1.1 Pendahuluan
Tinea capitis adalah infeksi dermatofit pada kulit kepala, alis, dan bulu
audouinii Microsporum, rasio antara pria dan wanita adalah 5: 1; dengan M. canis,
rasio bervariasi, namun infeksi pada anak laki-laki biasanya lebih tinggi. infeksi
Pada orang dewasa, perempuan terinfeksi lebih sering daripada pria. Tidak
ada data yang cukup tentang prevalensi tinea kapitis pada orang dewasa.
Transmisi lebih tinggi pada orang dengan kurangnya kebersihan, kepadatan dan
status sosial ekonomi rendah.1,4-9Insiden kasus baru tinea capitis di 2001 - 2006
Jalan Klinik Dr Soetomo Rumah Sakit Surabaya adalah 0,31% - 1,55%. Insiden
itu lebih besar pada anak di bawah 14 tahun yang 93,33% dari pasien, sedangkan
1
Kerion itu paling banyak ditemukan pada 62,5% pasien dibandingkan dengan
jenis organisme, jenis invasi rambut, tingkat resistensi host dan tingkat respon
host inflamasi. Jenis klinis utama dari tinea capitis termasuk patch yang non
inflamasi atau abu-abu, jenis inflamasi, titik hitam, dan Favus. Sebuah menonjol
serviks atau oksipital limfadenopati dapat terjadi pada semua jenis tinea
kutikula rambut tetap utuh. Dalam ectothrix invasi rambut infeksi berkembang
dengan cara yang mirip dengan endothrix kecuali bahwa hifa menghancurkan
kutikula rambut dan tumbuh di sekitar bagian luar batang rambut. Arthroconidia
dapat berkembang baik di dalam dan di luar batang rambut. hifa memanjang,
sejajar dengan sumbu panjang rambut, bertahan dalam rambut. Favus ditandai
dengan produksi hifa, yang sejajar dengan sumbu panjang batang rambut. Ketika
positif (ketika rambut atau sisik terlihat akan diserang oleh spora atau hifa)
Budaya memungkinkan identifikasi akurat dari organisme yang terlibat, dan ini
2
dapat mengubah jadwal pengobatan. Budaya lebih sensitif dibandingkan
mikroskop; Hasil mungkin positif bahkan ketika mikroskop adalah negatif, tetapi
bisa memakan waktu hingga 4 minggu untuk menjadi tersedia. Selain itu, pola
klinis. Hal ini berguna untuk infeksi ectothrix tertentu, misalnya yang disebabkan
sintesis asam nukleat, menangkap pembelahan sel pada metafase dan merusak
obat dalam jaringan, tapi seperti azoles lainnya, modus utama dari tindakan
untuk tinea capitis namun penggunaannya terutama telah dibatasi oleh efek
samping.13
3
1.2 Ananamnesis Dan Pemeriksaan Fisik
poliklinik kulit dan kelamin RSUDCM aceh utara pada tanggal 16 September
2019, datang dengan keluhan utama rambut rontok berbentuk bulat di kulit kepala
sejak ± 1 bulan yang lalu,. sebelum timbul rambut rontok, awalnya pasien
hingga sebagian dari rambut kepala gambang putus, rambut tampak putus tepat
pada permukaan kulit dan rambut nampak lebih kusam dari biasanya. Keluhan di
derah tubuh yang lain disangkal. Pasien diketahui memelihara seekor kucing dan
Riwayat kebersihan, pasien mandi 2 kali sehari. Pasien pertama kali mengalami
keluhan seperti ini. Dari keluarga pasien juga tidak ada yang mengeluhkan
keluhan yang sama. Sebelum berobat kerumah sakit, pasien pernah berobat ke
Puskesmas sekitar 2 minggu yang lalu, dan diberikan obat salap dan obat minum
namun pasien dan keluarganya lupa nama obat tersebut, selama kurang lebih 1
rambut pasien terus rontok dan botak yang semakin luas dan bertambah.
kesadaran kompos mentis, status gizi baik, suhu tubuh 36,3°C, frekuensi nadi
4
Pada pemeriksaan dermatologis lokasi dikepala, pada efloresensi makula
cokelat berbintik hitam, bentuk bulat, ukuran diameter 3-4 cm, rambut tampak
putus tepat pada permukaan kulit dan warna rambut sekitarnya menjadi kusam.
Diagnosis pada pasien ini adalah Tinea kapitis tipe Black dot ring worm
5
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dermatologis dan
pemeriksaan laboratorrium maka diagnosis kerja pada pasien ini adalah Tinea
kapitis tipe black dot ring worm. Penatalaksaan pada pasien ini diberikan terapi
sistemik yaitu griseofulvin 500mg 2 x 1/2kapsul perhari dan terapi topikal termisil
salep 2 x 1 perhari.
topi, sisir bersama anggota keluarga lain, tidak kontak dengan hewan peliharaan
rambut mulai kurang namun rambut masih mudah putus dan rontok. Pasien tetap
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam bonam, quo ad functionam bonam,
pengobatan teratur dan kepatuhan pasien dalam berobat, serta menghindari faktor-
6
1.3 Diskusi
tahun. Ketika agen etiologi adalah audouinii Microsporum, rasio antara pria dan
wanita adalah 5: 1; dengan M. canis, rasio bervariasi, namun infeksi pada anak
anak perempuan dan anak laki-laki sama-sama. Meskipun paling sering terlihat
pada anak-anak praremaja, tinea capitis dapat terjadi pada orang dewasa. Pada
orang dewasa, perempuan terinfeksi lebih sering daripada pria. Tidak ada data
yang cukup tentang prevalensi tinea kapitis pada orang dewasa. Transmisi lebih
tinggi pada orang dengan kurangnya kebersihan, kepadatan dan status sosial
Soetomo Rumah Sakit Surabaya adalah 0,31% - 1,55%. Insiden itu lebih besar
pada anak di bawah 14 tahun yang 93,33% dari pasien, sedangkan persentase anak
laki-laki lebih tinggi (54,5%) dibandingkan perempuan (45,5%). Kerion itu paling
banyak ditemukan pada 62,5% pasien dibandingkan dengan abu-abu jenis patch
(37,5%). 10
Dari anamnesis pada kasus ini, keluhan utama rambut rontok setempat di
kepala sejak ± 1 bulan yang lalu, sebelum timbul rambut rontok, awalnya pasien
hingga sebagian dari rambut kepala gambang putus, rambut tampak putus tepat
7
pada permukaan kulit dan rambut nampak lebih kusam dari biasanya. Pada kasus,
gambaran klinis pada pasien sesuai tinea kapitis tipe black dot ring worm yaitu
infeksi jamur dalam rambut (endotriks) atau di luar rambut (eksotriks), rambut
yang terkena infeksi patah, tepat dimuara folikel dan yang tertinggal adalah ujung
rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini
memberi gambaran khs yaitu black dot dan warna rambut sekitarnya menjadi
suram. 14-15
Berdasarkan literatur pada tinea kapitis tipe Black dot ringworm terutama
oleh genus Microsporum.Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada rambut
yang penuhspora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberi
gambaran khas, yaitu black dot, Ujung rambut yang patah kalau tumbuh kadang-
8
2. Black dot ring worm : infeksi jamur dalam rambut (enditriks) atau luar
menjadi suram.
3. Kerion : pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil dengan skuamasi akibat
9
Pasien pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Sebelumnya tidak ada
Infeksi antropofilik yang menyebar dari satu anak ke anak yang lain dapat
atau melalui penyebaran udara dari spora dan penyebaran tidak langsung
yaitu terkontaminasi dari benda-benda seperti sisir , sikat , topi dan lain
sebagainya.
terjadi
beberapa penyakit lain juga menyerupai Tinea kapitis, sehingga perlu dilakukan
10
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan lampu wood, pemeriksaan kerokan
kulit kepala KOH 10-20%, dan kultur. Namun pada pasien ini dilakukan
Griseofulvin 10±25 mg/kg daily taken with food divided dose 8±10
weeks
Terbinafine , 20 kg 62´5 mg od: . 20 , 40 kg 125 mg od: . 40 kg 250 4
mg od weeks
a
11
Pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan :
Preparat langsung dari kerokan kulit dengan larutan KOH 10% dapat
terlihat hifa atu spora dan miselium. Preparat langsung dari rambut dapat
terlihat hifa atau spora didalam rambut (endotriks) atau diluar rambut
(eksotriks)
Griseofulvin masih menjadi baku emas untuk pengobatan tinea kapitis karena
aman dan dapat ditoleransi baik oleh anak. Griseofulvin bersifat fungistatik dan
yang direkomendasikan adalah 20-25 mg/kg berat badan dengan dosis tunggal
berat badan dengan dosis tunggal atau terbagi.Efek samping yang sering
berhubungan dengan traktus gastrointestinal seperti nausea dan sistem saraf pusat
lama pengobatan panjang yaitu minimal 6-8 minggu sampai 3-4 bulan, tergantung
kesembuhan klinis dan mikologik, serta rasanya yang pahit bila dalam bentuk
dan terbinafin dengan lama pengobatan yang lebih singkat namun harga lebih
12
mahal.16 salep termisil diberikan 2 x 1,dimanatermisil ini mengandung Terbinafin
BAD guidelines for tinea capitis 2014, L.C. Fuller et al. 459
Laboratory diagnosis Scalp lesions in suspected cases should be sampled via scalpel scraping, hair pluck, brush or
swab. All specimens should be processed for microscopy and culture, where possible.
Treatment In the presence of a kerion or where one or more of the cardinal clinical signs is present (scale,
Topical therapy alone is not recommended for the treatment of tinea capitis. Oral therapy is
generally indicated to achieve both clinical and mycological cure (Strength of recommendation A)
First-line therapy Both griseofulvin and terbinafine have good evidence of efficacy and remain the most widely
used first-line treatments. As a general rule, terbinafine is more efficacious against Trichophyton
species (T. tonsurans, T. violaceum, T. soudanense), and griseofulvin more effective against Microsporum
species (M. canis, M. audouinii). In the U.K., griseofulvin remains the only licensed treatment for
tinea capitis in children, although the suspension formulation is no longer licensed for use.
Terbinafine requires a shorter course of treatment, which may increase compliance (Strength of
recommendation A)
< 50 kg 15–20 mg kg 1 per day (single or divided dose) for 6–8 weeks
13
> 50 kg 1 g per day (single or divided dose) for 6–8 weeks
Treatment failure Initially consider lack of compliance, suboptimal absorption of drug, relative insensitivity of the
organism and reinfection. In cases of clinical improvement but ongoing positive mycology,
continue current therapy for a further 2–4 weeks. If there has been no initial clinical
Second-line therapy Itraconazole is safe, effective and has activity against both Trichophyton and Microsporum species. If
itraconazole has been selected as first-line therapy, convert to terbinafine second line for
Trichophyton infections or griseofulvin for Microsporum species, at standard dosing regimens (Strength
of recommendation C)
Itraconazole, 50–100 mg per day for 4 weeks, or 5 mg kg 1 per day for 2–4 weeks
Alternative agents For cases refractory to the above regimens, other modalities to be considered in exceptional
Additional measures Children receiving appropriate therapy should be allowed to attend school or nursery [Strength of
recommendation D (GPP)]
Prognosis tinea kapitis baik jika penyembuhan telah dicapai dan faktor-
faktor infeksi dapat dihindari, selain itu prognosis kasus tinea kapitis tergantung
Kekambuhan biasanya tidak terjadi bila telah diberikan terapi yang adekuat serta
penemuan dan pengobatan terhadap hewan atau orang lain di sekitarnya yang
terinfeksi dan juga karier asimptomatik. Rambut yang terinfeksi biasanya dapat
14
tumbuh kembali, namun jika infeksi tidak diobati dan bertahan lama, maka
menggunakan sisir, handuk, topi bersamaan dengan anggota keluarga lain dan
15
1.4 Kesimpulan
Tinea kapitis adalah infeksi jamur superfisial yang menyerang kulit kepala
dan rambut. Tinea kapitis dapat disebabkan oleh dermatofita genus Trichophyton
Tinea kapitis sering menyerang anak di usia praremaja atau dibawah 14 tahun.
Tine kapitis dibagi menjadi 3 jenis yaitu gray patch ring worm, black dot ring
worm, tinea favosa. Pada pasien mengeluhkan rambut yang terkena infeksi patah,
tepat dimuara folikel dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora.
Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khs
yaitu black dot dan warna rambut sekitarnya menjadi suram yang kemudian
dicurrigai sebagai tinea kapitis jenis black dot ring worm. Kemudian dilakukan
pemeriksaan kerokan lesi kulit kepala dengan KOH 10-20% dengan hasil
Spora,Hypa positif. Penatalaksaan pada pasien ini diberikan terapi sistemik yaitu
perhari. Tujuan dari pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek
perjalanan penyakit dan mengurangi gejala klinis yang ada. Pencegahan dilakukan
16
DAFTAR PUSTAKA
17
12. Jacyk WK. kondisi kulit yang umum affeting kulit kepala: tinea capitis,
pediculosis capitis, dermatitis seboroik, ketombe, psoriasis. SA Pertanian Pract
2003; 45 (8): 54-5.
13. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. R. S. Siregar. Ed 3. Jakarta: EGC, 2014.
14. Buku AJAR ilmu Penyakit kulit dan kelamin. Ed ketujuh : FK UI, 2016
15. Nasution MA, Muis K, Rusmawardiana. Tinea kapitis. Dalam: Budimulja U,
Kuswadji, Bramono K, Menaldi SW, Dwihastuti P, Widaty S, editor.
Dermatomikosis superfisialis: pedoman untuk dokter dan mahasiswa
kedokteran. Balai penerbit FKUI: 2004. h. 24-30.
16. Health Protection Agency. Tinea Capitis in The United Kingdom: A report on
its diagnosis, management and prevention. London : Health Protection
Agency, March 2007
17. Elewski BE., Hughey LC., Sobera JO., Hay R. Fungal Diseases. In: Bolognia
JL., Jorizzo JL., Schaffer JV., eds. Dermatology. 3th ed. British: Elsevier
Saunders. 2012.p. 1251-84.
18