Anda di halaman 1dari 9

Case Report: Noise Induced Hearing Loss (NIHL)

Kelompok Puskesmas Krembangan Selatan


Anggota kelompok:
Georaldhy Yussufy 011923143043
Ni Made Adnya Suasti 011923143172
Crysciando Jefryco 011923143173
Indira Huvi 011923143174
Rizky Istifarina 011923143175

Kasus:
Pasien Tn.SA laki-laki usia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan pendengaran telinga
kanan dan kiri agak berkurang sejak 1 bulan terakhir. Pasien bekerja di bagian mesin pengepakan
semen selama kurang lebih 9 jam per hari, 6 hari dalam seminggu. Pasien telah bekerja pada
bagian tersebut selama 29 tahun. Riwayat telinga kanan berair sejak usia 10 tahun, menderita
penyakit menahun dan konsumsi obat dalam jangka waktu lama disangkal.

1. Menegakkan diagnosis klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang.

A. Anamnesis

Anamnesis merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan mengajukan sejumlah


pertanyaan kepada pasien guna menggali informasi mengenai riwayat medis dan juga
aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh pasien.

Pertanyaan yang diajukan meliputi:

● Identitas Pasien:

- Nama

- Usia
- Pekerjaan

- Alamat

- Status perkawinan

- Pendidikan terakhir

● Keluhan Utama: penurunan pendengaran.


● Riwayat Penyakit Sekarang

- Sejak kapan merasakan keluhan?

- Penurunan pendengaran dirasakan di salah satu telinga atau keduanya?

- Apakah keluhan dirasakan hilang timbul atau terus menerus?

- Apakah keluhan dirasakan semakin berat?

- Apa faktor yang memperberat?

- Apakah faktor yang memperingan?

- Apakah terasa telinga nyeri?

- Apakah terdapat telinga berdenging?

● Keluhan penyerta :
- Apakah terdapat keluhan lain ?

● Riwayat Penyakit Dahulu

- Apakah pernah merasakan seperti ini sebelumnya?

- Apakah memiliki riwayat kencing manis, tekanan darah tinggi, atau tiroid?

- Apakah memiliki riwayat penyakit telinga?


● Riwayat Penyakit Keluarga :

- Apakah keluarga ada yang mengalami hal serupa?

- Apakah keluarga ada yang memiliki riwayat penyakit telinga?

- Apakah keluarga ada yang memiliki kencing manis, obesitas, dan darah tinggi?

● Riwayat Pekerjaan dan Lingkungan Kerja :

- Sudah berapa lama bekerja di tempat ini hingga sekarang?

- Berapa lama waktu bekerja dalam sehari?

- Aktivitas apa saja yang dilakukan saat bekerja?

- Apakah gejala penyakit berkurang pada saat tidak masuk bekerja?

- Apakah selalu menggunakan alat pelindung diri saat bekerja?

- Alat pelindung diri apa yang digunakan?

- Alat/bahan apa yang digunakan dalam bekerja?

- Apakah pekerja yang lain ada yang mengalami hal serupa?

B. Pemeriksaan Fisik
● Keadaan umum
● Tanda vital: tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi nafas, suhu, skala nyeri
● Pemeriksaan fisik: status generalis secara umum dari kepala, leher, toraks, abdomen, dan
ekstremitas.
● Pemeriksaan fisik: status lokalis telinga
❖ Pada pemeriksaan status lokalis THT, pada telinga kanan ditemukan
perforasi subtotal dan tidak ditemukan cairan. Pada telinga kiri dalam
batas normal. Hidung dan tenggorok tidak ditemukan kelainan.
● Pemeriksaan fisik khusus:
❖ Rinne : membandingkan hantaran melalui tulang dan melalui udara pada
satu telinga yang sama pada penderita.
❖ Schwabach : Membandingkan hantaran melalui tulang antara orang
normal (pemeriksa) dan penderita.
❖ Weber : Membandingkan bone conduction kedua telinga

C. Pemeriksaan Penunjang
● Tes Laboratorium: Darah lengkap
● Tes Audiometri
❖ Dari pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan telinga kanan tuli
konduktif derajat sedang dengan ambang dengar 50 dB dengan penurunan
di frekuensi 4.000 Hz (85 dB) dan 8.000 Hz (95 dB). Pada telinga kiri tuli
konduktif derajat ringan dengan ambang dengar 30 dB, penurunan di
frekuensi 4.000 Hz (50 dB) dan 8.000 Hz (65 dB).

2. Menentukan pajanan yang dialami di tempat kerja


● Bekerja di bagian mesin pengepakan semen
● Paparan suara mesin yang terus-menerus
● Waktu kerja panjang (± 9 jam sehari)
● Bekerja di bagian ini sudah lama (29 tahun)

3. Menentukan pajanan dengan diagnosis klinis


Pasien merupakan seorang yang bekerja di bagian mesin pengepakan semen
selama kurang lebih 9 jam per hari dan 6 hari dalam seminggu. Selain itu, disebutkan
juga bahwa pasien telah bekerja pada bagian tersebut selama 29 tahun. Melalui riwayat
resebut maka kemungkinan besar keluhan penurunan pendenganran yang dialami pasien
berasal dari paparan kebisingan yang mana dalam kasus ini adalah paparan kebisingan
suara mesin. Dari riwayat tersebut, paparan terhadap kebisingan mesin semen menjadi
salah satu penyebab terjadinya Occupational Noise-Induced Hearing Loss pada pasien
ini. Kebisingan adalah penyebab umum dan sebenernya dapat dicegah dari terjadinya
Occupational Noise-Induced Hearing Loss. Occupational Noise-Induced Hearing Loss
didefinisikan sebagai gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan yang
dapat merugikan dan umumnya terjadi dari paparan kebisingan di tempat kerja (Mathur,
2021). Occupational Noise-Induced Hearing Los berbeda dengan occupational acoustic
trauma (OAT) dimana OAT ditandai dengan gangguan pendengaran yang terjadi secara
tiba-tiba sebagai akibat dari tinggi nya frekuensi atau tekanan suara yang didengar yang
terjadi secara tiba-tiba (Mirza, Kirchner, Dobie dan Crawford, 2018).
Pada trauma kebisingan, akan terjadi peningkatan pergeseran vibrasi antara
membran tektorial dan basila. Pergeseran vibrasi ini dapat merusak stereosilia pada
pendengaran sehingga juga dapat mengakibatkanpenurunan dan kelaianan kekakuan dari
organ Corti. Apabila mengalami kerusakan, maka sel sensorik pendengaran tidak dapat
meregenerasi untuk dilakukan perbaikan sel dan beberapa tindakan medik juga belum
dapat mengembalikan fungsi pendengaran menjadi normal kembali (Tanna, Lin, dan De
Jesus, 2021).
Klasifikasi Noise-Induced Hearing Loss terbagi menjadi tiga yaitu (Robinson,
2021):
1. Noise induced temporary threshold shift
Pergeseran ambang batas yang pulih ke tingkat dasar dalam beberapa jam, hari atau
minggu setelah paparan. Sebagian besar TTS akan sembuh tetapi paparan kebisingan
yang terus menerus atau berulang dapat menyebabkan TTS berkembang menjadi PTS.

2. Noise induced permanent threshold shift


Didefinisikan sebagai pergeseran ambang batas yang disebabkan oleh kebisingan yang
bertahan setelah periode pemulihan setelah paparan. PTS bersifat sensorineural dan
bervariasi di seluruh frekuensi, tergantung pada karakteristik paparan, karakteristik
transmisi telinga luar dan tengah, dan sensitivitas bawaan dari berbagai daerah koklea
terhadap kerusakan (Ryan, 2017).

3. Acoustic trauma
Cedera pada telinga bagian dalam yang sering disebabkan oleh paparan kebisingan
desibel tinggi. Cedera ini dapat terjadi setelah terpapar suara tunggal yang sangat keras
atau dari paparan suara dengan desibel yang signifikan dalam jangka waktu yang lebih
lama (Stoltzfus, 2018).

Diagnosis banding dari NIHL adalah sebagai berikut:

(Rabinowitz, 2000).

4. Menentukan besarnya pajanan


Menentukan besarnya pajanan dapat dinilai berdasarkan segi kualitatif dan kuantitatif.
Secara kualitatif, pada kasus ini pengamatan cara dan proses cukup tinggi pada 1 atap
lingkungan kerja. Pasien sudah bekerja di bagian mesin pengepakan semen selama 29 tahun,
dengan durasi kerja kurang lebih 9 jam per hari, 6 hari seminggu. Penggunaan APD seperti
ear plug maupun ear muff oleh pasien tidak diketahui. Secara kuantitatif, mesin pengepakan
semen memiliki intensitas kebisingan sebesar 70-80 dB. Sedangkan NAB atau nilai ambang
batas kebisingan untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 85 dB (PMK, 2016).

5. Menentukan faktor individu yang berperan


Pasien Tn.SA memiliki riwayat penyakit telinga kanan berair sejak pasien berusia 10 tahun.
Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor risiko yang memperberat gangguan pendengaran
yang pasien alami saat ini.

6. Menentukan pajanan di luar tempat kerja


Faktor di luar tempat kerja yang mempengaruhi munculnya keluhan / penyakit yang dialami
pasien meliputi hobi, pekerjaan rumah, dan pekerjaan sampingan. Pada kasus ini, tidak ada
data mengenai kegiatan di luar tempat kerja.

7. Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja


Gangguan pendengaran akibat bising (NIHL) menjadi salah satu kondisi yang umum
terjadi di berbagai spektrum industri. Gangguan pendengaran akibat kerja dapat dicegah
dengan adanya kontrol terhadap mesin dan diterapkannya penggunaan alat pelindung diri
saat bekerja di tempat bising. Dalam upaya pencegahan dini gangguan pendengaran akibat
bising dapat dilakukan pengujian audiometri yang bermanfaat dalam mengidentifikasi
gangguan pendengaran selain didapatkan adanya riwayat penurunan pendengaran pada
anamnesis (Mirza et al. 2018).
Gangguan pendengaran akibat kerja berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu
dikarenakan paparan bising terus menerus atau intermiten. Hal ini berbeda dengan trauma
akustik dikarenakan ledakan ditandai dengan gangguan pendengaran yang tiba-tiba.
Diagnosis gangguan pendengaran akibat kerja dilakukan oleh dokter OEM (occupational
and environmental medicine) berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang
(Mirza et al. 2018).

Pada Anamnesis ditanyakan mengenai pekerjaan yang melibatkan paparan bising saat
bekerja, lama paparan terhadap bising saat bekerja atau bisa ditanyakan mengenai lama
waktu bekerja di lingkungan bising dalam sehari, dan menanyakan sudah berapa lama
bekerja di lingkungan bising tersebut. Riwayat pekerjaan terdahulu juga perlu ditanyakan
apakah juga bekerja dilingkungan yang bising atau tidak (Mirza et al. 2018).
Terdapat beberapa karakteristik yang mendukung diagnosis gangguan pendengaran
akibat kerja, yaitu (Mirza et al. 2018):
● Gangguan pendengaran akibat bising merupakan tipe gangguan pendengaran
sensorineural karena mengenai cochlear hair cells pada telinga dalam
● Berdampak pada kedua telinga (bilateral)
● Hasil audiogram menunjukkan adanya "notching" pada frekuensi tinggi yaitu 3000, 4000,
atau 6000 Hz dan kembali normal pada frekuensi 8000 Hz. Dibedakan dengan
presbikusis dimana terjadi gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi tanpa disertai
perbaikan pada frekuensi 8000 Hz.
● Gangguan pendengaran karena paparan kebisingan yang terus menerus atau intermiten
mulai timbul paling cepat selama 10 sampai 15 tahun pertama paparan, dan tingkat
gangguan pendengaran kemudian melambat seiring dengan meningkatnya ambang
pendengaran. Hal ini berbeda dengan kehilangan pendengaran terkait usia (presbikusis),
yang semakin cepat seiring waktu.
● Risiko NIHL meningkat dengan paparan kebisingan jangka panjang di atas 80 dB dan
meningkat secara signifikan saat paparan di atas 85 dB.
● Paparan kebisingan terus menerus sepanjang hari kerja dan selama bertahun-tahun lebih
merusak daripada paparan kebisingan yang intermiten, yang memungkinkan telinga
untuk memiliki waktu istirahat.
● Adanya pergeseran ambang batas sementara (yaitu, kehilangan pendengaran sementara,
yang sebagian besar menghilang 16 hingga 48 jam setelah terpapar kebisingan keras)
dengan atau tanpa tinnitus merupakan indikator risiko bahwa NIHL permanen
kemungkinan akan terjadi apabila paparan kebisingan terus berlanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Mathur, N., 2021. Noise-Induced Hearing Loss: Practice Essentials, Pathophysiology, Epidemiology. [online]
Emedicine.medscape.com. Available at: <https://emedicine.medscape.com/article/857813-overview> [Accessed 18
June 2021].
Mirza, R., Kirchner, D., Dobie, R. and Crawford, J., 2018. Occupational Noise-Induced Hearing Loss. Journal of
Occupational & Environmental Medicine, 60(9), pp.e498-e501.

Munilson, J., Edward, Y. and Hafiz, A., 2011. Gangguan Pendengaran Akibat Bising : Tinjauan Beberapa Kasus.
Available at: <http://repository.unand.ac.id/17671/1/Case%204%20-%20Noise%20Induced%20Hearing
%20Loss.pdf> [Accessed 17 June 2021].

PERSI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar Dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Available at:
<https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/pmk702016.pdf> [Accessed 17 June 2021].

Rabinowitz, P., 2000. Noise-Induced Hearing Loss. [online] Aafp.org. Available at:
<https://www.aafp.org/afp/2000/0501/p2749.html> [Accessed 18 June 2021].

Robinson, R., 2021. [online] Aintreehospital.nhs.uk. Available at:


<https://www.aintreehospital.nhs.uk/media/1696/noiseinducedhearingloss.pdf> [Accessed 18 June 2021].

Ryan, A., Kujawa, S., Hammill, T., Le Prell, C. and Kil, J., 2017. Temporary and Permanent Noise-induced
Threshold Shifts.

Stoltzfus, S., 2018. Acoustic Trauma: Types, Symptoms, and Diagnosis. [online] Healthline. Available at:
<https://www.healthline.com/health/acoustic-trauma> [Accessed 18 June 2021].

Tanna RJ, Lin JW, De Jesus O. Sensorineural Hearing Loss. [Updated 2021 Mar 21]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK565860/

Anda mungkin juga menyukai