Kasus:
Pasien Tn.SA laki-laki usia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan pendengaran telinga
kanan dan kiri agak berkurang sejak 1 bulan terakhir. Pasien bekerja di bagian mesin pengepakan
semen selama kurang lebih 9 jam per hari, 6 hari dalam seminggu. Pasien telah bekerja pada
bagian tersebut selama 29 tahun. Riwayat telinga kanan berair sejak usia 10 tahun, menderita
penyakit menahun dan konsumsi obat dalam jangka waktu lama disangkal.
A. Anamnesis
● Identitas Pasien:
- Nama
- Usia
- Pekerjaan
- Alamat
- Status perkawinan
- Pendidikan terakhir
● Keluhan penyerta :
- Apakah terdapat keluhan lain ?
- Apakah memiliki riwayat kencing manis, tekanan darah tinggi, atau tiroid?
- Apakah keluarga ada yang memiliki kencing manis, obesitas, dan darah tinggi?
B. Pemeriksaan Fisik
● Keadaan umum
● Tanda vital: tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi nafas, suhu, skala nyeri
● Pemeriksaan fisik: status generalis secara umum dari kepala, leher, toraks, abdomen, dan
ekstremitas.
● Pemeriksaan fisik: status lokalis telinga
❖ Pada pemeriksaan status lokalis THT, pada telinga kanan ditemukan
perforasi subtotal dan tidak ditemukan cairan. Pada telinga kiri dalam
batas normal. Hidung dan tenggorok tidak ditemukan kelainan.
● Pemeriksaan fisik khusus:
❖ Rinne : membandingkan hantaran melalui tulang dan melalui udara pada
satu telinga yang sama pada penderita.
❖ Schwabach : Membandingkan hantaran melalui tulang antara orang
normal (pemeriksa) dan penderita.
❖ Weber : Membandingkan bone conduction kedua telinga
C. Pemeriksaan Penunjang
● Tes Laboratorium: Darah lengkap
● Tes Audiometri
❖ Dari pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan telinga kanan tuli
konduktif derajat sedang dengan ambang dengar 50 dB dengan penurunan
di frekuensi 4.000 Hz (85 dB) dan 8.000 Hz (95 dB). Pada telinga kiri tuli
konduktif derajat ringan dengan ambang dengar 30 dB, penurunan di
frekuensi 4.000 Hz (50 dB) dan 8.000 Hz (65 dB).
3. Acoustic trauma
Cedera pada telinga bagian dalam yang sering disebabkan oleh paparan kebisingan
desibel tinggi. Cedera ini dapat terjadi setelah terpapar suara tunggal yang sangat keras
atau dari paparan suara dengan desibel yang signifikan dalam jangka waktu yang lebih
lama (Stoltzfus, 2018).
(Rabinowitz, 2000).
Pada Anamnesis ditanyakan mengenai pekerjaan yang melibatkan paparan bising saat
bekerja, lama paparan terhadap bising saat bekerja atau bisa ditanyakan mengenai lama
waktu bekerja di lingkungan bising dalam sehari, dan menanyakan sudah berapa lama
bekerja di lingkungan bising tersebut. Riwayat pekerjaan terdahulu juga perlu ditanyakan
apakah juga bekerja dilingkungan yang bising atau tidak (Mirza et al. 2018).
Terdapat beberapa karakteristik yang mendukung diagnosis gangguan pendengaran
akibat kerja, yaitu (Mirza et al. 2018):
● Gangguan pendengaran akibat bising merupakan tipe gangguan pendengaran
sensorineural karena mengenai cochlear hair cells pada telinga dalam
● Berdampak pada kedua telinga (bilateral)
● Hasil audiogram menunjukkan adanya "notching" pada frekuensi tinggi yaitu 3000, 4000,
atau 6000 Hz dan kembali normal pada frekuensi 8000 Hz. Dibedakan dengan
presbikusis dimana terjadi gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi tanpa disertai
perbaikan pada frekuensi 8000 Hz.
● Gangguan pendengaran karena paparan kebisingan yang terus menerus atau intermiten
mulai timbul paling cepat selama 10 sampai 15 tahun pertama paparan, dan tingkat
gangguan pendengaran kemudian melambat seiring dengan meningkatnya ambang
pendengaran. Hal ini berbeda dengan kehilangan pendengaran terkait usia (presbikusis),
yang semakin cepat seiring waktu.
● Risiko NIHL meningkat dengan paparan kebisingan jangka panjang di atas 80 dB dan
meningkat secara signifikan saat paparan di atas 85 dB.
● Paparan kebisingan terus menerus sepanjang hari kerja dan selama bertahun-tahun lebih
merusak daripada paparan kebisingan yang intermiten, yang memungkinkan telinga
untuk memiliki waktu istirahat.
● Adanya pergeseran ambang batas sementara (yaitu, kehilangan pendengaran sementara,
yang sebagian besar menghilang 16 hingga 48 jam setelah terpapar kebisingan keras)
dengan atau tanpa tinnitus merupakan indikator risiko bahwa NIHL permanen
kemungkinan akan terjadi apabila paparan kebisingan terus berlanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Mathur, N., 2021. Noise-Induced Hearing Loss: Practice Essentials, Pathophysiology, Epidemiology. [online]
Emedicine.medscape.com. Available at: <https://emedicine.medscape.com/article/857813-overview> [Accessed 18
June 2021].
Mirza, R., Kirchner, D., Dobie, R. and Crawford, J., 2018. Occupational Noise-Induced Hearing Loss. Journal of
Occupational & Environmental Medicine, 60(9), pp.e498-e501.
Munilson, J., Edward, Y. and Hafiz, A., 2011. Gangguan Pendengaran Akibat Bising : Tinjauan Beberapa Kasus.
Available at: <http://repository.unand.ac.id/17671/1/Case%204%20-%20Noise%20Induced%20Hearing
%20Loss.pdf> [Accessed 17 June 2021].
PERSI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar Dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Available at:
<https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/pmk702016.pdf> [Accessed 17 June 2021].
Rabinowitz, P., 2000. Noise-Induced Hearing Loss. [online] Aafp.org. Available at:
<https://www.aafp.org/afp/2000/0501/p2749.html> [Accessed 18 June 2021].
Ryan, A., Kujawa, S., Hammill, T., Le Prell, C. and Kil, J., 2017. Temporary and Permanent Noise-induced
Threshold Shifts.
Stoltzfus, S., 2018. Acoustic Trauma: Types, Symptoms, and Diagnosis. [online] Healthline. Available at:
<https://www.healthline.com/health/acoustic-trauma> [Accessed 18 June 2021].
Tanna RJ, Lin JW, De Jesus O. Sensorineural Hearing Loss. [Updated 2021 Mar 21]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK565860/