Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASBAB AL-NUZUL AL-QUR’AN

Dosen Pengampu : Asniyah Nailasariy, M.Pd.I.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Sabrina Annastiar (22104040019)


2. Ufiq Muzaiyanah (22104040055)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan karunia serta rahmatnya kepada kami
semua hingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan tanpa ada halangan
apapun. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW. yang
kita nantikan syafaatnya di yaumul akiamat nanti. Aamiin.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an yang berjudul, “Asbab
al-Nuzul Al-Qur’an” yang diampu oleh Bu Dosen Asniyah Nailasariy, M.pd.I. Kami mengucapkan
banyak terimakasih karena telah memberikan tugas makalah ini sehingga kami mendapat ilmu
pengetahuan baru. Kami juga sangat mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman yang
ikut serta membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang kami buat ini tentu saja masih banyak kekurangan didalamnya dan masih jauh
dari kata sempurna. Maka dari itu kami sangat perlu kritik dan saran dari teman-teman dan ibu
Dosen yang terhormat yang membangun agar terciptanya makalah yang sempurna.

Yogyakarta, 17 Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................................4
BAB II................................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................................................................5
A. Pengertian asbab Al-nuzul Al-Qur’an....................................................................................................5
B. Macam-macam Asbab al-Nuzul............................................................................................................6
C. Manfaat asbab al-Nuzul........................................................................................................................7
D. Cara Mengetahui Asbab al-Nuzul.........................................................................................................8
E. Pandangan Ulama tentang Asbab al-Nuzul.........................................................................................10
BAB III.............................................................................................................................................................13
PENUTUP........................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang
terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan kepada
keimanan kepada Allah SWT dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu,
kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang. Bagi umat muslimin,
Alquran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad melalui perantara
malaikat jibril selama kurang lebih 23 tahun. Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa
yang kekuatannya diluar kemampuan apapun. Alquran diturunkan secara berangsur-angsur
kepada nabi Muhammad yang setiap ayatnya miliki sebab turunnya masing-masing
walaupun di dalam Alquran tidak semua ayat terdapat Asbab al Nuzul nya (Muh. Sayyid
Thantawi & AL-Ghazali, 2001, hal. 38-39).

Pengetahuan tentang asbabun nuzul atau sejarah tentang turunnya ayat-ayat suci al-
Qur’an ini amatlah diperlukan bagi seseorang yang hendak memperdalam pengertian
tentang ayat-ayat suci al-Qur’an. Dengan mengetahui latar belakang turunnya ayat, orang
dapat mengenal dan menggambarkan situasi dan keadaan yang terjadi ketika ayat itu
diturunkan, sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terkandung dalam ayat suci
Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi asbab al-Nuzul menurut para ulama?
2. Apa saja macam-macam asbab al-Nuzul?
3. Apa saja manfaat asbab al-Nuzul?
4. Bagaimana cara mengetahui asbab al-Nuzul?
5. Apa pandangan para ulama mengenai asbab al-Nuzul?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian asbab al-Nuzul menurut para ulama.
2. Mengetahui macam-macam asbab al-Nuzul
3. Mengetahui manfaat asbab al-Nuzul
4. Cara mengetahui asbab al-Nuzul
5. Mengetahui pandangan ulama mengenai asbab al-Nuzul.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian asbab Al-nuzul Al-Qur’an


Ungkapan asbab an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata“asbab” dan “nuzul”,
Secara etimologi, asbab an-nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya
sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu dapat disebut
asbab an-nuzul, dalam pemakaiannya, ungkapan asbab an-nuzul khusus dipergunakan untuk
menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur’an. Banyak para ulama
yang memberikan definisi tentang asbab alnuzûl. Salah satu definisi yang cukup populer
menyatakan bahwa asbab alnuzûl adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
turunnya ayat, baik sebelum atau sesudahnya, dimana kandungan ayat tersebut berkaitan
(dapat dikaitkan) dengan peristiwa tersebut.1
Banyak pengertiannya terminologi yang dirumuskan oleh para ulama, diantaranya
ialah sebagai berikut :
1. Az-zarqoni: Asbab al-Nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi
serta hubungan dengan turunnya ayat al-qur’an yang berfungsi sebagai
penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi”.2
2. Ash-shabuni: asbab al-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya satu ayat atau beberapa ayat mulai yang berhubungan
dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang
diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama”.3
3. Subhi shalih: asbab al-Nuzul adalah suatu yang menjadi sebab turunnya satu
atau beberapa ayat al-qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa,
sebagai respon atasnya atau penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa
itu terjadi”.4
4. Mana’ Al-Qaththan: asbab al-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan turunnya al-qur’an, berkenaan dengannya waktu peristiwa itu
terjadi, baik berupa kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada nabi”.5

1
Suaidi, P. (2016). Asbabun Nuzul: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi. Almufida: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman, 1(1).
2
Az-zarqoni
3
Ash-shabuni
4
Subhi shalih
5
Mana’ Al-Qaththan
5
Dapat disimpulkan bahwa asbab an-nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya ayat al-qur’an, dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut. Asbab an-nuzul
merupakan bahan sejarah yang dapat dipakai untuk memberikan keterangan terhadap
turunnya ayat Al-qur’an dan memberinya konteks dalam memahami perintah-perintahnya.

B. Macam-macam Asbab al-Nuzul


1. Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid
Ta’addud al-ashbab wa al-nazil wahid adalah sejumlah sebab yang hanya
melatarbelakangi turunnya satu ayat atau wahyu. Misalnya ada rentetan kejadian,
kemudian yang turun hanya satu ayat atau wahyu. Berarti turunnya ayat atau wahyu
bertujuan untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab. 6 Misalnya turunnya (Q.S.
Al-Ikhlas: 1-4)7, yang berbunyi:

٤ ﴿ ‫﴾ َو َلْم َيُك ْن َلُه ُكُفًو ا َأَح ٌد‬٣ ﴿ ‫﴾ َلْم َيِلْد َو َلْم ُيوَلْد‬٢ ﴿ ‫﴾ ُهَّللا الَّص َم ُد‬١ ﴿ ‫﴾ُقْل ُهَو ُهَّللا َأَح ٌد‬

“Katakanlah:”Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada pula di peranakkan. Dan
tiada seorangpun yang setara dengan dengan dia.”

Sebelum ayat itu turun, banyak orang musyrik di Mekah yang menyembah dewa,
berhala dan lainnya. Kemudian Nabi Muhammad SAW mengenalkan Islam yang
tentunya ditentang kaum tersebut. Ayat tersebut juga diturunkan kepada kaum ahli kitab
yang ditemui di Madinah setelah Rasulullah SAW hijrah.

2. Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid


Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid adalah satu sebab tapi yang turun beberapa
wahyu atau ayat. Contohnya dalam : (Q.S. Ad-dukhan/44: 10,15 dan 16) 8, yang
berbunyi:

١٠ ﴿ ‫﴾َفاْر َتِقْب َيْو َم َتْأِتي الَّسَم اُء ِبُدَخ اٍن ُم ِبيٍن‬

“Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.”

١٥ ﴿ ‫﴾ِإَّنا َك اِش ُفو اْلَع َذ اِب َقِلياًل ۚ ِإَّنُك ْم َعاِئُد وَن‬


6
Munjin, S. (2019). Konsep Asbab Al-Nuzul Dalam ‘Ulum Al-Quran. Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir,
4(01), 65-84.
7
Ibid.Hal.67
8
Ibid.Hal.68
6
“Sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit
sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar).”

١٦ ﴿ ‫﴾َيْو َم َنْبِط ُش اْلَبْطَشَة اْلُك ْبَر ٰى ِإَّنا ُم ْنَتِقُم وَن‬

“(ingatlah) hari (ketika) kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras.
Sesungguhnya kami memberi balasan.”

Asbab an-nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah; dalam suatu riwayat dikemukakan,
ketika kaum Quraisy durhaka kepada Nabi SAW.. Beliau berdo’a supaya mereka
mendapatkan kelaparan umum seperti kelaparan yang pernah terjadi pada zaman
nabi yusuf. Alhasil mereka menderita kekurangan, sampai-sampai mereka pun
makan tulang, sehingga turunlah (QS. Ad-dukhan/44: 10). Kemudian mereka
menghadap Nabi SAW untuk meminta bantuan. Maka rasulullah saw berdo’a agar di
turunkan hujan. Akhirnya hujan pun turun, maka turunlah ayat selanjutnya (QS. Ad-
dukhan/44: 15), namun setelah mereka memperoleh kemewahan mereka pun
kembali kepada keadaan semula (sesat dan durhaka) maka turunlah ayat ini (QS. Ad-
dukhan/44: 16) dalam riwayat tersebut dikemukakan bahwa siksaan itu akan turun di
waktu perang badar.

C. Manfaat asbab al-Nuzul


Mempelajari ilmu asbabun nuzul sangat bermanfaat bagi seseorang yang hendak
memahami AlQuran. Asbabun nuzul mempunyai manfaat yang besar dalam mempermudah
menggali makna ayat Al-Quran. Di antara manfaat mempelajari ilmu Asbabun Nuzul
sebagai berikut:

1. Mengetahui hikmah diberlakunya suatu hukum Asbabun nuzul berkaitan dengan


kejadian langsung turunnya suatu ayat. Secara tidak langsung, Asbabun Nuzul
menjelaskan latar belakang berlakunya suatu hukum. Sehingga, seseorang yang
mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat, ia dapat mengerti alasan suatu hukum
diberlakunya.
2. Mengetahui substansi ayat Al-Quran Dalam kajian ilmu ma‟anil Quran, ayat Al-Quran
yang bersifat temporal dan universal. Ilmu asbabun nuzul dapat memudahkan untuk
mengidentifikasi substansi makna Al-Quran. Dengan memahami sebab turunnya ayat,
seseorang dapat mengetahui sasaran dari ayat Al-Quran. Seperti yang diketahui, ayat
Al-Quran tidak hanya membincang permasalahan agama atau hukum islam, tapi juga
7
memuat sejarah tentang peradaban di zaman Rasulullah. Pemahaman tentang asbabun
nuzul ayat sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami maksud
suatu ayat.
3. Mempermudah dalam mempelajari Al-Quran 6 Nasrudin juhana, kaidah ilmu tafsir al
quran praktis, (Yogyakarta: Deepublish, 2017) Pengetahuan tentang asbabun nuzul
sangat membantu dalam memahami ayat Al-Quran. Dengan mengetahui sebab turunnya
ayat, seseorang musafir dapat menggali maksud dari ayat Al-Quran. 9 Tanpa mempunyai
dasar pengetahuan tentang asbabun nuzul, orang akan kesulitan dalam menggali makna
Al-Quran. Imam al-Wahidi10 menjelaskan, makna ayat akan mudah dipahami jika
mengetahui sebab yang berkaitan dengan turunnya ayat tersebut. Dengan mengetahui
asbabun nuzul ayat, seseorang akan terbantu dalam menemukan makna dari setiap ayat
Al-Quran sehingga, seorang musafir dapat menyelami makna Al-Quran dengan sebaik-
baiknya

D. Cara Mengetahui Asbab al-Nuzul


Adanya sebab turunnya ayat adalah peristiwa sejarah yang terjadi pada zaman
Rasulullah. Oleh karena itu, tidak ada cara lain untuk mengetahuinya selain dengan cara
riwayat yang shahih dari orang-orang yang telah menyaksikan atau orang-orang yang hadir
pada saat kejadian. Kemungkinan berijtihad tidak ada dan tidak diperkenankan. Melakukan
ijtihad untuk mencari tahu dengan logika atau rasio dianggap sebagai melakukan tindakan
11
tanpa dasar dan tanpa Ilmu. Dalam al-Qur'an surat al-Isra’ [17] ayat 36 Allah SWT
berfirman:
‫َو اَل َتْقُف َم ا َلْيَس َلَك ِبِهۦ ِع ْلٌم ۚ ِإَّن ٱلَّسْمَع َو ٱْلَبَصَر َو ٱْلُفَؤ اَد ُك ُّل ُأ۟و َٰٓلِئَك َك اَن َع ْنُه َم ْسُٔـواًل‬
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.”12

Selain dalil al-Qur'an juga terdapat hadis yang diriwayat oleh al-Turmudzi yang menegaskan
bahwa tidak diperkenankannya menafsirkan al-Qur'an tanpa dasar ilmu. Dalam sebuah hadis
Rasulullah bersabda:
‫ْأ‬ ‫ْأ‬
‫َو َم ْن َقاَل ِفى اْلُقْر ٓاِن ِبَر ِيِه َفْاَيَتَبَّو َم ْقَع َد ُه ِم ْن الَّناِر‬
9
Nasrudin, J. (2017). Kaidah Ilmu Tafsir Al Quran Praktis. Deepublish.
10
Yusuf, K. M. (2021). Studi Alquran. Amzah.

11
Fahd bin Abdurrahman Ar Rumi, Ulumul Qur’an: Studi Kompleksitas al-Qur’an, ter. Amirul Hasan dan Muhammad
Halabi (Yogyakarta: Penerbit Titian Illahi Press, 1997), 183.
12
Q.S al-Isra’ ayat 36.
8
“Barangsiapa yang berkata dalam (menafsirkan) al-Quran tanpa dasar ilmu, maka
tempatnya adalah neraka.”13
Berdasarkan ayat dan hadis di atas, ulama salaf lebih mengesampingkan penafsiran
ayat yang tidak mereka ketahui. Yahya bin Sa'id dari Sa'id bin Musayyab meriwayatkan
bahwa jika ia ditanya tentang penafsirannya terhadap ayat-ayat al-Qur'an, ia menjawab
bahwa ia tidak akan mengomentari apapun dalam al-Qur'an. 14 Oleh karena itu, penggunaan
rasio tidak menjadi dasar untuk memahami asbab al-nuzul.
Untuk mencegah kesalahan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an, para ulama
membatasi cara mengetahui asbab al-nuzul melalui riwayat-riwayat shahih. Mereka tidak
membenarkan seseorang mengeluarkan pendapat atau mengadakan ijtihad tentang masalah
asbab al-nuzul. Dalam hal ini, al-Wahidi, sebagaimana dikutip oleh al-Suyuthi, berkata:

‫َو اَل َيِح ُّل اْلَقْو ُل ِفي َأْس َباِب ُنُز وِل اْلِكَتاِب ِإاَّل ِبالِّر َو اَيِة َو الَّس َم اِع ِمَّم ْن َش اَهُدوا الَّتْنِزْيَل َو َو قُفْو ا َع َلى اَأْلْس َباِب َو َتَح ُّد وا َع ْن ِع ْلِمَها‬

“Tidak diperkenankan berpendapat tentang sebab turun-nya al-Kitab kecuali dengan dasar
riwayat dan mendengar dari orang-orang yang menyaksikan turunnya ayat, memahami
sebab-sebab turunnya ayat, dan membahas berdasarkan ilmu sebab-sebab turunnya ayat.”15
Meskipun asbab al-nuzul diketahui melalui riwayat yang disandarkan kepada
Rasulullah, tetapi tidak semua riwayat yang disandarkan kepadanya dapat diterima. Riwayat
yang dapat dipegang adalah riwayat yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditentukan
oleh para ahli hadits.
Secara khusus, riwayat asbab al-nuzul adalah riwayat dari orang yang terlibat dan
mengalami peristiwa yang diriwayatkan pada saat wahyu diturunkan. Riwayat dari tabi'in
yang tidak membahas tentang Nabi dan para sahabat dianggap lemah (dhaif). Sehingga,
seseorang tidak dapat begitu saja menerima pendapat seorang penulis bahwa sebuah ayat
16
diturunkan dalam keadaan tertentu. Oleh karena itu penting untuk mengetahui orang yang
meriwayatkan peristiwa tersebut.

Mengenai asbab al-nuzul dari tabi'in, ada empat syarat yang harus dipenuhi.
Pertama, redaksinya jelas dengan menggunakan kata-kata sebab, Kedua, isnad dari riwayat
tersebut shahih. Ketiga, tabi'in yang dimaksud adalah seorang imam yang mendapat
penjelasan dari seorang sahabat. Keempat, mendapatkan dukungan dari riwayat tabi’in yang

13
Muhammad bin ‘Isa bin Saurah al-Turmudzi, Sunan al-Turmudzi, juz 5 Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyah, 2009), 881
14
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir (Bandung: Tafakkur, 2009), 78.
15
Al-Suyuthi, al-Itqan, juz 1, 44.
16
M. Quraish Shihab et.al., Sejarah dan ‘Ulum al-Qur’an (Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus, 1999), 81.
9
lain. Jika syarat tersebut terpenuhi, maka riwayat tabi'in diterima dan diberi status hukum
hadits mursal. 17 Dengan keempat syarat ini, tidak akan ada penyimpangan.

E. Pandangan Ulama tentang Asbab al-Nuzul


Para ulama tidak sepakat tentang kedudukan asbab al-nuzul. Kebanyakan ulama
tidak mengistimewakan ayat-ayat yang memiliki riwayat asbab al-nuzul. Dalam pandangan
mereka, yang terpenting adalah redaksi ayat. Mereka menetapkan kaidah:

‫الِع ْبَر ُة ِبُع ُم ْو ِم الَّلْفِظ اَل ِبُخ ُصْو ِص الَّسَبِب‬

“yang dijadikan pegangan ialah keumuman lafal, bukan kekhususan sebab”

Menurut pendapat sebagian besar ulama, ayat-ayat yang diturunkan berdasarkan sebab
khusus tetapi diungkapkan dalam bentuk lafal umum, maka yang dijadikan pegangan adalah
lafal umum, seperti surat al-Ma'idah [5] ayat 38:

‫َو الَّساِر ُق َو الَّساِر َقُة َفاْقَطُع ْٓو ا َاْيِدَيُهَم ا َج َز ۤا ًۢء ِبَم ا َك َسَبا َنَك ااًل ِّم َن ِهّٰللاۗ َو ُهّٰللا َع ِز ْيٌز َحِكْيٌم‬

“Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan
Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”18

Ayat tersebut turun berkenaan dengan pencurian sejumlah perhiasan yang dilakukan oleh
seseorang pada zaman Rasulullah. Ayat itu menggunakan lafal umum, yaitu bentuk tunggal
yang di ma’rifatkan dengan alif lam (al) jinsiyah. Dalam pemahaman sebagian besar ulama,
ayat ini diterima secara umum, bukan berfokus pada satu kasus saja yang mengarah pada
19
turunnya ayat di atas. Dalam pandangan mereka, lafal umum adalah kalimat baru dan
hukum yang terkandung di dalamnya bukan merupakan hubungan kausal dengan peristiwa
yang melatarbelakangi.

Menurut Sahid HM, dalam konteks hukum potong tangan dalam ayat 38 Surat al-
Maidah [5], penegakan hukum diberlakukan secara umum tidak didasarkan pada asbab al-
nuzul. 20Hal ini didasarkan pada praktek Rasulullah dan para sahabat dalam pemberlakuan
hukum bukan atas dasar keumuman lafal. Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan adalah
17
Ibid.Hal.81
18
Muhammad ‘Ali al-Shabuni, Rawa’i‘ al-Bayan: Tafsir Ayat al-Ahkam mina al-Qur’an, juz 1 (Beirut: Dar al-Kutub,
1987), 117.
19
Ibid.hal.117
20
Sahid HM, ‘Ulum al-Qur’an, Pustaka Idea, Surabaya, 2016, Hal. 122
10
kesinambungan praktik penerapan hukum pada masa Nabi dan para sahabat. Dengan
demikian, asbab al-nuzul masih berkaitan dengan ketentuan hukum yang berlaku saat itu.
Dalam hal ini pelaksanaan sabab al-nuzul juga disesuaikan dengan hukum yang berlaku saat
itu. Untuk itu, sebab turunnya tersebut justru memperkuat pemberlakuan hukum potong
tangan secara umum. Meskipun demikian, kasus hukum tangan pada masa dahulu dalam
konteks kekinian perlu dikaji ulang. Realitas kontenporer menunjukkan bahwa hukum
potong tangan adalah hukuman maksimal. Oleh karena itu, hukuman selain potong tangan
tetap dapat diterapkan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap teks dalam pemberlakuan
hukum secara khusus atau secara umum, diperlukan kajian konteks sosial historis yang
berdialektika antara masa dahulu ketika ayat turun dengan masa sekarang.

Sebagian ulama memandang penting eksistensi riwayat asbab al-nuzul dalam


memahami ayat Mereka menetapkan kaidah:

‫الِع ْبَر ُة ِبُخ ُصْو ِص الَّسَبِب اَل ِبُع ُم ْو ِم الَّلْفِظ‬

“yang dijadikan pedoman ialah kekhususan sebab, bukan keumuman lafal”

Menurut al-Wahidi, pengetahuan tentang tafsir dan ayat-ayat tidak mungkin jika
21
tidak dilengkapi dengan ilmu asbab al-nuzul. Oleh karena itu, memahami asbabun nuzul
sangat membantu dalam memahami konteks turunnya ayat. Hal ini sangat penting untuk
menerapkan ayat-ayat pada kasus dan kesempatan yang berbeda. Jika riwayat asbab al-nuzul
diabaikan, kemungkinan terjadinya kesalahan akan semakin besar. Dengan demikian,
mereka menekankan pentingnya riwayat asbab al-nuzul,misalnya surat al-Baqarah [2] ayat
115:

‫َو ِهّٰلِل اْلَم ْش ِر ُق َو اْلَم ْغ ِر ُب َفَاْيَنَم ا ُتَو ُّلْو ا َفَثَّم َو ْج ُه ِهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َو اِس ٌع َع ِلْيٌم‬

“Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah.
Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”22

Jika redaksi ayat yang hanya dipegangi, maka hukum dari ayat tersebut adalah tidak
wajib menghadap kiblat pada saat salat, baik dalam keadaan musafir atau tidak. Pemahaman
ini tidak tepat dan bertentangan dengan dalil lain dan kesepakatan para ulama. 23Menurut

21
Suaidi, P. (2016). Asbabun Nuzul: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi. Almufida: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman, 1(1).
22
Q.S. al-Baqarah ayat 115
23
Lihat ‘Abd al-‘Aziz, al-Sabab wa al-Ushuliyyun (t.t.p.: Lajnat al-Buhuts wa al-Ta’lif wa al-Tarjamah wa al-Nasyr,
1980), 117.
11
kesepakatan para ulama, mereka tidak memperbolehkan shalat yang tidak menghadap kiblat
kecuali dalam keadaan darurat. Jika yang dijadikan pegangan adalah sabab al-nuzul, maka
dapat dipahami bahwa ayat itu tidak ditujukan kepada orang-orang yang dalam kondisi
normal tetapi kepada orang-orang yang dalam kondisi darurat, yaitu orang yang tidak dapat
menentukan arah kiblat.24

F. Redaksi Asbāb An-Nuzūl

Bentuk redaksi yang menerangkan asbāb an-nuzūl terkadang berupa pernyataan


tegas mengenai sebab dan terkadang pula berupa pernyataan yang hanya mengandung
kemungkinan mengenainya. Bentuk redaksi pertama ialah jika perawi mengatakan ‫سبب نزول‬
‫( هذه االية كذ‬sebab turun ayat ini adalah begini), atau menggunakan ‫( فاء تعقيبيه‬kira-kira seperti
“maka”, yang menunjukkan urutan peristiwa) yang dirangkaikan dengan kata “turunlah
ayat”, sesudah ia menyebutkan peristiwa atau pertanyaan. Misalnya, ia mengatakan: ‫حدث كذا‬
(telah terjadi peristiwa begini) atau ‫( سئل رسول هّٰللا صلى هّٰللا عليه وسلم عن كذا فنزل االية‬Rasulullah di
tanya tentang hal begini, maka turunlah ayat ini). Kedua bentuk tersebut merupakan
pernyataan yang jelas tentang asbāb an-nuzūl dan tidak mengandung pengertian yang lain.25

Bentuk kedua, yaitu redaksi yang kemungkinan menerangkan asbāb an-nuzūl atau
hanya sekedar menjelaskan kandungan hukum ayat ialah bila perawi mengatakan: ‫نزلت هذه‬
‫( االية في كذ‬ayat ini turun mengenai ini), ‫( أحسب هذه االية نزلت في كذ‬aku mengira ayat ini turun
mengenai soal begini) atau ‫( ما أحسب هذه االية نزلت إال في كذ‬aku tidak mengira ayat ini turun
kecuali mengenai hal yang begini). Bentukbentuk redaksi tersebut mungkin menunjukkan
asbāb an-nuzūl dan mungkin pula menunjukkan hal lain.26

Ringkasnya, bila sebab nuzūl suatu ayat itu banyak, maka terkadang semuanya tidak
tegas, terkadang pula semuanya tegas dan terkadang sebagiannya tidak tegas, sedangkan
sebagian lainnya tegas dalam menunjukkan sebab. Dalam keadaan demikian, sikap seorang
mufasir kepadanya sebagai berikut:

a. Apabila semuanya tidak tegas dalam menunjukkan sebab, maka tidak ada salahnya
untuk membawanya dan dipandang sebagai tafsir dan kandungan ayat.
b. Apabila sebagian tidak tegas dan sebagian lain tegas, maka yang harus menjadi
pegangan adalah yang tegas.

24
Muhammad Thahir ‘Abd al-Qadir, Mas’alat al-Takhshish al-‘Am bi‘ al-Sabab Umm al-Qur’an (t.t.p.: : Jami‘at Umm
al-Qur’an 1983), 23.
25
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur`an, hlm. 121.
26
Ibid.hal.121
12
c. Apabila semuanya tegas, maka tidak terlepas dari kemungkinan bahwa adanya salah
satu yang sahih atau semuanya sahih. Apabila salah satunya sahih sedang yang lainnya
tidak, maka yang sahih itulah yang menjadi pegangan.
d. Apabila semuanya sahih, maka dilakukan pentarjihan bila mungkin.
e. Bila tidak mungkin dengan pilihan tersebut, maka dipadukan bila mungkin.
f. Bila tidak mungkin dipadukan, maka dipandanglah ayat tersebut diturunkan beberapa
kali dan berulang.27

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa asbâb al-
nuzûl adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat, atau bisa
pula peristiwa yang dapat dijadikan sebagai petunjuk hukum berkenaan dengan turunnya
suatu ayat atau surat. Memahami al-Quran dengan bantuan asbabun nuzul berarti
memahami melalui konteks kesejarahannya, karena ayat al-Quran terkadang
menjelaskan hukum secara umum sedangkan yang dimaksud adalah khusus yang terkait
dengan peristiwa itu saja. Mayoritas ulama sepakat bahwa konteks kesejarahan yang
terakumulasi dalam riwayat-riwayat asbabun nuzul merupakan satu hal yang signifikan
untuk memahami pesan-pesan al-Quran.
Terdapat banyak Manfaat dalam mempelajari asbab al-Nuzul diantara lain
Mengetahui hikmah di berlakunya suatu hukum Asbabun nuzul berkaitan dengan
kejadian langsung turunnya suatu ayat, Mengetahui substansi ayat Al-Quran Dalam
kajian ilmu ma‟anil Quran, ayat Al-Quran yang bersifat temporal dan universal. Dan
adanya sebab turunnya ayat adalah peristiwa sejarah yang terjadi pada zaman
Rasulullah. Oleh karena itu, tidak ada cara lain untuk mengetahuinya selain dengan cara
riwayat yang shahih dari orang-orang yang telah menyaksikan atau orang-orang yang
hadir pada saat kejadian. Secara khusus, riwayat asbab al-nuzul adalah riwayat dari
orang yang terlibat dan mengalami peristiwa yang diriwayatkan pada saat wahyu
diturunkan.
27
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, Cet 1, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013), 120- 132.
13
14
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Sahid HM, M.Ag. :Buku Ulum Al-Qur’an

M. Quraish Shihab et.al., Sejarah dan ‘Ulum al-Qur’an (Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus,
1999), 81.

Munjin, S. (2019). Konsep Asbab Al-Nuzul Dalam ‘Ulum Al-Quran. Al-Tadabbur: Jurnal
Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, 4(01), 65-84.

Muslimah, S., Mulyana, Y., & Chodijah, M. (2017). URGENSI ASBĀB AL-NUZŪL. Al-
Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 2, 49-50.

Nasrudin, J. (2017). Kaidah Ilmu Tafsir Al Quran Praktis. Deepublish.

Suaidi, P. (2016). Asbabun Nuzul: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan


Urgensi. Almufida: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 1(1).

SUHENI, M. ASBABUN NUZUL.

Tihul, I. (2022). Nuzul Al-Qur’an dan Asbab Al-Nuzul. Jurnal Alasma: Media Informasi
dan Komunikasi Ilmiah, 4(2), 157-171.

Yusuf, K. M. (2021). Studi Alquran. Amzah.

Zaini, A. (2014). ASBAB AN-NUZUL DAN URGENSINYA DALAM . Hermeunetik, 7-8.

15
PEMBAGIAN TUGAS

Mencari Referensi : Sabrina Annastiar dan Ufiq Muzaiyanah

Membuat Makalah Bab I : Sabrina Annastiar

Membuat Makalah Bab II :


1. Pengertian Asbab al-nuzul Al-Qur’an (Sabrina Annastiar)
2. Macam-macam Asbab al-Nuzul (Sabrina Annastiar)
3. Manfaat Asbab al-nuzul (Sabrina Annastiar)
4. Cara Mengetahui Asbab al-Nuzul (Ufiq Muzaiyanah)
5. Mengetahui pandangan ulama tentang Asbab al-Nuzul (Ufiq Muzaiyanah)

Membuat Makalah Bab III : Sabrina Annastiar

Membuat Daftar Isi : Ufiq Muzaiyanah

Membuat Daftar Pustaka : Sabrina Annastiar

Membuat PPT : Ufiq Muzaiyanah

Moderator : Sabrina Annastiar

16

Anda mungkin juga menyukai