Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN THYPOID FEVER

Ditujukan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan IV

Dosen Koordinator : Ritha Melanie, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :

Syifaa Martina Helmalia

NPM 213119078

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2023
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Demam thypoid atau thypoid fever adalah sindrom sistemik yang terutama
disebabkan oleh salmonella thypii. Demam thypoid merupakan jenis terbanyak
dari salmonellosis. Jenis lain dari demam enteric adalah demam parathypoid yang
disebabkan oleh S.Parathypi A, S.Schottmuelleri (S.Parathypi B), S.Hirscfeldii
(S.Parathypi C). demam thypoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan
demam enteric yang lain (Widagdo, 2011).
Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan
dan gangguan kesadaran (Ngatsiyah, 2009).
2. Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah jenis Salmonella Thypii, kuman ini memiliki
ciri sebagai berikut :
a. Hasil gram negative yang bergerak dengan bulu dan tidak berspora
b. Memiliki paling sedikit 3 macam antigen, yaitu antigen O(somatic yang terdiri
dari zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen Vi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, umumnya terdapat zat anti


(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Salmonella terdiri atas
beratur-ratus species, namun memiliki susunan antigen yang serupa, yaitu antigen
O dan antigen H. Perbedaaan diantara spesies tersebut disebabkan oleh factor
antigen dan sifat biokimia.

3. Patofisiologi dan Pathway


a. Patofisiologi
Kuman salmonella typhi yang masuk kesaluran gastro intestinal akan
ditelan oleh sel-sel fagosoit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag
yang ada di dalam lamina propina. Sebagian dari salmonella typhi ada yang
masuk ke usus halus mengadakan invanigasi ke jaringan limfoid usus halus
(plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Kemudian Salmonella typhi
masuk melalui folikel limfatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi
bakterimia. Bakterimia pertama-tama menyerang system retikulo endothelial
(RES) yaitu: hati, limpa, dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh
organ di dalam tubuh antara lain system saraf pusat, ginjal dan jaringan limfa.
Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal,tetapi kadang begian lain
usus halus dan kolon proksimal juga dihinggapi. Pada akhir minggu pertama
infeksi, terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih besar di ileum dari pada di
kolon sesuai dengan ukuran plak peyer yang ada disana. Kebanyakan
tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan
perdarahan. 11 Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa. Setelah
penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan jaringan
parut di fibrosis. Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi pada minggu
pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu tubuh
akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam
yang terjadi pada masa ini disebut demam intermitet (suhu yang tinggi, naik-
turun, dan turunnya dapat mancapai normal), di samping peningkatan suhu
tubuh ,juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat motilitas penurunan suhu
tubuh, namun hal ini tidak selalu terjadi dan dapt pula terjadi sebaliknya.
Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk kesirkulasi
sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dengan
tanda tanda infeksi pada RES seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali dan
hepatomegali.
Pada minggu selanjutnya di mana infeksi Intestinal terjadi dengan
tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tingi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase
bakterimia dan berlangsung terus menerus (demam kontinu), lidah kotor,
tetapi lidah hiperemis, penurunan peristaltik, gangguan digesti dan absorpsi
sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien akan merasa tidak nyaman.
Pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus, perforasi, dan peritonitis dengan
tanda distensi abdomen berat, peristaltik usus menurun bahkan hilang, 12
melena, syok, dan penurunan kesadaran (Awofisayo-Okuyelu, McCarthy,
Mgbakor, & Hall, 2018).
b. Pathway

4. Manifestasi Klinis
(Wulandari dan Erawati, 2016) Gejala demam pada anak biasanya lebih ringan
jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tuna rata-rata 10-20 hari,
tersingkatnya adalah 4 hari jika infeksi melalui makanan. Sedangkan melalui
minuman masa tuna selama 30 hari. Selama masa inkubasi akan terjadi gejala
prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing yang
kemudian akan disusul dengan gejala klinis sebagai berikut :
1. Demam, berlangsung 3 minggu. Minggu pertama suhu meningkat setiap hari,
menurun pada pagi hari dan meningkat saat malam hari.
2. Gangguan pada saluran cerna, seperti nafas berbau tidak sedap, bibir kering
dan pecah pecah, lidah tertekuk keatas, selaput putih pada lidah dan kotor,
mual, anpreksia, spenomegali, diare
3. Gangguan kesadaran, seperti apatis sampai mengantuk.
a. Minggu I, demam naik pada malam hari dengan gejala nyeri otot, nyeri
kepala, anoreksia, mual, batuk, epistakis, ostipasi, diare, perasaan tidak
enak perut
b. Minggu II, gejala sudah jelas berupa rasa, bradikardi, lidah yang khas
(putih kotor) hepatomegaly, penurunan kesadaran
5. Komplikasi
Menurut (Wulandari dan Erawati, 2016) komplikasi Thypoid Fever adalah:
1. Perdarahan usus
2. Perforasi usus
3. Peritonitis
4. Komplikasi cardiovaskuler
5. Komplikasi darah
6. Komplikasi paru
7. Komplikasi hepar dan kandung kemih
8. Komplikasi ginjal
9. Komplikasi tuldan
10. Komplikasi neuropsikiatrik
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Wulandari dan Erawati, 2016) pemeriksaan penunjang pada klien
dengan Thypoi Fever adalah :
1. Pemeriksaan Biakan darah
2. Uji Widal
7. Penatalaksanaan Klinik
Menurut nugroho (2011) tindakan keperawatan yang dilakukan untuk pasien
dengan demam thypoid antara lain :
1. Kebutuhan nutrisi dan cairan
a. Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat, konsulkan
pada ahli gizi.
b. Timbang BB secara berkala.
c. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
d. Ciptakan suasana yang membangkitkan selera makan : tampilan makanan,
sajian dalam keadaan hangat, makan bersama, suasana yang tenang,
lingkungan yang bersih.
e. Pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah makan.
f. Anjurkan klien yang mengalami nafsu makan untuk: makan makanan
kering saat bangun, makan kapan saja bila dapat ditoleransi, makan dalam
porsi kecil tapi sering.
g. Pantau asupan makan klien dan pantau adanya tanda-tanda komplikasi
seperti : perdarahan, digestif dan abdomen tegang. 15
2. Gangguan termoregulasi (Hipertermi)
a. Kaji penyebab hipertemi
b. Jelaskan pada klien/keluarga pentingnya mempertahankan masukan cairan
yang adekuat untuk mencegah dehidrasi.
c. Ajarkan/lakukan upaya mengatasi hipertermi dengan kompres hangat,
sirkulasi cukup, pakaian longgar dan kering, pembatasan aktivitas.
d. Jelaskan tanda-tanda awal hipertermi : kulit kemerahan, letih, sakit kepala,

kehilangan nafsu makan

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (sesuai teori)

1. Pengkajian/Pemeriksaan fisik sesuai data focus


a. Identitas klien
Nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
suku/bangsa, pendidkan, pekerjaan, alamat
b. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada pasien thypoid adalah mulainya gejala
awal demam, malaise, anoreksia, myalgia, nyeri kepala dan nyeri perut
berkembang selama 2-3 hari, pucat, lidah kotor, diare dan gangguan kesadaran
berupa somnolen sampai koma (Nelson, 2010).
Pada kasus diatas, keluhan utama adalah pasien mengeluh demam sejak 1
minggu yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 1 minggu yang lalu,
demam dirasakan naik turun pada pagi dan malam hari. Keluhan disertai
dengan nyeri kepala dan mual. Nyeri terasa saat melakukan aktivitas dan
berkurang jika pasien berisrirahat.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi dengan hasil pengkajian riwayat penyakit yang diderita oleh pasien
sebelumnya.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Berisi dengan hasil pengkajian riwayat penyakit yang diderita oleh keluarga
pasien.
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang
sama.
f. Pengkajian Psikososiospiritual
Meliputi pengkajian pskologis pasien meliputi status emosi, kognitif dan
perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien penting
untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya.
g. Pemeriksaan Fisik :
a) System Pernapasan
Inspeksi : Bentuk hidung simetris, tidak terdapat cuping hiung, tidak
terdapat masa dan sputum
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
b) System Kardiovaskuler
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, pergerakan dada
kanan dan kiri sama, Respirasi rate mengalami peningkatan, Ictus
cordis tidak Nampak. (pada pasien thypoid ditemukan tekanan darah
yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan takikardi saat pasien
mengalami peningkatan suhu tubuh)
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus paru kanan dan kiri
sama
Auskultasi : suara jantung lup-dup, tidak ada suara jantung tambahan,
suara nafas bersih tidak ada suara tambahan
c) System Pencernaan
Inspeksi : bentuk simetris, warna kulit merata
Auskultasi : bising usus diatas normal (rentang normal 5-35x/menit)
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian epigastrium
d) System Perkemihan
Inspeksi : tidak ada jejas pada rongga pelvis dan distensi abdomen
Palpasi : ada nyeri tekan pada daerah vesical urinaria
Pasien mengatakan belum BAB dan BAK.
e) System Muskuloskeletal
Inspeksi : pasien tidak mampu melakukan aktivitas secara menyeluruh,
ROM pasif
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di area ekstremitas atas dan bawah
f) System Endokrin
Inspeksi : keadaan pasien baik, leher simetris, tidak ada perubahan
warna kulit leher
Palpasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening.
Tidak ada nyeri tekan
g) System Integumen
Inspeksi : tidak ada luka dan perdarahan, kulit lembab, tidak ada lesi,
kulit kepala bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
h) System Persepsi Sensorik
Inspeksi: mata simetris, pupil kiri dan kanan isokor, posisi kedua pupil
ditengah, reflek cahaya langsung (+), lapang pandang baik, reflek
sensasi kornea baik, pasien tidak buta warna
Palpasi: tekanan intra okular baik
2. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1 DS : Salmonella Thypii di saluran Hipertermi
Klien mengeluh pencernaan (D.0130)
suhu tubuhnya ↓
meningkat Usus halus

DO :
Jaringan limfoid plaque nyeri
a. Demam

b. Kulit teraba
hangat Hipertropi ductus torocicus

c. Nyeri Kepala ↓

Inflamasi

Endotoksin

Hipertermi
2 DS : Salmonella Thypii di saluran Intoleransi
Klien mengeluh pencernaan Aktivitas
nyeri ↓ (D.0056)

Usus halus
DO :

a. Adanya nyeri
pada otot Jaringan limfoid plaque nyeri

b. Tidak ↓

mampu Hipertropi ductus torocicus


bergerak ↓
secara aktif
Inflamasi

Endotoksin

Lemah

Lesu

Intoleransi aktifitas
3 DS : Salmonella Thypii di saluran Konstipasi (D.
Nyeri perut pencernaan 0049)
berkembang selama ↓
2-3 hari Usus halus

DO :
Perdarahan
Konstipasi

Kelenjar limfe mesentria


Organ RES (hati dan limfa)

Tidak difagosit

Ulkus

Penumpukan tinja

Konstipasi
4 DS : Salmonella Thypii di saluran Defisit Nutrisi
Mengeluh mual pencernaan (D.0019)

DO : Usus halus
- Lemas ↓

Jaringan limfoid plaque nyeri


Hipertropi ductus torocicus


Inflamasi

Endotoksin

Pola nafsu makan menurun


Mual

Defisit nutrisi
3. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal (D.0130)
2. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan d.d merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas (D.0056)
3. Konstipasi b.d ketidakadekuatan toileting d.d distensi abdomen (D.0049)
4. Deficit Nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d membrane mukosa
pucat (D.0019)
4. Rencana Asuhan Keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


O
1 Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan Tindakan Managemen
penyakit d.d suhu keperawatan selama 2x24 Hipertermia (1.15506)
tubuh diatas normal jam, diharapkan hasil :
(D.0130) Termoregulasi Observasi
(L.14134) 1. Identifikasi
- suhu tubuh menurun penyebab
- Suhu kulit menurun hipertermia (mis.
Dehidrasi,
terpapar
lingkungan panas,
menggunakan
inkubator)
2. Monitor suhu
tubuh
3. Monitor keluaran
urine
4. Monitor
komplikasi akibat
hipertermia

Terapeutik
1. Sediakan
lingkungan yang
dingin
2. Berikan cairan
oral
3. Hindari
pemberian
atipertik dan
aspirin
4. Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
2 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Tindakan Terapi Aktivitas
b.d kelemahan d.d keperawatan selama (1.05186)
merasa tidak nyaman 2x24jam, diharapkan hasil :
setelah beraktivitas Toleransi Aktivitas Observasi
(D.0056) (L.05047) 1. Identifikasi
kemampuan
- Frekuensi nadi menurun berpartisipasi
- Kemudahan dalam dalam aktivitas
melakukan aktivitas sehari – tertentu.
hari meningkat 2. Identifikasi
- Kekuatan tubuh bagian makna aktivitas
atas meningkat (mis, bekerja) dan
- Kekuatan tubuh bagian waktu luang
bawah meningkat
- Keluhan Lelah menurun Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
relaksasi otot.
2. Libatkan keluarga
dalam aktivitas,
Jika perlu
3. Jadwalkan
aktivitas dalam
jadwal rutinitas
sehari – hari
4. Berikan penguat
positif atas
partisipasi daalam
aktivitas

Edukasi
1. Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
2. Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok, jika
perlu

Kolaborasi
1. Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas
komunitas, jika
perlu
3 Konstipasi b.d Setelah dilakukan Tindakan
ketidakadekuatan Keperawatan selama 2x24
toileting d.d distensi jam diharapkan hasil :
abdomen (D.0049) Eliminasi Fekal (L.04033)
- Distensi abdomen
menurun
- Nyeri abdomen
menurun
- Keluhan defekasi
lama dan sulit
menurun
4 Deficit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan keperawatan selama 2x24 (1.03119)
menelan makanan d.d jam diharapkan hasil :
membrane mukosa Status Nutrisi (L.06053) Observasi
pucat (D.0019) 1. Identifikasi status
- porsi makan yang nutrisi
dihabiskan 2. Identifikasi alergi
- nyeri abdomen dan intoleransi
menurun makanan
3. Monitor asupan
makanan

Terapeutik
1. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
2. Berikan suplemen
makanan, jika
perlu

Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk, jika perlu
2. Ajarkan diet yang
di program

Kolaborasi
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrein yang
dibutuhkan, jika
perlu

5. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan dan pengobatan dan tindakan untuk memperbaiki kondisi dan
pendidikan untuk klienkeluarga atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan
yang muncul dikemudian hari. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat
kepada kebutuhan klien dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan& strategi implementasikeperawatan& dan kegiatan komunikasi.
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien,
keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat respon
pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina, 2002)
6. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindaka
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi dalam
keperawatan adalah kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses.
Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai
keluaran dari tindakan. Penilaian peoses menentukan apakah ada kekeliruan dari
setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan
evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009)

C. DAFTAR PUSTAKA
Widagdo. (2011). Masalah & Tata Laksana Penyakit Infeksi Penyakit Pada Anak,
Jakarta: CV Sagung Seto.
Sodikin, 2011. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal Dan
Hepatobilier, Jakarta : Salemba Medika.
http://repository.um-surabaya.ac.id/5472/3/BAB_2.pdf
https://osf.io/pfx9n/download/?format=pdf#:~:text=Evaluasi%20dalam
%20keperawatan%20merupakan%20kegiatan%20dalam%20menilai%20tindakan
%20keperawatan%20yang,mengukur%20hasil%20dari%20proses%20keperawatan.
https://osf.io/8ucph/download#:~:text=hasil%20yang%20diharapkan.-,Implementasi
%20keperawatan%20adalah%20serangkaian%20kegiatan%20yang%20dilakukan
%20oleh%20perawat%20untuk,menggambarkan%20kriteria%20hasil%20yang
%20diharapkan.
Tjipto, B. W., Kristiana, L., Ristrini, 2009, Kajian Faktor Pengaruh Terhadap
Penyakit Demam Tifoid Pada Balita Indonesia, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan –
Vol. 12 No. 4 Oktober 2009: 313-340.

Anda mungkin juga menyukai