Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS PSORIASIS DENGAN

PENDEKATAN PELAYANAN DOKTER


KELUARGA

Fedora Jolie 112018166


Pendahuluan

Psoriasis merupakan penyakit peradangan kulit,


bersifat kronik residif, khas ditandai adanya
bagian kulit yang menebal, eritematus, dan
berbatas tegas.
Epidemiologi

Psoriasis menyebar diseluruh dunia tetapi


prevalensi usia psoriasis bervariasi di setiap
wilayah.
Di Indonesia pencatatan pernah dilakukan oleh
sepuluh RS besar dengan angka prevalensi
0,92%. Psoriasis terus mengalami peningkatan di
Indoneisa. Kejadian Remisi dialami oleh 17-55%
kasus dengan beragam tenggang dan waktu.
Secara keseluruhan di dunia 2-3 % mengalami
psoriasis. Rata-rata timbul usia 15 dan 30 tahun
Etiologi

Kesalahan genetik pada psoriasis dapat dilihat


pada salah satu dari ketiga jenis sel yaitu
limfosit T, sel penyaji antigen (dermal) atau
keratinosit. Keratinosit psoriasis memerlukan
stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis yang
matang umumnya penuh dengan sebukan
limfosit T di dermis yang terutama terdiri atas
limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan
limfositik dalam epidermis
Faktor Pencetus
 Beberapa faktor pencetus kimiawi, mekanik dan termal akan memicu
psoriasis melalui mekanisme Koebner, misalnya garukan, aberasi
superfisial, reaksi fototoksik, atau pembedahan.
 Ketegangan emosional dapat menjadi pencetus yang mungkin
diperantari mekanisme neuoimunologis.
 Beberapa macam obat misalnya beta-bloker, angiotensin-converting
enzyme inhibitors, antimalaria, litium, nonsteroid antiimflamasi
 Bakteri, virus, dan jamur juga merupakan faktor pembangkit
psoriasis.
 Kegemukan, obesitas, diabetes melitus maupun sindroma metabolik
dapat memperparah kondisi psoriasis.
 Kandungan alkohol dapat berinteraksi dengan obat psoriasis
sehingga bisa mengagalkan terapi yang optimal.
Manifestasi Klinis

 Gambaran klasik yang muncul berupa plak eritematosa diliputi skuama


putih disertai titik-titik perdarahan bila skuama dilepas, berukuran dari
seujung jarum hingga sampai plakat menutupi sebagaian besar area
tubuh, gambaran umum biasanya tampak simetris
 Auspitz sign dimana terlihat titik-titik perdarahan (Pin Point Bleeding)
ketika skuama di lepas.
 Fenomena Koebner (isomorfik respon), fenomena tersebut adalah
peristiwa munculnya lesi psoriasis setelah terjadi trauma maupun
mikrotrauma pada kulit pasien psoriasis dan muncul setelah 7-14 hari
setelah trauma.
 Fenomena tetesan lilin, skuama akan berubah berwarna putih seperti
kerokan lilin saat di gores.
Tatalaksana
 Terapi Topikal • Terapi Sistemik
1. Kortikosteroid 1. Metrotrexate
2. Analog Vitamin D 2. Siklosporin A
(Kalsipotriol)
• Terapi Fototerapi
3. Anthralin
(Dithranol)
4. Tazarotene
Laporan Kasus
 Identitas

Nama Penderita : Nn. C


Jenis Kelamin: Perempuan
Tanggal lahir : 29 Maret 1997
Alamat : Apartement Menara Kebon Jeruk
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan terakhir: SMA
Suku Bangsa : Dayak
Agama : Kristen Protestan
Tanggal Pemeriksaan : 16 Februari 2021
Anamnesis

 Keluhan utama
Pasien mengeluh muncul bercak kemerahan
pada paha kanan
 Keluhan tambahan
Bercak disertai gatal, kulit terkelupas, tidak
bernanah.
Riwayat Penyakit Sekarang

 Pasien mengeluh ada bercak kemerahan


pada paha kanan sejak 1 minggu yang lalu.
Bercak kemerahan disertai gatal yang hilang
timbul sehingga terkadang terkelupas karena
digaruk oleh pasien. Sebelum keluhan muncul
pasien mengaku kurang istirahat dengan
cukup. Riwayat demam dan gigi berlubang
disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien menderita penyakit psoriasis sejak 9 tahun
yang lalu. Keluhan berawal bercak kemerahan pada
kedua tungkai kaki lalu keseluruh badan disertai gatal.
Rasa gatal membuat pasien semakin menggaruk dan
kemudian menjadi bercak kemerahan yang meninggi
dan bersisik tebal dan berlapis berwarna putih. Rasa
gatal tidak memberat pada saat pasien berkeringat.
Pasien rutin berobat ke dokter dan diberikan salep.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien juga menderita penyakit psoriasis
sejak usia remaja.
 Riwayat Pengobatan
Pasien menggunakan obat salep lotasbat
(Clobetasol propionate) dioles 1x sehari.
 Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : E4 M6 V5
 Tekanan darah : 110/90 mmHg
 Frekuensi nadi: 85 x/menit
 Frekuensi nafas : 20 x/menit
 Suhu : 36.8o C
 Berat Badan : 68 kg
 Tinggi Badan : 157 cm
 Kepala : Normocephali, rambut berwarna hitam
 Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-
 Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : tidak ditemukan pembesaran
 
 Jantung : BJ I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 Abdomen :
Inspeksi : mendatar, bekas luka operasi (-) massa (-)
Auskultasi : bising usus (+) normoperistaltik
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
 Ekstremitas : Akral teraba hangat, CRT < 2 detik, tidak edema
Status Dermatologis

 Warna Kulit : Kuning langsat

 Effloresensi utama :
Lokasi : Regio Femur Dekstra
Effloresensi : Plak eritematosa multipel dengan skuama halus, dengan distribusi
diskret, ireguler, berukuran miliar- numular, berbatas tegas
 
 Jaringan parut : Tidak ditemukan
 Pertumbuhan rambut : Normal
 Suhu raba : Sama dengan pemeriksa
 Lembab / kering : Lembab
 Keringat : Umum (-) Setempat (-)
 Turgor : Baik
 Lapisan lemak : Bersifat merata
 Edema : (-)
Riwayat Biologis Keluarga

 Kebersihan perorangan : Bersih dan terawat. Kuku tertata rapih,


rambut bersih, mandi sehari 2 kali.
 Penyakit yang sering diderita : -
 Penyakit keturunan : Psoriasis
 Penyakit menular : -
 Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
 Pola makan: Sehari 2 kali, 1 porsi sekali makan. Makan bervariasi.
Makanan beli dari luar dan suka minuman manis seperti thai tea.
 Pola istirahat : 5-6 jam per-hari. Biasanya Pukul 03.00 tidur hingga
pukul 08.00
 Pola Olahraga : jarang berolahraga
 Jumlah anggota keluarga : 4 orang (Orang tua, 2 saudara)
Psikologis Keluarga

 Kebiasaan buruk : suka bergadang


 Pengambilan keputusan : Pasien sebagai
anak pertama
 Ketergantungan obat :-
 Pola rekreasi : Setiap liburan pasien
pulang mengunjungi orang tua di Kalimantan
Keadaan rumah/lingkungan

 Lantai Apartemen :Keramik


 Luas Apartemen : 30 m2.
 Penerangan :Baik, menggunakan PLN
 Kebersihan :Baik, karena setiap hari pasien
membersihkan apartemen.
 Ventilasi :Baik karena setiap hari pasien
membuka jendela
 Dapur :Bersih
Keadaan rumah/lingkungan

 Jamban keluarga : Ada dan bersih sering disikat 3x sehari.


 Sumber air: Pasien menggunakan air galon untuk minum. Air
untuk mencuci makanan, beras, mencuci pakaian dan
perabotan rumah tangga lainnya juga digunakan dari air PAM.
 Sumber pencemaran air : Tidak ada.
 Pemanfaatan pekarangan : Pasien tidak memiliki pekarangan.
 Sistem pembuangan air limbah : Ada.
 Tempat pembuangan sampah : Ada. Petugas apartement
yang mengambil sampah setiap hari.
 Sanitasi lingkungan : Kurang. Masih terdapat sampah
berserakan di jalanan sekitar apartement
Spiritual Keluarga

 Spiritual keluarga : Baik.


 Ketaatan beribadah : Baik. Pasien selalu
beribadah setiap minggu.
 Keyakinan tentang kesehatan : Baik
Keadaan Sosial Keluarga

 Tingkat pendidikan : SMA


 Hubungan antar anggota keluarga : Baik
 Hubungan dengan orang lain : Baik
 Kegiatan organisasi sosial : Kurang
karena situasi pandemi
 Keadaan ekonomi : Cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Daftar Anggota Keluarga
Imunisasi
No Nama Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan

dengan KK Kesehatan

Kristen
1. Tn. N Ayah 55 S2 Wiraswasta Protestan Baik

tahun

Kristen
2. Ny. P Ibu 47 S1 IRT Protestan Baik

tahun
Lengkap
Kristen
3. R Saudara ke-1 20 SMA Mahasiswa Protestan Baik

tahun
Lengkap
Kristen
4. M Saudara ke-2 13 SD Pelajar Protestan Baik

tahun
Genogram
Penilaian
No. Pertanyaan
Hampir Kadang- Hampir
Selalu (2) Kadang (1) Tidak
Pernah (0)
1. Adaptasi

Saya Puas bahwa saya dapat kembali kepada keluarga
saya, bila saya menghadapi masalah
2. Partnership (Kemitraan)

Saya puas dengan cara-cara keluarga saya membahas serta
membagi masalah dengan saya
3. Growth (Pertumbuhan)

Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya melaksanakan kegiatan dan ataupun arah
hidup yang baru
4. Affection (Kasih Sayang)

Saya puas dengan cara-cara keluarga saya menyatakan
rasa kasih sayang dan menaggapi emosi

5. Resolve (Kebersamaan)

Saya puas dengan cara keluarga saya membagi waktu
bersama
Total Skor 9
Diagnosa
 Diagnosis Aspek Personal: Pasien rutin berobat dan memberikan
obat salep pada lesi kulitnya.
 Diagnosis Klinis: Psoriasis Gutata
 Diagnosis Faktor Risiko Internal: Pasien didiagnosis menderita
psoriasis dan setelah dianamnesis ditemukan bahwa ayah pasien
juga menderita psoriasis. Faktor lain mempengaruhi : overweight,
pola makan beli diluar/ tidak masak sendiri, suka minuman manis
seperti thai tea dan pola istirahat yang kurang.
 Diagnosis Faktor Risiko Eksternal: Kegiatan sosial yang kurang
selama pandemi, dan pelayanan kesehatan yang jauh didaerah
Kalimantan (tempat tinggal asalnya).
 Diagnosis Fungsional: Mampu melakukan pekerjaan seperti
biasanya (score=1)
Penatalaksanaan Awal dan
Edukasi
Health Promotion
memberikan penyuluhan ke masyarakat (keluarga) mengenai
penyakit psoriasis, tentang perjalanan penyakitnya, faktor
penyebabnya. Dan hal berkaitan dalam pengobatan psoriasis,
resiko apa saja dapat mempengaruhi pasien.

Specific Protection
Seseorang yang memiliki faktor risiko (riwayat keluarga yang
menderita psoriasis, trauma pada kulit, obesitas, stress, infeksi bakteri
seperti streptokokus) perlu melakukan pola hidup yang sehat dengan
istirahat yang cukup, hindari aktivitas yang berlebihan / pemikiran
yang membuat stress, menjaga berat badan ideal dan berolahraga,
hindari mengaruk berlebihan dan menjaga kelembaban kulit supaya
tidak kering.
Penatalaksanaan Awal dan
Edukasi
Early diagnosis and prompt treatment

Seseorang yang memiliki faktor resiko psoriasis memerlukan


pemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis KK. Dalam menegakan
diagnosis dapat dibantu dengan pemeriksaan fisik seperti
pemeriksaan Auspitz sign, fenomena tetesan lilin dan koebner. Dan
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti biopsi kulit.
Sedangkan tindakan prompt treatment pada penderita psoriasis
adalah dengan cara rutin menggunakan obat salep atau sistemik dan
periksa ke dokter spesialis KK untuk menangani secara rutin supaya
penyakit pasien dapat terkontrol.
Penatalaksanaan Awal dan
Edukasi
Disability Limitation
Pengobatan dan perawatan yang sempurna dilakukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi. Apabila pasien dalam keadaan
menderita psoriasis seperti dalam kasus ini, maka anjuran untuk
mencegah terjadinya beberapa komplikasi ini adalah dengan
menurunkan berat badan, mengubah pola hidup ( rajin
berolahraga, istirahat/tidur yang cukup), pola makan teratur,
menghindari stres, dan menggunakan obat salep secara rutin
untuk menghambat proses peradangan.
Penatalaksanaan Awal dan
Edukasi
Rehabilitation
Menggunakan salep obat teratur dan menjaga kelembaban kulit
sesuai anjuran dokter. Lalu melakukan pemeriksaan ke dokter
apabila mengalami keluhan lainnya. Selain itu, menyarankan pasien
untuk hindari begadang dan berolahraga. Serta mengingatkan
kepada pasien bahwa penyakit psoriasis ini tidak dapat sembuh,
namun dapat dikontrol dengan baik dan pasien dapat beraktivitas
dengan beradaptasi dan dengan pola hidup dan pola makan yang
baik. Sehingga diharapkan kesehatan mental maupun fisik pasien
juga terjaga dan teradaptasi dengan baik.
Prognosis

 Ad Vitam: bonam
 Ad Functionam: bonam
 Ad Sanationam: dubia ad bonam
Analisa Kasus
 Faktor Perilaku
Pasien memiliki kebiasaan membeli makanan dari luar
dan minuman manis seperti thai tea. Selain itu, pasien
juga jarang berolahraga dan pola makan kurang
teratur. Lalu pasien juga memiliki pola istirahat yang
kurang teratur. Hal ini dapat memperburuk penyakit
psoriasis pasien. Pasien memiliki perilaku untuk rutin
menggunakan obat salep sesuai anjuran dokter. Pasien
memiliki sosialisasi kurang karena sering didalam
apartemen selama pandemi.
 Faktor Lingkungan
Berdasarkan luasnya, tempat tinggal pasien
termasuk baik dan layak dihuni. Hal ini dapat
dilihat dari luas apartemen yang cukup dan
tidak terlalu kecil untuk dihuni 1 orang. Luas
bangunan apartemen yang cukup untuk
penghuni didalamnya, artinya luas lantai
bangunan tersebut harus disesuaikan dengan
jumlah penghuninya.
Faktor Lingkungan

Ventilasi yang ada di tempat tinggal bertujuan


agar kelembapan ruangan tidak naik karena
proses penguapan cairan dari kulit. Tempat
tinggal pasien juga tidak padat penduduk.
Pencahayaan tempat tinggal pun dapat
dikatakan baik, karena setiap ruangan sudah
terdapat lampu yang dapat menyala dan
cahaya matahari dapat masuk dengan baik ke
dalam apartemen.
Faktor Lingkungan
 Jamban atau kamar mandi juga merupakan jamban milik pribadi sethingga
tentunya kebersihan lebih baik dan mengurangi risiko terjadinya penularan
penyakit atau pencemaran yang dapat disebabkan secara fecal-oral.
 Tempat tinggal pasien juga selama ini tidak pernah mengalami banjir, tidak
dekat pabrik. Untuk pembuangan sampah, setiap hari terdapat tukang
sampah yang mengambil sampah – sampah miliknya.
 Air minum yang digunakan juga berasal dari air galon baru. Sedangkan air
untuk kebutuhan sehari – hari sudah menggunakan air PAM. Selain itu,
kebersihan tempat tinggal pasien juga baik karena selalu dibersihkan setiap
hari.
 Kebersihan rumah juga harus terjaga karena tempat tinggal yang kotor tentu
sangat tidak nyaman untuk dihuni dan dapat menjadi tempat berkembang
biak kuman bibit penyakit.
 Dari beberapa hal tersebut, dapat dikatakan bahwa lingkungan fisik tempat
tinggal pasien dapat dikatakan cukup dan memenuhi syarat rumah sehat.
Faktor Pelayanan Kesehatan

Pasien sendiri mengaku sering kontrol ke dokter Sp.KK


di rumah sakit kampungnya. Pengobatan yang didapat
oleh pasien sendiri berasal dari dokter Sp.KK. Setiap
obat yang digunakannya habis, beliau selalu datang ke
dokter untuk mendapatkan obatnya. Keluarga pasien
memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakitnya
sehingga tentunya mereka paham untuk mencari
bantuan medis dalam menangani penyakit pasien
tersebut. Tingkat ekonomi keluarga pasien juga
dikatakan cukup mampu, sehingga tentunya cukup
mudah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Faktor Genetik

Adanya riwayat anggota keluarga yang


menderita psoriasis merupakan faktor resiko
bagi keluarga pasien untuk menderita
psoriasis. Hal ini disebabkan faktor genetik
dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalami psoriasis semakin tinggi. Lebih
lagi apabila ditunjang dengan perilaku atau
pola hidup yang tidak sehat.
Anjuran untuk Pasien dan Anggota Keluarga

 Pasien diharuskan untuk menggunakan obat


dengan rutin sesuai anjuran dokter serta mengatur
pola hidup.
 Pasien juga diminta untuk berhati – hati dalam
beraktivitas sehingga tidak mengalami cedera.
 Pasien juga sangat dianjurkan untuk berperilaku
hidup sehat sedini mungkin secara teratur dan pola
makan yang sehat serta rutin berolahraga sehingga
mendapatkan indeks massa tubuh yang ideal, serta
menghindari stress dan tidur yang cukup.
Kesimpulan
 Dari hasil komunikasi yang telah dilakukan didapatkan bahwa pasien
mempunyai penyakit Psoriasis. Pasien sering minuman manis dan bergadang.
Hal ini merupakan faktor memperburuk gejala Psoriasis. Oleh karena salah satu
pencetus penyakit ini adalah secara genetik, maka pasien harus di waspadai
terutama terkait gaya hidup yaitu pola makan dan pola hidup yang sehat.
 Dilihat dari hasil gambaran rumah pasien, didapatkan bahwa tempat tinggal
pasien tergolong yang sehat. Ventilasi, penerangan rumah baik, selalu
dibersihkan apartementnya, tempat cuci dan sumber air adalah dari air PAM,
dan tidak ditemukan sumber pencemaran air.
 Maka terbukti bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur-
unsur yang disebutkan pada Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter
keluarga yang bekerja di Puskesmas, sebaiknya dapat memberikan komunikasi,
informasi dan edukasi perorangan untuk memperbaiki pola hidup pasien, serta
menerapkan prinsip kedokteran keluarga yaitu komprenhensif (promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif).
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai