Anda di halaman 1dari 21

PBL 3.

2
BLOK DDP
Gebby Aldriyana Sali
202283182
SKENARIO
Pasien An. Bams laki-laki usia 12 tahun dibawa orang tuanya ke IGD
dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu. Sebelumnya pasien
sempat mimisan dirumah. Saat ini pasien mengaku sesak dan perut
terasa nyeri. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah :
90/70 mmHg, frekuensi asi 110x/menit, suhu tubuh : 38,5 ,
pernafasan 28x/menit dan Spo2 : 94 . VAS : 3-4. Pemeriksaan fisik
didapatkan abdomen : hepar teraba 3 jari dibawah arcus costa. Dokter
kemudian menstabilkan kondisi pasien dan menyarankan untuk
melakukan pemeriksaan penunjang terkait.
LEARNING OBJEKTIF
01 02 03
Anamnesis terpimpin Diagnosis dan diagnosis banding
Etiopatogenesis

04 05 06
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Edukasi dan pencegahan
01

Anamesis terpimpin
Anamnesis merupakan proses tanya jawab yang dilakukan antra dokter
dengan pasien atau pada keluarga pasien yang dapat memberikan informasi
terkait dengan kondisi kesehatan pasien.

1. Inform consent
Merupakan konsep hukum dan etika dalam dunia medis. Konsep ini merupakan upaya
dalam penyampaian prosedur pemeriksaan yang dilakukan pada pasien serta berbagai
resiko yang akan muncul dari tindakan medis tersebut sehingga diperluka persetujuan dari
pasien.
2. Identitas
- Nama
- Umur/tempat tanggal lahir
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
- Status pernikahan
- Alamat
- Agama
- Pendidikan terakhir
3. THE FUNDAMENTAL FOUR
A. Riwayat penyakit sekarang
- Keluhan utama : Demam
1) Waktu/Onset:
- Pasien ditanyaikan sudah berapa lama demam.
- Sifat demamnya seperti apa
- Waktu kapan demamnya paling tinggi
2) Kualitas:
- Pasien ditanyai bagaimana rasa dari keluhannya (untuk nyeri tanyakan nyeri nya seperti apa tertusuk-tusuk?
Tumpul?)
3 Faktor memperberat keluhan :
- Apakah adanya factor lingkungan, aktivitas, reaksi emosioal dan berbagai keadaan lainnya
4) Faktor memperingan keluhan :
- Apakah dengan istirahat yang cukup dapat menurunkan keluhan yang dirasakan
- Atau apakah ada usaha lainnya yang dilakukan pasien selain istirahat
5) Keluhan yang menyertai :
Pada scenario pasien mengeluh demam disertai mimisan, rasa sesak dan juga nyeri perut?
- Apakah keluhan ini berkaitan dengan aktivitas yang memperberat keluhan?
- Bagaimana durasi mimisannya ?
- Bagaimana kualitas nyerinya ( diberikan skala dari 1-10_)
- Apakah nyerinya menjalar?
- Bagaimana rasa sesaknya ?
- Hilang timbul atau bersifat terus menerus ?

B. Riwayat penyakit Dahulu


- Apakah pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya?
- Apakah pasien memiliki riwayat penyakit yang bisa memicu terjadinnya sesak dan nyeri pada perut?
C. Riwayat penyakit keluarga
- Apakah dari keluarga ada yang pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnnya?
D. Riwayat sosial ekonomi
- apakah bpk/ibu mengonsumsi minuman alkohol?
- apakah bpk/ibu perokok aktif?
- apakah nutrisi yang di konsumsi sudah memenuhi atau kelebihan?
- apakah pola tidur sudah sesuai?
- Apakah pernah mengkonsumsi obat – obatan sebelumnnya ?
02

Diagnosis dan diagnosis banding


DIAGNOSIS PADA KASUS
PRESBIKUSIS (tuli saraf pada geriatri)
Presbikusis adalah tuli sensorineural fiekuensi tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris pada telinga kiri dan kanan.
Presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000 Hz atau lebih.
 Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga.
Kapan berkurangnya pendengaran tidak diketahui pasti
 Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi)
 pemeriksaan otoskopik, tampak membran timpani suram, mobilitasnya berkurang.
 Pada tes penala didapatkan tuli sensorineural
 Pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara (speech discrimination)
Terdapat 4 tipe patologik yang telah diklasifikasi oleh Schuknecht
1. Sensorik
2. Neural
3. Metabolik
4. Mekanik
Sumber: Tim CSL FK UNPATTI. Buku Penuntun Clinical Skill Lab Anamnesis. Fak Kedokteran Universitas
Pattimura; 2018.
DIAGNOSIS BANDING
TULI AKIBAT BISING
Gangguan pendengaran akibat bising (norse induced heaing /oss) ialah gangguan pendengaran yang
disebabkan akibat terpajan oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya
diakibatkan oleh bising lingkungan kerja.
 Gejala
Kurang pendengaran disertai tinitus (berdenging ditelinga) atau tidak. Bila sudah cukup berat disertai keluhan
sukar menangkap percakapan dengan kekerasan biasa dan bila sudah lebih berat percakapan yang keraspun
sukar dimengerti. Secara klinis pajanan bising pada organ pendengaran dapat menimbulkan:
1. reaksi adaptasi
2. peningkatan ambang dengar sementara (temporary threshold shift)
3. peningkatan ambdng dengar menetap Qtermanent threshold shift)
o Anamnesis pernah bekerja atau sedang ,bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu yang cukup lama
biasanya lima tahun atau lebih
o Pada pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan kelainan
o Pada pemeriksaan audiologi, tes penala didapatkan hasil Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik dan Schwabach memendek. Kesan jenis ketuliannya tuli sensorineural.
o Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekuensi antara 3000 - 6000 Hz dan
pada frekuensi 4000 Hz sering terdapat takik (notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini.
Sumber: Tim CSL FK UNPATTI. Buku Penuntun Clinical Skill Lab Anamnesis. Fak Kedokteran Universitas
Pattimura; 2018.
DIAGNOSIS BANDING
PENYAKIT MENIERE
Salah satu penyakit yang menyebabkan manusia tidak mampu berdiritegak adalah penyakit Meniere. Penyakit ini
ditemukan oleh Meniere pada tahun 1861, dan dia yakin bahwa penyakit ini berada di dalam telinga, sedangkan
pada waktu itu para ahli banyak menduga bahwa penyakit itu berada pada otak.
 Gejala klinis

Sumber: Tim CSL FK UNPATTI. Buku Penuntun Clinical Skill Lab Anamnesis. Fak Kedokteran Universitas
Pattimura; 2018.
03

Etiopatogenesis
ETIOLOGI

Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses


degenerasi. Didugq kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-
faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising,
gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menuiunnya fungsi pendengaran secara
berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktorfaktor tersebut di atas.
. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.. Progresifitas penurunan
pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat
dibandingkan dengan perempuan.

Sumber: Liwang, Ferry, dkk. (editor). (2020). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi ke-5 (Edisi ke-5). Depok: Media Aesculapius Fak.
Kedokteran UI.
PATOGENESIS

Sumber: Liwang, Ferry, dkk. (editor). (2020). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi ke-5 (Edisi ke-5). Depok: Media Aesculapius Fak.
Kedokteran UI.
04

Pemeriksaan Fisik
1. Otoskop
• Untuk menilai liang telinga (serumen,corpal,dan oedema)
• Identifikasi membrane timpani, membran timpani suram,mobilitas berkurang
2. Tes garpu tala
• Membedakan jenis ketulian (tuli konduktif dan sensorial)
3. Tes bisik
• Untuk mengetahui derajat gangguan pendengaran (ringan,sedang, dan berat)

Sumber: Liwang, Ferry, dkk. (editor). (2020). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi ke-5 (Edisi ke-5). Depok: Media Aesculapius Fak. Kedokteran UI.
05

Pemeriksaan penunjang
1. Audiometri nada murni
Penurunan tajam (sloping) setelah 2000 Hz, penurunan ambang dengar
pada semua frekuensi
2. Audiometri tutur
Menunjukan adanya gangguan diskriminasi wicara, terjadi pada
kondisi :
• Sulit memahami pembicaraan pada lingkungan yang bising
• Saat lawan bicara berbicara dengan cepat
• Saat berbicara dengan beberapa orang sekaligus
• Saat lawan bicara memiliki aksen asing

Sumber: Liwang, Ferry, dkk. (editor). (2020). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi ke-5 (Edisi ke-5). Depok: Media Aesculapius Fak. Kedokteran UI.
06

Edukasi dan pencegahan


1. Jika merasakan ada kelainan pada pendengaran sebaiknya segera memeriksa diri ke dokter
spesialis THT-KL
2. Jika disetai panyakit lain, maka harus dilakukan penanganan bersama
3. Melindungi telinga dari paparan suara yang keras, dapat menggun akan earmuff maupun
earplug.
4. Apabila telinga basah segera dikeringkan.
5. Sebaiknya mendengarkan musik maupun televisi dengan suara tidak keras.
6. Saat usia dini sebaiknya melakukan imunisasi lengkap.
7. Hindari untuk tidak memasukkan jari, tisu, atau cotton bud ke dalam telinga.

Sumber: F. Muchtar, H. Lestari, D. S. Effendy, H. Bahar, R. Tosepu, and L. O. A. I. Ahmad, “Edukasi Pencegahan Demam Berdarah Dengue
(DBD) pada Siswa SMA Negeri 3 Kendari,” Indones. Berdaya, vol. 3, no. 4, pp. 1139–1146, 2022, doi: 10.47679/ib.2022357.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai