Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “ Studi Al-Qur’an dan Hadist “
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Tiada untaian kata yang patut kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat serta Nikmat Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul : “ Asbabun Nuzul “
Sholawat serta salam senantiasa kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW yang kita nantikan Syafaatnya kelak di Yaumul Qiyamah.
Ungkapan rasa terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua yang telah
memberikan dukungan serta yang baik atas terselesainya makalah ini kepada :
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku rector IAIN Tulungagug yang telah memberi
kesempatan untuk kami dapat menempuh pendidikan di IAIN Tulungagung.
2. Achris Ahsanud Taqwin, M.Ud. selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Qur’an dan
Hadist yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan kami sehingga kami
mendapatkan pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini.
3. Teman-teman Mahasiswa di IAIN Tulungagung khususnya Prodi Tadris Kimia.
Terkait dengan referensi dan penulisan makalah ini, kemungkinan saja ada kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Kiranya cukup sekian, semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
A. Kesimpulan .................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................ 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia kearah tujuan yang
terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada
keimanan terhadap Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu,
kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Sebagian besar Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi
kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah banyak menyaksikan peristiwa sejarah,
bahkan kadang terjadi diantara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan
hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada
Rasulullah untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka Qur’an turun untuk
peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyaan yang muncul itu. Hal seperti itulah yang
dinamakan Asbabun Nuzul.
Asbabun nuzul merupakan suatu aspek ilmu yang harus diketahui, dikaji dan
diteliti oleh para mufassirin atau orang-orang yang ingin memahami Al-Qur’an secara
mendalam.
Berdasarkan pemahaman para ahli tafsir mengenai pentingnya mempelajari
Asbabun Nuzul maka ilmu ini perlu dikembangkan untuk dipahami oleh umat manusia.
Bahkan sekarang Asbabun Nuzul telah dijadikan salah satu kajian dalam Ulumul Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian asbabun nuzul baik menurut istilah, bahasa, maupun para
ulama
2. Apa pedoman mengetahui asbabun nuzul
3. Apa saja manfaat atau faedah mengetahui asbabun nuzul
4. Apa urgensi mengetahui asbabun nuzul
1
C. Tujuan Pembahasan
1. Agar mengetahui arti dari asbabun nuzul
2. Agar megerti pedoman mengetahui asbabun nuzul
3. Agar mengerti manfaat mengetahui asbabun nuzul
4. Agar mengerti urgensi mengetahui asbabun nuzul
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hamzah Muchotob,Study Al-Qur’an Komprehesif,Yogyakarta:Gama Media, 2003,hal.3
2
Muhammad Amin Suma,Ulumul Qur’an, Jakarta:Raja Grafindo Persada,2013,hal.204
3
Rosihon Anwar,Ulum Qur’an, Bandung:Pustaka Setia,2013,hal.60
4
Ibid
3
atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum di saat peristiwa itu
terjadi.5
5
Rosihon Anwar.Op.cit. hal.60
6
Ibid
7
Mohammad Nor Ichwan,Studi Ilmu-Ilmual-Qur’an,RaSAIL,Semarang,2008,hal.76
8
Muhammad Tiar,dalam Https://www.kompasiana.com , diakses pukul 19:15 Senin,09 September 2019
4
Maksudnya, para sahabat, apabila seorang tokoh ulama semacam Ibnu Sirin, yang
termasuk tokoh tabi’in terkemuka sudah demikian berhati-hati dan cermat mengenai
riwayat dan kata-kata yang menentukan, hal itu menunjukkan orang harus mengetahui
benar-benar asbabun nuzul. Oleh karena itu, yang dapat dijadikan pegangan dalam
asbabun nuzul adalah riwayat ucapan-ucapan sahabat yang dibentuknya seperti musnad
yang secara pasti menunjukkan asbabun nuzul. As-Suyuti berpendapat bahwa bila ucapan
seorang tabi’in secara jelas menunjukkan asbabun nuzul, maka ucapan tersebut dapat
diterima dan mempunyai kedudukan mursal bila penyandaran kepada tabi’in itu benar
dan IA termasuk salah seorang tafsir yang mengambil ilmunya dari para sahabat, seperti
mujahid, ikrimah, dan said bin jubair serta didukung oleh hadist mursal yang lain.9
Al-Wahidie telah menentang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka
terhadap riwayat asbabun nuzul. Bahkan ia menuduh mereka pendusta dan mengingatkan
mereka akan ancaman berat, dengan mengatakan “ Sekarang setiap orang suka mengada-
ngada dan berbuat dusta: ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan, tanpa
memikirkan ancaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat “
Sebab-sebab turunnya suatu ayat itu berkisar ada 2 hal, yaitu:
1. Bila dulu terjadi suatu peristiwa yang baru atau belum ada peristiwa yang muncul
sebelumnya, maka turunlah ayat Al-Qur’an yang mengenai peristiwa baru tersebut.
2. Bila Rasulullah ditanya tentang suatu hal, maka turunlah ayat Qur’an menerangkan
hukumnya. Hal itu seperti ketika Khaulah Binti Sa’labah dikenakan zihar oleh
suaminya yaitu Aus bun Samit.
Dan disaat itulah, jibril turun dan membawa ayat, ayat tersebut: “Sungguh, Allah
telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad)
9
Lihat Al-Itqan, jilid 1 hal 31
5
tentang suaminya yakni Aus bin Samit”. Menurut hadist Ibn Majah dan Ibn Abi Harim:
disahihkan oleh al-Hakim, Ibn Mardawaih dan Baihaqi.10
عن َو َي ْسأَلُون ََك ّ قَليلا إلّ ْالع ْلم ّمن أُوتيتُم َو َمآ َربّي أ َ ْمر م ْن
ّ الرو ُح قُل
َ الروح
“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah,”Ruh itu termasuk urusan
Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (QS. Al-Israa’ :
85).
Dalam kitab Shahih Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud radliyallaahu ‘anhu bahwa
seorang laki-laki dari kalangan Yahudi berkata,”Wahai Abul-Qasim – nama
panggilan untuk Rasulullah – apa ruh itu?”. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
diam tidak menjawab pertanyaan itu. [Dalam suatu lafadh disebutkan] :Maka Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam menahan diri dan tidak menjelaskan sesuatupun kepada
mereka. Aku (Ibnu Mas’ud) tahu bahwa beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam sedang
menerima wahyu, kemudian aku berdiri di tempatku. Ketika wahyu turun beliau
shallallaahu ‘alaihi wasallam beliau berkata :
الرو ُح ِم ْن أ َ ْم ِر َربّي َو َمآ أُوتِيتُم ّمن ْال ِع ْل ِم ِإالّ قَ ِليلا
ّ الروحِ قُ ِل َ َويَ ْسأَلُون ََك
ّ ع ِن
“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah,”Ruh itu termasuk urusan
Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (QS. Al-Israa’ :
85).
10
Muhammad Tiar,dalam Https://www.kompasiana.com
6
Contoh Kedua:
Firman Allah ta’ala:
7
3. Sebagai bukti pertolongan Allah ta’ala kepada hamba-Nya, dengan
melapangkan kesusahan dan menghilangkan kesedihan mereka.
Contoh yang berkenaan dengan hal ini terdapat dalam ayat tentang tayamum.
Tersebut dalam kitab Shahih Bukhari bahwa kalung milik ‘Aisyah radliyallaahu ‘anha
hilang, ketika itu ia sedang ikut dalam perjalanan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Maka, Nabi pun mencarinya. Dan orang-orang ketika itu tidak menemukan air
dimana mereka kemudian mengadukan hal itu kepada Abu Bakar radliyallaahu ‘anhu.
Disebutkan dalam hadits bahwa kemudian turunlah ayat tentang tayamum. Maka
mereka pun melakukan tayamum. Berkata ‘Usaid bin Hudlair,”Ini bukanlah barakah
kalian yang pertama kalinya wahai keluarga Abu Bakar”. Hadits ini terdapat dalam
Shahih Bukhari dengan lafadh yang panjang.
4. Memahami ayat dengan pemahaman yang benar
Contoh tentang hal ini terdapat dalam firman Allah ta’ala :
ّ شعَآئر من َو ْال َم ْر َوة َ ال
صفَا إ ّن ّ علَيْه ُجنَا َح فَلَ ا ْعت َ َم َر أَو ْالبَيْتَ َح ّج فَ َم ْن
َ للا َ ف أَن ّ َبه َما ي
َ ط ّو
”Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa
baginya mengerjakan sa’i antara keduanya” (Al Baqarah :158)
Sesungguhnya melihat teks ayat َُجنَا َح فَل ( “maka tidak ada dosa baginya” )
menunjukkan bahwa hakikat perintah mengerjakan sa’i antara Shafa dan Marwah
hanyalah perintah yang bersifat mubah saja.
Dalam kitab Shahih Bukhari dari ‘Ashim bin Sulaiman dia berkata : “Saya
bertanya kepada Anas bin Malik radliyallaahu ‘anhu tentang Shafa dan Marwah”.
Anas menjawab : “Kami berpendapat bahwa keduanya termasuk perkara jahiliyyah.
Maka setelah datang Islam, kami lestarikan atas keduanya”. Kemudian Allah ta’ala
ّ إ
menurunkan firman-Nya : ن ّ ش َعآئر من َو ْال َم ْر َوة َ ال
صفَا َ للا
ّ ”Sesungguhnya Shafa dan
Marwah adalah sebahagian dari syi’ar Allah” sampai dengan firman-Nya :
Dengan demikian dapat diketahui bahwa peniadaan dosa di sini bukan berarti
sebagai penjelasan tentang asal hukum sa’i, tetapi yang dimaksudkan adalah
peniadaan atas keberatan mereka atau anggapan bahwa hal itu dosa, sehingga mereka
8
menahan diri dari mengerjakan sa’i antara keduanya. Karena sebelumnya mereka
berpendapat bahwa keduanya termasuk perkara jahiliyyah. Adapun asal hukum sa’i,
11
Abu Aufa,Mukhtasar Ulumil-Qur’aan,dalam Https://alilmu.wordpress.com, diakses pukul 20:05 Senin,09
September 2019
12
Mohammad Nor Ichwan,op.Cit.hal.102
13
Nashruddin Baidan,”Wawasan Baru Ilmu Tafsir”,Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005,hal.136
14
Nasr Hamid Abu Zayd,Mahfum an-Nass Dirasah fi ‘Ulum al-Qur’an,Yogyakarta,2005,hal.131
9
tidak lain adalah sebuah hal yang nyata, baik peristiwanya, manusia-manusia pelakunya
serta kejadiannya. Oleh sebab itu tidak aneh jika dikatakan bahwa kisah turunnya al-
Qur’an senantiasa dibaca orang sepanjang masa tanpa merasa jemu, kendatiberulangkali
dijumpai hikayat-hikayat manusia terdahulu, setiap saat dirasa sebagai kisah yang baru
saja terjadi.
Itulah sebabnya banyak orang yang tidak mengetahui asbabun nuzul terperosok ke
dalam kebingungan dan keragu-raguan. Mereka mengartikan ayat-ayat al-Qur’an tidak
sebagaimana yang dimaksud oleh ayat-ayat itu sendiri. Mereka tidak dapat memahami
dengan tepat hikamah Ilahi didalam ayat yang diturunkannya. Hal serupa itu terjadi pada
diri Marwan bin Hakam (salah seorang khalifah Bani Umayah) ketika ia merenungkan
makna firman Allah dalam surah Ali Imran,188.
Pemahaman asbabun nuzul akan sangat membantu dalam memahami konteks
turunnya suatu ayat. Ini sangat penting untuk menerapkan ayat-ayat pada kasus dan
kesempatan yang berbeda. Peluang terjadinya kekeliruan akan semakin besar jika
mengabaikan riwayat asbabun nuzul.15
15
Subhi as-Shalih,Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an,Jakarta:Pustaka Firdaus,1985,hal.158
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bahwasanya menurut beberapa ulama, Asbabun Nuzul adalah ilmu yang membahas
tentang sebab-sebab turunya Al Qur’an dari segi peristiwa dan pertanyaan-pertanyaan
yag dialami oleh Nabi Muhammad
2. Manfaat dari mempelajari Asbabun Nuzul diantaranya adalah megetahui bahwa Al
Qur’a benar-benar dari Allah SWT, memahami ayat-ayat Al Qur’an dengan makna
yang benar
B. SARAN
Dari kesimpulan diatas, kita sebagai umat yang beragama Islam sebaiknya mempelajari
dan tahu tentang ilmu Asbabun Nuzul karena ilmu Asbabun Nuzul merupakan ilmu yang
sangat bermanfaat sebagai pengetahuan dalam beragama.
11
DAFTAR PUSTAKA
12