Anda di halaman 1dari 23

Case Report

Mikosis suspek Tinea Kapitis

Oleh :
Fedora Jolie
112018166

Pembimbing :
dr. Hendrik Kunta Adjie, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RS HUSADA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
15 Maret – 17 April 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat

STATUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


SMF PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT HUSADA

I. IDENTITAS PASIEN

No. RM : 01469275
Nama : An. MAI
Umur : 8 tahun 2 bulan 7 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : TK
Alamat : Jln. Kebon Jeruk 16 No.2

II. ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Gatal disekitar kepala sejak 1 bulan yang lalu
b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik BPJS RS Husada dengan keluhan gatal dan perih pada
sekitar kepalanya sejak 1 bulan yang lalu. Gatalnya makin berat apabila
berkeringat ataupun saat digaruk. Sejak 2 minggu lalu, ibu pasien melihat adanya
daerah rambut yang mulai rontok saat menyisir rambut pasien. Daerah tersebut
kian lama makin menipis, dan mulai muncul adanya keropeng dan adanya lepuh
berisi nanah yang makin nyeri dan gatal. Oleh ibu pasien, pasien dibawa ke
puskesmas untuk berobat menggunakan ketokonazol salep dan antibiotik
amoxicillin, namun tidak membaik. Pasien menyangkal adanya daerah kepala
yang berminyak, adanya ketombe ataupun kulit kepala yang mengelupas. Pasien
juga rajin menjemur ranjangnya 2 minggu sekali.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.
d. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

Adik pasien sedang dalam pengobatan jamur untuk wajah dan pinggangnya.
e. Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan untuk bermain di kali. Pasien mencuci kepalanya 2x
sehari menggunakan sampo. Pasien juga seringkali bertukar sisir dengan anggota
keluarga lainnya. Pasien juga seringkali bermain dengan kucing liar disekitar
rumah.

III. PEMERIKSAAN UMUM (STATUS GENERALIS)

Kesadaran : Compos Mentis Keadaan Umum : Sakit Ringan


Tekanan darah : 90/70 mmHg Berat Badan : 24 kg
Nadi : 100 x/menit, reguler Tinggi Badan : 118 cm
Suhu : 36,5 ˚C Pernapasan : 22x kali/menit

IV. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS DERMATOLOGIS
a. Lokasi/regio: Kapitis
b. Effloresensi:
Tampak plak eritematosa disertai pustul, skuama halus dan krusta dengan batas
tegas, berukuran lentikular hingga plakat, bentuk ireguler, dengan regional.

Pemeriksaan Rambut
Tampak rambut berwarna abu-abu tidak mengkilat. Rambut mudah patah, tidak kuat
angkat, tidak ada ketombe ataupun telur kutu. Rambut juga mudah dicabut tanpa
menyebabkan rasa nyeri. Selain itu, terdapat beberapa lokasi alopecia pada regio
kapitis.
Pemeriksaan Kuku
Tampak kuku bersih, terawat, dan pendek.

V. Pemeriksaan Penunjang
Menyarankan pemeriksaan Lampu Woods, Kerokan KOH 10%, Biopsi kulit

VI. Diagnosa Banding


Dermatitis Seboroik
Psoriasis
VII. Diagnosa Kerja
Mikosis suspek Tinea Kapitis

VIII. Resume
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun datang ke poliklinik BPJS RS Husada dengan
keluhan gatal disekitar kepala sejak 1 bulan yang lalu. Gatalnya makin berat apabila
berkeringat ataupun saat digaruk. Sejak 2 minggu lalu, ibu pasien melihat adanya
daerah rambut yang mulai rontok saat menyisir rambut pasien. Daerah tersebut kian
lama makin menipis, dan mulai muncul adanya keropeng dan adanya lepuh berisi
nanah yang makin nyeri dan gatal. Pasien juga seringkali bermain dengan kucing liar
di sekitar rumah. Pada pemeriksaan fisik kesadaran: CM, KU: Sakit Ringan, TD:
90/70 mmHg, BB: 24 Kg, Nadi: 100x kali/menit, reguler, Tinggi Badan: 118 cm,
Suhu: 36,5 ˚C, Pernapasan: 22x kali/menit. Tampak plak eritematosa disertai pustul,
skuama halus dan krusta dengan batas tegas, berukuran lentikular hingga plakat,
bentuk ireguler, dengan regional pada regio kapitis. Pada pemeriksaan rambut
tampak rambut berwarna abu-abu tidak mengkilat. Rambut mudah patah, tidak kuat
angkat. Rambut juga mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa nyeri. Selain itu,
terdapat beberapa lokasi alopecia pada regio kapitis.

IX. Penatalaksanaan
a. Nonmedikamentosa
- Mengedukasi pasien untuk tidak memakai sisir, topi, handuk, ataupun sikat
rambut bersama dengan orang lain meskipun anggota keluarga sendiri.
- Menjelaskan kepada ibu pasien untuk selalu menjaga higienitas anak dan
menganjurkan pasien untuk berkeramas setiap hari.
- Jika berkeringat anjurkan pasien untuk tidak menggunakan topi dan pasien
tidak perlu mencukur habis rambutnya.
- Mengedukasi pasien untuk tidak menggaruk daerah kulit lesi agar tidak
terjadi infeksi sekunder.
- Hindari kontak dengan hewan yang mungkin terinfeksi.
- Memberitahukan kepada pasien bahwa rambut akan tumbuh kembali secara
perlahan.
- Mencuci berulang kali untuk sisir, sikat rambut, handuk dan sarung bantal
yang pernah digunakan pasien.
- Menerangkan kepada pasien cara menggunakan obat yang baik dan benar.

b. Medikamentosa
1. Griseofulvin tablet 125mg no XXVIII
S 2 dd tab 1
2. Ketoconazole shampoo 2% fl. No. I
Sue
3. CTM 2 mg
Prednison 10 mg
m.f.l.a pulv dtd no. VI
S 2 dd pulv 1
4. Cefixime syr. 100 mg/ 5 ml fl no. I
S 2 dd cth 1

X. Prognosis

Qua ad vitam : bonam


Qua ad fungtionam : bonam
Qua ad sanationam : bonam

Tinjauan Pustaka

Pendahuluan
Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada skalp dan rambut kepala. Tinea kapitis
dapat disebabkan oleh dermatofita genus Trichophyton dan Microsporum selain
Trichophyton concentricum. Trichophyton concentricum dapat mengenai skalp, tetapi tidak
rambut kepala. Tinea kapitis merupakan dermatofitosis tersering yang mengenai anak-anak
dengan usia dominan antara 3 sampai 7 tahun, walaupun dapat juga mengenai neonatus dan
dewasa. Sumber penularan dapat berasal dari manusia (antropofilik), hewan (zoofilik), dan
tanah (geofilik). Cara penularan dapat terjadi secara tidak langsung melalui fomite misalnya
sisir, topi, sarung bantal, mainan, dan kursi teater. Survei di Amerika Serikat mendapatkan
bahwa jumlah anggota keluarga yang banyak, lingkungan hidup padat, dan kondisi
sosioekonomi yang kurang dapat berperan pada peningkatan insidens tinea kapitis akibat
Trichophyton tonsurans di beberapa populasi kota.1
Kelainan pada tinea kapitis dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan,
alopesia dan kadang terjadi gambaran yang lebih berat yang disebut kerion. Dalam klinik
tinea kapitis dapat dilihat sebagai tiga bentuk yaitu gray patch, kerion, black dot ringworm,
tinea favosa. Untuk menegakkan diagnosis maka dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti
lampu wood, mikroskopis menggunakan KOH dengan mengambil sampel dengan kerokan
pada lesi.2

Definisi

Tinea kapitis disebut juga ringworm of the scalp merupakan kelainan pada kulit
rambut kepala yang disebabkann oleh spesies dermatofita. Kelainan pada tinea kapitis dapat
ditandai dengan lesi bersisik, kemerah- merahan, alopesia dan kadang terjadi gambaran yang
lebih berat yang disebut kerion. 2

Tinea kapitis adalah suatu infeksi pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh
spesies dermatofita. Dermatofita merupakan golongan jamur yang menyebabkan dermatifitosis
yang mempunyai sifat mencerna keratin. 2,3

Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita terdiri dari 3 genus yaitu
Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Trichophyton tonsurans merupakan
penyebab tinea kapitis yang paling banyak di Amerika Serikat. 4

Klasifikasi fungi superficial berdasarkan habitat terbagi menjadi antrofilik, zoofilik,


dan geofilik merupakan sumber infeksi.

Antrofilik
Spesies antrofilik biasanya terbatas pada inang manusia dan ditularkan melalui
kontak langsung. Kulit atau rambut yang terinfeksi yang tertinggal di pakaian, sisir, topi,
kaos kaki dan handuk misalnya juga berfungsi sebagai sumber reservoir. Berbeda dengan
infeksi geofilik dan zoofilik sporadik, infeksi antrofilik sering menjadi epidemi. Dermatofita
telah beradaptasi dengan manusia sebagai inang dan menimbulkan respon inang ringan
hingga non inflamasi.4

Zoofilik

Spesies zoofilik ditularkan ke manusia dari hewan. Kucing, anjing, kelinci, burung,
kuda, sapi dan hewan lain adalah sumber infeksi yang umum. Penularan dapat terjadi
melalui kontak langsung dengan hewan itu sendiri atau secara tidak langsung melalui bulu
hewan yang terinfeksi. Lokasi yang terpapar seperti kulit kepala, jenggot, wajah dan lengan
merupakan tempat infeksi yang disukai. Microsporum canis sering ditularkan ke manusia
dari kucing dan anjing sedangkan marmut dan kelinci sering menjadi sumber infeksi
manusia dengan strain zoofilik dari T. Interdigitale. Meskipun adaptasi inang oleh
dermatofita zoofilik dapat menyebabkan infeksi yang relatif diam, dermatofita ini cenderung
menghasilkan respon inflamasi akut dan intens pada manusia. 4

Geofilik

Jamur geofilik menyebabkan infeksi manusia secara sporadis jika bersentuhan


langsung dengan tanah. Microsporum gypseum adalah dermatofita geofilik yang paling
umum dibudidayakan dari manusia. Potensi penyebaran epidemi sebagai akibat dari
virulensi yang lebih tinggi dari strain geofilik serta kemampuan untuk membentuk spora
yang lama berada di selimut atau alat perawatan.4
Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia
(antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur. Terdiri
dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah:

Tabel 2.1 Spesies Microsporum

SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)


Microsporum audouinii Anthropophilic
Microsporum canis Zoophilic (Cats and dogs)
Microsporum cooeki Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs, and rodents)
Microsporum ferrugineum Anthropophilic
Microsporum gallinae Zoophilic (fowl)
Microsporum gypseum Geophilic (also isolated from fur of rodents)
Microsporum nanum Geophilic and zoophilic (swine)
Microsporum persicolor Zoophilic (vole and field mouse)

Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder.
Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin melambat atau sedikit
cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna dari
koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih
putih atau menguning sampai cinamon.5
Tricophyton

Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia.
Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic.
Trichophyton concentricum adalah endemik pulau Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan
Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut, kulit, dan kuku
pada manusia.5

Tabel 2.2 Spesies Trichophyton


SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)
Ajelloi Geophilic
Concentricum Anthropophilic
Equinum zoophilic (horse)
Erinacei zoophilic (hedgehog)
Flavescens geophilic (feathers)
Gloriae Geophilic
Interdigitale Anthropophilic
Megnini Anthropophilic
Mentagrophytes zoophilic (rodents, rabbit) / anthropophilic
Phaseoliforme Geophilic
Rubrum Anthropophilic
Schoenleinii Anthropophilic
Simii zoophilic (monkey, fowl)
Soudanense Anthropophilic
Terrestre Geophilic
Tonsurans Anthropophilic
Vanbreuseghemii Geophilic
Verrucosum zoophilic (cattle, horse)
Violaceum Anthropophilic
Yaoundei anthropophilic

Epidemiologi
Tinea kapitis sering mengenai anak – anak berumur antara 3 dan 14 tahun.
Walaupun jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton tonsurans menjadi penyebab
lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan United Kingdom. Kasus – kasus di perkotaan
biasanya didapatkan dari teman-teman atau anggota keluarga. Kepadatan penduduk, hygien
yang buruk dan malnutrisi protein memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini. Kasus
– kasus yang disebabkan oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anak
anjing dan anak kucing.4,5

Di Amerika Serikat, kejadian penyakit ini tidak lama tercatat oleh badan kesehatan
masyarakat, karena kebenaran insiden tidak di ketahui. Laporan insiden tertinggi ditemui
pada anak usia sekolah di Amerika dan Afrika. 2 Tinea kapitis terjadi lebih dari 92,5 % dari
dermatofitosis pada anak – anak berumur kurang dari 10 tahun. Penyakit ini jarang pada
orang dewasa. Meskipun kejadiannya mungkin dapat dijumpai pada pasien – pasien tua. 2 Di
dunia internasional tinea kapitis tersebar luas di beberapa daerah perkotaan di Amerika
Utara, Sentral Amerika dan Amerika Selatan, terdapat juga sebagian di Afrika dan India. 1 Di
Asia Tenggara, angka infeksi telah dilaporkan menurun cepat dari 14 % ( rata – rata dari
anak perempuan dan laki – laki ) sampai 1,2 % pada 50 tahun terakhir karena keadaan
sanitasi umum dan hygiene perorangan telah membaik. Di Eropa selatan penyakit ini
jarang.2

Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis lain di Medan adalah 0,4%


(1996-1998), RSCM Jakarta 0,61 -0,87% (1989-1992), manado 2,2-6% (1990-1996) dan
Semarang 0,2%. Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001-2006 insidennya
dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan Kelamin
RSU Dr.Soetomo antara 0,31% - 1,55%. Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%) daripada
tipe Graypatch (37,5%). Tipe Blackdot tidak ditemukan.6

Patogenesis

 Infeksi ektotrik ( diluar rambut )

Infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang rambut


dan di batang rambut bawah kutikula dari pertengahan sampai akhir anagen saja. Sebelum
turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari kemudian
turun ke batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses
keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas
ini disebut Adamson’s fringe, dan dari sini hifa berpolifrasi dan membagi menjadi
atrokonidia yang mencapai korteks rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut.
Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang menjadi
sangat rapuh sekali. Secara mikroskop hanya atrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut
yang patah, walaupun hifa intrapilari ada juga.6

 Infeksi Endotrik ( didalam rambut )

Kurang lebih sama dengan ektotrik kecuali kutikula tidak terkena dan atrokonodia
hanya tinggal di dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari dan meninggalkan
kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah pada permukaan kepala
dimana penyanggah dan dinding folikular hilang meninggalkan black dot. Infeksi endotrik
juga lebih kronis karena kemampuannya tetap berlangsung di fase anagen ke fase telogen.6
Gejala Klinis

Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas :6

1. Grey patch ringworm.

Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus
Microsporum dan sering ditemukan pada anak – anak. Penyakit mulai dengan papul merah
yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak yang menjadi pucat
dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu – abu dan
tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut
dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur,
sehingga dapat terbentuk alopesia setempat.5,6

Tempat – tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat dalam
klinik tidak menunjukkan batas – batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan
lampu wood dapat di lihat flouresensi hijau kekuningan pada rambut yang sakit melampaui
batas – batas grey tersebut. Pada kasus – kasus tanpa keluahan pemeriksaan dengan lampu
wood ini banyak membantu diagnosis. Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum
audouinii biasanya disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali – sekali dapat terbentuk
kerion.6

Gambar 1. Gray patch Ringworm

2. Kerion

Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat
disekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum caniis dan Microsporum gypseum,
pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya adalah
Trichophyto violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat
alopesia yang menetap, parut yang menonjol kadang – kadang dapat terbentuk.5

Gambar 2: kerion

3. Black dot ringworm

Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan


Trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai
kelainan yang di sebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah,
tepat pada rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini
memberi gambaran khas, yaitu black dot, Ujung rambut yang patah kalau tumbuh kadang –
kadang masuk ke bawah permukaan kulit.5

Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapatkan bahan biakan jamur
Tinea kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih berat, bila disebabkan
oleh Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton verrucosum, yang keduanya bersifat
zoofilik. Trichophyton rubrum sangat jarang menyebabkan tinea kapitis, walaupun demikian
bentuk klinis granuloma, kerion, alopesia dan black dot yang disebabkan Trichophyton
rubrum pernah di tulis.5,6
Gambar 3: Black dot ringworm

4. Favus

Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna
merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta
ntibo bau busuk seperti bau tikus. Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan
tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang
permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini dan T. Violasum. Oleh karena
Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala,
maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti:
Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.6

Favus, favosa tinea juga disebut, adalah infeksi dermatophytic inflamasi kronis
biasanya disebabkan oleh Trichophyton schoenleinii. Jarang, favus disebabkan oleh
Trichophyton violaceum, Trichophyton mentagrophytes var quinckeanum, atau
Microsporum gypseum.Favus biasanya mempengaruhi kulit kepala rambut tetapi juga dapat
menginfeksi kulit berbulu dan kuku.Agen penyebab mouse favus adalah T mentagrophytes
var quinckeanum, juga disebut Trichophyton quinckeanum, yang dapat menyebabkan favus
pada manusia, meskipun jarang.6

Favus adalah 1 dari 3 pola utama infeksi rambut (ectothrix, endothrix,


favus).Biasanya, rambut tidak seperti yang terinfeksi berat seperti dalam trichophytosis
disebabkan oleh Trichophyton tonsurans.Rambut dapat tumbuh, dan sering, rambut panjang
diamati pada keadaan penyakit.Fitur yang paling karakteristik adalah pembentukan ruang
udara antara hifa dalam rambut yang terinfeksi. Ruang udara ini (udara terowongan) bentuk
sebagai akibat dari otolisis hifa. Arthroconidia jarang terlihat dalam rambut.Rambut yang
terinfeksi seperti yang biasa disebut favus-jenis rambut. Dalam sera pasien, atibody
terhadap jamur penyebab ditemukan oleh aglutinasi arang dan uji imunodifusi, namun peran
yang tepat dari atibody tidak jelas.5

Menurut berat ringannya penyakit, 3 tahap utama dijelaskan.

 Tahap pertama: Hanya eritema kulit kepala terlihat, terutama di sekitar folikel.
Rambut tidak longgar atau rusak.
 Tahap kedua: Pembentukan scutula terlihat dengan awal kerontokan rambut.
 Tahap Ketiga: Tahap paling parah melibatkan daerah yang luas dari kulit kepala
(setidaknya sepertiga); rambut rontok luas, atrofi, dan hasilnya jaringan parut.
Pembentukan scutula baru di pinggiran plak adalah umum.

Bentuk khas dari scutulum, kerak cangkir berbentuk kuning yang mengelilingi rambut
dan menembus pusat, adalah khas.Scutula membentuk plak padat, masing-masing terdiri
dari miselia dan puing-puing epidermis.Seringkali, infeksi bakteri sekunder terjadi pada
plak.Penghapusan Plak meninggalkan basis eritematosa lembab.Massa padat kerak kuning
mungkin soliter atau banyak, dan pada pasien yang terkena dampak parah, melibatkan
seluruh kulit kepala.Bau pemalu biasanya hadir.Kulit berbulu mungkin menunjukkan krusta
kuning serupa.5

Pada kulit berbulu, favus adalah letusan papulovesikular dan papulosquamous di mana
scutula khas mungkin jelas.Sebagai sebuah onikomikosis, favosa tinea menyerupai bentuk-
bentuk tinea unguium.7

Gambar 4: Favus
Diagnosa

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan lampu wood


dan pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH. Pada pemeriksaan
mikroskopik akan terlihat spora di luar rambut (ektotriks) atau di dalam rambut (endotriks).7

Diagnosis laboratorium dari dermatofitosis tergantung pada pemeriksaan dan kultur


dari kikisan lesi. Infeksi pada rambut ditandai dengan kerusakan yang ditemukan pada
pemeriksaan. Lesi dapat dilepaskan dengan forsep tanpa disertai dengan trauma atau
dikumpulkan dengan potongan – potongan yang halus dengan ayakan halus atau sikat gigi.7

Sampel rambut terpilih di kultur atau dilembutkan dalam 10 – 20 % potassium


hydroxide (KOH) sebelum pemeriksaan di bawah mikroskop. Pemeriksaan dengan preparat
KOH (KOH mount) selalu menghasilkan diagnosa yang tepat adanya infeksi tinea.5,6

Pada pemeriksaan lampu wood didapatlkan infeksi rambut oleh M. canis,


M.ferrugineum, akan memberikan flouresensi cahaya hijau terang hingga kuning kehijauan.
Infeksi rambut oleh T. schoeiileinii akan terlihat warna hijau pudar atau biru keputihan, dan
hifa didapatkan di dalam batang rambut. Pada rambut sapi T. verrucosum memperlihatkan
fluoresensi hijau tetapi pada manusia tidak berfluoresensi.6

Ketika diagnosa ringworm dalam pertimbangan, kulit kepala diperiksa di bawah


lampu wood. Jika fluoresensi rambut yang terinfeksi biasa, pemeriksaan mikroskopik
cahaya dan kultur. Infeksi yang disebabkan oleh spesies microsporum memberikan
fluoresensi warna hijau.5

Diagnosa Banding

Diagnosa banding untuk tinea kapitis terdapat dalam beberapa kondisi, tergantung
dari presentasi klinisnya. Dibawah ini tabel untuk mempermudah memilah diagnosis
banding tinea kapitis sesuai dengan gambaran klinisnya.8
Tabel 2.3 Diagnosis banding berdasarkan gambaran Klinis

Gambaran Klinis Diagnosa Banding


Grey patch Ringworm Psoriasis scalp Dermatitis Atopik
- Papul atau plak - Plak eritematosa - plak eritematosa
hipopigmentasi
- Plak berskuama - Skuama tebal berwarna putih - Berskuama
- Bentuk kelainan oval atau perak
- Rambut berwarna abu- - Gatal - Linkenifikasi
abu, dan mudah patah serta - Rambut dapat rontok
lepas dari akarnya
- Keluhan rasa gatal    
Blackdots Alopecia areata Trichotilomania
- Bentuk kelainan oval - Bentuk kelainan oval - Bentuk kelainan oval
- Rambut patah - Gambaran kulit normal atau - Rambut hilang
- Terdapat sisa ujung sedikit kemerehan - Kulit dasar normal
rambut yang patah - Tidak ada keluhan gatal

Favus Dermatitis Seboroik Psoriasis


- Papul eritematosa - Bayi: cradle cap, krusta tebal, - Plak eritematosa
- Plak pecah-pecah, berminyak - Skuama tebal, berwarna
- Sikatriks - Dewasa: Makula/plak, putih/perak.
- Gatal
- Krusta berbentuk cawan eritematosa/kekuningan, terdapat
- Rambut dapat rontok
(skutula) skuama dan krusta tipis-tebal yang
- Rambut ada/rontok basah/berminyak

Kerion Karbunkel  
- Radang luas - Nyeri
- Radang luas eritematosa
- abses berisi pus
- Fistul
Alopecia Areata

Alopecia areata adalah keadaan rontoknya rambut yang bersifat rekuren dan
nonscarring. Biasanya bersifat jinak dan asymtomatik tetapi dapat menimbulkan stress
emosi dan psikososial. Gambaran kulit yang ditinggalkan halus dan sedikit kemerahan.
Gambaran daerah yang kehilangan rambut kebanyakan berbentuk oval. Tidak ada
perubahan epidermal yang terjadi dan berhubungan dengan hilangnya rambut.8

Dermatitis Seboroik

Gambaran klinis pada dermatitis seboroik pada kulit kepala dapat bervariasi, dari
ringan, berskuama halus sampai tersebar, dan tebal. Dermatitis ini dapat menyebar dari
kepala menuju dahi dan dibelakang dapat sampai pada leher dan bawah telinga pada
samping kiri dan kanannya.7 Ruamnya pada bayi usia dua sampai sepuluh minggu sangat
khas yang disebut cradle cap, dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak. Sedangkan
pada dewasa dapat berupa makula atau plak, kemerahan atau kekuningan, terdapat skuama
dan krusta tipis sampai tebal yang kering, basah atau berminyak.7
Trichotillomania

Adalah sebuah kelainan kompulsif yang menghasilkan kebotakan dimana pasien


mencabut rambutnya sendiri. Trichotillomania adalah salah satu kelainan kejiwaan primer
yang pencetusnya adalah diri sendiri. Biasanya pasien mengakui bahwa ia mencabut
rambutnya sendiri, yang biasanya dilakukan saat pasien melakukan aktivitas seperti
membaca, menulis, menonton televisi atau mengendarai mobil. Lesinya biasanya berupa
hilangnya rambut dengan dasarnya berupa kulit normal.9

Psoriasis scalp

Psoriasi pada kulit kepala adalah kelainan kulit yang menghasilkan peningkatan,
kemerahan dan seringkali patch bersisik. Kelaian ini dapat berupa multiple patch pada kulit
kepala, dapat mengenai seluruh kulit kepala dan dapat juga menyebar sampai ke dahi, leher
bagian belakang dan dibawah telinga. Penyakit ini tidak menular, seperti halnya tipe
psoriasis yang lain penyebab pasti belum diketahui. Banyak yang percaya bahwa penyakit
ini adalah hasil dari kelainan sistem imun yang menyebabkan bertambah cepatnya waktu
pergantian kulit. Gejala klinis pada penyakit ini adalah adanya plak kemerahan, sisik
berwarna putih/perak, gatal, rontoknya rambut dan kulit kering. Meskipun psoriasis
bukanlah penyebab rontoknya rambut, tetapi intensitas garukan dan tindakan paksa untuk
melepas sisik, dan juga faktor stress dapat menyebabkan rontoknya rambut.7

Karbunkel

Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya. Karbunkel adalah kumpulan
furunkel. Biasanya etiologinya adalah staphylococcus aureus. Gambaran klinisnya, keluhan
pasien biasanya nyeri, kelainan berupa nodul eritematosa berbentuk kerucut, ditengahnya
terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik lalu
memecah membentuk fistel.5

Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
yang umumnya mengenai bayi atau anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan IgE
dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul,
yang kemudian mengalami ekskoriasi dan linkenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural).5

Penatalaksanaan

1. Terapi sistemik
 Griseofulvin
Pada tahun 1958, Williams dan Marten mendokumentasikan efektivitas terapi oral
dengan griseofulvin pada tinea kapitis , dan penggunaan obat ini telah secara signifikan
mengurangi angka penyakit secara epidemic. Berkat ditemukannya griseofulvin penggunaan
X-ray untuk pembotakan yang telah digunakan sebelum itu oleh Sabouraud pada awal abad
19 telah mulai ditinggalkan begitu juga penggunaan thallium asetat. Walau bagaimanapun
tinea kapitis terus berlanjut menjadi penyakit yang biasanya diderita oleh anak-anak dan
biasanya menyentuh 10%-20% dari populasi bila terjadi wabah epidemik. Sejak akhir tahun
1950, Griseofulvin telah dijadikan gold standart pada tinea kapitis, meskipun dosis dan
durasinya berbeda pada tiap pasien, secara umum dosis yang digunakan adalah 10-20
mg/kg/hari selama delapan sampai duabelas minggu. Griseofulvin adalah obat fungistatik
dan berfungsi menghambat sintesis asamnukleid dan mengganggu perkembangbiakan inti
sel dalam metaphase yang akhirnya mencegah pembentukan dinding sel jamur. Griseofulvin
pun memiliki efek anti-inflamasi. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet, dan biasanya
direkomendasikan untuk diminum bersamaan dengan makanan berlemak, karena hal itu
akan meningkatkan absorpsi obat dan meningkatkan bioavailabilitasnya. Durasi dari terapi
tergantung dari mikroorganisme penyebabnya (T.Tonsurans membutuhkan terapi yang lebih
lama). Efek samping obat ini adalah mual dan erupsi eksantematosa pada 8%-15% kasus,
dan obat ini berkontraindikasi pada kehamilan. Beberapa studi telah membandingkan
penggunaan Griseovulfin dengan ketokonazole sebagai terapi tinea kapitis pada anak-anak
dan telah dinyatakan bahwa ketokonazole aman dan efektif meskipun belum menunjukan
kemampuan yang lebih baik daripada griseovulfin, yang dimana menunjukan efek yang
lebih cepat. Griseovulfin aman dan efektif pada anak selama diberikan pada dosis yang
sesuai.10

 Terbinafine
Terbinafin adalah sebuah allylamine fungisidal yang mempunyai afinitas tinggi
untuk keratin dan bekerja pada membrane sel dari jamur. Obat ini efektif pada semua jenis
dermatofit. Obat ini seefektif griseovulfin dan aman untuk terapi spesies Trichophyton pada
anak, sementara untuk spesies Microsporum masih diperdebatkan; tetapi telah dianjurkan
pada kasus ini membutuhkan terapi lebih lama (lebih dari 4 minggu) dan dengan dosis yang
tinggi. Dosis obat ini tergantung dari berat badan pasien, biasanya 3 sampai 6 mg/kg/ hari.
Dalam hal efek samping, keluhan gastrointestinal pada 5% kasus dan erupsi obat pada 3%
kasus. Pada studi yang melibatkan 50 anak, yang dimana 49 anak menderita tinea dengan
spesies Trichophyton dan hanya 1 anak yang menderita tinea dari spesies microsporum,
didapatkan kesembuhan 86 % secara klinis dan histologi setelah terapi selama 2 minggu;
peneliti pada kasus ini menganjurkan penambahan 2 minggu untuk menterapi anak dengan
tinea dengan jenis Microsporum. Pada studi lain yang mengevaluasi terapi terbinafin pada
152 anak, kesembuhan secara klinis dan mikologi sangat baik dengan persentase 96%;
dalam studi ini peneliti ini merekomendasikan terapi selama 4 minggu pada tinea kapitis
pada anak.10

 Golongan Azole:
 Ketokonazole
Ketokenazol bersifat fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin
dapat diberikan obat ini sebanyak 200 mg per hari selama 10 hari- 2 minggu pada pagi hari
setelah makan. Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.5
 Itrakonazole
Itrakonazole mempunyai aktifitas fungistatik dan fungisidal, meskipun lebih banyak
berfungsi sebagai fungstatik dengan memakan ergosterol pada membran sel jamur yang
akhirnya membuat perubahan permeabilitas membran sel. Dosis yang direkomendasikan
adalah 100 mg/hari selama 4 minggu atau 5 mg/kg/ hari pada anak-anak, dimana sama
efektif dengan griseofulvin dan terbinafine (table 4). Obat ini sangat lipofilik dan
keratinofilik dan obat ini bertahan dalam stratum korneum selama 3 sampai 4 minggu
setelah pemberian.4 Obat ini cocok sebagai pengganti ketokonazol yang mempunyai sifat
hepatotoksik terutama bila diberikan lebih dari 10 hari.

 Flukonazole
Flukonazole adalah obat anti jamur yang memiliki spectrum luas dan dapat diberikan
pada dermatofit dan juga spesies kandida. Obat ini memiliki bioavailabilitas yang baik,
rendah dalam ikatan dengan protein dan memiliki waktu paruh yang panjang. Dalam studi
yang meneliti anak-anak dengan T. tonsurans, obat ini didapatkan efektif dan aman dalam
dosis 6 mg/kg/ hari selama 20 hari.10
 Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat digunakan pada tinea kapitis lesi kerion. Penggunaan
kotikosteroid harus hati-hati pada pasien seperti ini dan kontraindikasi dalam pemberiannya
harus ditepikan. Kortikosteroid intralesi dapat digunakan pada lesi yang terlokalisir
sedangkan, kortikosteroid sistemik harus diberikan pada kondisi lesi yang difus, yang
biasanya digunakan secara umum adalah prednisone pada dosis 1 mg/kg/hari selama 1-2
minggu.10

2. Terapi topikal

Terapi topikal saja biasanya tidak direkomendasikan untuk penyakit ini karena
preparat topikal tidak berprenetrasi secara adekuat pada kulit kepala. Pada tahun 1982, Allen
dkk, melaporkan bahwa dengan menggunakan shampoo yang mengandung selenium sulfide
2% cukup efektif dalam mengurangi spora pada kulit kepala pasien anak yang diterapi
pararel dengan griseofulin dan akhir-akhir ini penggunaan shampoo yang mengandung
ketoconazole 2% juga menghasilkan hasil yang sama. Pasien harus dianjurkan untuk
menggunakan shampoo 3 kali dalam seminggu dan membiarkannya meresap paling minimal
5 menit sebelum dibasuh. Shampoo tersebut harus digunakan sampai pasien secara klinis
dan histologi sembuh.4 Dapat juga digunakan shampoo ketokonasol 1-2% 2-3x/minggu.9

Prognosis

Proses penyebaran spora jamur mungkin bertahan beberapa bulan meskipun sedang
dilakukan terapi; oleh karena itu sangat perlu untuk terus memantau keadaan pasien.
Penyebab terjadinya kegagalan terapi yang termasuk didalamnya yaitu reinfeksi, organisme
jamur yang relatif tidak sensitive terhadap obat, absorbsi obat yang tidak terlalu optimal dan
kurangnya kepatuhan pasien karena pengobatan yang lama. T.tonsurans dan Microsporum
adalah spesies jamur yang seringkali pesisten terhadap terapi. Jikalau jamur masih dapat
diisolasi dari lesi pada kulit yang telah diterapi dengan maksimal, tetapi secara klinis ada
perbaikan, yang direkomendasikan dari keadaan ini adalah terus memberikan terapi yang
sama selama satu bulan lagi.

Kesimpulan

Tinea kapitis (ringworm of the scalp) merupakan dermatofitosis pada kulit kepala
dan berhubungan dengan rambut . Tinea kapitis sering muncul pada anak- anak usia antara
3 sampai 14 tahun dan jarang terjadi pada dewasa. Kelainan pada tinea kapitis dapat
ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia dan kadang terjadi gambaran
yang lebih berat yang disebut kerion. Diagnosis ditegakkan berdasarkan ttemuan klinis,
pemeriksaan dengan lamp wood, dan pemeriksaan langsung pada rambut dengan KOH.
Pada pemeriksaan mikroskopis akan terlihatspora di luar rambut ( etrotrics) atau di dalam
rambut (entrotrics). Pengobatan untuk tinea kapitis sebagai gold standar adalah
griseofulvin sedangkan obat baru yang dapat digunakan untuk alternatif terapi tinea kapitis
adalah flukonazole, ketokonazole, itrakonazole, dan terbinafine. Untuk mengurangi
penularan dapat menggunakan selenium sulfida, shampo ketokonazol dan shampo
povidone iodine digunakan seminggu 2 kali, untuk mengurangi spora jamur dan
infeksivitas.

Daftar Pustaka

1. Andina BS, Sandra W, Kusmarinah B, dkk. Tinea kapitis di poliklinik kulit dan
kelamin RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta Periode tahun 2005-2010.
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 39(3); 2012.
2. Siregar. Penyakit jamur kulit. Edisi kedua. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2005.
3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
kelima. Balai penerbitan FKUI. Jakarta: Universitas Indonesia 2009.
4. Kang S, Amagai M, Bruckner AL, et al. Fitzpatrick dermatology. edisi ke 9. The
McGraw-Hill companies US. 2019.
5. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit kulit. EGC: Jakarta 2004.
6. Rebollo, López-Barcenas, and Arenas. Tinea capitis. Review artikel. Departamento de
Dermatología. Actas Dermosifiliogr. 2008;99:91-100.
7. Fakultas Kedokteran Unair. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kedua. AUP.
Surabaya: Universitas Airlangga 2013.
8. Muller SA, Winkelmann RK. Alopecia areata. An evaluation of 736 patients. Arch
Dermatol. Sep 1963;88:290-7. 
9. Schwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis: an overview. Am Fam
Physician. Jul 1 2006;74(1):125-30. 
10. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, Fourth Edition. 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric Publishing;
2000.

Anda mungkin juga menyukai