Anda di halaman 1dari 14

REFLEKSI KASUS

Tinea Kapitis

Disusun oleh:
Hasna Hanina Mujib
13/345207/KU/15658
Kelompok 17201

Pembimbing:
dr. Trijanto Agoeng Nugroho, M.Kes., Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD WONOSARI – FKKMK UGM
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Tinea kapitis (ringworm of the scalp) merupakan dermatofitosis

pada kulit kepala dan berhubungan dengan rambut yang disebabkan oleh

spesies Microsporum dan Trichophyton. Tinea kapitis merupakan penyakit

jamur yang sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Tinea

kapitis merupakan penyakit yang sudah dianggap sebagai masalah kesehatan

yang serius pada beberapa dekade dan sering muncul pada anak- anak usia

antara 3 sampai 14 tahun. Namun pada orang dewasa jarang terjadi, hal ini

terjadi akibat perubahan pada pH kulit kepala dan peningkatan asam lemak

yang berguna sebagai proteksi atau sebagai jamurstatik. Faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya tinea kapitis adalah higienitas yang buruk,

kepadatan penduduk dan status sosial ekonomi yang rendah.

Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI),

kompetensi SLE untuk dokter umum adalah 4A. Seorang dokter umum harus

mampu mendiagnosis hingga memberikan terapi dan edukasi yang paling

tepat untuk pasien.

2. Rumusan Masalah

a. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam kasus tinea

kapitis dan hasil apa yang diharapkan?

b. Bagaimana tatalaksana dan edukasi yang harus diberikan pada kasus tinea
kapitis?
3. Tujuan

a. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dan hasilnya pada kasus tinea

kapitis.

b. Untuk mengetahui tatalaksana dan edukasi kasus tinea kapitis.


BAB II

DESKRIPSI KASUS

Pasien dating ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Wonosari pada tanggal 6

Februari 2019 pukul 10.30 WIB.

1. Identitas Pasien

Nama : An. MB
Umur / TTL : 17 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Baleharjo
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar

2. Anamnesis

a. Keluhan Utama

Kepala terasa gatal.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

1 TSMRS pasien mengeluh gatal pada kepalanya. Pasien mengatakan

teraba plenting-plenting tersebar dikepala. Saat gatal biasanya pasien

menggaruknya. Gatal dirasakan hilang timbul. Teruma dirasakan setelah

olahraga. Plenting tidak nyeri dan panas.

Pasien tidak berobat, namun karena gatal pasien memotong rambutnya.

Keluhan membaik, namun tidak lama muncul kembali.


3 BSMRS keluhan masih menetap. Sebagian lesi terlihat menjadi putih

seperti mengelupas. Pasien mecoba menggunakan sampo ketokonazol.

Keluhan membaik, namun 1 minggu kemudian keluhan muncul lagi.

HMRS keluhan dikatakan belum membaik

c. Kontaktan

Shampo : Lifebuoy, dove, zinc

Cat rambut : 3 tahun yll

Minyak rambut : 3 tahun yll

Sabun : Lifebuoy, nuvo

Pewangi pakaian : Pewangi laundry

Parfum : Paris Hilton

Lotion :-

Minyak kayu putih :-

d. Gaya Hidup

 Pasien tinggal dirumah bersama kakek, nenek, orangtua, dan

kakaknya.

 Pasien merupakan pelajar kelas 1 SMA. Kesehariannya bermain

bersama keluarga di rumah dan teman sebaya di lingkungan rumah.

Berangkat sekolah mengendarai motor dengan menggunakan helm.

Helm dipakai bergantian dan tidak pernah dicuci.

 Pasien juga mengatakan jarang mencuci rambutnya.

 Pasien makan 3x sehari dengan nasi, lauk, dan sayur. Pasien jarang

makan buah.
e. Riwayat Penyakit Dahulu

 Keluhan serupa sebelumnya (-)

 Alergi makanan (+) : telur dan ikan

f. Riwayat Penyakit Keluarga

 Keluhan serupa : (+) kakak 5 tahun yll

 Hipertensi :-

 DM :-

 Riwayat alergi :-

3. Pemeriksaan Fisik dan Status Dermatovenereologi

KU : baik, kompos mentis

Kesadaran : E4V5M6

TD : 139/97 mmHg

Status Gizi

BB: 82 kg

TB: 178 cm

IMT: 25,9 (overweight)

Status Dermatovenereologi

Pada scalp, tampak plak tertutup skuama halus warna putih bentuk amorf

multipel tersebar ukuran bervariasi batas tegas tepi sedikit krusta.


4. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan.

5. Diagnosis Banding

 Tinea Kapitis

 Dermatitis Seborrhoik

 Psoriasis vulgaris (scalp)

6. Diagnosis Kerja

Tinea Kapitis

7. Tatalaksana

 Fungistop tablet 1x500mg

 Erazol + Desolex solution 2 dd ue

8. Prognosis

Ad vitam : Bonam

Ad functionam : Bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam


BAB III

PEMBAHASAN

1. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam kasus

tinea kapitis dan hasil apa yang diharapkan?

Diagnosis tinea capitis ditegakkan berdasarkan pada hasil gejala klinis dan

hasil tes laboratorium. Tes laboratorium yang dapat digunakan yaitu :

Wood’s lamp

• Wood’s lamp adalah metode yang simpel menggunakan sinar UV yang

berguna untuk screening awal pada kasus tinea kapitis.

• Namun pada kasus tinea kapitis sudah tidak disarankan lagi karena 90%

kasus tinea kapitis disebabkan oleh T. tonsurans.

• T. tonsurans berkembang didalam batang rambut (endothrix)  kutikula

rambut intak  wood’s lamp (-)

• Pada grey patch ringworm (ectothrix) dapat dilihat fluoresensi hijau

kekuning-kuningan (+)

Direct Microscopy

Specimen: rambut dan skuama

Hasil

○ Skuama: hifa, spora

○ Rambut:

- ectothrix: spora berada disekitar batang rambut


- endothrix: spora berada didalam batang rambut

- favus: terdapat airspaces pada batang rambut

Pemeriksaan KOH

Pengambilan sampel terdiri dari rambut sampai akar rambut serta

skuama. Setelah sampel diambil kemudian sampel diletakkan di atas gelas

alas, kemudian ditambahkan 1-2 tetes larutan KOH. Setelah sediaan

dicampurkan dengan KOH, ditunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan.

Untuk melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada

sediaan KOH misalnya tinta Parker super-chroom blue black.

Kultur

Medium kultur yang digunakan untuk jamur dermatofit adalah

sabouraud dextrose agar. Pemeriksaan diperlukan untuk menyokong

pemeriksaan penunjang lain dan untuk menentukan spesies jamur. Kerokan

yang diambil pada lesi di kulit kepala dengan menggunakan sikat kemudian di

ratakan di permukaan media kultur. Kebanyakan dermatofit tumbuh pada

suhu 26oC dan diperlukan waktu tumbuh setelah 2 minggu untuk dilakukan

pemeriksaan.
2. Bagaimana tatalaksana dan edukasi yang harus diberikan pada kasus

tinea kapitis?

Prinsip managemen untuk tinea kapitis yaitu terdiri dari pengobaan sistemik,

pengobatan topikal dan tindakan preventif. Tujuan pengobatan adalah untuk

mencapai klinis dan kesembuhan secepat mungkin serta mencegah

penyebaran.

Terapi Topikal
Pengobatan topikal antijamur tidak dianjurkan untuk terapi tunggal dalam

pengobatan tinea kapitis. Namun hal ini mungkin dapat mengurangi penularan

kepada orang lain dengan menurunkan pertumbuhan spora jamur. Selenium

sulfida, shampo ketokonazol dan shampo povidone iodine digunakan

seminggu 2-3 kali, untuk mengurangi spora jamur dan infektivitas.

Terapi Oral

Griseofulvin

Griseofulvin sebagai fungistatik dengan efek inhibitor RNA jamur, DNA,

menghambat sintesis asam nukleat, microtubular assembly, dan merusak

sintesis dinding sel. Lama pengobatan umumnya 6-12 minggu. Efek samping

griseofulvin jarang dijumpai, namun keluhan utama ialah sefalgia pada 15%

penderita. Efek sampig lainnya dapat berupa gangguan traktus digestivus ialah

nausea, vomitus, dan diare.

Antijamur Golongan Azole

Obat antijamur golongan azole termasuk ketokonazole, itrakonazole dan

flukonazole. Bekerja dengan menghambatan pembentukan ergosterol dalam

jamur dengan inhibitor sitokrom p450-dependent enzymes di dalam membran

sel.

Terbinafine
Terbinafine adalah fungisidal terhadap kedua Trichophyton dan Microsporum

spp. Terbinafine bekerja dengan memblok pembentukan ergosterol pada

membran sel jamur dengan menghambat squalene epoksidase yang mengarah

ke akumulasi squalene.

Edukasi

● Menjaga kebersihan diri dan lingkungan : rajin menjaga kebersihan rambut

dan rutin mengganti sprei

● Tidak menggunakan sisir secara bergantian

● Jika mempunyai hewan peliharaan dijaga kebersihannya

● Menganjurkan keluarga dekat untuk menggunakan shampo antifungal

untuk menurunkan kemungkinan adanya karier asimptomatik.


BAB IV

SIMPULAN

Tinea kapitis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur dermatofit
biasanya berasal dari spesies microsporum dan trichophyton yang terjadi pada
folikel rambut kulit kepala dan kulit sekitarnya. Manifestasi klinis tinea kapitis
pada tiap negara bervariasi dari rambut kusam, rambut patah dengan skala ringan
sampai berat, nyeri, inflamasi serta dapat juga ditemukan alopesia parsial dengan
beberapa tingkat peradangan, limfadenopati servical dan oksipital. Pengobatan
untuk tinea kapitis sebagai gold standar adalah griseofulvin sedangkan obat yang
dapat digunakan untuk alternatif terapi tinea kapitis adalah flukonazole,
ketokonazole, itrakonazole, dan terbinafine. Untuk mengurangi penularan dapat
menggunakan selenium sulfida, shampo ketokonazol dan shampo povidone iodine
digunakan seminggu 2 kali, untuk mengurangi spora jamur dan infeksivitas.
Namun pengobatan ini tidak dapat digunakan sebagai terapi tunggal.
DAFTAR PUSTAKA

E.M Higgins, dkk. Guideline for The Management of Tinea Capitis.British


Journal of Dermatology. 2000; 143:53-58

Lookingbill and Marks’. 2013. Principles Of Dermatology, 5th ed.


Saunders Elsevier.

Tuntas Rayindra. 2019. Kuliah Skin Infection. Dermatology &


Venereology. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Unandar Budimulja. Mikosis: dalam Prof. Dr. dr. Adhi Djuanda, dkk Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta : FKUI. 2008; p.92-99
Wolff, K & Johnson, RA. 2017. Fitzpatrick’s Color Atlas&Synopsis of
Clinical Dermatology, 8th ed. McGraw-Hill, New York.

Anda mungkin juga menyukai