Anda di halaman 1dari 15

ASBABUN NUZUL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “ Studi Al-Qur’an dan Hadist “

Dosen Pengampu :

Achris Ahsanud Taqwin, M.Ud.

Disusun oleh :

1. Amrullah Dinis Muhammad (12212193060)


2. Muhammad Hizbulloh Asror Ponco (12212193100)
3. Ni’matul Ma’isyah (12212193108)
4. Shalsyabilla Ferren Rizki Caroline (12212193110)

TADRIS KIMIA I-B


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Tiada untaian kata yang patut kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat serta Nikmat Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul : “ Asbabun Nuzul “

Sholawat serta salam senantiasa kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW yang kita nantikan Syafaatnya kelak di Yaumul Qiyamah.

Ungkapan rasa terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua yang telah
memberikan dukungan serta yang baik atas terselesainya makalah ini kepada :

1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku rector IAIN Tulungagug yang telah memberi
kesempatan untuk kami dapat menempuh pendidikan di IAIN Tulungagung.
2. Achris Ahsanud Taqwin, M.Ud. selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Qur’an dan
Hadist yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan kami sehingga kami
mendapatkan pemahaman yang benar mengenai mata kuliah ini.
3. Teman-teman Mahasiswa di IAIN Tulungagung khususnya Prodi Tadris Kimia.

Terkait dengan referensi dan penulisan makalah ini, kemungkinan saja ada kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Kiranya cukup sekian, semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tulungagung, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

A. Pengertian Asbabun Nuzul .......................................................... 3


B. Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul......................................... 4
C. Faedah Mengetahui Asbabun Nuzul ............................................ 6
D. Urgensi Mengetahui Asbabun Nuzul ........................................... 9

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 11

A. Kesimpulan .................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia kearah tujuan yang
terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada
keimanan terhadap Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu,
kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Sebagian besar Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi
kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah banyak menyaksikan peristiwa sejarah,
bahkan kadang terjadi diantara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan
hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada
Rasulullah untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka Qur’an turun untuk
peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyaan yang muncul itu. Hal seperti itulah yang
dinamakan Asbabun Nuzul.
Asbabun nuzul merupakan suatu aspek ilmu yang harus diketahui, dikaji dan
diteliti oleh para mufassirin atau orang-orang yang ingin memahami Al-Qur’an secara
mendalam.
Berdasarkan pemahaman para ahli tafsir mengenai pentingnya mempelajari
Asbabun Nuzul maka ilmu ini perlu dikembangkan untuk dipahami oleh umat manusia.
Bahkan sekarang Asbabun Nuzul telah dijadikan salah satu kajian dalam Ulumul Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian asbabun nuzul baik menurut istilah, bahasa, maupun para
ulama
2. Apa pedoman mengetahui asbabun nuzul
3. Apa saja manfaat atau faedah mengetahui asbabun nuzul
4. Apa urgensi mengetahui asbabun nuzul

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Agar mengetahui arti dari asbabun nuzul
2. Agar megerti pedoman mengetahui asbabun nuzul
3. Agar mengerti manfaat mengetahui asbabun nuzul
4. Agar mengerti urgensi mengetahui asbabun nuzul

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabun Nuzul


Asbābun Nuzūl (Arab: ‫النزول اسباب‬, Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)) adalah
ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau
beberapa ayat al-Qur'an diturunkan. 1 Ungkapan “Asbabun Nuzul” merupakan bentuk
idhofah dari kata “asbab” dan “nuzul”. Secara bahasa “asbab” merupakan bentuk plural
dari “sabab” yang secara etimologis berarti sebab, alasan, illat ( dasar logis ), perantara,
wasilah, pendorong (motivasi), tali kehidupan,persahabatan, hubunga kekeluargaan,
kerabat, asal, sumber, dan jalan. Yang dimaksud “nuzul” di sini ialah penurunan al-
qur’an dari Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantara Malaikat
Jibril AS.2 Maka, bisa diambil kesimpulan bahwa asbabun nuzul menurut etimologi ialah
sebab-sebab penurunan al-qur’an.
Asbabun Nuzul secara istilah memiliki banyak pengertian seperti yang
dikemukakan oleh beberapa ulama, diantaranya:
1. Menurut Az Zarqani :
“Asbabun Nuzul” adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada
hubungannya dengan turunnya ayat Alquran sebagai penjelas hukum pada
saat peristiwa itu terjadi.3
2. Menurut Ash Shabuni:
“Asbabun Nuzul” adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya
satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan
kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi SAW.
atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.4
3. Menurut Subhi Shalih:
“Asbabun Nuzul” adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau
beberapa ayat al quran terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons

1
Hamzah Muchotob,Study Al-Qur’an Komprehesif,Yogyakarta:Gama Media, 2003,hal.3
2
Muhammad Amin Suma,Ulumul Qur’an, Jakarta:Raja Grafindo Persada,2013,hal.204
3
Rosihon Anwar,Ulum Qur’an, Bandung:Pustaka Setia,2013,hal.60
4
Ibid

3
atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum di saat peristiwa itu
terjadi.5

4. Menurut Manna Al Qaththan:


“Asbabun Nuzul” adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya
Alquran berkenan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu
kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi SAW.
Dari beberapa pendapat tentang Asbabun Nuzul di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa, Asbabun Nuzul menurut terminologi ialah suatu kejadian atau peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya sebuah ayat atau beberapa ayat alquran.6
Berbagai penjelasan asbabun nuzul yang dikemukakan di atas tampak tidak jauh
berbeda, artinya secara substansial, mereka sepakat bahwa yang dimaksud dengan
asbabun nuzul itu ialah sesuatu yang menjadi latar belakang turunnya suatu ayat baik
berupa peristiwa atau dalam bentuk pertanyaan kepada nabi.7

B. Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul


Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih
yang berasal dari Rasulullah SAW atau dari sahabat. Itu disebutkan pemberitahuan
seorang sahabat mengenai hal seperti ini, bila jelas, maka hal itu bukan sekedar pendapat,
tetapi ia memiliki hukum marfu’ (didasarkan pada Rasulullah). Al-Wahidie mengatakan,
“Tidak halal berpendapat mengenai asbabun nuzul kitab kecuali dengan berdasarkan pada
riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya,
mengetahui sebab-sebabnya dan membahasnya tentang pengertiannya serta bersungguh-
sungguh dalam mencarinya”. Inilah jalan yang ditempuh oleh ulama salaf, mereka amat
berhati-hati untuk mengatakan sesuatu tentang asbabun nuzul, tanpa pengetahuan yang
jelas. Muhammad bin sirin mengatakan “ ketika kutanyakan pada Ubaidah mengenai
suatu ayat Qur’an dijawabnya: bertakwalah kepada Allah dan berkatalah yang benar.
Orang-orang yang mengetahui mengenai apa Qur’an itu diturunkan telah meninggal.8

5
Rosihon Anwar.Op.cit. hal.60
6
Ibid
7
Mohammad Nor Ichwan,Studi Ilmu-Ilmual-Qur’an,RaSAIL,Semarang,2008,hal.76
8
Muhammad Tiar,dalam Https://www.kompasiana.com , diakses pukul 19:15 Senin,09 September 2019

4
Maksudnya, para sahabat, apabila seorang tokoh ulama semacam Ibnu Sirin, yang
termasuk tokoh tabi’in terkemuka sudah demikian berhati-hati dan cermat mengenai
riwayat dan kata-kata yang menentukan, hal itu menunjukkan orang harus mengetahui
benar-benar asbabun nuzul. Oleh karena itu, yang dapat dijadikan pegangan dalam
asbabun nuzul adalah riwayat ucapan-ucapan sahabat yang dibentuknya seperti musnad
yang secara pasti menunjukkan asbabun nuzul. As-Suyuti berpendapat bahwa bila ucapan
seorang tabi’in secara jelas menunjukkan asbabun nuzul, maka ucapan tersebut dapat
diterima dan mempunyai kedudukan mursal bila penyandaran kepada tabi’in itu benar
dan IA termasuk salah seorang tafsir yang mengambil ilmunya dari para sahabat, seperti
mujahid, ikrimah, dan said bin jubair serta didukung oleh hadist mursal yang lain.9
Al-Wahidie telah menentang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka
terhadap riwayat asbabun nuzul. Bahkan ia menuduh mereka pendusta dan mengingatkan
mereka akan ancaman berat, dengan mengatakan “ Sekarang setiap orang suka mengada-
ngada dan berbuat dusta: ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan, tanpa
memikirkan ancaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat “
Sebab-sebab turunnya suatu ayat itu berkisar ada 2 hal, yaitu:
1. Bila dulu terjadi suatu peristiwa yang baru atau belum ada peristiwa yang muncul
sebelumnya, maka turunlah ayat Al-Qur’an yang mengenai peristiwa baru tersebut.
2. Bila Rasulullah ditanya tentang suatu hal, maka turunlah ayat Qur’an menerangkan
hukumnya. Hal itu seperti ketika Khaulah Binti Sa’labah dikenakan zihar oleh
suaminya yaitu Aus bun Samit.

Lalu ia mengadu kepada Rasulullah, katanya: “Rasulullah, suamiku telah menghabiskan


masa mudaku dan sudah beberapa kali aku mengandun karenanya, sekarang setelah aku
menjadi tua dan tidak beranak lagi, ia menjatuhkan zihar kepadaku! Ya Allah,
sesungguhnya aku mengadu kepadamu”

Dan disaat itulah, jibril turun dan membawa ayat, ayat tersebut: “Sungguh, Allah
telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad)

9
Lihat Al-Itqan, jilid 1 hal 31

5
tentang suaminya yakni Aus bin Samit”. Menurut hadist Ibn Majah dan Ibn Abi Harim:
disahihkan oleh al-Hakim, Ibn Mardawaih dan Baihaqi.10

C. Faedah Mengetahui Asbabun Nuzul


Mengetahui asbaabun-nuzul (sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an) merupakan
hal yang sangat penting, karena mengandung beberapa faedah. Diantaranya :
1. Menjelaskan bahwa Al-Qur’an benar-benar turun dari Allah ta’ala
Hal ini dapat dilihat bahwa terkadang Nabi SAW jika ditanya tentang suatu masalah,
beliau terdiam dan tidak menjawab pertanyaan itu sampai turun wahyu kepadanya,
atau beliau sedang menghadapi suatu permasalahan, kemudian turun wahyu kepada
beliau sebagai penjelas atas hal tersebut.
Contoh Pertama:
Firman Allah ta’ala:

‫عن َو َي ْسأَلُون ََك‬ ّ ‫قَليلا إلّ ْالع ْلم ّمن أُوتيتُم َو َمآ َربّي أ َ ْمر م ْن‬
ّ ‫الرو ُح قُل‬
َ ‫الروح‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah,”Ruh itu termasuk urusan
Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (QS. Al-Israa’ :
85).
Dalam kitab Shahih Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud radliyallaahu ‘anhu bahwa
seorang laki-laki dari kalangan Yahudi berkata,”Wahai Abul-Qasim – nama
panggilan untuk Rasulullah – apa ruh itu?”. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
diam tidak menjawab pertanyaan itu. [Dalam suatu lafadh disebutkan] :Maka Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam menahan diri dan tidak menjelaskan sesuatupun kepada
mereka. Aku (Ibnu Mas’ud) tahu bahwa beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam sedang
menerima wahyu, kemudian aku berdiri di tempatku. Ketika wahyu turun beliau
shallallaahu ‘alaihi wasallam beliau berkata :
‫الرو ُح ِم ْن أ َ ْم ِر َربّي َو َمآ أُوتِيتُم ّمن ْال ِع ْل ِم ِإالّ قَ ِليلا‬
ّ ‫الروحِ قُ ِل‬ َ ‫َويَ ْسأَلُون ََك‬
ّ ‫ع ِن‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah,”Ruh itu termasuk urusan
Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (QS. Al-Israa’ :
85).

10
Muhammad Tiar,dalam Https://www.kompasiana.com

6
Contoh Kedua:
Firman Allah ta’ala:

َ ‫يَقُولُونَ لَئِن ّر َج ْعنَآ ِإلَى ْال َمدِينَ ِة لَيُ ْخ ِر َج ّن األ‬


‫ع ّز ِم ْن َها األذَ ّل‬
“Mereka berkata : “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar
orang yang kuat akan mengusir yang lemah daripadanya” (QS. Al-Munaafiquun : 8)
Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan bahwa Zaid bin Arqam radliyallaahu
‘anhu mendengar Abdullah bin ‘Ubay bin Salul, seorang pemimpin dari golongan
munafik, mengatakan bahwa menurut ayat di atas, yang dimaksud dengan orang yang
lebih mulia adalah dia. Sedangkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para
shahabatnya adalah orang yang lebih hina. Maka Zaid mengkhabarkan hal itu kepada
pamannya, kemudian sang paman mengkhabarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam memanggil Zaid, kemudian dia
(Zaid) mengkhabarkan apa-apa yang dia dengan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam. Setelah itu Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam datang kepada Abdullah bin
‘Ubay dan para shahabatnya, maka mereka bersumpah bahwa mereka tidak
mengatakan hal itu. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pun mempercayai
mereka. Maka Allah ta’ala menurunkan wahyu sebagai bentuk pembenaran kepada
Zaid seperti yang tersebut dalam ayat ini, sehingga jelaslah urusan tersebut bagi
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
2. Sebagai Bukti Pertolongan Allah Ta’ala dan Pembelaan Atas Rasul-Nya
Contoh tentang hal itu tersebut dalam firman Allah ta’ala :
ُ ‫علَ ْي ِه ْالقُ ْر‬
‫آن ُج ْملَةا‬ َ ‫احدَة ا َكذَلِكَ ِلنُثَبّتَ بِ ِه فُ َؤادَكَ َو َرت ّ ْلنَاهُ ت َْرتِيلا َوقَا َل الّذِينَ َكفَ ُرواْ لَ ْوالَ نُ ّز َل‬
ِ ‫َو‬
“Berkatalah orang-orang kafir : “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?” demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya
dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)” (QS. Al-Furqaan : 32).
Begitu pula dengan ayat-ayat Al-Ifk (berita dusta), sesungguhnya ayat-ayat
tersebut merupakan pembelaan terhadap tempat tidur (istri – yaitu ‘Aisyah
radliyallaahu ‘anha) Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan pensucian atas dirinya
dari kebohongan para pendusta. (Baca kisah tentang masalah ini dalam QS. An-
Nuur : 11-26).

7
3. Sebagai bukti pertolongan Allah ta’ala kepada hamba-Nya, dengan
melapangkan kesusahan dan menghilangkan kesedihan mereka.
Contoh yang berkenaan dengan hal ini terdapat dalam ayat tentang tayamum.
Tersebut dalam kitab Shahih Bukhari bahwa kalung milik ‘Aisyah radliyallaahu ‘anha
hilang, ketika itu ia sedang ikut dalam perjalanan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Maka, Nabi pun mencarinya. Dan orang-orang ketika itu tidak menemukan air
dimana mereka kemudian mengadukan hal itu kepada Abu Bakar radliyallaahu ‘anhu.
Disebutkan dalam hadits bahwa kemudian turunlah ayat tentang tayamum. Maka
mereka pun melakukan tayamum. Berkata ‘Usaid bin Hudlair,”Ini bukanlah barakah
kalian yang pertama kalinya wahai keluarga Abu Bakar”. Hadits ini terdapat dalam
Shahih Bukhari dengan lafadh yang panjang.
4. Memahami ayat dengan pemahaman yang benar
Contoh tentang hal ini terdapat dalam firman Allah ta’ala :
ّ ‫شعَآئر من َو ْال َم ْر َوة َ ال‬
‫صفَا إ ّن‬ ّ ‫علَيْه ُجنَا َح فَلَ ا ْعت َ َم َر أَو ْالبَيْتَ َح ّج فَ َم ْن‬
َ ‫للا‬ َ ‫ف أَن‬ ّ َ‫به َما ي‬
َ ‫ط ّو‬
”Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa
baginya mengerjakan sa’i antara keduanya” (Al Baqarah :158)

Sesungguhnya melihat teks ayat َ‫ُجنَا َح فَل‬ ( “maka tidak ada dosa baginya” )

menunjukkan bahwa hakikat perintah mengerjakan sa’i antara Shafa dan Marwah
hanyalah perintah yang bersifat mubah saja.
Dalam kitab Shahih Bukhari dari ‘Ashim bin Sulaiman dia berkata : “Saya
bertanya kepada Anas bin Malik radliyallaahu ‘anhu tentang Shafa dan Marwah”.
Anas menjawab : “Kami berpendapat bahwa keduanya termasuk perkara jahiliyyah.
Maka setelah datang Islam, kami lestarikan atas keduanya”. Kemudian Allah ta’ala
ّ ‫إ‬
menurunkan firman-Nya : ‫ن‬ ّ ‫ش َعآئر من َو ْال َم ْر َوة َ ال‬
‫صفَا‬ َ ‫للا‬
ّ ”Sesungguhnya Shafa dan
Marwah adalah sebahagian dari syi’ar Allah” sampai dengan firman-Nya :

‫ف أَن‬ ّ ‫به َما َي‬


َ ‫ط ّو‬ ”mengerjakan sa’i antara keduanya”.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa peniadaan dosa di sini bukan berarti
sebagai penjelasan tentang asal hukum sa’i, tetapi yang dimaksudkan adalah
peniadaan atas keberatan mereka atau anggapan bahwa hal itu dosa, sehingga mereka

8
menahan diri dari mengerjakan sa’i antara keduanya. Karena sebelumnya mereka
berpendapat bahwa keduanya termasuk perkara jahiliyyah. Adapun asal hukum sa’i,

maka telah jelas dengan firman Allah ‫من‬ ‫ش َعآئر‬


َ ‫للا‬
ّ ”Termasuk sebagian syi’ar-syi’ar
Allah”.11
D. Urgensi Mengetahui Asbabun Nuzul
Cabang dari Ulumul Qur’an yang berkaitan dengan asbab an-nuzul atau asbabun
nuzul adalah salah satu bidang keilmuan yang sangat penting, sehingga dengan itu akan
diperoleh pemahaman dan penjelasan yang tepat tentang al-Qur’an. Kandungan pesan
dalam al-Qur’an berlaku untuk sepanjang masa. Betapapun ayat-ayat tersebut telah
menunjuk titik masa tertentu dalam lintasan sejarah dan pula keadaan tertentu. Karena
dalam menafsirkan al-Qur’an asbabun nuzul mempunyai arti yang penting, seseorang
tidak akan mencapai pengertian yang baik jika tidak memahami riwayat asbabun nuzul
suatu ayat. Al-Wahidi, seorang ulama klasik dalam bidang ini mengemukakan:
“pengetahuan tentang tafsir dan ayat-ayat tidak mungkin jika tidak dilengkapi dengan
peristiwa dan penjelasan yang berkaitan dengan diturunkannya suatu ayat”.12
Menurut Ibn Daqiq al-Id, keterangan sebab turunnya ayat merupakan jalan atau
cara yang tepat untuk dapat memahami makna-makna al-Qur’an, khususnya ayat-ayat
yang mempunyai sebab turun. Berkata pula Ibn Taymiyah, pengetahuan sebab turunnya
ayat membantu memahami al-Qur’an. Karena pengetahuan tentang sebab akan
mewariskan pengetahuan tentang akibat dari turunnya ayat. 13 Nasr Hamid Abu Zayd
menambahkan bahwa pengetahuan tentang asbabun nuzul di samping dapat
menimbulkan pengetahuan terhadap akibat (musabab), kajian mengenai sebab-sebab dan
peristiwa juga dapat memberikan pemahaman tentang hikmah at-tasyri’, khususnya
dalam ayat-ayat hukum.14
Mengungkapkan sebab turunnya al-Qur’an melalui kisah adalah suatu cara
menerangkan yang jelas mengenai sesuatu yang bernilai tinggi, meskipun banyak
persoalan yang perlu diperdebatkan di seputar asbabun nuzul, tapi asbabun nuzul sendiri

11
Abu Aufa,Mukhtasar Ulumil-Qur’aan,dalam Https://alilmu.wordpress.com, diakses pukul 20:05 Senin,09
September 2019
12
Mohammad Nor Ichwan,op.Cit.hal.102
13
Nashruddin Baidan,”Wawasan Baru Ilmu Tafsir”,Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005,hal.136
14
Nasr Hamid Abu Zayd,Mahfum an-Nass Dirasah fi ‘Ulum al-Qur’an,Yogyakarta,2005,hal.131

9
tidak lain adalah sebuah hal yang nyata, baik peristiwanya, manusia-manusia pelakunya
serta kejadiannya. Oleh sebab itu tidak aneh jika dikatakan bahwa kisah turunnya al-
Qur’an senantiasa dibaca orang sepanjang masa tanpa merasa jemu, kendatiberulangkali
dijumpai hikayat-hikayat manusia terdahulu, setiap saat dirasa sebagai kisah yang baru
saja terjadi.
Itulah sebabnya banyak orang yang tidak mengetahui asbabun nuzul terperosok ke
dalam kebingungan dan keragu-raguan. Mereka mengartikan ayat-ayat al-Qur’an tidak
sebagaimana yang dimaksud oleh ayat-ayat itu sendiri. Mereka tidak dapat memahami
dengan tepat hikamah Ilahi didalam ayat yang diturunkannya. Hal serupa itu terjadi pada
diri Marwan bin Hakam (salah seorang khalifah Bani Umayah) ketika ia merenungkan
makna firman Allah dalam surah Ali Imran,188.
Pemahaman asbabun nuzul akan sangat membantu dalam memahami konteks
turunnya suatu ayat. Ini sangat penting untuk menerapkan ayat-ayat pada kasus dan
kesempatan yang berbeda. Peluang terjadinya kekeliruan akan semakin besar jika
mengabaikan riwayat asbabun nuzul.15

15
Subhi as-Shalih,Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an,Jakarta:Pustaka Firdaus,1985,hal.158

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Bahwasanya menurut beberapa ulama, Asbabun Nuzul adalah ilmu yang membahas
tentang sebab-sebab turunya Al Qur’an dari segi peristiwa dan pertanyaan-pertanyaan
yag dialami oleh Nabi Muhammad
2. Manfaat dari mempelajari Asbabun Nuzul diantaranya adalah megetahui bahwa Al
Qur’a benar-benar dari Allah SWT, memahami ayat-ayat Al Qur’an dengan makna
yang benar

B. SARAN
Dari kesimpulan diatas, kita sebagai umat yang beragama Islam sebaiknya mempelajari
dan tahu tentang ilmu Asbabun Nuzul karena ilmu Asbabun Nuzul merupakan ilmu yang
sangat bermanfaat sebagai pengetahuan dalam beragama.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muchotob, Hamzah. 2003. Study Al-Qur’an Komprehesif. Yogyakarta:Gama Media


Suma, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Anwar, Rosihon.2013. Ulum Qur’an. Bandung: Pustaka Setia
Ichwan, Mohammad Nor. 2008. Studi Ilmu-ilmi Al-Qur’an. Semarang: RaSAil Media Group
Tiar, Muhammad. Dalam Https://www.kompasiana.com . Diakses pukul 19:15 Senin,09
September 2019
Kitab Al-Itqan jilid 1
Aufa, Abu. Mukhtasar Ulumil-Qur’aan. Dalam Https://alilmu.wordpress.com . Diakses pukul
20:05 Senin,09 September 2019
Baidan, Nashruddin.2005. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Zayd, Nashr Hamid Abu. 2005. Mahfum an-Nass Dirasah fi ‘Ulum Qur’an. Yogyakarta:LkiS
As-Shalih, Subhi. 1985. Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus

12

Anda mungkin juga menyukai