Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN PENYAKIT TYIPOID DI RUANG EMERALD RS THAMRIN CILEUNGSI

Dosen Pembimbing :

1. Ns. Seven Sitorus, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB


2. Ilah Muhafilah, S.Kp., M.Kes.
3. Ns. Martha K. Silalahi, M.Kep

Disusun Oleh :

Azzahra Afifah Adam (1032181002)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN
TAHUN AJARAN 2021-2022
A. Definisi Thypoid
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Samonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,
ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia dan endokardial
dan invasi bakteri sekaligus
multiplikasi kedalam sel fagosit monokular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
payer's patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang
terkontaminasi (Sumarmo, 2002 dalam Amin Huda
& Hardhi Kusuma, 2015).

Demam Typhoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Titik Lestari, 2016).

B. Etiologi
Penyebab Thypoid adalah bakteri salmonella thypii. Salmonella adalah bakteri
Gram-negatif, mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar), tidak berkapsul
dan tidak membentuk spora. Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam
bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini akan mati dengan
pemanasan suhu 60°c selama 15-20 menit (Rahayu E, 2014).

Menurut Amin Huda dan Hardhi (2015), kuman ini mempunyai tiga antigen yang
penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu:
a. Antigen O (somatik antigen) yaitu terletak pada lapisan luar daritubuh kuman,
yang terdiri dari oligosakarida.
b. Antigen H (terdapat pada flagella) yang terdiri dari protein
c. Antigen K (envelope antigen) yang terdiri dari polisakarida

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala Demam Thypoid menurut Sudoyo Aru, (2009) dalam Amin Huda
dan Hardhi Kusuma (2015) :
a. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
b. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tak tertangani akan
menyebabkan syok, stuper dan koma
c. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari
d. Nyeri kepala dan nyeri perut
e. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
f. Pusing, bradikardi, nyeri otot
g. Batuk
h. Epistaksis
i. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremor)
j. Hepatomegali, splenomegali, meteroismus
k. Gangguan mental berupa samnolen
l. Dellirubin atau psikosis

D. Pathway

E. Patofisiologi
Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar
oleh salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika
respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonela akan
menembus sel-sel epitel (sel m), menuju lamina propia, berkembang biak di jaringan
limfoid plak peyeri diileum distal dan kelejar getah bening mesenterika. Jaringan
limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia.
Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicusdan
menyebar ke seluruh organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang
dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.

Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di
organ ini kuman salmonella thypi berkembangbiak dan masuk sirkulasi darah lagi,
sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi
sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan
gangguan mental koagulasi). Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh
darah di sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses
patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus dan
mengakibatkan perforasi usus.

Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat


mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler,
pernapasan dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit,
terjadi hyperplasia plak peyeri. Terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak
peyeri pada minggu ketiga. Dalam minggu ke empat akan terjadi proses
penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut). Penularan
salmonella thypii dapat ditularkan melalui cara SF yaitu Food (makanan). Fingers
(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat) dan melalui Feses (Titik
Lestari,2016)

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang demam thypoid menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma,
(2015) :
a. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis, atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder..
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak perlu memerlukan penanganan khusus.
c. Pemeriksaan Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin
dalam serum penderitaan demam typhoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella
typhi maka penderita membuat antibody (aglutinin).
d. Kultur
Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
Kultur urin : bisa positif dapa akhir minggu kedua
Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
e. Anti Salmonella Typhi Igm
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella
typhi, karena antibody Igm muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.

G. Pencegahan
Strategi pencegahan yang dapat dipakai untuk selalu menyediakan makanan atau
minuman yang tidak terkontaminasi, hygiene perorangan terutama menyangkut
kebersihan tangan dan lingkungan, sanitasi yang baik, dan tersediangan air bersih
sehari-hari. Strategi ini menjadi penting dan seiring dengan munculnya kasus
resistensi. Selain strategi diatas, dikembangkan pula vaksinasi terutama untuk para
pendatang dari Negara maju ke daerah endemic demam thypoid. Tiga vaksin thypoid
yang terdapat di Indonesia : vaksin oral Ty21 a Vivotif Berna, vaksin parenteral sel
utuh dan vaksin polisakarida Typhin Vi Aventis Pasteur Merrieux (RHH Nelwan,
2016)

H. Penatalaksanaan
Menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma, (2015) :
a. Non farmakologi
1) Bed rest
2) Diet : diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi
sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Pasien dengan demam thypoid
diberikan makanan yang rendah serat.
b. Farmakologi
1) Kloramfenikol
2) Ampisilin, bila terjadi kontraindikasi kloramfenikol
3) Ceftriaxone pada kasus berat
4) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromoson, dan fluoroquinolon.

Menurut Widoyono, (2011) dalam Imas Nailufar, (2015) :

Pengobatan memakai prinsip trilogy penatalaksanaan demam thypoid :

a. Pemberian antibiotik
Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam thypoid. Obat
yang sering digunakan adalah :
1) Kloramfenikol
2) Amoxilin
3) Kontrimokazol
4) Safalosporin generasi II dan III
b. Istirahat dan perawatan
Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah komplikasi. Penderita sebaiknya
istirahat total ditempat tidur selama 1 minggu setelah bebas dari demam.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap, sesuai dengan keadaan penderita.
c. Terapi penunjang secara simtomatis dan suportif serta diet
Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita diberi makanan
berupa bubur saring. Selanjutnya penderita dapat diberikan makanan yang lebih
padat dan akhirnya nasi biasa, sesuai dengan kemampuan dan kondisinya.
Penderitaan kadar gizi dan mineral perlu dipertimbangkan agar dapat menunjang
kesembuhan penderitanya.
I. Pengkajian
Konsep asuhan keperawatan menurut Hanifah, 2018 :
1. Pengkajian
a. Pengkajian
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, pendidikan, bangsa,
suku, bahasa yang digunakan alamat rumah, tanggal mrs.
b. Keluhan utama
Pada pasien demam thypoid mengeluh panas dan nyeri telan serta mual.
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien biasanya datang dengan keluhan panas kurang dari 7 hari dengan
kualitas naik turun, terdapat nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia mual
muntah, konstipasi atau diare.
d. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit yang pernah diderita oleh pasien.
e. Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris
remitem dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur baik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Pada minggu kedua, pasien
terus berada dalam keadaan demam. Saat minggu ketiga, suhu berangsur
angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga
f. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak seberapa dalam, apatis
sampai somnolen, jarang terjadi spoor, koma atau gelisah (kecua apabila
penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Selain gejala
gejala tersebut, mungkin dapat ditemukan gejala lainnya seperti pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseola (bintik bintik
kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada
minggu pertama demam), kadang ditemukan juga bradikardi dan eptistaksis
pada anak yang lebih besar
g. Pemeriksaan fisik
1. Mulut: terdapat nafas yang berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah
pecah (rageden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated tonge),
sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan dan jarang disertai
tremor.
2. Abdomen: dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), bila
terjadi konstipasi, diare atau normal.
3. Hati dan Limfe: membesar disertai dengan nyeri pada perabaan
h. Pemeriksaan laboratorium
1. Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis
relatif dan aneosinofilia pada permukaan sakit
2. Kultur darah (biakan empedu) dan widal
3. Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah
pasien pada minggu pertama sakit. Sering ditemukan dalam urine dan
feses
4. Pemeriksaan widal, pemeriksaan yang diperlukan adalah liter zat anti
terhadap antigen O. Liter yang bernilai 1/200 atau lebih merupakan
kenaikan yang progresif
i. Status nutrisi seseorang dalam hal ini klien dengan gangguan status nutrisi
dapat dikaji

J. Diagnosa
Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada penderita
demam thypoid adalah :
a. Hipertermia ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal
b. Nyeri akut ditandai dengan mengeluh nyeri
c. Defisit nutrisi ditandai dengan nafsu makan menurun, berat badan menurun
minimal 10% dibawah rentang ideal
d. Resiko infeksi
e. Intoleransi aktivitas
f. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhi
g. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat

Anda mungkin juga menyukai