Anda di halaman 1dari 170

DISKUSI

Departemen Kulit dan Kelamin


Fakultas Kedokteran
KASUS
Universitas Pattimura
Oleh:
Oktober 2021 Aditia Trimutyawati
2019-84-021

Pembimbing:
dr. Amanda Manuputty Sp.KK
Tinea Capitis
Identitas
 Nama : An. MRK
 Jenis kelamin : Pria
 Alamat : Asrama Tentara- Wara
 Umur : 11 Tahun
 Tgl MRS : 2 September 2021
Autoanamnesis
KU RAMBUT
RONTOK
Pasien anak 11 tahun. Rambut rontok sehari sebelum datang ke poliklnik. Pasien mengeluhkan
ada rasa gatal di daerah yang rontok yang terjadi sehari sehari sebelum datang. Rambut rontok dari
akar tanpa rasa nyeri. Pasien tidak memelihara binatang namun sering bermain dengan kucing liar di
lingkungan rumah. Riwayat alergi memakan daging ayam (+), riwayat keluarga alergi telur (+). Pasien
belum melakukan pengobatan di daerah kerontokan. Riwayat memakai handuk atau sisir dengan
anggota keluarga yang lain (-).
Pemeriksaan Fisik

● Keadaan umum : Tampak sakit ringan

● Kesadaran : Compos Mentis

● Gizi : Baik

● Higiene : Baik

● Tanda Vital

TD: 100/68 mmhg, Nadi: 82 x/menit, Respirasi: 22 x/menit, Suhu: 36,7 o C


Status Generalis

● Kepala : Sclera icterus (-), conjungtiva anemis (-), bibir sianosis (-)

● Jantung/Paru : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-), napas vesikular (+/+), rhonki (-

/-), wheezing (-/-)

● Abdomen : BU (+) normal, distensi (-).


● Ekstreitas : Akral hangat, edema (-).
● Kelenjar limfa : Pembesaran (-).
Status Dermatovenerologis

● Lokasi : Regio temporal dextra

● Ukuran : Numular

● Efloresensi : Lesi soliter berbatas tegas dengan Skuama Halus


FOTO KLINIS
FOTO KLINIS
Laboratorium

Kerokan Kulit Kepala


KOH 10% didapatkan hifa
panjang bersepta
RESUME

Pria anak MK 11 tahun datang dengan keluhan alopecia disertai pruritus (+) yang dialami
sejak 1 hari lalu. Riwayat anggota keluarga dengan keluhan yang sama (-). Penggunaan
handuk dan sisir bersama disangkal. Rambut rontok tanpa rasa nyeri. Riwayat alergi (-).
Riwayat pengobatan sebelumnya (-). Status Dermatovenereologis; lokasi keluhan pada
regio temporal dextra. Ukuran nummular. Efloresensi: Lesi soliter berbatas tegas dengan
Skuama Halus
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
BANDING
Tinea Capitis
• Dermatitis Seboroik
• Alopecia Areata
Planning Terapi
Pemeriksaan KOH 20% Terapi Sistemik :
- Griseofulvin microsize Tab 20mg/kgbb/hari
(6-8 minggu)

Terapi topikal : - Ketoconazole


Shampoo 2% 3x/minggu (2 minggu)
—Prognosis
—PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam

Ad Functionam : Bonam

Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

—Edukasi
Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa:

 Penyakit akibat infeksi jamur dan dapat menular


 Tidak menggunakan barang personal bersama
 Tidak kontak dengan binatang peliharaan
 Meminum obat dengan teratur
Infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis
mata, dan bulu mata ditandai dengan Prevalensi:
alopesia setempat Sering terjadi pada anak
umur 5-14 tahun dan anak
laki > anak perempuan

Tinea Capitis

Faktor yang
mempengaruhi seperti
kebersihan, gizi,
lingkungan Penyebab:
Dermatofit Tricophyton dan Microsum Sp.
Gambaran Klinis

Grey Patch Kerion Black Dot Favus

• Inflamasi minimal, rambut • Spektrum klinis mulai dari • Rambut mudah patah pada • Bentuk yang berat dan kronis
pada daerah terkena berubah folikulitis pustular hingga permukaan skalp, berupa plak eritematosa
warna menjadi abu-abu dan furunkel atau kerion. meninggalkan kumpulan perifolikular dengan skuama.
tidak berkilat, rambut mudah • Sering trjadi alopesia titik hitam pada daerah • Awalnya berbentuk papul kuning
patah di atas permukaan sikatrisial. alopesia (black dot). kemerahan membentuk krusta
skalp. • Kadang masih terdaat sisa tebal warna kekuningan (skutula).
• Lesi biasanya gatal, dapat
• Lesi tampk berskuama, disertai nyeri dn rambut normal di antara • Skutula dapat berkonfluens
hiperkeratosis, dan berbatas limfadenopati servikalis alopesia. membentuk plak besar dengan
tegas karena rambut yang posterior. • Skuama difus umum mousy odor.
patah. ditemui. • Plak dapat meluas dan
meninggalkan area sentral yang
atrofi dan alopesia.
Gambaran Klinis
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit
menggunakan mikroskop dan KOH 20%
 tampak hifa panjang &/ artrospora.

Pengambilan spesimen pada tinea kapitis dapat


dilakukan dengan mencabut rambut, menggunakan
skalpel untuk mengambil rambut dan skuama,
menggunakan swab (untuk kerion) atau menggunakan
cytobrush. Pengambilan sampel terbaik di bagian tepi
lesi.

2. Lampu Wood
 Berfluoresensi kuning-hijau yang disebabkan oleh
Microsposrum spp.
Diagnosis Banding

Semua kondisi yang dapat menyebabkan alopesia setempat


dengan perubahan inflamasi pada kulit kepala.

Alopecia Aerata: menunjukkan area yang eritema


dan meskipun kelainan ini tidak disertai skuama
namun dapat terjadi bersamaan dengan dermatitis
seboroik
Dermatitis Seboroik: biasanya tidak terbatas pada
kulit kepala dan dapat ditemukan ditempat lain
TERAPI
Nonmedikamentosa
1. Menghindari dan mengeliminasi agen penyebab
2. Mencegah penularan

Medikamentosa
1. Topikal: tidak disarankan bila hanya terapi topikal saja.
Rambut dicuci dengan sampo antimikotik:
Selenium sulfida 1% dan 2,5% 2-4 kali/minggu atau sampo ketokonazol 2% 2 hari sekali selama 2-4 minggu
2. Sistemik
 Spesies Microsporum
Obat pilihan:
- Griseofulvin fine particle/microsize 20-25 mg/kgBB/hari dan ultramicrosize 10-15 mg/kgBB/hari slama 8 minggu.
Alternatif:
- Itrakonazol 50-100 mg/hari atau 5 mg/kgBB/hari selama 6 minggu.
- Terbinafin 62,5 mg/hari (BB 10-20kg), 125 mg (BB 20-40kg) dan 250 mg/hari (BB >40kg) selama 4 minggu.
 Spesies Trichophyton
Obat pilihan:
- Terbinafin 62,5 mg/hari (BB 10-20 kg), 125 mg (BB 20-40 kg dan 250 mg/hari (BB >40 kg) selama 2-4 minggu
Alternatif :
- Griseofulvin 8 minggu - Itrakonazol 2 minggu - Flukonazol 6 mg/kgBB/hari selama 3-4 minggu
—Prognosis

Bila diobati dengan benar, penyakit akan sembuh dan tidak kambuh, kecuali bila
terpajan ulang dengan jamur penyebab.

Quo ad vitam : bonam


Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanactionam : bonam
EDUKASI

1. Menjaga kebersihan diri


2. Mematuhi pengobatan yang diberikan untuk mencegah resistensi obat
3. Pastikan kulit dalam keadaan kering sebelum menutup area yang rentan terinfeksi jamur
4. Hindari penggunaan handuk atau pakaian bergantian dengan orang lain. Cuci handuk yang kemungkinan
terkontaminasi.
5. Skrining keluarga
6. Tatalaksana linen infeksius: pakaian, sprei, handuk dan linen lainnya direndam dengan sodium hipoklorit 2%
untuk membunuh jamur atau menggunakan disinfektan lain
Scabies
Identitas
 Nama : An. MFI
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Asmil Denkav 5
 Umur : 9 Bulan
 Tgl MRS : 28 September 2021
Autoanamnesis
KU Bintik-bitnik kemerahan di tumit

Pasien bayi 9 bulan diantar ibunya dengan keluhan bintil-bintil merah pada tumit, sela-sela jari tangan,
dan bagian perut sejak 2 minggu SMRS, bitnik-bitnik merah tersebut tampaknya gatal, hal ini terlihat
dari pasien yang sering rewel dan mengelus-elus kakinya di kasur pada malam hari. Pasien sempat
berobat ke dokter anak, diberikan puyer dan salep lalu keluhan pasien menghilang, namun keluhan
muncul kembali. Ibu pasien memiliki keluhan yang sama yang telah sembuh setelah berobat seminggu
lalu. Kebersihan diri pasien baik, namun pasien tidur dengan ibunya.
Pemeriksaan Fisik

● Keadaan umum : Tampak sakit ringan

● Kesadaran : Compos Mentis

● Gizi : Baik

● Higiene : Baik

● Tanda Vital

TD: 80/50, Nadi: 120 x/menit, Respirasi: 40 x/menit, Suhu: 36,7 o C


Status Generalis

● Kepala : Sclera icterus (-), conjungtiva anemis (-), bibir sianosis (-)

● Jantung/Paru : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-), napas vesikular (+/+), rhonki (-

/-), wheezing (-/-)

● Abdomen : BU (+) normal, distensi (-).


● Ekstreitas : Akral hangat, edema (-).
● Kelenjar limfa : Pembesaran (-).
Status Dermatovenerologis

● Lokasi : R interdigiti manus D/S, R dorsum pedis, dan R abdomen

● Ukuran : Bervariasi

● Efloresensi : Papul eritematous multipel, batas tidak jelas

Laboratorium
FOTO KLINIS
FOTO KLINIS
FOTO KLINIS
RESUME

Bayi MFI 9 bulan datang dengan keluhan pruritus pada regio interdigiti manus D/S, dorsum pedis
dan abdomen sejak 2 minggu yang lalu. Riwayat kebiasaan; pasien tidur bersama ibunya (+),
riwayat keluarga; ibu memiliki keluhan yang sama (+). Status Dermatovenereologis; lokasi
keluhan pada regio interdigiti manus D/S, dorsum pedis, dan abdomen. Ukuran bervariasi.
Efloresensi: Papul eritematous multipel, batas tidak jelas.
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
BANDING
Scabies • Urtikaria Papular
• Dishidrosis
Planning Terapi
- Terapi Sistemik :
Cetirizin Syr. 2,5 ml 1x sehari
Erithromycin Syr. 2,5 ml 3x sehari
Terapi topikal :
Permethrine Cream 5% dioleskan seluruh
tubuh selama 8 jam, dimulai pada malam
hari hingga dibilas pagi hari
—Prognosis
—PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam

Ad Functionam : Dubia ad Bonam

Ad Sanationam : Bonam

—Edukasi
Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa:

 Penyakit akibat parasite dan dapat menular


 Tidak menggunakan barang personal bersama
 Meminum obat dengan teratur
 Memeriksakan orang serumah yang kontak dgn pasien
Penyakit endemis yang terjadi di
daerah beriklim tropis maupun
Penyakit kulit yang sangat subtropis khususnya di daerah
menular pasifik

Infestasi dan sensitisasi


Sarcoptes scabiei Var.
Scabies Masuk pada 12
penyakit yang
Hominis sering terjadi di
Indonesia dan berada
pada posisi ke-3

Cara penularan (transmisi):


Dikenal juga
Kontak langsung (skin to skin)
dengan istilah
Kontak tak langsung (melalui benda)
penyakit kudis
Etiopatogenesis

Sarcoptes scabiei
Masuk ke dalam kulit

Masa inkubasi 4-6


minggu Erosi, ekskoriasi, krusta, dan
infeksi sekunder

Host tersensitisasi tungau dan


produknya lalu menimbulkan PRURITUS GARUKAN
hipersensitivitass
GAMBARAN KLINIS

Diagnosis perkiraan (presumtif) apabila ditemukan trias:


1. Lesi kulit pada daerah predileksi.
 Lesi kulit: terowongan (kunikulus) berbentuk garis lurus atau berkelok, warna putih atau
abu-abu dengan ujung papul atau vesikel. Apabila terjadi infeksi sekunder timbul pustul atau
nodul.
 Daerah predileksi pada tempat dengan stratum korneum tipis, yaitu: sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak, areola mamae, umbilikus,
bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat mengenai wajah, skalp,
telapak tangan dan telapak kaki.
2. Gatal terutama pada malam hari (pruritus nocturnal).
3. Terdapat riwayat sakit serupa dalam satu rumah/kontak.
Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis pasti apabila ditemukan: tungau, larva, telur atau kotorannya melalui pemeriksaan
penunjang (mikroskopis)

1. Kerokan Kulit
2. Mengambil tungau dengan jarum
3. Tes Tinta (Burrow ink test)
4. Uji tetrasiklin
5. Dermoskopi
Diagnosis Banding
Prurigo :

Biasanya berupa papul, gatal, predileksi bagian


ekstensor ekstremitas, dan biasanya gatal pada
malam hari.

Gigitan serangga :
Timbul setelah gigitan berupa urtikaria dan papul.
Terapi Nonmedikamentosa

1. Menjaga higiene individu dan lingkungan.

2. Dekontaminasi pakaian dan alas tidur dengan mencuci pada suhu 60°C atau
disimpan dalam kantung plastik tertutup selama beberapa hari.
Karpet, kasur, bantal, tempat duduk terbuat dari bahan busa atau berbulu perlu dijemur di
bawah terik matahari setelah dilakukan penyedotan debu.
Terapi Medikamentosa

Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Topikal
 Krim permetrin 5% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam (dapat diulang setelah satu pekan).
 Krim lindane 1% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam (cukup sekali pemakaian, dapat diulang bila belum sembuh setelah 1
pekan). Tidak boleh digunakan pada bayi, anak kecil, dan ibu hamil.
 Salep sulfur 5-10%, dioleskan selama 8 jam, 3 malam berturut-turut.
 Krim krotamiton 10% dioleskan selama 8 jam pada hari ke-1,2,3, dan 8.
 Emulsi benzil benzoat 10% dioleskan selama 24 jam penuh.

2. Sistemik
 Antihistamin sedatif (oral) untuk mengurangi gatal.
 Bila infeksi sekunder dapat ditambah antibiotik sistemik.
 Pada skabies krustosa diberikan ivermektin (oral) 0,2 mg/kg dosis tunggal, 2-3 dosis setiap 8-10 hari.
Tidak boleh pada anak-anak dengan berat kurang dari 15 kg, wanita hamil dan menyusui.
—Edukasi
1. Menjaga higiene perorangan dan lingkungan.
2. Pemakaian obat secara benar dan kepada seluruh orang yang kontak secara serempak.

—Prognosis
Prognosis sangat baik bila dilakukan tata laksana dengan tepat. Pruritus dapat bertahan beberapa minggu setelah
pengobatan akibat reaksi hipersensitif terhadap antigen tungau. Skabies nodular dapat bertahan beberapa bulan setelah
pengobatan.

●Quo ad vitam : bonam

●Quo ad funtionam : dubia ad bonam

●Quo ad sanactionam : bonam


Tinea Corporis
Identitas
 Nama : An. ADS
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Asmil OSM
 Umur : 7 tahun
 Tgl MRS : 30 September 2021
Autoanamnesis
KU Bercak merah yang gatal pada perut

Pasien anak 7 tahun diantar ibunya dengan keluhan gatal pada bercak merah di bagian perut sejak 1
bulan SMRS. Pasien mengeluhkan rasa gatal pada bercak merah yang awalnya berukuran kecil dan
lama-kelamaan menjadi besar, gatal dirasakan terutama pada saat pasien berkeringat. Pasien belum
pernah mengalami keluhan ini sebelumnya dan pada keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang
sama. Pasien suka memelihara kucing liar yang ia temui di jalan. Pasien belum pernah mengobatinya.
Pemeriksaan Fisik

● Keadaan umum : Tampak sakit ringan

● Kesadaran : Compos Mentis

● Gizi : Baik

● Higiene : Baik

● Tanda Vital

TD: 90/60 mmhg, Nadi: 100 x/menit, Respirasi: 26 x/menit, Suhu: 36,6 o C
Status Generalis

● Kepala : Sclera icterus (-), conjungtiva anemis (-), bibir sianosis (-)

● Jantung/Paru : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-), napas vesikular (+/+), rhonki (-

/-), wheezing (-/-)

● Abdomen : BU (+) normal, distensi (-).


● Ekstreitas : Akral hangat, edema (-).
● Kelenjar limfa : Pembesaran (-).
Status Dermatovenerologis

● Lokasi : R abdomen

● Ukuran : Plakat

● Efloresensi : Makula eritematous soliter, batas jelas, tepi aktif, polisiklik,


central healing

Laboratorium
FOTO KLINIS
RESUME

Pasien anak 7 tahun datang dengan keluhan pruritus (+) pada regio abdomen sejak 1 bulan SMRS.
RIwayat anggota keluarga mengalami keluhan yang sama (+) dan riwayat kontak dengan keluarga
yang bersangkutan (+). Riwayat memelihara hewan liar (+). Status Dermatovenereologis; lokasi
keluhan pada regio abdomen. Ukuran plakat. Efloresensi: Makula eritematous soliter, batas jelas,
tepi aktif, polisiklik, central healing.
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
BANDING
Tinea Corporis • Psoriasis
• Pityriasis Rosea
Planning Terapi
- Terapi Sistemik :
Griseofulvin 125 mg tab 2x sehari
Terapi topikal :
Ketokonazole Cream 2x sehari
—Prognosis
—PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam

Ad Functionam : Bonam

Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

—Edukasi
Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa:

 Penyakit akibat infeksi jamur dan dapat menular


 Tidak menggunakan barang personal bersama
 Tidak kontak dengan binatang peliharaan
 Meminum obat dengan teratur
Infeksi dermatofita pada kulit tubuh tidak
berambut (glabrous skin) Menginfeksi laki-laki dan
perempuan, serta terjadi
pada semua kelompok umur

Tinea Corporis

Faktor yang mempengaruhi


seperti iklim yang panas dan
lembab, obesitas, penyakit
sistemik, penggunaan steroid
Penyebab tersering yaitu Dermatofit Tricophyton Sp.
Manifestasi Klinis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik


• Ruam yang gatal di badan,
• Mengenai kulit berambut halus
ekstremitas atau wajah
• Secara klinis tampak lesi berbatas tegas, polisiklik,
• Keluhan gatal terutama bila
tepi aktif (tanda radang lebih jelas) dan polimorfi yang
berkeringat
terdiri atas eritema, skuama, dan kadang papul dan
vesikel di tepi, normal di tengah (central healing)
Gambaran Klinis
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit
menggunakan mikroskop dan KOH 20%.
Pengambilan sampel terbaik di bagian tepi lesi.

 tampak “hifa Panjang” (dua garis sejajar terbagi oleh


sekat, dan bercabang) maupun “artrospora” (spora
berderet) pada kelainan kulit lama dan/atau sudah
diobati.
Diagnosis Banding

Morbus Hansen:
MH tipe tuberkuloid makula eritematosa dgn tepi
sedikit aktif

Pitiriasis Rosea Gibert:


Makula eritematosa dgn gambaran tepi sedikit
meninggi, ada papul, skuama, diameterpanjang lesi
menuruti garis kulit
TERAPI
Medikamentosa
1.Topikal:
 Obat pilihan
Golongan alilamin (krim terbinafin, butenafin) sekali sehari selama 1-2 minggu.
 Alternatif
Golongan azol: misalnya, krim mikonazol, ketokonazol, klotrimazol 2 kali sehari selama 4-6 minggu.
2. Sistemik:
Diberikan bila lesi kronik, luas, atau sesuai indikasi
 Obat pilihan:
Terbinafin oral 1x250 mg/hari (hingga klinis membaik dan hasil pemeriksaan laboratorium negatif) selama 2 minggu.
 Alternatif:
- Itrakonazol 2x100 mg/hari selama 2 minggu
- Griseofulvin oral 500 mg/hari atau 10-25 mg/kgBB/hari selama 2-4 minggu
- Ketokonazol 200 mg/hari
—Prognosis

Bila diobati dengan benar, penyakit akan sembuh dan tidak kambuh, kecuali bila
terpajan ulang dengan jamur penyebab.

Quo ad vitam : bonam


Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanactionam : bonam
EDUKASI

1. Menjaga kebersihan diri


2. Mematuhi pengobatan yang diberikan untuk mencegah resistensi obat
3. Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan menyerap keringat
4. Pastikan kulit dalam keadaan kering sebelum menutup area yang rentan terinfeksi jamur
5. Hindari penggunaan handuk atau pakaian bergantian dengan orang lain. Cuci handuk yang kemungkinan
terkontaminasi.
6. Skrining keluarga
7. Tatalaksana linen infeksius: pakaian, sprei, handuk dan linen lainnya direndam dengan sodium hipoklorit 2%
untuk membunuh jamur atau menggunakan disinfektan lain
Morbus Hansen
Identitas
 Nama : An. TF
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Wayame
 Umur : 5 tahun
 Tgl MRS : 27 September 2021
Autoanamnesis
KU Bercak kemerahan pada perut, kaki, dan tangan

Pasien anak 5 tahun diantar ibunya dengan keluhan muncul bintik-bintik kemerahan di bagian perut,
kaki dan tangan sejak 7 bulan SMRS. Bercak pertama kali muncul di perut, tiidak gatal dan tidak
nyeri. Pasien pernah berobat ke dokter, didiagnosa alergi, lalu diberikan CTM dan salep, namun tidak
ada perbaikan. Pasien memiliki alergi terhadap susu sapi. Pada keluarga, sepupu pasien yang tinggal
serumah mengalami keluhan yang sama.
Pemeriksaan Fisik

● Keadaan umum : Tampak sakit ringan

● Kesadaran : Compos Mentis

● Gizi : Baik

● Higiene : Baik

● Tanda Vital

TD: 80/50 mmhg, Nadi: 95 x/menit, Respirasi: 24 x/menit, Suhu: 36,5 o C


Status Generalis

● Kepala : Sclera icterus (-), conjungtiva anemis (-), bibir sianosis (-)

● Jantung/Paru : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-), napas vesikular (+/+), rhonki (-

/-), wheezing (-/-)

● Abdomen : BU (+) normal, distensi (-)


● Ekstreitas : Akral hangat, edema (-)
● Kelenjar limfa : Pembesaran (-)
Status Dermatovenerologis

● Lokasi : R abdomen, R cruris posterior, R digiti manus 4 & 5, R tarsal dextra

● Ukuran : Numular (R abdomen), Plakat (R cruris dextra posterior),


Lentikular (R digiti manus 4 & 5), Plakat (R tarsal dextra)

● Efloresensi : Makula eritematous, berbatas tegas

Laboratorium

● Reitz Serum: Kaki kanan (+) Kuman Fragmented


FOTO KLINIS
FOTO KLINIS
RESUME

Pasien anak 5 tahun datang dengan keluhan timbul macula eritematous (+) pada regio abdomen,
regio cruris dextra posterior, regio digiti manus 4 & 5, regio tarsal dextra. Riwayat anggota
keluarga mengalami keluhan yang sama (+). Pemeriksaan Reitz serum (+) pada cruris dextra.
Status Dermatovenereologis; lokasi keluhan pada regio abdomen, regio cruris posterior, regio
digiti manus 4 & 5, regio tarsal dextra. Ukuran: numular (R abdomen), plakat (R cruris dextra
posterior), Lentikular (R digiti manus 4 & 5), Plakat (R tarsal dextra). Efloresensi: makula
eritematous, berbatas tegas.
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
BANDING
Morbus Hansen • Morbus Hansen tipe Pausibasiler
tipe Multibasiler • Liken simpleks kronikus
Planning Terapi
Reitz Serum Pengobatan dengan multi drug therapy
(MDT) tipe MB:
• Rifampisin
• Ofloksasin
• Minosiklin
—Prognosis
—PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam

Ad Functionam : Dubia ad Bonam

Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

—Edukasi
Menjelaskan kepada ibu pasien mengenai:

 Penyakit MH, cara penularannya, dan pengobatannya


 Memonitor pengobatan pasien agar tuntas sesuai waktu pengobatan
 Memotivasi anggota keluarga lain yang memiliki gejala serupa untuk berobat
Identitas
 Nama : Tn. ZW
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : SBB
 Umur : 42 tahun
 Tgl MRS : 1 Oktober 2021
Autoanamnesis
KU Bercak putih pada badan dan tangan

Pasien laki-laki 42 tahun datang dengan keluhan muncul bercak putih di bagian dada dan perut,
punggung, dan kedua lengan atas sejak 1 tahun yang lalu. Bercak pertama kali muncul di punggung,
tiidak gatal dan tidak nyeri. Pasien pernah berobat ke dokter, didiagnosa alergi, lalu diberikan salep
dan bercak sempat menghilang, namun ketika salep habis, bercak kembali muncul. Pasien sering
menggunakan benda bersama dengan istrinya.
Pemeriksaan Fisik

● Keadaan umum : Tampak sakit ringan

● Kesadaran : Compos Mentis

● Gizi : Baik

● Higiene : Baik

● Tanda Vital

TD: 120/80 mmhg, Nadi: 70 x/menit, Respirasi: 20 x/menit, Suhu: 36,6 o C


Status Generalis

● Kepala : Sclera icterus (-), conjungtiva anemis (-), bibir sianosis (-)

● Jantung/Paru : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-), napas vesikular (+/+), rhonki (-

/-), wheezing (-/-)

● Abdomen : BU (+) normal, distensi (-)


● Ekstreitas : Akral hangat, edema (-)
● Kelenjar limfa : Pembesaran (-)
Status Dermatovenerologis

● Lokasi : R thorax, R abdomen, R truncus posterior, R brachii dextra

● Ukuran : Bervariasi

● Efloresensi : Multipel makula hipopigmentasi, permukaan rata, batas tegas


Laboratorium

Reitz Serum

Telinga kanan: (+) Spora


Telinga kiri: (+) Spora
FOTO KLINIS
RESUME

Pasien laki-laki 42 tahun datang dengan keluhan timbul macula hipopigmentasi (+) pada regio
thorax, regio abdomen, regio truncus posterior, dan regio brachii sinistra sejak 1 tahun lalu.
Riwayat memakai barang Bersama dengan keluarga (+). Pemeriksaan Reitz serum (+) pada
auricula dextra et sinistra. Status Dermatovenereologis; lokasi keluhan pada regio thorax, regio
abdomen, regio truncus posterior, dan regio brachii dextra. Ukuran: bervariasi. Efloresensi:
multiple makula hipopigmentasi, berbatas tegas.
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
BANDING
Morbus Hansen • Morbus Hansen tipe Multibasiler
tipe Pausibasiler • Pityriasis versikolor
Planning Terapi
- Pengobatan dengan multi drug therapy
(MDT) tipe PB:
• Rifampisin
• Dapsone
—Prognosis
—PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam

Ad Functionam : Dubia ad Bonam

Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

—Edukasi
Menjelaskan kepada pasien mengenai:

 Penyakit MH, cara penularannya, dan pengobatannya


 Memonitor pengobatan pasien agar tuntas sesuai waktu pengobatan
 Memotivasi anggota keluarga lain yang memiliki gejala serupa untuk berobat
Penyakit infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan
oleh basil Mycobacterium leprae.

Penularan melalui
Masa inkubasi 40
inhalasi atau kontak
hari – 40 tahun,
rata-rata 3-5 tahun Morbus Hansen langsung kulit lama
dan erat

Saraf perifer sebagai afinitas pertama, kemudian selanjutnya dapat menyerang kulit, lalu menyebar ke
organ lain (mukosa mulut, traktus respiratorius bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang,
dan testis), kecuali susunan saraf pusat
Patofisiologi
Klasifikasi WHO

PB MB
1. Lesi kulit • 1-5 lesi • > 5 lesi
Makula datar, papul yang meninggi, nodus • Hipopigmentasi/eritema
• Distribusi tidak simetris • Distribusi lebih simetris
• Hilangnya sensasi yang jelas • Hilangnya sensasi kurang
jelas
2. Kerusakan saraf • Hanya satu cabang saraf • Banyak cabang saraf
Menyebabkan hilangnya sensasi / kelemahan
otot yang dipersarafi oleh saraf yang terkena
GAMBARAN KLINIS
Tanda cardinal menurut WHO:
1. Bercak kulit yang mati rasa
Bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar (makula) atau meninggi (plak). Mati rasa pada bercak
bersifat total atau sebagian terhadap rasa raba, suhu, dan nyeri.
2. Penebalan saraf tepi Dapat/tanpa disertai rasa nyeri dan gangguan fungsi saraf yang terkena, yaitu:
¤ Gangguan fungsi sensoris: mati rasa
¤ Gangguan fungsi motoris: paresis atau paralisis
¤ Gangguan fungsi otonom: kulit kering, retak, edema, pertumbuhan rambut terganggu.
3. Ditemukan kuman tahan asam
Bahan pemeriksaan berasal dari apusan kulit cuping telinga dan lesi kulit pada bagian yang aktif. Kadang-kadang
bahan diperoleh dari biopsi saraf.
GAMBARAN KLINIS

Diagnosis kusta ditegakkan bila ditemukan paling sedikit satu tanda kardinal. Bila tidak atau belum dapat
ditemukan, disebut tersangka/suspek kusta, dan pasien perlu diamati dan diperiksa ulang 3 sampai 6 bulan
sampai diagnosis kusta dapat ditegakkan atau disingkirkan.

Selain tanda kardinal di atas, didapatkan riwayat berikut:


1. Riwayat kontak dengan pasien kusta.
2. Latar belakang keluarga: riwayat tinggal di daerah endemis, dan keadaan sosial ekonomi.
3. Riwayat pengobatan kusta.
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Bakterioskopik
• Sediaan: kerokan jaringan kulit atau mukosa dan mukosa hidung diwarnai Ziehl Neelsen
• Diperiksa min 4-6 tempat  kedua cuping telinga, 2-4 lesi yang aktif

2. Pemeriksaan Histopatologik
• Tipe tuberkuloid: tuberkel dan kerusakan saraf, tidak ada/sedikit kuman dan non solid.
• Tipe lepromatosa: didapati sel Virchow dengan banyak kuman

3. Pemeriksaan Histopatologik
• Antibodi spesifik M. leprae  ab anti phenolic glucolipid 1 (PGL-1) dan antibody antiprotein 16 kD, 35 kD
• Antibodi tidak spesifik  ab anti-lipoarabinoman (LAM)
Diagnosis Banding

Liken Simpleks Kronikus


Peradangan kulit kronis, gatal, dan sirkumskrip
yang ditandai dengan penebalan kulit dan kulit

  
tampak lebih menonjol (likenifikasi) akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang.

Pitiriasis Versikolor
Makula berbatas tegas, hipopigmentasi /
hiperpigmentasi, terdiri atas berbagai ukuran.
Pemeriksaan lampu wood: lesi berwarna kuning
keemasan.
TERAPI
—Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam – dubia ad malam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam – dubia ad malam

1. Cenderung ke dubia ad bonam: 2. Cenderung ke dubia ad malam:


• Diagnosis dini • Tanpa pengobatan
• Tanpa kerusakan saraf pda awal diagnosis • Komplikasi berhubungan dengan hilangnya sensasi pada
• Pengobatan cepat dan tepat dan adekuat anggota tubuh dan jari-jari
• Melaksanakan kegiatan perawatan diri • Kerusakan saraf dan komplikasinya
• Sering terjadi neuritis dan reaksi yang mungkin menyebabkan
kerusakan permanen,
• Tidak melakukan perawatan diri.
EDUKASI

1. Kusta, disebabkan oleh kuman kusta dan dapat disembuhkan dengan MDT, bila diminum teratur tiap hari sesuai dosis
dan lama terapi yang ditentukan.

2. Penjelasan tentang efek samping obat MDT seperti urin berwarna merah, bercak kulit gatal, berwarna kekuningan dan
perubahan warna kulit.

3. Penjelasan tentang gejala dan tanda reaksi kusta.

4. Cacat baru dapat timbul saat atau setelah pengobatan dan dapat diobati.

5. Penyembuhan cacat yang sudah ada sebelumnya, tergantung pada lamanya cacat diderita.

6. Cari dan periksa kontak untuk konfirmasi dan pengobatan.

7. Perawatan diri harus dilakukan tiap hari secara teratur.


Neurodermatitis
Identitas
 Nama : Tn. BT
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Passo
 Umur : 65 Tahun
 Tgl MRS : 28 September 2021
Autoanamnesis
KU Gatal-gatal di tangan kiri dan kaki kanan

Pasien laki-laki 65 tahun datang dengan keluhan gatal di tangan kiri dan kaki kanan sejak 1 tahun yang lalu.
Keluhan pasien sering sering hilang timbul. Awalnya keluhan muncul di tangan kiri berupa titik hitam kecil,
kemudian muncul di kaki kanan. Gatal menghilang saat digaruk, namun akan timbul lagi beberapa hari
setelahnya. Kulit yang digaruk semakin menebal dan berwarna hitam. Pasien sempat berobat ke dokter kulit,
diberikan salep tapi keluhan tidak membaik. Keluarga pasien tidak memiliki keluhan yang sama. Riwayat alergi
pada detergen ada, sementara riwayat penyakit lain disangkal. Riwayat kebiasaan: pasien sering menggaruk dan
pasien sering mandi air hangat.
Pemeriksaan Fisik

● Keadaan umum : Tampak sakit ringan

● Kesadaran : Compos Mentis

● Gizi : Baik

● Higiene : Baik

● Tanda Vital

TD: 130/80, Nadi: 82 x/menit, Respirasi: 20 x/menit, Suhu: 36,7 o C


Status Generalis

● Kepala : Sclera icterus (-), conjungtiva anemis (-), bibir sianosis (-)

● Jantung/Paru : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-), napas vesikular (+/+), rhonki (-

/-), wheezing (-/-)

● Abdomen : BU (+) normal, distensi (-).


● Ekstreitas : Akral hangat, edema (-).
● Kelenjar limfa : Pembesaran (-).
Status Dermatovenerologis

● Lokasi : R manus sinistra dan R pedis sinistra

● Ukuran : Bervariasi (R manus sisnistra), Plakat (R cruris dextra)

● Efloresensi : Multipel makula hiperpigmentasi, likenifikasi, batas tidak tegas

Laboratorium
FOTO KLINIS
FOTO KLINIS
RESUME

Pasien laki-laki 65 tahun datang dengan keluhan pruritus (+) pada regio manus sinistra dan cruris
dextra, disertai timbulnya multiple macula hiperpigmentasi (+). Keluhan hilang timbul (+).
Riwayat alergi detergen (+). Riwayat kebiasaan: pasien sering mandi air hangat (+). Status
Dermatovenereologis; lokasi keluhan pada regio manus sinistra dan cruris dextra. Ukuran:
bervariasi (R manus sinistra), plakat (R cruris dextra) . Efloresensi: multiple macula
hiperpigmentasi, batas tidak tegas, likenifikasi (+).
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
BANDING
• Dermatitis atopik
Liken Simpleks Kronis
dengan lesi likenifikasi

• Psoriasis dengan lesi


likenifikasi
Planning Terapi
- Terapi Sistemik :
Cetirizin tab. 10 mg 1x sehari

Terapi topikal :
Desoximethasone Cream 0,25% dioleskan
2x sehari
Pseudo-ceramide Cream dioleskan 2x sehari
—Prognosis
—PROGNOSIS
Tergantung pada penyebab pruritus

—Edukasi
Menjelaskan kepada pasien bahwa:

 Penyakit akibat adanya penyakit yang mendasari


 Tidak menggaruk lesi
 Mengurangi mandi air hangat
 Teratur menggunakan pelembap
Peradangan kulit kronis, Dewasa usia 30-50 tahun
gatal, penebalan kulit dan Perempuan > Laki-laki
kulit tampak lebih menonjol
, likenifikasi akibat garukan
berulang

Liken Simpleks
Kronikus

Lesi dapat timbul di


mana saaja
Rasa gatal timbul akibat penyakit
yang mendasari
Etiopatogenesis

 Stimulus untuk perkembangan liken simpleks kronik (LSK) adalah pruritus.

 Pruritus sebagai dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan dengan gangguan kulit, proliferasi
dari nervus, dan tekanan emosional.

 Pruritus yang memegang peranan penting dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu pruritus
tanpa lesi dan pruritus dengan lesi.

 Pasien dengan neurodermatitis mempunyai gangguan metabolik atau gangguan hematologik.

 Pruritus Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi &
prurigo nodularis
Etiopatogenesis
Prurigo Nodularis

Eosinofil 

Jumlah sel Langerhans juga 


PRURITUS

Jumlah saraf yang berisi CGRP (Calcitonin


CGRP dan SP melepaskan histamin dari sel
gene-related polypeptide) dan SP (Substance
mast
P)  di dermis
Manifestasi Klinis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik


• Didapatkan keluhan sangat • Lesi likenifikasi umumnya tunggal tetapi dapat lebih dari
gatal, hingga dapat mengganggu satu. ukuran lentikular - plakat.
tidur.
• Stadium awal: eritema & edema/papul berkelompok.
• Gatal dapat timbul paroksismal / Garukan terus menerus  timbul plak likenifikasi dengan
terus-menerus / sporadik dan skuama dan eskoriasi + hiperpigmentasi/hipopigmentasi.
menghebat bila ada stres psikis Bagian tengah lesi menebal, kering dan berskuama,
sedangkan bagian tepi hiperpigmentasi.

• Predileksi utama: daerah yang mudah dijangkau oleh


tangan (kepala, tengkuk, ekstremitas ekstensor,
pergelangan tangan dan area anogenital)
Pemeriksaan Diagnostik

1. Untuk penegakan diagnosis tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus.


2. Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai diagnosis
banding.
3. Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan bila gambaran klinis meragukan.
Diagnosis Banding
Dermatitis atopic dengan lesi likenifikasi:
 Peradangan kulit kronis yang residif disertai
gatal.
 Umumnya sering terjadi selama masa bayi dan
anak-anak
 Berhubungan dengan peningkatan kadar IgE
dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga
atau penderita.
 Gambaran lesi kulit pada remaja dan dewasa
dapat berupa plak papuler, eritematosa, dan
berskuama atau plak likenifikasi yang gatal.
Diagnosis Banding

Psoriasis dengan lesi likenifikasi:


 Gangguan peradangan kulit yang kronik,
dengan karakteristik plak eritematous, berbatas
tegas, berwarna putih keperakan, skuama yang
kasar, berlapis-lapis, transparan.
 Disertai fenomena tetesan lilin, auspitz dan
kobner.
 Lokasi terbanyak ditemukan di daerah ekstensor.
 Beberapa hipotesa menyatakan bahwa penyakit
ini bersifat autoimun dan residif.
TERAPI
Nonmedikamentosa
1.Menghindari stress psikis

Medikamentosa
Prinsip: memutuskan siklus gatal-garuk.
Terdapat beberapa obat/tindakan yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Topikal
• Emolien dapat diberikan sebagai kombinasi dengan kortikosteroid topikal atau pada lesi di vulva dapat diberikan terapi tunggal krim
emolien.
• Kortikosteroid topikal: dapat diberikan kortikosteroid potensi kuat seperti salep klobetasol propionat 0,05%, satu sampai dua kali sehari.
• Calcineurin inhibitor topikal seperti salep takrolimus 0,1%, atau krim pimekrolimus 0,1% dua kali sehari selama 12 minggu.
• Preparat antipruritus nonsteroid yaitu: mentol, pramoxine, dan doxepin.
2. Sistemik
• Antihistamin sedatif
• Antidepresan trisiklik
3. Tindakan Kortikosteroid intralesi (triamsinolon asetonid)
—Edukasi
1. Siklus gatal-garuk harus diputus.
2. Identifikasi riwayat psikologis yang ada sehingga pasien dapat mengurangi
stres yang dialaminya.
3. Kuku sebaiknya pendek

—Prognosis
●Quo ad vitam : ad bonam

●Quo ad funtionam : ad bonam

●Quo ad sanactionam : dubia ad bonam


Pruritic Papular
Eruption
Identitas
 Nama : Ny. SB
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Gudang Arang
 Umur : 23 Tahun
 Tgl MRS : 27 September 2021
Autoanamnesis
KU Gatal di kaki

Pasien wanita 23 tahun dikonsulkan ke poli kulit dengan keluhan gatal di kaki sejak 1 hari yang lalu. Pasien

juga mengeluhkan adanya bintik-bintik kehitaman yang timbul di seluruh badan sejak 6 bulan lalu saat pasien

hamil anak ke-2. Keluhan tidak disertai rasa nyeri. Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama, begitu

pun di dalam keluarga pasien. Riwayat trauma dan alergi disangkal. Pasien saat ini dirawat di ruang paru-paru

dengan diagnosis Pneumonia PCP dan B20.


Pemeriksaan Fisik

● Keadaan umum : Tampak sakit ringan

● Kesadaran : Compos Mentis

● Gizi : Baik

● Higiene : Baik

● Tanda Vital

TD: 110/80, Nadi: 107 x/menit, Respirasi: 28 x/menit, Suhu: 36,5 o C


Status Generalis

● Kepala : Sclera icterus (-), conjungtiva anemis (-), bibir sianosis (-)

● Jantung/Paru : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-), napas vesikular (+/+), rhonki (+

/+), wheezing (-/-)

● Abdomen : BU (+) normal, distensi (-).


● Ekstreitas : Akral hangat, edema (-).
● Kelenjar limfa : Pembesaran (-).
Status Dermatovenerologis

● Lokasi : R truncus superior et inferior, ekstremitas superior et inferior

● Ukuran : Bervariasi

● Efloresensi : Multipel papul hiperpigmentasi, bentuk ireguler, permukaan


tidak rata, batas tidak tegas

Laboratorium
FOTO KLINIS
RESUME

Pasien wanita 23 tahun dikonsulkan ke poliklinik kulit dengan keluhan pruritus (+) pada regio
cruris dextra et sinistra, disertai timbulnya multiple papul hiperpigmentasi (+). Keluhan hilang
timbul (+). Riwayat kebiasaan: pasien sering mandi air hangat (+). Riwayat Pneumonia PCP (+)
dan HIV (+). Status Dermatovenereologis; lokasi keluhan pada regio manus sinistra dan cruris
dextra. Ukuran: bervariasi. Efloresensi: multiple papul hiperpigmentasi, bentuk ireguler,
permukaan tidak rata, batas tidak tegas.
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
BANDING
Pruritic Papular Eruption • Eosinophilic folliculitis

• Scabies
Planning Terapi
- Terapi Sistemik :
-

Terapi topikal :
Desoximethasone Cream 0,25% dioleskan di
bercak hitam 2x sehari
Baby oil / Baby Cream dioleskan di kulit
kering
—Prognosis
—PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam

Ad Functionam : Dubia ad Bonam – Dubia ad Malam

Ad Sanationam : Dubia ad Bonam – Dubia ad Malam

—Edukasi
Menjelaskan kepada pasien mengenai:

 Penyakit PPE dan pengobatannya


Salah satu manifestasi kulit yang umum
terjadi pada penderita infeksi HIV/AIDS Dewasa usia 25-44 tahun
Laki-laki > Perempuan

Papular Pruritic
Ditandai dengan adanya gatal Eruption
yang disertai dengan papul PPE menyebabkan kondisi
atau pustul steril yang gatal yang
terdapat di batang tubuh, hebat dan menahun sehingga
wajah, dan ekstremitas dapat mengganggu kualitas
dengan derajat yang hidup penderitanya
bervariasi.
Etiopatogenesis dan Faktor Resiko

1. Gigitan serangga dan nyamuk (arthropoda)


2. Hipersensitivitas terhadap gigitan serangga
3. Reaksi hipersensitivitas generalisata terhadap air liur serangga
4. Respon imunitas seluler pejamu yang abnormal terhadap proses infeksi: skabies,
Folliculorum demodex, atau Staphylococcus aureus
5. Reaksi kulit autoimun
6. HIV yang menyebabkan disregulasi imun
Manifestasi Klinis

 Pruritic papular eruption biasanya muncul pada penderita HIV/AIDS dengan status imunosupresi berat atau
stadium lanjut, dengan jumlah hitung CD4+ <250sel/mm

 Papul eritematosa dengan diameter 3-5mm, dengan distribusi lesi yang diskret, yang lama kelamaan
akan memudar warnanya

 Papul bisa berkumpul membentuk gambaran papul urtikarial, namun tidak berkonfluen membentuk plak.
Seringkali pada penderita nampak ekskoriasi karena garukan yang menimbulkan jaringan parut lebih
lanjut.

 Lesi PPE awalnya muncul di lengan, tangan atau keduanya. 95% terletak pada daerah ekstensor, yaitu pada
lengan, kaki dan dorsum manus, tetapi tidak pada telapak tangan atau kaki.
Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Histopatologi
 Peningkatan infiltrat sel radang limfosit dan eosinofil pada
perivaskular dermis

 Tampak infiltrat sel radang pada papila dermis - pertengahan


dermis yang didominasi eosinofil di perivaskuler dan periadneksa

 Tampak spongiosis pada folikel rambut dengan infiltrasi eosinofil


dan sel mononuklear. Eosinofil yang ada dapat menginflitrasi
dan menyebabkan abses pada glandula sebasea
Diagnosis Banding

Eosinophilic folliculitis
Penyakit pada folikel rambut yang ditandai dengan
rasa gatal, kambuhan, penyebabnya belum diketahui,
sering dihubungkan dengan infeksi HIV, terutama
pada CD4+ kurang dari 300 sel/ul.

Scabies
Khas berupa, pruritus nocturnal, predileksi di area
stratum korneum yang tipis, dan pada pemeriksaan
penunjang ditemukan tungau, telur, maupun kotoran
(skabala).
TERAPI

Nonmedikamentosa
Terapi UVB (ultraviolet B) yang dilakukan tiga kali seminggu

Medikamentosa
 Steroid topikal, emolien dan antihistamin oral masih merupakan terapi lini pertama pada pruritic papular eruption. Pemberian
terapi simptomatik dapat berupa antihistamin oral dan steroid topikal kelas 3 hingga 6.

 Pentoksifilin 400mg yang diberikan tiga kali sehari terbukti memperbaiki keluhan pruritus pada sebuah laporan kasus dengan
masa percobaan 8 minggu
—Edukasi
1. Menghindari menggaruk
2. Kuku sebaiknya pendek
3. Menjaga daya tahan tubuh

—Prognosis
●Quo ad vitam : Bonam

●Quo ad funtionam : Dubia ad bonam – dubia ad malam

●Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam – dubia ad malam


Pruritus Uremik
Identitas
 Nama : Tn. GH
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Alang
 Umur : 53 Tahun
 Tgl MRS : 22 September 2021
Autoanamnesis
KU Bercak-bercak hitam yang gatal

Pasien laki-laki 65 tahun dikonsultasikan ke poliklinik kulit dengan keluhan bercak hitam hampir di seluruh
tubuh disertai gatal. Bercak hitam awalnya muncul sejak 1 tahun yang lalu tanpa disertai gatal, namun sejak 2
minggu yang lalu, bercak menjadi gatal. Ketika gatal, pasien sering menggaruknya dengan garpu lalu
menggunakan bedak herocyn. 6 bulan yang lalu pasien didiagnosis CKD stage 5. Riwayat Hipertensi disangkal
pasien. Selama dirawat di RS, pasien hanya mandi 1x sehari menggunakan sabun asepso dan mengganti
pakaian 2 hari sekali.
Pemeriksaan Fisik

● Keadaan umum : Tampak sakit sedang

● Kesadaran : Compos Mentis

● Gizi : Baik

● Higiene : Baik

● Tanda Vital

TD: 130/80, Nadi: 96 x/menit, Respirasi: 26 x/menit, Suhu: 36,5 o C


Status Generalis

● Kepala : Sclera icterus (-), conjungtiva anemis (-), bibir sianosis (-)

● Jantung/Paru : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-), napas vesikular (+/+), rhonki (-

/-), wheezing (-/-)

● Abdomen : Cembung, distensi (+), BU (+) normal

● Ekstreitas : Akral hangat, edema ekstremitas inferior (+/+).


● Kelenjar limfa : Pembesaran (-).
Status Dermatovenerologis

● Lokasi : R truncus anterior et posterior, R ekstremitas superior et inferior

● Ukuran : Bervariasi

● Efloresensi : Multipel papul hiperpigmentasi, bentuk ireguler, permukaan


tidak rata, batas tidak tegas, erosi, ekskoriasi, likenifikasi

Laboratorium
● U

● Ureum : 152 mg/dL


● Creatinin : 4,15 mg/dL
● HbsAg :+
FOTO KLINIS
FOTO KLINIS
FOTO KLINIS
RESUME
Pasien laki-laki 65 tahun dikonsultasikan ke poliklinik kulit dengan keluhan multiple papul
hyperpigmentation (+) hampir di seluruh tubuh sejak 1 tahun yang lalu disertai pruritus (+) sejak 2
minggu yang lalu. Riwayat pengobatan menggunakan bedak herocyn (+). Riwayat penyakit dahulu
yaitu CKD stage 5 (+). Riwayat kebiasaan, mandi 1x sehari dengan sabun asepso dan mengganti
pakaian 2 hari sekali. Pasien sering menggaruk lukanya (+). Status Dermatovenereologis; Lokasi: R
truncus anterior et posterior, R ekstremitas superior et inferior. Ukuran: Bervariasi. Efloresensi:
Multipel papul hiperpigmentasi, bentuk ireguler, permukaan tidak rata, batas tidak tegas, erosi (+),
ekskoriasi (+), likenifikasi (+).
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
BANDING
• Dermatitis atopik
Pruritus Uremik
dengan lesi likenifikasi

• Psoriasis dengan lesi


likenifikasi
Planning Terapi
Hemodialisa Terapi Sistemik :
Cetirizin tab. 10 mg 1x sehari

Terapi topikal :
Desoximethasone Cream 0,25% dioleskan
2x sehari
Genatmicin Cream dioleskan 2x sehari
Baby oil/lotion pada kulit kering
—Edukasi
1. Menjelaskan penyakit dan oenyebab penyakit kepada pasien
2. Menyarankan pasien untuk HD
3. Mengedukasi mengenai hygine
4. Menggunakan obat secara teratur

—Prognosis
●Quo ad vitam : Dubia ad malam

●Quo ad funtionam : Dubia ad malam

●Quo ad sanactionam : Dubia ad malam


Salah satu gejala yang Prevalensi berkisar antara
disebabkan toksin uremik 20%-50%
adalah pruritus

Pruritus Uremik

Pruritus pada pasien dengan gagal ginjal atau yang sedang menjalani dialisis
disebut dengan pruritus uremik
Etiopatogenesis

Toksin Uremik

 Salah satu faktor yang berperan pada terjadinya pruritus adalah toksin uremik, yaitu substansia toksik
yang berasal dari diet atau substansia endogen yang terjadi karena gagal ginjal..

 Menurut penelitian kadar histamin pada pasien pruritus uremik lebih tinggi dibandingkan dengan pada
pasien non-pruritus.Terjadinya pruritus disebabkan lepasnya histamin dari sel mast.
Manifestasi Klinis
 Gejala pertama yang terjadi pada uremia adalah penurunan tenaga dan stamina, nyeri kepala, susah
berkonsentrasi, dan malaise.

 Jika perjalanan penyakit berlangsung lama, dapat terjadi pigmentasi kulit yang diaksentuasi oleh
sinar matahari. Pruritus berat menimbulkan ekskoriasi linier yang khas pada kulit yang dapat
disertai perdarahan dan infeksi, yang diperberat dengan gangguan fungsi pembekuan dan fungsi
imunologis yang terjadi pada uremia.

 Uremic frost, ditandai dengan adanya kristal urea yang tertinggal setelah berkeringat, umumnya
terlihat di area intertriginosa kulit terutama jika pasien jarang mandi.

 Pruritus terutama terjadi di punggung, wajah, dan lengan. Pada 25% pasien, pruritus lebih berat
selama atau segera setelah dialisis.
Pemeriksaan Diagnostik

Untuk penegakan diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan kadar Ureum dan Kreatinin
Diagnosis Banding

Papul Pruritic Eruption:


Pasien memiliki Riwayat HIV

Skabies
Khas berupa, pruritus nocturnal, predileksi di area
stratum korneum yang tipis, dan pada pemeriksaan
penunjang ditemukan tungau, telur, maupun kotoran
(skabala)
TERAPI

1. Identifikasi dan atasi penyakit yg mendasari


2. Berikan pelembab untuk atasi kulit kering
3. Terapi UVB
4. Terapi topikal (capsaicin, doxepin 5%)
5. Terapi oral (naloxone, naltrexone, gabapentin dosis rendah)
—Prognosis
—PROGNOSIS
Tergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari)

—Edukasi
Menjelaskan kepada pasien bahwa:

 Penyakit akibat adanya penyakit yang mendasari (mengobati penyakit dasar terlebih dahulu)
 Tidak menggaruk lesi
 Mandi dengan sabun yang mengandung pelembab tinggi (sabun bayi)
 Teratur menggunakan pelembap
Veruka Vulgaris
Identitas
 Nama : Nn. AW
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Suli
 Umur : 17 tahun
 Tgl MRS : 7 Oktobember 2021
Autoanamnesis
KU Kutil keabuan di tangan dan betis

Pasien wanita 17 tahun diantar ayahnya dengan keluhan kutil berwarna keabuan di kedua tangan dan
betis sejak 1 tahun yll. Awalnya kutil hanya muncul satu biji di lipatan tangan kiri, kemudian pasien
mencoba menggosok (scrub) saat mandi, lalu kutil terlepas dan berdarah namun tidak terasa nyeri
maupun gatal. Sejak saat itu, kutil mulai muncul di tangan kanan lalu di kedua betis. Pasien belum
pernah mengalami keluhan ini sebelumnya dan pada keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang
sama. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat atau makanan.
Pemeriksaan Fisik

● Keadaan umum : Tampak sakit ringan

● Kesadaran : Compos Mentis

● Gizi : Baik

● Higiene : Baik

● Tanda Vital

TD: 110/80 mmhg, Nadi: 75 x/menit, Respirasi: 20 x/menit, Suhu: 36,5 o C


Status Generalis

● Kepala : Sclera icterus (-), conjungtiva anemis (-), bibir sianosis (-)

● Jantung/Paru : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-), napas vesikular (+/+), rhonki (-

/-), wheezing (-/-)

● Abdomen : BU (+) normal, distensi (-).


● Ekstreitas : Akral hangat, edema (-).
● Kelenjar limfa : Pembesaran (-).
Status Dermatovenerologis

● Lokasi : R antebrachia dextra et sinistra, R cruris dextra et sinistra

● Ukuran : Miliar

● Efloresensi : Multiple papul swarna kulit, permukaan halus, skuama (-), erosi (-)

Laboratorium
FOTO KLINIS
RESUME

Pasien wanita 17 tahun datang dengan keluhan multiple papul sewarna kulit pada regio
antebrachia dextra et sinistra dan cruris dextra et sinistra sejak 1 tahun yll. Papul tanpa nyeri dan
pruritus. Status Dermatovenereologis; lokasi keluhan pada regio antebrachia dextra et sinistra dan
cruris dextra et sinistra . Ukuran miliar. Efloresensi: multiple papul sewarna kulit, permukaan
halus, skuama (-), erosi (-).
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
BANDING
Veruka vulgaris • Nevus verukosus
Planning Terapi
Bedah Listrik Terapi Sistemik :
Menjaga higiene
Terapi topikal :
-
—Prognosis
—PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad Bonam

Ad Functionam : Dubia ad Bonam

Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

—Edukasi
Menjelaskan kepada pasien tentang:

 Penyakit akibat infeksi virus HPV


 Cara pengobatannya
 Menjaga higiene
Veruka merupakan hyperplasia epidermis
yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus
(HPV) Dapat terjadi pada semua
kelompok umur, jarang pada
bayi dan anak kecil

Veruka Vulgaris
Disebut juga dengan
kutil

Kelainan meningkat selama


usia sekolah dan menurun
setelah usia 20 tahun
Dapat terjadi di mana saja, sering di punggung, tangan,
dan jari tangan
Manifestasi Klinis
 Biasanya tidak langsung menimbulkan gejala klinis, terdapat periode inkubasi yang Panjang.

 Benjolan biasanya muncul 2-9 bulan setelah inokulasi

 Tampak papul padat verukosa, keratorik dengan ukuran beberapa mm sampai 1 cm, dan bila
berkonfluensi dapat menjadi lebih besar serta berwarna putih abu-abu.

 Lokasi dapat di mana saja, tetapi paling sering di punggung, tangan, dan jari tangan atau daerah
yang sering terkena trauma seperti lutut atau siku.

 Biasanya asimptomatik, namun dapat nyeri bila tumbuh di palmar atau plantar dan merusak kuku
apabila tumbuh pada lipatan atau bawah kuku
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Histopatologis.

 tampak akantosis, hyperkeratosis, papilomatosis, dan


rate ridges yang memanjang ke arah medial.
Diagnosis Banding

Nevus Verukosus:

TERAPI
Medikamentosa
1.Destruksi dengan keratolitik (as salisilat 25-50%)

Non Medikamentosa
1. Bedah: bedah listrik

2. Menjaga hygiene perorangan


TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai