BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kronis merupakan penyebab dari kesakitan dan kematian yang
membutuhkan jangka waktu lama dan respon yang kompleks, jarang sembuh total, serta
berkoordinasi dengan berbagai disiplin ilmu kesehatan untuk keperluan pengobatan dan
peralatan. Penyakit kronis juga berperan dalam kemunduran kesehatan yang berangsur –
angsur memburuk dan sering terjadi pada usia lanjut yang menurunkan kualitas hidup
terkait ketidakmampuan dan keterbatasan fisik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
penyakit kronis merupakan suatu keadaan yang menyebabkan kesakitan dan kematian
yang membutuhkan pengobatan dan peralatan dalam jangka waktu yang lama, jarang
sembuh total, dan berangsur – angsur memburuk yang menyebabkan ketidakmampuan
dan keterbatasan fisik sehingga mengakibatkan penurunan kualitas hidup yang sering
terjadi pada lansia.
Penyakit kronis yang terjadi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi adalah faktor gaya hidup. Faktor gaya hidup yang ikut
mempengaruhi adalah gaya hidup merokok, jarang berolahraga, dan obesitas yang
merupakan penyebab terbesar penyakit kronis. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi
adalah faktor usia. Pada usia lanjut, penyakit kronis yang terjadi merupakan gabungan
dari kelainan – kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua. Proses menua ini
merupakan proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan fungsi struktur dan fungsi
normalnya. Hal tersebut yang kemudian menyebabkan seseorang tidak bertahan terhadap
penyakit dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Beberapa penyakit yang termasuk
dalam penyakit kronis yakni penyakit jantung, stroke, gangguan pernapasan kronis,
kanker. Selain itu penyakit yang termasuk penyakit kronis yang sering dijumpai di
Indonesia adalah penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi dan diabetes.
LAPORAN KASUS
Puskesmas : Grogol 2
Tanggal kunjungan : 19 Juli 2018
Hal ini dapat dilihat dari ukuran rumah pasien yang kurang lebih memiliki luas 6
meter persegi dengan ditinggali oleh 3 orang. Rumah pasien tidak memiliki ventilasi yang
tentunya membuat sirkulasi udara di tempat tinggalnya kurang baik terlebih apabila pintu
tidak dibuka. Ruangan tempat tinggalnya cukup panas. Selain itu, tempat tinggal pasien
sangat padat penduduk. Pencahayaan tempat tinggal pun dapat dikatakan kurang. Jamban
yang digunakan sendiri merupakan jamban bersama dengan orang – orang yang kontrak
di tempat tersebut. Oleh karena itu, tentunya akan sangat mudah terjadi penularan
penyakit yang disebabkan karena fecal oral. Pasien bukan seorang perokok, namun
suaminya merupakan seorang perokok. Oleh karena itu, tentunya akan menjadi salah satu
faktor risiko bagi pasien ataupun anak pasien menderita gangguan pernapasan. Pada
pasien tersebut yang menderita hipertensi, diabetes melitus, dan gastritis perlu dilakukan
pemeriksaan rutin. Tekanan darah dan gula darah pasien harus terkontrol. Selain itu,
pasien diminta untuk berhati – hati sehingga tidak mengalami luka. Pasien perlu
mengkontrol pola makannya dan melakukan hal – hal yang terdapat dalam perilaku bersih
dan sehat. Anak pasien juga berisiko menderita hipertensi maupun diabetes melitus, oleh
karen itu sangat dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin serta
mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup dengan pola makan yang sehat
sehingga mendapatkan indeks massa tubuh yang ideal. Dari anamnesis juga diketahui,
suami pasien menderita diabetes melitus, sehingga sangat dianjurkan untuk kontrol gula
darah secara teratur, menjaga pola makan sesuai status gizi, mengurangi merokok dan
selalu melakukan pola hidup yang sehat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Blum
Konsep hidup sehat dari teori H.L. Blum untuk menciptakan kondisi sehat, diperlukan
suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh, sampai saat ini masih sangatlah relevan
untuk diterapkan.1 Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik,
melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Blum menjelaskan ada empat faktor
tersebut yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut
merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.2
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku atau gaya hidup, faktor lingkungan
(sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan
kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).1,3 Keempat faktor tersebut saling berinteraksi
yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor
tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling
sukar ditanggulangi. Kemudian disusul dengan faktor lingkungan.3 Hal ini disebabkan karena
faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena
lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.
Konsep paradigma sehat Blum memandang pola hidup sehat seseorang secara holistik
dan komprehensif.2,4 Masyarakat yang sehat tidak dilihat dari sudut pandang tindakan
penyembuhan penyakit melainkan upaya yang berkesinambungan dalam menjaga dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan yang
penting. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari
dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya.2,4 Diperlukan suatu program untuk
menggerakan masyarakat untuk membentuk masyarakat yang sehat. Masyarakat yang
berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang
bersih dan sehat.
Berbicara mengenai lingkungan, sering kali mengarah dari kondisi fisik. Lingkungan
yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini
jelas membahayakan kesehata masyarakat. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat
dikelola dengan baik, polusi udara, air, dan tanah juga dapat menjadi penyebab penyakit.
Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak, oleh karena itu diperlukan
kesadaran semua pihak.2 Selain lingkungan fisik, lingkungan sosial juga berperan. Sebagai
makhluk sosial, manusia membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu
dengan lainnya harus terjalin dengan baik.5 Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat
menimbulkan masalah kejiwaan.
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat. 2
Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan
posyandu, puskesmas, rumah sakitdan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam
mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama pelayanan kesehatan dasar
yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
di bidang kesehatan juga harus ditingkatkan. Puskesmas sebagai garda terdepan dalam
pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat besar. 1,3 Karena di
puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer.
Keturunan atau genetik merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang
dibawa sejak lahir. Hal ini disebabkan karena terdapat penyakit yang dapat diturunkan seperti
hipertensi maupun diabetes. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki faktor risiko genetik
yang berasal dari keluarga biologisnya, perlu lebih waspada dengan melakukan upaya –
upaya preventif dan diagnosis dini.3,4
Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan kondisi di mana terdapat kadar gula yang tinggi dalam
darah.6 Diabetes melitus sendiri dibagi menjadi dua tipe yakni tipe 1 dan tipe2. Diabetes
melitus tipe 1 terjadi disebabkan karena terjadi autoimun yang menyebabkan kerusakan pada
sel beta pankreas yang berperan dalam produksi insulin.6,7 Oleh karena itu, penanganan
diabetes melitus tipe 1 ditangani dengan pemberian insulin. Sedangkan diabetes tipe 2 terjadi
disebabkan karena kurang mampunya tubuh dalam merespon hormon insulin.7 Hal tersebut
menyebabkan tubuh tidak mampu memanfaatkan insulin yang dihasilkan oleh organ
pankreas. Ketidakmampuan tubuh dalam memanfaatkan hormon insulin sering dikarenakan
sel – sel tubuh bersaing dengan sel – sel lemak dalam tubuh. 7 Sehingga hormon insulin
banyak dihisap oleh sel – sel lemak yang menumpuk dalam tubuh. Oleh karena itula, tipe 2
lebih banyak menimpa pada orang – orang yang memiliki pola hidup dan pola makan jelek
hingga terjadi penimbunan lemak atau kegendutan. Berbeda dari tipe 1 yang muncul tiba –
tiba, diabetes tipe 2 memiliki perkembangan yang sangat lambat. Gejala dari diabetes melitus
sendiri berupa rasa lapar meningkat, rasa haus meningkat, buang air kecil yang sering
khususnya malam hari, luka yang lambat pulih bahkan sering infeksi, pandangan buram,
lelah, rasa sakit atau mati rasa pada kaki dan tangan, dan kesemutan. 6,8 Penatalaksanaan
diabetes tipe 1 dilakukan dengan pemberian insulin.8 Sedangkan penderita diabetes tipe 2 di
tatalaksana dengan obat pemicu sekresi insulin seperti golongan sulfonilurea atau obat – obat
peningkat sensitivitas insulin seperti golongan biguanid. 8 Salah satu golongan sulfonilurea
adalah klorpropamide, tolbutamide, glipizid, gliburid. Dosis klorporpamid yang diberikan
sebesar 125-250mg per hari dengan dosis maksimal 500 mg perhari. Salah satu golongan
biguanid adalah metformin. Golongan biguanid selain berfungsi meningkatkan sensitivitas
insulin, juga berperan dalam menghambat glukoneogenesis. Metformin yang diberikan
sebesar 500 mg x 2 perhari. Dan diperlukan terapi nonfarmakologis seperti perubahan gaya
hidup, diet, dan penanganan obesitas.8 Perubahan gaya hidup ini seperti anjuran ke pasien
untuk olahraga secara teratur karena olahraga dapa membantu mengatasi resistensi insulin.
Sedangkan untuk dietnya bertujuan untuk menurunkan berat badan hingga 5-10% dalam
jangka waktu setahun karena terbukti dapat menurunkan kadar gula darah, kolesterol total,
trigliserida, LDL, risiko penyakit kardiovaskular, dan tekanan darah. Komplikasi dari
diabetes yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan saraf (neuropati), kerusakan
ginjal (nefropati), kerusakan mata (retinopati), penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi,
penyakit pembuluh darah perifer, gangguan hati, gangguan paru (lebih mudah terinfeksi), dan
infeksi (glukosa darah yang tinggi menggangu fungsi kekebalan tubuh).6,8
Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg.9 Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa memompa
darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga dapat mengakibatkan timbulnya penyakit seperti
gagal ginjal, stroke, maupun gagal jantung. Adapun gejala dari hipertensi berupa sakit kepala,
pusing, penglihatan buram, mual, telinga berdenging, kebingungan, detak jantung tak teratur,
nyeri dada, kelelahan, sulit bernapas, dan sensasi berdetak di dada maupun leher. 9,10 Penyebab
hipertensi primer belum diketahui secara jelas. Tapi tekanan darah tinggi bisa disebabkan
oleh gaya hidup dan pola makanan yang buruk. Sedangkan hipertensi sekunder dapat terjadi
karena penyakit ginjal, kehamilan, penyakit kelenjar tiroid, tumor kelenjar adrenal. 9 Ada
beberapa hal yang meningkatkan risiko seseorang menderita hipertensi seperti usia yang
semakin tua, riwayat keturunan, obesitas, terlalu banyak makan garam, terlalu sedikit
mengonsumsi makanan yang mengandung kalium, kurang aktivitas fisik dan olahraga, serta
merokok.10 Tatalaksana medika mentosa adalah dengan pemberian obat – obat diuretik,
antagonis kalsium, beta blocker, ACE inhibitor, Angiotensin 2 reseptor blocker, atau
penghambat renin.11 Sedangkan tatalaksana non medikamentosa adalah dengan perubahan
gaya hidup seperti lebih sering mengonsumsi buah, sayur dibandingkan dengan daging merah
dan makanan yang mengandung lemak jenuh serta kolesterol tinggi, mengurangi konsumsi
garam, perbanyak aktivitas fisik atau olahraga, menurunkan berat badan, berhenti merokok,
mengurangi konsumsi minuman beralkohol maupun berkafein.9,11 Komplikasi yang dapat
terjadi pada hipertensi tidak terkontrol adalah aterosklerosis, kehilangan penglihatan,
terbentuk aneurisma, gagal ginjal, gagal jantung, demensia vaskuler.10
Gastritis
Gastritis merupakan kondisi ketika lapisan lambung mengalami iritasi, peradangan
atau pengikisan.12 Berdasarkan jangka waktu perkembangan gejala, gastritis dibagi menjadi
dua yakni akut (berkembang secara cepat dan tiba – tiba) dan kronis (berkembang secara
perlahan – lahan). Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori yang dapat
berasal dari makanan atau air yang tercemar. 12 Penyebab lainnya adalah penggunaa obat –
obat anti inflamasi non steroid ataupun konsumsi alkohol secara berlebihan. Gastritis bisa
juga disebabkan karena stres. Gejala utama gastritis biasanya berupa rasa nyeri, rasa tidak
nyaman pada perut bagian atas, mual, muntah, dan ganggun pencernaan.10,13 Komplikasi yang
dari gastritis kronis adalah kanker lambung terutama apabila terdapat penipisan yang
signifikan pada dinding lambung dan perubahan pada sel lambung, tukak lambung, dan
perdarahan di dalam lambung.13 Penatalaksanaan medika metosa dapat diberikan obat
golongan H2 bloker, PPI, antasida, maupun antibiotik. Salah satu golongan H2 bloker adalah
ranitidine. Sedangkan golongan obat PPI contohnya omeprazole, lansoprazole, dll. 12,13
Sedangkan non medika mentosa dengan perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi
teratur, mengurangi makan makanan pedas, mengurangi minuman beralkohol.
PEMBAHASAN KASUS
Faktor perilaku
Pasien memiliki kebiasaan pola makan kurang teratur. Selain itu, pasien juga sering
makan makanan yang pedas. Hal tersebut yang kemudian dapat memicu terjadinya penyakit
gastritis. Selain itu, pasien mengaku dulu belom pernah menderita kencing manis. Namun
setelah pasien sering minum minuman yang manis dan teh kotak, pasien baru terdiagnosis
mengalami kencing manis. Sampai sekarang, pasien masih sering minum minuman yang
manis. Namun, jumlah nasi putih yang dikonsumsi sudah mulai dikurangi. Adanya konsumsi
minuman yang manis menjadi risiko terjadinya diabetes melitus. Pasien juga memiliki
kebiasaan jarang berolahraga secara teratur. Hal tersebut yang menyebabkan kesehatan
pasien kurang baik. Selain sering minum minuman yang manis, pasien juga mengaku sering
makan makanan yang cukup asin, dan gurih. Adanya natrium yang berlebihan yang berasal
dari garam akan membuat air sulit keluar melalui ginjal. Sehingga volume darah dalam tubuh
makin meningkat. Dengan volume darah yang meningkat namun pembuluh darah tidak
mengalami pelebaran menyebabkan aliran darah menjadi deras. Selain itu, suami pasien
memiliki kebiasaan merokok yang tentunya akan berdampak bagi dirinya sendiri maupun
keluarga pasien. Suami pasien memiliki risiko yang sangat tinggi untuk menderita hipertensi
maupun penyakit jantung karena kebiasaan merokoknya. Sedangkan pasien dan anak pasien
akan memiliki risiko untuk menderita penyakit saluran pernafasan seperti PPOK dan
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan gangguan pembuluh darah.
Faktor Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal pasien sangat sempit karena hanya memiliki luas kurang
lebih 6 meter persegi dan dihuni oleh 3 orang. Selain itu, pencahayaan rumah termasuk
kurang karena hanya ada 1 lampu di tempat tidurnya dan jalan menuju ke toilet juga sangat
kurang. Di kamar kontrakan juga tidak terdapat ventilasi. Kontrakan tempat tinggal pasien
memiliki lantai dengan keramik, namun jalan menuju toilet hanya berlantai dengan semen. Di
tempat tinggal pasien terdapat tempat sampah di bagian luar dari kamar kontrakannya.
Namun berdasarkan percakapan yang dilakukan, sampah tersebut sering dibuang ditanggul
belakang rumah ataupun di tanah di sebelah kontrakan. Air yang digunakan sehari – hari
berasal dari air tanah. Sumber air minum yang digunakan adalah air galon isi ulang. Di
lingkungan tempat tinggal pasien tidak ada pembuangan limbah pabrik. Lingkungan tempat
tinggal pasien sangat padat penduduk dan sering banjir terutama ketika musim penghujan.
Dari beberapa hal tersebut, dapat dikatakan bahwa lingkungan fisik tempat tinggal pasien
tidak memenuhi syarat rumah sehat. Adapun syarat rumah sehat sebaiknya memiliki ventilasi
udara yang cukup pada setiap ruangan, pengoptimalan sinar matahari yang masuk kedalam
ruangan, luas bangunan rumah yang cukup untuk penghuni di dalamnya, posisi septictank
yang disusahakan sejauh mungking dengan rumah tinggal, pencahayaan rumah yang cukup,
sebisa mungking tidak menggunakan kipas angin, terdapat taman di teras atau di dalam
rumah, dan keberishan rumah terjaga. Diperlukan adanya ventilasi bertujuan kelembapan
ruangan tidak naik karena proses penguapan cairan dari kulit. Adanya kelembapan akan
menjadi media yang baik untuk bakteri – bakteri patogen. Ventilasi juga bertujuan
membebaskan udara ruangan dari bakteri – bakteri terutama bakteri patogen. Pengoptimalan
sinar matahari yang masuk kedalam ruangan diperlukan karena kamar yang lembab bisa
menjadi tempat bakteri berkembang biak. Cahaya matahari yang masuk dapat membantu
membunuh bakteri – bakteri patogen didalam rumah seperti bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Luas bangunan rumah harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas
lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang
tidak sebanding dengan penghuninya akan menyebabkan rumah terlalu padat orang. Hal
tersebut berdampak kurang baik terhadap kesehatan penghuninya karena menyebabkan
kurangnya konsumsi oksigen serta apabila terdapat salah satu anggota keluarga terkena
penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Sedangkan posisi
septitank yang seharusnya jauh dari rumah tinggal apabila bila menggunakan air tanah
sebagai bahan konsumsi sehari – hari, selain jorok juga berpotensi mendatangkan berbagai
jenis bibit penyakit. Pencahayaan rumah harus cukup, tidak terlalau gelap atau terang agar
tidak meyebabkan kesehatan mata menurun. Penggunaan kipas angin juga dapat
menyebabkan flek pada paru – paru sehingga perlu dihindari. Kebersihan rumah juga harus
terjaga karena tempat tinggal yang kotor tentu sangat tidak nyaman untuk dihuni dan dapt
menjadi tempat berkembang biak kuman bibit penyakit. Keadaan lingkungan sosial pasien
bisa terbilang baik. Hal ini dapat dilihat dari hubungan antara pasien dengan tetangga maupun
keluarganya yang sangat harmonis.
Faktor Pelayanan Kesehetan
Di dekat lingkungan tempat tinggal pasien dapat dijumpai dengan mudah pelayanan
kesehatan puskesmas. Kemudahan akses menuju puskesmas juga membantu pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut. Pasien sendiri mengaku sering kontrol ke
puskesmas. Pengobatan yang didapat oleh pasien sendiri berasal dari puskesmas. Setiap obat
yang digunakannya habis, beliau selalu datang ke puskesmas untuk mendapatkan obat
tekanan darah tinggi dan obat kencing manisnya.
Faktor Genetik
Pasien memiliki anggota keluarga biologis yang tidak memiliki riwayat penyakit gula
darah maupun tekanan darah tinggi. Namun terjadi penyakit tekanan darah tinggi, kencing
manis, maupun gastritis dapat terjadi karena faktor perilaku maupun lingkungan. Adanya
penyakit kencing manis maupun tekanan darah tinggi pada pasien menunjukkan adanya
risiko bagi anak pasien untuk menderita penyakit yang serupa. Oleh karena itu, anak pasien
juga harus lebih berhati – hati dan waspada karena ada kecenderungan menderita sakit
serupa. Anak pasien perlu diberikan upaya promosi kesehatan, preventif, spesific protection,
dan early diagnosis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor – faktor yang
ikut berperan meliputi faktor perilaku, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan
faktor genetik. Oleh karena dalam menjaga status sehat seseorang, perlu memperhatikan
faktor – faktor tersebut. Pada kasus, ibu Etti Herawati berumur 48 tahun didiagnosis
menderita diabetes melitus tipe 2, hipertensi derajat 1, dan gastritis. Sebagai dokter, perlu
melihat faktor – faktor tersebut yang ada dalam kehidupan pasien. Ibu Etti memiliki faktor
perilaku, dan lingkungan yang kurang baik. Hal tersebut yang kemudian dapat menyebabkan
munculnya penyakit tersebut pada diri ibu Etti. Penyakit yang dialami oleh ibu Etti ini
tentunya dapat berkomplikasi. Oleh karena itu, perlu mendapatkan pelayanan keesehatan
yang menyeluruh. Upaya – upaya yang diberikan dapat berupa health promotion, spesific
protection, early diagnosis and prompt treatment, disabilty limitation, dan rehabilitation.
Dalam memberikan pelayanan dokter keluarga sendiri, sasaran yang diharapkan adalah
keluarga sehat. Ibu Etti sendiri sebagai bagian dari integral keluarga dan pintu masuk untuk
mengetahui kesehatan dari keluarganya. Pemberian pelayanan juga harus diberikan pada
seluruh anggota keluarganya juga.
LAMPIRAN
Gambar 1. Depan kamar Gambar2. Jalan menuju toilet Gambar3. Jalan depan rumah
Gambar 7. Sampah sebelah rumah Gambar 8. Kamar mandi umum Gambar 9. Tempat cuci baju
Gambar 10. Dapur umum
1. Ryadi ALS. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit ANDI; 2010. h. 1619.
2. Maulana HDJ. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. h.
8-17.
3. Makhfudli, Efendi F. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009. h. 99-108.
4. Effendy N. Dasar – Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;1998. h.24-30.
5. Nugraheni H, Wiyatini T, Wiradona I. Kesehatan Masyarakat dalam Determinan
Sosial Budaya. Yogyakarta: Penerbit Deepublish; 2018. h. 65-95.
6. Lanywati E. Diabetes Mellitus: Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius; 2011. h. 13-21.
7. Tapan E. Kesehatan Keluarga: Penyakit Degeneratif. Jakarta: Penerbit Elex Media
Komputindu;2005. h. 77-86.
8. Schilling JA. Diabetes Mellitus: A Guide to Patient Care. Philadelphia: Lippincott
Williams&Wilkins; 2007. h. 37-57.
9. Gunawan L. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius;
2007. h. 17-28.
10. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture notes: Kedokteran Klinis. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010. h. 167-85,254-71.
11. Rahmalia A, Novianty C, editors. At a Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2011. h. 138-40.
12. Ditschuneit, Malfertheiner. Helicobacter pylori, Gastritis and Peptic Ulcer. Berlin:
Springer-Verlag; 2010. h. 79-88.
13. Priyanto A, Lestari S. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Penerbit Salemba Medika;
2009. h. 70-81.