Anda di halaman 1dari 39

Presentasi Portofolio Kasus IV

Suspek Leptospirosis Ikterik


Oleh:
dr. Bertha Gabriela N. Napitupulu
Pendamping :
dr. Hery Kristiyanto
2015

RSUD Kayen
Kabupaten Pati, Jawa Tengah

PORTOFOLIO
Laki - laki, 55 tahun, demam sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit,

Deskripsi

nyeri otot

tungkai bawah dan sendi (+), mual (+), muntah (-). Padapemeriksaan fisik ditemukan
bilateral

conjunctival

suffusion,

sclera

ikterik,

nyeri

tekan

epigastrium

dan

gastrocnemeus bilateral.

Tujuan

Menegakkan diagnosis &tatalaksana pada pasien dengan Suspek Leptospirosis Ikterik

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :


Laki - laki, 55 tahun, demam sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri otot tungkai bawah
dan sendi (+), mual (+), muntah (-). Padapemeriksaan fisik ditemukan bilateral conjunctival
suffusion, sclera ikterik, nyeri tekan epigastrium dan gastrocnemeus bilateral. Pasien sebelumnya
pernah berobat untuk mengatasi keluhan ini ke mantri, tapi keluhan tidak berkurang

PORTOFOLIO

2. Riwayat Kesehatan / Penyakit :

Riwayat demam tifoid (-), demam dengue (-), malaria (-), TBC Paru (-), hepatitis (-), alergi (-), DM (-),
hipertensi (-).

3. Riwayat Keluarga dan Pekerjaan :


Tidak ada anggota keluarga ataupun di lingkungan terdekat yang mengalami keluhan yang sama
dengan pasien.

4. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :


Berdasarkan anamnesis, lingkungan tempat pasien pernah bekerja yaitu petani. Satu minggu yang lalu
pasien lebih sering bekerja di sawah dan tidak menggunakan alas kaki. Lingkungan sosial dan
ekonomi sedang. Pasien memiliki kebiasaan konsumsi air putih dan serat yang cukup, tidak
merokok, dan tidak rutin berolahraga
5. Lain-lain :

PORTOFOLIO
Hasil Pembelajaran

Diagnosis klinis Suspek Leptospirosis Ikterik


Penatalaksanaan Suspek Leptospirosis Ikterik
Edukasi untuk pasien Suspek Leptospirosis Ikterik
Daftar Pustaka :

Dit Jen PPM & PL RSPI Prof. DR. SuliantiSaroso. (2003). Pedoman Tatalaksana Kasus dan Pemeriksaan
Laboratorium Leptospirosis di Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Speelman, Peter. (2005). Leptospirosis, Harrisons Principles of Internal Medicine, 16thed, vol I. McGraw
Hill : USA. Pg.988-991.
World Health Organization/ International Leptospirosis Society. Human LeptospirosisGuidance for
diagnosis, surveillance and control. Geneva : WHO.2003.109
Zein Umar. (2006). Leptospirosis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi 4. FKUI : Jakarta.
Hal.1845 - 1848.

PORTOFOLIO

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif

Demam 7 hari ini, perlahan lahan meningkat, naik turun, menggigil, terutama malam hari,
riwayat merantau tidak dijumpai.
Nyeri otot dan seluruh perut sejak 5hari yang lalu.
Awalnya nyeri dirasakan di ulu hati lalu dirasakan di seluruh perut, sifatnya seperti berdenyut,
dirasakan terus menerus terutama 3 jam terakhir dan penjalaran tidak dijumpai. Sehari
kemudian, nyeri dirasakan di seluruh oto, dan paling berat dirasakan di otot kedua tungkai.
Nafsu makan menurun dalam3 hari ini, mual (+), perut terasa kembung (+),muntah (+)
Nyeri kepala dan nyeri sendi dalam 7 hari ini
Riwayat perdarahan dari kemaluan, nyeri pinggang, kejang, lemah badan, pingsan, kuning,
sesaknafas, tidakdijumpai.
BAB dalam batas normal, BAK sedikit dan pekat seperti teh dijumpai dalam 5 hari ini.
Riwayat mengkonsumsi jamu jamuan atau obat dalam waktu lama tidak dijumpai

PORTOFOLIO

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


2. Objektif :
Status Generalisata
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran
: Compos mentis, kooperatif (GCS 15
E4M6V5) ) dengan skala nyeri 7
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 126x/menit, reguler,
tekanan/volume cukup
Frek. Nafas
: 24 x/menit, reguler
Suhu
: 38,6C

PORTOFOLIO
2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalisata
Kepala/Leher : Pupil isokor 3mm, RC(+/+), (+), CA (+/+),
SI(+/+), bilateral conjunctival suffusion mata cowong (-),
mukosa kering (+), mukosa sianosis (-), lidah kotor (+), THT
t.a.k., TVJ d.b.n., KGB (-), trakea medial, rangsang meningeal (-)
Thoraks
Paru
: Simetris fusiformis, retraksi dan otot bantu
nafas (-), stem fremitus kiri dan kanan sama, sonor, suara
nafas vesikuler, 20 x/menit, ronki -/-, wheezing -/ Jantung
: Iktus kordis tidak tampak, iktus teraba 1 jari
medial LMCS SIC V, batas jantung dbn, 84 x/menit, irama
reguler, murmur (-), gallop (-)

PORTOFOLIO

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalisata

Abdomen
: Simetris, distensi (-), defans muskular (-),H/L/R lien
tidak teraba, nyeri tekan epigastrium, tidak teraba massa, Ballotement
(-/-), nyeri ketok CVA (-/-), timpani, peristaltik (+), turgor dbn
Ekstremitas :Akral hangat, perfusi baik, edema (-), sianosis (-), nyeri
tekan gastrocnemeus bilateral
kekuatan motorik (5/5/5/5), refleks
fisiologis dbn, refleks patologis (-)

PORTOFOLIO

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalisata

Rectal Toucher : Perineum tidak tampak tanda radang, sfingter ani


ketat, mukosa reguler, ampula rekti kosong, tidak teraba massa, nyeri
(-), nyeri tekan prostat
(-), sulkus prostat (+), prostat teraba lunak dan
licin, handschoen : (-) darah.

PORTOFOLIO
Laboratorium Darah 4 Maret 2015
Hb
: 13,1 g/dL
(L:14-18; P:1216g/dL)
Ht
: 36,1%
(34-48%)
Eritrosit
: 3,55 . 106/mm3
(3,7 5,9 . 106/mm3)
Leukosit
: 17.100/mm3
Trombosit
: 44.000/mm3
450.000/mm3
:
GDS
120 mg/dl
Gol.Darah
: A Rhe +
SGOT/SGPT
: 119,7/ 72,2 U/L
U/L)
Bilirubin total: 7,32 g/dL
Ur/Cr
: 308/2,01 mg/dL
mg/dL)
HBSAg
:Widal
: + 1/80 St-O
Malaria:

(4600-11000/mm3)
(150.000(70-160 mg/dL)
(<25/ <29
(0-1 g/dL)
(<50/ 0,6-1,2

Laboratorium Urin 4 Maret2015


Rutin
Phisis warna :Kuning
Kekeruhan : Keruh
Kimia pH
: 6,8
Protein
:+
Glukosa
:Sedimen epitel: +
Leukosit
: -/LPB
Eritrosit
: -/LPB
Kristal
:Silinder
:Khusus
Berat jenis
: 1,030
Benda keton
:+
Bilirubin
:Urobilinogen
: Normal
Urobilin
:Darah samar
:Leukosit
:Nitrit
:-

PORTOFOLIO
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

3. Assesment
Diagnosis:
Suspek Leptospirosis (Presumtive) Tipe Ikterik Dd: Weils Disease
4. Plan :
Rujuk untuk penanganan definitif dan tes IgM Rapid Diagnostic Test, atau
serokonversi MAT
Oksigen via nasal kanul 2 L/menit
IVFD RL 30 gtt/menit
Inj. Ranitidin 50 mg IV
Inj. Ondansetron 4mg IV
Tab. Amoksisilin 4x500 mg
Tab. Paracetamol 3 x 500 mg

Tab. B.kompleks 3 x 1 tablet

PORTOFOLIO

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


Pendidikan, Konsultasi dan Rujukan
Kepada pasien dan keluarganya dijelaskan penyebab timbulnya
penyakit yang dideritanya dan menjelaskan tindakan yang
seharusnya segera diambil jika anggota keluarga yang lain
mengalami gejala-gejala awal dan faktor risiko leptospirosis. Pada
pasien ini, keluarga telah disarankan untuk membawa pasien
dirujuk ke RS dengaan fasilitas yang lebih lengkap.

PORTOFOLIO
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Kontrol :
Kegiatan
Klinis

Periode

Hasil yang Diharapkan

Dinilai ada tidaknya perbaikan klinis dan tanda setelah Segera diketahui ada perbaikan klinis sebagai respon
terapi

baik dari kesadaran, nyeri, keluhan genitourinari,


penurunan suhu,dan urine output.

Laboratorium

Dinilai selama perawatan di RS untuk menilai adanya Parameter laboratoris membaik (pada pasien ini,
perbaikan laboratoris.

diharapkan terjadi penurunan leukosit, OT/PT, dan


Ur/Cr.

Nasihat

Kontrol kepoli 3 hari lagi untuk pemeriksaan klinis , Pasien datang kontrol berobat, meneruskan pengobatan
dijaga higienitas dan dicukupkan istirahat dan nutrisi.

antibiotik dan lainnya dari rumah sakit, dan menjaga


asupan nutrisi dan istirahatnya.

Definisi & Epidemiologi


Leptospirosis Penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia
maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira patogen dan
digolongkan sebagai zoonosis
mud fever, slime fever, swamp fever, autumnal fever, infektious jaundice, field
fever, cane cutter fever, canicola fever, nanukayami fever, 7-day fever

The Leptospirosis Information Center (1999 2000) (KLB) Leptospirosis


di India, Thailand, Perancis, Amerika, Brazil, Uruguay, Indonesia
International Leptospirosis Society Tahun 2000 CFR Leptospirosis di
Indonesia menempati urutan ketiga di dunia (16,7%) setelah Uruguay
(100%) dan India (21%) (ILS, 2001).
Pada Kejadian Banjir Besar Jakarta tahun 2002, dilaporkan lebih dari 100
kasus leptospirosis dengan 20 kematian.

Etiologi
Organisme penyebab: Leptospira
Spirochaeta
aerobik,
selalu
bergerak, mirip spiral dg ujung
berkait
Ukuran 0,1 um, length
um.

6 20

Bersifat patogen thd berbagai


binatang liar & jinak seperti tikus,
anjing, kucing dsb
Genus Leptospira 2 spesies
Leptospira interrogans (patogen)
Leptospira biflexa (saprofit)

Penularan dan Faktor Risiko

Patogenesis
Penularan
Langsungdarah, urin, atau cairan tubuh lain yang
mengandung kuman leptospira masuk ke dalam tubuh pejamu
(hewanmanusia, atau manusiamanusia). ZOONOSIS
Tidak langsung kontak dengan genangan air, sungai, danau,
selokan saluran air dan lumpur yang telah tercemar urin
binatang yang terinfeksi leptospira.
Infeksi tersebut terjadi jika:
Terdapat luka / erosi pada kulit atau selaput lendir.
Terpapar lama pada genangan air yang terkontaminasi terhadap kulit yang
utuh (leptospira diekskresi melalui urin dan dapat bertahan hidup berbulanbulan , maka air memegang peranan penting sebagai alat transmisi).

Patogenesis
Kuman leptospira masuk kedalam tubuh host
organisme virulen mengalami multiplikasi di darah dan
jaringan (LPS) dengan aktivitas endotoksin
stimulasi perlekatan netrofil pada sel endotel dan
trombosit agregasi trombosit disertai
trombositopeniamerusak dinding pembuluh darah
kecilvaskulitis kebocoran dan ekstravasasi sel
Leptospirosis beratvaskulitis menghambat sirkulasi mikro
dan meningkatkan permeabilitas kapiler menyebabkan
kebocoran cairan dan hipovolemia. Hipovolemia akibat
dehidrasi dan perubahan permeabilitas kapiler salah satu
penyebab gagal ginjal.

Patogenesis
Ikterik disebabkan oleh kerusakan sel sel hati yang
ringan, pelepasan bilirubin darah dari jaringan yang
mengalami hemolisis intravaskular, kolestasis
intrahepatik sampai berkurangya sekresi bilirubin.
Tiga mekanisme yang terlibat pada patogenesis
leptospirosis : invasi bakteri langsung, faktor inflamasi
non spesifik, dan reaksi immunologi.

Manifestasi Klinis
Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 2 26 hari,
biasanya 7 - 13 hari dan rata-rata 10 hari
Manifestasi klinis yang paling sering antara lain:
demam, menggigil, sakit kepala, meningismus,
anoreksia, mialgia, conjungtivitis, mual, muntah, nyeri
abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam kulit, fotofobia.
Manifestasi lain adalah berupa pneumonitis, hemaptoe,
delirium, perdarahan, diare, edema, splenomegali,
artralgia, gagal ginjal, periferal neuritis, pankreatitis,
parotitis, epididimytis, hematemesis, asites, miokarditis.

Manifestasi Klinis - Patofisiologi

Manifestasi Klinis - Patofisiologi


a. Fase leptospiremia/fase septikemia
- Organisme bakteri dapat diisolasi dari kultur darah, cairan
serebrospinal dan
sebagian besar jaringan tubuh.
- Selama fase ini terjadi sekitar 4-7 hari, penderita mengalami
gejala nonspesifik seperti flu dengan beberapa variasinya.
- Karakteristik manifestasi klinis : demam, menggigil kedinginan,
lemah dan nyeri terutama tulang rusuk, punggung dan perut.
- Gejala lain : sakit tenggorokan, batuk, nyeri dada, muntah darah,
ruam, sakit kepala regio frontal, fotofobia, gangguan mental, dan
gejala lain dari meningitis.

Manifestasi Klinis - Patofisiologi


b. Fase imun atau leptospirurik
- sirkulasi antibodi dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urine
dan mungkin tidak dapat didapatkan lagi pada darah atau cairan
serebrospinalis.
- Fase ini terjadi karena akibat respon pertahanan tubuh terhadap
infeksi dan terjadi pada 0-30 hari atau lebih.
- Gangguan dapat timbul tergantung manifestasi pada organ
tubuh yang timbul seperti gangguan pada selaput otak, hati,
mata atau ginjal.

Manifestasi Klinis
Sindroma dan Fase

Gambaran klinik

Leptospirosis anikterik Demam

tinggi,

Spesimen
laboratorium
nyeri

Fase leptospiremia (3- kepala, mialgia, nyeri perut, Darah,


7 hari)

mual, muntah, conjunctival serebrospinal

suffusion.

Demam

Fase imun (3-30 hari)

kepala, muntah, meningitis

Leptospirosis ikterik

aseptik

ringan,

fase

ikterik,

menjadi

satu

nyeri

nyeri

(sering mialgia,

dan

urin

Fase leptospiremia dan Demam,


imun

cairan

atau ginjal,

kepala, Darah,
gagal serebrospinal

hipotensi, (minggu I)

tumpang tindih)

manifestasi perdarahan, Urin (minggu II)

pneumonitis

hemoragik,

cairan

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
Anamnesis berupa riwayat pekerjaan pasien, apakah termasuk kelompok orang
dengan resiko tinggi seperti pekerja-pekerja di sawah, pertanian, perkebunan,
peternakan, pekerja tambang, tentara, pembersih selokan, dan
Gejala klinis berupa demam yang muncul mendadak, nyeri kepala terutama
dibagian frontal, nyeri otot, mata merah / fotophobia, mual atau muntah, dan
lain-lain. Pada pemeriksaan fisik ditemukan demam, bradikardi, nyeri tekan
otot , hepatomegali dan lain-lain.
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapat leukositosis, normal, atau
sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia dan LED yang meninggi. Pada urin
dijumpai proteinuria, leukositouria, dan sdimen sel torak. Bila terdapat
hepatomegali maka bilirubin darah dan transaminase meningkat. BUN, ureum,
dan kreatinin bisa meningkat bila terdapat komplikasi pada ginjal. Diagnosa
pasti dengan isolasi leptospira dari cairan tubuh dan serologis.

Diagnosis
Adapun menurut WHO, ada 3 (tiga) kriteria yang ditetapkan dalam mendefinisikan kasus Leptospirosis yaitu:

Kasus Suspek
1. Demam akut (>=38.5C) dengan atau tanpa sakit kepala hebat, disertai :
a. Mialgia (pegal-pegal)
b. Malaise (lemah)
c. Conjuctival suffusion
2. Ada riwayat kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi bakteri Leptospira dalam dua minggu
sebelumnya berupa:
a. Kontak dengan air yang terkontaminasi kuman
Leptospira/ urine tikus saat terjadi banjir.
b. Kontak dengan sungai, danau dalam aktifitas mencuci, mandi berkaitan pekerjaan seperti tukang
perahu, rakit bambu dan lain-lain
c. Kontak di persawahan atau perkebunan berkaitan dengan pekerjaan sebagai petani / pekerja
perkebunan yang tidak mengunakan alas kaki.
d. Kontak erat dengan binatang lain seperti sapi, kambing,
anjing yang dinyatakan secara
Laboratorium terinfeksi
Leptospira.
e. Terpapar seperti menyentuh hewan mati, kontak dengan cairan infeksius saat hewan berkemih,
menyentuh bahan lain
seperti placenta, cairan amnion,
menangani ternak seperti memerah
susu, menolong hewan melahirkan dan lain-lain.
f. Memegang atau menangani spesimen hewan/ manusia yang diduga terinfeksi Leptospirosis dalam
suatu
laboratorium atau
tempat lainnya.
g. Kontak dengan sumber infeksi yang berkaitan dengan pekerjaan seperti: dokter hewan, dokter,

Diagnosis

Kasus Probable

1) Unit Pelayanan Kesehatan Dasar


Kasus suspek disertai minimal dua dari gejala:
a. Nyeri betis (Calftenderness)
b. Batuk dengan atau tanpa batuk darah
c. Ikterus (kulit kuning)
d. Manifestasi perdarahan (petekie, mimisan, gusi berdarah, melena, hematoschezia)
e. Iritasi meningeal
f. Anuria / oligouria dan atau proteinuria
g. Sesak napas
h. Aritmia jantung
i. Ruam kulit
Penderita segera dirujuk ke Rumah Sakit

Diagnosis
Kasus Konfirmasi
Kasus suspek atau kasus probable disertai salah satu dari
berikut ini
a. Isolasi bakteri Leptospira dari spesimen klinik
b. PCR positif
c. Sero konversi MAT dari negatif menjadi positif atau adanya
kenaikan titer 4x dari pemeriksaan awal
d. Titer MAT 320 (400) atau lebih pada pemeriksaan satu sampel
Apabila tidak tersedia fasilitias laboratorium : Hasil positif dengan
menggunakan dua tes diagnostik cepat (RDT) yang berbeda dapat
dianggap sebagai kasus confirm.

Diagnosis

Diagnosis
skor Faine,
leptospirosis dapat
ditegakkan jika :
- Presumtive
leptospirosisbila A
atau A+B > 26 atau
A+B+C > 25
- Sugestive
leptospirosisbila A+B
antara 20-25

Diagnosis Banding
Leptospirosis anikterik
influenza, demam berdarah
dengue, malaria, pielonefritis,
meningitis aseptik viral,
keracunan makanan/bahan kimia,
demam tifoid, demam enterik.
Leptospirosis ikterikdengan
malaria falcifarum berat,
hepatitis virus, demam tifoid
dengan komplikasi berat,
haemorrhagic fevers with renal
failure, demam berdarah virus
lain dengan komplikasi.

Pengobatan
i. Kasus suspek ( dapat ditangani di Unit Pelayanan Dasar):
a. Pilihan: Doksisiklin 2x100mg selama7 (tujuh) hari kecuali pada anak, ibu hamil, atau
bila ada kontraindikasi Doksisiklin.
b. Alternatif (bila tidak dapat diberikan doksisiklin):
Amoksisilin 3x500mg/hari pada orang dewasa;
atau 10-20mg/kgBB per 8 jam pada anak selama 7 (tujuh) hari.

c. Bila alergi Amoksisilin dapat diberikan Makrolid

ii. Kasus probable:


Ceftriaxon 1-2 gram iv per selama7 (tujuh) hari.
Penisilin Prokain 1.5 juta unit im per 6 jam selama7 (tujuh) hari
Ampisilin 4 x 1 gram iv per hari selama7 (tujuh) hari

Terapi suportif dibutuhkan bila ada komplikasi: gagal ginjal, perdarahan organ
(paru, saluran cerna, saluran kemih, serebral), syok dan gangguan neurologi.

Pengobatan
Tujuan Pemberian Obat

Regimen

1. Treatment
a. Leptospirosis ringan

Doksisiklin 2 x 100 mg/oral atau


Ampisillin 4 x 500-750 mg/oral atau
Amoxicillin 4 x 500 mg/oral
Penicillin G 1,5 juta unit/6jam i.m

b.Leptospirosis sedang/ berat

atau
Ampicillin 1 g/6jam i.v atau
Amoxicillin 1 g/6jam i.v atau
Eritromycin 4 x 500 mg i.v

2. Kemoprofilaksis

Doksisiklin 200 mg/oral/minggu

Penatalaksanaan Leptospirosis
Ringan
Pada bentuk yang sangat ringan bahkan oleh penderita seperti sakit flu
biasa. Pada golongan ini tidak perlu dirawat.
Sehingga penatalaksanaan cukup secara konservatif. Penatalaksanaan
konservatif meliputi:
Pemberian antipiretik, terutama apabila demamnya melebihi 38C
Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat.
Kalori diberikan dengan mempertimbangkan keseimbangan nitrogen, dianjurkan
sekitar 2000-3000 kalori tergantung berat badan penderita. Karbohidrat dalam
jumlah cukup untuk mencegah terjadinya ketosis. Protein diberikan 0,2 0,5
gram/kgBB/hari yang cukup mengandung asam amino essensial.
Pemberian antibiotik-antikuman leptospira.

Terapi suportif supaya tidak jatuh ke kondisi yang lebih berat.


Pengawasan terhadap fungsi ginjal sangat perlu.

Penatalaksanaan Leptospirosis Berat

Antipiretik

Nutrisi dan cairan.


Pemberian nutrisi perlu diperhatikan karena nafsu makan penderita biasanya menurun maka intake menjadi kurang. Harus
diberikan nutrisi yang seimbang dengan kebutuhan kalori dan keadaan fungsi hati dan ginjal yang berkurang. Diberikan protein
essensial dalam jumlah cukup. Karena kemungkinan sudah terjadi hiperkalemia maka masukan kalium dibatasi sampai hanya
40mEq/hari. Kadar Na tidak boleh terlalu tinggi. Pada fase oligurik maksimal 0,5gram/hari. Pada fase ologurik pemberian cairan
harus dibatasi. Hindari pemberian cairan yang terlalu banyak atau cairan yang justru membebani kerja hati maupun ginjal. Infus
ringer laktat misalnya, justru akan membebani kerja hati yang sudah terganggu. Pemberian cairan yang berlebihan akan
menambah beban ginjal. Untuk dapat memberikan cairan dalam jumlah yang cukup atau tidak berlebihan secara sederhana
dapat dikerjakan monitoring / balance cairan secara cermat.
Pada penderita yang muntah hebat atau tidak mau makan diberikan makan secara parenteral. Sekarang tersedia cairan infus
yang praktis dan cukup kandungan nutrisinya.
Pemberian antibiotik

Pada kasus yang berat atau sesudah hari ke-4 dapat diberikan sampai 12 juta unit (sheena A Waitkins, 1997). Lama pemberian penisilin
bervariasi, bahkan ada yang memberikan selama 10 hari. Penelitian terakhir : AB gol. fluoroquinolone dan beta laktam (sefalosporin, ceftriaxone)
> baik dibanding antibiotik konvensional tersebut di atas, meskipun masih perlu dibuktikan keunggulannya secara in vivo.

Penanganan kegagalan ginjal.

Gagak ginjal mendadak adalah salah sati komplikasi berat dari leptospirosis. Kelainan ada ginjal berupa akut tubular nekrosis
(ATN). Terjadinya ATN dapat diketahui dengan melihat ratio osmolaritas urine dan plasma (normal bila ratio <1). Juga dengan

Penatalaksanaan Leptospirosis Berat

Penanganan khusus

Hiperkalemia diberikan kalsium glukonas 1 gram atau glukosa insulin (10-20 U regular insulin dalam infus dextrose 40%)

Merupakan keadaan yang harus segera ditangani karena menyebabkan cardiac arrest.
Asidosis metabolik diberikan natrium bikarbonas dengan dosis (0,3 x KgBB x defisit HCO3 plasma dalam mEq/L)
Hipertensi diberikan antihipertensi
Gagal jantung pembatasan cairan, digitalis dan diuretik
Kejang

Dapat terjadi karena hiponatremia, hipokalsemia, hipertensi ensefalopati dan uremia. Penting untuk menangani
kausa ptimernya, mempertahankan oksigenasi / sirkulasi darah ke otak, dan pemberian obat anti konvulsi.
Perdarahan transfusi

Merupakan komplikasi penting pada leptospirosis, dan sering mnakutkan. Manifestasi perdarahan dapat dari
ringan sampai berat. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada waktu mengerjakan dialisis peritoneal. Untuk
menyampingkan enyebab lain perlu dilakukan pemeriksaan faal koagulasi secara lengkap. Perdarahan terjadi
akibat timbunan bahan-bahan toksik dan akibat trpmbositopati.
Gagal ginjal akut hidrasi cairan dan elektrolit, dopamin, diuretik, dialisis. Pencegahan penularan kuman
leptospira dapat dilakukan melalui tiga jalur intervensi yang meliputi intervensi sumber infeksi, intervensi pada

Pencegahan
Kuman leptospira mampu bertahan hidup bulanan di air dan tanah,
dan mati oleh desinfektans seperti lisolLisolisasicara mudah dan
murah mencegah "mewabah"-nya leptospirosis.
Higiene perorangannya dilakukan dengan menjaga tangan selalu
bersih. Selain terkena air kotor, tangan tercemar kuman dari hewan
piaraan yang sudah terjangkit penyakit dari tikus atau hewan liar.
Hindari berkontak dengan kencing hewan piaraan.
Memakai pelindung, seperti sarung tangan karet sewaktu berkontak
dengan air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki, memakiai
sepatu bot, terutama jika kulit ada luka, borok, atau eksim. Biasakan
membasuh tangan sehabis menangani hewan, ternak, atau
membersihkan gudang, dapur, dan tempat-tempat kotor.

Pencegahan
Hewan piaraan yang terserang leptospirosis langsung diobati , dan yang
masih sehat diberi vaksinasi. Vaksinasi leptospirosis disarankan untuk
manusia yang memiliki risiko tinggi terjangkit, dan pemberiannya harus
diulang setiap tahun.
Di AS sejak Desember 2000 lalu, ada anjuran bagi orang yang berisiko
tinggi terjangkit leptospirosis diberikan terapi profilaksis dengan doksisiklin
200 mg 1 x seminggu.
Tikus rumah perlu dibasmi sampai ke sarang-sarangnya. Begitu juga jika
ada hewan pengerat lain. Jangan lupa bagi yang aktivitas hariannya di
peternakan, atau yang bergiat di ranch. Kuda, babi, sapi, bisa terjangkit
leptospirosis, selain tupai, dan hewan liar lainnya yang mungkin singgah
ke peternakan dan pemukiman, atau ketika kita sedang berburu,
berkemah, dan berolahraga di danau atau sungai. Selain itu penyediaan
air minum juga harus terjaga baik dan diklorinasi.

Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi berat seperti miokarditis hemoragik, kegagalan fungsi beberapa organ,
perdarahan masif dan Adult Respiratory Distress Syndromes (ARDS) merupakan
penyebab utama kematian yang hampir semuanya terjadi pada pasien-pasien
dengan leptospirosis ikterik, dimana penyebab kematian leptospirosis berat
adalah koma uremia, syok septikemia, gagal kardiorespirasi dan syok hemoragik.
Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan ikterus, angka
kematian 5% pada umur di bawah 30 tahun, dan pada usia lanjut mencapai 3040% yang mengalami jaundice berat, datang dengan komplikasi gagal ginjal akut
dan dengan kegagalan pernafasan akut. Leptospirosis selama kehamilan dapat
meningkatkan mortality fetus.
Faktor-faktor prognostik yang berhubungan dengan kematian pada pasien
leptospirosis hdala oliguria terutama oliguria renal, hiperkalemia, hipotensi,
ronkhi basah paru, sesak nafas, leukositosis (leukosit > 12.900/mm3), kelainan
Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan repolarisasi, infiltrat pada foto pencitraan
paru.

Anda mungkin juga menyukai