Anda di halaman 1dari 16

1

Kritik terhadap Pemikiran Tafsir Agus Mustofa tentang Azab Kubur


Gafil Bunayya R

Prodi Magister Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir


UIN Imam Bonjol Padang
gbunayya@yahoo.com

Abstrak : Peristiwa setelah kematian merupakan sebuah misteri, hanya Allah saja yang mengetahui ihwalnya. Akan
tetapi setiap muslim yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya mesti percaya bahwa kehidupan dunia ini bukanlah
akhir dari segalanya. Kematian merupakan jembatan seseorang menuju kehidupan akhirat. Alam barzakh
merupakan tempat persingghan selanjutnya dan setiap orang pasti akan memasuki fase tersebut. Al-Qur’an telah
memberikan indikasi bahwa akan ada nikmat dan siksaan yang akan diterima setiap orang yang telah mengalami
kematian di alam kuburnya. Walaupun ayat-ayat al-Qur’an tentang peristiwa di alam kubur bersifat global namun
dalil-dalil tersebut juga didukung oleh hadits-hadits nabi SAW yang terperinci. Mayoritas mufassir turut
membenarkan adanya nikmat dan azab kubur melalui dalil-dalil yang telah mereka tafsirkan. Baru-baru ini seorang
penulis buku yang bernama Agus Mustofa memberikan pandangan yang kontroversial terkait azab kubur. Dengan
metode penafsiran yang ia ciptakan sendiri, ia mencoba mendeskripsikan dalil-dalil al-Qur’an tentang masalah azab
kubur dalam bukunya yang berjudul “Tak Ada Azab Kubur?” hingga pada kesimpulan akhirnya ia menafikan
adanya azab kubur. Tentu saja pemikiran dan karyanya tersebut perlu untuk diteliti agar orang-orang yang membaca
karyanya tidak terjebak pada penafsiran-penafsiran yang keliru dan menyimpang.

Kata Kunci: Penafsiran Agus Mustofa, Metode Puzzle, Azab kubur.

A. PENDAHULUAN keterangan dari rasulullah melalui hadits-hadits


Peristiwa setelah kematian merupakan sebuah shahihnya.
misteri dan hanya Allah yang mengetahui Akhir-akhir ini muncul seorang penulis yang
ihwalnya. Akan tetapi sebenarnya al-Qur’an telah bernama Agus Mustofa. Kegemarannya menulis
memberikan indikasi bahwa akan ada nikmat dan telah menghasilkan lebih dari 40 buku dengan
siksaan yang akan diterima oleh orang-orang yang tema-tema religius yang telah tersebar ke seluruh
ada di alam kubur sebelum menerima balasan penjuru negeri. Dengan inovasinya, ia mencoba
surga atau neraka setelah hari berbangkit, hal ini mengurai tema-tema keagamaan dengan
diperjelas dalam hadits-hadits shahih rasulullah menggunakan dalil-dalil al-Qur’an sebagai
SAW. Hal ini menunjukkan bahwa kematian landasannya dan diiringi dengan pemikiran
seorang manusia di dunia ini bukanlah akhir dari rasionalnya. Akan tetapi banyak dari bukunya
perjalanannya, setiap orang yang beriman harus mengundang kontroversi, karena dilihat dari
percaya bahwa kematian adalah merupakan beberapa judul karyanya saja sudah membuat
gerbang awal dari kehidupan akhirat. orang-orang menjadi penasaran dan tertarik untuk
Ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan membacanya. Contoh beberapa karya Agus
azab kubur merupakan dalil-dalil yang Mustofa misalnya Ternyata Akhirat tidak
Mutasyâbihât1, Sehingga masih membutuhkan kekal,Ternyata Adam dilahirkan, Adam Tak Diusir
keterangan dan penjelasan tambahan dari sumber Dari Surga, Tak Ada Azab Kubur?, dan lain
lainnya seperti hadits nabi SAW. Terkait dengan sebagainya.
hadits-hadits yang berbicara tentang azab kubur, Agus Mustofa dalam salah satu bukunya yang
diantaranya ada yang berkualitas shahih, hasan berjudul “Tak Ada Azab Kubur?” mencoba untuk
maupun dha’if. Hal ini tentu sangat membantu menafsirkan tema azab kubur dengan
para mufassir untuk menggali penafsiran al-Qur’an menggunakan metode yang dia buat sendiri,
mengenai azab kubur, ditambah lagi dengan metode ini dinamainya dengan metode puzzle.
Namun dari hasil penelitian nya, mengantarkan dia
pada kesimpulan bahwa dia menafikan adanya
1 Mutasyâbihât secara bahasa berarti tasyabuh, yaitu salah satu azab kubur dan pendapat ini bertentangan dengan
dari dua hal serupa antara satu dengan yang lain, dalam arti khusus pendapat mayoritas mufassir.
ayat mutasyâbihât maknanya adalah ayat-ayat yang mengandung Karya Agus Mustofa ini perlu diteliti untuk
banyak wajah, tidak bisa diketahui langsung maknanya dan
memerlukan penjelasan dari ayat–ayat lain. Lihat, Manna’ Khalil al- mendapatkan informasi tentang kelayakan buku
Qattân, op.cit, h. 305-305
2

“Tak Ada Azab Kubur?” untuk dijadikan salah Seorang mursyid Tarekat Naqsyabandiyah
satu sumber referensi dibidang tafsir. Jangan Qadiriyah, ayah kandungnnya sendiri.
sampai karena mudahnya mendapatkan buku ini
orang-orang awam yang membacanya menjadi 2. KH. Abdullah Fattah
tergiring untuk mengikuti sesuatu paham dapat Pembina Pondok Pesantren Bahrul
menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Maghfirah, Malang, Jawa Timur. Beliau ahli
tirakat dan dzikir. wafat tahun 2006 pada usia
B. BIOGRAFI AGUS MUSTOFA 104 tahun.
Agus Mustofa lahir pada tanggal 16 Agustus 3. KH. Nur Salim
1963 di Kota Malang, Jawa Timur. Dia merupakan Pembina Pondok Pesantren Budi Mulya,
keturunan orang terpelajar. Ayahnya bernama daerah Kepanjen, Malang. Pendiri sekolah gratis
Syeikh Djapri Karim merupakan seorang mursyid SMK Budi Mulya, Malang. Pada tahun 2011
Tarekat Naqsabandiyah Qadiriyah dan pernah beliau wafat dalam usia sekitar 80-an.
menjabat sebagai Dewan Pembina Partai Tarekat 4. Ir. Sahiroel Alim, MSc
Islam Indonesia di masa pemerintahan presiden Dosen di Teknik Nuklir UGM, Yogyakarta.
pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Sejak Beliau hafizh Al Qur'an. Sekaligus ilmuwan
kecil Agus Mustofa sudah belajar ilmu tauhid, kimia-fisika. Dari beliau Agus Mustofa banyak
filsafat dan pemikiran tasawuf.2 belajar cara memahami kandungan Al Qur'an
Sejatinya Pendidikan Formal yang ditempuh secara ilmiah.
Agus Mustofa adalah pendidikan sekolah umum, 5. Prof. Ahmad Baiquni MSc.
mulai dari Sekolah dasar hingga tingkat Dosen Fisika di Teknik Nuklir UGM
perkuliahan. Dari wawancara yang penulis lakukan Yogyakarta. Beliau pernah menjadi Dirjen Badan
via E-mail, dia menjelaskan bahwa pendidikan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
formalnya dimulai dari salah satu sekolah dasar di
Malang, kemudian dia melanjutkan pendidikan di Jadi, dilihat dari latar belakang
SMPN 2 Malang, lalu pendidikan di SMAN 1 pendidikannya, Agus Mustofa tidak mengenyam
Malang.3 pendidikan agama secara formal, hanya belajar
Pada tahun 1982, dia melanjutkan pendidikan agama secara personal. Dengan bekal pendidikan
di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. umum dan sedikit sentuhan agama dari beberapa
Disana dia mengambil jurusan teknik nuklir di gurunya dia telah memberanikan diri untuk
fakultas teknik dan selama masa kuliah tersebut mengusung sebuah penafsiran baru dalam
dia banyak bersinggungan dengan ilmuwan Islam menafsirkan al-Qur’an.
yang berfikiran modern, seperti Prof. Ahmad Padahal untuk menjadi seorang mufassir ada
Baiquni dan Ir. Sahirul Alim, MSc yang kemudian banyak kriteria yang harus dipenuhi, mulai dari
mewarnai pemikiran Agus mustofa dalam aspek keilmuan maupun aspek kepribadian. Hal ini
penulisan karya-karyanya. sangat penting karena tidak sembarang orang yang
Setelah lulus dengan gelar Insinyur Nuklir, bisa untuk menafsirkan al-Qur’an.
Agus Mustofa bukannya memperdalam ilmu Dari aspek keilmuan, secara rinci Jalâluddîn
nuklirnya, tetapi malah memutar haluan dengan As-Suyuthy (1445-1505 M/ 849-911 H) dalam Al-
memperdalam ilmu al-Qur’an. Hal tersebut Itqân fî ‘Ulûm al-Qurân menyebutkan seorang
dikarenakan oleh keprihatinannya terhadap kondisi mufassir idealnya bila sudah menguasai lima belas
umat Islam saat ini yang semakin jauh tertinggal di ilmu pengetahuan 1) Bahasa Arab, 2) Ilmu Nahwu,
berbagai lini kehidupan.4 3) Ilmu Tashrif/sharaf, 4) Isytiqâq, 5) Al-Ma‘âni,
Beberapa orang guru yang mempunyai peran 6) Al-Bayân, 7) Al-Badî‘, 8) Ilmu qirâ’ah, 9) Ilmu
besar terhadap pemikirannya dibidang agama Ushûluddîn, 10) Ilmu Ushûl fiqh, 11) Asbâb al-
adalah sebagai berikut:5 Nuzûl, 12) Al-Nâsikh wa al-Mansûkh,13) Ilmu
1. Syekh Djapri Karim Fiqh, 14) Hadits, 15) Ilmu Mauhibah.6
Sementara itu, dari aspek kepribadian Syeikh
2
Agus Mustofa, Memahami Al-Qur’an Dengan Metode
Manna‘ Khalil al-Qaththân menyebutkan ada
Puzzle, ,Surabaya: Padma Press, 2008.h. cover beberapa adab dan kepribadian yang harus dimiliki
3
Agus Mustofa, (agusmustofa_63@yahoo.com), Pendidikan oleh seorang mufassir, di antaranya yaitu: Niat
Ilmu Agama, Email kepada Gafil Bunayya. R
(gbunayya@yahoo.com). 12 Februari 2018, pukul 20.24 WIB yang baik dan tujuan yang benar, mempunyai
4
Hariyadi, Studi Kritis Terhadap Metode Puzzle Agus
Mustofa Dalam Memahami Al-Qur’an, Tesis Pascasarjana, (Padang:
6
Program Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang, 2016), h. 22 Jalâluddin Abdurrahmân al-Suyuthy, Al-Itqân fî ‘Ulûm al-
5
Agus Mustofa, (agusmustofa_63@yahoo.com), loc.cit., Qurân. Juz I, (Kairo, Dar al-Fikr, 1951), h. 180
3

akhlak yang baik, taat dalam beramal, Jujur dan hadits, Asbâb al-Nuzûl, Al-Nâsikh wa al-Mansûkh
teliti dalam penukilan, Tawadhu’ dan lemah dan sebagainya.
lembut, Berjiwa mulia, lantang menyampaikan
kebenaran, berpenampilan baik, bersikap tenang D. KRITIK TERHADAP PENAFSIRAN
dan mantap, mendahulukan orang yang lebih AGUS MUSTOFA DALAM BUKU “TAK
utama dari dirinya, Siap dan metodologis dalam ADA AZAB KUBUR?”
membuat langkah-langkah penafsiran.7
1. Investigasi Metode Puzzle
C. METODE PUZZLE Agus Mustofa menjadikan metode Puzzle
Agus Mustofa mencoba untuk membuat sebagai landasan menafsirkan ayat al-Qur’an pada
inovasi baru dalam menafsirkan ayat-ayat al- setiap bukunya. Namun apakah metode Puzzle ini
Qur’an, yaitu dengan menciptakan Metode Puzzle. sudah memenuhi standar untuk dijadikan sebuah
yang dimaksud dengan metode puzzle adalah cara metode penafsiran al-Qur’an?.
memahami isi al-Qur’an dengan mengutamakan Syeikh Shalâh ‘Abd al-Fattâh al-Khâlidi
kombinasi ayat-ayat (grade atau tingkatan paling dalam bukunya Ta’rif al-Dârisin bi manâhij al-
tinggi). Ayat dijelaskan oleh ayat lain adalah ciri Mufassirîn menuliskan tahapan-tahapan yang
utama metode ini. Seperti halnya potongan- harus ditempuh dalam penafsiran al-Qur’an,
potongan gambar (puzzle), contohnya ada sebuah diantaranya sebagai berikut: 1) Menafsirkan al-
gambar gajah yang dipotong-potong menjadi 20 Qur’an dengan al-Qur’an, 2) Menafsirkan al-
petak, kemudian diacak-acak dan kemudian Qur’an dengan sunnah, 3) Menafsirkan al-Qur’an
gambar tersebut ditata kembali sehingga menjadi dengan pendapat shahâbah, 4) Menafsirkan al-
gambar utuh. Menurutnya, gambar gajah yang Qur’an dengan bahasa Arab, 5) Menafsirkan al-
utuh akan didapatkan selama mengambil Qur’an dengan pehamaman dan ijtihâd, 6)
keseluruhan gambar-gambar yang terpotong- Menafsirkan al-Qur’an dengan penafsiran tâbi’în
potong tadi. Apabila salah satu potongan gambar yang lain. 10
tersebut kurang maka mustahil akan mendapatkan Setelah meneliti buku “Tak Ada Azab
gambar gajah yang utuh.8 Kubur?” ternyata metode Puzzle yang digunakan
Metode inilah yang ia gunakan dalam Agus Mustofa ini murni hanya mengkombinasikan
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an pada setiap buku ayat-ayat dalam satu tema saja. Tentu ini berbeda
yang ia tulis, termasuk dalam buku “Tak Ada Azab dengan apa yang telah dilakukan oleh para pakar
Kubur?”. Agus Mustofa mengutamakan tafsir terdahulu, yang pada akhirnya menjadikan
kombinasi ayat-ayat al-Qur’an yang ada dalam kesimpulan yang didapat oleh Agus Mustofa pun
satu tema. Dalam hal ini ia mencoba untuk menjadi berbeda dengan penafsiran mayoritas
mengumpulkan ayat-ayat yang bertemakan azab mufassir.
kubur lalu mengkolaborasikan ayat-ayat tersebut Berkaitan dengan penggunaan hadits terhadap
hingga menjadi sebuah penafsiran yang pada penafsiran al-Qur’an, Agus Mustofa berpendapat
akhirnya membuat dia menafikan adanya azab sebagai berikut:
kubur. Kalau tidak ada, kenapa selama ini kita
Metode ini sepintas mirip dengan metode al- demikian yakin bahwa azab kubur itu ada?
Maudhû’î9 karena sama-sama mengutamakan Dari mana sumbernya? Ternyata sumbernya
menghimpun ayat-ayat satu yang satu tema, tetapi dari hadits. Sangat banyak hadits yang
berbeda dengan al-Maudhû’î, metode Puzzle ini bercerita tentang azab kubur ini. Mulai dari
tidak memiliki sistematika penafsiran yang jelas, hadits yang lemah sampai yang shahih. Saya
karena hanya menggunakan kombinasi ayat-ayat tidak akan melakukan pembahasan tentang
tanpa mengutip keterangan dari sumber lain seperti hadits-hadits itu disini. Karena membutuhkan
ruang yang sangat besar.11
7
8
Manna‘ Khalil Al-Qaththân, op.cit, h. 465-466 Pendapat lain beliau yang terlihat
Agus Mustofa, Memahami Al-Qur’an Dengan Metode
Puzzle, op.cit., h.223-224
menganggap remeh hadits adalah:
9
Secara terminologi abd al-Hayy al-Farmawi mendefinisikan
tafsîr maudhû’î dengan upaya penafsiran al-Qur’an dengan
menghimpun seluruh ayat al-Qur’an yang satu tema, satu topik dan
satu tujuan yang disusun sesuai kronologis dan sebab turunnya ayat-
ayat tersebut, kemudian dijabarkan dengan penjelasan seluruh aspek 10
Shalâh ‘Abd al-Fattâh al-Khâlidi, Ta’rif al-Dârisin bi
yang digali, dikomentari dan ditarik kesimpulan darinya. al-Farmawi, manâhij al-Mufassirîn, (Jeddah: Dar al-Basyir, 2008), h. 213
11
Abd al-hayy, Metode Tafsir Maudhu’i Dan Cara Penerapannya, alih Agus Mustofa, Tak Ada Azab Kubur?, Surabaya: Padma
bahasa Rosihon Anwar, Bandung: Pustaka Setia, 2002. H. 43-44 Press, 2008, h. 155
4

“Selama ini banyak yang beranggapan bahwa ‫ص ْي َحةً يَ ْس َم ُع َها‬ ِ ٍ ‫ضرب ِِبَطَا ِر َق ِمن ح ِد‬
َ ‫يح‬
ُ ‫ض ْربَةً فَ يَص‬
َ ‫يد‬ َ ْ ُ َ ْ ُ‫ت َوي‬
َ ‫ت َوََل تَلَْي‬ َ ْ‫ََل َد َري‬
badan orang meninggal mengalami )‫ْي(رواه خباري‬ ِ ْ َ‫َي الثَّ َقل‬ ِِ
َ ْ َ‫َم ْن يَليه غ‬
13
pembalasan berupa siksaan atau sebaliknya,
di dalam kubur. Pada waktu kecil, kita sering “Telah menceritakan kepada kami Ayyasy bin
mendengar pengajian di kampung dari guru Walid telah menceritakan kepada kami Abdul
atau orang-orang di sekitar kita, bahwa orang A'la telah menceritakan kepada kami Sa'id
yang meninggal bakal didatangi oleh malikat dari Qatadah dari Anas bin Malik radliallahu
Munkar dan Nakir. Mereka bertugas 'anhu bahwasanya dia menceritakan kepada
menanyai si orang meninggal tersebut. mereka bahwa Rasulullah bersabda: "Jika
“siapa Tuhanmu? Siapa nabimu? Apa seorang hamba (jenazahnya) sudah
kitabmu dan apa agamamu? Dan seterusnya. diletakkan didalam kuburnya dan teman-
Jika mayyit tidak bisa menjawab, maka temannya sudah berpaling dan pergi
malaikat bakal menghajarnya dengan meninggalkannya dan dia dapat mendengar
menggunakan cemati atau gada sampai gerak langkah sandal sandal mereka, maka
badannya hancur, kemudian dijepit oleh tanah akan datang kepadanya dua malaikat yang
yang merekalah.” keduanya akan mendudukkannya seraya
Gambaran-gambaran semacam itu masih keduanya berkata, kepadanya: "Apa yang
terekam kuat di benak kebanyakan kita. kamu ketahui tentang laki-laki ini,
Bukan hanya karena berulang kali dibacakan Muhammad Shallallahu alaihi wasallam?"
oleh ‘petugas’ kepada salah satu di antara kita bila seorang mu'min dia akan menjawab:
saat meninggal dan baru dikubur. Tetapi juga "Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah
dikarenakan cerita-cerita itu disebarkan dalam dan utusanNya". Maka dikatakan kepadanya:
bentuk komik-komik untuk konsumsi anak- "Lihatlah tempat dudukmu di neraka yang
anak, di zaman itu.Ketika dewasa saya Allah telah menggantinya dengan tempat
penasaran dan mencari sumber cerita itu duduk di surga. Maka dia dapat melihat
dalam al-Qur’an. Ternyata memang tidak keduanya". Qatadah berkata,: "Dan
memiliki pijakan yang kuat.12 diceritakan kepada kami bahwa dia (hamba
mu'min) akan dilapangkan dalam kuburnya".
Dari pendapatnya di atas, tampak jelas bahwa Kemudian dia kembali melanjutkan hadits
dia mengetahui bahwa banyak hadits yang Anas: "Dan adapun (jenazah) orang kafir
berbicara tentang azab kubur tetapi tidak dijadikan atau munafiq akan dikatakan kepadanya apa
sumber dalam penafsirannya bahkan tampak yang kamu ketahui tentang laki-laki ini?".
diabaikan. Komentarnya yang kedua tentang Maka dia akan menjawab: "Aku tidak tahu,
mayat yang didatangi oleh malaikat Munkar dan aku hanya berkata, mengikuti apa yang
Nakir di atas, dianggap sebagai cerita imajinatif dikatakan kebanyakan orang". Maka
belaka, padahal yang dia sebutkan tersebut dikatakan kepadanya: "Kamu tidak
sejatinya adalah sebuah hadits yang terdapat di mengetahuinya dan tidak mengikuti orang
dalam kitab Shahîh Bukhâri, no 1374: yang mengerti". Kemudian dia dipukul
dengan palu godam besar terbuat dari besi
‫س بْ ِن‬ ِ َ‫ادةَ َع ْن أَن‬ َ َ‫يد َحدَّثَنَا َعبْ ُد ْاْلَ ْعلَى َحدَّثَنَا َس ِعي ٌد َع ْن قَ ت‬ ِ ِ‫حدَّثَنَا َعيَّاش بن الْول‬
َ ُْ ُ َ sehingga mengeluarkan suara teriakan yang
ِ
‫ال إ َّن‬ َّ ِ
َ َ‫اَّللُ َعلَْيه َو َسل َم ق‬ َّ ‫صلى‬ َّ َِّ ‫ول‬ َّ ‫اَّللُ َعنْهُ أَنَّهُ َحدَّثَ ُه ْم أ‬ ِ
َّ ‫َمالك َرض َي‬ ٍ ِ dapat didengar oleh yang ada di sekitarnya
َ ‫اَّلل‬ َ ‫َن َر ُس‬
ِ‫ع نِعاِلِِم أ َََتهُ ملَ َكان‬ ِ ِ ‫الْع ْب َد إِذَا و‬ kecuali dua makhluq (jin dan manusia) ".
َ ْ َ َ ‫َص َحابُهُ َوإِنَّهُ لَيَ ْس َم ُع قَ ْر‬ ْ ‫ض َع ِِف قَ ِْْبه َوتَ َو ََّّل َع ْنهُ أ‬ ُ َ
‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َّ ‫صلَّى‬ ٍ ‫الرج ِل لِمح َّم‬
‫د‬ ‫ا‬‫ذ‬ ‫ه‬ ‫ِف‬ ِ ‫ول‬
ُ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ا‬ ‫م‬ ِ
ُ َ َ ْ ُ َ َ ُ َ َ َ ُ‫فَ ي‬
‫ت‬ ‫ن‬ ‫وَل‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ِ
‫ه‬ ِ
‫ان‬‫د‬ ِ
‫ع‬ ‫ق‬
ْ
َ َ ُ ُ َّ َ َ Oleh karena itu, maka dapat dikatakan bahwa
‫ال لَهُ انْظُْر إِ ََّل َم ْق َع ِد َك ِم ْن‬ َِّ ‫ول أَ ْشه ُد أَنَّه عب ُد‬
ُ ‫اَّلل َوَر ُسولُهُ فَ يُ َق‬ ْ َ ُ َ ُ ‫فَأ ََّما ال ُْم ْؤم ُن فَ يَ ُق‬
ِ Agus Mustofa tidak teliti dalam berkomentar di
ِ dalam bukunya. Hadits yang ia anggap sebagai
ُ‫ادةُ َوذُكِ َر لَنَا أَنَّه‬ َ َ‫ال قَ ت‬ َ َ‫َج ًيعا ق‬ َِ ‫اُهَا‬ ِ ِِ َّ ‫َك‬
ََ َ‫اَّللُ به َم ْق َع ًدا م ْن ا ْْلَنَّة ف‬
ُ ‫َي‬ َ ‫النَّا ِر قَ ْد أَبْ َدل‬ cerita-cerita orang itu nyatanya jelas terdapat di
ُ‫ال لَه‬ ُ ‫ال َوأ ََّما ال ُْمنَافِ ُق َوالْ َكافِ ُر فَ يُ َق‬ َ َ‫س ق‬ ٍ َ‫يث أَن‬ ِ ‫ي ْفسح لَهُ ِِف قَ ِْْبهِ ُُثَّ رجع إِ ََّل ح ِد‬
َ َ ََ َُ ُ dalam kitab hadits dan berkualitas shahîh.
‫ال‬ُ ‫َّاس فَ يُ َق‬
ُ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ول‬
ُ ‫ق‬
ُ ‫ي‬
َ َ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ول‬
ُ ‫ق‬
ُ َ
‫أ‬ ‫ت‬ ‫ن‬
ُْ ْ ‫ك‬ُ ‫ي‬ ‫ر‬ِ ‫د‬ َ‫أ‬ ‫َل‬ َ ‫ول‬
ُ ‫ق‬
ُ ‫ي‬ ‫ف‬
َ
َ ُ ‫ل‬ِ ‫ج‬ ‫الر‬
َّ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ ‫ه‬
َ ِ
‫ِف‬ ‫ول‬
ُ ‫ق‬
ُ َ َ ‫َما ُك ْن‬
‫ت‬ ‫ت‬ Di sisi lain, aspek pengumpulan ayat dalam
satu tema yang menjadi ciri khas metode Puzzle,
tidak jelas rujukannya dalam mengumpulkan ayat-

Abu Abdullah Muhammad Ibn Isma’îl al-Bukhârî, Al-Jâmi’


13
12
Ibid., h. 157-158 al-Shahîh, Juz I, Kairo: Mathba’ah as-Salafiyah, 1980, h. 424
5

ayat tersebut. Agus Mustofa berpendapat sebagai Al-Mâidah ayat 18, 40


berikut: Al-Ankabût ayat 21
“Hal yang menarik pertama adalah, kata Al-Ahzâb ayat 24, 73
“azab kubur” tidak ditemukan di dalam al- Al-Fath ayat 6
Qur’an, kata azab diulang sebanyak 358 kali, Al-Fajr ayat 25
dan tidak satu pun mengenai azab kubur. 14 ‫ يع ِّذبكم‬Al-Mâidah ayat 18
Kalau tidak “azab dunia”, ya menyebut “azab Al-Taûbah ayat 39
akhirat.”14 Al-Isrâ’ ayat 54
Saya cari kata “siksa” dengan berbagai Al-Fath ayat 16
bentuknya, seperti siksaan, disiksa, menyiksa 15 ‫ يع ِّذبنا‬Al-Mujâdalah ayat 8
dan sebagainya. Terdapat 193 kali. Tetapi
sekali lagi saya tidak menemukan siksa yang
16 ‫ يع ِّذبه‬Al-Kahfi ayat 18
Al-Fath ayat 16
berkaitan dengan siksa kubur. Saya cari lagi
Al-Ghâsyiyah ayat 24
lewat kata kubur, dikubur dan mengubur.
Terdapat 23 kali, lagi-lagi tidak ada yang
17 ‫ يع ِّذهبم‬Alî Imrân ayat 128
Al-Nisâ’ ayat 173
bercerita tentang siksa kubur.”15
Al-Anfâl ayat 33, 34
Al-Taûbah ayat 14, 55, 74, 85,
Penulis mencoba untuk menelusuri lafadz-
106
lafadz yang telah ditelusuri Agus Mustofa tersebut
dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al- 18 ‫ العذاب‬Al-Baqarah ayat 7, 10, 49, 85, 86,
Qur’ân al-Karîm, dan ternyata hasilnya berbeda. 90, 96, 104, 114, 126, 162, 165,
Dia menemukan lafadz “azab” beserta derivasinya 165, 166, 174, 175, 178, 201
dalam al-Qur’an dengan total 358 ayat, sedangkan Alî Imrân ayat 4, 16, 21, 77, 88,
dari hasil penelusuran penulis terkait lafadz yang 91, 105, 106, 176, 177, 178, 181,
sama, ternyata hasilnya berbeda, lafadz “azab” 188, 188, 191
diulang sebanyak 370 kali di dalam al-Qur’an. Al-Nisâ’ ayat 14, 25, 56
Rinciannya adalah sebagai berikut:16 Al-Mâidah ayat 33, 36, 36, 37,
41, 73, 80, 94
Tabel 1 kumpulan Lafaz Azab dalam Al-Qur’an Al-An’âm ayat 15, 30, 40, 47, 49,
70, 93, 124, 157
No Kosa Surat dan ayat
Al-A’râf ayat 29, 59, 73, 141,
kata
165, 167
‫ ع ّذب‬Al-Taûbah ayat 22, 26 Al-Anfâl ayat 14, 32, 35, 50, 68
2 ‫ لع ّذبنا‬Al-Fath ayat 25 Al-Taûbah ayat 3, 34, 52, 61, 68,
3 ‫ ع ّذبناها‬Al-Thalâq ayat 8 79, 90, 101
Yûnus ayat 4, 15, 52, 54, 70, 88,
4 ‫ لع ّذهبم‬Al-Hasyr ayat 3 97, 98
5 ‫ َلع ّذبنه‬Al-Naml ayat 21 Hûd ayat 3, 8, 20, 26, 39, 39, 48,
58, 64, 76, 84, 93, 103
6 ‫ أع ِّذبه‬Al-Mâidah ayat 115, 115
Yûsuf ayat 25, 107
7 ‫ فأع ِّذهبم‬Alî Imrân ayat 56 Al-Ra’d ayat 34, 34
‫ب‬ ِ Ibrâhîm ayat 2, 6, 17, 21, 22, 44
8 َ ‫ تع ّذ‬Al-Kahfi ayat 86
Al-Hijr ayat 50
9 ‫ تع ِّذهبم‬Al-Mâidah ayat 118, Al-Nahl ayat 26, 45, 63, 85, 88,
Thâha ayat 47
ِ 94, 104, 106, 113, 117
10 ‫ب‬ْ ‫ نع ّذ‬Al-Taûbah ayat 66 Al-Isrâ’ ayat 57
11 ‫ نع ِّذبه‬Al-Kahfi ayat 87 Al-Kahfi ayat 55,58
12 ‫ سنع ِّذهبم‬Al-Taûbah ayat 101 Maryam ayat 45, 75, 79
Thâha ayat 48, 61, 127, 134
13 ‫ يع ِّذب‬Al-Baqarah ayat 284 Al-Anbiyâ’ ayat 46
Alî Imrân ayat 129 Al-Hajj ayat 2,4, 9, 18, 22, 25,
47, 55, 57
14 Agus Mustofa, Tak Ada Azab Kubur?, op.cit, h. 148
15
Ibid., h. 152
Al-Mu’minûn ayat 64, 76, 77
16
Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Al-Nûr ayat 8, 11, 14, 19, 23, 63
Alfâdz al-Qur’ân al-Karîm, (Kairo: Dar al-Hadîts, 1364 H), h. 450- Al-Furqân ayat 42, 65, 69
455
6

Al-Syuarâ’ ayat 135, 156, 158, Al-Isrâ’ ayat 10, 58


189, 189, 201 Al-Kahfi ayat 87
Al-Naml ayat 5 Thâha ayat 71
Al-Qashâsh ayat 64 Al-Furqân ayat 19, 37
Al-Ankabût ayat 10, 23, 29, 53, Al-Naml ayat 21
53, 54, 55 Shâd ayat 61
Al-Rûm ayat 16 Fushilat ayat 27
Luqmân ayat 6, 7, 21, 24 Al-Fath ayat 16, 17, 25
Al-Sajadah 14, 20, 21, 21 Al-Thûr ayat 47
Al-Ahzâb ayat 30, 68 Al-Mujâdalah ayat 15
Sabâ’ ayat 5, 8, 12, 14, 33, 38, Al-Thalâq ayat 8, 10
42, 46 Al-Jin ayat 17
Fâthir ayat 7, 10 Al-Muzammil ayat 13
Yâsîn ayat 18 Al-Insân Ayat 31
Al-Shâfât ayat 9, 33, 38 Al-Nabâ’ ayat 30, 40
Shâd ayat 26, 41 19 ِ
‫ بعذابكم‬Al-Nisâ’ ayat 147
Al-Zumar ayat 13, 19, 24, 25, 26, 20 ‫ أفبعذابِنا‬Al-Syuarâ’ ayat 204
40, 40, 47, 54, 55, 58, 71 Al-Shâfât ayat 176
Ghâfir ayat 7, 45, 46, 49
21 ‫ عذابّه‬Yûnus ayat 50
Fushilat ayat 16, 16, 17, 50
Al-Isrâ’ ayat 57
Al-syûra ayat 16, 21, 26, 42, 44,
45
22 ‫عذاهبا‬
َ Al-Furqân ayat 65
Fâthir ayat 36
Al-Zukhrûf ayat 39, 48, 50, 65,
74
23 ‫عذاهبُما‬ Al-Nûr ayat 2
Al-Dukhân ayat 11, 12, 15, 30, 24 ‫ عذايب‬Al-A’raf ayat 156
48, 56 Ibrâhîm ayat 7
Al-Jâtsiyah ayat 8, 9, 10, 11 Al-Hijr ayat 50
Al-Ahqâf ayat 20, 21, 24, 31, 34 Al-Qamar ayat 16, 18, 21, 30, 37,
Qâf ayat 26 39
Al-Dzâriyat ayat 37 25 ِ
‫ مع ّذ ُهبُ ْم‬Al-A’râf ayat 164
Al-Thûr ayat 7, 18, 27 Al-Anfâl ayat 33
Al-Qamar ayat 38 27 ‫ مع ّذبوها‬Al-Isrâ’ ayat 58
Al-Hadîd ayat 13, 20 27 ‫ مع ِّذبْي‬Al-Isrâ’ ayat 15
Al-Mujâdalah ayat 4, 5, 16
Al-Hasyr ayat 3, 15 28 َّ
‫معذبْي‬ Al-Syuarâ’ ayat 138, 213
Al-Shâf ayat 10 Sabâ’ ayat 35
Al-Taghâbun ayat 5 Al-Shâfât ayat 59
Al-Mulk ayat 5, 6, 28 29 ‫ْب‬
ٌ ‫ عذ‬Al-Furqân ayat 53
Al-Qalam ayat 33, 33 Fâthir ayat 12
Al-Ma’ârij ayat 1, 11, 27, 28
Nûh ayat 1 Terkait lafadz “kubur” dan padanannya Agus
Al-Insyiqâq ayat 24 Mustofa menemukan 23 ayat, sedangkan penulis
Al-Burûj ayat 10, 10 melalui kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al-
Al-Ghâsyiyah ayat 24 Qur’an al-Karîm dan kitab Fath al-Rahmân li
Al-Fajr ayat 13 Thâlib Âyât al-Qur’an memperoleh hasil dalam
ِ‫ عذاب‬Shâd ayat 8 kedua kitab tersebut lafadz “Qubr” dan
padanannya berjumlah 8 ayat. Dengan rincian, satu
ً‫ عذاب‬Alî Imrân ayat 56 kali dalam bentuk kata kerja “aqbarah” dalam
Al-Nisâ’ ayat 18, 37, 93, 102, surat ‘Abasa ayat 21, satu kali dalam bentuk isim
138, 151, 161, 173 mufrad “Qabr” dalam surat al-Taûbah ayat 84,
Al-Mâidah ayat 115 dalam bentuk jamak “qubûr” terulang sebanyak
Al-An’âm ayat 65 lima kali yaitu dalam surat al-Hajj ayat 7, Fâthir
Al-A’râf ayat 38, 164 ayat 22, al-Mumtahamah ayat 13, al-Infithâr ayat
Al-Taûbah ayat 39, 74 3, al-‘Âdiyât ayat 9. Lalu dalam bentuk kata
Al-Nahl ayat 88
7

“maqâbir” satu kali dalam surat al-Takâtsur ayat Syu'bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa'ad
2. bin Ubadah dari Al Bara' bin 'Azib
Hasil penelusuran berbeda juga terjadi pada radliallahu anhuma dari Nabi Shallallahu
lafadz “barzakh”, Agus Mustofa hanya alaihi wasallam bersabda: "Apabila
mendapatkan 2 ayat yaitu al-Mu’minûn ayat 100 (jenazah) seorang muslim sudah didudukkan
dan al-Rahmân ayat 20, sementara itu penulis dalam kuburnya maka dia akan dihadapkan
mendapatkan 3 ayat yaitu dalam surat al- (pertanyaan malaikat), kemudian ia bersaksi
Mu’minûn ayat 100, al-Rahmân ayat 20 dan al- bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah
Furqân ayat 53.17 kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah.
Dari gambaran di atas tampak bahwa Agus Itulah perkataan seorang muslim
Mustofa hanya mengambil sumber dari terjemahan sebagaimana firman Allah ("Allah akan
al-Qur’an bahasa Indonesia. Terbukti dengan meneguhkan (iman) orang-orang yang
penelusuran kata “siksa”, kata “siksa” hanya beriman dengan ucapan yang teguh itu").”
terdapat dalam terjemahan al-Qur’an bahasa
Indonesia dan makna terdekat d kata tersebut Salah satu dalil lain yang dilewatkan oleh
adalah kata azab yang terdapat dalam al-Qur’an. Agus Mustofa adalah:
Saat melakukan pendalam, ternyata ada ayat 
yang ditafsirkan oleh mayoritas mufassir sebagai  ➔⬧
dalil tentang adanya pertanyaan malaikat dan azab ◼ 
kubur. yakni surat Ibrahim ayat 27 yang berbunyi:  ⧫⬧☺
 →⬧ ⧫❑☺◼➔⬧ ❑ 
❑⧫◆  
❑⬧
  “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.
❑◆⧫ Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
◆ ◆ Janganlah begitu, kelak kamu akan
◆  ⧫ mengetahui (akibat perbuatanmu itu).” (Q.S.
 ✓☺→  al-Takâtsur : 1-3)
⧫  ➔⧫◆
 ⧫⧫ Al-Thabarî mengatakan bahwa Ayat ini
merupakan dalil atas kebenaran azab kubur, karena
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang Allah menyebutkan kubur dan memberitakan
yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu kepada kaum yang lalai dan gemar menumpuk
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan harta, kelak mereka akan tahu apa yang akan
Allah menyesatkan orang-orang yang zalim menimpa mereka ketika dimasukkan ke kubur.
dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” Berita ini ancaman dan intimidasi bagi mereka.19
Penafsiran ini diperkuat oleh sebuah riwayat
Redaksi hadits yang menyebutkan tentang dari ‘Ali ibn Abi Thâlib RA, yang awalnya ragu
ayat tersebut adalah sebagai berikut: tentang kebenaran adanya azab kubur, sehingga ia
‫ص بْ ُن ُع َم َر َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ َع ْن َعلْ َق َمةَ بْ ِن َم ْرثَ ٍد َع ْن َس ْع ِد بْ ِن‬ ُ ‫َحدَّثَنَا َح ْف‬ yakin saat turun ayat ini َّ‫ َكال‬,‫ْم َقابَِر‬
َ ‫اَ ِْلَا ُك ُم التَّ َكاثُ ُر َح ََّّت ُزْرُُتُ ال‬
‫اَّللُ َعلَيْ ِه‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ‫بر‬ ِ
َ ‫َّب‬ ِّ ِ‫اَّللُ َع ْن ُه َما َع ْن الن‬
َّ ‫ض َي‬ َ ٍ ‫عُبَ يْ َدةَ َع ْن ال َْْبَاء بْ ِن َعا ِز‬ ‫ف تَ ْعلَ ُم ْون‬
َ ‫ َس ْو‬tentang masalah azab kubur.20
َّ ‫ال إِذَا أُق ِْع َد ال ُْم ْؤِم ُن ِِف قَ ِْْبهِ أُِِتَ ُُثَّ َش ِه َد أَ ْن ََل إِلَهَ إََِّل‬
‫اَّللُ َوأَ َّن‬ َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬ Maka jelaslah bahwa metode Puzzle karya
َِّ ‫ول‬ Agus Mustofa masih jauh dari kelayakan untuk
)‫ت‬ ِ ِ‫اَّلل الَّ ِذين آمنُوا ِبلْ َقو ِل الثَّاب‬
ْ َ َ َُّ ‫ت‬ ُ ِّ‫ك قَ ْولُهُ (يُثَ ب‬َ ِ‫اَّلل فَ َذل‬ ُ ‫ُُمَ َّم ًدا َر ُس‬ dijadikan sebagai metode penafsiran al-Qur’an.
18
)‫(رواه خباري‬ Hal itu dikarenakan oleh tidak jelasnya sistematika
yang digunakan Agus Mustofa.
“Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin
Umar telah menceritakan kepada kami 2. Azab Kubur Menurut Agus Mustofa
Oleh karena Agus Mustofa dengan Metode
17
‘Ilmi Zadih Fu’âd ‘Abd al-Bâqi, Fathu al-Rahmân li Puzzle-nya menghindari sumber lain dalam
Thâlibi Ayat al-Qur’ân, (Bandung: CV. Diponegoro, t.t), h. 50
18
Abu Abdullah Muhammad ibn Isma’îl al-Bukhârî, Al-
Jâmi’ al-Shahîh, hadits nomor. 1369 op.cit., h. 421, hadits ini juga 19
Abi Ja’far Muhammad ibn Jarîr al-Thabarî, Jâmi’ al-
terdapat dalam kitab Shahîh Muslim hadits nomor 2871, Sunan al- Bayân ‘An Ta’wîl al-Qur’ân, (Gizah: Dar al-Hajar, 2001), juz 14, h.
Tirmidzî nomor hadits 3120, Sunan Abu Dâwûd hadits nomor 4750, 600
20
Sunan al-Nasâ’i hadits nomor 2056 dan 2057. Ibid.,
8

penafsiran al-Qur’an, maka hal tersebut langsung dengan alam kubur atau alam barzakh.22
berdampak pada pemikirannya tentang azab kubur. Dia percaya bahwa azab hanya diterima pada dua
Berikut ini adalah poin-poin inti dari penafsiran tempat, yaitu di dunia dan di akhirat.
Agus Mustofa terkait tema azab kubur: Contoh penafsiran Agus Mustofa tentang tak
ada azab kubur, ketika menjelaskan ayat Allah
a. Menafikan pertanyaan malaikat Azab
yang berbunyi:
kubur
Dalam bukunya “Tak Ada Azab Kubur?” ☺ ◼ ⧫◆
Agus Mustofa Berkomentar:  ◼⧫ ◆⧫
“Selama ini banyak yang beranggapan bahwa ⧫⬧  
badan orang meninggal mengalami ⬧◆ ◼ 
pembalasan berupa siksaan atau sebaliknya,  ⬧ ❑
di dalam kubur. Pada waktu kecil, kita sering  ⧫⬧ ⧫◆
mendengar pengajian di kampung dari guru  ⧫⧫ ⧫ 
 ⧫⬧ ❑⬧◆ 
atau orang-orang di sekitar kita, bahwa orang
 ❑☺→
yang meninggal bakal didatangi oleh malikat
❑ ⧫☺
Munkar dan Nakir. Mereka bertugas ➔⬧◼☺◆
menanyai si orang meninggal tersebut. ❑⧫
“Siapa Tuhanmu? Siapa nabimu? Apa 
kitabmu dan apa agamamu? Dan seterusnya. ❑
Jika mayyit tidak bisa menjawab, maka  →→
malaikat bakal menghajarnya dengan ⧫ ⧫❑◆
menggunakan cemati atau gada sampai ❑ ⧫
badannya hancur, kemudian dijepit oleh tanah  ☺
yang merekalah.”  ◼⧫ ⧫❑❑→⬧
Gambaran-gambaran semacam itu masih ⧫ ◆
terekam di benak kita. Bukan hanya karena ⧫ ◆
berulang kali dibacakan oleh ‘petugas’ kepada ⧫◆
salah satu di antara kita saat meninggal dan  ⧫⧫◼
baru dikubur. Tetapi juga dikarenakan cerita-
cerita itu disebarkan dalam bentuk komik “Dan siapakah yang lebih zalim daripada
untuk konsumsi anak-anak, di zaman itu. orang yang membuat kedustaan terhadap
Ketika dewasa saya penasaran dan mencari Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan
sumber cerita itu dalam al-Qur’an. Ternayata kepada saya", Padahal tidak ada diwahyukan
memang tidak memiliki pijakan yang kuat.21 sesuatu pun kepadanya, dan orang yang
berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa
Menurut analisa penulis, dia sudah yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya
mengingkari komentarnya sendiri karena Sekiranya kamu melihat di waktu orang-
menurutnya untuk mendapatkan penafsiran dan orang yang zalim berada dalam tekanan
pemahaman holistik tentang suatu tema dalam al- sakratul maut, sedang Para Malaikat
Qur’an haruslah terkumpul semua ayat yang memukul dengan tangannya, (sambil
berkaitan. perihal pertanyaan malaikat dalam berkata): "Keluarkanlah nyawamu" di hari
kubur ternyata ada ayat yang dijadikan dalil oleh ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat
mayoritas mufassir, yaitu surat Ibrâhîm ayat 27, menghinakan, karena kamu selalu
ditopang juga oleh hadits tentang peneguhan mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang
terhadap orang-orang beriman baik di dunia tidak benar dan (karena) kamu selalu
maupun akhirat (barzakh). menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-
Nya.” (Q.S. al-An’âm : 93)
b. Menafikan adanya azab kubur
Agus mustofa berpendapat bahwa tidak sekali Dia mengatakan bahwa malaikat memukul
pun al-Qur’an yang menyebutkan adanya azab orang kafir saat sakaratul maut, dan mengatakan
kubur. Menurutnya, dari sekian banyak kata ‘azab’ “Keluarkanlah nyawamu”. Tentu saja ini
di dalam al-Qur’an tidak pernah dihubungkan menunjukkan siksa itu terjadi saat nyawa masih

21 22
Agus Mustofa, Tak Ada Azab Kubur?, op.cit., h. 157-158 Ibid., h. 208
9

berada di dalam tubuh. Tak ada lagi siksaan badan Pada dasarnya menurut Agus Mustofa ada
setelah itu, yang tersisa adalah siksa yang lebih ayat yang berbicara tentang keadaan manusia di
besar akan didapati di dalam neraka.23 alam barzakh. Beliau mengutip firman Allah:
Menurut analisa penulis, Agus Mustofa tidak  ⬧◆❑⬧
menafsirkan ayat ini secara keseluruhan, karena ⧫ ⧫
dia hanya menafsirkan ayat ini hingga pada ⬧⧫◼◆  ⧫
potongan kalimat ‫ولوترى إذ الظاملون ِف غمرات املوت‬ ⧫❑⧫ ⧫
➔ ❑
‫أنفسكم‬ ‫أخرجوآ‬ ‫ايديهم‬ ‫واملل ئكة بسطوآ‬
(Alangkah  
dahsyatnya Sekiranya kamu melihat di waktu ◼⧫ ❑→⧫➔
orang-orang yang zalim berada dalam tekanan  ⧫◆ 
sakratul maut, sedang para malaikat memukul ❑→⬧ ⧫❑⧫◆
dengan tangannya, (sambil berkata): ➔⧫
"Keluarkanlah nyawamu"). Tidak salah apa yang ⧫◆ ❑➔
beliau tafsirkan hingga penggalan ayat ini. Namun  ❑⧫
setelah penggalan ayat tersebut ada keterangan  ➔
mengenai siksa yang akan mereka terima saat
sakaratul maut dan juga setelahnya (barzakh). “Di “Maka Allah memeliharanya dari kejahatan
hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta
menghinakan”, yang ditafsirkan oleh sebagian kaumnya dikepung oleh azab yang amat
ulama adalah azab kubur. buruk. kepada mereka dinampakkan neraka
pada pagi dan petang dan pada hari
Penggalan ayat ‫اليوم خترجون عذاب اِلون ِبا كنتم تقولون‬
terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada
‫“ علي هللا غَي احلقوكنتم عن ايته تستكْبون‬Di hari ini kamu malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan
dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, kaumnya ke dalam azab yang sangat keras".
karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (Q.S. Ghâfir : 45-46).
(perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu
selalu menyombongkan diri terhadap ayat- Terkait dengan ayat ini, dia berpendapat
ayatNya.” Ibn al-Qayyim menafsirkan penggalan bahwa orang kafir “maksimal” akan ditampakkan
ayat ini bahwa ketika roh telah keluar dari jasad neraka pagi dan sore sebagai siksa jiwa26 dalam
maka para malaikat mengabarkan bahwa mereka bentuk teror mental di alam kubur. Menurutnya,
(orang-orang zalim itu) akan mendapat balasan pada fase ini manusia yang mati belum diadili.
berupa siksaan yang hina. Jika sekiranya azab itu Kalau belum diadili mengapa bisa disiksa? Yang
ditangguhkan sampai kiamat, maka tidak akan akan menerima siksa ini adalah orang-orang yang
dikatakan “Di hari ini kamu dibalas”.24 khusus disebutkan al-Qur’an yang terbukti
al-Sa’adi mengatakan ayat tersebut melawan Allah dan rasul, seperti Fir’aun dan
mengindikasikan tentang adanya azab kubur. pengikutnya, Abu Lahab beserta istrinya.27
Pembicaraan dan azab yang diarahkan kepada Pendapat Agus Mustofa ini berseberangan
orang zalim terjadi pada hari kematian, sebelum dengan pendapat ahlus sunnah wal jamâah,
dan sesudahnya. Ini juga menunjukkan bahwa roh sebagaimana pendapat al-Utsaimin bahwa
adalah materi, ia keluar dan masuk, diajak bicara, madzhab ahlu sunnah dan dan para imam
tinggal di dalam tubuh dan meninggalkannya.25 mengatakan bahwa azab dan nikmat dialami roh
Dari penafsiran Agus Mustofa tersebut,
26
terlihat bahwa aplikasi metode penafsirannya Agus Mustofa beranggapan bahwa yang bertanggungjawab
atas perbuatan manusia di dunia adalah jiwa, bukan badan dan juga
belum utuh sepenuhnya. Memotong penafsiran bukan roh. Karena menurutnya manusia terdiri dari 3 unsur, Badan,
sebelum berakhirnya sebuah ayat yang masih jiwa dan roh. ketiganya berbeda. Badan bersifat fisik–materi, jiwa
bersifat energi dan ruh adalah eksistensi ilahiah. Tak Ada Azab
samar keterangannya tentu akan menjadikan suatu Kubur?, op.cit., h. 84. Jiwa berfungsi sebagai badan energial,
penafsiran menjadi tidak sempurna dan bahkan sedangkan roh berfungsi sebagai sumber kehidupan yang
berpeluang menghasilkan penafsiran yang keliru. menyebabkan jiwa bisa beraktifitas lewat badan bioplasmanya.
Artinya di alam barzakh yang akan menerima teror adalah jiwa, bukan
roh atau badan. Ibid., h. 92. Berbeda dengan Ibn hajar yang
mengatakan bahwa ahlu sunnah berpendapat bahwa nafs (jiwa) dan
roh merupakan satu unsur berdasarkan firman Allah “Keluarlah jiwa-
23Ibid., h. 161 jiwa kalian” (al-An’am: 93) yang ditafsirkan sebagia roh, hal ini
24
Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, Al-Rûh, (Sukoharjo: Insan sejalan dengan firman Allah “dan mereka bertanya kepadamu tentang
Kamil, 2014), h. 155 roh” surah al-Isra’ ayat 85, Al-Imam al-Hafidz al-Asqalani, Fathul
25
Abd al-Rahmân al-Sa’adi, Tafsîr al-Karîm al-Rahmân fî bâri,Syarah Shahîh Bukhâri, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), h. 387
27
Tafsîr Kalâm al-Manân, (Jakarta: Darul Haq, 2014), Juz 2, h. 534 Ibid., h. 215
10

dan jasad. Setelah roh keluar dari jasad maka roh bahasa, ahli ilmu kalam, ahli ilmu sosial,
bisa merasakan nikmat atau azab dan terkadang budaya, teknologi, politik dan sebagainya.”31
berhubungan dengan badan, azab dan nikmat itu
maka badan pun bisa merasakan nikmat dan azab Hal ini tentu bertolak belakang dengan
itu.28 Pendapat itu dikuatkan oleh firman Allah: praktek penafsiran Agus Mustofa. Masih banyak
◆◆ ❑⬧ ayat-ayat yang berkaitan dengan azab kubur yang
✓⧫⧫ ⧫ dia tafsirkan sendiri tanpa merujuk pada langkah-
◆⧫◆◆ langkah metodologis seperti yang banyak
✓⧫⧫ dicontohkan oleh pakar-pakar tafsir pendahulunya.
◆⧫⬧ Penulis mencoba mengutip beberapa hadits
⬧ ❑ dari kitab-kitab hadits terkemuka tentang azab
 ⚫ ◼ kubur, di antaranya adalah sebagai berikut:
ٍ ‫ث َعن أَبِ ِيه َعن مسر‬ ُ ‫ْبِِن أَِيب َع ْن ُش ْعبَةَ ََِس ْع‬
  ‫وق‬ ُْ َ ْ ْ َ ‫ت ْاْلَ ْش َع‬ ََ ‫َحدَّثَنَا عَبْ َدا ُن أَ ْخ‬
‫اب‬ ِ َّ ‫اَّللُ َع ْن َها أ‬
َّ ‫ض َي‬ ِ ‫شةَ ر‬ ِ
Mereka menjawab: "Ya Tuhan Kami Engkau َ ‫ت َع َذ‬ ْ ‫ت َعلَ ْي َها فَ َذ َك َر‬ ْ َ‫َن يَ ُهوديَّةً َد َخل‬ َ َ ‫َع ْن َعائ‬
َِّ ‫ول‬ َ ِ‫َت َعائ‬ ِ ِ َّ ‫َت َِلا أَعاذَ ِك‬
telah mematikan Kami dua kali dan telah ‫اَّلل‬ َ ‫شةُ َر ُس‬ ْ ‫سأَل‬ َ َ‫اَّللُ م ْن َع َذاب الْ َق ِْْب ف‬ َ َ ْ ‫الْ َق ِْْب فَ َقال‬
menghidupkan kami dua kali (pula), lalu ِ ‫اَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم َع ْن َع َذ‬
ْ ‫اب الْ َق ِْْب قَال‬
‫َت‬ ُ ‫ال نَ َع ْم َع َذ‬ َ ‫اب الْ َق ِْْب فَ َق‬ َ َّ ‫صلَّى‬ َ
Kami mengakui dosa-dosa kami. Maka
َّ ِ َّ ‫صلى‬
‫اَّللُ َعلَ ْيه َو َسل َم بَ ْع ُد‬ َّ َِّ ‫ول‬ ِ
َّ ‫شةُ َرض َي‬ ِ
Adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk َ ‫اَّلل‬ َ ‫ت َر ُس‬ ُ ْ‫اَّللُ َع ْن َها فَ َما َرأَي‬ َ ‫َعائ‬
keluar (dari neraka)?" (Q.S. Ghâfir : 11) ‫اب الْ َق ِْْب َحق )رواه‬ ُ ‫اد غُنْ َد ٌر َع َذ‬ َ ‫اب الْ َق ِْْب َز‬ِ ‫ص َالةً إََِّل تَ َع َّوذَ ِم ْن عَ َذ‬ َ ‫صلَّى‬ َ
Al-Qurtubî berpendapat bahwa ayat ini
32
)‫البخاري‬
dijadikan dalil di kalangan ulama terkait “Telah menceritakan kepada kami 'Abdan
pertanyaan kubur. Seandainya pahala dan telah mengabarkan bapakku kepadaku dari
hukuman hanya ditimpakan pada roh tanpa Syu'bah; aku mendengar al-Asy'ats dari
dirasakan jasad, lalu apa artinya menghidupkan bapaknya dari Masruq dari 'Aisyah
dan mematikan? Bagi kalangan yang membatasi radliallahu 'anha (berkata); ada seorang
hukum akhirat hanya berlaku bagi roh saja, maka wanita Yahudi menemuinya lalu
harus diketahui bahwa roh tetap hidup, tidak mati, menceritakan perihal siksa kubur kemudian
tidak berubah dan tidak binasa. Ia akan tetap hidup berkata (kepada Aisyah radliallahu 'anha);
tanpa tersentuh kematian dan kebinasaan.29 "Semoga Allah melindungimu dari siksa
Keenganan Agus Mustofa mengutip sumber kubur". Kemudian setelah itu 'Aisyah
dari hadits, pendapat sahabat dan mufassir yang radliallahu 'anha bertanya kepada
lain menunjukkan bahwa beliau tidak konsisten Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
dengan pendapatnya sendiri. Dalam bukuya dia perihal siksa kubur, maka Beliau menjawab:
mengatakan: "Ya benar, siksa kubur itu ada". Kemudian
“Ilmu adalah karya yang bersifat kolektif, 'Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Maka
tidak mungkin kita memahami ilmu yang sejak itu aku tidak melihat Rasulullah
demikian kompleks hanya sendirian. Pasti Shallallahu 'alaihi wasallam setelah
kita menggunakan karya-karya pendahulu melaksanakan shalat kecuali Beliau
kita untuk melakukan kajian-kajian ke arah memohon perlindungan dari siksa kubur".
masa depan.30 Ghundar menambahkan: "Siksa kubur itu
Demikian pula dalam hal bahasa al-Qur’an. benar adanya".
Untuk memahami Qur’an kita bisa ٍ ‫اه ٍد َع ْن طَ ُاو‬ِ َ‫ش َعن ُُم‬
manfaatkan karya-karya ahli bahas dalam
‫س َع ْن ابْ ِن‬ ْ ِ ‫َحدَّثَنَا قُتَ ْي بَةُ َحدَّثَنَا َج ِر ٌير َع ْن ْاْلَ ْع َم‬
َ ‫ْبيْ ِن فَ َق‬
‫ال‬ َّ ِ َّ ‫صلَّى‬ ُّ ِ‫اَّللُ َع ْن ُه َما َم َّر الن‬
َّ ‫ض َي‬ ِ ‫اس ر‬
َ ٍ َّ‫َعب‬
bentuk terjemahan, tafsir, kamus bahasa َ ْ َ‫اَّللُ َعلَيْه َو َسل َم َعلَى ق‬ َ ‫َّب‬
‫َح ُد ُُهَا فَ َكا َن يَ ْس َعى‬ ِ
َ َ‫إِ ََّّنُ َما لَيُ َع َّذ َب ِن َوَما يُ َع َّذ َب ِن م ْن َكبِ ٍَي ُُثَّ ق‬
Arab, karya-karya sastra atau bahkan bekerja
َ ‫ال بَلَى أ ََّما أ‬
dalam sebuah tim yang terdiri dari ahli

31
Ibid.,
28
Muhammad ibn Shâlih al-Utsaimin, Syarah Lum’atul Abu Abdullah Muhammad ibn Isma’îl al-Bukhâri, hadits
32
I’tiqâd, (Jakarta: Darul Haq, 2012), h. 390 nomor. 1372, loc.cit., Hadits ini juga dikutip oleh Imam Muslim,
29Abi ‘Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakr al-
nomor hadits 584, al-Nasâ’î nomor hadits 1476, Ahmad bin Hanbâl
Qurtubî, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, Beirut: Muassasah al-Risâlah, nomor hadits 24520, Berdasarkan kritik sanad dan matan disimpulkan
2006.Juz 18, h. 336 bahwa hadits shahîh dan dapat diterima (maqbul) dan dapat dijadikan
30 Agus Mustofa, Memahami al-Qur’an Dengan Metode
sebagai hujjah. Lihat,“Fahrurrazil Baqi, Hadits Tentang Siksa kubur,
Puzzle, op.cit, h. 151 op.cit, h. 109
11

‫ودا َرطْبًا‬
ً ُ‫ال ُُثَّ أَ َخ َذ ع‬ َ َ‫َح ُد ُُهَا فَ َكا َن ََل يَ ْستَِِتُ ِم ْن بَ ْولِ ِه ق‬
َ ‫يمة َوأ ََّما أ‬
ِ ‫َّم‬ ِ
َ ‫ِبلن‬ bentuk penerimaan kabar yang bersumber dari
mereka. Pertama, ada yang secara langsung dapat
‫ف‬ َ َ‫اح ٍد ِم ْن ُه َما َعلَى قَ ٍْْب ُُثَّ ق‬
ُ ‫ال ل ََعلَّهُ ُُيََّف‬ ِ ‫ْي ُُثَّ غَرَز ُك َّل و‬
َ َ ِ ْ َ‫فَ َكس َرهُ ِبثْ نَ ت‬
َ diterima oleh akal. Kedua, ada kabar yang tidak
33
)‫سا )رواه البخاري‬ َ َ‫َع ْن ُه َما َما ََلْ يَ ْي ب‬ mampu diterima oleh akal namun harus dipahami
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah dengan keimanan. Azab dan nikmat kubur adalah
telah menceritakan kepada kami Jarir dari persoalan gaib. Hal ini tidak bisa dijelaskan
al-A'masy dari Mujahid dari Thowus dari dengan akal pikiran manusia yang terbatas
Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma bahwa: jangkauannya tentang hal tersebut. Namun
Nabi Shallallahu 'alaihiwasallam berjalan keterangan yang bersumber dari hadits-hadits yang
melewati dua kuburan lalu Beliau bersabda: dibawa oleh Nabi Muhammad tentang berita dan
"Keduanya sungguh sedang disiksa, dan kejadian di alam barzakh tentu tidak bisa dinafikan
tidaklah keduanya disiksa disebabkan karena begitu saja.
berbuat dosa besar. Kemudian Beliau Sangagahan kedua, pemahaman terhadap
bersabda: "Demikianlah. Adapun yang satu sabda rasulullah yang sempit dan kesalahan dalam
disiksa karena selalu mengadu domba sedang memahaminya. Sehingga terjadilah kekeliruan
yang satunya lagi tidak bersuci setelah dikarenakan menuruti hawa nafsu dan
kencing." Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhu: mengkesampingkan wahyu.
Kemudian Beliau mengambil sebatang dahan Sanggahan ketiga, Allah ciptakan manusia
kurma lalu membelahnya menjadi dua bagian yang terdiri dari jasad dan roh dengan
kemudian menancapkannya pada masing- menetapkannya pada tiga tempat tinggal, dunia,
masing kuburan tersebut seraya berkata: barzakh dan akhirat dan ketiganya memiliki
"Semoga diringankan (siksanya) selama hukum sendiri-sendiri. Adapun hukum dunia
dahan ini masih basah". berlaku untuk badan dan roh. Oleh karena itu,
Terkait orang yang menafikan azab kubur, hukum syari’at diatur berdasarkan pada gerakan
mereka beralasan ketika mereka membongkar lisan dan anggota badan, bukan pada jiwa. Adapun
makam orang yang baru dikuburkan dan mereka hukum di alam barzakh berlaku dan didasari oleh
tidak mendapati adanya tanda malaikat menyiksa roh dan badan hanya mengikutinya. Di alam dunia,
mayat tersebut dengan tongkat besi, dan mereka roh mengikuti badan dalam hukum-hukum dunia,
tidak menemukan ular, kalajengking dan kobaran kenikmatan dan penderitaan yang dialami jasad
api yang menyala, keadaan dalam kubur ternyata berpengaruh dan menjalar kepada roh. Berbanding
tidak mengalami perubahan sejak saat pertama terbalik dengan itu, di alam barzakh badan
mayat diletakkan di dalamnya. Seandainya bagaikan kuburan bagi roh, sedangkan roh
diletakkan pun alat pengintai di antara kedua merupakan sesuatu yang tampak. Kenikmatan dan
matanya keadaan tersebut tidak akan berubah. siksaan yang dialami oleh roh berpengaruh dan
Lalu bagaimana bisa mayat tersebut didudukkan menjalar pula kepada jasad.
dan dan dipukul? Bagaimana bisa liang kubur Sanggahan keempat, hal-hal yang berkenaan
menjadi lapang bagaikan taman? dengan akhirat adalah persoalan gaib yang sengaja
Sekelompok ahli bid’ah yang meniadakan dibuat oleh Allah untuk tidak dapat diketahui oleh
kebenaran azab kubur beralasan ketika orang yang manusia di dunia. Hanya Allah yang mengetahui
mati disalib setelah sekian lama ternyata tidak segalanya secara pasti.
terlihat adanya penyiksaan, begitu juga orang yang Sanggahan kelima, Allah sengaja
dimakan binatang buas tenggelam dan sebagainya. menyembunyikan banyak hal yang terjadi di atas
Ibn Qayyim membantah hal tersebut dengan dunia. Termasuk juga hal-hal gaib padahal semua
beberapa sanggahan.34 Sanggahan Pertama, Para itu terjadi di sekitar manusia. Salah satunya adalah
Rasul tidak pernah mengabarkan sesuatu yang siksa kubur, malaikat menyiksa dan memukuli
dianggap mustahil secara akal. Terdapat dua manusia dengan cambuk besi dalam kuburnya,
namun tidak seorang pun yang menyaksikan dan
33
melihatnya. Hal tersebut karena Allah telah
Ibid., h, 423 Hadits ini juga diriwiyatkan oleh al-Nasâ’î
dalam bab al-Janâiz bab 116, Ibn Mâjah dalam al-Thaharah bab 19, memberi hijab kepada manusia berkaitan dengan
kualitas hadits ini shahîh. Ibnu Qayyim mengatakan bahwa sisksa hal-hal gaib tersebut. Di antara hikmah Allah
kubur akan datang karena perbuatan yang dianggap remeh, bahwa
nabi Muhammad melalui dua buah kuburan, dua orang penghuni
menyembunyikan hal-hal gaib, terutama urusan
kubur ini sedang disiksa. Keduanya disiksa lantaran hal yang mereka akhirat, nikmat dan siksa kubur, dan sejenisnya
anggap bukan dosa besar. Salah satunya karena tidak bersuci setelah agar manusia dapat bertahan hidup di dunia dan
kencing dan yang satu lagi karena suka mengadu domba. Lihat, Ibn
al-Qayyim al-Jauziyyah, al-Rûh, op.cit., h. 159 menjadi ujian keimanan bagi manusia.
34 Ibid., h. 136
12

Jika seandainya Allah membukakan rahasia merasakan siksa atau nikmat. Tidak ada yang
nikmat dan azab kubur dan urusan gaib lainnya mustahil bagi Allah. Apalagi jika hanya untuk
maka manusia akan dapat menyaksikannya secara menyatukan kembali jasad yang telah tercecer dan
langsung dan bisa mengganggu ketenangan hidup hancur. Dan seluruh manusia tidak akan lolos dari
sehingga muncul ketakutan terhadap hal yang kenikmatan dan azab dalam kubur.
berkenaan dengan kubur. Sanggahan ketujuh, sesungguhnya Allah
Sanggahan keenam, tidak ada halangan bagi telah menetapkan dua tempat kembali dan dua
roh untuk kembali kepada jasad, walaupun dalam kebangkitan setelah kematian manusia disertai
keadaan tersalib, terbakar, tenggelam, dimakan dengan pembalasan sesuai dengan amalan selama
hewan buas dan lain sebagainya. Persoalan itu di dunia. Kebangkitan yang pertama (shughra)
adalah rahasia Allah yang tidak mampu untuk maksudnya adalah roh manusia dipisahkan dari
ditangkap oleh panca indera manusia. jasadnya saat kematian. Kemudian keduanya akan
Sebagai perumpamaan, jangankan anggota dikumpulkan guna menerima balasan pertama di
badan yang terpisah dari jasad, hewan dan alam barzakh. Sedangkan kebangkitan yang kedua
tumbuhan juga diberikan rasa oleh Allah bahkan (kubra). Allah satukan kembali jasad dengan roh
mereka selalu tunduk dan bertasbih kepada Allah secara sempurna dan membangkitkan mereka dari
walaupun tidak disadari oleh manusia. Allah kubur untuk menghadapi azab dan kenikmatan
berfirman: yang lebih besar. Kedua jenis kebangkitan ini
⬧ ➔ disebutkan Allah dalam surat al-Mu’minun, al-
◆❑◆ Wâqiah, al-Qiyâmah, al-Fajr, al-Mutaffifîn, dan
◆  lain-lain.
◆   ⧫◆ Dari penafsiran Agus Mustofa terhadap tema
   azab kubur di atas, penulis berpendapat bahwa
◼⧫  Agus Mustofa belum pantas dikategorikan sebagai
⧫❑⬧⬧  ⬧◆ seorang mufassir karena penafsiran yang ia
  ⬧◼ lakukan tidak ilmiah sama sekali, dia tidak
☺ ⧫ memahami bahasa Arab dan kaidah-kaidahnya
 ❑→ Secara mendalam, padahal ilmu bahasa Arab
menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki oleh
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang seorang mufassir.
ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan Terkait dengan penerapan metode puzzle ini,
tak ada suatupun melainkan bertasbih tidak jelas bagaimana sistematika dan langkah-
dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian langkah kongkrit dalam proses penafsiran ayat al-
tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Qur’an, sehingga mengakibatkan pendapatnya
Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha sering bertabrakan dengan penafsiran ulama
Pengampun.” (Q.S. al-Isra’ : 44). terdahulu yang sangat hati-hati dan teliti dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.
Bahkan gunung sekalipun yang pada
hakikatnya merupakan makhluk mati tanpa 3. Kritik Terhadap Sumber Rujukan
disadari oleh manusia juga tunduk dan bertasbih Penafsiran Buku “Tak Ada Azab Kubur?”
kepada Allah. Firman Allah: Terkait tema azab kubur, al-Qur’an berulang
⧫  kali menjelaskannya dalam ayat-ayat
➔⧫ ⧫⧫ mutasyâbihât. Walaupun maknanya tidak
⬧ dijelaskan secara zhâhir namun secara tersirat
➔ banyak ayat yang mengindikasikan adanya azab
 ◆◆
kubur. Terlebih lagi banyak hadits Nabi yang
berkualitas shahîh berbicara tentang kebenaran
“ Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-
azab kubur. Sangat riskan jika seseorang yang
gunung untuk bertasbih bersama Dia (Daud)
menafsirkan ayat mutasyâbihât hanya
di waktu petang dan pagi.” (Q.S. Shâd: 18).
mengkompromikannya dengan ayat lain, karena
bisa jadi penjelasan suatu ayat mutasyâbihât tidak
Jadi oleh karena itu, jika hewan, tumbuhan
didapatkan dari ayat lain. Bisa saja penjelasan
bahkan benda mati seperti gunung saja memiliki
suatu ayat terdapat di dalam hadits dan keterangan
rasa, apalagi badan manusia yang terpisah atau
dari shahâbah. Maka tampak bahwa Agus Mustofa
tercecer, tentu jasad ini lebih layak untuk
mengabaikan hadits tentang azab kubur, padahal
13

tidak sedikit hadits yang berbicara tentang hal c. Kedangkalan dalam ilmu-ilmu alat,
tersebut. Dia berkomentar mengenai hadits azab mufassir harus benar-benar menguasai
kubur: bidang keilmuan yang berhubungan dengan
“Kita bisa membayangkan, betapa riskannya penafsiran al-Qur’an.
memahami ucapan Nabi dari cerita dari orang d. Kedangkalan pemahaman terhadap materi
lain (para perawi), bukannya tidak percaya,
tetapi kita harus hati-hati. Karena sangat
ayat. Dalam sebuah tema kajian, bisa saja
boleh jadi, orang-orang yang meriwayatkan akan melibatkan banyak ayat-ayat yang
hadits tidak paham seratus persen apa yang berkaitan. Dalam hal-hal seperti ini
dimaksudkan oleh Nabi, seandainya Nabi mufassir harus memahami maksud dan
sekarang masih hidup, kita pasti akan tujuan ayat-ayat yang sedang dikaji.
mengatakan: sami’nâ wa atha’nâ, tapi karena e. Tidak memperhatikan konteks, baik asbâb
hadits-hadits ini diceritakan berdasarkan al-nuzûl, hubungan antar ayat dan kondisi
pemahaman, maka kita harus menyeleksi sosial masyarakat. Mufassir modern harus
dengan sangat ketat. Acuannya gampang, mengerti maksud dan penafsiran ayat al-
cocokkan saja dengan al-Qur’an, kalau ada Qur’an sesuai dengan konteksnya, kondisi
hadits yang tidak sesuai dengan al-Qur’an dan realita yang terjadi agar bisa singkron
maka bukan al-Quran yang perlu disalahkan,
melainkan haditsnya yang harus
menjawab tuntutan zaman.
disisihkan.”35 f. Tidak memperhatikan siapa pembicara dan
Penafsiran Agus Mustofa dalam buku “Tak kepada siapa pembicaraan ditujukan.
Ada Azab Kubur?” juga tidak pernah merujuk
pada pendapat shahâbah, kitab-kitab tafsir ulama Menurut hemat penulis buku Agus Mustofa
terdahulu. Hal ini menyalahi komentarnya yang berjudul “Tak Ada Azab Kubur?” ini tidaklah
terdahulu. ia berpendapat: ilmiah, karena di dalamnya tidak dicantumkan
“Demikian pula dalam hal bahasa al-Qur’an. literasi dan sumber rujukan pendapat-pendapat
Untuk memahami Qur’an kita bisa yang beliau kutip, juga tidak didapati catatan kaki
manfaatkan karya-karya ahli bahas dalam serta tidak ada daftar kepustakaan. Hal ini
bentuk terjemahan, tafsir, kamus bahasa membuat orang yang membaca buku tersebut sulit
Arab, karya-karya sastra. Atau bahkan untuk mengetahui apa sumber rujukan beliau
bekerja dalam sebuah tim yang terdiri dari dalam menafsirkan tema azab kubur ini. Sehingga
ahli bahasa, ahli ilmu kalam, ahli ilmu sosial, seakan-akan penafsiran beliau terlihat murni dari
budaya, teknologi, politik dan sebagainya.36 pemikiran pribadinya.
Penulis berpendapat bahwa orang-orang yang
Quraish Shihab mengingatkan bahwa ada ingin atau sedang membuat sebuah karya tulis
beberapa hal yang harus dihindari dalam harusnya menginformasikan sumber rujukan yang
penyusunan sebuah karya tafsir, di antaranya digunakan agar para pembaca bisa mengetahui dari
mana suatu pendapat diperoleh oleh pengarang.
adalah:37 Hal ini dimaksudkan agar karya tersebut dapat
a. Subjektivitas, Mufassir harus bersikap dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dari
objektif dalam penafsirannya, mengkaji dan penelitian yang telah penulis lakukan terhadap
mendalami ayat sesuai dengan maksud buku Agus Mustofa yang berjudul “Tak Ada Azab
yang dituju oleh ayat dan bukan Kubur?” maka dapat dikatakan buku ini belum
kecenderungan pendapat pribadinya. layak disebut sebagai sebuah karya tafsir yang
b. Kekeliruan dalam metetapkan metode dan dapat dijadikan sebagai rujukan untuk menggali
kaidah, mufassir harus matang dalam makna al-Qur’an.
penetapan metode yang digunakan dan juga
harus memahami kaidah-kaidah penafsiran E. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
ayat al-Qur’an.
Dari kajian kritis yang penulis lakukan
maka didapatkan beberapa kesimpulan tentang
35 Tak
36
Ada Azab Kubur?, op.cit., h. 213-214 penerapan metode puzzle versi Agus Mustofa
Agus Mustofa, Memahami al-Qur’an Dengan Metode
Puzzle, loc.cit.,
dalam Buku “Tak Ada Azab Kubur?”.
37 Muhammad Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Diantaranya adalah sebagai berikut:
Bandung: Mizan, 1994, h. 79
14

1. Metode puzzle tidak memenuhi standar yang membaca bukunya ini menjadi
sebagai sebuah penafsiran al-Qur’an yang tersesat dan salah dalam memahami makna
baik. Pertama, tidak ada sistematika dan ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan
langkah-langkah penafsiran yang jelas dan azab kubur. Agus Mustofa belum bisa
baku dalam penerapan metode ini. Kedua, dikategorikan sebagai seorang mufassir
dari segi sumber penafsiran, dia murni karena pemahamannya yang dangkal
hanya menafsirkan satu ayat al-Qur’an terhadap tafsir dan ulum al-Qur’an dan
dengan ayat lainnya tanpa merujuk pada kaidah-kaidah bahasa Arab yang menjadi
sumber lain seperti hadits Nabi dan syarat mutlak yang harus dikuasai oleh
pendapat para pakar tafsir. Ketiga, dari seorang mufassir.
segi pengumpulan ayat, dia menyalahi 3. Ketiga, dalam dunia akademis buku ini
pendapatnya sendiri yang mengatakan tidak dapat dikategorikan sebagai sebuah
bahwa penafsiran suatu tema harus karya ilmiah yang dapat dijadikan
mengimpun seluruh ayat-ayat yang terkait pedoman dalam menggali makna-makna
demi sempurnanya suatu penafsiran. yang terkandung dalam ayat al-Qur’an
Namun kenyataannya ayat-ayat tentang Karena tidak ditemukan sumber rujukan
azab kubur tidak terhimpun seluruhnya, yang jelas dari Agus Mustofa dalam
dari pencarian lafadz-lafadz yang menafsirkan ayat-ayat tentang azab kubur
berkaitan dengan azab kubur terlihat agus dan terkesan hanya berpegang pada
mustofa melalukak pengumpulan ayat-ayat pendapat pribadinya. Buku “Tak Ada Azab
hanya dengan pemngandalkan al-Qur’an Kubur?” tidak mencantumkan referensi
terjemahan bahasa Indonesia. hingga dan sumber bacaan sehingga membuat
akhirnya membuat banyak pendapatnya pembaca sulit mendapatkan informasi
berseberangan dengan pendapat mayoritas tentang dasar pemikirannya berkaitan
ulama tafsir. Maka jelas bahwa metode ini dengan tema tersebut.
belum pantas dijadikan sebagai sebuah
metode penafsiran al-Qur’an. 2. Saran
2. Terkait penafsiran Agus Mustofa Kajian terhadap praktek penafsiran Agus
mengenai azab kubur. Pertama, dia Mustofa dalam buku “Tak ada azab kubur?”
menafikan adanya pertanyaan terhadap ini belum sepenuhnya terperinci, masih
mayat dalam kubur karena menurutnya banyak aspek-aspek yang belum teruraikan
tidak ada dalil tentang itu, padahal Surat secara lengkap dan mendalam. Artinya
Ibrâhîm ayat 27 menurut pendapat penelitian ini perlunpengembangan lebih
mayoritas ulama adalah dalil adanya azab mendalam lagi untuk pengembangan kajian
kubur yang didukung oleh hadits shahîh. ilmu al-Qur’an dan penafsiran.
Kedua, dia menafikan adanya azab kubur Penelitian in baru sekedar studi kritis
karena menurutnya azab hanya akan terhadap penafsiran Agus Mustofa dalam buku
diterima di dua tempat, yaitu di dunia dan “Tak ada azab kubur?”. Kepada peneliti
akhirat. Surat Ghâfir ayat 45-46 yang selanjutnya diharapkan untuk dapat
dijadikan dalil tentang azab kubur, melakukan kajian lanjutan terkait
ditafsirkan oleh Agus Mustofa hanya permasalahan ini atau bahkan mengkaji
sebagai teror jiwa dan bukan siksaan pemikiran Agus Mustofa dalam tema yang
terhadap jasad maupun roh. Hal ini lain.
berseberangan dengan pendapat ahlu
sunnah yang berpendapat bahwa azab F. DAFTAR KEPUSTAKAAN
kubur akan menimpa jasad dan roh secara al-Atsqalânî, Al-Imam Al-Hâfidz Ibnu Hajar,
Fathul Bâri, Jakarta: Pustaka Azzam,
bersamaan.
2006.
Penulis berkesimpulan penafsirannya al-Azdi, Abi Dâwûd Sulaiman ibn Asyats al-
tentang azab kubur sudah menyimpang Sijistâni, Sunan Abi Dâwûd, Juz 3,
dan dapat membuat masyarakat awam Beirut: Dari Ibn hazm, 1997.
15

al-Baqi, Muhammad Fu’ad ‘Abd, al-Mu’jam


al-Mufahras li Alfâdz al-Qur’ân al-
Karîm, Kairo: Dar al-Hadîts, 1364 H.
Baqi, Fahrurrazil Hadits Tentang Siksa kubur,
Skripsi Sarjana Theologi, Surabaya:
Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Ampel,
2013.
Al-Bukhârî, Abu Abdullah Muhammad ibn
Isma’îl, Al-Jâmi’ Ash-Shâhih, Juz I,
Kairo: Mathba’ah as-Salafiyah, 1980.
al-Farmawi, Abd al-hayy, Metode Tafsir Maudhu’i
Dan Cara Penerapannya, alih bahasa
Rosihon Anwar, Bandung: Pustaka Setia,
2002.
Hariyadi, Studi Kritis Terhadap Metode Puzzle
Agus Mustofa Dalam Memahami Al-
Qur’an, Tesis Pascasarjana, Padang:
Program Pascasarjana UIN Imam Bonjol
Padang, 2016.
Mustofa, Agus, Memahami al-Qur’an dengan
Metode Puzzle, Surabaya: Padma Press,
2008.
____________, Tak Ada Azab Kubur?, Surabaya:
Padma Press, 2008.
____________,agusmustofa_63@yahoo.com,
Email 2018.
al-Nasâ’î, Abu ‘Abd al-Rahmân Ahmad ibn
Syu’aib ibn ‘Aliy al-Khurasâny, Sunân
al-Nasâ’ î, Beirut: Dar al-Ma’rifah, t.t.
Al-Qattân, Manna’ Khalil, Mabâhits fi ‘Ulum Al-
Qur’ân, Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa: 1992.
al-Qurtubî, Abi ‘Abdillah Muhammad ibn Ahmad
ibn Abi Bakr, al-Jâmi’ li Ahkâm al-
Qur’ân, juz 12, Beirut: Muassasah al-
Risâlah, 2006.
Saurah, Abu Isa Muhammad bin Isa Ibn, Sunan at-
Tirmidzi, Juz ke-5.Kairo: t.p. 1970.
As-Sa’adi, Abdurrahmân bin Nashir, TafsîrAs-
Sa’adi, Jakarta: Darul Haq, 2014.
Shihab, Muhammad Quraish, Membumikan al-
Qur’an, Bandung: Mizan, 1994.
al-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman , Al-Itqân fî
‘Ulûm al-Qurân. Juz I, Kairo, Dar al-
Fikr, 1951.
al-Thabarî, Abi Ja’far Muhammad ibn Jarîr, Jâmi’
al-Bayân ‘An Ta’wîl al-Qur’ân, juz 14,
Gizah: Dar al-Hajar, 2001.
al-Utsaimin, Muhammad ibn Shâlih, Syarah
Lum’atul I’tiqâd, Jakarta: Darul Haq,
2012.
16

Anda mungkin juga menyukai