara berkembang
prevalensi pedikulosis lebih tinggi yaitu pada anak usia sekolah sebesar 10,7 % di
Malaysia, 13,5% di Hamedan, Iran, 16,59% di India, 29,7% di Argentina.

Dilaporkan bahwa kejadian pedikulosis sebesar 66,7% di sebuah panti asuhan di


Korea Selatan. Pedikulosis menyerang semua ras dan semua tingkatan sosial, walaupun
penyakit ini dapat menyerang siapa saja, dikatakan anak perempuan dua kali lebih besar
terinfeksi dibandingkan pria dikarenakan kebiasaan perempuan mempunyai rambut yang
panjang berteman akrab dan suka berbagi aksesoris rambut. Terdapat beberapa faktor
yang dapat membantu penyebaran pedikulosis kapitis antara lain faktor sosial-ekonomi,
tingkat pengetahuan, higiene perorangan, kepadatan tempat tinggal (misalnya di asrama,
panti asuhan, sekolah dasar), dan karakteristik individu (umur, panjang rambut, dan tipe
rambut).5
Patofisiologi
Patofisiologi pedikulosis diawali dengan infestasi ektoparasit pada kulit dan
rambut di kepala, pubis, atau badan. Ektoparasit yang umumnya menyebabkan
pedikulosis adalah Pediculus humanus capitis, Pthirus pubis, dan Pediculus humanus
corporis. Kutu yang menyebabkan pedikulosis pada manusia adalah kutu penghisap
darah. Jenis kutu ini memiliki 6 kait yang digunakan saat menghisap darah dari
permukaan tubuh.
Rasa gatal pada pedikulosis, timbul akibat reaksi hipersensitivitas. Pada saat
pasien baru pertama kali terinfeksi, gatal akan timbul dalam 2-6 minggu setelah paparan.
Namun, jika pasien terkena pedikulosis lagi, gatal akan timbul dalam 1-2 hari.6
Morfologi
Pediculus humanus var. capitismemiliki tubuh yang pipih dorso
ventralberwarna putih keabu-abuan dan menjadi kemerahan setelah menghisap
darah. Kutu ini memiliki tipe mulut tusuk hisap untuk menghisap darah manusia,
memiliki badan yang bersegmen-segmen, sepasang mata, sepasang antena pendek,
dan 3 pasang kaki yang memiliki cakar untuk bergantung dirambut.7

Kutu betina dapat dibedakan dengan kutu jantan berdasarkan ukuran tubuh
yang lebih besar dibandingkan dengan kutu yang jantan yaitu 2,4 – 3,3 mm dan
lebar kurang lebih setengah dari panjangnya, sedangkan kutu jantan memiliki
ukuran 2,1– 2,6 mm dan adanya penonjolan pada kutu betina berbentuk huruf V
yang digunakan untuk menjepit sekeliling batang rambut ketika bertelur.

Siklus Hidup
Siklus hidup pedikulosis kapitis merupakan metamorfosis tidak sempurna dimulai
dari telur menjadi nimfa kemudian dewasa. Satu kutu betina dapat bertelur sebanyak 150
telur selama 30 hari masa hidupnya. Nit merupakan telur kutu kepala. Awalnya nit
diletakkan oleh betina dewasa di pangkal batang rambut terdekat kulit kepala. Mereka
berukuran 0,8 mm x 0,3 mm, oval dan biasanya berwarna kuning kecoklatan. Nits
membutuhkan waktu sekitar 6 hingga 9 hari untuk menetas. Telur yang layak biasanya
terletak dalam jarak 6 mm dari kulit kepala. Setelah itu, telur menetas untuk melepaskan
nimfa. Kulit nit kemudian menjadi kuning kusam yang lebih terlihat dan tetap melekat
pada batang rambut. Nimfa itu terlihat seperti kutu kepala dewasa. Nimfa matang setelah
melewati tiga stadium dan menjadi dewasa sekitar 7 hari setelah menetas. Kutu dewasa
kira-kira seukuran biji wijen, memiliki 6 kaki (masing-masing dengan cakar), dan
berwarna kecoklatan sampai putih keabu-abuan. Pada orang dengan rambut gelap, kutu
dewasa akan tampak lebih gelap. Betina biasanya lebih besar dari jantan dan dapat
berbaring hingga 8 nit per hari. Kutu dewasa dapat hidup hingga 30 hari di atas kepala
seseorang. Untuk hidup, kutu dewasa perlu makan darah beberapa kali sehari. Tanpa
makan darah, kutu akan mati dalam 1 hingga 2 hari dari tuan rumah.7
Gejala Klinis
Gejala utama yang paling dominan adalah rasa gatal, terutama pada daerah
oksipital dan retroaurikuler serta dapat meluas ke seluruh kepala. Gejala utama
yang paling dominan adalah rasa gatal, terutama pada daerah oksipital dan
retroaurikuler serta dapat meluas ke seluruh kepala. Reaksi hipersensitivitas
terhadap produksi saliva saat kutu menggigit kulit kepala manusia dapat
mengakibatkan terjadinya pruritus dan sensasi “ada yang berjalan dikulit kepala”.
Garukan yang terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya erosi, ekskoriasi dan
infeksi sekunder berupa pus dan krusta. Bila terjadi infeksi sekunder berat, rambut
akan menggumpal karena banyaknya pus dan krusta. Keadaan ini disebut
plicapolonica yang dapat ditumbuhi jamur.8
Penatalaksanaan
a. Non-farmakoterapi
Terapi nonfarmakologi pedikulosis kapitis yang dapat dilakukan yaitu pengambilan
kutu secara langsung menggunakan tangan atau menggunakan sisir kutu. Mencukur
rambut juga dapat menjadi pilihan, namun secara kosmetik sulit diterapkan pada beberapa
pasien. Jika menggunakan sisir kutu, rambut harus dibasahi terlebih dulu sebelum mulai
menyisir. Sisir rambut harus dilakukan mulai dari sedekat mungkin dengan kulit kepala
dan diteruskan hingga ke ujung dan dipastikan seluruh bagian tersisir dengan baik.
Lakukan penyisiran setiap 3-4 hari, selama 2 minggu. Sebuah studi menunjukkan bahwa
penggunaan sisir kutu pada rambut basah lebih efektif dibandingkan penggunaan
pestisida topikal. 9
b. Farmakoterapi
Pengobatan dilakukan pada orang yang mengalami infeksi aktif dengan tujuan
untuk memusnahkan semua kutu dan telur serta mengobati infeksi
sekunder.Terdapat tiga metode pengobatan yang efektif yaitu dengan pedikulosida
topikal, terapi oral dan wet combing dengan sisir serit. Pada keadaan infeksi
sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur.
Pedikulosida topikal adalah pengobatan yang paling efektif untuk pedikulosis
kapitis dan secara luas telah dipakai diseluruh dunia. Namun, pengobatan dengan
preparat pedikulosida topikal belum ada yang dapat membunuh 100% kutu dan
telurnya. Oleh karena itu dibutuhkan pengobatanyang berulang yaitu sekitar 7-10
hari untuk membunuh kutu yang baru menetas. Macam-macam obat pedikulosida
topikal yang digunakan untuk mengobati pedikulosis kapitis adalah:
1. Permetrin 1%
Permetrin adalah satu-satunya piretoid sintesis yang memiliki kegunaan untuk
membunuh kutu. Diaplikasikan dengan cara mencuci rambut terlebih dahulu
dengan sampo non-conditioning dan dikeringkan menggunakan handuk. Setelah itu
aplikasikan permetrin 1% dirambut dan diamkan selama 10 menit lalu bilas.
Permetrin membunuh kutu namun tidak membunuh telurnya. Permetrin mungkin
akan bekerja untuk membunuh nimfa dalam beberapa hari setelah pengobatan.
Namun, disarankan untuk mengulang pengobatan untuk membunuh nimfa yang
akan menetas. Pemakaian berulang dapat dilakukan setelah tujuh hari atau lebih
pengobatan.
2. Piretrin
Pirentrin berasal dari ekstrak alami bunga Chryanteum cineraria efolium.
Tersedia dalam sediaanlotion, sampo, foam mousse dan krim. Diaplikasikan pada
rambut kering dan diamkan rambut selama 10 menit lalu bilas. Piretrin hanya
membunuh kutu dan tidak membunuh telurnya. Oleh karena itu pengobatan harus
diulang 7-10 hari setelah pengobatan untuk membunuh nimfa yang baru menetas.
3. Malathion 0,5% atau 1%
Malathion tersedia dalam sediaan lotion dan spray.Diaplikasikan saat malam
hari sebelum tidur setelah rambut dicuci dengan sabun, lalu rambut ditutup dengan
kain dan keesokannya harinya (setelah 8-12jam) rambut dicuci lagi dengan sabun
dan disisir menggunakan sisir rapat atau serit. Pengobatan dapat diulang satu
minggu kemudian bila masih ditemukan telur kutu.
4. Gama benzene heksaklorida 1%
Gama benzene heksaklorida tersedia dalam sediaan krim.Diaplikasikan pada
rambut kering dan didiamkan selama 12 jam, kemudian dicuci dan disisir dengan
serit agar semua kutu dan telur terlepas. Pengobatan dapat diulang jika setelah 1
minggu masih terdapat telur kutu.

5. Benzil benzoate 25%


Benzyl benzoate tersedia dalam sediaan emulsi. Jangan menggunakan hair
conditioner dan sampo kombinasi conditioner karena dapat mengahalangi masuknya
pedikulosida ke rambut. Dan tidak dianjurkan untuk mencuci rambut ulang dalam 1-2
hari setelah pengobatan.
Terapi oral dapat digunakan untuk membunuh kutu, terapi oral yang dapat
digunakan diantaranya adalah:10
1. Kombinasi trimethoprim dan sulfamethoxazole
Antibiotik ini dapat membunuh bakteri simbiotik floral normal usus kutu
sehingga mengganggu bakteri mensistensis vitamin B.
2. Ivermectin
Ivermectin adalah antiparasit yang dapat digunakan untuk membunuh kutu dengan
menggunakan dosis single 200 mikrogram/kg. Penggunaan diulang pada hari ke 7- 10
untuk membunuh nimfa yang baru menetas dari telur yang bertahan pada terapi pertama.

Komplikasi
Pediculus humanus capitis dapat menimbulkan berbagai masalah. Rasa gatal
yang timbul disebabkan oleh air liur yang disuntikkan ke kulit kepala saat kutu kepala
menghisap darah inangnya serta kotoran yang dihasilkan oleh kutu kepala tersebut.
Rasa gatal akan mengakibatkan penderita menggaruk kepala. Kebiasaan menggaruk
yang intensif dapat menyebabkan iritasi, luka, serta infeksi sekunder. Anemia karena
kehilangan darah juga dapat terjadi pada pedikulosis kapitis berat. Lesi pada kulit
kepala sering terjadi akibat tusukan kutu kepala pada waktu menghisap darah dan
sering ditemukan di belakang kepala atau leher. Lesi yang diakibatkan oleh P.h.capitis
berupa papula-papula urtikaria kecil, biasanya membentuk kelompok dan terkadang
ditutupi vesikel-vesikel kecil yang terasa sangat gatal sehingga mudah terjadi
ekskoriasi.11
Lesi terjadi akibat respon hipersensitivitas tubuh seseorang terhadap antigen pada
air liur kutu kepala. Namun, sebagian orang memiliki toleransi imunologis terhadap
antigen sehingga tidak timbul reaksi akibat gigitan. Impetigo juga dapat terjadi akibat
inokulasi stafilokokus ke dalam kulit kepala sewaktu penderita menggaruk kulit kepala
Pada infestasi berat P.h.capitis, helaian rambut satu dengan yang lain akan sering
melekat dan mengeras dan banyak ditemukan kutu kepala dewasa, telur (nits) serta
eksudat nanah yang berasal dari luka gigitan yang meradang. Keadaan ini disebut plica
polonica yang dapat ditumbuhi jamur.
Selain menimbulkan masalah fisik, efek psikologis akibat pedikulosis kapitis juga
dapat terjadi. Efek psikologis yang dirasakan seperti berkurangnya rasa percaya diri,
pandangan sosial yang negatif yaitu anggapan masyarakat bahwa orang dengan kutu pasti
memiliki higienitas yang buruk, kurangnya kualitas tidur, dan gangguan belajar.

Prognosis
Prognosis pedikulosis umumnya baik, karena terapi farmakologis efektif
dalam eradikasi nit, nymph, dan kutu dewasa. Pada kasus yang berat, dapat terjadi
anemia dan infeksi bakteri sekunder akibat garukan. Garukan yang terus-menerus
dapat mengakibatkan terjadinya erosi, ekskoriasi dan infeksi sekunder berupa pus
dan krusta. Bila terjadi infeksi sekunder berat, rambut akan menggumpal karena
banyaknya pus dan krusta. Keadaan ini disebut plicapolonica yang dapat ditumbuhi
jamur.12

Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya penularan dapat dilakukan dengan menghindari
kontak langsung dengan individu penderita pedikulosis kapitis, pengobatan profilaksis
dianjurkan beberapa ahli untuk teman satu kasur atau teman terdekat dengan penderita
pedikulosis kapitis, menghindari pinjam–meminjam barang seperti topi, kerudung, baju,
ikat rambut, sisir dan handuk. Apabila ingin memakai sisir dari orang yang terinfeksi
dapat dilakukan desinfeksi sisir dan sikat dengan cara direndam di air panas dengan suhu
sekitar 130°F selama 5–10 menit. Pakaian, perlengkapan tempat tidur dan karpet harus
dicuci dan dijemur. Menyapu dan membersihkan lantai dan perabotan lainnya untuk
menghilangkan rambut yang ada telurnya.13

Differential Diagnosis
Tinea Kapitis
Tinea capitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jamur dermatofit
pada lapisan luar kulit kepala dan batang rambut yang sering menyerang anak-anak.
Gejala klinisnya berupa gatal, lesi bersisik dan kemerahan, rambut rontok hingga
kebotakan. Tinea capitis memiliki ciri khas yang ditandai dengan munculnya bercak
botak berbentuk lingkaran yang terlihat kering dan bersisik pada kepala. Ukuran
bercaknya dapat bervariasi, baik besar maupun kecil. Tinea capitis bisa terjadi pada
orang-orang dari golongan usia berapapun. Namun, kondisi ini lebih umum menyerang
anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa, terutama pada mereka yang berusia 5 – 10
tahun. Angka infeksi biasanya juga lebih tinggi pada laki-laki.
Gejala penyakit ini dapat bervariasi pada tiap pengidap. Namun, umumnya kulit
kepala seseorang yang terkena penyakit ini akan terasa sangat gatal. Selain itu, di kulit
kepala akan tampak bagian bulat yang botak, bersisik, berwarna merah, dan kadang-
kadang bengkak. Kebotakan juga bisa terjadi pada area yang terinfeksi. Biasanya pada
sisi kepala yang mengalami kebotakan tersebut akan tampak pola titik-titik hitam yang
sebenarnya merupakan rambut yang telah patah. Pada kasus tinea capitis yang parah,
luka-luka tersebut juga bisa mengeluarkan nanah. Selain gejala-gejala yang tadi
disebutkan, tinea capitis juga bisa disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening di
leher dan demam ringan.14

Kesimpulan

Pedikulosis kapitis adalah infeksi kulit kepala dan rambut pada manusia.
Penyebab pedikulosis kapitis yaitu suatu ektoparasit spesifik yang hidup di kepala
manusia dan memperoleh sumber makanan dari darah yang dihisapnya 4-5 kali sehari
atau sekitar setiap 4-6 jam. Anak perempuan lebih sering terserang penyakit ini
dikarenakan memiliki rambut yang panjang dan sering memakai aksesoris rambut. Selain
itu kondisi hygiene yang tidak baik seperti jarang membersihkan rambut juga merupakan
salah satu penyebab terkena penyakit ini. Pada kasus yang berat, dapat terjadi anemia dan
infeksi bakteri sekunder akibat garukan. Penyakit ini jika tidak diobati segera
menyebabkan gangguan aktivitas hidup pada penderita.
Daftar Pustaka

1. Anggraini A, Anum Q, Masri M. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Personal


Hygiene terhadap Kejadian Pedikulosis Kapitis pada Anak Asuh di Panti Asuhan
Liga Dakwah Sumatera Barat. J Kesehat Andalas. 2018;7(1):131.

2. Annisa TV. EFEK EKSTRAK DAUN PEPAYA ( Carica papaya L. ) SEBAGAI


PEDIKULISIDAL PADA Pediculus humanus var. capitis. 2019;

3. Arifin S, Hayatie L. Hubungan Kepadatan Hunian dan Kelembaban Ruangan


dengan Kejadian Pedikulosis Kapitis. Homeostasis. 2019;2(1):155–60.

4. Belakang L. Serangan Kutu Rambut ( Pediculosis Capitis ) di Kalangan Anak-


anak yang mempengaruhi semangat belajar. (Cdc).

5. Dewi R, Astuti I, Aulia I. Perilaku Orangtua Siswa Sekolah Dasar Sigaranten


Sukabumi dalam Penanganan Infestasi Kutu Kepala in Handling Head Lice
Infestation. 2019;1(22):130–3.

6. Di P, Yogyakarta B. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN. 2019;14(1):32–8.

7. Hardiyanti NI, Kurniawan B, Mutiara H, Suwandi JF, Kedokteran F, Lampung U,


et al. Penatalaksanaan Pediculosis capitis Treatment of Pediculosis capitis.
2015;4:47–52.

8. Kapitis P, Sekolah A. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERSONAL


HYGIENE DENGAN KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS ANAK SEKOLAH
DASAR Siti Nur Anifah * , Lestari Eko Darwati, Setianingsih. 2018;6:61–6.

9. Kedokteran S. Gambaran pedikulosis kapitis pada siswa-siswi sekolah dasar negeri


di kecamatan medan selayang skripsi. 2018;

10. Kesehatan KDAN. Jurnal kedokteran dan kesehatan. 2016;12(2).

11. Maharani A, Pandaleke HEJ, Niode NJ. Hubungan Kebersihan Kepala dengan
Pedikulosis Kapitis pada Komunitas Dinding di Pasar Bersehati Manado. e-CliniC.
2019;8(1):163–71.

12. Mayasin RM, Norsiah W. Pediculosis Capitis dan Personal Hygiene pada Anak SD
di Daerah Pedesaan Kotamadya Banjarbaru. Med Lab Technol J. 2017;3(2):58.

13. Zulinda A, Yolazenia, Zahtamal. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian


Pedikulosis Kapitis pada Murid Kelas III , IV , V Dan VI SDN 019 Tebing Tinggi
Okura. J ilmu Kesehat. 2010;Jilid 4(1):65–9.

14. Rahmayanti ND, Staf D, Fungsional M, Kesehatan I, Kedokteran F, Airlangga U,


et al. Tinea Capitis in Adolescent : A Case Report. (6).

Anda mungkin juga menyukai