1
Palpasi : stemfremitus (normal/normal), nyeri tekan (-/-)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (+/+)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, pelebaran (-)
Palpasi : ictus cordis teraba kuat
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung murni, teratur, bising tidak ada
Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), hepar/ limfe dalam batas normal
Perkusi : timpani
Auskultasi :bising usus sedikit meningkat
9. Penatalaksanaan :
IVFD Ringer Lactat 10 gtt/i
Inj. Ranitidin ½ amp/12 jam
Tiamphenicol tab 3 x 250 mg
Antasida syr 3 x CI
10. Planning :
Pemeriksaan hematologi dan kimia darah : untuk menilai marker infeksi
Widal Test
11. Prognosis :
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Qou ad sanactionam : Bonam
1. Christie AB. Typhoid and Paratyphoid Fevers in : Infectious Disease Vol. 1, 4 th ed.
Churchill Livingstone : Medical Division of Longman Group UK Limited, 1987 : 100.
2. Hoffman S. : Typhoid fever in Warren KS dan Mahmpud AAF (eds) : Tropical and
Geographical ed ke 2, New York, Mc Graw-Hill Information Services Co. (1990).
2
3. Pang T, Koh KL, Puthucheary SD (eds) : Typhoid fever : Strategies for the 90’s,
Singapore, World Scientific, (1992).
4. Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfred CM (eds) Infectious disease in children, ed ke
9, St. Louis, Mosby Yerabook Inc. (1992).
5. Cleary Th G. Salmonella species in longess, Pickerling LK, Praber CG. Principles and
Practice of Pediatric Infectious Disease Churchill Livingstone, New York 1 nd ed, 2003 : hal.
830.
13. Hasil Pembelajaran :
Diagnosis demam typhoid
Penatalaksanaan demam typhoid
Edukasi mengenai faktor resiko demam typhoid
1. SUBJEKTIF
Pasien dibawa oleh keluarganya dengan keluhan demam tinggi sejak ± 1 minggu
SMRS, demam naik turun, mual (+) dan muntah (+) berisi makanan dan air, batuk (-)
3
pegal-pegal sendi (-). pasien juga merasa perut mules sejak 2 hari yang lalu, namun BAB
dan BAK tidak ada keluhan. Pasien sudah pernah pergi berobat ke bidan namun tidak
berkurang sejak 3 hari yang lalu. Sudah pernah mengalami hal yang sama saat umur 5
tahun. sering jajanan di sekolah.
2. OBJEKTIF
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat disimpulkan bahwa pasien
ini dapat didiagnosis dengan demam tiphoid dengan pertimbangan :
a. Dari Anamnesis yang khas yaitu keluhan demam tinggi sejak ± 1 minggu SMRS,
demam naik turun, mual (+) dan muntah (+) berisi makanan dan air, batuk (-) pegal-
pegal sendi (-). pasien juga merasa perut mules sejak 2 hari yang lalu, namun BAB
dan BAK tidak ada keluhan. Pasien sudah pernah mengalami hal yang sama saat
umur 5 tahun. sering jajanan di sekolah.
b. Pemeriksaan fisik : adanya keluhan gastrointestinal yaitu berupa nyeri epigastrium,
dan bising usus sedikit meningkat.
3. ASSESMENT
Pasien dibawa oleh keluarganya dengan keluhan demam tinggi sejak ± 1 minggu
SMRS, demam naik turun, mual (+) dan muntah (+) berisi makanan dan air, batuk (-) pegal-pegal
sendi (-). pasien juga merasa perut mules sejak 2 hari yang lalu, namun BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Secara teoritis Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh
kuman gram negatif Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi
dalam selfagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah. Setelah
melalui asam lambung, Salmonella typhosa menembus ileum ditangkap oleh sel mononuklear,
disusul bakteriemi I. Setelah berkembang biak di RES, terjadilah bakteriemi II.1,2
a. Bakteriemia I : Interaksi Salmonella dengan makrofag memunculkan mediator-mediator.
Lokal (patch of payer) terjadi hiperplasi, nekrosis dan ulkus. Sistemik timbul gejala
panas, instabilitas vaskuler, inisiasi sistem beku darah, depresi sumsum tulang.
b. Bakteriemia II : Imunulogi humoral lokal, di usus diproduksi IgA sekretorik yang
berfungsi mencegah melekatnya salmonella pada mukosa usus. Humoral sistemik,
diproduksi IgM dan IgG untuk memudahkan fagositosis Salmonella oleh makrofag.
Seluler berfungsi untuk membunuh Salmonella intraseluler. Keluhan dan gejala Demam
Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat
dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis gambaran penyakit Demam
4
Tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf
pusat. 1,2
1. Demam lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan demam yang makin hari makin
meninggi, sehingga pada minggu ke 2 demam tinggi terus menerus terutama pada
malam hari.
2. Gejala gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung,
hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi.
3. Gejala saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma.
DIAGNOSA BANDING
1. Influenza 6. Malaria
2. Bronchitis 7. Sepsis
3. Broncho Pneumonia 8. I.S.K
4. Gastroenteritis 9. Keganasan : - Leukemia
KOMPLIKASI/PENYULIT
Penderita Demam tifoid mungkin mengalami penyulit. di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSU Dr. Soetomo macam penyulit yang pernah didapatkan antara lain adalah otitis media,
pnemoni, ensefalopati, syok, ileus, melena, ikterus, karditis, ISK. Termasuk penyulit adalah
relaps (kambuh), karier, perdarahan usus, perforasi, gangguan status mental berat. 1,4
4. PLANNING
a. Diagnosis
Ada beberapa langkah untuk mendiagnosis demam typhoid, antara lain :3,4
1. Amanesis
2. Tanda klinik
3. Laboratorik
a. Leukopenia
b. Kultur empedu (+) : darah pada minggu I ( pada minggu II mungkin sudah negatif);
tinja minggu II, air kemih minggu III
c. Reaksi widal (+) : titer > 1/200. Biasanya baru positif pada minggu II, pada stadium
5
rekonvalescen titer makin meninggi
d. Identifikasi antigen : Elisa, PCR. IgM S typhi dengan Tubex TF cukup akurat dengan
e. Identifikasi antibodi : Elisa, typhi dot dan typhi dot M
Pasien ini didiagnosis dengan sementara dengan susp. Demam typhoid, namun untuk
memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan seperti di atas.
b. Pengobatan
Pengobatan penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit terdiri dari pengobatan
suportif, medikamentosa, terapi penyulit (tergantung penyulit yang terjadi). Kadang-kadang
perlu konsultasi ke Divisi Hematologi, Jantung, Neurologi, bahkan ke Bagian lain/Bedah. 1,2
1. Medikamentosa
Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin atau
kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan
ketiga adalah meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon. Kloramfenikol diberikan
dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena,
selama 14 hari. 4,5
Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol , diberi
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena
saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari, atau
kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2 kali pemberian, oral,
selama 14 hari. Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali
dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7
hari. Pada kasus yang diduga mengalami MDR (Multi Drug Resistance), maka pilihan
antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
2. Penyulit
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi
nerologik menonjol, diberi Deksametason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kg BB,
intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1 mg/kg
BB dengan tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali pemberian. Tatalaksana bedah dilakukan
pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus. 2,4
3. Penatalaksanaan Epidemiologis
Meliputi isolasi penderita berupa isolasi gastrointestinal, sedangkan pemutusan transmisi
dengan pengelolaan disposal dan terapi pembawa kuman (”carrier”), sedangkan
6
pencegahan dengan melakukan immunisasi. 2,4
Pengobatan demam tiphoid di instalasi gawat darurat lebih kepada menangani
factor emergensinya, dalam hal ini pasien menderita demam tinggi dan mual muntah
seperti yang dilakukan terhadap pasien ini.
c. Pendidikan
Edukasi dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk mengenal faktor resiko
dari demam typhoid seperti keadaan hygine dirumah dan disekolah mengenai makanan yang
dikonsumsi pasien yang kurang bersih dan bagaimana proses perjalanan penyakit yang
diderita pasien ini dengan harapan pasien bisa memodifikasi gaya hidup menjadi gaya hidup
yang sehat.
d. Konsultasi
Dijelaskan perlunya konsultasi ke dokter spesialis Anak, konsultasi ini merupakan
upaya untuk mengetahui apakah tindak lanjut penangganan kasus demam tiphoid ini dengan
mengetahui diagnosis pasti terhadap pasien ini.
Mengetahui,
Pendamping Pendamping