Anda di halaman 1dari 18

TINEA KAPITIS

1.1 Pendahuluan

Tinea capitis adalah infeksi dermatofit pada kulit kepala, alis, dan bulu

mata dengan kecenderungan untuk menyerang poros rambut dan folikel.1,2

Penyakit ini adalah bentuk dermatofitosis yang diklasifikasikan menjadi tiga

genera yaitu Tricophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. Tinea capitis

terutama disebabkan oleh spesies Tricophyton atau Microsporum.1,2,3

Insiden tinea kapitis bervariasi menurut jenis kelamin, tetapi tingkat

variasi tergantung pada mikroorganisme. Tinea capitis mempengaruhi anak-anak

terutama pra-pubertas antara 6 dan 10 tahun. Ketika agen etiologi adalah

audouinii Microsporum, rasio antara pria dan wanita adalah 5: 1; dengan M. canis,

rasio bervariasi, namun infeksi pada anak laki-laki biasanya lebih tinggi. infeksi

Trichophyton kulit kepala mempengaruhi anak perempuan dan anak laki-laki

sama-sama. Meskipun paling sering terlihat pada anak-anak praremaja, tinea

capitis dapat terjadi pada orang dewasa.

Pada orang dewasa, perempuan terinfeksi lebih sering daripada pria. Tidak

ada data yang cukup tentang prevalensi tinea kapitis pada orang dewasa.

Transmisi lebih tinggi pada orang dengan kurangnya kebersihan, kepadatan dan

status sosial ekonomi rendah.1,4-9Insiden kasus baru tinea capitis di 2001 - 2006

dibandingkan dengan Dermatomikosis kasus baru di Kulit dan Kelamin-Rawat

Jalan Klinik Dr Soetomo Rumah Sakit Surabaya adalah 0,31% - 1,55%. Insiden

itu lebih besar pada anak di bawah 14 tahun yang 93,33% dari pasien, sedangkan

persentase anak laki-laki lebih tinggi (54,5%) dibandingkan perempuan (45,5%).

1
Kerion itu paling banyak ditemukan pada 62,5% pasien dibandingkan dengan

abu-abu jenis patch (37,5%). Titik hitam jenis tidak ditemukan.10

Berbagai macam presentasi tinea capitis telah dijelaskan tergantung pada

jenis organisme, jenis invasi rambut, tingkat resistensi host dan tingkat respon

host inflamasi. Jenis klinis utama dari tinea capitis termasuk patch yang non

inflamasi atau abu-abu, jenis inflamasi, titik hitam, dan Favus. Sebuah menonjol

serviks atau oksipital limfadenopati dapat terjadi pada semua jenis tinea

capitis.1,2,3Atas dasar jenis invasi rambut, dermatofita juga diklasifikasikan

sebagai endothrix, ectothrix atau Favus.

Dalam endothrix infeksi jamur tumbuh sepenuhnya dalam batang rambut,

hifa dikonversi ke arthroconidia (spora) dalam rambut sedangkan permukaan

kutikula rambut tetap utuh. Dalam ectothrix invasi rambut infeksi berkembang

dengan cara yang mirip dengan endothrix kecuali bahwa hifa menghancurkan

kutikula rambut dan tumbuh di sekitar bagian luar batang rambut. Arthroconidia

dapat berkembang baik di dalam dan di luar batang rambut. hifa memanjang,

sejajar dengan sumbu panjang rambut, bertahan dalam rambut. Favus ditandai

dengan produksi hifa, yang sejajar dengan sumbu panjang batang rambut. Ketika

merosot hifa, terowongan panjang yang tersisa dalam batang rambut.1,2,5

Jika tinea capitis dicurigai, spesimen harus diambil untuk

mengkonfirmasikan diagnosis sebagai terapi sistemik akan diperlukan. mikroskop

positif (ketika rambut atau sisik terlihat akan diserang oleh spora atau hifa)

menegaskan diagnosis dan memungkinkan pengobatan untuk memulai sekaligus.

Budaya memungkinkan identifikasi akurat dari organisme yang terlibat, dan ini

2
dapat mengubah jadwal pengobatan. Budaya lebih sensitif dibandingkan

mikroskop; Hasil mungkin positif bahkan ketika mikroskop adalah negatif, tetapi

bisa memakan waktu hingga 4 minggu untuk menjadi tersedia. Selain itu, pola

fluoresensi di bawah pemeriksaan lampu Wood dapat mendukung kecurigaan

klinis. Hal ini berguna untuk infeksi ectothrix tertentu, misalnya yang disebabkan

oleh M. canis, M. rivalieri dan M. audouinii, yang menyebabkan rambut untuk

fluorescense hijau terang.11,12

Tujuan pengobatan adalah untuk mencapai kesembuhan klinis dan

mikologi secepat mungkin. terapi antijamur oral umumnya diperlukan untuk

menembus folikel rambut, seperti griseofulvin, terbinafine, itrakonazol,

flukonazol, dan ketoconazole. Griseofulvin adalah fungistatic, dan menghambat

sintesis asam nukleat, menangkap pembelahan sel pada metafase dan merusak

sintesis dinding sel jamur. Hal ini juga antiinflamasi.

Terbinafine bekerja pada membran sel jamur dan fungisida. pameran

itrakonazol baik aktivitas fungistatic dan fungisida tergantung pada konsentrasi

obat dalam jaringan, tapi seperti azoles lainnya, modus utama dari tindakan

adalah fungistatic, melalui menipisnya ergosterol membran sel, yang mengganggu

permeabilitas membran. Flukonazol dan ketokonazol kadang-kadang telah dinilai

untuk tinea capitis namun penggunaannya terutama telah dibatasi oleh efek

samping.13

3
1.2 Ananamnesis Dan Pemeriksaan Fisik

Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun, suku Aceh, pelajar, datang ke

poliklinik kulit dan kelamin RSUDCM aceh utara pada tanggal 16 September

2019, datang dengan keluhan utama rambut rontok berbentuk bulat di kulit kepala

sejak ± 1 bulan yang lalu,. sebelum timbul rambut rontok, awalnya pasien

mengeluhkan gatal-gatal di dearah tersebut dan menggaruk-garuk kepalanya,

hingga sebagian dari rambut kepala gambang putus, rambut tampak putus tepat

pada permukaan kulit dan rambut nampak lebih kusam dari biasanya. Keluhan di

derah tubuh yang lain disangkal. Pasien diketahui memelihara seekor kucing dan

sering bermain bersama kucing peliharaannya.

Riwayat alergi makanan sebelumnya disangkal, riwayat asma disangkal.

Riwayat kebersihan, pasien mandi 2 kali sehari. Pasien pertama kali mengalami

keluhan seperti ini. Dari keluarga pasien juga tidak ada yang mengeluhkan

keluhan yang sama. Sebelum berobat kerumah sakit, pasien pernah berobat ke

Puskesmas sekitar 2 minggu yang lalu, dan diberikan obat salap dan obat minum

namun pasien dan keluarganya lupa nama obat tersebut, selama kurang lebih 1

minggu menggunakan obat tersebut keluhan pasien tidak berkurang, sementara

rambut pasien terus rontok dan botak yang semakin luas dan bertambah.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, tampak sakit sedang,

kesadaran kompos mentis, status gizi baik, suhu tubuh 36,3°C, frekuensi nadi

82kali/menit, dan frekuensi pernapasan 20 kali/menit.

4
Pada pemeriksaan dermatologis lokasi dikepala, pada efloresensi makula

cokelat berbintik hitam, bentuk bulat, ukuran diameter 3-4 cm, rambut tampak

putus tepat pada permukaan kulit dan warna rambut sekitarnya menjadi kusam.

Gambar 1. Kunjungan pertama 17 september 2019

Diagnosis pada pasien ini adalah Tinea kapitis tipe Black dot ring worm

dengan diferensial diagnosis alopesia areata, psoriasis, dan dermatitis seboroik.

Pada pasien dilakukan pemeriksaan mikroskopis kerokan kulit dengan KOH

dengan hasil ditemukannya Spora,Hypa positif. Diagnosa pada psien ini

5
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dermatologis dan

pemeriksaan laboratorrium maka diagnosis kerja pada pasien ini adalah Tinea

kapitis tipe black dot ring worm. Penatalaksaan pada pasien ini diberikan terapi

sistemik yaitu griseofulvin 500mg 2 x 1/2kapsul perhari dan terapi topikal termisil

salep 2 x 1 perhari.

Kepada pasien diberikan penjelasan mengenai penyakitnya, penyebab,

pilihan pengobatan, pencegahan dan edukasi untuk menjaga kebersihan kulit

kepala dengan menggunakan sampo sesuai aturan, tidak menggunakan handuk,

topi, sisir bersama anggota keluarga lain, tidak kontak dengan hewan peliharaan

selama pengobatan.Pasien disarankan untuk kontrol ulang di poli kulit di RSUD

Cut Meutia 1 minggu kemudian untuk evalusi pengobatan.

Keadaan pasien setelah 8 hari pengobatan rasa gatal berkurang, kusam

rambut mulai kurang namun rambut masih mudah putus dan rontok. Pasien tetap

melanjutkan pengobatan dan kontrol ulang 1 minggu kemudian. Pengobatan tetap

dilanjutkan minimal sampai dengan 6 minggu agar tidak terjadi berulang.

Prognosis pada pasien ini quo ad vitam bonam, quo ad functionam bonam,

quo ad sanactionam dubia ad bonam, jika penyembuhan telah dicapai dengan

pengobatan teratur dan kepatuhan pasien dalam berobat, serta menghindari faktor-

faktor infeksi pada pasien.

6
1.3 Diskusi

Seorang anak perempuan berusia 11 tahun . Insiden tinea kapitis bervariasi

menurut jenis kelamin, tetapi tingkat variasi tergantung pada mikroorganisme.

Tinea capitis mempengaruhi anak-anak terutama pra-pubertas antara 6 dan 10

tahun. Ketika agen etiologi adalah audouinii Microsporum, rasio antara pria dan

wanita adalah 5: 1; dengan M. canis, rasio bervariasi, namun infeksi pada anak

laki-laki biasanya lebih tinggi. infeksi Trichophyton kulit kepala mempengaruhi

anak perempuan dan anak laki-laki sama-sama. Meskipun paling sering terlihat

pada anak-anak praremaja, tinea capitis dapat terjadi pada orang dewasa. Pada

orang dewasa, perempuan terinfeksi lebih sering daripada pria. Tidak ada data

yang cukup tentang prevalensi tinea kapitis pada orang dewasa. Transmisi lebih

tinggi pada orang dengan kurangnya kebersihan, kepadatan dan status sosial

ekonomi rendah.1,4-9Insiden kasus baru tinea capitis di 2001 - 2006 dibandingkan

dengan Dermatomikosis kasus baru di Kulit dan Kelamin-Rawat Jalan Klinik Dr

Soetomo Rumah Sakit Surabaya adalah 0,31% - 1,55%. Insiden itu lebih besar

pada anak di bawah 14 tahun yang 93,33% dari pasien, sedangkan persentase anak

laki-laki lebih tinggi (54,5%) dibandingkan perempuan (45,5%). Kerion itu paling

banyak ditemukan pada 62,5% pasien dibandingkan dengan abu-abu jenis patch

(37,5%). 10

Dari anamnesis pada kasus ini, keluhan utama rambut rontok setempat di

kepala sejak ± 1 bulan yang lalu, sebelum timbul rambut rontok, awalnya pasien

mengeluhkan gatal-gatal di dearah tersebut dan menggaruk-garuk kepalanya,

hingga sebagian dari rambut kepala gambang putus, rambut tampak putus tepat

7
pada permukaan kulit dan rambut nampak lebih kusam dari biasanya. Pada kasus,

gambaran klinis pada pasien sesuai tinea kapitis tipe black dot ring worm yaitu

infeksi jamur dalam rambut (endotriks) atau di luar rambut (eksotriks), rambut

yang terkena infeksi patah, tepat dimuara folikel dan yang tertinggal adalah ujung

rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini

memberi gambaran khs yaitu black dot dan warna rambut sekitarnya menjadi

suram. 14-15

Berdasarkan literatur pada tinea kapitis tipe Black dot ringworm terutama

disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum. Pada

permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang di sebabkan

oleh genus Microsporum.Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada rambut

yang penuhspora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberi

gambaran khas, yaitu black dot, Ujung rambut yang patah kalau tumbuh kadang-

kadang masuk ke bawah permukaan kulit.15

Berdasarkan literatur tinea kapitis dibagi atas :

1. Gray patch ring worm : papula-papula miliar sekitar muara rambut,

rambut mudah putus, meninggalkan allopesia yang berwarna coklat.

8
2. Black dot ring worm : infeksi jamur dalam rambut (enditriks) atau luar

rambut (eksotriks), rambut putus tepat pada permukaan kulit,

meninggalkan makula coklat berbintik hitam dan warna rambut sekitarnya

menjadi suram.

3. Kerion : pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil dengan skuamasi akibat

radang lokal, rambut putus dan mudah dicabut.

4. Tinea favosa : bintik-bintik berwarna merah kuning ditutupi oleh krusta

yang berbentuk cawan (skuluta). Berbau busuk (mousy odor). Rambut

diatasnya putus-putus dan mudah dicabut.

9
Pasien pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Sebelumnya tidak ada

keluarga pasien mengeluhkan keluhan yang sama. Sumber penularan dapat

berasal dari manusia (antropofilik), hewan (zoofilik), dan tanah (geofilik).16

Ada tiga cara penularan dermatofita yaitu : 17

 Infeksi antropofilik yang menyebar dari satu anak ke anak yang lain dapat

hadir sebagai kasus sporadis. Terjadi penyebaran melalui kontak langsung

atau melalui penyebaran udara dari spora dan penyebaran tidak langsung

yaitu terkontaminasi dari benda-benda seperti sisir , sikat , topi dan lain

sebagainya.

 Infeksi menyebar dari hewan ke anak ( infeksi zoofilik ) melalui kontak

langsung maupun dengan lingkungan disekitar hewan yang terinfeksi

seperti karpet, pakaian, furnitur dan lain sebagainya.

 Infeksi menyebar dari tanah ke manusia ( infeksi geofilik ) namun jarang

terjadi

Diagnosis Tinea kapitis dilakukan dengan gambaran klinis. Namun

beberapa penyakit lain juga menyerupai Tinea kapitis, sehingga perlu dilakukan

10
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan lampu wood, pemeriksaan kerokan

kulit kepala KOH 10-20%, dan kultur. Namun pada pasien ini dilakukan

penegakan diagnosis berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan kerokan kulit

kepala KOH 10-20% .

Tabel 1. Gambaran klinis tinea capitis karena T. tonsurans dan M. canis

Organisme T. tonsurans M. canis


Organisme yang dominan di AS dan Amerika Tengah Afrika, Australia, Amerika Selatan, dan
Barat
Eropah
Sumber infeksi [1] anthropophilic zoofilik
Paling sering kucing dan anjing
Presentasi klinis [82] Kurang peradangan Bersisik, meradang, dengan rambut rontok
2-3 mm atau lebih
Rambut rontok pada tingkat di atas kulit kepala
kulit kepala, ditandai
sebagai titik hitam rambut rusak
Kebanyakan pola alopecia umum Beberapa dan kecil Sedikit dan bisa mencapai diameter besar
[83]
Pola menular [1] endothrix Ectothrix atau campuran
ujian lampu Wood [82] Tidak ada fluoresensi Kuning-hijau fluoresensi, spesifisitas tinggi
tetapi
sensitivitas rendah [84]
Biasanya menyelesaikan dengan Tidak Iya
pubertas [1]

Diagnosis berdasarkan klinis

Table 2. Dosing regimen for tinea capitis


Drug Current standard dose Dur
atio
n

Griseofulvin 10±25 mg/kg daily taken with food divided dose 8±10
weeks
Terbinafine , 20 kg 62´5 mg od: . 20 , 40 kg 125 mg od: . 40 kg 250 4
mg od weeks
a

Itraconazole 5 mg/kg per day 1±4


weeks
a
Longer for Microsporum infections.

11
Pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan :

 Sinar wood : fluoresensi kehijauan

 Pembiakan skuama dalam media agar sabouraud

 Preparat langsung dari kerokan kulit dengan larutan KOH 10% dapat

terlihat hifa atu spora dan miselium. Preparat langsung dari rambut dapat

terlihat hifa atau spora didalam rambut (endotriks) atau diluar rambut

(eksotriks)

Penatalaksaan pada pasien ini diberikan terapi sistemik yaitu griseofulvin

500 mg 2 x 1 kapsul perhari dan terapi topikal termisil salep 2 x 1 ue.

Griseofulvin masih menjadi baku emas untuk pengobatan tinea kapitis karena

aman dan dapat ditoleransi baik oleh anak. Griseofulvin bersifat fungistatik dan

menghambat mitosis dermatofita dengan cara menganggu pembentukan spindle

mikrotubulus. Absorbsi griseovulvin meningkat bila dikonsumsi bersama dengan

makanan terutama makanan berlemak.Dosis griseofulvin dalam bentuk microsize

yang direkomendasikan adalah 20-25 mg/kg berat badan dengan dosis tunggal

atau terbagi, sedangkan bentuk ultramicrosize diberikan dosis sebanyak 15 mg/kg

berat badan dengan dosis tunggal atau terbagi.Efek samping yang sering

berhubungan dengan traktus gastrointestinal seperti nausea dan sistem saraf pusat

seperti sakit kepala, mengantuk serta insomnia.Kelemahan griseofulvin adalah

lama pengobatan panjang yaitu minimal 6-8 minggu sampai 3-4 bulan, tergantung

kesembuhan klinis dan mikologik, serta rasanya yang pahit bila dalam bentuk

cair. Terapi alternatif dapat menggunakan ketokonazole, itrakonazole, flukonazole

dan terbinafin dengan lama pengobatan yang lebih singkat namun harga lebih

12
mahal.16 salep termisil diberikan 2 x 1,dimanatermisil ini mengandung Terbinafin

1%. Secara luas pada penelitian melaporkan keefektifan penggunaan terbinafin.

Terbenafin dapat ditoleransi penggunaanya pada anak-anak.16

BAD guidelines for tinea capitis 2014, L.C. Fuller et al. 459

Table 3 Summary of treatment choice

Laboratory diagnosis Scalp lesions in suspected cases should be sampled via scalpel scraping, hair pluck, brush or

swab. All specimens should be processed for microscopy and culture, where possible.

Susceptibility testing is not indicated (Strength of recommendation D)

Treatment In the presence of a kerion or where one or more of the cardinal clinical signs is present (scale,

lymphadenopathy, alopecia) it is reasonable to commence treatment while awaiting

confirmatory mycology (Strength of recommendation B)

Topical therapy alone is not recommended for the treatment of tinea capitis. Oral therapy is

generally indicated to achieve both clinical and mycological cure (Strength of recommendation A)

Choice of systemic therapy should be directed by causative dermatophyte and/or local

epidemiology (Strength of recommendation A)

First-line therapy Both griseofulvin and terbinafine have good evidence of efficacy and remain the most widely

used first-line treatments. As a general rule, terbinafine is more efficacious against Trichophyton

species (T. tonsurans, T. violaceum, T. soudanense), and griseofulvin more effective against Microsporum

species (M. canis, M. audouinii). In the U.K., griseofulvin remains the only licensed treatment for

tinea capitis in children, although the suspension formulation is no longer licensed for use.

Terbinafine requires a shorter course of treatment, which may increase compliance (Strength of

recommendation A)

Griseofulvin dose by body weight

< 50 kg 15–20 mg kg 1 per day (single or divided dose) for 6–8 weeks

13
> 50 kg 1 g per day (single or divided dose) for 6–8 weeks

Doses up to 25 mg kg 1 per day may be required in some cases

Terbinafine dose by body weight

< 20 kg 62 5 mg per day for 2–4 weeks

20–40 kg 125 mg per day for 2–4 weeks

> 40 kg 250 mg per day for 2–4 weeks

Treatment failure Initially consider lack of compliance, suboptimal absorption of drug, relative insensitivity of the

organism and reinfection. In cases of clinical improvement but ongoing positive mycology,

continue current therapy for a further 2–4 weeks. If there has been no initial clinical

improvement, proceed to second-line therapy below

Second-line therapy Itraconazole is safe, effective and has activity against both Trichophyton and Microsporum species. If

itraconazole has been selected as first-line therapy, convert to terbinafine second line for

Trichophyton infections or griseofulvin for Microsporum species, at standard dosing regimens (Strength

of recommendation C)

Itraconazole, 50–100 mg per day for 4 weeks, or 5 mg kg 1 per day for 2–4 weeks

Alternative agents For cases refractory to the above regimens, other modalities to be considered in exceptional

circumstances include fluconazole and voriconazole (see main text)

Additional measures Children receiving appropriate therapy should be allowed to attend school or nursery [Strength of

recommendation D (GPP)]

Prognosis tinea kapitis baik jika penyembuhan telah dicapai dan faktor-

faktor infeksi dapat dihindari, selain itu prognosis kasus tinea kapitis tergantung

dari berat ringannya inflamasi yang ditimbulkan oleh organisme penyebab,

sensitivitas organisme terhadap pengobatan dan adanya kekambuhan.

Kekambuhan biasanya tidak terjadi bila telah diberikan terapi yang adekuat serta

penemuan dan pengobatan terhadap hewan atau orang lain di sekitarnya yang

terinfeksi dan juga karier asimptomatik. Rambut yang terinfeksi biasanya dapat

14
tumbuh kembali, namun jika infeksi tidak diobati dan bertahan lama, maka

mungkin dapat terjadi alopesia permanen. Pencegahan dilakukan dengan tidak

menggunakan sisir, handuk, topi bersamaan dengan anggota keluarga lain dan

teman-teman sekolah untuk mencegah penularan.17

15
1.4 Kesimpulan

Tinea kapitis adalah infeksi jamur superfisial yang menyerang kulit kepala

dan rambut. Tinea kapitis dapat disebabkan oleh dermatofita genus Trichophyton

dan Microsporum terutama T. Rubrum, T. Mentagrophytes, dan M. Gypseum.

Tinea kapitis sering menyerang anak di usia praremaja atau dibawah 14 tahun.

Tine kapitis dibagi menjadi 3 jenis yaitu gray patch ring worm, black dot ring

worm, tinea favosa. Pada pasien mengeluhkan rambut yang terkena infeksi patah,

tepat dimuara folikel dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora.

Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khs

yaitu black dot dan warna rambut sekitarnya menjadi suram yang kemudian

dicurrigai sebagai tinea kapitis jenis black dot ring worm. Kemudian dilakukan

pemeriksaan kerokan lesi kulit kepala dengan KOH 10-20% dengan hasil

Spora,Hypa positif. Penatalaksaan pada pasien ini diberikan terapi sistemik yaitu

griseofulvin 500 mg 2 x 1 kapsul perhari dan terapi topikal termisil salep 2 x 1

perhari. Tujuan dari pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek

perjalanan penyakit dan mengurangi gejala klinis yang ada. Pencegahan dilakukan

dengan tidak menggunakan sisir, handuk, topi bersamaan dengan anggota

keluarga lain dan teman-teman sekolah untuk mencegah penularan.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Schieke SM, Garg A. infeksi jamur superfisial. Dalam: Wolff K, Goldsmith


LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editor. Fitzpatrick
Dermatologi di Kedokteran Umum. 8thed. New York. McGraw-Hill; 2013. p.
4270-4308.
2. Ely JW, Rosenfeld S, Batu MS. Diagnosis dan manajemen infeksi tinea. Am
Fam Physician 2014; 90 (10): 701-11.
3. Higgins EM, Fuller LC, Smith CH. Pedoman pengelolaan tinea capitis. Br J
Dermatol 2000; 143: 53-8.
4. Khosravi AR, Shokri H, Faktor Vahedi G. di etiologi dan predisposisi dari
tinea capitis dewasa dan kajian literatur yang diterbitkan. Mycopathologia
2016; 181: 371-8.
5. Bennassar A, Grimalt R. Manajemen tinea di masa kecil. Clin Cosmet Investig
Dermatol 2010; 3: 89-98.
6. Cervetti O, Albini P, Arese V, IBBA F, Novarino M, Panzone M. Tinea capitis
pada orang dewasa. Adv Microbiol. 2014; 4: 12-4.
7. Pandhi saya, Bhatia S, Pandhi SB, Pandhi S. Tinea capitis di 31 tahun tua laki-
laki dewasa: entitas yang langka. J Clin Perawatan Rep 2014; 04:12.
8. Auchus IC, Ward KM, Brodell RT, Brents MJ, Jackson JD. Tinea capitis pada
orang dewasa. Dermatology Online Journal 2016; 22 (3): 4-7.
9. Aly R, Hay RJ, Palacio AD, et al. Epidemiologi tinea capitis. Med Mycol
2000; 38 (1): 183-8.
Suyoso S. Tinea kapitis PADA bayi dan Anak. Diunduh Dari http:
//rsudrsoetomo.jatimprov. go.id/id/index.php/makalahkesehatan?download=7
1: tinea kapitis--pãda-bayi-anak. Agustus 2016.
10. Borchers SW. Teknik kasa dibasahi untuk membantu diagnosis tinea capitis. J
Am Acad Dermatol 1985; 13: 672-3.
11. Kepala ES, Henry JC, Macdonald EM. Teknik kapas untuk kultur infeksi
dermatofit: khasiat dan manfaat. J Am Acad Dermatol 1984; 11: 797-801.

17
12. Jacyk WK. kondisi kulit yang umum affeting kulit kepala: tinea capitis,
pediculosis capitis, dermatitis seboroik, ketombe, psoriasis. SA Pertanian Pract
2003; 45 (8): 54-5.
13. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. R. S. Siregar. Ed 3. Jakarta: EGC, 2014.
14. Buku AJAR ilmu Penyakit kulit dan kelamin. Ed ketujuh : FK UI, 2016
15. Nasution MA, Muis K, Rusmawardiana. Tinea kapitis. Dalam: Budimulja U,
Kuswadji, Bramono K, Menaldi SW, Dwihastuti P, Widaty S, editor.
Dermatomikosis superfisialis: pedoman untuk dokter dan mahasiswa
kedokteran. Balai penerbit FKUI: 2004. h. 24-30.
16. Health Protection Agency. Tinea Capitis in The United Kingdom: A report on
its diagnosis, management and prevention. London : Health Protection
Agency, March 2007
17. Elewski BE., Hughey LC., Sobera JO., Hay R. Fungal Diseases. In: Bolognia
JL., Jorizzo JL., Schaffer JV., eds. Dermatology. 3th ed. British: Elsevier
Saunders. 2012.p. 1251-84.

18

Anda mungkin juga menyukai