Anda di halaman 1dari 8

Gangguan Pendengaran Akibat Bising di Lingkungan Kerja

Kelompok B5
Shania Audriania
102018023
Skenario 2
Seorang laki-laki berusia 48 tahun, bekerja sebagai operator mesin
casting, datang ke klinik perusahaan dengan keluhan gangguan
pendengaran sejak 6 bulan yang lalu di kedua telinga.

Identifikasi istilah  -

RM  Seorang laki-laki berusia 48 tahun operator mesin casting


memiliki keluhan gangguan pendengaran sejak 6 bulan yang lalu di
kedua telinga

Hipotesis Gangguan pendengaran yang dialami oleh pasien ini


diakibatkan oleh penyakit akibar kerja.
1) Diagnosis klinis
Anamnesis Pemeriksaan fisik
- Sudah bekerja selama 15 tahun 1) Pemeriksaan telinga bagian luar dan
- 8 jam/hari, senin-jumat membran timpani
- Hasil tingkat kebisingan di pabrik 94 dB (normal < 85 dB) 2) Pemeriksaan dengan menggunakan garpu
- Pakai helmet, earplug -> noise reduction ratingnya 28
tala (tes Rinne, Weber, dan Schwabach
- Kepatuhan pemakaian APD patuh
- Tidak disertai gejala” lainnya
Pemeriksaan penunjang
- Pendengaran menurun sejak 3 tahun yll, sebulan terakhir
makin menurun
Audiometri
- Pekerjaan tambahan/hobi lainnya tidak ada
- Tidak ada RPK
- Riwayat trauma tidak ada
- Masalah kongenital tidak ada
- Riwayat pengobatan, tidak ada obat ototoksik
- Kebiasaan mengorek telinga (-), tidak pernah keluar cairan Hasil :
dari telinga - AD: 47.5dB AS: 52.5dB
- Hilang pendengaran semua suara atau tertentu saja? Kalau - Takik di frekuensi 3000-6000 Hz
ada orang ngomong kurang jelas
4) Jumlah pajanan yang dialami
- Patofisiologi
2) Pajanan yang dialami  Fisik (Bising) 1) Kerusakan sementara
2) Kerusakan permanen
3) Hubungan pajanan dengan penyakit - Bukti epidemiologi
1) Operator mesin kapal feri di penyeberangan
1. Intensitas dan lamanya pajanan
Ketapang-Gilimanuk  prevalensi NIHL pada kelompok
bising 34,85%.
 94 dB/8 jam/hari. 2) Pekerja kayu di Gianyar, Bali  prevalensi NIHL pada
populasi tersebut 27,8%. (60% ringan, 10% berat,
2. Frekuensi bising sisanya sedang).
- Lingkungan kerja  Operator mesin casting, 94 dB
 takik di frekuensi 3000-6000 Hz. - APD  helmet, safety shoes, ear plug (NRR=28 dB),
3. Riwayat pekerjaan sarung tangan.

 bekerja selama 15 tahun dan Tingkat kebisingan pabrik sebesar 94 dB.


pendengaran mulai menurun sejak 3 Penggunaan tunggal (Earplug)
NRR Earplug : 28 dB
tahun yang lalu Tingkat reduksi kebisingan (NRR-7)/2 = (28-
7)/2 = 10,5 dB
Jadi, 94 dB -10,5 dB = 83,5 dB
5) Faktor individu
7) Diagnosis okupasi
1. Status kesehatan pasien
1. Noise Induced Hearing Loss (NIHL)
2. Status kesehatan mental
Tuli akibat kerja
3. Higiene perorangan
2. Diagnosis banding :
1) Prebiskusis
6) Faktor lain di luar pekerjaan 2) Penyakit Meniere
1. Hobi 3. Etiologi
2. Kebiasaan 4. Gejala klinis
3. Pajanan yang ada di rumah 5. Penatalaksanaan : berdasarkan penyebab
ketulian
4. Pekerjaan sampingan
6. Prognosis : Dubia ad malam
Program konservasi pendengaran
1) Identifikasi dan analisis bising
2) Kontrol kebisingan dan kontrol administrasi
3) Tes audiometri berkala
4) Alat pelindung diri
5) Motivasi dan edukasi pekerja
6) Pencatatan dan pelaporan data
7) Evaluasi program

Pencegahan dan langkah-langkah program


kembali kerja
1) Pengukuran pendengaran
2) Pengendalian suara bising
3) Analisa bising : EliminasiSubstitusiRekayasa
teknis Rekayasa administrativeAPD
Langkah-langkah program kembali kerja
Kesimpulan

Bising dengan frekuensi dan intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran
apabila terpajan secara terus-menerus. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan audiometri secara
berkala sangat diperlukan untuk tenaga kerja yang terutama bekerja pada tempat bising untuk
mencegah terjadinya gangguan pendengaran. Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising
adalah tuli saraf koklea yang sifatnya menetap dan tidak dapat diobati secara medikamentosa
ataupun pembedahan, maka yang terpenting dilakukan adalah pencegahan terjadinya ketulian.
Penatalaksanaan pada tenaga kerja yang sudah mengalami gangguan pendengaran hanyalah
dengan menggunakan alat bantu dengar untuk membantunya tetap dapat berkomunikasi.
Sedangkan untuk pencegahan yang bisa dilakukan oleh tenaga kerja yang bekerja pada tempat
bising adalah dengan menggunakan ear plug, ear muff, dan juga penggunaan helmet.

Anda mungkin juga menyukai